Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KLAIM KONSTRUKSI
Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah: Manajemen Konstruksi

Dosen Pengajar: Pungky Dharma Saputra, S.T., M.Si.

OLEH:
SANJU YEDO OKSA
1801413002

KELAS 2
JURUSAN TEKNIK SIPIL
PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN KONSENTRASI JALAN
TOL
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Dengan mengucapkan puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME karena Rahmat dan
Karunia-Nya kami bisa menyelasaikan Tugas Makalah yang berjudul “KLAIM
KONSTRUKSI  “ ini dengan lancar pada mata kuliah Dasar- dasar Manajemen Konstruksi.
Kehidupan yang layak dan sejahtera merupakan hal yang sangat wajar dan diinginkan oleh
setiap masyarakat, mereka selalu berusaha mencarinya dan tak jarang menggunakan cara –
cara yang tidak semestinya dan bisa berakibat buruk. Penulis mengucapkan banyak
terimakasih atas doa restu dan dorongan dari berbagai pihak - pihak yang telah membantu
penulis memberikan referensi dalam pembuatan makalah ini. Terutama kepada search engine
google yang ikut berperan besar dalam pembuatan makalah ini sehingga membuat makalah
ini selesai dengan tepat waktu, guna memenuhi tugas mata kuliah Dasar – dasar Manajemen
Konstruksi, Jurusan Teknik Sipil Perancangan Jalan dan Jembatan – Konsentrasi Jalan Tol,
PNJ.

Penulis dapat menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini,
oleh karena itu Penulis sangat menghargai akan saran dan kritik untuk membangun makalah
ini lebih baik lagi. Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga melalui makalah ini dapat
memberikan manfaat dan wawasan bagi kita semua.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2 Maksud dan Tujuan.....................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................4
2.1 Pengertian...................................................................................................................................4
2.2 Jenis-Jenis Klaim..........................................................................................................................4
2.3 Penyelesaian Klaim......................................................................................................................6
BAB III PENUTUP....................................................................................................................................8
3.1  Kesimpulan.................................................................................................................................8
3.2  Saran...........................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam sebuah proyek konstruksi diperlukan adanya sebuah ikatan kerja antara pengguna
jasa dengan penyedia jasa yang digunakan sebagai dasar hukum, berbentuk kontrak
konstruksi. Pada umumnya kontrak konstruksi berisi tentang pembagian hak dan kewajiban
diantara keduanya.

Kontrak adalah dokumen yang mempunyai kekuatan hukum, yang dibuat oleh dua orang
atau lebih, yang berisi tentang hak dan kewajiban dari pihakpihak yang bersangkutan untuk
melaksanakan sebuah perjanjian pekerjaan guna membuat keputusan dimana hasil
kesepakatan tersebut ditulis dalam sebuah kontrak, diperlukan sebuah penawaran dan
penerimaan. Dalam membuat perjanjian harus melibatkan pihak-pihak yang berkompeten dan
berdasarkan hukum yang berlaku. (Contracts And The Legal Environment For Engineers And
Architect, sixth edition, Joseph T. Bockrath).

Kontrak konstruksi berarti perikatan tertulis antara pengguna jasa (pemilik proyek /
pemberi tugas) dan penyedia jasa (konsultan perencana / kontraktor pelaksana / konsultan
pengawas) mengenai kegiatan industri jasa konstruksi (Mengenal Kontrak Konstruksi Di
Indonesia, Ir. H. Nazarkhan Yasin)

Adapun aspek-aspek dari kontrak konstruksi adalah menurut Ir. H. Nazarkhan Yasin
dalam bukunya yang berjudul “Mengenal Kontrak Konstruksi Di Indonesia” adalah sebagai
berikut:

1. Aspek teknis

2. Aspek hukum

3. Aspek keuangan

4. Aspek perpajakan

5. Aspek perasuransian

6. Aspek sosial ekonomi

1
7. Aspek administrasi

Salah satu isi dari kontrak tersebut adalah tentang klaim. Klaim konstruksi adalah
permintaan yang timbul dari atau sehubungan dengan pelaksanaan suatu pekerjaan jasa
konstruksi antara pengguna jasa dan penyedia jasa atau antara penyedia jasa utama dengan
sub penyedia jasa atau pemasok bahan atau antara pihak luar dan pengguna / penyedia jasa
yang biasanya mengenai permintaan tambahan waktu biaya atau kompensasi lainnya.
(Mengenal Klaim Konstruksi Dan Penyelesaian Sengketa Konstruksi, Ir. H. Nazarkhan
Yasin)

Klaim juga dapat diartikan sebagai suatu tindakan seseorang untuk meminta sesuatu,
dimana hak tersebut telah hilang sebelumnya, karena yang bersangkutan merasa mempunyai
hak untuk mendapatkan kembali. Dari pengertian ini dapat diartikan bahwa fungsi dari klaim
adalah untuk mendapatkan kembali hak yang seharusnya diterima oleh pengaju klaim.

Dalam konstruksi, klaim dapat digunakan untuk mendapatkan keuntungan bagi


kontraktor. Keuntungan yang dimaksud adalah memenangkan sebuah tender konstruksi
dengan melakukan penawaran yang rendah. Dengan kontraktor memahami isi kontrak yang
ada, kontraktor dapat menentukan sebuah strategi untuk mengajukan adanya klaim pada
kemudian hari ketika proyek tersebut berjalan. Tapi pada dunia konstruksi di Indonesia klaim
belum digunakan sebagai sebuah cara untuk mendapatkan keuntungan.

Berikut ini adalah unsur-unsur klaim menurut Ir. H. Nazarkhan Yasin dalam bukunya
“Mengenal Klaim Konstruksi dan Penyelesaian Sengketa Konstruksi” :

1. Tambahan upah, material peralatan, pengawasan, administrasi, overhead dan waktu

2. Pengulangan pekerjaan (bongkar / pasang)

3. Penurunan prestasi kerja

4. Pengaruh iklim

5. De-mobilisasi dan remobiliasi

6. Salah penempatan peralatan

7. Penumpukan bahan

8. De-efisiensi jenis pekerjaan

Klaim ini dapat berasal dari penyedia jasa ataupun pengguna jasa, antara
2
lain disebabkan oleh :

• Komunikasi antara pengguna jasa dan penyedia jasa yang buruk.

• Administrasi kontrak yang tidak mencukupi.

• Sasaran waktu yang tidak terkendali.

• Kontrak yang artinya mendua.

1.2 Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk mengetahui peranan klaim
dalam industri konstruksi yang ada di Indonesia. Yang meliputi identifikasi isi kontrak yang
khusus berhubungan dengan klaim, proses penyelesian klaim serta cara pandang kontraktor
terhadap adanya klaim konstruksi.

Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor, dan cara yang
digunakan untuk penyelesaian klaim konstruksi dengan cara mempelajari dokumen-dokumen
kontrak yang ada serta mengetahui hal-hal ataupun kejadian-kejadian yang sering terjadi di
dalam dunia konstruksi.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Pengertian klaim konstruksi adalah klaim yang timbul dari atau sehubungan dengan
pelaksanaan suatu pekerjaan jasa konstruksi antara pengguna jasa dan penyedia jasa atau
antara penyedia jasa utama dengan sub-penyedia jasa atau pemasok bahan atau antara pihak
luar dan pengguna/penyedia jasa yang biasanya mengenai permintaan tambahan waktu, biaya
atau kompensasi lain (Yasin; “Mengenal klaim konstruksi & penyelesaian sengketa
konstruksi” hal 18 2004)
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, klaim berarti tuntutan pengakuan atas suatu fakta
bahwa seseorang berhak (memiliki atau mempunyai) atas sesuatu.
Menurut Hario Sabrang (1998), klaim adalah suatu bentuk usaha untuk menuntut hak
mengimbangi kewajiban yang telah dipenuhi.
Edward & Fisk (1990) menjelaskan bahwa klaim adalah permasalahan yang akan
menimbulkan perselisihan dan permohonan akan tambahan uang, tambahan waktu
pelaksanaan, atau perubahan metode pelaksanaan pekerjaan.
Dapat disimpulkan bahwa klaim adalah suatu tuntutan atau permintaan para pekerja
konstruksi dengan permohonan berupa tambahan uang, waktu, maupun metode pelaksanaan
yang disebabkan karena keterlambatan dll.

2.2 Jenis-Jenis Klaim

Tela dan Saleh (2007) membagi jenis klaim dalam 4 jenis, antara lain:
1. Klaim tambahan biaya dan waktu Klaim jenis ini biasanya mengenai permintaan tambahan
waktu dan tambahan biaya. Diantara beberapa jenis klaim, dua jenis klaim ini yang sering
timbul akibat keterlambatan penyelesaian pekerjaan.
2. Klaim biaya tak langsung (overhead) Penyedia jasa yang terlambat menyelesaikan suatu
pekerjaan karena sebabsebab dari pengguna jasa, meminta tambahan biaya overhead
dengan alasan biaya ini bertambah karena pekerjaan belum selesai.

4
3. Klaim tambahan waktu (tanpa tambahan biaya) Penyedia jasa hanya diberikan tambahan
waktu pelaksanaan tanpa tambahan biaya karena lasan-alasan tertentu.
4. Klaim kompensasi lain Dalam beberapa kondisi, penyedia jasa selain mendapatkan
tambahan waktu juga mendapatkan kompensasi lain.
Berry et al. (1990) membagi jenis klaim dalam empat kategori utama, yaitu:
1. Klaim atas kerugian karena disebabkan oleh perubahan kontrak yang dilakukan pemilik
2. Klaim atas tambahan elemen nilai kontrak
3. Klaim yang dibuat karena perubahan kerja
4. Klaim karena penangguhan proyek
Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam penyelenggaraan proyek konstruksi sangat besar
potensi terjadinya perselisihan atau persengketaan. Mitropoulos dan 9 Howell (2001)
menjelaskan bahwa pada dasarnya terdapat tiga akar permasalahan penyebab persengketaan
dalam proyek penyelenggaraan proyek konstruksi yaitu:
1. Adanya faktor ketidakpastian dalam setiap proyek konstruksi
2. Masalah yang berhubungan dengan kontrak konstruksi
3. Perilaku oportunis dari para pihak yang terlibat dalam suatu proyek konstruksi
Pada umumnya, klaim dalam proyek konstruksi disebabkan oleh dua pihak yang terlibat
dalam suatu proyek konstruksi. Selain sebab-sebab dari pihak owner/pemberi order pekerjaan
dan sebab-sebab dari kontraktor pelaksana, klaim dalam proyek konstruksi dapat diakibatkan
oleh sebab-sebab dari luar.
Sebagian besar klaim yang terjadi disebabkan oleh keterlambatan penyelesaian suatu
proyek. Mayoritas keterlambatan tersebut disebabkan oleh owner selaku pemberi order
pekerjaan. Keterlambatan yang disebabkan owner disebut compensable delay. Compensable
delay terjadi karena alasan keterlambatan tidak tertulis dalam kontrak, sehingga owner harus
memberikan tambahan waktu dan tambahan biaya kepada kontraktor (Fisk, 1997).
Klaim yang disebabkan oleh owner/pemberi order biasanya dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Menurut Fisk (1997), dokumen kontrak yang tidak jelas seperti scheduling clause
yang tidak lengkap berpengaruh dalam keterlambatan proyek. Menurut Rachim, terkadang
sasaran waktu yang diberikan kepada penyedia jasa tidak realistis dan menjadi alasan
terlambatnya proyek konstruksi (Abdulrasyid, 2009). Terhambatnya proyek konstruksi juga
disebabkan karena owner/pemberi order kerja sering melakukan perubahan dalam rencana
proyek 10 yang telah disepakati. Rencana kerja yang tidak tepat atau kurang lengkap juga
dapat menghambat pekerjaan dalam proyek konstruksi. Tidak lengkapnya rencana kerja ini
kerap sekali terjadi dalam suatu proyek konstruksi. Kendala non teknis seperti keterlambatan
5
pembayaran oleh pengguna jasa turut berpengaruh dalam terhambatnya proyek konstruksi.
Pada dasarnya, kurangnya komunikasi antara owner/pengguna jasa dengan
kontraktor/penyedia jasa menjadi pemicu timbulnya klaim.
Selain penyebab dari pihak owner, klaim juga disebabkan oleh beberapa faktor dari pihak
kontraktor pelaksana/penyedia jasa. Kontraktor yang kurang berpengalaman dalam
menangani proyek konstruksi dapat menghambat berjalannya setiap elemen pekerjaan dalam
proyek. Kesalahan interpretasi kontraktor terhadap rencana kerja, spesifikasi, atau gambar
kerja dapat menyebabkan kesalahan produksi dalam suatu proyek konstruksi. Menurut Saleh,
adanya kontraktor dari perusahaan lain yang juga bekerja dalam satu proyek dapat
mengakibatkan kegagalan proyek karena tidak adanya kerjasama antar kontraktor (Ahuja dan
Walsh, 1983). Begitu pula apabila kontraktor pelaksana dalam waktu yang bersamaan
menangani lebih dari satu proyek, hal ini dapat menyebabkan hasil yang tidak maksimal
dalam proyek konstruksi. Organisasi dan manajemen proyek yang baik sangat mendukung
lancarnya suatu proyek konstruksi. Namun seringkali dalam suatu proyek konstruksi
organisasi dan manajemen proyek tidak dikelola dengan baik. Organisasi yang tidak efisien
dapat menghambat proses berjalannya proyek. Bahkan sering juga terjadi konflik dalam suatu
organisasi proyek.
Faktor dari luar yang tidak terduga dan dapat menghambat berjalannya suatu proyek
konstruksi serta mengakibatkan klaim, terdiri dari beberapa faktor. Kualitas material yang
digunakan dalam proyek, terkadang tidak sesuai dengan spesifikasi awal, dan ini dapat
mengakibatkan penyimpangan kontrak yang dapat menimbulkan klaim. Selain itu,
pengiriman material tidak selalu tepat waktu yang dapat menyebabkan terhentinya proses
pekerjaan. Kemudian, rendahnya kualitas atau kemampuan pekerja dalam proyek dapat
menghambat proyek. Penyedia jasa atau dalam hal ini kontraktor pelaksana sering
menemukan perbedaan kondisi fisik antara kondisi di lapangan dengan kondisi yang tertera
dalam dokumen kontrak. Selain itu, kondisi yang tidak terduga seperti hujan lebat atau cuaca
yang tidak memungkinkan dapat menyebabkan penundaan pelaksanaan pekerjaan sehingga
terjadi keterlambatan pada proyek (Fisk, 1997).

2.3 Penyelesaian Klaim


Menurut Eilen dan Imelda ada 6 (enam) metode penyelesaian yang umum digunakan
dalam industri konstruksi, antara lain :
1. Negosiasi Pihak-pihak yang berselisih mencari penyelesaian perselisihan tanpa campur
tangan pihak lain. Keputusan akhir sifatnya tidak mengikat (Barrie, Paulson,1992)

6
2. Mediasi Pihak-pihak yang berselisih menggunakan mediator (pihak ketiga) untuk
menyelesaikan perselisihan dimana pihak ketiga ini bersifat netral. Keputusan akhir sifatnya
tidak mengikat (Barrie, Paulson,1992)
3. Arbitrasi Penyelesaian perselisihan yang dibentuk melalui kontrak dimana pihak-pihak
yang berselisih menunjuk arbitrator dari badan arbitrase dalam menyelesaikan perselisihan.
Keputusan akhir sifatnya mengikat. Arbitrasi ini merupakan alternatif yang lebih cepat dan
murah untuk menyelesaikan klaim namun memiliki banyak kerugian, biasanya disebabkan
karena proses yang lambat (berkaitan dengan kesibukan jadwal arbitrator) (Patterson, 1997)
4. Litigasi Perselisihan akan dibawa ke pengadilan, dimana masing- masing pihak akan
diwakili oleh pengacaranya (Barrie, Paulson,1992). Sebelum itu, diberikan waktu bagi pihak-
pihak yang bertikai untuk menganalisa situasi dan menyiapkan kasusnya. Biaya peradilan
yang besar dan penantian keputusan dalam jangka waktu yang lama disamping keinginan
kontraktor untuk menjalin hubungan yang baik dengan pemilik, menyebabkan alternatif ini
jarang digunakan (Muller, 1990; Treacy, 1995).
5. Mini Trial Penyelesaian perselisihan dimana pihak yang berselisih diwakili oleh masing-
masing manajer proyek dan adanya pihak ketiga (neutral panel) 14 sebagai penasihat (three
member panel) (Abdul-Malak, El-Saadi, AbouZeid, April 2002)
6. Dispute review boards Penyelesaian perselisihan dimana masing-masing pihak yang
berselisih memilih satu perwakilan lalu perwakilan tersebut memilih pihak ketiga (three
member panel). Keputusan akhir sifatnya tidak mengikat (Abdul-Malak, El Saadi, Abou-
Zeid, April 2002).

7
BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan konflik antara kontraktor dan owner
yang berpotensi menimbulkan klaim, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pada uji statistik nilai mean dan standar deviasi konflik yang terjadi antara kontraktor dan
owner yang berpotensi menimbulkan klaim berdasarkan kelompok, yang memiliki
pengaruh lebih besar adalah cuaca yang tidak lazim (tidak sesuai musimnya) yang
merugikan kontraktor dengan nilai ratarata 3.0062. Sedangkan konflik gagal membuat
kesepakatan harga change order dengan nilai rata-rata 2.5000 yang artinya konflik antara
kontraktor dan owner ini tidak memiliki pengaruh sebagai konflik yang berpotensi
menimbulkan klaim terhadap konstruksi yang ada di Mimika.
2. Pada uji statistik nilai mean dan standar deviasi terdapat delapan variable konflik antara
kontraktor dan owner yang berpotensi menimbulkan klaim yaitu curah hujan yang lebih
tinggi dari biasanya, perubahan-perubahan desain, owner memerintahkan untuk
mempercepat pekerjaan sehingga pekerjaan selesai lebih cepat daripada waktu
penyelesaian yang ditetapkan dalam kontrak, pengurangan tenaga kerja, perubahan metode
pelaksanaan oleh owner, hujan yang turun berhari-hari tanpa henti, pekerjaan tambah yang
diperintahkan owner, pemanfaatan proyek (baik keseluruhan maupun sebagian) oleh
owner sebelum penyelesaian.
3. Berdasarkan uji statistik nilai mean dan standar deviasi, jenis klaim yang sering diajukan
kontraktor kepada owner adalah klaim biaya dan waktu (3.6111) dan klaim tambahan
waktu tanpa tambahan biaya (2.9259).
4. Berdasarkan uji statistik nilai mean dan standar deviasi, metode penyelesaian yang sering
digunakan kontraktor dan owner dalam mengatasi perselisihan akibat klaim adalah
arbritasi yaitu penyelesaian yang dibentuk melalui kontrak dan melibatkan para ahli di
bidang konstruksi dengan nilai rata-rata 3.6111, negosiasi dimana penyelesaian melibatkan
dua pihak tanpa melibatkan pihak lain dengan nilai rata-rata 3.3333, dan engineering
judgement dengan nilai rata-rata 3.2037 dimana engineer atau konsultan desain yang
ditunjuk oleh owner yang bertanggung jawab untuk mengambil keputusan akhir
penyelesaian masalah klaim. 5. Berdasarkan uji statstik one-way ANOVA terdapat 14
konflik yang memiliki hasil signifikan (p < 0.05) yang berarti terdapat perbedaan pendapat

8
menurut responden mengenai konflik yang terjadi sebagai konflik yang berpotensi
menimbulkan klaim.
6. Dari hasil uji statstik one-way ANOVA, konflik curah hujan yang lebih tinggi dari
biasanya, pengurangan tenaga kerja, perubahan metode pelaksanaan oleh owner
menunjukkan hasil yang signifikan (p < 0.05). Namun ketiga jenis konflik ini adalah
konflik yang sering terjadi yang berpotensi menimbulkan klaim oleh responden.
7. Dari hasil uji kolerasi Rank Spearman menunjukan nilai koefisien korelasi antara
responden kontraktor dan konsultan perencana rs = -.348 yang berarti hubungan antara
kedua responden ini lemah dan tidak searah. Terdapat hubungan secara signifikan antara
pendapat responden kontraktor dan responden konsultan perencana mengenai konflik yang
terjadi. Nilai koefisien korelasi antara responden kontraktor dan konsultan pengawas rs =
0.052 yang berarti hubungan antara kedua responden ini sangat lemah. Nilai koefisien
korelasi antara responden konsultan perencana dan responden konsultan pengawas rs =
0.247 yang berarti hubungan antara kedua responden ini lemah. Nilai probabilitas antara
responden kontraktor dan responden konsultan pengawas dan nilai probabilitas antara
responden konsultan perencana dan responden konsultan pengawas lebih besar dari 0.05
yang berarti tidak terdapat hubungan antara pendapat responden mengenai konflik yang
terjadi.
8. Berdasarkan uji Independent Sample T-Test terdapat enam jenis konflik yang memiliki
hasil signifikan (p < 0.05), yang berarti terdapat perbedaan konflik antara kontraktor dan
owner yang berpotensi menimbulkan klaim dilihat dari jenis kontrak yang disepakati
bersama. 9. Dari hasil uji kolerasi Rank Spearman menunjukan nilai koefisien korelasi
antara jenis kontrak harga satuan dan lumpsum rs = 0.224 yang berarti hubungan antara
kedua jenis kontrak ini lemah dan searah. Tidak terdapat hubungan secara signifikan
antara kontrak harga satuan dan lumpsum terhadap konflik yang terjadi.

3.2  Saran

Adapun saran dari penulis mengenai hasil penelitian konflik antara kontraktor dan owner
yang berpotensi menimbulkan klaim ini sebagai berikut :
1. Responden dalam penelitian ini berasal dari Kabupaten Mimika, sehingga hasil penelitian
mengenai konflik antara konntraktor dan owner dapat menjadi referensi bagi perusahaan
kontraktor yang berada di Kabupaten Mimika

9
2. Hasil penelitian ini bisa dijadikan acuan oleh perusahaan kontraktor yang berada di
Indonesia agar perencanaan terhadap penyelesaian proyek dapat berjalan sesuai rencana
yang sudah dibuat.
3. Selain itu agar penelitian ini menjadi lebih akurat di masa yang akan datang, hendaknya
peneliti selanjutnya yang hendak meneliti tentang permasalahan ini dapat menambahkan
variabel konflik yang berpotensi menimbulkan terjadinya klaim.

10
DAFTAR PUSTAKA
Dipohusodo, Istimawan. 1996. Manajemen Proyek dan Konstruksi – Jilid 2. Yogyakarta:
Penerbit Kanisius

Hansen, Seng. 2013. Manajemen Kontrak Konstruksi. Jakarta : Gramedia


Hasil Pengolahan Studi Literatur, Universitas Indonesia
Kamus Besar Bahasa Indonesia
Narzakhan, yasin. 1993. Mengenal Klaim Konstruksi & Penyelesaian Sengketa Konstruksi.
Jakarta : Gramedia
Santoso, Budi dkk. 2018. Proyek Insfrastruktur & Sengketa Konstruksi. Depok :
Prenadamedia

11

Anda mungkin juga menyukai