PENDAHULUAN
Hidrosefalus berasal dari kata hidro yang berarti air dan chepalon yang berarti kepala.
Hidrosefalus merupakan penumpukan cairan serebrospinal (CSS) secara aktif yang
menyebabkan dilatasi sistem ventrikel otak dimana terjadi akumulasi CSS yang berlebihan pada
satu atau lebih ventrikel atau ruang subarachnoid. Keadaan ini disebabkan oleh
ketidakseimbangan antara produksi dan absorpsi dari CSS.1,6
Kondisi ini juga bisa disebut sebagai gangguan hidrodinamik CSS. Kondisi seperti atrofi
serebral juga mengakibatkan peningkatan abnormal CSS dalam susunan saraf pusat (SSP).
Dalam situasi ini, hilangnya jaringan otak meninggalkan ruang kosong yang dipenuhi secara
pasif dengan CSS. Kondisi seperti itu bukan hasil dari gangguan hidrodinamik dan dengan
demikian tidak diklasifikasikan sebagai hidrosefalus.2,6
Banyak jenis hidrosefalus dimulai pada masa kanak-kanak, biasanya disertai oleh kelainan
bawaan lainnya. Insidensi hidrosefalus kongenital sebesar 1 kasus per 1.000 kelahiran hidup. Di
Amerika Serikat, kejadian hidrosefalus keseluruhan pada kelahiran sebesar 0.5-4 per 1.000
kelahiran hidup.3
Sedangkan, jumlah kasus hidrosefalus pada tiga bulan kehidupan setelah kelahiran
sebanyak 0,1-0,4%. Jumlah kasus hidrosefalus di dunia cukup tinggi. Di Belanda dilaporkan
telah terjadi kasus sekitar 0,65 per mil per tahun, dan di Amerika sekitar 2 per mil per tahun.
Sedangkan di Indonesia mencapai 10 mil per tahun.3
Gejala hidrosefalus yang paling umum dijumpai pada neonatus adalah iritabilitas. Sering
kali anak tidak mau makan dan minum, kadang-kadang kesadaran menurun ke arah letargi. Anak
kadang-kadang muntah, jarang yang bersifat proyektil. Pada masa neonatus ini gejala-gejala
lainnya belum tampak, sehingga apabila dijumpai gejala-gejala sepeti diatas, perlu dicurigai
hidrosefalus.4,6
Prognosis atau keberlangsungan penyakit sangat ditentukan oleh adanya kelainan neural
dan ekstraneural yang menetap. Pada sebagaian besar kasus, 50% kasus meninggal saat masih
dalam uterus atau dilakukan terminasi pada kehamilan karena adanya ketidaknormalan yang
terdeteksi dan 50% sisanya berkembang menjadi ventricolomegaly yang progresif. Pada bayi
seperti ini, segera dilakukan Shunt dan memberikan hasil yang baik.4
BAB II
PEMBAHASAN
B. EMBRIOLOGI
Struktur sistem ventrikel secara embriologis berasal dari neural tube (neural
canal), antara minggu ke 4 dan 8. Dalam masing-masing vesikula otak, neural canal
berkembang menjadi rongga yang disebut dengan ventrikel primitif. Di rhombencephalon
akan menjadi ventrikel IV dan di rongga mesencephalic menjadi aquaductus serebri
(aquaductus sylvii). Ventrikel III terbentuk di dalam diencephalon, sedangkan kedua
ventrikel lateral terbentuk di hemisfer cerebral.5,7
C. HIDROSEFALUS
1. Definisi
Hidrosefalus adalah pembesaran ventrikulus otak sebagai akibat dari
peningkatan jumlah cairan serebrospinal yang disebabkan oleh
ketidakseimbangan antara produksi, sirkulasi, dan absorpsinya. Kondisi ini juga
bisa disebut sebagai gangguan hidrodinamik CSS. Kondisi seperti cerebral atrofi
juga mengakibatkan peningkatan abnormal CSS dalam susunan saraf pusat,
namun tidak termasuk dalam hidrosefalus.5,6,8
1) Pemeriksaan funduskopi
Evaluasi funduskopi dapat mengungkapkan papilledema
bilateral ketika tekanan intrakranial meningkat. Pemeriksaan
mungkin normal, namun, dengan hidrosefalus akut dapat
memberikan penilaian palsu.
Gambar 8. (A) Fundus dengan diskus optikus yang normal. (B)
Fundus dengan diskus yang menonjol, dengan peningkaran CSS
(biru) dan tekanan pada ruang subarachnoid, dan N. optikus
terkompresi (kuning).14
2) Foto kranial
Pada foto polos kepala tampak kepala membesar dengan
disproporsi kraniofasial, tulang menipis dan sutura melebar.
Didapatkan tanda berupa peningkaran tekanan intrakranial seperti
makrokrania, pelebaran sutura tengkorak (pada bayi dengan ubun-
ubun dan sutura yang belum menutup), gambaran alur pembuluh
darah yang semakin jelas, tanpa peningkatan tekanan intrakranial
kronik berupa pendataran sella tursika / erosi dari prosesus klinoid
posterior dan gambaran digitate impression (gambaran seperti
bekas penekanan jari-jari akibat tekanan permukaan otak pada
tengkorak).6,13
3) USG prenatal
Pada 6-12 bulan pertama kehidupan, diagnosis hidrosefalus
dapat ditegakkan degan USG.Pada USG akan tampak dilatasi dari
ventrikel tetapi USG sangat jarang digunakan dalam mendiagnosis
hidrosefalus.
Gambar 10 dan 11. Foto USG kepala fetus pada trimester ketiga.
Tampak dilatasi bilateral dari kedua ventrikel lateralis (gambar a)
dan penipisan jaringan otak (gambar b).15
4) USG kranial
Dilakukan melalui fontanela anterior yang masih terbuka,
biasanya pada usia 18 bulan. Dengan USG diharapkan dapat
menunjukkan sistem ventrikel yang melebar. USG kranial ini dapat
memvisualisasi ventrikel lateral dan sumbatan pada
intraventrikular. Pendapat lain mengatakan pemeriksaan USG pada
penderita hidrosefalus ternyata tidak mempunyai nilai didalam
menentukan keadaan sistem ventrikel hal ini disebabkan oleh
karena USG tidak dapat menggambarkan anatomi sistem ventrikel
secara jelas, seperti halnya pada pemeriksaan CT scan.
Selain itu, USG ini juga tidak secara jelas memperlihatkan
apabila kelainannya berada di ventrikel tertius dan quartus,
ataupun pada ruang subarachnoid. Namun kelebihan dari
pemeriksaan USG kranial ini adalah biaya yang lebih murah
dibanding CT/MRI dan efek radiasi yang dihasilkan lebih kecil.12
Gambar 13. Foto USG kranial pada bayi perempuan usia 1 bulan
(a) dan hidrosefalus pada bayi laki-laki usia 3 bulan (b).
5) CT-scan
Dengan menggunakan CT Scan, kita dapat menentukan
ukuran dari ventrikel. Jika terdapat tumor atau obstruksi, maka
dapat ditentukan lokasi dan ukuran dari tumor tersebut. Pada
pasien dengan hidrosefalus akan tampak dilatasi dari ventrikel
pada foto CT Scan serta dapat melihat posisi sumbatan yang
menyebabkan terjadinya hidrosefalus. Dengan CT-Scan
hidrosefalus sudah bisa ditegakkan.
1. R. Sjamsuhidat, Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah edisi 2. EGC: Jakarta. 2004. (hal
809-810)
2. Collins P. Embryology and Developmental. In: Bannister LH, Berry MM, Collins P,
Dyson M, Julian ED, Ferguson MWJ, Editors. Gray’s Anatomy: The Anatomical Basis of
Medicine and Surgery. 38thEd. United States of America: Person Professional Limited;
1995. p 1202-18.
3. Espay AJ. Hydrocephalus. 2009 Agustus 20. Available from:
URL: http://www.emedicine.medscape.com/artikel/1135286. Diakses tanggal 02 Februari
2013
4. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. Hidrosefalus. Dalam: Harsono,
Editor. Buku Ajar Neurologi Klinik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press; 2005.
Hal. 209-16.
5. Baehr, Mathias. 2010. Diagnosis Topic Neurology Duus: Anatomi, Fisiologi, Tanda,
Gejala Edisi 4. Jakarta: EGC.
6. R. Omidi-Varmezani. 2015. Pediatric Hydrocephalus; A Atatistical and Historical
Approach. USA: Global Journal of Medical Research: A Neurology and Nervous System.
7. Sherwood, Lauralee. 2014. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem Ed.8. Jakarta: EGC
8. Jason G. Mandell et. All. 2010. Journal of Neurosurgery: Pediatrics. July 2010
Volume 6, Number 1.
9. Harold L. Rekate, M.D. January 2003. Hydrocephalus Association 2nd Edition. San
Francisco, California.
10. Said Alfin Khalilullah (2011). Review Article Hidrosefalus. RSUD dr.Zainoel Abidin
Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.
11. Pedoman Diagnosis dan Terapi, Lab/Upf Ilmu Bedah 2008 Edisi III, Rumah Sakit Umum
Daerah Dokter Soetomo Surabaya. (Hal 20-23)
12. Satyanegara. Hidrosefalus dalam Ilmu Bedah Saraf ed. IV. 2013. Jakarta: Gramedia.
13. Prober, Charles G., Srinivas, S Nivedita., and Matthew, Roshni. 2016. Central Nervous
System Infection, in: Nelson Textbook of Pediatrics 20th Edition. Philadelphia :
Elsevier.
14. Wright, Zachary. Pediatric Hydrocephalus: Current State of Diagnosis and Treatment.
Pediatrics in Review. November 2016, 37 (11) 478-490; DOI:
https://doi.org/10.1542/pir.2015-0134
15. Horenstein M. Aqueductal stenosis causing obstructive hydrocephalus. 2009
September 25]. Available From : URL : http://www.ultrasound-images.com.