MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Landasan Pendidikan dan Pembelajaran dan
Problematikanya
Yang Dibimbing Oleh Dr. Murni Saptasari, M. Si
Oleh:
Kelompok 12 / Offering C 2020
ADE AYU CHUSNUL M. 200341862534
ARIADNA SAFITRI 200341864460
DESI INDAH SARI 200341862522
SITI MARIROTUZ ZAHRO 200341862521
PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
DESEMBER 2020
i
ii
DAFTAR ISI
Daftar Isi..................................................................................................................... ii
Kata Pengantar ...........................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................................2
1.3 Tujuan .................................................................................................................2
1.4 Manfaat ..............................................................................................................2
BAB II Isi
2.1 Modalitas Majemuk dalam Pembelajaran ...........................................................3
2.2 Modalitas Belajar dalam Pembelajaran...............................................................10
2.3 Kesulitan Belajar Siswa dalam Pembelajaran Biologi/Sains ..............................11
BAB III Penutup
3.1 Kesimpulan .........................................................................................................19
3.2 Saran ...................................................................................................................20
ii
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas makalah pada mata kuliah Landasan Pendidikan dan Pembelajaran dan
Problematikanya dengan judul “Modalitas majemuk dalam pembelajaran dan kesulitan
siswa dalam pembelajaran sains/biologi”.
Pada kesempatan ini kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Dr. Murni Saptasari, M. Si sebagai dosen pengampu mata kuliah Landasan
Pendidikan dan Pembelajaran dan Problematikanya yang telah membimbing kami.
2. Orang tua kami yang senantiasa mendukung, mendoakan, dan memotivasi kami
dalam penyusunan makalah ini.
3. Serta semua pihak yang telah ikut membantu dalam penyusunan tugas makalah ini
baik secara langsung maupun tidak langsung.
Kami menyadari dalam penyusunan tugas makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan, oleh sebab itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dalam makalah ini.
Penulis
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui modalitas majemuk dalam pembelajaran
2. Mengetahui modalitas belajar dalam pembelajaran
3. Mengetahui kesulitan belajar siswa dalam pembelajaran Biologi/Sains.
4. Mengetahui solusi dalam mengatasi kesulitan belajar siswa dalam pembelajaran
Biologi/Sains.
1.4 Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut.
1. Sebagai sumber dan bahan masukan bagi penulis lain untuk mengetahui faktor
apa saja yang menyebabkan siswa kesulitan dalam memahami pembelajaran
Biologi/Sains.
2. Sebagai bentuk referensi mengenai....
BAB II
PEMBAHASAN
3
4
(3) Komponen numerik yang terdiri dari (a) memahami/ menyusun konsep bilangan;
(b) ingatan mengenai bilangan/ pola dan mencari solusi yang berkaitan dengan
bilangan.
(4) Komponen simbolisasi yang terdiri dari (a) memahami simbol; (b) mengingat
simbol; (c) mengoperasikan dan menggunakan symbol (Nurlaeliyah, 2015).
3. Kecerdasan Spasial-Visual (Spatial Intelligence)
Kecerdasan spasial-visual merupakan kemampuan untuk memvisualisasikan
gambar di dalam pikiran seseorang bisa disebut juga dengan picture smart. Kecerdasan
ini digunakan oleh anak untuk berpikir dalam bentuk visualisasi dan gambar untuk
memecahkan sesuatu masalah atau menemukan jawaban. materi program dalam
kurikulum yang dapat mengembangkan kecerdasan visual spasial, antara lain
penayangan video, gambar, menggunakan model (modelling) dan atau diagram.
Gardner menyatakan bahwa kecerdasan spasial adalah kemampuan untuk membentuk
suatu gambaran mental tentang tata ruang atau menghadirkan dunia mengenai ruang
secara internal dalam pikirannya (mind). Siswa yang mempunyai kecerdasan spasial-
visual akan dengan mudah belajar ilmu ukur ruang, akan dengan mudah menentukan
suatu letak benda dalam ruangan, Dia dapat membayangkan suatu bentuk secara benar,
meski dapat perspektif. Bila menggambar suatu pemandangan dia dengan mudah
menempatkan benda-benda pada tempatnya yang tepat, dan benar dimensinya
(Husamah & et al., 2016).
4. Kecerdasan Kinestetis-Jasmani (Bodily Kinesthetic Intelligence)
Kecerdasan ini dikenal dengan yang namanya body smart. Kecerdasan
kinestetis jasmani adalah kemampuan menggunakan seluruh tubuh dan komponennya
untuk memecahkan permasalahan, membuat sesuatu atau menggunakan beberapa
macam produksi, dan kordinasi anggota tubuh dan pikiran untuk menyempurnakan
penampilan fisik. Kecerdasan ini meliputi kemampuan seseorang mengkoordinasikan
gerakan fisik. Kemampuan mereka yang menonjol adalah dalam hal gerak motorik dan
keseimbangan.
Orang yang memiliki kecerdasan ini memproses informasi melalui sensasi yang
dirasakan pada badan mereka. Cara meningkatkan kecerdasan ini dengan bergabung di
7
Orang yang memiliki kecerdasan interpersonal yang kuat lebih suka bekerja
dalam berbagai situasi dimana mereka dapat menjadi sosial, merencanakan secara
bersama, dan bekerja dengan orang lain demi keuntungan timbal balik. Mereka lebih
suka bekerja sama ketimbang bekerja sendirian dan menunjukkan ciri keterampilan
empati dan komunikasi yang baik. Siswa dengan kecerdasan interpersonal yang tinggi
akan mudah bergaul dan berteman. Mudah berkomunikasi dan mengumpulkan teman
lain. Bila dilepas seorang diri, dia akan dengan cepat mencari teman. Di dalam konteks
belajar dia cenderung lebih suka belajar bersama orang lain dan suka mengadakan studi
kelompok (Husamah & et al., 2016).
8. Kecerdasan Naturalis (Naturalis Intelligence)
Kecerdasan ini juga dikenal dengan istilah nature smart. Gardner
mengemukakan bahwa kecerdasan naturalis merupakan kemampuan memahami alam
sekitar, mengenali binatang dan tumbuhan di lingkungan, sensitif terhadap corak yang
berkaitan dengan dunia alam seperti awan, formasi batu untuk mengenali dan
mengklasifikasi sejumlah spesies flora dan fauna di lingkungan. Kecerdasan ini
memungkinkan orang-orang berkembang dengan pesat dalam lingkungan yang
berbeda dan mengkategorisasi, mengamati, beradaptasi, dan menggunakan fenomena
alam. Orang yang memiliki kecerdasan naturalis mampu untuk mengenali,
membedakan, mengungkapkan, dan membuat kategori terhadap apa yang dijumpai di
alam maupun lingkungan.
Intinya adalah kemampuan manusia untuk mengenali tanaman, hewan, dan
bagian lain dari alam semesta. Mereka menyukai memelihara hewan peliharaan
ataupun menanam tanaman dengan penuh kecintaan. Siswa yang berintelegensi
lingkungan tinggi akan senang bila ada acara di luar sekolah, seperti berkemah bersama
di pegunungan (Husamah & et al., 2016).
9. Kecerdasan Eksistensial (Existential Intelligence)
Kecerdasan ini juga dikenal dengan existent smart. Inteligensi ini menaruh
perhatian pada masalah hidup yang paling utama. Gardner membaginya kedalam dua
bagian, yakni menempatkan diri sendiri dalam jangkauan wilayah kosmos yang terjauh
(yang tak terbatas maupun yang amat kecil, menempatkan diri sendiri dalam ciri
10
manusiawi yang paling eksistensial), makna hidup, makna kematian, keberadaan akhir
dari dunia jasmani dan psikologi, pengalaman batin seperti kasih kepada manusia lain,
atau terjun secara total ke dalam suatu karya seni. Inteligensi ini menyangkut
kemampuan untuk selalu menghargai apa yang ada dan apa yang sedang terjadi untuk
diolah menjadi sesuatu yang bermanfaat guna mencapai kesuksesan hidup. Siswa yang
menonjol dalam kecerdasan ini akan sering mengajukan pertanyaan yang jarang
dipikirkan orang, termasuk gurunya sendiri. Misalnya tiba-tiba bertanya. “Mengapa
aku ada di sekolah?, untuk apa ini semua?”, “Apa semua manusia akan mati?”.
“Apakah hidup itu?” (Husamah & et al., 2016).
Kesulitan belajar adalah suatu kondisi dimana anak didik tidak dapat belajar secara
wajar, disebabkan adanya ancaman, hambatan ataupun gangguan dalam belajar
(Djamarah, 2011). Kesulitan belajar merupakan suatu kondisi tertentu yang ditandai
dengan adanya hambatan dalam mencapai kegiatan tujuan, sehingga memerlukan
usaha lebih giat lagi untuk dapat beradaptasi. Kesulitan belajar dapat diartikan suatu
kondisi dalam suatu proses belajar yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan
tertentu.
Kesulitan belajar di sekolah bisa bermacam-macam yang dapat dikelompokkan
berdasarkan sumber kesulitan belajar, baik dalam hal menerima pelajaran atau dalam
menyerap pelajaran di sekolah. Jadi kesulitan belajar yang dihadapi siswa terjadi pada
waktu mengikuti pelajaran yang disampaikan/ ditugaskan oleh seorang guru (Jamal,
2016). Faktor-faktor yang yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya tetapi dapat
digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu faktor internal dan eksternal.
Menurut Dimyati dan Mujiono (2015) faktor internal belajar yaitu sikap terhadap
belajar, motivasi belajar, konsentrasi belajar, mengolah bahan belajar, menyimpan
perolehan hasil belajar, menggali hasil belajar yang di simpan, kemampuan berprestasi
atau unjuk hasil belajar, rasa percaya diri siswa, intelegensi dan keberhasilan belajar,
kebiasaan belajar, cita-cita siswa. Faktor-faktor eksternal belajar yaitu guru sebagai
pembina siswa belajar, prasarana dan sarana pembelajaran, kebijakan penilaian,
lingkungan sosial siswa di sekolah, kurikulum sekolah. Menurut Zikra (2016)
menyatakan bahwa kesulitan siswa belajar Biologi/Sains disebabkan oleh faktor
sebagai berikut.
a. Faktor dari diri sendiri kesulitan belajar dipengaruhi oleh diri siswa sendiri
meliputi dari keadaan fisik (fisiologis) dan keadaan mental (psikologis). Faktor
inteligensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk
mengahadapi dan menyesuaikan kedalam situasi yang baru dengan cepat dan
efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Hal ini didukung
oleh sapuroh (2010), dalam penelitian yang dilakukan tentang analisis kesulitan
belajar siswa dominan adalah faktor internal atau diri sendiri yaitu sebesar 79,34%
yang menyangkut dengan inteligensi, minat dan motivasi.
13
Dari sini guru dapat mengetahui apakah siswa masih mengalami kesulitan di
konsep matematika tertentu atau tidak.
6. Scaffolded instruction
Guru menyediakan asisten kepada siswa dalam mempelajari materi atau tugas-
tugas baru, dan secara perlahan mengurangi kehadiran asisten kepada anak
sehingga anak dapat belajar secara mandiri.
7. Reciprocal teaching
Reciprocal teaching meliputi dialog interaktif antara guru dan siswa yang
memunculkan hubungan yang lebih dekat antara siswa dan guru. Guru
memberikan bantuan dalam menyelesaikan tugas dengan cara tahapan
penyelesaian tugas, namun guru memberikan kebebasan kepada siswa untuk
menggunakan asumsi mereka sendiri dalam menyelesaikan tugas.
Cara mangatasi kesulitan belajar menggunakan reciprocal teaching akan
meningkatkan kedekatan guru dengan siswanya, sehingga siswa akan termotivasi
untuk menggali kemampuan dirinya. Contohnya guru memberikan tugas
membedakan tumbuhan berkayu dan tidak berkayu, guru bertanya pada siswa
tumbuhan berkayu itu seperti apa dan yang tidak berkayu seperti apa. Kemudian
siswa diberi kebebasan untuk menyebutkan contoh dan mencari ciri-ciri lain dari
tumbuhan berkayu dan tidak berkayu.
8. Instruksi secara langsung (direct instruction)
Fokus kepada proses dari instruksi yang disampaikan. Program ini dapat
diterapkan pada beberapa bidang akademis, seperti membaca, berhitung, sains,
sosial dan lain sebagainya. Instruksi disampaikan dengan langsung bertatap muka
kepada siswa, serta dilakukan secara bertahap sesuai dengan materi yang akan
dipelajari serta menekankan program praktek (practice) dan penyampaian materi
yang berulang (drill).
9. Peer tutoring
Guru menyusun program pembelajaran dengan cara mengelompokkan siswa-
siswa dalam beberapa kelompok dan kemudian menetapkan siswa yang memiliki
kemampuan yang lebih untuk membantu teman-teman yang lain dalam memahami
16
masa depan seseorang, baik dengan norma agama maupun sosial. Makin jelas
tujuan, maka makin besar pula motivasi dalam belajar.
2. Hadiah. Berikan hadian untuk siswa-siwa yang berprestasi. Hal ini akan sangat
memacu siswa untuk lebih giat dalam berprestasi, dan bagi siswa yang belum
berprestasi akan termotivasi untuk mengejar atau bahkan mengungguli siswa yang
telah berprestasi. Hadiah di sini tidak perlu harus yang besar dan mahal, tapi bisa
menimbulkan rasa senag pada murid, sebab merasa dihargai karena prestasinya.
Kecuali pada setiap akhir semester, guru bisa memberikan hadiah yang lebih
istimewa (seperti buku bacaan) bagi siswa ranking 1-3.
3. Saingan/kompetisi. Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya
untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang
telah dicapai sebelumnya.
4. Pujian. Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan
atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun. Bisa dimulai dari hal yang
paling kecil seperti, “beri tepuk tangan bagi si Budi…”, “kerja yang bagus…”,
“wah itu kamu bisa…”.
5. Hukuman. Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses
belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau
merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya. Hukuman di sini
hendaknya yang mendidik, seperti menghafal, mengerjakan soal, ataupun
membuat rangkuaman. Hendaknya jangan yang bersifat fisik, seperti menyapu
kelas, berdiri di depan kelas, atau lari memutari halaman sekolah. Karena ini jelas
akan menganggu psikis siswa.
6. Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar. Strateginya adalah
dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik, khususnya bagi mereka
yang secara prestasi tertinggal oleh siswa lainnya. Di sini guru dituntut untuk bisa
lebih jeli terhadap kondisi anak didiknya. Ingat ini bukan hanya tugas guru
bimbingan konseling (BK) saja, tapi merupakan kewajiban setiap guru, sebagai
orang yang telah dipercaya orang tua siswa untuk mendidik anak mereka.
18
7. Membentuk kebiasaan belajar yang baik. Ajarkan kepada siswa cara belajar yang
baik, entah itu ketika siswa belajar sendiri maupun secara kelompok. Dengan cara
ini siswa diharapkan untuk lebih termotivasi dalam mengulan-ulang pelajaran
ataupun menambah pemahaman dengan buku-buku yang mendukung.
8. Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok. Ini
bisa dilakukan seperti pada nomor 6.
9. Menggunakan metode yang bervariasi. Guru hendaknya memilih metode belajar
yang tepat dan berfariasi, yang bisa membangkitkan semangat siswa, yang tidak
membuat siswa merasa jenuh, dan yang tak kalah penting adalah bisa menampung
semua kepentingan siswa. Sperti Cooperative Learning, Contectual Teaching &
Learning (CTL), Quantum Teaching, PAKEM, mapun yang lainnya. Karena siswa
memiliki tingkat intelegensi yang berbeda-beda satu sama lainnya. Ada siswa yang
hanya butuh 5 menit untuk memahami suatu materi, tapi ada siswa yang
membutuhkan 25 menit baru ia bisa mencerna materi. Itu contoh mudahnya.
Semakin banyak metode mengajar yang dikuasai oleh seorang guru, maka ia akan
semakin berhasil meningkatkan motivasi belajar siswa.
10. Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Baik itu
media visual maupun audio visual.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dalam penyusunan makalah ini yaitu.
1. Modalitas majemuk atau sering disebut juga dengan kecerdasan majemuk,
merupakan suatu keanekaragaman kemampuan yang berfungsi untuk melejitkan
siswa dan menjadikan mereka sebagai sang juara, karena pada hakikatnya setiap
anak itu cerdas. Kecerdasan majemuk ini bisa juga disebut dengan Multiple
Intelligences.
2. Gaya belajar atau modalitas belajar adalah petunjuk bagaimana mengamati,
berinteraksi dan meanggapi lingkungan belajar. Modalitas belajar adalah cara yang
mudah dan nyaman untuk menyerap, mengatur dan mengolah informasi.
3. Kesulitan belajar siswa dalam pembelajaran Biologi/Sains disebabkan oleh faktor
internal dan faktor eksternal. faktor internal belajar yaitu sikap terhadap belajar,
motivasi belajar, konsentrasi belajar, mengolah bahan belajar, menyimpan
perolehan hasil belajar, menggali hasil belajar yang di simpan, kemampuan
berprestasi atau unjuk hasil belajar, rasa percaya diri siswa, intelegensi dan
keberhasilan belajar, kebiasaan belajar, cita-cita siswa. Faktor-faktor eksternal
belajar yaitu guru sebagai pembina siswa belajar, prasarana dan sarana
pembelajaran, kebijakan penilaian, lingkungan sosial siswa di sekolah, kurikulum
sekolah
4. Untuk mengatasi kesulitan belajar siswa, dibutuhkan solusi dan juga motivasi yang
dapat mendorong semangat siswa dalam pembelajaran dan meraih prestasi.
3.2 Saran
Kami sadar akan keterbatasan sumber yang kami miliki, sehingga kami
harapkan kritik maupun saran dari semua teman-teman dan dosen pengampu
matakuliah untuk ke depan yang lebih baik lagi.
19
DAFTAR PUSTAKA
Buchori, M.L., Suryadharma, I.B., & Fajaroh, F. (2018). Identifikasi Tingkat, Jenis,
dan Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Siswa MA Negeri Wlingi dalam
Memahami Materi Indikator dan pH Larutan AsamBasa. Jurnal Pendidikan
Kimia. 2 (2): 2- 11.
Dimyati & Mudjiono. (2010). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Djamarah, S.B. (2011). Psikologi Belajar Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta
Faisal, Amir, Zulfanah. (2008). Menyiapkan Anak Jadi Juara. Jakarta: Elex Media
Komputindo.
Hartati, C & Sabari, J. (2014). Peningkatan Kesadaran Lingkungan dan Prestasi Belajar
IPS Siswa Tunagrahita Melalui Pendekatan Kontekstual. Jurnal Elementary
School 1 173-180 Volume 1 Nomor 2 Juli 2014 ISSN 2338-980X.
Husamah, & et al. (2016). Belajar dan Pembelajaran (U. Press (ed.); 1st ed.). UMM
Press.
Jamal, F. (2016). Analisis Kesulitan Belajar Siswa dalam Mata Pelajaran Matematika
pada Materi Peluang Kelas XI IPA SMA Muhammadiyah Meulaboh Johan
Pahlawan. Jurnal Pendidikan Matematika. 1 (1): 18-36.
Zikra. (2016). Analysis Of Factors Cause of Learning Difficulties of Biology Class VII
MTSS PGAI Padang. Journal BioCONCETTA. 2 (2), 93-102.
20