Anda di halaman 1dari 13

REFERAT

HIDROSEFALUS

OLEH :
NURUL FATHI QORY RIZKIAH
08.06.0001

PEMBIMBING :
Dr. YUSUF T. ASSA, Sp.A

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN/ SMF ILMU PENYAKIT ANAK
RSUD Dr. R. SOEDJONO SELONG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR
2013

HIDROSEFALUS
I. PENDAHULUAN
Hidrosefalus adalah suatu keadaan dimana terjadi penambahan volume dari cairan
serebrospinal (CSS) di dalam ruangan ventrikel dan ruangan subarakhnoid. Keadaan ini
disebabkan oleh karena terdapat produksi cairan serebrospinal yang berlebihan, obstruksi
jalur cairan cerebrospinal maupun gangguan absorpsi cairan serebrospinal. (Chin LS, 2004).
Ada dua jenis hidrosefalus yaitu hidrosefalus nonkomunikans dan hidrosefalus
komunikans.
Hidrosefalus nonkomunikans/hidrosefalus obstruktif merupakan masalah bedah saraf
pediatrik yang paling sering ditemukan dan biasanya mulai timbul segera setelah lahir,
hidrosefalus obstruktif biasanya disebabkan oleh kelainan kongenital. (Chin LS, 2004).
Hidrosefalus komunikans dimana aliran cairan dari sistem ventrikel ke ruang
subarakhnoid tidak mengalami sumbatan, biasanya terjadi karena lebih banyak produksi CSS
dibanding direabsorpsi. (Chin LS, 2004).
II. ANATOMI DAN FISIOLOGI
a. Ventikel
Ventrikel adalah ruangan yang berisi cairan serebrospinal. Ventrikel di otak terdapat empat
jenis yaitu dua buah ventrikel lateral, ventrikel tiga, dan ventrikel empat. Ventrikel lateral
terdapat di tiap hemisfer dan dipisahkan oleh septum pellucidum. Ventrikel tiga terletak di
dekat thalamus dan hipothalamus. Terakhir, ventrikel empat terletak di antara batang otak dan
serebelum (Maharani P.K. 2009)
1. Ventrikel lateralis
Ada 2 buah ventrikel lateralis dan masing-masing terdapat dalam sebuah hemisferium
cerebri. Ventrikel lateral secara kasar merupakan suatu rongga yang berbentuk seperti
huruf C dan dapat dibagi menjadi corpus yang menempati lobus parietalis dan dari
corpus ini cornu anterior membentang ke dalam lobus frontalis, cornu posterior ke
lobus

occipitalis, cornu inferior ke dalam lobus temporalis. Ventrikel lateralis

berhubungan dengan rongga ventrikel tertius melalui foramen interventrikular (Snell


R.S. 2007).
2. Ventrikel tiga
Ventrikel 3 adalah celah sempit antara kedua thalamus. Di anterior,
ventrikel ini berhubungan dengan ventrikulus lateralis melalui foramen
interventrikulare (Monroi), sedangkan di posterior berhubungan dengan
ventrikulus quartus melalui aquaductus cerebri (Sylvii) (Snell R.S. 2007).
3. Ventrikel empat
Ventrikel keempat adalah sebuah ruangan pipih yang berbentuk belah
ketupat dan berisi Cairan Serebrospinal. Ventrikel keempat terletak
2

diantara batang dan otak dan serebellum. Di bagian rostral, ventrikel


keempat melanjutkan diri dari aquaductus serebri sampai kanalis sentral
dari medulla spinalis. Pada ventrikel keempat terdapat tiga lubang,
sepasang foramen luschka dilateral dan satu foramen magendie di medial,
yang berlanjut ke ruang subaraknoid otak dan medulla spinalis (Snell R.S.
2007).

Gambar 1 : gambar ruang ventrikel otak dilihat dari penampang melintang


b. Ruang subarachnoid
Adalah ruang di antara arachnoid mater dan pia mater sehingga ditemukan
ditempat meninges membungkus otak dan medulla spinalis. Ruang ini berisi
cairan serebro spinal dan pembuluh darah besar pada otak. Ruangan ini dilintasi
oleh jaringan trabekula halus yang dibentuk oleh jaringan ikat yang halus (Snell
R.S. 2007).
Ruang subarachnoid membentang melewati ujung bawah medulla spinalis dan
di dalamnya terdapat cauda equine. Dibawah, ruang subarachnoid berakhir
setinggi celah antara vertebra sacralis II dan III (Snell R.S. 2007).

Gambar 2. : gambar ruang subarachnoid di sekeliling hemisferium cerebri


3

c. Plexus choroideus
Plexus choroideus menonjol ke dalam ventrikel pada aspek medialnya dan
merupakan daerah tepi vascular yang terdiri dari piamater yang diliputi oleh
lapisan ependima cavitas ventrikel. Plexus choroideus memiliki permukaan yang
berlipat-lipat dan masing-masing lipatan terdiri dari jaringan ikat vascular sebagai
inti yang dibungkus oleh epitel kubus. Plexus choroideus secara aktif mensekresi
cairan cerebro spinal dan pada saat yang sama plexus ini mengangkut zat-zat
metabolit susunan saraf pusat secara aktif dari cairan serebro spinal ke dalam
darah (Snell R.S. 2007).

Gambar 3 : struktur mikroskopis plexus choroideus yang memperlihatkan lintasan


yang dilalui CSS saat pembentukannya
Ruang CSS mulai terbentuk pada minggu kelima masa embrio. Terdiri dari system
ventrikel, system magna pada dasar dan ruang subaraknoid yang meliputi seluruh susunan
saraf. CSS yang dibentuk dalam system ventrikel oleh pleksus koroidalis kembali kedalam
peredaran darah melalui kapiler dalam piamater dan araknoid yang meliputi seluruh susunan
saraf pusat (SSP). Hubungan antara system ventrikel dan ruang subaraknoid adalah melalui
foramen magendie di medial dan foramen luschka disebelah lateral ventrikel IV. Aliran CSS
yang normal ialah dari ventrikel lateralis melalui foramen monroi ke ventrikel III, dari tempat
ini melalui aquaduktus sylvii ke ventrikel IV dan melalui foramen luschka serta magendie
kedalam ruang subaraknoid melalui sisterna magna. Penutupan sistema basalis menyebabkan
gangguan kecepatan resorpsi CSS oleh system kapiler (Jimmy P, 1999).

Gambar 4 Aliran cairan Serebrospinal

Gambar 5. Aliran cairan serebrospinal


Cairan serebrospinal dibentuk dengan kecepatan sekitar 500 ml perhari, yaitu
sebanyak tiga sampai empat kali volume total cairan di seluruh sistem cairan serebrospinal.
Kira-kira dua pertiga atau lebih cairan ini berasal dari sekresi pleksus koroideus di keempat
ventrikel, terutama di kedua ventrikel lateral. Sejumlah kecil cairan tambahan disekresikan
oleh permukaan ependim ventrikel dan membran arakhnoid dan sebagian kecil berasal dari
otak itu sendiri melalui ruang perivaskular yang mengelilingi pembuluh darah yang masuk
kedalam otak (Guyton, 2007).
Saluran utama aliran cairan berjalan dari pleksus koroideus dan kemudian melewati
sistem cairan serebrospinal. Cairan yang disekresikan di ventrikel lateral, mula-mula
mengalir kedalam ventrikel III, kemudian setelah mendapat sejulah kecil cairan dari ventrikel
5

III, cairan tersebut mengalir kebawah disepanjang akuaduktus sylvii kedalam ventrikel IV,
tempat sejumlah kecil cairan ditambahkan. Akhirnya, cairan ini keluar dari ventrikel IV
melalui tiga pintu kecil, yaitu dua foramen Luschka di lateral dan satu foramen magendie di
tengah, dan memasuki sistema magna, yaitu suatu rongga cairan yang terletak dibelakang
medula dan dibawah serebelum (Guyton, 2007).
Sistema magna berhubungan dengan ruang subaraknoid yang mengelilingi seluruh
otak dan medula spinalis. Hampir seluruh cairan serebrospinal kemudian mengalir ke atas
dari sistema magna melalui subaraknoid yang mengelilingi serebrum. Dari sini cairan
mengalir kedalam vili araknoidalis yang menjorok kedalam sinus venosus sagitalis yang
besar dan sinus venosus lainnya diserebrum. Jadi setiap cairan ekstra akan bermuara kedalam
darah vena melalui pori-pori vili tersebut (Guyton, 2007).
III.

DEFINISI

Hidrosefalus adalah kelainan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan


serebrospinal dengan tekanan intrakranial yang meninggi, sehingga terdapat pelebaran
ventrikel (Harsono, 2005).
Pelebaran ventrikuler ini akibat ketidakseimbangan antara produksi dan absorbsi
cairan serebrospinal. Hidrosefalus selalu bersifat sekunder, sebagai akibat penyakit atau
kerusakan otak. Adanya kelainan-kelainan tersebut menyebabkan kepala menjadi besar serta
terjadi pelebaran sutura-sutura dan ubun-ubun (DeVito EE et al, 2007).
Hidrosefalus adalah pelebaran ventrikel otak disertai peningkatan tekanan
intracranial. Hidrosefalus terbagi menjadi 2 klasifikasi :
1. Hidrosefalus non komunikan : Tidak terdapat hubungan antara system ventrikel dan
rongga subaraknoid akibat sumbatan setinggi ventrikel lateral, foramen monro,
aquaduktus sylvii, sindrom dandy-walker, malformasi Arnold-Chiari, perdarahan
intraventrikel.
2. Hidrosefalus komunikan : Terdapat hubungan antara system ventrikel dengan rongga
subaraknoid. Bentuk hidrosefalus yang tersering dapat disebabkan oleh perdarahan
subaraknoid atau intraventrikuler, meningitis, infeksi intrauterine seperti toksoplasma,
peningkatan protein CSS dan kondisi-kondisi yang mengganggu absorbs CSS di granula
araknoid. Hidrosefalus lebih sering disebabkan karena kerusakan pembuluh darah otak
misalnya akibat infeksi sewaktu masa kehamilan sehingga jaringan otak tidak terbentuk
(Antonius, 2011).
IV. PATOFISIOLOGI

Hidrosefalus terjadi Karena 3 hal : (1) Obstruksi aliran cairan serebrospinal (CSS) di
system ventrikel otal, (2) Absorbsi CSS di vili arachnoid yang menurun, dan (3) produksi
CSS di pleksus koroidalis yang abnormal, seperti pada papilloma pleksus koroidalis.
Meningkatnya jumlah CSS menyebabkan pelebaran ventrikel, peningkatan tekanan
intraventrikel dan akhirnya meningkatkan tekanan intracranial (Antonius, 2011).
Pada prinsipnya hidrosefalus terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan antara
produksi dan absorpsi dari CSS. Adapun keadaan-keadaan yang dapat mengakibatkan
terjadinya ketidak seimbangan tersebut adalah:
1.

Disgenesis serebri.
46% hidrosefalus pada anak akibat malformasi otak dan yang terbanyak adalah
malformasi Arnold-Chiary. Berbagai malformasi serebral akibat kegagalan dalam proses
pembentukan otak dapat menyebabkan penimbunan CSS sebagai kompensasi dari tidak
terdapatnya jaringan otak. Salah satu contoh jelas adalah hidroanensefali yang terjadi

akibat kegagalan pertumbuhan hemisferium serebri.


2. Produksi CSS yang berlebihan.
Ini merupakan penyebab hidrosefalus yang jarang terjadi. Penyebab tersering adalah
papiloma pleksus khoroideus, hidrosefalus jenis ini dapat disembuhkan.
3. Obstruksi aliran CSS.
Sebagian besar kasus hidrosefalus termasuk dalam kategori ini. Obstruksi dapat
terjadi di dalam atau di luar sistem ventrikel. Obstruksi dapat disebabkan beberapa
kelainan, seperti perdarahan subarakhnoid post trauma atau meningitis, di mana pada
kedua proses tersebut terjadi inflamasi dan eksudasi yang mengakibatkan sumbatan pada
akuaduktus Sylvius atau foramina pada ventrikel IV. Sisterna basalis juga dapat tersumbat
oleh proses arakhnoiditis yang mengakibatan hambatan dari aliran CSS. Tumor fosa
posterior juga dapat menekan dari arah belakang yang mengakibatkan terjadinya
hambatan aliran CSS. Pada elongasi arteri basilaris dapat menimbulkan obstruksi secara
intermiten, di mana obstruksi tersebut berhubungan dengan pulsasi arteri yang
bersangkutan.
4. Absorpsi CSS berkurang.
Kerusakan vili arakhnoidalis dapat mengakibatkan gangguan absorpsi CSS,
selanjutnya terjadi penimbunan CSS. Keadaan-keadaan yang dapat menimbulkan kejadian
tersebut adalah:
- Postmeningitis.
7

- Post perdarahan subarakhnoid.


- Kadar protein CSS yang sangat tinggi.
5. Akibat atrofi serebri.
Bila karena sesuatu sebab terjadinya atrofi serebri, maka akan timbul penimbunan CSS yang
merupakan kompensasi ruang terhadap proses atrofi tersebut.
Terdapat beberapa tempat yang merupakan predileksi terjadinya hambatan aliran CSS,
yaitu:
a. Foramina interventrikularis Monro
Apabila sumbatan terjadi unilateral maka akan menimbulkan pelebaran ventrikel lateralis
ipsilateral.
b. Akuaduktus serebri (Sylvius)
Sumbatan pada tempat ini akan menimbulkan pelebaran kedua ventrikel lateralis dan
ventrikel III.
c. Ventrikel IV
Sumbatan pada ventrikel IV akan menyebabkan pelebaran kedua ventrikel lateralis, dan
ventrikel III dan akuaduktus serebri.
d. Foramen mediana Magendie dan Foramina lateralis Luschka
Sumbatan pada tempat-tempat ini akan menyebabkan pelebaran pada kedua ventrikel
lateralis, ventrikel III, akuaduktus serebri dan ventrikel IV. Keadaan ini dikenal sebagai
sindrom Dandy-Walker.
e. Ruang subarakhnoid disekitar medula-oblongata, pons, dan mesensefalon
Penyumbatan pada tempat ini akan menyebabkan pelebaran dari seluruh sistem ventrikel
(Syaiful S. 2007).
V. DIAGNOSIS
5.1 Anamnesis
a. Kepala yang tampak membesar pada anak dengan ubun-ubun besar yang belum
menutup
b. Tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial: Letargi,muntah, sakit kepala, iritabel,
sampai penurunan kesadaran. Terutama ditemukan pada anak dengan ubun-ubun
besar yang sudah menutup.
c. Anamnesis ke arah penyebab : riwayat trauma,

infeksi SSP seperti meningitis,

riwayat hidrosefalus pada keluarga (Antonius, 2011).


Gejala yang menonjol pada hidrosefalus adalah bertambah besarnya ukuran lingkar
kepala anak dibanding ukuran normal. Di mana ukuran lingkar kepala terus bertambah besar,
sutura-sutura melebar demikian juga fontanela mayor dan minor melebar dan menonjol atau
8

tegang. Beberapa penderita hidrosefalus kongenital dengan ukuran kepala yang besar saat
dilahirkan sehingga sering mempersulit

proses persalinan, bahkan beberapa kasus

memerlukan operasi seksio sesaria. Tetapi sebagian besar anak-anak dengan hidrosefalus tipe
ini dilahirkan dengan ukuran kepala yang normal. Baru pada saat perkembangan secara cepat
terjadi perubahan proporsi ukuran kepalanya. Akibat penonjolan lobus frontalis, bentuk
kepala cenderung menjadi brakhisefalik, kecuali pada sindrom Dandy-Walker di mana kepala
cenderung berbentuk dolikhosefalik, karena desakan dari lobus oksipitalis akibat pembesaran
fossa posterior. Sering dijumpai adanya Sunset Appearance / Sign, yaitu adanya retraksi
dari kelopak mata dan sklera menonjol keluar karena adanya penekanan ke depan bawah dari
isi ruang orbita, serta gangguan gerak bola mata ke atas, sehingga bola mata nampak seperti
matahari terbenam (Satyanegara, 1998).
Kulit kepala tampak tipis dan dijumpai adanya pelebaran vena-vena subkutan. Pada
perkusi kepala anak akan terdengar suara cracked pot, berupa seperti suara pot retak. Selain
itu juga dijumpai gejala-gejala lain seperti gangguan tingkat kesadaran, muntah-muntah,
retardasi mental, kegagalan untuk tumbuh secara optimal (Chin LS, 2004).
Pada pasien-pasien tipe ini biasanya tidak dijumpai adanya papil edema, tapi pada
tahap akhir diskus optikus tampak pucat dan penglihatan kabur. Secara pelan sikap tubuh
anak menjadi fleksi pada lengan dan fleksi atau ekstensi pada tungkai. Gerakan anak menjadi
lemah, dan kadang-kadang lengan jadi gemetar.(Golden JA, 2004).
VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan cairan serebrospinal:Analisa cairan serebrospinal pada hidrosefalus
akibat perdarahan atau meningitis untuk mengetahui kadar protein dan menyingkirkan
kemungkinan ada infeksi sisa.
b. CT Scan
Dengan menggunakan CT Scan, kita dapat menentukan ukuran dari ventrikel. Jika
terdapat tumor atau obstruksi, maka dapat ditentukan lokasi dan ukuran dari tumor
tersebut. Pada pasien dengan hidrosefalus akan tampak dilatasi dari ventrikel pada
foto CT Scan serta dapat melihat posisi sumbatan yang menyebabkan terjadinya
hidrosefalus. Dengan CT-Scan saja hidrosefalus sudah bisa ditegakkan (Harsono,
2005).
c. MRI
Dengan menggunakan MRI pada pasien hidrosefalus, kita dapat melihat adanya
dilatasi ventrikel dan juga dapat menentukan penyebab dari hidrosefalus tersebut. Jika
terdapat tumor atau obstruksi, maka dapat ditentukan lokasi dan ukuran dari tumor

tersebut. Selain itu pada MRI potongan sagital akan terlihat penipisan dari korpus
kalosum (Eisenberg RL, 2008).
d. Transluminasi
Syarat untuk transluminasi adalah fontanela masih terbuka, pemeriksaan dilakukan
dalam ruangan yang gelap setelah pemeriksa beradaptasi selama 3 menit. Alat yang
dipakai lampu senter yang dilengkapi dengan rubber adaptor. Pada hidrosefalus, lebar
halo dari tepi sinar akan terlihat lebih lebar 1-2 cm.
VII. PENATALAKSAAN
Terapi medikamentosa ditujukan untuk membatasi evolusi hidrosefalus melalui upaya
mengurangi sekresi cairan dari pleksus khoroid atau upaya meningkatkan resorpsinya. Dapat
dicoba pada pasien yang tidak gawat, terutama pada pusat-pusat kesehatan dimana sarana
bedah saraf tidak ada. Obat yang sering digunakan adalah:
a. Asetasolamid
Cara pemberian dan dosis; Per oral 2-3 x 125 mg/hari, dosis ini dapat ditingkatkan
sampai maksimal 1.200 mg/hari.
b. Furosemid
Cara pemberian dan dosis; Per oral, 1,2 mg/kgBB 1x/hari atau injeksi iv 0,6
mg/kgBB/hari. Bila tidak ada perubahan setelah satu minggu pasien diprogramkan
untuk operasi.
c. Lumbal pungsi berulang (serial lumbar puncture)
Mekanisme pungsi lumbal berulang dalam hal menghentikan progresivitas
hidrosefalus belum diketahui secara pasti. Pada pungsi lumbal berulang akan terjadi
penurunan tekanan CSS secara intermiten yang memungkinkan absorpsi CSS oleh vili
arakhnoidalis akan lebih mudah. Indikasi : umumnya dikerjakan pada hidrosefalus
komunikan terutama pada hidrosefalus yang terjadi setelah perdarahan subarakhnoid,
periventrikular-intraventrikular dan meningitis TBC. Diindikasikan juga pada
hidrosefalus komunikan dimana shunt tidak bisa dikerjakan atau kemungkinan akan
terjadi herniasi (impending herniation)
Cara:
1. LP dikerjakan dengan memakai jarum ukuran 22, pada interspace L2-3 atau L3-4
dan CSS dibiarkan mengalir di bawah pengaruh gaya gravitasi.
2. LP dihentikan jika aliran CSS terhenti. Tetapi ada juga yang memakai cara setiap
LP CSS dikeluarkan 3-5 ml.
3. Mula-mula LP dilakukan setiap hari, jika CSS yang keluar kurang dari 5 ml, LP
diperjarang (2-3 hari).
4. Dilakukan evaluasi dengan pemeriksaan CT scan kepala setiap minggu. LP
dihentikan jika ukuran ventrikel menetap pada pemeriksaan CT scan 3 minggu
berturut-turut.
10

Tindakan ini dianggap gagal jika :


1.
2.
3.
4.

Dilatasi ventrikel menetap


Cortical mantel makin tipis
Pada lokasi lumbal punksi terjadi sikatriks
Dilatasi ventrikel yang progresif
Komplikasi : herniasi transtentorial atau tonsiler, infeksi, hipoproteinemia dan

gangguan elektrolit.
d. Terapi Operasi
Untuk mengobati hidrosefalus, satu-satunya cara terbaik adalah operasi yang
bertujuan untuk mengurangi pengumpulan cairan otak yang berlebihan di dalam
tengkorak. Kini diketahui berdasarkan teori bahwa pertumbuhan dan perkembangan
otak masih berlangsung sampai anak berusia 3 tahun. Namun pada kasus-kasus
hidrosefalus yang berat dan dating terlambat, umumnya jaringan otak yang masih ada
hanya tinggal 20-30% ( Satyanegara, 1998).
Operasi biasanya langsung dikerjakan pada penderita hidrosefalus. Pada penderita
gawat yang menunggu operasi biasanya diberikan :

Manitol per infus 0,5-2

g/kgBB/hari yang diberikan dalam jangka waktu 10-30 menit.


1. Third Ventrikulostomi/Ventrikel III
Lewat kraniotom, ventrikel III dibuka melalui daerah khiasma optikum, dengan
bantuan endoskopi. Selanjutnya dibuat lubang sehingga CSS dari ventrikel III
dapat mengalir keluar.
2. Operasi pintas/Shunting
Ada 2 macam :
Eksternal
CSS dialirkan dari ventrikel ke luar tubuh, dan bersifat hanya sementara.
Misalnya: pungsi lumbal yang berulang-ulang untuk terapi hidrosefalus
tekanan normal.
Internal
- CSS dialirkan dari ventrikel ke dalam anggota tubuh lain.
a. Ventrikulo-Sisternal, CSS dialirkan ke sisterna magna (Thor- Kjeldsen)
b. Ventrikulo-Atrial, CSS dialirkan ke atrium kanan.
c. Ventrikulo-Sinus, CSS dialirkan ke sinus sagitalis superior
d. Ventrikulo-Bronkhial, CSS dialirkan ke Bronkhus
e. Ventrikulo-Mediastinal, CSS dialirkan ke mediastinum
f. Ventrikulo-Peritoneal, CSS dialirkan ke rongga peritoneum
- Lumbo Peritoneal Shunt CSS dialirkan dari prosessus Spinalis Lumbalis
ke rongga peritoneum dengan operasi terbuka atau dengan jarum Touhy
secara perkutan (Syaiful S. 2007).
VIII. PROGNOSIS

11

Keberhasilan tindakan operatif serta prognosis hidrosefalus ditentukan ada atau


tidaknya anomali yang menyertai, mempunyai prognosis lebih baik dari hidrosefalus yang
bersama dengan malformasi lain (hidrosefalus komplikata) (Golden JA, 2004).
XI. KESIMPULAN
Hidrosefalus adalah kelainan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan
serebrospinal dengan tekanan intrakranial yang meninggi, sehingga terdapat pelebaran
ventrikel. Hidrosefalus terjadi Karena 3 hal : (1) Obstruksi aliran cairan serebrospinal (CSS)
di system ventrikel otak, (2) Absorbsi CSS di vili arachnoid yang menurun, dan (3) produksi
CSS di pleksus koroidalis yang abnormal, seperti pada papilloma pleksus koroidalis.
Meningkatnya jumlah CSS menyebabkan pelebaran ventrikel, peningkatan tekanan
intraventrikel dan akhirnya meningkatkan tekanan intracranial.

12

DAFTAR PUSTAKA
Antonius. Hidrosefalus in Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. IDAI.
2011.
Chin LS, Aldrich EF, Dipatri AJ, Eisenberg HM. Hydrocephalus In Sabiston Textbook of
Surgery, 17th Edition. Elseiver. Saunders. 2004.
Eisenberg RL, Margulis AR. Hydrocephalus In The Right Imaging Study A Guide for
Physicians. 3rd. New York. Springer. 2008.
Golden JA, Bonnemann CG,. Hydrocephalus In Textbook of Clinical Neurology. Elseiver.
Saunders. 2004.
Guyton Hall. Sistem Saraf Otonom dan Medula Adrenal in Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.
EGC. 2007.
Harsono,Perhimpunan dokter spesialis saraf Indonesia, Hidrosefalus, In: Buku Ajar
Neurologi Klinik. Yogyakarta. Gajah Mada University. 2005.
Jimmy P. Hidrosefalus in Buku Ajar Neurologi Anak. Jakarta. Jakarta. Ikatan Dokter Anak
Indonesia. 1999.
Maharani P.K. 2009. Neuroanatomi Sistem Saraf Pusat. Available from :
http://www.scribd.com/doc/53419745/LTM-Neuroanatomi-Sistem-Saraf-Pusat. (Accessed :
July, 18 2013)
Satyanegara. Hidrosefalus in Ilmu Bedah Saraf, Edisi Ketiga. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka
Utama. 1998
Snell R.S. Neuroanatomi Klinik edisi 5. Jakarta. EGC. 2007
Syaiful

S.

2007.

Hidrosefalus

kongenital.

Available

from

http://angelfire.com/nc/neurosurgery/Hidrosefalus.html (Accessed July,18 2013)

13

Anda mungkin juga menyukai