Anda di halaman 1dari 2

SAYA UNTUK ANAK-ANAK PEDALAMAN INDONESIA

Pada era globalisasi ini pendidikan sudah menjadi kebutuhan pokok setiap individu.
Selain karena tujuannya yang dapat menjadi sarana bagi setiap individu supaya dapat terhindar
dari kebodohan, pendidikan juga dapat meningkatkan akhlak mulia, keperibadian serta
keterampilana yang dapat bermanfaat baik untuk diri sendiri maupun masyarakat umum.
Pendidikan baik secara formal maupun non formal menjadi suatu modal utama dalam
membangun kualitas hidup yang lebih baik. Dengan demikian pendidikan pun menjadi kekuatan
dalam menyejahterakan kehidupan bangsa. Peradaban manusia dari era ke era menjadi semakin
maju tidak lepas dari peran pendidikan yang sangat besar. Bahkan sejarah mencatat bahwa
setelah Hiroshima dan Nagasaki diluluhlantahkan oleh bom atom saat Perang Dunia II tahun
1945, Kaisar Jepang saat itu yakni kaisar Hirohito bukannya bertanya berapa jumlah tentara yang
tersisa tetapi justru menanyakan berapa jumlah guru yang tersisa. Kaisar Hirohito mengatakan
kepada tentara serta seluruh rakyatnya bahwa pada gurulah mereka akan bertumpu bukan pada
kekuatan militer. Hal ini menunjukan betapa pentingnya pendidikan dan jasa guru di mata Kaisar
Hirohito. Momen inilah yang menjadi tonggak kebangkitan jepang sehingga menjadi negara
maju hanya dalam kurun waktu 20-an tahun. Dengan demikian, Kita bangsa Indonesia sebagai
bangsa yang besar sudah seharusnya menjadikan pendidikan sebagai tumpuan dalam
mewujudkan cita-citanya.

Dari sejarah ini kita harus belajar bahwa pendidikan menjadi tumpuan utama dari
kemajuan dan kesejahteraan bangsa. Oleh sebab itu tidak ada alasan bagi seluruh masyarakat
Indonesia untuk tidak mendapatkan pendidikan yang cukup. Pendidikan dibutuhkan oleh semua
kelompok masyarakat baik yang tinggal diperkotaan maupuun yang tinggal di hutan-hutan
pedalaman Indonesia. Hal ini tentunya dalam tujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup,
mengembangkan keterampilan dan tentunya agar tidak tertinggal perkembangan zaman.

Berbicara tentang pendidikan di daerah pedalaman Indonesia, saya tertarik untuk


membahas bagaimana kondisi pendidikan anak-anak pedalaman dan seperti apa peran
pemerintah dan masyarakat sejauh ini dalam memajukan pendidikan anak-anak pedalaman.
Dikutip dari jurnal Syarifah Anum yang berjudul ‘Pengaruh Pendidikan Terhadap Kualitas
Anak-anak Pedalaman’ permasalahan terjadi dalam penyelenggaraan pendidikan khusunya di
daerah terpencil terdepan dan tertinggal (3T) diantaranya, ketersediaan tenaga pendidik,
distribusi tidak seimbang, insentif rendah, kualifikasi di bawah standar, guru-guru yang kurang
kompeten serta ketidaksesuaian antara kualifikasi pendidikan dengan bidang yang ditempuh,
penerapan kurikulum di sekolah belum sesuai dengan mekanisme dan proses yang distandarkan.
Permasalahan lainnya adalah angka putus sekolah yang relative tinggi. Selain permaslahan-
permasalahan tersebut, sejak tahun 2019 dunia dilanda pandemic covid-19 yang tentunya juga
berpengaruh terhadap berlangsungnya kegiatan belajar mengajar di sekolah-sekolah tanpa
terkecuali untuk sekolah-sekolah anak pedalaman Indonesia.
Berdasarkan permasalahan tersebut, mengacu pada UU no. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional disebutkan pada ayat 1 bahwa “setiap warga negara mempunyai hak yang
sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu”. Disebutkan pula pada ayat 3 bahwa “warga
negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat yang terpencil berhak
memperoleh pendidikan layanan khusus”. Maka dapat disimpulkan bahwa pemerintah seutuhnya
menjadi penanggung jawab untuk mengatasi masalah-masalah tersebut di atas.

Selain peran pemerintah yang diperintah undang-undang, seluruh masyarakat Indonesia


tentunya harus mengambil bagian dalam menyelesaikan persoalan pendidikan anak-anak
pedalaman. Berbagai hal dapat dilakukan untuk tujuan tersebut berdasarkan kapasitas masing-
masing. Selain menjadi donator dalam berbagai bentuk, menyumbangkan tenaga sebagai
pendidik menjadi salah satu hal kongkrit yang sangat penting. Guru dalam kapasitasnya sebagai
pendidik sudah seharusnya memberikan perhatian besar pada pendidikan anak-anak pedalaman.
Tanggung jawab serta tugas mulia untuk memanusiakan manusia berada di pundak guru. Maka
di sinilah medan perjuangan seseorang yang berjiwa pendidik. Guru akan menjadi pasukan di
garda terdepan dalam memerangi kebodohan dan ketertinggalan. Hanya dengan cara ini seorang
guru menjadi pahlawan yang mulia. Mewujudkan cita-cita mencerdaskan kehidupan bangsa
sebagaimana tertera dalam pembukaan UUD 1945 adalah tujuan dan belahan jiwa pendidik.
Adalah sebuah keniscayaan bagi seorang guru untuk menyadari hal ini dan biarkan pemerintah
melakukan tugasnya untuk permasalahan lainnya.

Oleh karena kesadaran itu, saya yang telah dididik untuk menjadi pendidik merasa
bertanggung jawab atas berbagai masalah pendidikan khususnya pendidikan anak-anak
pedalaman. Saya ingin mengabdi pada bangsa dan negara dengan tujuan mulianya berdasarkan
kapasitas saya sebagai seorang guru. Apa pun itu, saya telah menjadi pasukan dan siap berada di
garda terdepan dalam perjuangan melawan kebodohan dan ketertinggalan. Perjuangan bersama
kita sebagai bangsa adalah untuk menjadi maju dan berkembang dalam peradaban. Untuk semua
hal yang telah membentukku menjadi seorang pendidik, dan setiap harapan anak-anak
pedalaman untuk bebas dari kebodohan dan ketertinggalan maka saya ada untuk pendidikan
anak-anak pedalaman Indonesia. Menghapus ketertinggalan, merebut kecerdasan!

Anda mungkin juga menyukai