Anda di halaman 1dari 18

PAPER/ MAKALAH

RANGKUMAN SNI KAYU


TEGANGAN, BERAT JENIS, FAKTOR TEKUK,
ANKA KELANGSINGAN, SAMBUNGAN

DI SUSUN OLEH :
KLMPOK 15
1. ANGGA (418110105)
2. AIDZUL AKBAR AZIZUDIN (418110101)
3. FAESAL FAHROZI (4181101
4. NANANG (4181101

PROGRAM STUDI REKAYASA SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha kuasa karena telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk menyelesaikan Paper/makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah
penulis dapat menyelesaikan paper yg berjudul RANGKUMAN SNI MENGENAI
TEGANGAN, BERAT JENIS, FAKTOR TEKUK, ANGKA KELANGSINGAN, DAN
SAMBUNGAN tepat pada waktu yang sudah di tentukan.

penulis juga berharap agar Paper ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang
TEGANGAN, BERAT JENIS, FAKTOR TEKUK, ANGKA KELANGSINGAN, DAN
SAMBUNGAN pada suatu jenis kayu.

Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses
Penyusunan Paper Ini.

Penulis menyadari Jurnal ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Penulis

Kelompok 14
DAFTAR ISI

COVER ……………………………………………………………………………......................

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………….


DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………...............
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………………...
A. Latar belakang …………………………………………………………………………...
B. Tujuan ……………………………………………………………………………............
BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………………………………
A. Tegangan ………………………………………………………………………………….
1. tegangan ijin kayu ……………………………………………………………………
2. langkah perhitungan ijin ……………………………………………………………..
B. Berat jenis ……………………………………………………………………………........
C. Factor tekuk ……………………………………………………………………………....
D. Angka kelangsingan ……………………………………………………………………...
E. Sambungan …………………………………………………………………………….....
BAB III PENUTUP ……………………………………………………………………………….
A. KESIMPULAN …………………………………………………………………………...
C. SARAN ……………………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bangunan bukan hanya merupakan sebuah benda yang dapat dipamerkan oleh
pemiliknya, tapi juga merupakan tempat bernaung, berteduh dan beraktivitas. Terlebih lagi
sebagian besar aktivitas sehari-hari kita lakukan dalam ruangan. Dengn pentingnya ruangan
sebagai bagian dari bangunan itu sendiri maka pantaslah kita harus teliti dalam memilih
material dan bahan bangunan yang baik dan sesuai dengan kondisi iklim dimana bangunan
itu akan berdiri. Kayu merupakan salah satu bahan bangunan yang berasal dari alam dan
sangat sering digunakan.
Dalam kehidupan kita sehari-hari, kayu merupakan bahan yang sangat sering
dipergunakan untuk tujuan penggunaan tertentu. Terkadang sebagai barang tertentu kayu
tidak dapat digantikan dengan bahan lain karena sifat khasnya. Kita sebagai pengguna dari
kayu yang setiap jenisnya mempunyai sifat-sifat yang berbeda, perlu mengenal sifat-sifat
kayu tersebut sehingga dalam pemilihan atau penentuan jenis untuk tujuan penggunaan
tertentu harus betul-betul sesuai dengan yang kita inginkan.
Selain itu kayu juga merupakan hasil hutan yang mudah di proses untuk dijadikan barang
sesuai dengan kemajuan tekhnologi. Kayu memiliki beberapa sifat yang tidak dapat ditiru
oleh bahan-bahan lain. Pemilihan dan penggunaan kayu untuk suatu tujuan pemakaian.
Mengetahui sifat-sifat kayu ini sangat penting sekali dalam industry pengolahan kayu sebab
dari pengetahuan sifat tersebut tidak saja dapat dipilih jenis kayu yang tepat serta macam
penggunaan yang memungkinkan, akakn tetapi juga dapat dipilih kemungkinan penggantian
oleh jenis kayu lainya apabila jenis yang bersangkutan sulit didapat secara kontinyu atau
terlalu mahal.
Selanjutnya akan dibahas mengenai sifat kayu, keuntungan dan kelemahannya serta cara
penggunaan atau sambungannya.
B. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengenal sifat-sifat kayu dan
kekuatannya sehingga dapat diketahui kegunaan kayu tiu sendiri dalam konstruksi sesuai
kekuatannya masing-masing.
BAB II
PEMBAHASAN

A. TEGANGAN

1. Tegangan ijin kayu.


Tegangan kayu yang diijinkan (atau sering disebut tegangan ijin) merupakan
besaran (dalam satuan kg/cm2) yang menyatakan tegangan kayu yang diperkenankan
dipakai dalam perhitungan-perhitungan. Tegangan ijin dibedakan menurut gaya yang
bekerja dan arah bekerjanya gaya, yaitu :
 Lt = Tegangan Ijin Lentur

 ds // = Tegangan Ijin Desak Sejajar Serat

 tr // = Tegangan Ijin Tarik Sejajar Serat

 ds⊥ = Tegangan Ijin Desak Tegak Lurus Serat

  // = Tegangan Ijin Geser Sejajar Serat

Besarnya tegangan ijin tergantung dengan kelas kuat kayu.

2. Langkah perhitungan tegangan ijin.


Ada beberapa langkah umum dalam menghitung tegangan ijin kayu, adalah
sebagai berikut :
1. Tentukan jenis kayu yang akan digunakan.
Jenis kayu yang akan dipakai dalam perencanaan dapat diambil dari tabel yang
terdapat pada Lampiran I. Dari tabel tersebut akan diketahui kelas kuatnya dan
berat jenisnya (=g). Apabila terdiri dari beberapa kelas kekuatan, pilih yang
terendah (agar lebih aman).
2. Tentukan Tegangan ijinnya.

Besarnya tegangan ijin bisa ditentukan berdasarkan kelas kuatnya, dapat diambil
dari tabel yang terdapat pada Lampiran II. Bila ragu-ragu mengunakan tabel
tersebut, dapat menggunakan rumus yang terdapat dibawah ini, berdasarkan berat
jenisnya.
 lt = 170 g
 tr //
=  ds // = 150 g
 ds⊥ = 40 g
 // = 20 g

dengan g = berat jenis kayu.


Lampiran dan rumus tersebut diatas hanya berlaku untuk kayu mutu A. Sedang

untuk kayu mutu B, tegangan ijinnya harus dikalikan dengan faktor  = 3/4.

3. Tegangan ijin yang diperoleh diatas adalah untuk kayu terlindung, sehingga untuk
kayu yang tidak terlindung, misalnya : selalu terendam air, kadar lengas tinggi,
terkena air hujan dan matahari, maka tegangan ijinnya harus dikalikan dengan faktor
2/3 (  = 2/3). Bila struktur tidak terlindung namun dapat mengering dengan cepat,
misalnya : untuk jembatan, perancah, maka tegangan ijin harus dikalikan dengan
faktor 5/6 (  =5/6).

Gambar 2.1. Arah Gaya terhadap Batang Horisontal

4. Bila sifat muatan struktur kayu berupa beban sementara, maka tegangan ijinnya harus
dikalikan dengan angka 5/4 ( = 5/4).
Dengan demikian rumus tegangan ijinnya menjadi :

 lt = 170 g   
 tr // =  ds // = 150 g   
 ds⊥ = 40 g   
 // = 20 g   
5. Bila arah gaya batang membentuk sudut dengan arah serat kayu (Gambar 2.1), maka
tegangan yang diijinkan harus dihitung menurut rumus :

 ds
= ds - (  ds -  ds⊥ ) sin 

ada beberapa faktor yang mempengaruhi tegangan pada kayu yaitu :


a. Kepadatan
b. Kemiringan serat
c. Kandungan air
d. Mata kayu

B. BERAT JENIS
Penggolongan kelas kuat secara masinal (grading machine) pada kandungan air
standar (15%) menurut SNI-5 (2002) dapat dilihat pada Tabel 2.1. Berdasarkan
penggolongan kelas kuat atau mutu kayu seperti pada Tabel 2.1, maka nama kayu
perdagangan tidak lagi dapat digunakan sepenuhnya sebagai penentu kelas kuat kayu. Tetapi,
nilai berat jenislah yang akan sangat menentukan. Walaupun masyarakat telah mengenal
beberapa jenis kayu seperti bangkirai, meranti, kamper, jati, dan sengon dan telah mampu
mengurutkan kelas kuat dari kayu- kayu tersebut, sifat non-homogen menyebabkan
panjangnya interval bera jenis kayu pada satu macam kayu. Sebagai contoh
kayu bangkirai; Berat jenis pada kondisi kering udara berkisar antara 0,6 sampai
1,16. Karena kekuatan kayu berkorelasi linier dengan berat jenis, maka kayu bangkirai
seharusnya tidak terletak pada satu kelas kuat agar penggunaannya dapat optimal
Tabel 2.1 Nilai kuat acuan (MPa) berdasarkan atas pemilahan secara masinal pada kadar air 15%

Kode mutu Ew Fb Ft // Fc // Fv Fc

E26 25000 66 60 46 6,6 24


E25 24000 62 58 45 6,5 23
E24 23000 59 56 45 6,4 22
E23 22000 56 53 43 6,2 21
E22 21000 54 50 41 6,1 20
E21 20000 50 47 40 5,9 19
E20 19000 47 44 39 5,8 18
E19 18000 44 42 37 5,6 17
E18 17000 42 39 35 5,4 16
E17 16000 38 36 34 5,4 15
E16 15000 35 33 33 5,2 14
E15 14000 32 31 31 5,1 13
E14 13000 30 28 30 4,9 12
E13 12000 27 25 28 4,8 11
E12 11000 23 22 27 4,6 11
E11 10000 20 19 25 4,5 10
E10 9000 18 17 24 4,3 9

Dimana :
Ew : modulus elastisitas lentur
Fb : kuat lentur
Ft// : kuat tarik sejajar serat

Fc// : kuat tekan sejajar serat

Fv : kuat geser
Fc⊥ : kuat tekan tegak lurus serat

Nilai modulus elastisitas lentur (Ew) dalam satuan MPa dapat diperkirakan dengan
Persamaan (2.1) dimana G adalah berat jenis kayu pada kadar air standar (15%).

Ew = 16.500G0,7 (2.1)
Apabila nilai G yang diketahui bukan pada kadar air standar tetapi pada kadar air m%
(m sebaiknya lebih kecil dari pada 30%), maka prosedur berikut ini dapat dilakukan untuk
menentukan berat jenis kayu pada kadar air 15% (SNI-5, 2002; ASTM D2395-02).

1. Menghitung kadar air (m%)

(W −W )
m= g d x100%
Wd

Wd dan Wg berturut-turut adalah berat kayu kering-oven dan berat kayu basah.

2.Menghitung kerapatan kayu ( ) dalam satuan kg/m3

Wg
=
Vg

Vg adalah volume kayu basah.

3.Menentukan berat jenis pada kadar air m% (Gm)

Gm = 
 1.000(1+ m /100)

4.Menentukan berat jenis dasar (Gb)

Gb = Gm , dengan a = 30 − m
( 1 + 0,265aG )30
m

5.Menentukan berat jenis pada kadar air 15% (G)

G= Gb
( 1− 0,133G )
b

Contoh penentuan berat jenis kayu berdasarkan prosedur di atas adalah sebagai
berikut. Apabila hasil pengukuran berat basah dan berat kering dari sampel kayu
dengan ukuran seperti pada gambar di bawah berturut-turut adalah 1,6 gr dan 1,3 gr,
maka berat jenis kayu pada kadar air 15% adalah:
i. Kadar air sampel kayu (m%)

(1,6 −1,3)
m= x100% = 23%
1,3

ii. Nilai kerapatan ()

−3
1,6 10 kg = 800 kg/m3
=
2 10 − 6 m3

iii. Berat jenis pada kadar air m% (Gm)

Gm = 800 = 0,65
(
 1.000 1+ 23 / 100 )

• Berat jenis dasar (Gb)

30 − 23 0,65
a= = 0,233 Gb = = 0,625
30 (1+ 0,265x0,233x0,65)

• Berat jenis pada kadar air 15% (G)

G= Gb ) 0,625 = 0,68
( =
1− 0,133Gb (1− 0,133x0,625)

Analisis kode mutu dari beberapa jenis kayu yang sering digunakan
untuk keperluan konstruksi dapat dilihat Pada Tabel 2.2. Walaupun demikian pengujian
secara masinal atau pengujian berat jenis kayu masih tetap dianjurkan untuk kontrol
terhadap nilai-nilai yang ada pada Tabel 2.2. Nilai modulus elastisitas lentur (Ew) pada
kandungan air 12% diperoleh dari American Forest Product Laboratory. Sedangkan
nilai modulus elastisitas lentur pada kandungan air 15% dihitung dengan Persamaan
2.1 berdasarkan nilai berat jenis dari American Forest Product Laboratory atau
PROSEA. Kode mutu kayu ditentukan berdasarkan nilai modulus elastisitas lentur pada
kandungan air 15%. Pada Tabel 2.2 terlihat bahwa kayu kempas memiliki kode mutu
yang tertinggi yaitu E18, sedangkan kayu dengan kode mutu terendah (E12) adalah
kayu meranti merah.

Tabel 2.2 Kode mutu kayu beberapa kayu perdagangan

Nama kayu Kadar air (%) Ew (MPa) Kode mutu


1. Kapur 12 13000
E13
(Dryobalanops spp.) 15 12854
2. Kempas 12 18500
E18
(Koompassia malaccensis) 15 17526
3. Keruing 12 14300
E14
(Dipterocarpus spp.) 15 13616
4. Merbau
15 15400 E16
(Intsia spp.)
5. Mersawa 12 15700
E14
(Anisoptera spp.) 15 13490
6. Ramin 12 15000
E14
(Gonystylus bancanus) 15 12983
7. Balau 12 18000
E17
(Shorea spp.) 15 16500
8. Meranti Merah 12 12200
E12
(Shorea spp.) 15 11940

C. FAKTOR TEKUK
Pada struktur rangka banyak terdapat batang yang menerima beban desak. Dengan adanya
gaya desak maka kemungkinan akan dapat menimbulkan tertekuknya batang. Besarnya faktor
tekuk ini tergantung dari kondisi struktur pendukungnya dan kelangsingannya. Akibat dua
faktor tersebut mengakibatkan perhitungan lebih panjang (banyak) bila dibandingkan dengan
batang tarik, namun pada perencanaan batang desak pengurangan luas akibat sambungan tidak
perlu diperhitungkan.

Didalam merencanakan batang desak harus diperhatikan adanya bahaya tekuk, tetapi tidak
perlu memperhatikan faktor perlemahan seperti pada batang tarik Besarnya faktor tekuk ( )
tergantung dari angka kelangsingan batang ( ).Dan dapat di hitung menggunakan rumus sebagai
berikut :
ltk
=
imin

Pada konstruksi batang tekan, batang akan mengalami tekuk dan besarnya factor
tekuk ( ώ ) tergantung kelangsingan dari batang tersebut ( λ ).
Sedangkan besarnya λ = lk/i min

i min = √ I min/ A bruto

lk = panjang batang yang mengalami


tekuk i min = jari-jari kelembaman
I min = momen
inertia A br = luas bruto

Batang tekan dapat berupa batang tunggal maupun batang ganda, maka tegangan tekan yang
terjadi adalah :

σtk = P.ώ/A br ≤ σtk//


Dimana :
P =gaya tekan yang bekerja

Ώ =factor tekuk
A br = luas penampang bruto
σtk = tegangan tekan yang terjadi
σtk// = tegangan tekan sejajar serat yang diijinkan

Jika ukuran kayu belum diketahui maka untuk mencari I minimum dapat menggunakan rumus
Euler ( dengan asumsi angka kelangsingan λ ≥ 100 )

Л 2. E . I min
P=
n . lk

Dimana :
P = gaya tekan
n = angka keamanan = 5
E = modulus elastisitas
lk = panjang batang yang mengalami tekuk
D. ANGKA KELANGSINGAN

Untuk mengetahui angka kelangsingan kayu harus diketahui terlebih dahulu ukuran kayu,
padahal dalam perencanaan batang tekan, justru ukuran kayu itulah yang akan dicari. Untuk
itu perhitungan mengarah pada pencarian Iminimum dengan menggunakan rumus EULER
(dengan asumsi angka kelangsingan > 100).

 2 EI
min
P = 2
n.lk

Imin = n.lk2 .P
 2.E

dengan, P = Gaya desak yang bekerja (ton).


n = Angka keamanan (umumnya memakai 5).
E = Modulus elastis (kg/cm2).
lk = Panjang tekuk.
 = 22/7.
Bila,  = 10.
E = 100 000 kg/cm2 (untuk kayu kelas kuat II).
n = diambil 5.
1 P ton = 1000 P kg
1 lk2 m = 10 000 lk2 cm2.
5.I2k P 5.10000Ik 2.1000P
Imin = 10.100000 = 10.100000 = 50 . P . I2k

dengan satuan untuk : Imin (cm4), P (ton), lk (meter). Sehingga untuk kelas kuat :
I E = 125.000 kg/cm2 Imin = 40 . P . lk2.
II E = 100.000 kg/cm2 Imin = 50 . P . lk2.
III E = 80.000 kg/cm2 Imin = 60 . P . lk2.
IV E = 60.000 kg/cm2 Imin = 80 . P . lk2
V E = 40.000 kg/cm2 Imin = 125 . P . lk2

Imin merupakan fungsi dari ukuran penampang,


➢ Untuk batang berpenampang persegi panjang Imin = 1/12 . h . b3
➢ Untuk batang berpenampang bulat Imin = 1/64 .  . d4
dengan, d = diameter batang.
Sehingga dengan berdasarkan rumus-rumus di atas ukuran batang (b, h, atau d)
dapat dicari, jika besarnya P, lk, kelas kuat, serta n sudah diketahui.
E. Sambungan

Ada dua macam sambungan yaitu : sambungan titik buhul (yaitu sambungan
untuk merangkai buhul / simpul struktur) dan sambungan perpanjangan (yaitu
sambungan yang dibutuhkan untuk mendapatkan panjang kayu yang sesuai dengan
kebutuhan yang direncanakan).

Karakteristik sambungan kayu (baik sambungan titik buhul maupun sambungan


perpanjangan) tidak kaku artinya bahwa pada sambungan masih terjadi adanya
deformasi atau pergeseran pada sambungan, dengan demikian sifat sambungan
tersebut tidak dapat menahan momen (atau momennya selalu sama dengan nol).
Tiga hal pokok yang harus diketahui tentang sambungan pada struktur kayu, yaitu :
1. Macam dan jenis alat penyambung.
2. Besaran dan arah gaya dari elemen batang yang disambung.
3. Ukuran-ukuran dan jenis bahan dari elemen batang yang akan disambung.
Alat penyambung yang sering digunakan pada struktur kayu adalah perekat,
paku, pasak dan baut. Disamping itu terdapat pula berbagai alat sambung “modern” ,
sehingga berdasarkan jenisnya dapat digunakan sebagai berikut :
1. Sambungan Paku.
2. Sambungan baut.
3. Sambungan gigi.
4. Sambungan perekat (lem).

5. Sambungan Pasak (baik pasak kayu maupun pasak besi).

Pasak besi misalnya : Split-ring connector, toothet ring connector, Buldog


connector, claw plate connector, spike grid connector, dan laian-lain.
Fungsi alat sambung adalah mengalihkan dan menahan gaya-gaya yang terjadi dari
elemen batang yang satu kepada elemen batang lain yang akan disambungan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
dari bebrapa pembahasan yang di uraikan dalam rangkuman sni di atas dapat di
simpulkan bahwa sebelum kita menggunakan bahan kayu kita harus tau berapa nilai
tengangan pada kayu, barat jenis kayu yang di pakai, factor tekuk, jamlah angka
kelangsingannya, sehingga kita dapat menggunakan kayu tersebut dengan aman dan tidak
menimbulkan efek pada saat pengerjaan kayu tersebu, dan dakam pengerjaan suatu
konstruksi kayu kita harus lebih teliti dikarenak akan menjamin ketahana struktu yang
akan kita buat, sehinngga bangunan yang kita bangun lebih aman dan nyaman terlebih
lagi dengan factor keindahannya.

B. Saran
kami mengucapkan banyak permohonan maaf apabila terdapat banyak kesalah dari paper
yang kami susun, maka dari itu kami mengharapkan masukan dan kritikan dari pembaca
isi dari paper ini.

Kami ucapkan banyak terima kasih kepada kelompok 14 yang telah meluangkan
waktunya untuk menyusun paper ini secara bersama sehingga paper ini dapat di
selesaikan pada waktu yang di tentukan.
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia, NI.5. PKKI 1961, Yayasan Lembaga
Penyelidikan Masalah Bangunan, Jakarta.
Suwarno, 1978, Konstruksi Kayu, Universitas Gajah Mada, Jogyakarta.
Heinz Friaek, Ilmu Konstruksi Bangunan Kayu, Yayasan Kanisius.
Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia, 1985, (PUBI 1982)
Yayasan LPMB, Bandung.
Lampiran Data SKSNI M.21 – 1991 – 03 dan SKSNI M.27 – 1991 – 03,
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai