Anda di halaman 1dari 2

Efektifitas pendidikan di indonesia terhadap rekonstruksi kelas sosial

Pendidikan merupakan hal yang paling fundamental dalam membangun keutuhan sebuah
negara, karena pendidikan merupakan dasar dari segala bntuk inovasi yang hadir ditengah masyarakat.
Kita tidak bisa berspekulasi bahwa pendidikan bukan menjadi hal yang penting dalam kehidupan, karena
itu pentingnya pendidikan harus diperkenalkan sejak dini. Sebuah sistem yang mempunyai herarkis dari
tingkatan dasar hingga universitas. Pendidikan merupakan instrumen yang sangat ampuh dalam
membangun integritas bangsa dalam sebuah negara, begitupun sebaliknya pendidikan bisa pula
digunakan sebagai alat reproduksi kekuasaan yang sangat eksploitatif dalam lingkaran oligarki.

Paulo priere salah seorang tokoh pendidikan dari negara brazil mengungkapkan bahwa
pendidikan merupakan tempat untuk membangun kesadaran, ini sejalan dengan hal yang pernah
disampaikan oleh bapak pendidikan indonesia pendidikan ialah memanusiakan manusia. Banyak
interpretasi yang hadir dalam melihat dan menelaah ungkapan kedua tokoh pendidikan ini tapi salah
satu hal yang paling penting bahwa pendidikan harusnya bisa memberikan kesetaraan bagi setiap warga
negara.

Bagaimana kondisi pendidikan di indonesia?

Kita ketahui bersama bahwa indonesia merupakan negara berkembang yang sangat kaya
dengan sumberdaya alamnya begitupun sumber daya manusianya. Negara yang pernah emngalami
penjajahan kurang lebih 350 tahun lamanya. Indonesia dikuasai oleh sebuah perusahaan saham VOC
selama 200 tahun kemudian menjadi hindia belanda dalam gengaman kerajaan belanda selama 150
tahun dan disusul oleh jepang kurang lebih 2 tahun.

Sebelum mengurai kondisi pendidikan di indonesia dengan interpretasi subjektif dari penulis
mari kita tarik bagaimana pendidikan di indonesia dari masa ke masa sampai hari ini. Sebelum menjadi
sebuah negara dengan bentuk republik, indonesia merupakan daerah yang didalamnya banyak sejarah
kerajaan-kerajaan di setiap daerah di negara indonesia. Indonesia merupakan negara agraris yang sejak
nenek moyang bangsa ini telah banyak mengelolah tanah diambil dari keuntungan bahwa negara ini
berada di garis khatulistiwa yang merupakan daerah iklim tropis yang sangat subur.

Dengan kondisi daerah yang di konstruk oleh herarkis kelas sosial keturunan bangsawan dan
rakyat biasa oleh karena itu bisa kita bayangkan bahwa pendidikan pada saat itu tidak bisa diakses
secara merata oleh semua lapisan masyarakat. Mereka yang lahir dari rahim petani akan menjadi petani
turun temurun ataupun menjadi buruh tani dengan mengelola tanah kerajaan, begitupun sebaliknya
mereka yang menjadi raja akan berada dalam lingkungan keluarga kerajaan dalam hal ini bangsawan.
Pendidkan akan diakses dengan mudah oleh keluarga kerajaan sedangkan anak- anak petani akan sibuk
membantu orang tua mereka mengelolah lahan sebagai sumber penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan hidup. Hal semacam ini terus berlangsung ketika VOC dan Belanda menjajah indonesia. Hal
ini kemudian berubah ketika seluruh kerajaan di indonesia mengukuhkan diri bergabung kedalam NKRI.

Bagaimana kita lihat hari ini pendidikan telah melahirkan banyak tokoh bangsa. Tapi pertanyaan
mendasar apakah pendidikan hari ini telah merepersentasikan hal yang di cita-citakan oleh bapak
pendidikan indonesia “ memanusiakan manusia”?

Kita lihat hari ini bahwa herarkis pendidikan di indonesia dari SD, SMP, SMA kemudian
UNIVERSITAS. Pendidikan pada sekolah dasar dengan banyaknya jumlah siswa kemudian dengan sumber
daya guru yang sangat minim tentunya juga dengan insentif yang sangat kecil apakah mungkin metode
pembelajaran yang efesian akan hadir dengan kondisi yang sangat miris?. Bagaimana guru sukarelawan
dan honorer yang menerima insentif dalam triwulan yang jumlahnya bahkan tidak bisa menutupi
kebutuhan orang dewasa selama 3 bulan. Nah hal-hal yang seperti ini yang kemudian harus diperhatikan
para stake holder dalam struktur eksekutif dalam negara ini, bukan hanya sibuk membuat regulasi-
regulasi yang sama sekali tidak meringankan beban warga negara melainkan menambah beban mereka.
Ini merupakan gambaran pendidikan indonesia yang menjadi hal fundamental dalam membangun masa
emas indonesia dengan bonus demografi 2045. Pendisiplinan yang mewarnai pendidikan indonesia telah
menjadi kultur yang terus di bawah hingga perguruan tinggi yang merupakan laboraturium ilmu
pengetahuan, yang merupakan miniatur negara, sehingga banyak hal yang tidak dapat dicapai seperti
proses penyadaran dengan kontruksi keadaan yang sangat miris.

Nah apakah pendidikan di indonesia hari ini telah menjadi instrumen untuk menjawab
tantangan bonus demografi serta era disrupsi 2045?
Angka kelulusan SMA dengan angka orang yang tak melanjutkan pendidikan ke tingkat
UNIVERSITAS serta angka kelulusan SARJANA S1 dengan angka pengangguran menjadi warna dalam
memperlihatkan hasil dari sistem pendidikan di indonesia.

Pendidikan telah berubah menjadi institusi yang menjadi lumbung para buruh dan pencetak
pengangguran tiap tahunnya, pendidikan telah menjadi lembaga doktrin bahwa setiap orang harus
pasrah dalam menghadapi eksploitasi dari segelintir orang dalam lingkaran setan oligarki. Oleh karena
itu hari ini hanya sedikit orang yang berhasil keluar dari eksploitasi, hanya mereka yang membekali diri
serta mengikuti pendidikan alternatif yang digunakan sebagai wadah yang mentransformasikan wacana
counter hegemoni dari sistem pendidikan hari ini.

Indonesia harus banyak mengambil pelajaran dari proses perkembangan walfare state swedia
yang tak menjadikan pendidikan dan kesehatan sebagai ladang bisnis dan terus mencetak sumberdaya
manusia yang nantinya memberi sumbangsi inovatif terhadap keberlangsungan pendidikan. Oleh
karenanya harus ada rekonstruksi sistem pendidikan di indonesia yang relefan dalam menjawab masa
2045.

Terakhir sebagai generasi muda indonesia yang berasal dari pelosok nusantara bahwa
pendidikan hari ini telah sangat eksploitatif dengan hanya dijadikan ladang bisnis oleh karenanya tak ada
yang dapat mengubah hal itu selain kita sebagai pemuda. kalau bukan kita siapa lagi, kalau bukan
sekarang kapan lagi seba perjuangan membutuhkan konsistensi.

Ped 22 februari 2023

Anda mungkin juga menyukai