Anda di halaman 1dari 2

TUGAS BAHASA INDONESIA

Oleh Airell Tufliado


Semester 7b

Salah Kaprah, Kenapa Guru disebut “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa” ?


Seperti biasa, di hari Pahlawan tanggal 10 Nopember akan diadakan acara penganugerahan gelar
Pahlawan Nasional. Kementerian Sosial dan Dewan Gelar dan Tanda Kehormatan telah menyeleksi
beberapa tokoh yang telah berjasa bagi bangsa dan negara. Kemudian Presiden, Pak Jokowi
menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional di hari Pahlawan.

Di hari Pahlawan tahun 2020 ini, gelar Pahlawan Nasional dianugerahkan kepada enam tokoh. Mereka
berasal dari latar belakang yang bermacam-macam. Ada yang seorang Sultan, Raja, Jenderal Polisi,
Menteri, Gubernur, maupun Panglima perang. Mereka diyakini telah berperan dalam
memperjuangkan kemerdekaan Negara Republik Indonesia.

Biasanya, tiap tahun, terdapat tokoh berlatar belakang guru yang dianugerahkan menjadi Pahlawan
Nasional. Wajar demikian, karena memang banyak pahlawan yang pernah menjadi guru. Sebutlah
nama-nama pahlawan yang terkenal, seperti Ir. Soekarno yang pernah menjadi guru Sejarah. Atau
Moh. Hatta pernah menjadi dosen, Ki Hajar Dewantara pernah menjadi guru bahkan mendirikan
sekolah Tamansiswa. Bahkan dua guru agama atau kiyai sekaligus pendiri Organisasi Massa terbesar
di Indonesia merupakan Pahlawan Nasional juga. KH. Hasyim Asy’ari pendiri Ormas Nahdhatul Ulama
dan KH. Ahmad Dahlan pendiri Ormas Muhammadiyah, keduanya telah mendirikan ribuan sekolah di
seluruh Indonesia.

Namun di tahun ini, guru benar-benar menjadi Pahlawan Tanpa Tanda Jasa. Tidak ada satupun guru
yang diangkat menjadi Pahlawan Nasional. Dalam Pasal 4 UU nomor 20 tahun 2009 tentang Gelar,
Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan dijelaskan bahwa Gelar berupa Pahlawan Nasional, dapat disertai
dengan pemberian Tanda Jasa. Inilah makna pertama “Guru merupakan Pahlawan Tanpa Tanda Jasa”.

Namun untuk diketahui bersama, bahwa pada Pasal 1 UU tersebut menjelaskan makna Tanda Jasa
adalah penghargaan negara yang diberikan Presiden kepada seseorang yang berjasa dan berprestasi
luar biasa dalam mengembangkan dan memajukan suatu bidang tertentu yang bermanfaat besar bagi
bangsa dan negara. Pada Pasal 5, Tanda Jasa (yaitu) berupa Medali dan terdiri atas Medali
Kepeloporan, Medali Kejayaan, dan Medali Perdamaian.

Tentu, karena jasa guru sangatlah besar bagi bangsa dan negara karena telah mendidik setiap anak
bangsa sehingga guru layak disebut sebagai pahlawan. Bahkan setiap Pahlawan Nasional adalah buah
didikan dari gurunya. Itulah prestasi luar biasa seorang guru. Jadi jelaslah besar jasa, prestasi, dan
manfaat semua guru. Dan tentu karena jumlah guru sangatlah banyak, sehingga tidak mungkin semua
guru diberikan Tanda Jasa. Maka ini dapat dijadikan makna kedua kenapa guru disebut sebagai
“Pahlawan Tanpa Tanda Jasa”.

Sedangkan yang dikira banyak orang, guru disebut Pahlawan Tanpa Tanda Jasa karena guru harus rela
berkorban mengajar dengan honor yang kecil adalah sebuah kekeliruan. Banyak juga guru yang sudah
dihargai dengan baik dari segi gaji/honornya (dan sudah semestinya demikian). Atau bahkan ada yang
mengira bahwa guru harus berkorban mengajar di tempat terpencil atau terpelosok yang
masyarakatnya masih tertinggal. Memang rela mengajar di tempat terpencil merupakan sebuah
keutamaan, namun di manapun tugas seorang guru, maka di situlah tempat yang mulia baginya untuk
mendidik anak bangsa.
Berkenaan dengan masih adanya honor guru yang kecil maupun rendahnya mutu pendidikan di
daerah terpencil. Hal tersebut merupakan masalah bersama bangsa Indonesia. Bahkan dalam
Penjelasan UU nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa misi
Pendidikan Nasional nomor 1 adalah mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan
memperoleh pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia. Jadi jelaslah bahwa itu juga
merupakan masalah negara, dari pemerintah pusat hingga pemerintah daerah yang masih belum
dapat memeratakan pendidikan.

Masihkah salah kaprah tentang Pahlawan Tanpa Tanda Jasa?

Bila sudah tidak salah kaprah, maka mulai sekarang janganlah jadikan perkataan tersebut sebagai
kambing hitam untuk tidak menghormati dan menghargai guru-guru di sekeliling kita. Apalagi bila
jasanya sangat berarti bagi diri kita.

Anda mungkin juga menyukai