Abstrak
Pitiriasis versikolor adalah infeksi jamur superfisial umum pada lapisan epidermis. Penyakit ini memiliki distribusi yang luas
di seluruh dunia, namun lebih sering terjadi di negara-negara tropis yang memiliki suhu dan kelembaban tinggi. Pitiriasis
versikolor disebabkan oleh Malassezia furfur yang merupakan jamur saprofit pada manusia normal, namun dalam beberapa
kondisi, jamur ini dapat berubah menjadi bentuk patogen. Diagnosis pitiriasis versikolor ditegakkan berdasarkan gambaran
klinis, pemeriksaan mikroskopis atau kultur jamur. Lesi khas pitiriasis versikolor berupa makula, plak, atau papul folikular
dengan beragam warna, hipopigmentasi, hiperpigmentasi, sampai eritematosa, berskuama halus di atasnya, dikelilingi kulit
normal. Pada pemeriksaan mikroskopis, spesimen yang digunakan adalah kerokan kulit atau isolat dari kultur jamur.
Pemeriksaan lain yang menunjang diagnosis pitiriasis versikolor adalah pemeriksaan lampu wood dan uji biokimia, namun
kedua pemeriksaan ini hanya digunakan sebagai penunjang bukan untuk mengkonfirmasi diagnosis. Pengobatan pitiriasis
versikolor dapat dilakukan secara oral ataupun topikal. Terapi lini pertama adalah terapi antifungal topikal, termasuk zink
pirition, ketokonazol, dan terbinafin. Antifungal oral dianggap sebagai lini kedua dan digunakan pada kasus berat.
Terbinafin oral dan ketokonazol oral tidak efektif dalam terapi pitiriasis versikolor, antifungal oral seperti itrakonazol dan
flukonazol dianggap sesuai untuk terapi pitiriasis versikolor.
Korespondensi : Annisa Shafira Pramono, Alamat Jl. Abdul Muis IX no 45, HP 081271549582, e-mail: firaasp@gmail.com
didapatkan angka yang cukup tinggi karena mudah dimasuki jamur. Pada keadaan
mendukungnya iklim di daerah Asia.4 malnutrisi dan pada penderita dengan
Lesi khas pitiriasis versikolor dapat penekanan sistem imun akan memudahkan
berupa makula, plak, atau papul folikular pertumbuhan jamur oportunis. Faktor
dengan beragam warna, hipopigmentasi, terakhir, yaitu suhu dan kelembaban yang
hiperpigmentasi, sampai eritematosa, tinggi akan meningkatkan produksi kelenjar
berskuama halus di atasnya, dikelilingi kulit sebum dan keringat sehingga pertumbuhan
normal. Lokasinya dapat ditemukan di bagian M. furfur meningkat.3,4
dada, meluas ke lengan atas, leher, punggung, Malassezia dapat memetabolisme
dan tungkai atas atau bawah. Umumnya, berbagai asam lemak, seperti asam arakidonat
penderita merasakan gatal ringan saat atau asam vaksenik, dan asam azelaic yang
berkeringat.2,4 dilepaskan sebagai salah satu metabolitnya.
Berbagai macam pemeriksaan dapat Asam ini bekerja menghambat enzim dopa-
dilakukan untuk mendiagnosis pitiriasis tirosinase yang menghalangi perubahan
versikolor. Pemeriksaan yang dilakukan tirosin menjadi melanin dan hal ini
seperti kultur jamur dan pemeriksaan mengakibatkan munculnya makula
mikroskopis dengan spesimen kerokan kulit hipokromik. Sebuah fakta penting adalah
dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis bagian kulit di daerah hipokromik tidak
pitiriasis versikolor.5 menunjukkan infiltrasi inflamasi. Tidak seperti
Terapi infeksi jamur pitiriasis versikolor M. pachydermatis, M. sloofiae, dan M.
beragam, secara oral atau topikal. Terdapat sympodialis, agen penyebab pitiriasis
banyak obat anti jamur yang dapat dijadikan versikolor tidak menginduksi IL-1b, IL-6, IL-8,
pilihan dalam pengobatan pitiriasis versikolor, dan TNF-α. Meskipun lesi pitiriasis versikolor
contoh obat-obatan yang sering digunakan tidak meradang, namun keberadaan ragi
antara lain selenium sulfida, ketokonazol, dalam jumlah banyak dan metabolitnya
mikonazol, sulfur presipitatum, dan menyebabkan deskuamasi pada kulit. Sampai
3,6
sebagainya. saat ini belum ada penelitian mengenai
metabolit jamur yang berhubungan dengan
Isi deskuamasi ini. Produksi melanin dalam
Flora normal kulit yang berhubungan variasi pitiriasis versikolor hiperpigmentasi
dengan timbulnya pitiriasis versikolor adalah juga belum diketahui secara jelas
Pityrosporum orbiculare atau Pityrosporum mekanismenya. Studi histologis hanya
ovale. Keduanya dapat berubah menjadi menunjukan melanosom dengan diameter
patogen apabila terjadi perubahan pada yang lebih besar dari biasanya pada makula
lingkungan hidupnya. Pitiriasis versikolor hiperkromik.7
dapat terjadi jika keadaan antara host dan Diagnosis ditegakkan berdasarkan
flora jamur tak seimbang. Terdapat beberapa gambaran klinis, pemeriksaan mikroskopis dan
faktor yang berkontribusi dalam mengganggu kultur. Beberapa pemeriksaan penunjang lain
keseimbangan tersebut, yaitu faktor endogen juga dapat dilakukan untuk membantu
dan eksogen. Faktor endogen antara lain diagnosis seperti pemeriksaan dengan lampu
produksi kelenjar sebasea dan keringat, wood dan uji biokimia.5
genetik, malnutrisi, faktor immunologi dan Pada pemeriksaan kulit dapat
pemakaian obat-obatan, sedangkan faktor ditemukan makula dalam berbagai ukuran dan
eksogen adalah suhu dan kelembaban kulit. warna, ditutupi sisik halus dapat muncul
Peningkatan sekresi sebum oleh kelenjar dengan rasa gatal atau tanpa keluhan dan
sebasea akan mempengaruhi pertumbuhan hanya gangguan kosmetik saja. Makula yang
berlebih dan organisme yang bersifat lipofilik timbul dapat berupa hipopigmentasi,
ini. Insidensi terjadi pada saat kelenjar kecokelatan, keabuan, atau kehitam-hitaman
sebasea paling aktif yaitu masa pubertas dan dalam berbagai ukuran dan skuama halus di
dewasa awal. Pada orang dengan produksi atasnya. Lokasi lesi dapat terjadi dimana saja
keringat yang berlebih juga memiliki di permukaan kulit, lipat paha, ketiak, leher,
kecenderungan untuk terjadi pertumbuhan punggung, dada, lengan, wajah, dan tempat-
jamur ini, stratum korneum akan melunak tempat tak tertutup pakaian.5
pada keadaan basah dan lembab sehingga
asimilasi glisin hanya positif pada Malassezia isolat Malassezia furfur. J O S Unsoed.
furfur.8 2011;5(2)
Terapi pitiriasis versikolor dapat 7. Luis J. Pathogenesis of dermatophytosis
dilakukan secara topikal dan sistemik. Terapi and tinea versicolor. J Clin Dermatol.
topikal yang digunakan adalah itrakonazol dan 2010;28(1):185-9.
flukonazol. Keuntungan terapi topikal adalah 8. Ibekwe P. Correlation of Malassezia
kerjanya yang cepat dan dapat ditoleransi species with clinical characteristics of
dengan baik oleh tubuh. Efek samping serius pityriasis versicolor [tesis]. Munich:
yang sedikit dan interaksi obat yang terbatas. Ludwig-Maximilians-Universitat; 2014.
Untuk pengelolaan pitiriasis versikolor dengan 9. Gupta AK, Foley KA. Antifungal treatment
antijamur oral, regimen yang didukung adalah for pityriasis versicolor. J Fungi. 2015;
200 mg itrakonazol setiap hari selama 5 atau 7 1(1): 13-29
hari, 300 mg flukonazol satu kali per minggu 10. Rigopoulos D, Gregoriou S,
selama 2 minggu, atau 200 mg pramikonazol Kontochristopoulos G, Ifantides A,
setiap hari selama 2 hari. Pada kasus dimana Katsambas A. Flutrimazole shampoo 1%
area tubuh yang terkena pitiriasis versikolor versus ketoconazole shampoo 2% in the
adalah luas maka lebih baik menggunakan treatment of pityriasis versicolor. A
antijamur oral. 9 randomised double-blind comparative
trial. Int J Dermatol. 2007; 50(3): 190-5.
Simpulan 11. Gupta AK, Lane D, Paquet M. Systematic
Diagnosis pitiriasis versikolor ditegakkan review of systemic treatments for tinea
berdasarkan gambaran klinis, pemeriksaan versicolor and evidence-based dosing
mikroskopis atau kultur jamur. Terapi regimen recommendations. J Cutan. Med.
Surg. 2014; 18(2): 79-90.
antifungal topikal yang dapat diberikan adalah
12. Faergemann J, Ausma J, Vandeplassche L,
ketokonazol dan terbinafin. Sementara terapi Borgers M. The efficacy of oral treatment
oral yang dapat diberikan adalah itrakonazol, with pramiconazole in pityriasis
flukonazol, pramikonazol. Penggunaan versicolor: a phase II a trial. Br J
antifungal oral pada pitiriasis versikolor Dermatol. 2007; 156(6): 1385-8.
dianggap sebagai pengobatan lini kedua atau 13. Fergemann J, Todd G, Pather S, Vawda
digunakan pada infeksi berat. ZFA, Gillies JD, Walford T, et al. Double-
blind, randomized, placebo-controlled,
Daftar Pustaka dose-finding study of oral pramiconazole
1. Mahmoud YAG, Metwally MA, Mubarak in the treatment of pityriasis versicolor. J.
HH, Zewawy NE. Treatment of tinea Am. Acad. Dermatol. 2009; 61(6): 971-6.
versicolor caused by Malassezia furfur 14. Nathalia S, Niode NJ, Pandaleke HEJ.
with dill seed extract: an experimental Profil pitiriasis versikolor di poliklinik kulit
study. J Pharm Pharmaceut Sci. dan kelamin RSUP Prof. Dr. R. D Kandou
2014;7(2):975-1491. Manado periode Januari-Desember 2012.
2. Han A, Calcara DA, Stoecker WV, Daly J, J eCL. 2015; 3(1):186-92.
Siegel DM, Shell A, et al. Evoked scale sign 15. Yosella T. Diagnosis and treatment of
of tinea versicolor. J Arch Dermatol. tinea cruris. J Majority. 2015; 4(2):122-8.
2009;145(9):1078.
3. Partogi D. Pityriasis versikolor dan
diagnosis bandingnya [tesis]. Medan:
Universitas Sumatera Utara; 2008.
4. Rai MK, Wankhade s. Tinea versicolor - an
epidemiology. J Microbial Biochem
Technol. 2009;1(1):51-6.
5. Siregar RS. Atlas berwarna saripati
penyakit kulit. Jakarta: EGC; 2005.
6. Setyarini PS, Krisnansari D. Perbandingan
efek antifungi ekstrak lengkuas (Alpinia
galanga Linn) dengan ketokonazol pada