Anda di halaman 1dari 23

MODALITAS MAJEMUK DALAM PEMBELAJARAN DAN

KESULITAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN SAINS/BIOLOGI

MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Landasan Pendidikan dan Pembelajaran dan
Problematikanya
Yang Dibimbing Oleh Dr. Murni Saptasari, M. Si

Oleh:
Kelompok 12 / Offering C 2020
ADE AYU CHUSNUL M. 200341862534
ARIADNA SAFITRI 200341864460
DESI INDAH SARI 200341862522
SITI MARIROTUZ ZAHRO 200341862521

PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
DESEMBER 2020

i
ii

DAFTAR ISI

Daftar Isi..................................................................................................................... ii
Kata Pengantar ...........................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................................2
1.3 Tujuan .................................................................................................................2
1.4 Manfaat ..............................................................................................................2
BAB II Isi
2.1 Modalitas Majemuk dalam Pembelajaran ...........................................................3
2.2 Modalitas Belajar dalam Pembelajaran...............................................................10
2.3 Kesulitan Belajar Siswa dalam Pembelajaran Biologi/Sains ..............................11
BAB III Penutup
3.1 Kesimpulan .........................................................................................................19
3.2 Saran ...................................................................................................................20

ii
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas makalah pada mata kuliah Landasan Pendidikan dan Pembelajaran dan
Problematikanya dengan judul “Modalitas majemuk dalam pembelajaran dan kesulitan
siswa dalam pembelajaran sains/biologi”.
Pada kesempatan ini kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Dr. Murni Saptasari, M. Si sebagai dosen pengampu mata kuliah Landasan
Pendidikan dan Pembelajaran dan Problematikanya yang telah membimbing kami.
2. Orang tua kami yang senantiasa mendukung, mendoakan, dan memotivasi kami
dalam penyusunan makalah ini.
3. Serta semua pihak yang telah ikut membantu dalam penyusunan tugas makalah ini
baik secara langsung maupun tidak langsung.
Kami menyadari dalam penyusunan tugas makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan, oleh sebab itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dalam makalah ini.

Malang, 24 Desember 2020

Penulis

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan
perubahannya ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah
laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,
keterampilan, daya pikir, dan lain-lain kemampuan. Definisi dari belajar ini, yang perlu
digaris bawahi adalah peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang
diperlihatkan dalam bentuk bertambahnya kualitas dan kuantitas kemampuan orang itu
di dalam berbagai bidang. Jika di dalam suatu proses belajar seseorang tidak
mendapatkan suatu peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, dapat dikatakan
orang tersebut sebenarnya belum mengalami proses belajar atau dengan kata lain dia
mengalami kegagalan di dalam proses belajar (Hakim, 2008).
Kesulitan belajar adalah suatu kondisi di mana siswa tidak dapat belajar secara
wajar yang disebabkan oleh adanya ancaman, hambatan atau gangguan belajar tertentu
(Wahab, 2015). Menurut Abdurrahman (2012), kesulitan belajar merujuk pada
sekelompok kesulitan yang dimanifestasikan dalam bentuk kesulitan yang nyata dalam
kemahiran dan penggunaan kemampuan mendengarkan, bercakap-cakap, membaca,
menulis, atau menalar. Penyebab kesulitan siswa untuk memahami materi biologi
secara umum dapat ditinjau dari tiga aspek yaitu siswa sebagai peserta didik, guru
sebagai pendidik, dan materi yang dipelajari. Maka dari itu pada makalah ini akan
dibahas mengenai modalitas majemuk dalam pembelajaran dan kesulitan siswa dalam
pembelajaran Biologi/Sains.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka didapatkan rumusan masalah dalam
makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Apa yang dimaksud dengan modalitas majemuk dalam pembelajaran?
2. Apa yang dimaksud dengan modalitas belajar dalam pembelajaran?

1
2

3. Bagaimana kesulitan belajar siswa dalam pembelajaran Biologi/Sains?


4. Apa solusi dalam mengatasi kesulitan belajar siswa dalam pembelajaran
Biologi/Sains?

1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui modalitas majemuk dalam pembelajaran
2. Mengetahui modalitas belajar dalam pembelajaran
3. Mengetahui kesulitan belajar siswa dalam pembelajaran Biologi/Sains.
4. Mengetahui solusi dalam mengatasi kesulitan belajar siswa dalam pembelajaran
Biologi/Sains.

1.4 Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut.
1. Sebagai sumber dan bahan masukan bagi penulis lain untuk mengetahui faktor
apa saja yang menyebabkan siswa kesulitan dalam memahami pembelajaran
Biologi/Sains.
2. Sebagai bentuk referensi mengenai....
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Modalitas Majemuk dalam Pembelajaran


Kata “cerdas” seringkali dikaitkan dengan keberhasilan siswa di sekolah,
khususnya dalam meraih prestasi akademik yang baik. Pola pemikiran tradisional yang
menekankan pada kemampuan logika (matematika) dan bahasa sebagai parameter
penilaian dalam mengukur tingkat kecerdasan siswa memang sudah mengakar kuat
pada diri seorang guru dalam menjalankan proses belajar. Padahal, kecerdasan
intelektual tidak hanya mencakup dua parameter saja melainkan ada beberapa aspek
kecerdasan lainnya.
Modalitas majemuk atau sering disebut juga dengan kecerdasan majemuk,
merupakan suatu keanekaragaman kemampuan yang berfungsi untuk melejitkan siswa
dan menjadikan mereka sebagai sang juara, karena pada hakikatnya setiap anak itu
cerdas. Kecerdasan majemuk ini bisa juga disebut dengan Multiple Intelligences.
Multiple Intelligences pertama kali dikemukakan oleh Howard Gardner dalam
bukunya Frames of Mind pada tahun 1983, yang merupakan sebuah kritik dengan
mengemukakan bahwa terdapat lebih dari satu inteligensi manusia yang berada di luar
jangkauan instrumen pengukur psikometrik standar. Secara etimiologis, intelligences
berasal dari kata inteleg dan inteligensi. Inteleg berarti pikiran, atau orang yang dapat
menimbang, menguraikan, menghubungkan pengertian satu dengan yang lain dan
menarik kesimpulan. Inteligensi adalah kecerdasan pikiran atau sifat-sifat perbuatan
cerdas (intelegen). Gardner juga mendefinisikan bahwa inteligensi ini merupakan
kemampuan untuk memecahkan persoalan dan menghasilkan produk dalam suatu
seting yang bermacam-macam dan dalam situasi yang nyata.
Multiple Intelligences adalah teori kecerdasan majemuk yang pada dasarnya
adalah sebuah konsep yang menunjukkan kepada kita bahwa potensi anak (siswa)
khususnya jika dikaitkan dengan kecerdasan, ternyata banyak sekali. Memahami
multiple intelligences dapat membantu kita memahami bahwa anak-anak itu
menyimpan potensi yang luar biasa. Esensi dari multiple intelligences adalah

3
4

menghargai keunikan setiap individu, berbagai variasi cara belajar menunjukkan


sebuah model untuk menilai siswa.
Konsep multiple intelligences Gardner telah memperoleh pengakuan dunia
sebagai konsep inteligensi paling inovatif di abad ke-20. Konsep ini memberikan
landasan kuat untuk mengidentifikasi dan mengembangkan spektrum kemampuan
yang luas di dalam diri setiap anak. Gardner mengajukan sembilan inteligensi yang
masing-masing inteligensi ini berdiri sendiri, bukan sebagai suatu kesatuan tunggal.
Menurut Gardner, setiap individu memiliki semua jenis kecerdasan tersebut, untuk
masing-masing orang dengan kadar yang berbeda-beda. Konfigurasi dan hubungan
antar kecerdasan bisa berubah sesuai dengan pengalaman-pengalaman yang digumuli
oleh individu yang bersangkutan. Adapun kecerdasan majemuk atau multiple
intelligences tersebut, yaitu:
1. Kecerdasan Verbal-Linguistik (Verbal-Linguistic Intelligence)
Kecerdasan verbal-linguistik adalah kecerdasan dalam mengolah kata atau
kemampuan menggunakan kata secara efektif baik secara lisan maupun tertulis.
Kecerdasan ini juga dikenal dengan istilah word smart. Orang yang cerdas daalm
bidang ini dapat berargumentasi, meyakinkan orang, menghibur atau mengajar dengan
efektif lewat kata-kata yang diucapkannya. Kecerdasan ini memiliki empat
keterampilan yaitu menyimak, membaca, menulis dan berbicara. Terdapat beberapa
kemampuan dari kecerdasan linguistik seperti: kemampuan untuk berfikir secara
abstrak dan tidak terstruktur, namun juga bisa berpikir secara terstruktur. Kemampuan
untuk menangkap adanya hubungan-hubungan saat belajar. Serta, seringkali
menghayal dan mengimajinasikan berbagai hal. Kemampuan yang lebih menonjol
dibanding kecerdasan lainnya, dimana kecerdasan linguistik membuat seseorang
mudah beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Efisiensi
penggunaan kata dan bahasa dan fasilitas dalam mengingat atau memorizing
(Nurlaeliyah, 2015).
Siswa yang mempunyai inteligensi ini senang mengekspresikan diri dengan
bahasa, dan nilai bahasanya biasa lebih baik dibandingkan dengan teman-temannya
yang lain (Husamah & et al., 2016)
5

2. Kecerdasan Logika-Matematis (Logical-Mathematical Intelligence)


Kecerdasan logika-matematis adalah kecerdasan dalam hal angka dan logika.
Sering dikenal juga dengan logic-number smart. Kecerdasan ini melibatkan
keterampilan mengolah angka dan atau kemahiran menggunakan logika atau akal
sehat. materi program dalam kurikulum yang dapat mengembangkan kecerdasan
matematis-logisantara lain mengenal bilangan, beberapa pola, perhitungan,
pengukuran, geometri, statistik, peluang, pemecahan masalah, logika, games strategi
dan atau petunjuk grafik.
Anak-anak yang cerdas secara matematis sering tertarik dengan bilangan dan
pola dari usia yang sangat muda. Mereka menikmati berhitung dengan cepat belajar
menambah, mengurangi, mengalikan dan membagi. Selain itu, anak-anak yang
terampil dalam matematika cepat memahami konsep waktu. Anak-anak yang cerdas
secara sistematis senang melihat pola dalam informasi mereka, dan mereka dapat
mengingat bilangan dalam pikiran mereka untuk jangka waktu yang lebih panjang.
Menjelaskan konsep-konsep secara logis, atau menyimpulkan informasi menggunakan
matematika dapat meningkatkan pemahaman mereka. Anak-anak dengan kecerdasan
ini senang membuat kesimpulan ilmiah dari pengamatan mereka.
Prinsip dasar dari kecerdasan logika-matematis terbagi kedalam empat
komponen
(1) Komponen spasial yang terdiri dari: (a) memahami bentuk bangun ruang dan
kompleksitasnya; (b) ingatan terhadap bentuk bangun ruang; (c) abstraksi spasial/
kemampuan dalam menggeneraliasi bentuk dalam ruang dan objek; (d) kombinasi
spasial/ ruang yakni memahami dan memiliki kemandirian dalam menemukan
generalisasi, koneksi dan relasi antara objek bangun ruang.
(2) Komponen logika yang terdiri dari (a) menyusun/ memahami konsep dan
keterkaitan antar konsep; (b) memahami, mengingat dan mandiri dalam
memberikan konklusi/ kesimpulan dan membuktikan berdasarkan bukti formal
yang logis.
6

(3) Komponen numerik yang terdiri dari (a) memahami/ menyusun konsep bilangan;
(b) ingatan mengenai bilangan/ pola dan mencari solusi yang berkaitan dengan
bilangan.
(4) Komponen simbolisasi yang terdiri dari (a) memahami simbol; (b) mengingat
simbol; (c) mengoperasikan dan menggunakan symbol (Nurlaeliyah, 2015).
3. Kecerdasan Spasial-Visual (Spatial Intelligence)
Kecerdasan spasial-visual merupakan kemampuan untuk memvisualisasikan
gambar di dalam pikiran seseorang bisa disebut juga dengan picture smart. Kecerdasan
ini digunakan oleh anak untuk berpikir dalam bentuk visualisasi dan gambar untuk
memecahkan sesuatu masalah atau menemukan jawaban. materi program dalam
kurikulum yang dapat mengembangkan kecerdasan visual spasial, antara lain
penayangan video, gambar, menggunakan model (modelling) dan atau diagram.
Gardner menyatakan bahwa kecerdasan spasial adalah kemampuan untuk membentuk
suatu gambaran mental tentang tata ruang atau menghadirkan dunia mengenai ruang
secara internal dalam pikirannya (mind). Siswa yang mempunyai kecerdasan spasial-
visual akan dengan mudah belajar ilmu ukur ruang, akan dengan mudah menentukan
suatu letak benda dalam ruangan, Dia dapat membayangkan suatu bentuk secara benar,
meski dapat perspektif. Bila menggambar suatu pemandangan dia dengan mudah
menempatkan benda-benda pada tempatnya yang tepat, dan benar dimensinya
(Husamah & et al., 2016).
4. Kecerdasan Kinestetis-Jasmani (Bodily Kinesthetic Intelligence)
Kecerdasan ini dikenal dengan yang namanya body smart. Kecerdasan
kinestetis jasmani adalah kemampuan menggunakan seluruh tubuh dan komponennya
untuk memecahkan permasalahan, membuat sesuatu atau menggunakan beberapa
macam produksi, dan kordinasi anggota tubuh dan pikiran untuk menyempurnakan
penampilan fisik. Kecerdasan ini meliputi kemampuan seseorang mengkoordinasikan
gerakan fisik. Kemampuan mereka yang menonjol adalah dalam hal gerak motorik dan
keseimbangan.
Orang yang memiliki kecerdasan ini memproses informasi melalui sensasi yang
dirasakan pada badan mereka. Cara meningkatkan kecerdasan ini dengan bergabung di
7

klub olahraga, kegiatan dansa, mengumpulkan macam benda dengan bermacam


tekstur. Siswa yang memiliki kecerdasan kinestetis jasmani biasanya suka menari,
olahraga, dan suka bergerak. Siswa ini biasanya tidak suka diam, dia selalu ingin
menggerakan tubuhnya bila waktu luang dan tidak ada pelajaran (Husamah & et al.,
2016).
5. Kecerdasan Musikal (Musical Intelligence)
Kecerdasan ini juga dikenal dengan istilah music smart. Gardner mengemukakan
bahwa kecerdasan musikal merupakan kemampuan untuk mendengar dan mengenali
pola, mengingat dan bereaksi sesuai dengan musik yang di dengar, serta menghasilkan
musik dengan intonasi suara, irama, dan warna nada. Seseorang yang memiliki
kecerdasan musikal akan memiliki kepekaan dalam menciptakan dan mengapresiasi
irama, pola titik nada, warna nada, serta apresiasi bentuk-bentuk ekspresi emosi
musikal.
Kecerdasan musikal mencakup kemampuan menangani bentuk-bentuk musikal,
dengan cara mempersepsi (penikmat musik), membedakan (kritikus musik), mengubah
(komposer), dan mengekspresikan (penyanyi). Siswa yang mempunyai inteligensi
musikal tinggi kentara dalam penampilannya bila sedang bernyanyi di kelas, atau
dalam tugas-tugas yang berkaitan dengan musik, mereka biasanya bernyanyi dengan
baik, dapat memainkan suatu alat musik, mudah mempelajari not lagu, dan yang
menarik, siswa akan mudah mempelajari suatu mata pelajaran lain bila mata pelajaran
itu diterangkan dengan suatu lagu atau musik (Husamah & et al., 2016).
6. Kecerdasan Intrapersonal (Intrapersonal Intelligence)
Kecerdasan ini dikenal juga dengan istilah self smart atau kecerdasan pengenalan
diri. Gardner memisahkan kecerdasan intrapersonal dengan interpersonal akan tetapi
keduanya masuk dalam kecerdasan diri (the personal intelligences). Kecerdasan
intrapersonal merupakan kemampuan memahami hal-hal yang berkaitan dengan
perasaan-perasaan yang ada pada diri sendiri, seperti perasaan senang, ataupun sedih,
apa yang dapat dia lakukan, apa yang ingin dilakukan, bagaimana caranya bereaksi
terhadap hal-hal tertentu, dan hal-hal mana yang perlu dihindari, dan mana yang perlu
di dekati.
8

Kecerdasan intrapersonal meliputi kemampuan memahami dan menggunakan


pemikiran, perasaan, preferensi, dan minat seseorang. Seseorang dengan kecerdasan
intrapersonal menonjol memiliki kepekaan memahami perasaan sendiri dan
kemampuan membedakan emosi, pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan diri.
Kemampuan yang mereka miliki adalah mengenali diri sendiri sceara mendalam,
kemampuan intuitif, motivasi diri, penyendiri, atau sensitif terhadap nilai diri dan
tujuan hidup.
Siswa yang memiliki kecerdasan intrapersonal yang kuat akan mengenali
berbagai kekuatan dan keterbatasan mereka dan menantang diri mereka sendiri supaya
bisa menjadi jauh lebih baik. Siswa jenis ini berorientasi pada tujuan, reflektif, dan
melihat kesuksesannya sebagai hasil langsung dari perencanaan, usaha, dan
ketekunannya sendiri. Mereka cepat bangkit kembali ketika mengalami suatu
kegagalan karena motivasi dalam diri mereka sangat kuat.
Siswa yang menonjol dalam kecerdasan ini sering terlihat diam, lebih suka
bermenung di kelas, lebih suka bekerja sendiri. Bila guru memberikan tugas bebas,
siswa ini kadang diam lama merenungkan tugas itu sebelum mengerjakannya sendiri.
Guru yang tidak tahu atau kurang memahami akan hal ini akan sering memarahi siswa
tersebut karena nampak tidak mendengarkan dan hanya melamun. Padahal sebenarnya
dia sedang berpikir dalam (Husamah & et al., 2016).
7. Kecerdasan Interpersonal (Interpersonal Intelligence)
Kecerdasan ini dikenal dengan people smart. Kecerdasasn interpersonal adalah
kemampuan melihat dan memahami perbedaan mood, temperamen, motivasi, dan
hasrat orang lain dan bekerja sama dengan mereka. Kecerdasan interpersonal meliputi
kemampuan memahami dan berinteraksi secara baik dengan orang lain. Seseorang
yang memiliki kecerdasan ini hal menonjol yang ditunjukkannya adalah kepekaan
mencerna dan merespon secara tepat suasa hati, temperamen, motivasi, dan keinginan
orang lain. Mereka memiliki kemampuan bergaul dengan orang lain, memimpin,
kepekaan sosial yang tinggi, negosiasi, bekerja sama, dan empati yang tinggi.
9

Orang yang memiliki kecerdasan interpersonal yang kuat lebih suka bekerja
dalam berbagai situasi dimana mereka dapat menjadi sosial, merencanakan secara
bersama, dan bekerja dengan orang lain demi keuntungan timbal balik. Mereka lebih
suka bekerja sama ketimbang bekerja sendirian dan menunjukkan ciri keterampilan
empati dan komunikasi yang baik. Siswa dengan kecerdasan interpersonal yang tinggi
akan mudah bergaul dan berteman. Mudah berkomunikasi dan mengumpulkan teman
lain. Bila dilepas seorang diri, dia akan dengan cepat mencari teman. Di dalam konteks
belajar dia cenderung lebih suka belajar bersama orang lain dan suka mengadakan studi
kelompok (Husamah & et al., 2016).
8. Kecerdasan Naturalis (Naturalis Intelligence)
Kecerdasan ini juga dikenal dengan istilah nature smart. Gardner
mengemukakan bahwa kecerdasan naturalis merupakan kemampuan memahami alam
sekitar, mengenali binatang dan tumbuhan di lingkungan, sensitif terhadap corak yang
berkaitan dengan dunia alam seperti awan, formasi batu untuk mengenali dan
mengklasifikasi sejumlah spesies flora dan fauna di lingkungan. Kecerdasan ini
memungkinkan orang-orang berkembang dengan pesat dalam lingkungan yang
berbeda dan mengkategorisasi, mengamati, beradaptasi, dan menggunakan fenomena
alam. Orang yang memiliki kecerdasan naturalis mampu untuk mengenali,
membedakan, mengungkapkan, dan membuat kategori terhadap apa yang dijumpai di
alam maupun lingkungan.
Intinya adalah kemampuan manusia untuk mengenali tanaman, hewan, dan
bagian lain dari alam semesta. Mereka menyukai memelihara hewan peliharaan
ataupun menanam tanaman dengan penuh kecintaan. Siswa yang berintelegensi
lingkungan tinggi akan senang bila ada acara di luar sekolah, seperti berkemah bersama
di pegunungan (Husamah & et al., 2016).
9. Kecerdasan Eksistensial (Existential Intelligence)
Kecerdasan ini juga dikenal dengan existent smart. Inteligensi ini menaruh
perhatian pada masalah hidup yang paling utama. Gardner membaginya kedalam dua
bagian, yakni menempatkan diri sendiri dalam jangkauan wilayah kosmos yang terjauh
(yang tak terbatas maupun yang amat kecil, menempatkan diri sendiri dalam ciri
10

manusiawi yang paling eksistensial), makna hidup, makna kematian, keberadaan akhir
dari dunia jasmani dan psikologi, pengalaman batin seperti kasih kepada manusia lain,
atau terjun secara total ke dalam suatu karya seni. Inteligensi ini menyangkut
kemampuan untuk selalu menghargai apa yang ada dan apa yang sedang terjadi untuk
diolah menjadi sesuatu yang bermanfaat guna mencapai kesuksesan hidup. Siswa yang
menonjol dalam kecerdasan ini akan sering mengajukan pertanyaan yang jarang
dipikirkan orang, termasuk gurunya sendiri. Misalnya tiba-tiba bertanya. “Mengapa
aku ada di sekolah?, untuk apa ini semua?”, “Apa semua manusia akan mati?”.
“Apakah hidup itu?” (Husamah & et al., 2016).

2.2 Modalitas Belajar dalam Pembelajaran


Belajar merupakan aktivitas individu untuk mencari dan memperoleh
pengetahuan, pengalaman maupun informasi melalui bahan belajar ataupun dari
lingkungan. Untuk mendapatkan pengetahuan, seseorang tersebut harus menggunakan
cara belajar yang berbeda-beda yang sesuai dengan dirinya. Cara belajar yang
digunakan oleh seseorang dalam belajar disebut juga dengan gaya belajar. Gaya belajar
ini ditandai dengan cara konsisten siswa dalam merespon dan menggunakan stimulus
yang diterimanya dalam aktivitas belajar (Hartati, 2014). Untuk merespon stimulus
yang berupa materi, bahan belajar atau informasi yang diperlukan kemampuan
mengindera, mengingat berpikir dan memecahkan masalah (De porter dan Hernacki,
1999). Gaya belajar atau modalitas belajar adalah petunjuk bagaimana mengamati,
berinteraksi dan meanggapi lingkungan belajar. Modalitas belajar adalah cara yang
mudah dan nyaman untuk menyerap, mengatur dan mengolah informasi (Faisal dan
Zulfanah, 2008). Berdasarkan modalitas, ada siswa yang senang belajar dengan
menggunakan penglihatan, pendengaran, atau gerakan. Modalitas individu adalah
kemampuan mengindera untuk menyerap bahan informasi maupun bahan pelajaran.
Gaya belajar berdasarkan modalitas ini terdiri dari tipe visual, audiotori, dan kinestetik
(De porter dan Hernacki, 1999). Akan tetapi hampir semua orang cenderung pada salah
satu gaya belajar yang berperan untuk pembelajaran, pemrosesan dan komunikasi.
Tipe-tipe gaya belajar siswa secara umum adalah sebagai berikut (Hartati, 2014).
11

1. Gaya belajar visual


Gaya belajar ini mengandalkan aktivitas belajarnya kepada materi pelajaran
yang dilihatnya. Pada gaya belajar ini, memegang peranan penting dalam cara
belajarnya adalah penglihatan. Peta pikiran/ konsep dapat menjadi alat bagus bagi
para pelajar visual, karena mereka belajar terbaik saat mereka mulai dengan
“gambaran keseluruhan”, melakukan tinjauan umum mengenai bahan pelajaran.
2. Gaya belajar audiotorial
Gaya belajar ini mengandalkan aktivitas belajarnya kepada materi pelajaran
yang didengarnya. Para pelajar auditori lebih suka merekam pada kaset daripada
mencatat, karena mereka menyukai mendengarkan informasi berulang-ulang.
3. Gaya belajar kinestetik
Gaya belajar ini mengandalkan aktivitas belajarnya kepada gerakan. Para
pelajar dengan gaya belajar ini menyukai belajar melalui gerakan, dan paling baik
menghafal informasi dengan mengasosiasi gerakan dengan setiap fakta. Mereka
juga menyukai duduk di lantai dan menyebarkan pekerjaan di sekeliling mereka.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa gaya belajar adalah cara belajar
seseorang dalam memperoleh pengetahuan, menyerap informasi, cara mengingat,
berpikir dan memcahkan masalah secara berbeda-beda yang berkaitan dengan pribadi
masing-masing sesuai dengan lingkungan belajarnya berdasarkan tipe-tipe gaya
belajarnya yaitu visual, auditorial, dan kinestetik (Hartati, 2014).

2.3 Kesulitan Belajar Siswa dalam Pembelajaran Biologi/Sains


2.3.1 Faktor Kesulitan Belajar Siswa
Pada umumnya, kesulitan belajar siswa merupakan suatu kondisi belajar yang
ditandai dengan adanya hambatan dalam kegiatan pembelajaran sehingga memerlukan
usaha lebih giat lagi untuk dapat mengatasinya. Kesulitan belajar siswa dapat dilihat
dari hasil belajar yang dicapainya. Aktifitas belajar siswa tidak selamanya berjalan
lancar. Hal ini dapat dilihat dari cara menangkap pelajaran yang kadang-kadang cepat,
kadang-kadang lama, atau kadangkadang lancar dan kadang-kadang tidak (Buchori,
2018).
12

Kesulitan belajar adalah suatu kondisi dimana anak didik tidak dapat belajar secara
wajar, disebabkan adanya ancaman, hambatan ataupun gangguan dalam belajar
(Djamarah, 2011). Kesulitan belajar merupakan suatu kondisi tertentu yang ditandai
dengan adanya hambatan dalam mencapai kegiatan tujuan, sehingga memerlukan
usaha lebih giat lagi untuk dapat beradaptasi. Kesulitan belajar dapat diartikan suatu
kondisi dalam suatu proses belajar yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan
tertentu.
Kesulitan belajar di sekolah bisa bermacam-macam yang dapat dikelompokkan
berdasarkan sumber kesulitan belajar, baik dalam hal menerima pelajaran atau dalam
menyerap pelajaran di sekolah. Jadi kesulitan belajar yang dihadapi siswa terjadi pada
waktu mengikuti pelajaran yang disampaikan/ ditugaskan oleh seorang guru (Jamal,
2016). Faktor-faktor yang yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya tetapi dapat
digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu faktor internal dan eksternal.
Menurut Dimyati dan Mujiono (2015) faktor internal belajar yaitu sikap terhadap
belajar, motivasi belajar, konsentrasi belajar, mengolah bahan belajar, menyimpan
perolehan hasil belajar, menggali hasil belajar yang di simpan, kemampuan berprestasi
atau unjuk hasil belajar, rasa percaya diri siswa, intelegensi dan keberhasilan belajar,
kebiasaan belajar, cita-cita siswa. Faktor-faktor eksternal belajar yaitu guru sebagai
pembina siswa belajar, prasarana dan sarana pembelajaran, kebijakan penilaian,
lingkungan sosial siswa di sekolah, kurikulum sekolah. Menurut Zikra (2016)
menyatakan bahwa kesulitan siswa belajar Biologi/Sains disebabkan oleh faktor
sebagai berikut.
a. Faktor dari diri sendiri kesulitan belajar dipengaruhi oleh diri siswa sendiri
meliputi dari keadaan fisik (fisiologis) dan keadaan mental (psikologis). Faktor
inteligensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk
mengahadapi dan menyesuaikan kedalam situasi yang baru dengan cepat dan
efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Hal ini didukung
oleh sapuroh (2010), dalam penelitian yang dilakukan tentang analisis kesulitan
belajar siswa dominan adalah faktor internal atau diri sendiri yaitu sebesar 79,34%
yang menyangkut dengan inteligensi, minat dan motivasi.
13

b. Faktor dari lingkungan sekolah, misalnya keterbatasan tersedianya sarana dan


prasarana, inovasi guru dalam pembelajaran, materi Biologi yang dipelajari. Salah
satu inovasi guru dalam pembelajaran yaitu metode mengajar guru yang kurang
baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Metode mengajar
yang baik itu dapat terjadi misalnya karena guru kurang persiapan dan kurang
menguasai bahan pelajaran sehingga sehingga guru tersebut menyajikannya
kurang jelas atau cara penyampaian yang kurang diminati siswa, sehingga siswa
kurang senang terhadap pelajaran ataupun gurunya, akibatnya siswa malas untuk
belajar.
c. Faktor dari lingkungan keluarga yaitu tempat belajar bagi siswa, penyediaan
sarana dan prasarana, hubungan dengan orang tua, kesulitan situasi dan kondisi
keluarga dan kesulitan dukungan dari keluarga. Khafid (2018), menyatakan bahwa
faktor – faktor penghambat yang mempengaruhi pendidikan dalam satu keluarga
ada beberapa macam yaitu : 1) Rendahnya pendidikan orangtua 2) Kehidupan
sosial kemasyarakatan 3) Kehidupan ekonomi yang dimiliki keluarga 4)
Terbatasnya pengetahuan tentang asli kecerdasan emosional yyang sesungguhnya
5) Kurangnya waktu, perhatian, hubungan yang harmonis dalam kehidupan rumah
tangga. 6) Tayangan televis yang kurang mendidik.
d. Faktor dari lingkungan masyarakat merupakan bagian yang penting dalam
mendukung proses pembelajaran siswa terutama dari pengaruh teman bergaul
Berdasarkan uraian di atas maka faktor-faktor yang bisa mempengaruhi belajar
siswa bisa menjadi bahan pertimbangan bagi guru Biologi untuk merancang strategi
pembelajaran dikelas, dan sebagai bahan perhatian bagi orang tua untuk selalu
memberikan perhatian dan dukungannya pada kebutuhan belajar anak.
2.2.2 Solusi Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa
Kesulitan belajar merupakan ketidakmampuan siswa dalam menggunakan atau
memaksimalkan fungsi kemampuan secara spesifik, contohnya tidak sempurna dalam
mengeja atau membaca. Sehingga dibutuhkan cara belajar khusus untuk siswa yang
mengalami kesulitan belajar. Berikut beberapa cara yang dapat digunakan oleh guru
untuk membantu anak mengatasi kesulitan belajar.
14

1. Menggunakan metode pembelajaran prior knowledge


Menggunakan metode pembelajaran dengan mengaktifkan prior knowledge atau
pengetahuan awal siswa yang sudah dimiliki sebelumnya untuk mempelajari
materi baru yang masih berhubungan. Penggunaan pengetahuan awal akan
memudahkan siswa mengingat materi baru sesuai konteks materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Prior knowledge salah satunya dapat dilakukan dengan
memberikan tugas membaca materi di rumah yang akan dipelajari esok hari.
2. Menggunakan mind mapping
Mengajarkan kemampuan pembelajaran untuk belajar, karena sebagian siswa
dengan kesulitan belajar tidak memiliki strategi yang baik untuk belajar.
Contohnya siswa dapat diajarkan membuat catatan atau mind map untuk
mempermudah siswa dalam belajar.
3. Sering memberikan umpan balik
Siswa dengan kesulitan belajar memiliki keterbatasan tidak sanggup mengerjakan
tugas atau belajar dalam jangka waktu panjang. Sehingga guru disarankan untuk
memberikan tugas yang singkat dan konkret yang langsung diberi nilai.
4. Pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif
Menggunakan strategi pengajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam
pelajaran. Siswa dengan kesulitan belajar cenderung berkinerja lebih baik jika
mereka terlibat secara aktif dalam pelajaran. Guru dapat menggunakan metode
kooperatif dan proyek praktis. Cara mengatasi kesulitan belajar dengan melibatkan
siswa ini memerlukan kesabaran dan keuletan guru.
5. Self-monitoring
Self-monitoring bertujuan agar siswa mampu menjaga dan mengontrol perilakunya
yang dimunculkan. Terdapat dua komponen: self-evaluation dan self-recording.
Contohnya, siswa yang telah menyelesaikan tugas biologi dapat mengevaluasi
pekerjaannya dengan melihat jawaban benar dan melaporkan berapa jawaban
benar yang dia kerjakan. Setelah beberapa hari menyelesaikan beberapa tugas
biologi, guru dan siswa dapat melihat laporan kemajuan belajar matematika siswa.
15

Dari sini guru dapat mengetahui apakah siswa masih mengalami kesulitan di
konsep matematika tertentu atau tidak.
6. Scaffolded instruction
Guru menyediakan asisten kepada siswa dalam mempelajari materi atau tugas-
tugas baru, dan secara perlahan mengurangi kehadiran asisten kepada anak
sehingga anak dapat belajar secara mandiri.
7. Reciprocal teaching
Reciprocal teaching meliputi dialog interaktif antara guru dan siswa yang
memunculkan hubungan yang lebih dekat antara siswa dan guru. Guru
memberikan bantuan dalam menyelesaikan tugas dengan cara tahapan
penyelesaian tugas, namun guru memberikan kebebasan kepada siswa untuk
menggunakan asumsi mereka sendiri dalam menyelesaikan tugas.
Cara mangatasi kesulitan belajar menggunakan reciprocal teaching akan
meningkatkan kedekatan guru dengan siswanya, sehingga siswa akan termotivasi
untuk menggali kemampuan dirinya. Contohnya guru memberikan tugas
membedakan tumbuhan berkayu dan tidak berkayu, guru bertanya pada siswa
tumbuhan berkayu itu seperti apa dan yang tidak berkayu seperti apa. Kemudian
siswa diberi kebebasan untuk menyebutkan contoh dan mencari ciri-ciri lain dari
tumbuhan berkayu dan tidak berkayu.
8. Instruksi secara langsung (direct instruction)
Fokus kepada proses dari instruksi yang disampaikan. Program ini dapat
diterapkan pada beberapa bidang akademis, seperti membaca, berhitung, sains,
sosial dan lain sebagainya. Instruksi disampaikan dengan langsung bertatap muka
kepada siswa, serta dilakukan secara bertahap sesuai dengan materi yang akan
dipelajari serta menekankan program praktek (practice) dan penyampaian materi
yang berulang (drill).
9. Peer tutoring
Guru menyusun program pembelajaran dengan cara mengelompokkan siswa-
siswa dalam beberapa kelompok dan kemudian menetapkan siswa yang memiliki
kemampuan yang lebih untuk membantu teman-teman yang lain dalam memahami
16

materi yang dipelajari. Bekerjasama dengan teman sekelas, dapat meningkatkan


keefektifan dalam belajar, didukung oleh adanya kebebasan dalam menyampaikan
materi sesuai dengan analogi yang dimiliki dan tepat dengan tujuan pembelajaran.
10. Self-instruction
Guru mengajarkan siswa untuk menyadari jenis-jenis pemecahan masalah
terhadap tugas-tugas yang dihadapi, kemudian diaplikasikan dalam perilaku yang
dimunculkan tanpa dikontrol atau instruksi secara verbal. Terdapat 5 langkah
dalam menerapkan self-instruction:
Mendefinisikan masalah : “Apa yang harus saya lakukan?”
Rencana : “Bagaimana saya dapat menyelesaikan tugas ini?”
Penggunaan strategi : “Lima tahap strategi akan membantu saya mencari
kata-kata penting?”
Self-evaluation : “Bagaimana tugas yang telah saya selesaikan?”
Self-reinforcement : “Kerja bagus. Aku dapat menyelesaikan tugas dengan
baik”.
11. Service Delivery Models
Dalam pelaksanaan proses pembelajaran, siswa yang mengalami kesulitan belajar
ditempatkan pada satu ruang khusus, sehingga siswa diberikan metode dan materi
khusus untuk memfasilitasi siswa sepenuhnya dan mendorong keinginan siswa
untuk belajar dengan serius.
2.2.3 Motivasi Belajar Siswa
Untuk meningkatkan motivasi siswa agar mereka memiliki motivasi berprestasi
yang tinggi, khususnya bagi mereka yang memiliki motivasi rendah dalam berprestasi,
ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi
belajar siswa, sebagai berikut:
1. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik. Pada permulaan belajar mengajar
hendaknya seorang guru menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus
(TIK) yang akan dicapai siswa. Tidak cukup sampai di situ saja, tapi guru juga bisa
memberikan penjelasan tentang pentingnya ilmu yang akan sangat berguna bagi
17

masa depan seseorang, baik dengan norma agama maupun sosial. Makin jelas
tujuan, maka makin besar pula motivasi dalam belajar.
2. Hadiah. Berikan hadian untuk siswa-siwa yang berprestasi. Hal ini akan sangat
memacu siswa untuk lebih giat dalam berprestasi, dan bagi siswa yang belum
berprestasi akan termotivasi untuk mengejar atau bahkan mengungguli siswa yang
telah berprestasi. Hadiah di sini tidak perlu harus yang besar dan mahal, tapi bisa
menimbulkan rasa senag pada murid, sebab merasa dihargai karena prestasinya.
Kecuali pada setiap akhir semester, guru bisa memberikan hadiah yang lebih
istimewa (seperti buku bacaan) bagi siswa ranking 1-3.
3. Saingan/kompetisi. Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya
untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang
telah dicapai sebelumnya.
4. Pujian. Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan
atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun. Bisa dimulai dari hal yang
paling kecil seperti, “beri tepuk tangan bagi si Budi…”, “kerja yang bagus…”,
“wah itu kamu bisa…”.
5. Hukuman. Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses
belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau
merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya. Hukuman di sini
hendaknya yang mendidik, seperti menghafal, mengerjakan soal, ataupun
membuat rangkuaman. Hendaknya jangan yang bersifat fisik, seperti menyapu
kelas, berdiri di depan kelas, atau lari memutari halaman sekolah. Karena ini jelas
akan menganggu psikis siswa.
6. Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar. Strateginya adalah
dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik, khususnya bagi mereka
yang secara prestasi tertinggal oleh siswa lainnya. Di sini guru dituntut untuk bisa
lebih jeli terhadap kondisi anak didiknya. Ingat ini bukan hanya tugas guru
bimbingan konseling (BK) saja, tapi merupakan kewajiban setiap guru, sebagai
orang yang telah dipercaya orang tua siswa untuk mendidik anak mereka.
18

7. Membentuk kebiasaan belajar yang baik. Ajarkan kepada siswa cara belajar yang
baik, entah itu ketika siswa belajar sendiri maupun secara kelompok. Dengan cara
ini siswa diharapkan untuk lebih termotivasi dalam mengulan-ulang pelajaran
ataupun menambah pemahaman dengan buku-buku yang mendukung.
8. Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok. Ini
bisa dilakukan seperti pada nomor 6.
9. Menggunakan metode yang bervariasi. Guru hendaknya memilih metode belajar
yang tepat dan berfariasi, yang bisa membangkitkan semangat siswa, yang tidak
membuat siswa merasa jenuh, dan yang tak kalah penting adalah bisa menampung
semua kepentingan siswa. Sperti Cooperative Learning, Contectual Teaching &
Learning (CTL), Quantum Teaching, PAKEM, mapun yang lainnya. Karena siswa
memiliki tingkat intelegensi yang berbeda-beda satu sama lainnya. Ada siswa yang
hanya butuh 5 menit untuk memahami suatu materi, tapi ada siswa yang
membutuhkan 25 menit baru ia bisa mencerna materi. Itu contoh mudahnya.
Semakin banyak metode mengajar yang dikuasai oleh seorang guru, maka ia akan
semakin berhasil meningkatkan motivasi belajar siswa.
10. Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Baik itu
media visual maupun audio visual.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dalam penyusunan makalah ini yaitu.
1. Modalitas majemuk atau sering disebut juga dengan kecerdasan majemuk,
merupakan suatu keanekaragaman kemampuan yang berfungsi untuk melejitkan
siswa dan menjadikan mereka sebagai sang juara, karena pada hakikatnya setiap
anak itu cerdas. Kecerdasan majemuk ini bisa juga disebut dengan Multiple
Intelligences.
2. Gaya belajar atau modalitas belajar adalah petunjuk bagaimana mengamati,
berinteraksi dan meanggapi lingkungan belajar. Modalitas belajar adalah cara yang
mudah dan nyaman untuk menyerap, mengatur dan mengolah informasi.
3. Kesulitan belajar siswa dalam pembelajaran Biologi/Sains disebabkan oleh faktor
internal dan faktor eksternal. faktor internal belajar yaitu sikap terhadap belajar,
motivasi belajar, konsentrasi belajar, mengolah bahan belajar, menyimpan
perolehan hasil belajar, menggali hasil belajar yang di simpan, kemampuan
berprestasi atau unjuk hasil belajar, rasa percaya diri siswa, intelegensi dan
keberhasilan belajar, kebiasaan belajar, cita-cita siswa. Faktor-faktor eksternal
belajar yaitu guru sebagai pembina siswa belajar, prasarana dan sarana
pembelajaran, kebijakan penilaian, lingkungan sosial siswa di sekolah, kurikulum
sekolah
4. Untuk mengatasi kesulitan belajar siswa, dibutuhkan solusi dan juga motivasi yang
dapat mendorong semangat siswa dalam pembelajaran dan meraih prestasi.
3.2 Saran
Kami sadar akan keterbatasan sumber yang kami miliki, sehingga kami
harapkan kritik maupun saran dari semua teman-teman dan dosen pengampu
matakuliah untuk ke depan yang lebih baik lagi.

19
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. (2012). Anak Berkesulitan Belajar: Teori, Diagnosis, dan


Remediasinya. Jakarta: Rineka Cipta

Buchori, M.L., Suryadharma, I.B., & Fajaroh, F. (2018). Identifikasi Tingkat, Jenis,
dan Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Siswa MA Negeri Wlingi dalam
Memahami Materi Indikator dan pH Larutan AsamBasa. Jurnal Pendidikan
Kimia. 2 (2): 2- 11.

DePorter, Bobbi & Hernacki. 1999. Quantum Learning. Bandung : Kaifa.

Dimyati & Mudjiono. (2010). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Djamarah, S.B. (2011). Psikologi Belajar Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta

Faisal, Amir, Zulfanah. (2008). Menyiapkan Anak Jadi Juara. Jakarta: Elex Media
Komputindo.

Hartati, C & Sabari, J. (2014). Peningkatan Kesadaran Lingkungan dan Prestasi Belajar
IPS Siswa Tunagrahita Melalui Pendekatan Kontekstual. Jurnal Elementary
School 1 173-180 Volume 1 Nomor 2 Juli 2014 ISSN 2338-980X.

Husamah, & et al. (2016). Belajar dan Pembelajaran (U. Press (ed.); 1st ed.). UMM
Press.

Jamal, F. (2016). Analisis Kesulitan Belajar Siswa dalam Mata Pelajaran Matematika
pada Materi Peluang Kelas XI IPA SMA Muhammadiyah Meulaboh Johan
Pahlawan. Jurnal Pendidikan Matematika. 1 (1): 18-36.

Khafid, M. (2008). Faktor–faktor yang Mempengaruhi Ketuntasan Belajar Akuntansi:


Motivasi Belajar Sebagai Variabel Intervening. Jurnal Penelitian Pendidikan.
37 (1): 46-54.

Nurlaeliyah. (2015). Multiple Intelegency Terhadap Perkembangan Belajar Siswa.


Jurnal Pendidikan Dan Studi Islam, 1(1), 133–138.

Slameto. (2015). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka


Cipta.

Wahab, R. (2015). Psikologi Belajar. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Zikra. (2016). Analysis Of Factors Cause of Learning Difficulties of Biology Class VII
MTSS PGAI Padang. Journal BioCONCETTA. 2 (2), 93-102.

20

Anda mungkin juga menyukai