Kelas : Y3F
NPM : 201913500597
PERTANYAAN
JAWAB
A. Sistematis
Kajian tersebut mempunyai bentuk susunan yang jelas secara berurutan antara satu
dengan yang lain.
Misalnya susunan suatu organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa
B. Logis
Kajian tersebut dapat dicerna oleh akal sehat atau masuk akal dan mungkin ada.
Misalnya “mengapa manusia hanya memiliki 4 gigi taring?” “karena pada hakikatnya
manusia lebih mudah mengolah makanan yang tidak perlu dicabik” penjelasan
tersebut masih bisa masuk akal dan logis, tetapi jika jawabannya “karena jika taring
semua, nanti giginya bolong” maka penjelasan tersebut akan sangat sulit untuk
diterima akal sehat, sehingga penjelasan tersebut tidak logis.
C. Objektif
Kebenaran suatu kajian melekat pada bendanya dan bukan pada orang yang
menilainya.
Misalnya, seseorang mengukur berat tinggi menara Eiffel adalah 300m, sedangkan
jika orang lain mengukur menara eiffel juga maka akan didapatkan hasil yang sama.
Kebenaran tersebutlah yang disebut sebagai Kebenaran yang objektif.
Berbeda dengan subjektif ,yang kebenarannya berdasarkan penilaian seseorang.
Misalnya Dewi menilai Ubay sangat tampan tetapi Ocha menilai Ubay terlalu tampan.
Sehingga penilaian tentang Ubay bersifat subjektif, karena semua kebenarannya
tegantung orang yang menilainya.
D. Prediktif
Kajian tersebut memiliki kemampunan untuk memperkirakan atau memprediksi
kejadian yang akan datang di kemudian hari.
Prediksi didalam ilmu pengetahuan adalah prediksi yang di dasarkan data yang dapat
di percaya kebenarannya. Ilmu pengetahuan mempunyai kemampuan untuk
memprediksi waktu yang akan datang.
Misalnya, prakiraan bencana dari BMKG untuk wilayah Indonesia.
2. Teori Kehidupan
Francesco Redi adalah orang pertama yang melakukan percobaan untuk menyanggah teori
abiogenesis. Redi membuat percobaan dengan memasukkan daging ke dalam dua buah
toples; toples tanpa penutup (terbuka) dan toples dengan penutup.
Setelah beberapa hari diamati, muncul larva di daging dalam toples yang terbuka. Sementara
daging di toples yang tertutup bersih. Redi pun berkesimpulan bahwa belatung tersebut
berasal dari lalat-lalat yang masuk ke dalam toples dan bertelur di sana. Tidak berhenti
sampai di situ, Redi kembali membuat percobaan untuk meyakinkan kesimpulannya.
Dia memodifikasi toples yang digunakan dengan membuat tutup yang terbuat dari kain kassa.
Hal ini dia lakukan agar udara dari luar bisa masuk dan terjadi pembusukan daging, tetapi
lalat tidak dapat masuk sehingga mencegah munculnya telur lalat. Hasilnya? Daging tersebut
membusuk, dan tidak ada larva yang lahir.
Percobaan Lazzaro Spallanzani
Hampir mirip dengan percobaan yang dilakukan oleh Redi, Spallanzani berusaha
membuktikan bahwa munculnya organisme berasal dari organisme lain yang hidup.
Spallanzani melakukan pengujian dengan memanaskan air kaldu (rebusan daging) di dua
tempat yang berbeda.
Setelah dipanaskan, masing-masing wadah diberikan kondisi yang berbeda: wadah yang
pertama diberi penutup, sementara wadah satunya dibiarkan terbuka.
Setelah didiamkan beberapa hari, terlihat bahwa di wadah yang terbuka, kondisi air kaldu
menjadi keruh dan aromanya busuk. Di sisi lain, kondisi air kaldu pada wadah yang tertutup
tetap jernih.
Percobaan Louis Pasteur
Meskipun sudah dilakukan penelitian oleh Redi dan Spallanzani, teori abiogenesis tetap
berdiri. Para pendukungnya menyangkal kesimpulan yang dibuat oleh Spallanzani dan
mengatakan bahwa mikroorganisme tidak tumbuh karena tidak ada udara. Menurut mereka,
udara dibutuhkan untuk menyokong kehidupan.
Setelah dipanaskan dan didiamkan beberapa hari, ternyata air kaldu yang ditempatkan di labu
berleher panjang tetap jernih. Tetapi, di bagian ujung lehernya muncul banyak debu dan
kotoran. Sementara pada wadah yang terbuka, mengandung mikroorganisme.
Eksperimen ini pun mematahkan teori abiogenesis dan menghasilkan teori baru dengan 3 isi
sebagai berikut:
3) Omne vivum ex vivo: Semua makhluk hidup berasal dari makhluk hidup.