FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
OLEH :
Irvan Josua Blegur, S.Ked (1108012008)
PEMBIMBING :
dr. Alders A. K. Nitbani, Sp.B
BAB I
PENDAHULUAN
Hidrosefalus secara etimologis berasal dari bahasa Yunani dari kata hidro
yang berarti air dan chepalon yang berarti kepala. Hidrosefalus adalah penumpukan
cairan serebrospinal (CSS) secara aktif yang menyebabkan dilatasi sistem ventrikel
otak dimana terjadi akumulasi CSS yang berlebihan pada satu atau lebih ventrikel
atau ruang subarachnoid.1,2 Keadaan ini disebabkan oleh karena terdapat ketidak
seimbangan antara produksi dan absorpsi dari CSS maupun adanya obstruksi pada
aliran(drainase) dari CSS.3 Bila akumulasi CSS yang berlebihan terjadi diatas
hemisfer serebral, keadaan ini disebut higroma subdural atau koleksi cairan
subdural.3
Pada kasus akumulasi cairan yang berlebihan terjadi pada sistem
ventrikuler, keadaan ini disebut sebagai hidrosefalus internal. Selain itu beberapa
lesi intrakranial menyebabkan peninggian TIK, namun tidak sampai menyebabkan
hidrosefalus. Peninggian volume CSS tidak ekivalen dengan hidrosefalus; ini juga
terjadi pada atrofi serebral. Hidrosefalus sebagai kesatuan klinik dibedakan oleh
tiga faktor: a).peninggian tekanan intraventrikuler, b).penambahan volume CSS,
c).dilatasi rongga CSS.3
Secara keseluruhan, Insidensi hidrosefalus antara 0,2-4 setiap 1000 kelahiran.
Insidensi hidrosefalus kongenital adalah 0,5-1,8 pada tiap 1000 kelahiran dan 11%-
43% disebabkan oleh stenosis aqueductus serebri. Tidak ada perbedaan bermakna
insidensi untuk kedua jenis kelamin, juga dalam hal perbedaan ras.
Kasus ini merupakan salah satu masalah dalam bedah saraf yang paling sering
ditemui. Data menyebutkan bahwa hidrosefalus kongenital terjadi pada 3 dari 1000
kelahiran di Amerika Serikat dan ditemukan lebih banyak di negara berkembang
seperti Brazil yaitu sebanyak 3,16 dari 1000 kelahiran.3,8 Sedangkan di Indonesia
ditemukan sebanyak 40% hingga 50% dari kunjungan berobat atau tindakan operasi
bedah saraf.
1. DEFINISI
Hidrosefalus berasal dari kata hidro yang berarti air dan chepalon yang berarti
kepala. Hidrosefalus dapat didefinisikan secara luas sebagai gangguan aliran atau
penyerapan LCS yang menyebabkan peningkatan volume pada CNS.
Istilah lain yang dulu digunakan untuk kondisi tersebut adalah hidrosefalus ex
vacuo.
2. EPIDEMIOLOGI
Hidrosefalus dapat terjadi pada semua umur. Pada remaja dan dewasa lebih
sering disebabkan oleh toksoplasmosis. Hidrosefalus infantil; 46% adalah akibat
abnormalitas perkembangan otak, 50% karena perdarahan subaraknoid dan
meningitis, dan kurang dari 4% akibat tumor fossa posterior.
Kematian pada hidrosefalus yang tidak ditangani dapat terjadi oleh karena
herniasi tonsil sekunder yang dapat meningkatkan tekanan intracranial, kompresi
batang otak dan sistem pernapasan.
Pemasangan shunt telah dilakukan pada 75% dari semua kasus hidrosefalus
dan di 50% pada anak-anak dengan hidrosefalus komunikan. Pasien dirawat di
rumah sakit untuk merevisi shunt sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan, untuk
pengobatan komplikasi, atau kegagalan shunt.
Aliran CSS netto adalah dari ventrikel lateral menuju ventrikel ketiga
kemudian ke ventrikel keempat lalu ke sisterna basalis, tentorium, dan ruang
subaraknoid di atas konveksitas serebrum ke daerah sinus sagitalis, tempat
terjadinya penyerapan ke dalam sirkulasi sistemik.
Sebagian besar penyerapan CSS terjadi melalui vilus araknoidalis dan masuk
kedalam saluran vena sinus sagitalis, tetapi cairan juga diserap melintasi lapisan
ependim system ventrikel dan di ruang subaraknoid spinalis.
Pada orang dewasa normal, volume total CSS adalah sekitar 150 mL, yang 25
% nya terdapat di dalam sistem ventrikel. CSS terbentuk dengan kecepatan sekitar
20 mL/jam, yang mengisyaratkan bahwa perputaran CSS terjadi tiga sampai empat
kali sehari.
Tekanan intra kranial meningkat jika produksi melebihi absorbsi. Ini terjadi
jika adanya over produksi LCS, peningkatan tahanan aliran LCS, atau peningkatan
tekanan sinus venosus. Produksi LCS menurun jika tekanan intrakranial meningkat.
Kompensasi dapat terjadi melalui penyerapan LCS transventrikuler dan juga
dengan penyerapan pada selubung akar saraf.
Lobus temporal dan frontal melebar lebih dulu, biasanya asimetris. Ini dapat
menyebabkan kenaikan corpus callosum, penarikan atau perforasi septum
Empat puluh enam persen hidrosefalus pada anak akibat malformasi otak dan
yang terbanyak adalah malformasi Arnold-Chiary. Berbagai malformasi serebral
Bila karena sesuatu sebab terjadinya atrofi serebri, maka akan timbul
penimbunan CSS yang merupakan kompensasi ruang terhadap proses atrofi
tersebut.
5. KLASIFIKASI
1. Anatomis
2. Berdasarkan usia
Hidrosefalus tipe kongenital / infantil ( bayi )
Hidrosefalus tipe juvenile / adult ( anak-anak / dewasa )
3.Berdasarkan waktu
- Akut
- Kronik
- Compensated
- Arrested
4. Berdasarkan Etiologi
4.1.1 Kongenital
a. Stenosis akuaduktus serebri
Kasus semacam ini sering terjadi bersamaan dengan anomali lainnya seperti:
agenesis korpus kalosum, labiopalatoskhisis, anomali okuler, anomali jantung, dan
sebagainya.
c. Malformasi Arnold-Chiari
Malformasi ini melibatkan kelainan susunan saraf pusat yang rumit (khas pada
fossa posterior). Batang otak tampak memanjang dan mengalami malformasi, dan
tonsil serebellum memanjang dan ekstensi ke dalam kanalis spinalis. Kelainan ini
menyebabkan obliterasi sisterna-sisterna fossa posterior dan mengganggu saluran
ventrikel IV. Malformasi Arnold Chiari dijumpai pada hampir semua kasus
mielomeningokel, walaupun tidak semuanya berkembang menjadi hidrosefalus
aktif yang membutuhkan tindakan operasi pintas (shunting) (80% kasus).
Kerusakan vaskuler yang terjadi pada saat kelahiran, tetapi secara normal tidak
dapat dideteksi sampai anak berusia beberapa bulan. Hal ini terjadi karena vena
Galen mengalir di atas akuaduktus Sylvii, menggembung dan membentuk kantong
aneurisma. Seringkali menyebabkan hidrosefalus.
Suatu kondisi dimana hemisfer otak tidak ada dan diganti dengan kantong CSS.
sangat jarang. (Toxoplasma/T.gondii, Rubella/German measles, X-linked
hidrosefalus).
c. Hematoma intraventrikular
Tumor yang berada di bagian belakang otak sebagian besar akan menyumbat
aliran CSS yang keluar dari ventrikel IV. Pada banyak kasus, cara terbaik untuk
mengobati hidrosefalus yang berhubungan dengan tumor adalah menghilangkan
tumor penyebab sumbatan.
e.Abses/granuloma
f. Kista arakhnoid
Kista adalah kantung lunak atau lubang tertutup yang berisi cairan. Jika
terdapat kista arachnoid maka kantung berisi CSS dan dilapisi dengan jaringan pada
membran arachnoid. Kista biasanya ditemukan pada anak-anak dan berada pada
ventrikel otak atau pada ruang subarachnoid. Kista subarachnoid dapat
menyebabkan hidrosefalus non komunikans dengan cara menyumbat aliran CSS
dalam ventrikel khususnya ventrikel III.
c. Meningitis karsinomatosa
Kadar protein yang tinggi seperti pada perdarahan subarakhnoid, tumor kauda
ekuina, tumor intrakranial neurofibroma akustik, hemangioblastoma serebelum dan
medulla spinalis, neurosifilis, sindrom Guillain-Barre.
Selain pembagian berdasarkan anatomi, etiologi, dan usia, terdapat juga jenis
( 2, 7 )Hidrosefalus Tekanan Normal ; sesuai konvensi, sindroma hidrosefalik
termasuk tanda dan gejala peninggian TIK, seperti kepala yang besar dengan
penonjolan fontanel. Akhir-akhir ini, dilaporkan temuan klinis hidrosefalus yang
tidak bersamaan dengan peninggian TIK. ( 7 )seseorang bisa didiagnosa
mengalami hidrosefalus tekanan normal jika ventrikel otaknya mengalami
pembesaran, tetapi hanya sedikit atau tidak ada peningkatan tekanan dalam
ventrikel. Biasanya dialami oleh pasien usia lanjut, dan sebagian besar disebabkan
aliran CSS yang terganggu dan compliance otak yang tidak normal. ( 6 )Pada
Klasifikasi lain:
Gejala : simptomatik dan asimptomatik
Lokasi : externa & interna
Gambaran klinis: hidrosefalus manifes (overt hydrocephalus) dan hidrosefalus
tersembunyi (occult hydrocephalus).
NPH akan menunjukkan gejala-gejala trias klasik yakni gaya berjalan ataxia,
demensia, dan inkontinensia urin.
1. Gaya berjalan ataxia, biasanya bersifat kronik progresif, disebabkan karena
ekspansi dari sistem ventrikuler, terutama pada ventrikel lateral yang
mempengaruhi traksi dari serat motorik sakral yang berjalan di area ini,
seringkali gejalanya berupa instabilitas postur dan gangguan keseimbangan
yang makin terlihat bila penderita berjalan atau menaiki tangga. Kelemahan
dan kelelahan otot juga dapat merupakan bagian dari keluhan meskipun lebih
samar. Hal-hal tersebut inilah yang membuatnya seringkali terdiagnosa sebagai
6. GAMBARAN KLINIS
Sering dijumpai adanya Setting Sun Appearance / Sign, yaitu adanya retraksi
dari kelopak mata dan sklera menonjol keluar karena adanya penekanan ke depan
bawah dari isi ruang orbita, serta gangguan gerak bola mata ke atas, sehingga bola
mata nampak seperti matahari terbenam.
Kulit kepala tampak tipis dan dijumpai adanya pelebaran vena-vena subkutan.
Pada perkusi kepala anak akan terdengar suara cracked pot, berupa seperti suara
kaca retak. Selain itu juga dijumpai gejala-gejala lain seperti gangguan tingkat
kesadaran, muntah-muntah, retardasi mental, kegagalan untuk tumbuh secara
optimal.
Pada pasien-pasien tipe ini biasanya tidak dijumpai adanya papil edema, tapi
pada tahap akhir diskus optikus tampak pucat dan penglihatan kabur. Secara pelan
sikap tubuh anak menjadi fleksi pada lengan dan fleksi atau ekstensi pada tungkai.
- Kepala membesar
- Sutura melebar
- Fontanella kepala prominen
- Mata kearah bawah (sunset phenomena)
- Nistagmus horizontal
- Perkusi kepala : cracked pot sign atau seperti semangka masak.
- Sakit kepala
- Kesadaran menurun
- Gelisah
- Mual, muntah
- Hiperfleksi seperti kenaikan tonus anggota gerak
- Gangguan perkembangan fisik dan mental
Gejala hipertensi intrakranial lebih menonjol pada anak yang lebih besar
daripada bayi, gejala ini mencakup nyeri kepala, muntah, gangguan
okulomotor, dan gejala gangguan batang otak (bradikardia, aritmia respirasi).
Gejala lainnya yaitu spastisitas pada eksremitas inferior yang berlanjut
menjadi gangguan berjalan dan gangguan endokrin1,2,10
7. DIAGNOSIS
Selain dari gejala-gejala klinik, keluhan pasien maupun dari hasil pemeriksaan
fisik dan psikis, untuk keperluan diagnostik hidrosefalus dilakukan pemeriksaan-
pemeriksaan penunjang, yaitu :
2. Transiluminasi
3. Lingkaran kepala
Tetapi jika hidrosefalus telah ada sebelum penutupan suturan kranialis maka
penutupan sutura tidak akan terjadi secara menyeluruh.
4. Ventrikulografi
6. CT Scan kepala
7. MRI Kepala
8. PENATALAKSANAAN
Terapi medikamentosa
a. Asetasolamid
Efek samping dari obat ini biasanya kebas pada jari tangan dan kaki karena
hipokalemia. Beberapa dapat mengalami pandangan yang kabur, tapi biasanya
hilang dengan penghentian obat. Acetazolamide juga meningkatkan resiko batu
ginjal kalsium oksalat dan kalsium fosfat. Untuk mengurangi dehidrasi dan sakit
kepala dianjurkan untuk minum banyak cairan.
b.Furosemid
Cara pemberian dan dosis; Per oral, 1,2 mg/kgBB 1x/hari atau injeksi iv 0,6
mg/kgBB/hari. Furosemide bekerja sebagai loop diuretic kuat pada transport Na K
Cl loop henle thick ascending untuk menghambat Na dan Cl reabsorbsi. Karena
absorbsi Mg dan Ca pada thick ascending tergantung konsentrasi Na dan Cl, loop
diuretik juga menghambat absorbsi ion tersebut. Dengan terganggunya reabsorbsi
ion ini loop diuretik mengganggu terbentuknya medula renal yang hipertonik.
Diuretik ini mengurangi air yang direabsorbsi kembali ke darah berakibat pada
penurunan volume darah. Loop diuretik juga menyebabkan vasodilatasi vena
pembuluh darah ginjal sehingga menurunkan tekanan darah.
Terapi Pembedahan
- Mannitol (cairan hipertonik), dengan cara pemberian dan dosis: per infus, 0,5-2
g/kg BB/hari yang diberikan dalam jangka waktu 10-30 menit.
Ada 2 macam :
- Eksternal
CSS dialirkan dari ventrikel ke luar tubuh, dan bersifat hanya sementara.
Misalnya: pungsi lumbal yang berulang-ulang untuk terapi hidrosefalus
tekanan normal.
- Internal
2. Suatu reservoir yang memungkinkan aspirasi dari CSS untuk dilakukan analisis.
3. Sebuah katup yang terdapat dalam sistem Shunting ini, baik yang terletak
proksimal dengan tipe bola atau diagfragma (Hakim, Pudenz, Pitz, Holter) maupun
yang terletak di distal dengan katup berbentuk celah (Pudenz). Katup akan
membuka pada tekanan tertentu.
5. Ventriculo-Peritoneal Shunt.
Komplikasi Shunting
a. Infeksi
Berupa peritonitis, meningitis atau peradangan sepanjang saluran subkutan. Pada
pasien-pasien dengan VA Shunt. Bakteri aleni dapat mengawali terjadinya Shunt
Nephritis yang biasanya disebabkan Staphylococcus epidermis ataupun aureus,
dengan risiko terutama pada bayi. Profilaksis antibiotik dapat mengurangi risiko
infeksi.
b. Hematoma Subdural
Asites CSS ataupun pseudokista pertama kali dilaporkan oleh Ames, kejadian
ini diperkirakan 1% dari penderita dengan VP shunt. Adapun patogenesisnya
masih bersifat kontroversial. Diduga sebagai penyebab kelainan ini adalah
pembedahan abdominal sebelumnya, peritonitis, protein yang tinggi dalam CSS.
Asites CSS biasanya terjadi pada anak dengan tekanan intrakranial di mana
gejala yang timbul dapat berupa distensi perut, nyeri perut, mual dan muntah-
muntah.
f. Kraniosinostosis
Keadaan ini terjadi sebagai akibat dari pembuatan shunt pada hidrosefalus yang
berat, sehingga terjadi penututupan dini dari sutura kranialis.
9. DIAGNOSIS BANDING
10. PROGNOSIS
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. BT
Umur : 7 tahun
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Keluhan pasien diawali dengan pandangan kabur dan kedua mata juling kedalam yang
berlangsung sejak 4 bulan SMRS. Tidak bisa melihat sejak + 1 bulan SMRS, berlangsung
perlahan-lahan, ketika berjalan pasien sering menabrak benda-benda sekitar sehingga
perlu dipegang tangannya semakin memburuk hingga pasien tidak dapat melihat cahaya
sama sekali (gelap). Keluhan ini disertai dengan nyeri yang sering muncul pada seluruh
kepala, nyeri seperti tertekan benda berat dan pusing, mual (-) muntah (-). Dalam 2
Riwayat penyakit terdahulu kejang pada saat demam (usia 2 tahun) batuk pilek
Riwayat pengobatan
Puskesmas Batu putih (obat penurun panas dan batuk-pilek)
RSUD Soe (dirujuk dengan suspek SOL serebri untuk CT scan kepala)
Tanda Vital
Pernapasan : 24 x/menit
Suhu : 37,6 0C
Status Generalis
LK : 49 cm (normocephal)
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor 4mm/4mm
(dilatasi), refleks cahaya langsung dan tidak langsung (-/-),
strabismus medial ODS (parese N II, III, VI)
Thoraks
Paru-Paru
Jantung
Abdomen
Status neurologis:
Nn. Cranialis
N. I : tidak dilakukan
Status oftalmologis:
OD Pemeriksaan OS
0 visus 0
Dalam, cells (-), flares (-) BMD Dalam cells (-), flares (-)
Bulat, di tengah, refleks Iris Bulat, di tengah, refleks cahaya langsung (+), tidak langsung
cahaya langsung (-), tidak
langsung (-) Pupil
jernih jernih
Lensa
Vitreus
Funduskopi
Foto pasien
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium 24/1/17
Hemoglobin 14,3 g/dL
Eritrosit 5,36x10^6/uL
Hematokrit 39,8%
MCV 74,3 fL
MCH 27,1 pg
MCHC 36,4 g/L
Leukosit 13,63 x 10^3/uL
Eosinofil 21,4 %
Basofil 1.1 %
Neutrofil 38 %
Limfosit 31 %
Elektrolit (24/1/17)
Na 139 mmol/L
K 4,3 mmol/L
Cl 99 mmol/L
SOL Homogenous enhance, dilated tepi sebagian irregular dengan ukuran 4,4 x 3,4
x 3,6 cm di fossa posterior DD/
DIAGNOSIS KERJA
RENCANA DIAGNOSTIK
Citologi LCS
RENCANA PENGOBATAN
RENCANA MONITORING
PROGNOSIS
2/2/17 VP shunt
3/2/17
O: KU lemah, GCS 15
P:
-Head up 30
- Diet lunak
- Ceftriaxone 1x 500 mg
- Ketorolac 10 mg
- Ranitidine 2x25 mg
- Citologi LCS
4/2/17
O: KU lemah, GCS 15
P:
- Diet lunak
- Ceftriaxone 1x 500 mg
- Ketorolac 10 mg
- Ranitidine 2x25 mg
- Citologi LCS
-co SpA
5/2/17
S: lemah,
O: KU lemah, GCS 15
P:
-terapi lanjut
Telah dilaporkan satu kasus hidrosefalus akut nonkomunikans pada pasien anak laki-laki
usia 7 tahun tahun. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis,
pemeriksaan penunjang untuk menyingkirkan penyebab hilangnya fungsi penglihatan lain
pada pasien.
6. Rashid QT, Salat MS, Enam K, Kazim SF, Godil SS, Enam SA, et al. Time
trends and age-related etiologies of pediatric hydrocephalus: results of a groupwise
analysis in a clinical cohort. Childs Nerv Syst [internet]. 2012 [cited 2017 Feb
3];28(2):[1 screen]. Available from:
http://reference.medscape.com/medline/abstract/21818584
7. Thompson D. Hydrocephalus and shunts. In: Moore JA, Newell DW, ed.
Neurosurgery principles and practice. London: Springer; 2005. P.425-40.
15. Kestle JR, Cambrin-Riva J, Wellons JC, Kulkarni AV, et al. A standardized
protocol to reduce cerebrospinal fluid shunt infection: The Hydrocephalus Clinical
Research Network Quality Improvement Initiative. J neurosurg [Internet]. Jul 2011
[cited 2017 Feb 3]; 8(1): 22-29. Available from:
http://thejns.org/doi/full/10.3171/2011.4.PEDS10551
16. Simon TM, Hall M, Riva-Cambrin J, Albert JE, et al. Infection rates following
initial cerebrospinal fluid shunt placement across pediatric hospitals in the United
States. J neurosurg [Internet]. August 2009 [cited 2017 Feb 3];4(2): 156-165.
Available from: http://thejns.org/doi/full/10.3171/2009.3.PEDS08215