Anda di halaman 1dari 19

PERBANDINGAN KONSTITUSI INGGRIS, AMERIKA SERIKAT, DAN INDONESIA

JAKARTA

A. Latar Belakang

Konstitusi merupakan sesuatu yang sangat penting bagi setiap bangsa dan negara, baik yang
sudah lama merdeka maupun yang baru saja memperoleh kemerdekaannya. Melalui konstitusi
kita dapat melihat sistem ketatanegaraan suatu negara. Konstitusi merupakan hukum yang
dianggap paling tinggi tingkatannya di setiap negara. Istilah konstitusi pada mulanya berasal dari
perkataan latin, constitutio yang berkaitan dengan kata jus atau ius yang berarti “hukum atau
prinsip”.

Herman Heller menyatakan bahwa konstitusi mempunyai arti lebih luas dari undang-undang
dasar. Sedangkan menurut pendapat Solly Lubis bahwa konstitusi memiliki dua pengertian yaitu
konstitusi tertulis (Undang-undang dasar) dan konstitusi tidak tertulis (konvensi). Bentuk
Konstitusi itu sebetulnya tidak ada keharusan tertulis maupun tidak tertulis. Bagi negara yang
menggunakan konstitusi yang tidak tertulis seperti Inggris dan Canada tetap dianggap
mempunyai dan mengunakan konstitusi.

Pembedaan konstitusi tertulis dengan konstitusi tidak tertulis tidak mutlak benar. Menurut CF
Strong ketika menjelaskan mengenai perbandingan konstitusi dalam bukunya yang berjudul
Modern Political Constitutions mengatakan bahwa sebenarnya pembedaan konstitusi tertulis dan
tidak tertulis tidaklah benar karena tidak ada konstitusi yang benar-benar tertulis maupun yang
benar-benar tidak tertulis. Yang disebut tertulis biasanya dimaksudkan sebagai dokumen
konstitusi yang mempunyai kesakralan khusus sedangkan yang tidak tertulis adalah konstitusi
yang berkembang atas dasar adat istiadat (costum).

Negara Inggris yang dikatakan tidak memiliki konstitusi tertulis sebenarnya memiliki berbagai
hukum dan undang-undang tertulis yang memodifikasi berbagai ketentuan konstitusi seperti the
Bill of Rights (1689). Sebaliknya Amerika Serikat yang dikatakan sebagai negara paling lengkap
konstitusi tertulisnya ternyata juga memiliki konstitusi tidak tertulis karena disana telah tumbuh
dan berkembang konvensi tidak tertulis tanpa adanya amandemen yang sebenarnya atas
konstitusi itu sendiri. Di Indonesia Dalam Makalah ini akan dilakukan perbandingan konstitusi
dari segi muatan konstitusi ketiga negara tersebut sehingga akan diperoleh perbedaan dan
persamaan dari masing-masing konstitusi serta akan diperoleh kelebihan serta kekurangannya
sehingga akan memperkaya wawasan serta pengetahuan kita mengenai hukum konstitusi.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah bentuk perbandingan konstitusi di negara Inggris, Amerika Serikat,
dan Indonesia?
PEMBAHASAN

NEGARA INGGRIS

Sistem Administrasi dan Pemerintahan Inggris :


Negara Inggris (United Kingdom) merupakan negara kesatuan atau unitary state yang
terdiri dari Skotlandia, Wales, Inggris, dan Irlandia Utara yang memiliki bentuk pemerintahan
monarki atau kerajaan. Inggris dikenal sebagai ibu atau pencetus sistem
pemerintahan parlementer (the mother of parliament) sebab Inggris lah yang membuat sebuah
sistem pemerintahan parlemen yang dapat diterapkan dengan baik untuk pertama kali. Sistem ini
memeberikan hak kepada masyarakat untuk memilih wakilnya melalui pemilihan umum yang
demokratis untuk dapat mengatasi persoalan sosial ekonomi kemasyarakatan sehingga tercipta
kesejahteraan rakyat.
Kostitusi di inggris tidak tertulis(konvensi) dalam bentuk teks namun tersebar dalam
bentuk pelbagai hukum, peraturan, dan konvensi. Sistem Pemerintahan Inggris
Pemerintahan Inggris dijalankan oleh Perdana Menteri sebagai kepala pemerintahan
dibantu para menteri. Ratu dan Raja Inggris hanyalah kepala negara yang berfungsi sebagai
simbol kenegaraan(simbol kedaulatan, keagungan dan persatuan negara).
Parlemen atau Dewan Perwakilan  terdiri dari dua ruang (bikameral), yakni House of
Commons & House of Lord. House of Commons atau disebut juga Majelis Rendah adalah badan
perwakilan rakyat yang anggota-anggotanya dipilih oleh rakyat di antara calon-calon partai
politik. House of Lord atau Mejelis Tinggi adalah perwakilan yang berisi para bangsawan
dengan berdasarkan warisan. House of Commons memiliki keuasaan yang lebih besar daripada
House of Lord. Inggris menerapkan Parliament Soverengnity, artinya kekuasaan yang sangat
besar pada diri parlemen.
Kabinet merupakan menteri-menteri yang dipimpin oleh perdana menteri. Kabinet tersebut
yang benar-benar melaksanakan roda pemerintahan. Anggota kabinet pada umumnya berasal
dari House of Commons. Perdana menteri merupakan pemimpin dari partai mayoritas di House
of Commons. Masa jabatan kabinet sangat tergantung pada kepercayaan dari House of
Commons. Parlemen memiliki kekuasaan membubarkan kabinet dengan mosi tidak percaya.
Terdapat oposisi yang dijalankan oleh partai yang kalah dalam pemilu. Para pemimpin
oposisisi membuat semacam kabinet tandingan. Jika sewaktu-waktu kabinet runtuh, partai
oposisi dapat menggantikan penyelenggaraan pemerintahan. 
Inggris menggunakan sistem dwipartai. Di Inggris berdiri 2 partai yang saling bersaing dan
memerintah. Partai tersebut adalah Partai Buruh dan Partai Konservatif. Partai yang menang
dalam pemilu dan mayoritas di parlemen merupakan partai yang memerintah, sedangkan partai
yang kalah menjadi partai oposisi.
Badan Peradilan ditentukan oleh kabinet sehingga tak ada hakim yang dipilih. Meskipun
demikian, mereka melaksanakan peradilan yang adil(bebas dan tidak memihak), termasuk juga
memutuskan sengketa antara warga dengan pemerintah.
Inggris sebagai negara kesatuan  menerapkan sistem desentralisasi. Kekuasaan pemerintah
daerah berada pada Council (dewan) yang dipilih oleh rakyat di daerah. Sekarang ini, Inggris
terbagi dalam tiga daerah, yaitu England, Wales dan Greater London.

Sistem Peradilan dan Konstitusi

Inggris memiliki tiga sistem hukum yang terpisah; masing untuk Inggris dan Wales, Skotlandia
dan Irlandia Utara. Ini mencerminkan asal-usul historisnya dan fakta bahwa Skotlandia dan
Irlandia, dan kemudian Irlandia Utara, mempertahankan sistem dan tradisi hukum mereka sendiri
di bawah Undang-undang Uni 1707 dan 1800. Situs web ini membahas peradilan Inggris dan
Wales. Kami menyebutkan secara singkat Tribunals Service, yang meluas ke Skotlandia, dan
Mahkamah Agung Inggris, yang memiliki yurisdiksi atas seluruh Inggris sejak menggantikan
Komite Yudisial House of Lords pada bulan Oktober 2009.

Sistem peradilan adalah salah satu dari tiga cabang negara. Dua cabang lainnya adalah eksekutif,
atau pemerintah, dan legislatif, yang merupakan dua Gedung Parlemen. Di kebanyakan negara
demokrasi ketiga cabang negara ini terpisah satu sama lain. Mereka memiliki peran dan fungsi
yang didefinisikan dalam konstitusi tertulis, mencegah konsentrasi kekuasaan di cabang
manapun dan memungkinkan masing-masing cabang berfungsi sebagai cek pada dua cabang
lainnya. Ini dikenal sebagai pemisahan kekuasaan.

Inggris, yang terkenal dan hampir unik, tidak memiliki konstitusi yang terkandung dalam
instrumen konstitusional tertulis. Konstitusinya dapat ditemukan dalam undang-undang yang
disahkan oleh Parlemen dan dalam common law, undang-undang tersebut berkembang selama
berabad-abad dalam keputusan pengadilan. Hanya dua negara lain, Israel dan Selandia Baru,
seperti Inggris yang tidak memiliki instrumen konstitusional tertulis. Ketiga negara ini berbeda
dengan cara ini dari hampir semua negara lain. Instrumen konstitusional semacam itu, misalnya
di Amerika Serikat, yang memiliki salah satu konstitusi tertulis paling terkenal, seringkali
memiliki status lebih tinggi daripada peraturan perundang-undangan biasa dan ketentuan
konstitusional hanya dapat diundangkan dan dicabut dengan prosedur khusus yang berbeda
dengan prosedur untuk membuat dan membatalkan undang-undang biasa.

Kurangnya konstitusi tertulis kita adalah salah satu konsekuensi dari cara Inggris dan institusi
politik dan hukumnya telah berkembang sejak tahun 1066. Konsekuensi lainnya adalah bahwa
institusi kita tidak memisahkan fungsi dan wewenang dari tiga cabang negara yang berbeda,
eksekutif, legislatif, dan yudikatif.

Misalnya, pemerintah (atau eksekutif) terdiri dari anggota parlemen dan rekan kerja yang juga
anggota badan legislatif (House of Commons dan House of Lords). Di Amerika Serikat
sebaliknya, Presiden dan anggota kabinet, (eksekutif), sepenuhnya terpisah dari legislatif, (Senat
dan Dewan Perwakilan Rakyat).
Secara historis, ada banyak contoh lain dari pencampuran peran ini di Inggris. Sampai akhir abad
ke-19 hakim dapat dipilih sebagai anggota parlemen, dan dalam beberapa kasus yang jarang
terjadi, hakim seperti Lord Chief Justice, akan menjadi anggota kabinet, dan karenanya menjadi
anggota pemerintah. Ini hanya terjadi satu kali dalam 100 tahun terakhir ketika Lord Reading,
yang ditunjuk sebagai Lord Chief Justice pada tahun 1913, bertugas di berbagai posisi eksekutif,
termasuk sebagai Komisaris Tinggi ke Washington pada tahun 1917. Khususnya, sampai
Oktober 2009 pengadilan tertinggi kami adalah sebuah komite DPR dari Lords. Meskipun sejak
kuartal terakhir abad kesembilan belas hanya hakim yang ditunjuk sebagai Penguasa Banding di
Ordinary ("Law Lords") dan rekan-rekan lain yang telah menduduki jabatan peradilan tinggi
telah dapat mengambil bagian dalam pekerjaan Komite, Lords Law terus berkontribusi pada
perdebatan, khususnya mengenai proposal untuk undang-undang tentang pengadilan dan
administrasi peradilan.

Tumpang tindih antara cabang yudisial negara bagian dengan cabang lainnya sebagian besar
diakhiri pada abad ke-19. Namun ada satu pengecualian penting untuk ini: kantor Lord
Chancellor. Kantor Lord Chancellor adalah salah satu yang tertua di Inggris, yang berasal dari
beberapa orang di zaman Anglo-Saxon, namun dengan sejarah formal dimulai pada tahun 1068
setelah Penaklukan Norman. Selama berabad-abad banyak tokoh terkenal telah menjabat sebagai
Lord Chancellor. Mereka termasuk; Thomas á Becket, Kardinal Wolsey, Thomas More dan
Francis Bacon.

Kantor Lord Chancellor adalah contoh paling jelas bagaimana konstitusi Inggris tidak
memisahkan dan memang mencampuradukkan tiga cabang negara. Lord Chancellor adalah
seorang menteri kabinet senior dan oleh karena itu menjadi anggota eksekutif, hakim dan kepala
pengadilan Inggris dan Wales, dan anggota badan legislatif, memang orang yang memimpin
pertimbangan Dewan Lords, pada dasarnya Pembicara. Satu kantor melibatkan dan
menggabungkan ketiga cabang pemerintahan tersebut. Ini mungkin bisa diterima saat kantornya
berdiri. Keberadaannya yang terus berlanjut dalam bentuk itu bagaimanapun telah dipertanyakan
dalam beberapa kesempatan dalam dua ratus tahun terakhir. Yang paling terkenal, dikritik oleh
Walter Bagehot dalam The English Constitution (1867) dengan istilah berikut:

"Seluruh kantor Lord Chancellor adalah tumpukan anomali. Dia adalah hakim, dan bertentangan
dengan prinsip yang jelas bahwa setiap bagian administrasi harus dipercayakan kepada
hakim; Pada saat yang sangat menyedihkan bahwa administrasi peradilan harus dijaga dari
godaan jahat. Namun Lord Chancellor, hakim utama kami, duduk di kabinet, dan membuat
pidato partai di Lords. "

Kekhawatiran seperti itu terus meningkat selama abad ke-20. Meski sejak tahun 1960-an Lord
Chancellor duduk sebagai hakim lebih jarang, dia terus menunjuk hakim. Selain itu, tanggung
jawab administratif kantor untuk sistem pengadilan meningkat secara signifikan sebagai hasil
dari reformasi yang diperkenalkan oleh Pengadilan Negeri 1971 yang mengalihkan tanggung
jawab untuk banyak pengadilan dari kota dan pemerintah daerah sampai pemerintah pusat dan
Kanselir Tuhan.

Keprihatinan tersebut akhirnya ditangani pada tahun 2003 ketika pemerintah mengusulkan
penghapusan jabatan Lord Chancellor. Akibat dari apresiasi prinsip-prinsip pemisahan
kekuasaan yang lebih jelas ini dalam kaitannya dengan fungsi peradilan, bagaimanapun, bukan
penghapusan jabatan tapi reformasi. Undang-Undang Reformasi Konstitusional 2005 membawa
perubahan yang signifikan dalam sifat kantor, yang pada dasarnya menghapus posisi Lord
Chancellor sebagai hakim dan kepala pengadilan di Inggris dan Wales, dan berposisi sebagai
Ketua Dewan Lords. Lord Chancellor sekarang menjadi Sekretaris Negara dan, seperti menteri
Kabinet lainnya, juga anggota dewan legislatif.

Sebagai bagian dari proses yang menghasilkan Undang-Undang Reformasi Konstitusional, pada
bulan Januari 2004, pemerintah dan pengadilan mengadakan "Konkordat". Salah satu tujuan
penting dari hal ini adalah untuk menjamin independensi peradilan yang berlanjut. Konkordat
juga menetapkan fungsi mana yang sampai sekarang dilaksanakan oleh Kanselir Tuhan
"yudisial" dan sekarang provinsi peradilan, yang "administratif", dan tetap menjadi provinsi
pemerintah, dan yang "hibrida" dan harus dibagi .

Undang-undang tahun 2005 lebih dari sekedar mereformasi kantor Lord Chancellor. Ini mengacu
pada dua prinsip dasar konstitusi kita, peraturan hukum dan independensi peradilan. Sementara
independensi peradilan telah lama menjadi isu yang telah disebut dalam undang-undang, seperti
Undang-Undang Hak 1689 atau Undang-Undang Penyelesaian 1701, ini adalah pertama kalinya
peraturan undang-undang tersebut secara khusus disebutkan dalam undang-undang. Pemahaman
umum telah berkembang selama berabad-abad mengenai apa yang dimaksud, namun mengingat
perubahan lainnya, hal itu dianggap penting bagi Undang-Undang untuk merujuk pada mereka
dan dengan demikian memberi mereka kekuatan hukum. Rincian perubahan kunci yang dibawa
oleh Undang-Undang tersebut meliputi:

 Kewajiban hukum yang eksplisit pada menteri pemerintah untuk menegakkan


independensi peradilan. Para menteri secara khusus dilarang mencoba mempengaruhi
keputusan pengadilan melalui akses khusus ke hakim. Lord Chancellor juga memiliki
kewajiban hukum khusus untuk mempertahankan independensi peradilan. Misalnya,
tugas ini mengharuskan Lord Chancellor untuk membela anggota peradilan yang
menjalankan fungsi peradilan mereka dari komentar buruk oleh anggota pemerintah
lainnya. Contoh paling awal dari hal ini muncul sebagai konsekuensi kasus Sweeney
pada bulan Juni 2006. Craig Sweeney dijatuhi hukuman penjara seumur hidup. Hakim
hukuman diharuskan menetapkan masa hukuman minimum sebelum Dewan Parole tidak
dapat mempertimbangkan pembebasannya atas izin dan, sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan dan pedoman hukuman hakim menetapkan jangka waktu minimum
lima tahun dan 108 hari. Baik Sekretaris Rumah Tangga dan seorang menteri junior di
Departemen Urusan Konstitusional, mengkritik hal ini. Menteri DCA bahkan
mengatakan pada Radio 4 bahwa hukuman itu salah, meskipun dia kemudian menarik
kembali komentarnya. Lord Chancellor berbicara menentang rekan-rekan
pemerintahannya dan secara terbuka membela hakim hukuman tersebut. Dengan berbuat
demikian, dia bertindak konsisten dengan tugas yang dijatuhkan pada Kanselir Tuhan
untuk membela peradilan;
 Pengalihan fungsi peradilan Lord Chancellor kepada Lord Chief Justice yang menjadi
Presiden Pengadilan Inggris dan Wales. Sebagai konsekuensi dari pengalihan tanggung
jawab ini, Lord Chief Justice mendapatkan tanggung jawab atas pelatihan, bimbingan dan
penerapan Hakim. Dia juga memiliki tanggung jawab untuk mewakili pandangan
peradilan Inggris dan Wales kepada Parlemen dan menteri;
 Penciptaan Mahkamah Agung Inggris yang terpisah dari dan independen dari House of
Lords. Pengadilan baru memiliki sistem penunjukan independen, staf, anggaran, dan
bangunan di bekas Guildhall Middlesex, di seberang Gedung Parlemen;
 Pembentukan Komisi Penunjukan Yudisial independen. Komisi memiliki tanggung
jawab yang efektif untuk memilih hakim, walaupun secara formal Komisi membuat
rekomendasi kepada Kanselir Tuhan. Ini bertujuan untuk memastikan bahwa, sementara
penghargaan tetap menjadi satu-satunya kriteria untuk pengangkatan, sistem
pengangkatan lebih terbuka dan transparan;
 Pembentukan Tanggung Jawab dan Ombudsman Yudisial, bertanggung jawab untuk
menyelidiki dan membuat rekomendasi mengenai keluhan tentang proses peradilan, dan
penanganan pengaduan tentang perilaku peradilan.

Perubahan posisi konstitusional sejak 2003 juga memiliki konsekuensi praktis yang penting. Ini
berhubungan dengan kepemimpinan sehari-hari di pengadilan, cara hakim diangkat dan
bagaimana keluhan ditangani. Perubahan ini telah membantu mengklarifikasi independensi
peradilan dan dirancang untuk meningkatkan akuntabilitas, kepercayaan publik dan efektivitas
kerja peradilan. Penciptaan Kementerian Kehakiman di tahun 2007 yang mempertemukan
pertanggungjawaban atas peradilan pidana, penjara, dan kebijakan pidana (sebelumnya tanggung
jawab Sekretaris Rumah Tangga) dan tanggung jawab untuk layanan pengadilan dan bantuan
hukum (sebelumnya tanggung jawab Lord Chancellor) menyebabkan kesepakatan lebih lanjut
antara pemerintah dan yudikatif pada bulan Januari 2008. Ini mengakui bahwa pengadilan
memiliki tanggung jawab yang berbeda untuk memberikan keadilan secara independen.

Hakim dan Parlemen

Kedua Rumah Parlemen memiliki kekuatan untuk mengajukan petisi kepada Ratu untuk
pengangkatan hakim Pengadilan Tinggi atau Pengadilan Banding. Kekuasaan ini berasal dari
Undang-Undang Penyelesaian 1701 dan sekarang terdapat dalam bagian 11 (3) Undang-Undang
Mahkamah Agung 1981. Pengadilan tidak pernah dilakukan di Inggris dan Wales. Ini sebenarnya
baru sekali dieksekusi satu kali, ketika Sir Jonah Barrington dikeluarkan dari jabatannya sebagai
hakim Pengadilan Tinggi Angkatan Laut Irlandia pada tahun 1830 karena korupsi: dia
menyalahgunakan dana karena para penggugat. Tidak ada Hakim Pengadilan Tinggi Inggris atau
Pengadilan Tinggi yang pernah dikeluarkan dari jabatannya di bawah kekuasaan ini. Sirkuit dan
Hakim Distrik bisa diangkat oleh Lord Chancellor. Namun, dia hanya bisa melakukannya jika
Ketua Majelis Hakim setuju.

Beralih ke bentuk pertanggungjawaban lain, "peraturan" sub pengadilan mencegah diskusi


mengenai kasus-kasus yang sedang berlangsung di Parlemen, namun, jika perlu, keputusan dan
keputusan Hakim perorangan dapat disebutkan dalam perdebatan di House of Parliament
manapun. Namun, ini tidak berarti bahwa hakim bertanggung jawab kepada Parlemen atas
keputusan mereka dalam kasus tertentu, kecuali sejauh Parlemen dapat membuat undang-undang
untuk membalikkan efek keputusan atau mengubah undang-undang sebagaimana ditetapkan atau
ditafsirkan oleh keputusan pengadilan.
Sudah sering dikemukakan bahwa hakim entah bagaimana dapat melakukan 'mengesampingkan'
undang-undang, misalnya jika, menjalankan kekuasaan yang diberikan kepada mereka oleh
Undang-Undang Hak Asasi Manusia 1998, mereka menyatakan bahwa undang-undang tertentu
tidak sesuai dengan hak dan kebebasan yang dijamin di bawah peraturan Eropa. Konvensi Hak
Asasi Manusia.Pertanyaannya sering dibingkai dalam istilah 'apa hak para hakim yang tidak
terpilih ini harus membatalkan undang-undang yang ditetapkan oleh perwakilan terpilih di
Parlemen? ". Adalah benar untuk menyarankan agar hakim dapat mengatur bahwa tindakan
badan publik tidak sah dan memutuskan melawan Pemerintah dalam kasus tertentu. Memang, ini
adalah pemeriksaan yang kuat terhadap kekuatan Negara terhadap individu. Banyak contoh yang
terlihat di media, atau dikomentari oleh politisi, cenderung berfokus pada masalah kriminal atau
hak asasi manusia, namun ada banyak contoh lain tentang pengawasan yudisial yang
memungkinkan Negara untuk memperbaiki hasil undang-undang yang tidak terduga
sebelumnya. Namun keliru jika mengatakan bahwa peradilan dapat, dengan menggunakan
Undang-Undang Hak Asasi Manusia 1998, membatalkan undang-undang. Undang-undang
tersebut hanya mengizinkan Pengadilan Tinggi, Pengadilan Banding atau House of Lords /
Mahkamah Agung untuk menyatakan undang-undang agar tidak sesuai dengan hak
Konvensi. Pernyataan ketidakcocokan tidak membuat undang-undang atau menghapusnya dari
buku undang-undang, seperti yang terjadi di beberapa yurisdiksi. Di Amerika Serikat, misalnya,
Mahkamah Agung dapat menyatakan bahwa undang-undang tersebut bukan hukum yang sah
karena tidak konstitusional. Deklarasi ketidakcocokan di bawah Undang-Undang tahun 1998,
bagaimanapun, meninggalkan keabsahan hukum tertentu secara utuh. Mereka hanya meminta
Parlemen untuk mempertimbangkan untuk mengubah undang-undang agar membuatnya sesuai
dengan ketentuan Konvensi Eropa tentang Hak Asasi Manusia. Keputusan terakhir tetap ada di
Parlemen dan bukan di bidang peradilan. Pada akhirnya, pengadilan tidak lagi, atau kurang,
berdasarkan Undang-Undang tahun 1998 daripada melaksanakan fungsi konstitusionalnya untuk
menafsirkan dan menerapkan undang-undang yang disahkan oleh Parlemen. Mereka hanya
memiliki kekuatan seperti Parlemen memberi mereka dalam Undang-Undang Hak Asasi
Manusia 1998.

Hakim individu juga dapat diundang untuk memberikan bukti kepada Komite Parlemen. Di
zaman modern, hakim yang telah diminta untuk hadir melakukannya secara sukarela, tunduk
pada peraturan dan konvensi mapan dan lama yang menghalangi hakim untuk mengomentari
masalah tertentu. Komite Parlementer menghormati peraturan dan konvensi ini. Hal-hal yang
dilarang meliputi: manfaat kebijakan pemerintah (kecuali jika kebijakan tersebut mempengaruhi
administrasi peradilan di dalam wilayah pengadilan tertentu mengenai tanggung jawab
peradilan);manfaat masing-masing kasus atau keputusan (walaupun percobaan tertentu dapat
digunakan sebagai contoh praktik saat membahas masalah kebijakan umum) atau pejabat
peradilan, politisi, dan tokoh masyarakat lainnya, dan manfaat, makna atau kemungkinan
dampak ketentuan dalam undang-undang prospektif (sedemikian rupa yang dapat dilihat untuk
mempertanyakan ketidakberpihakannya terhadap keadilan); dan administrasi peradilan yang
berada di luar wilayah tanggung jawabnya atau tanggung jawab sebelumnya.

Perbedaan penting selanjutnya adalah apakah hakim yang hadir sebelum sebuah Komite
melakukannya sebagai individu, yang dipanggil karena pengalaman atau keahlian hakim
tersebut, atau mewakili peradilan secara keseluruhan. Sejak reformasi yang diperkenalkan oleh
Komite Reformasi Konstitusional 2005 Komite semakin tertarik pada jenis penampilan yang
terakhir. Komite Parlementer dapat menjadi forum yang tepat bagi hakim untuk memberikan
pandangan mereka mengenai isu-isu terkini yang mempengaruhi administrasi peradilan dan
memungkinkan mereka memberikan komentar mengenai topik yang sesuai. Belakangan ini
peradilan senior telah menanggapi undangan untuk mengomentari pembentukan Kementerian
Kehakiman.

Namun, tidak selalu mudah bagi hakim untuk menanggapi pertanyaan dari Komite Parlemen
mengenai isu-isu terkini, terutama jika atmosfir topik dipertimbangkan "politis" dan yang lainnya
berusaha untuk menafsirkan apa yang dikatakan dengan cara tertentu. Perawatan juga diperlukan
karena hakim yang mengomentari sebuah isu mungkin, di kemudian hari, mendapati bahwa
mereka harus mengadili masalah tersebut. Ada risiko bahwa hal-hal yang dikatakan oleh hakim
kepada Komite Parlemen dapat menyebabkan pengadilan dianggap sebagai 'pemain' lain dalam
proses politik, yang merusak persepsi publik tentang ketidakberpihakan dan independensi
mereka. Hakim harus berhati-hati dengan apa yang mereka katakan dan juga tentang mendorong
keyakinan bahwa wilayah yang sesuai bagi mereka untuk diminta memberikan komentar publik
harus diperluas.Memang, reformasi konstitusional baru-baru ini yang meningkatkan pemisahan
peradilan dari cabang negara lain menunjukkan bahwa hakim tidak mungkin memberikan
komentar mengenai beberapa hal yang telah mereka lakukan di masa lalu.

Rekrutmen Mahkamah Konstitusi daan Masa Jabatan

Sesuai dengan bagian 70 Undang-Undang Reformasi Konstitusional 2005, sebagaimana telah


diubah oleh Undang-Undang Kejahatan dan Pengadilan tahun 2013, panel menentukan proses
seleksi yang harus diikuti dan berkonsultasi dengan Lord Chancellor dan First Minister of Wales
mengenai proses yang diikuti.

Sesuai dengan s.10 (3) Undang-Undang Pengadilan Negeri 1981 c.54, latihan seleksi terbuka
untuk semua pemohon yang memenuhi persyaratan pemenuhan janji peradilan dalam waktu 7
tahun atau menjadi hakim di Mahkamah Agung, Pengadilan Banding, atau Pengadilan Tinggi.

Mengingat kebutuhan untuk menyampaikan reformasi Pengadilan yang signifikan dan untuk
mengarahkan peradilan melalui jalan keluar dari UE, kandidat diharapkan dapat melayani paling
sedikit 4 tahun.

NEGARA AMERIKA SERIKAT

Sistem Ketatanegaraan :

Konstitusi Amerika Serikat dan pelaksanaan Konstitusi

Konstitusi Amerika Serikat disusun dan diterima beberapa tahun setelah Pernyataan
Kemerdekaan Amerika Serikat ditanda tangani padatahun 1776. Pada tanggal 25 Mei 1787
dibuka dengan resmi Sidang Konstituante yang terdiri dari 55 orang utusan dari 13 negara-
negara yangada di Amerika pada waktu itu. Perbincangan 55 orang utusan berlangsung sampai
17 September 1787 dan menghasilkan rancangan naskah konstitusi. Rancangan Naskah tersebut
diterima sebagai naskah resmiuntuk dimintakan persetujuan dari pemerintah-pemerintah 13
Negara untuk dapat berlaku efektif sebagai Konstitusi Amerika Serikat. Pada akhir tahun 1787, 9
negara memberikan persetujuan dan secara formal sudahdapat berlaku sah, karena sudah
mencapai mayoritas 2/3.Konstitusi Amerika Serikat mewujudkan prinsip-prinsip yangdinyatakan
dalam suatu

Declaration of Independence

(1776). Deklarasitersebut diangkat dari filosofi Prancis dan aliran pencerahan Inggris.Tujuan
utama konstitusi Amerika Serikat adalah menjamin hak-hak

Negara bagian. Negara Amerika Serikat memiliki motto (1776) “Pluribus Unum” artinya “dari
banyak, menjadi satu”, dan pada tahun 1956 dengan motto “In God We Trust” artinya” kepada
Tuhan kami Percaya” ini memiliki sistem pemerintahan demokrasi presidensiil. Konstitusi
tersebut menjelaskan kekuasan yang dapat diselenggarakan organ pemerintahan bersama, yaitu
pemerintahan federal. Sedangkan kekuasaan yang tidak disebutkan dalam konstitusi menjadi
milik pemerintah Negara bagian

Sistem Pemerintahan : Amerika Serikat merupakan sebuah negara serikat/federal


berbentuk republik beribukota di Washington D.C. yang mempunyai 50 negara bagian.
Sedangkan  sistem pemerintahan yang dianut adalah Sistem Pemerintahan Presidensial. Presiden
Amerika adalah kepala negara juga sekaligus sebagai kepala pemerintahan.Terdapat pemisahan
kekuasaan yang jelas antara legislatif, eksekutif, dan yudikatif yang dinamakan  “Separation of
Power Teory” yang berasal dari ajaran Trias Politika (Montesquieu) yang membedakan
kekuasaan dalam suatu negara dipisahkan menjadi 3 cabang kekuasaan :

a.Eksekutif    : kekuasaan yang melaksanakan Undang-Undang


Kekuasaan eksekutif dipengang oleh Presiden yg dipilih oleh masyrakyat. Presiden menduduki
jabatan sebagai kepala pemerintahan dan kepala negara. Presiden dan wapres dipilih melalui
pemilihan umum, jadi tidak memberikan pertanggungjawaban kepada Kongres namun jika
presiden dinyatakan melakukan pelanggran berat(high crimmines and misdemeasnors) &
kejahatan yaitu kegiatan melawan negara atau hukum seperti : membunuh, korupsi besar,
penghianatan, dll maka presiden dapat dipecat/dimakzulkan (impeachment).

b.Legislatif    : kekuasaan yang menyusun/membuat Undang-Undang


Kekuasaan legislatif berada pada parlemen atau disebut Konggres (congress). Konggres terdiri
atas dua kamar, yakni Senat & House of Representatif. Anggota Senat (perwakilan dari negara
bagian) perwakilan tiap tiap negara bagian masing-masing dua orang  jadi jumlahnya ada 100
senator. Sedangkan House of Representatif (Dewan Perwakilan Rakyat) ditentukan berdasarkan
jumlah penduduk.
c.Yudikatif    : kekuasaan yang mengawasi pelaksanaan UU dan memberikan sanksi bagi
pelanggar UU
, Ini ini  dimaksudkan agar terwujudnya check and balance sehingga tidak ada kekuasaan yang
terlalu dominan. Kekuasaan yudikatif ada di tangan Mahkamah Agung (Supreme of Court) yang
bebas dan merdeka dan tidak dapat dipengaruhi oleh kekuasaan yang lainnya.

Sistem Kepartaian
Amerika Serikat menerapkan sistem kepartaian dwipartai. Hanya terdapat dua partai yang
dominan di Amerika Serikat, yakni Partai Republik dan Demokrat.

Sistem Pemilu
Pemilu di Amerika menggunakan sistem distrik.
Perbedaan Pemilu Sistem Proporsional dan Sistem Distrik

1. Sistem distrik
Sistem ini berdasarkan lokasi daerah pemilihan, bukan berdasarkan jumlah penduduk. Dari
semua calon, hanya akan ada satu pemenang. Dengan begitu, daerah yang sedikit penduduknya
memiliki wakil yang sama dengan daerah yang banyak penduduknya, dan tentu saja banyak
suara terbuang. Karena wakil yang akan dipilih adalah orangnya langsung, maka pemilih bisa
akrab dengan wakilnya.

Kelebihan Pemilu sistem Distrik

 Sistem ini merangsang terjadinya integrasi diantara partai, disebabkan kursi kekuasaan
yang diperebutkan hanya satu.
 Perpecahan partai dan pembentukan partai baru bisa dihambat, bahkan bisa mendorong
penyederhanaan partai secara natural.
 Distrik ialah daerah kecil, karena itu wakil terpilih kemungkinan akan dikenali dengan
baik oleh komunitasnya, dan hubungan dengan pemilihnya menjadi lebih dekat
 Untuk partai besar, lebih gampang untuk memperoleh kedudukan mayoritas di parlemen.
 Jumlah partai yang terbatas menyebabkan stabilitas politik mudah tercapai.

Kelemahan Pemilu Sistem Distrik

 Partai besar lebih berkuasa karena terdapat kesenjangan persentase suara yang diperoleh
dengan jumlah kursi di partai politik
 Partai kecil dan minoritas merugi sebab sistem ini menyebabkan banyak suara terbuang.
 Sistem ini kurang mewakili kepentingan masyarakat heterogen & pluralis.
 Anggota Parlemen terpilih cenderung mengutamakan kepentingan daerahnya dibanding
kepentingan nasional.
2. Sistem Proporsional
Sistem yang melihat pada jumlah penduduk yang merupakan peserta pemilih. Berbeda dengan
sistem distrik, wakil dengan pemilih kurang dekat karena wakil dipilih melalui tanda gambar
kertas suara saja. Sistem proporsional banyak dianut oleh negara multipartai, seperti Italia,
Indonesia, Swedia, dan Belanda.
Kelebihan Pemilu Sistem Proporsional

 Dinilai lebih mewakili suara rakyat sebab perolehan suara partai sama dengan persentase
kursinya di parlemen.
 Setiap suara dihitung dan tidak ada yg terbuang jadi partai kecil & minoritas memiliki
kesempatan memperoleh suara dan menempatkan wakilnya di parlemen. Sistem ini
dianggp lebih memihak masyarakat pluralis dan heterogen.

Kekurangan Sistem Proporsional

 Sistem proporsional ini kurang mendukung adanya integrasi partai politik. Jumlah partai
yang semakin banyak menghambat integrasi partai.
 Wakil rakyat kurang dekat dengan pemilihnya, tapi lebih dekat dengan partainya. Hal ini
memberikan kedudukan yang kuat pada dewan pimpinan partai untuk menentukan
wakilnya di parlemen.
 Banyaknya partai yang bersaing menyebabkan kesulitan bagi suatu partai untuk menjadi
mayoritas. Hal ini menyebabkan sulitnya mencapai stabilitas politik dalam parlemen,
karena partai harus menyandarkan diri pada koalisi.

Electoral College
Dalam sistem pemilu di USA, pilihan rakyat tak mutlak menentukan kemenangan seorang calon
presiden/kandidat sebab dalam pelaksanana pemilihan calon presiden & wakil presiden, Amerika
Serikat memakai sistem “Electoral College”. Electoral College adalah dewan pemilih yang akan
memilih presiden. Anggotanya dipilih oleh rakyat pada hari pemilu. Para utusan itu sudah
berjanji di awal untuk memilih kandidat tertentu. Jumlah utusan pada dewan pemilih yaitu dua
orang ditambah jumlah anggota DPR dari negara bagian tersebut. Jadi, beberapa negara bagian
memiliki jumlah utusan terbanyak, seperti contohnya, California, dan menjadi begitu
menentukan dalam pemenangan pemilu. Dengan demikian, pemilihan presiden dan wakil
presiden sebenarnya merupakan pemilu dengan cara tidak langsung tetapi diwakilkan pada
dewan pemilih sebab pemenangnya ditentukan oleh suara para pemilih dalam Electoral College
saat hari pencoblosan.

Tata cara pelaksanaan pemilu presiden dan wakil presiden di Amerika:


Dalam rangka pelaksanaan pemilihan umum presiden & wakil presiden di Amerika Serikat
,masyarakat menggunakan hak pilihnya sebanyak dua  dua kali,yaitu :
·       Pertama, untuk memilih calon presiden yang populer.
·       Kedua, untuk memilih utusan berjumlah 538 yang mewakili 50 negara bagian.Utusan inilah
yang berhak memilih presiden. Jadi, pilihan rakyat  hanya berguna untuk menentukan popularitas
kandidat.

Sistem Peradilan : Sistem hukum Amerika Serikat menjadi sebuah federasi yang 
tersusun dari negara-negara bagian yang sistem hukumnya berdiri sendiri-sendiri dengan segala
otoritasnya yang oleh Konstitusi Federal tidak diserahkan kepada organ-organ Federal. Dalam
hal terdapat beberapa bidang yang memiliki yuridiksi yang sama antara pemerintahan negara
bagian dengan pemerintah federal, maka hukum federal lah yang dianggap lebih penting dari
hukum negara bagian.

Sistem hukum negara-negara bagian sepenuhnya dibangun di atas tradisi hukum common law
yang saling berhubungan dengan sangat erat, kecuali negara bagian Louisiana yang masih
memperlihatkan jejak hukum peninggalan hukum Prancis seperti Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata tahun 1808. Negara-negara bagian masing-masing mempertahankan dan
mengembangkan aturan hukum dibidang-bidang seperti:  hukum kontrak, hukum korporasi,
hukum pidana, hukum keluarga, hukum waris, hukum properti, tort, dan konflik hukum (hukum
perdata internasional). Sedangkan, hukum laut, kepailitan dan hukum patent diatur dengan
aturan-aturan federal.

Meski banyak perbedaan-perbedaan hukum diantara negara-negara bagian, hukum negara federal
berlaku  di semua negara bagian dan teritori, persamaan-persamaan itulah yang memungkinkan
adanya “hukum Amerika”. Oleh para Lawyer/Pengacara yang cerdas perbedaan-perbedaan bisa
dimanfaatkan untuk mencari pengadilan-pengadilan yang dapat menerima kasus-kasus yang
ditangani atau memilih negara-negara bagian yang legislasinya lebih menguntungkan kliennya.
Misalnya, dalam hal hukum korporasi, maka negara bagian Delaware banyak dipilih untuk
mencatatkan perusahaan-perusahaan oleh pengusaha, atau negara bagian Nevada banyak dipilih
oleh pasangan-pasangan yang ingin bercerai dengan cepat. Perbedaan-perbedaan yang signifikan
diantara hukum-hukum di berbagai negara bagian, menjadikan aturan tentang konflik hukum
menjadi sangat penting. Umumnya pengadilan Amerika menggunakan aturan yang sama untuk
memutuskan konfik hukum internasional dan konflik hukum antar negara bagian, tetapi tentu
saja aturan-aturan ini diterapkan dengan selalu mempertimbangkan pilihan hukum antar negara
bagian.

Keseragaman hukum

Ada beberapa modus penyeragaman hukum dalam sistem hukum Amerika, antara lain: a.   
Tindak pidana yang terjadi di dan berdasarkan hukum negara bagian merupakan kejahatan, tetapi
jika hasil kejahatan dibawa ke negara bagian lainnya, maka pelaku dapat dihukum karena
melakukan kejahatan federal, yaitu karena pengangkutan barang curian melintasi perbatasan
negara bagian. Untuk itu pelaku dapat dituntut dan dijatuhi hukuman di pengadilan federal dan
dihukum di penjara federal.

b.    Keseragaman  dalam hukum Amerika terjadi karaena kontribusi negara-negara bagian dan
pengadilan-pengadilannya. Pengonsepan legislasi negara bagian biasanya dilakukan dengan
mempertimbangkan hukum-hukum di negara bagian lain. Dan biasanya negara bagian tidak
mengadopsi aturan-aturan yang sangat bertentangan dengan aturan-aturan yang  berlaku di
kebanyakan negara bagian lain.

c.    Pengesahan sukarela “model codes” oleh lembaga legislatif tiap-tiap negara bagian
merupakan cara lain untuk mencapai keseragaman hukum Amerika. Sebuah lembaga khusus
bernama “National Conference of Commissioners on Uniform State Law” sejak akhir abad
kesembilan belas menghasilkan sekitar seratus model “codes” seragam yang diadopsi oleh
negara-negara bagian dengan tingkat bervariasi. Aturan atau hukum seragam yang penting dan
paling berhasil adalah “Unform Commercial Code (UCC) of 1951dengan erubahan-
perubahannya, diadopsi oleh 50 negara bagian, yang mencakup bagian luas dari hukum bisnis,
termasuk kontrak-kontrak untuk penjualan barang, surat obligasi (bond), surat wesel (bill of
exchange), cek, macam-macam ak sekuritas dan konosemen (bill of lading).

Konstitusi Amerika sebagai dokumen yang hidup “Konstitusi Amerika adalah apa kata apara
hakim mengenainya”, begitulah untuk menggambarkan betapa dinamis dan berkembangnya
konstitusi Amerika, baik konstitusi federal maupun konstitusi negara bagian. Konstitusi Amerika
Serikat berasal dari tahun 1787, terdiri dari tujuh Article yang relatif luas dan 27 Amandemen.
Di dalam praktek, Konstitusi tersebut nampak seperti hukum yang terkodifikasi. Hal ini terlihat
dari ketentuan-ketentuan yang melindungi hak-hak sipil individu dalam sepuluh Amandemen
sejak 1791 yang disebut Bill of Right. Konstitusi, melalui penafsiran-penafsiran  pengadilan,
tertama dari Mahkamah Agung Amerika Serikat melahirkan putusan-putusan yang mengikat
semua pengadilan negara bagian dan federal juga otoritas lainnya. Maka dapat disimpulkan
pengadilan itulah yang menetapkan aturan konstitusional yang sesungguhnya.

Konstitusi Amerika Serikat adalah inti utama sistem hukum Amerika Serikat tidak hanya secara
formal tapi juga  dalam kenyataan. Konstitusi Amerika Serikat bukanlah deklarasi politik yang
tak memiliki daya terap (aplikable), tetapi justru terdiri dari aturan-aturan raktis yang kerapkali
diterapkan oleh pengadilan-pengadilan. Karenanya  setiap Undang-Undang negara bagian atau
federal atau peraturan kota yang bertentangan dengan Konstitusi boleh ditentang dan ditolak
penerapannya. Biasanya pelanggaran-pelanggaran terhadap Konstitusi biasanya menyangkut hal-
hal: pelanggaran hak-hak sipil, tidak sesuai dengan pembagian kekuasaan antara otoritas
legislatif, eksekutif dan yudikatif, atau pembagian kekusaan antara organ-organ federal dengan
negara bagian. Perubahan mengenai hak sipil seperti Amandemen Pertama yang menjamin
kebebasan berbicara dan beragama dan Amandemen keempat Belas mengenai erlindungan yang
sama dan proses hukum yang sepantasnya.

Judicial Review

Judicial review terhadap konstitusionalitas legislasi tidak secara eksplisit disebutkan dalam
Konstitusi Amerika Serikat, tetapi secara tegas ditetapkan dalam kasus Mahkamah agung
Amerika Serikat, Marbury vs Madison tahun 1803.  Judicial review tidak hanya dapat dilakukan
oleh Mahkamah Agung saja, tetapi semua pengadilan negara bagian dan federal juga punya
kewenangan untuk melakukannya melalui gugatan-gugaratn hukum aktual, bukan dalam bentuk
abstrak. Dalam kasus-kasus tertentu, undang-undang dapat langsung diputus tidak konstitusional,
tetapi biasanya keputusannya terbatas pada penolakan untuk menerapkan undang-undang
tersebut dalam suatu kasus.

Salah satu karakteristik litigasi konstitusional di Amerika Serikat ialah kecenderungan lembaga
yudikatif mengembangkan dan mengubah aturann dalam Konstitusi guna disesuaikan dengan
perkembangan dalam masyarakat, karena itu konstitusi Amerika Serikat ini dicirikan sebagai
“dokumen yang hidup”. Kasus “Brown Vs Board of Education of Topeka”  merupakan bukti
bahwa penafsiran dan penerapan Konstitusi diterapkan dengan cara yang jelas-jelas belum
pernah diramalkan sebelumnya, melalui putusan Mahkamah Agung Amerika Serikat pada tahun
1954 ini diumumlkan bahwa sistem sekolah terpisah antara anak-anak kulit hitam dan anak-anak
kulit putih melanggar Konstitusi.

Lembaga Yudikatif Amerika Serikat

Di amerika Serikat, ada pengadilan federal dan ada pengadilan negara bagian. Sistem pengadilan
negara bagian bervariasi dari satu negara bagian dengan negara bagian lainnya. Biasanya terdiri
dari pengadilan-pengadilan tingkat pertama (trial court, atau umum disebut municipal court atau
county court) yang memutuskan perkara, pengadilan menengah untuk banding (Appellate
Courts), dan sebuah Mahkamah Agung (Supreme Court) sebagai pengadilan tingkat tertinggi (di
New York disebut “Court of Appeals”).

Kebanyakan perkara-perkara perdata maupun pidana  (lebih dari 90%) ditangani  di pengadilan
negara bagian. Keputusan Mahkamah Agung negara bagian bisa dimintakan banding ke
Mahkamah Agung Amerika Serikat, tetapi jika ada sangkut paut dengan persoalan federal. Hal
ini bisa terjadi ketika pengadilan yang berwenang ic Mahkamah Agung AS (appellant)
menyatakan Undang-undang negara bagian yang menjadi dasar keputusan melanggar Konstitusi
AS, atau apabila MA negara bagian menolak menerapkan undang-undang federal yang diketahui
akan berbenturan dengan konstitusi federal.

Pengadilan-pengadilan  federal terdiri dari 94 pengadilan distrik (U.S. District Courts) dan dua
pengadilan yuridiksi khusus mengadili perkara dengan hakim tunggal, 13 pengadilan banding
(U.S. Courts of Appeals) mengadili perkara dengan tiga orang hakim dan Mahkamah Agung
Amerika Serikat (Supreme Court of the United States). Kongres  menentukan jumlah hakim pada
sistem pengadilan federal. Akan tetapi Kongres tidak dapat meniadakan Mahkamah Agung.

Dari 13 pengadilan banding federal, sebelas diantaranya mencakup kawasan geografis tertentu
yang disebut circuit, misalnya Circuit ke 5 meliputi negara bagian Mississippi, Louisiana, dan
Texas. U.S Court of Appeals untuk Circuit ke 12 memeriksa banding dari Pengadilan Distrik
Amerika Serikat untuk Distrik Columbia.  Court of Appeals federal yang ke 13, U.S. Court of
Appeals for Federal Circuit (didirikan 1982) untuk memeriksa banding yang ditujukan terhadap
keputusan-keputusan  yang dikeluarkan beberapa pengadilan khusus federal atau badan-badan
semi yudisial, seperti U.S. Claims Court (menangani tuntutan terhadap pemerintah Amerika
Serikat), Patent and Trademark Office (menangani kasus patent dan merek dagang), serta Court
of International Trade (menangani kasus-kasus bea cukai).

MA & MK sebagai Kekuasaan Kehakiman Tertinggi


Meski ada dua Mahkamah Agung (MA) sebagai pelaksana kekuasaan kehakiman  di Amerika
Serikat (AS) yaitu MA Amerika Serikat (Supreme Court of the United States) dan MA Negara
Bagian (Supreme Court)  sebagai kekuasaan kehakiman tertinggi, namun secara tegas ada
pembagian tugas yang jelas, yaitu MA Negara Bagian hanya menagani kasus-kasus yang
diajukan peradilan dibawahnya yaitu perkara banding melalui pengadilan tinggi negara bagian
(Appellate Courts)  dan pengadailan negara bagian (trial court). Sedangkan MA Amerika Serikat
mememeriksa perkara-perkara yang diajukan peradilan dibawahnya yaitu pengadilan tinggi
federal (US Court of Appeals) dan US District Court.  Supreme Court of US dapat membatalkan
putusan Supreme Court Negara Bagian jika menerapkan aturan perundangan yang menjadi dasar
putusan yang bertentangan dengan Konstitusi.  Peran pengadilan di AS tidak hanya mengadili
sengketa, tetapi juga menjadi penjaga konstitusi, artinya setiap tingkatan pengadilan selain
memutus sengketa juga menyatakan suatu peraturan perundang-undangan tidak mempunyai
kekuatan hukum karena bertentangan dengan Konstitusi (Judicial Review)..

Mahkamah Agung AS, terdiri dari seorang Chief Justice dan delapan orang Associate Justice, 
yang diangkat seumur hidup oleh Presiden dengan persetujuan majelis tinggi Kongres Amerika
Serikat, Senat (Majelis rendahnya House of Refresentatives). Inilah gambaran mekanisme –
checks and balances—antara legislatif, eksekutif dan yudikatif. Mahkamah Agung dalam
melaksanakan tugasnya lebih memusatkan diri pada persoalan hukum (question of fact) bukan
pada persoalan fakta (question of fact), jika ada fakta-fakta tambahan yang harus diperiksa, maka
kasusnya akan dikirim kembali ke pengadilan tingkat pertama (trial court) untuk diproses lebih
lanjut sesuai dengan pernyataan opini Mahkamah Agung tentang hukum tersebut. Mempunyai
yuridiksi eksklusif atas sengketa dua negara bagian, dan yuridiksi noneksklusif dalam kasus yang
diajukan oleh duta besar negara asing. Dalam keadaan normal, MA Amerika Serikat memeriksa
perkara banding yang jumlahnya lebih dari 5.000 kasus pertahun, untuk membatasi beban
kerjanya, MA dapat menolak perkara (writ of certiorari) seperti kasus-kasus yang tidak penting
secara prinsip.

Selain hakim-hakim MA yang diangkat untuk masa jabatan seumur hidup oleh Presiden dengan
persetujuan Kongres & Senat, hakim-hakim pengadilan Distrik dan pengadilan tinggi (Courts of
Appeals) juga ditunjuk oleh Presiden untuk masa jabatan seumur hidup dengan persetujuan dari
Senat.

Yuridiksi

Yuridiksi pengadilan federal dan pengadilan negara bagian dalam perkara perdata mungkin
saling tuumpang tindih. Pengadilan federal mempunyai yuridiksi dalam hal perkara-perkara sipil
jika terjadi “diversity jurisdiction”. Dalam kasus-kasus kepailitan, paten, antitrust, dan kelautan,
pengadilan federal mempunyai yuridiksi esklusif, sedang dalam kasus-kasus tertentu lainnya
pengugat bisa memilih antara forum federal atau forum negara bagian. Dalam hal suatu kasus
tunduk pada yuisdiksi yang sama antara federal dan negara bagian, maka tergugat berhak minta
agar kasus diadili oleh pengadilan federal. Mengenai tuntutan kriminal, pengadilan federal
mempunyai yurisdiksi eksklusif menyangkut kejahatan-kejahatan federal, yaitu tuntutan atas
pelanggaran legislasi federal.
Dalam pengadilan-pengadilan negara bagian tingkat pertama (state trial courts) maupun
pengadilan-pengadilan federal (federal trial courts), penggunaan juri merupakan hal yang biasa,
dimana tugas juri menentukan persoalan-persoalan fakta (question of fact), namun bukan sesuatu
yang bersifat keharusan. Jika kedua belah pihak tidak meminta pemeriksaan oleh juri, maka
hakim tidak hanya akan memutuskan persoalan hukum (question of law) tetapi juga memutus
persoalan faktanya (question of fact).

NEGARA INDONESIA

Sejarah Ketatanegaraan : Pemikiran mengenai pentingnya suatu mahkamah konstitusi telah


muncul dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia sebelum merdeka. Pada saat pembahasan
rancangan UUD di Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI), anggota BPUPKI Prof. Muhammad Yamin telah mengemukakan pendapat bahwa
Mahkamah Agung (MA) perlu diberi kewenangan untuk membanding undang-undang. Namun
ide ini ditolok oleh Prof. Soepomo berdasarkan dua alasan, pertama, UUD yang sedang disusun
pada saat itu (yang kemudian menjadi UUD 1945) tidak menganut paham trias politika. Kedua,
pada saat itu jumlah sarjana hukum kita belum banyak dan belum memiliki pengalaman
mengenai hal ini

Sistem Pemerintahan : Sistem pemerintahan yang di terapkan di Indonesia adalah sistem


presidensil. Dengan demikian presiden sebagai kepala pemerintahan mempunyai kekuasaan yang
sangat besar di dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Presiden sebagai kepa;la pemerintahan
sekaligus sebagai kepala Negara. Dalam melaksanakan tugas-tugasnya,presiden selain dibantu
oleh seorang wakil juga oleh sejumlah menteri yang diangkat dan langsung bertangungjawab
kepadanya. Meskipun menteri pembantu dan tergantung kepada presiden,akan tetapi para
menteri mempunyai kedudukan dan kekuatan besar dalam menjalankan kekuasaan pemeintah
secara operasional.

Untuk kelancaran tugasnya presiden di samping sebagai kepala eksekutif juga di lengkapi
dengan sejumlah kekuasaan legislatif dan yudikatif. Kekuasaan legislatif yang dimaksud adalah
di dalam perumusan undang- undang .Undang-undang dibuat oleh presiden dengan DPR.
Disamping undang-undang ,presiden juga menetapkan peraturan pemerintah . sementara
kekuasaan yudikatif tercermin dari haknya untuk memberi grasi,abolisi,amnesty,dan rehabilitasi.
Dengan demikian ,sistem pemerintahan Indonesia tidaklah mengikuti asas trias politika secara
murni.

Pendistribusian kekuasaan di Indonesia yaitu dengan cara adanya pemerintah pusat dan
pemerintah daerah. Pemerintah daerah yaitu pemerintah provinsi,kabupaten,dan
kota.pengelolaan pengelolaan pemerintahan dikenal dengan adanya otonomi
daerah,desentralisasi,dan dekonsentrasi,serta tugas pembantuan. Daerah mempunyai wewenang
namun tidak sebesar Negara federal dan otonomi daerah berbeda dengan federal.Ada lima
bidang yang merupakan tugas pemerintah pusat dan tidak di serahkan kepada pemerintahan
daerah yaitu : agama,yustisi,keamanan,moneter,dan fiskal. Bentuk Negara kesatuan Indonesia
adalah Republik dan Kedaulatan sepenuhnya ada di tangan rakyat.

Sistem Peradilan :

A. MAHKAMAH AGUNG

UU No. 14 Tahun 1985 jo UU No. 5 Tahun 2005

I. PERADILAN UMUM

a. Pengadilan Anak (UU No. 3 Tahun 1997)

b. Pengadilan Niaga (Perpu No. 1 Tahun 1989)

c. Pengadilan HAM (UU No. 26 Tahun 2000)

d. Pengadilan TPK (UU No. 31 Tahun 1999 jo UU No. 20 tahun 2002)

e. Pengadilan Hubungan Industrial (UU No. 2 Tahun 2004)

f. Mahkamah Syariah NAD (UU No. 18 Tahun 2001)

g. Pengadilan Lalu Lintas (UU No. 14 Tahun 1992)

II. PERADILAN AGAMA

Mahkamah Syariah di Nangro Aceh Darussalam apabila menyangkut peradilan Agama.

III. PERADILAN MILITER

– Pengadilan Militer untuk mengadili anggota TNI yang berpangkat prajurit.

– Pengadilan Militer Tinggi, untuk mengadili anggota TNI yang berpangkat perwira s.d
kolonel

– Pengadilan Militer Utama, untuk mengadili anggota TNI yang berpangkat Jenderal.

– Pengadilan Militer Pertempuran, untuk mengadili anggota TNI ketika terjadi perang.

IV. PERADILAN TATA USAHA NEGARA

– Pengadilan Pajak (UU No. 14 Tahun 2002)

V. PERADILAN LAIN-LAIN

a. Mahkamah Pelayaran
b. Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU)

B. MAHKAMAH KONSTITUSI

(UU No. 24 Tahun 2003)

Rekrutmen Hukum MK : Rekrutmen hakim konstitusi yang dilakukan oleh tiga


lembaga negara, yaitu DPR, Presiden dan MA. Setalah melalui tahapan seleksi sesuai
mekanisme yang berlaku pada masing-masing lembaga tersebut, masing-masing lembaga
mengajukan tiga calon hakim konstitusi kepada Presiden untuk ditetapkan sebagai hakim
konstitusi.

Jumlah Hakim : 9 Hakim

Masa Jabatan : Ketua Mahkamah Konstitusi dipilih dari dan oleh Hakim
Konstitusi untuk masa jabatan 3 tahun. Masa jabatan Ketua MK selama 3 tahun yang diatur
dalam UU 24/2003. Tetapi masa jabatan Hakim Konstitusi sendiri adalah 5 tahun, sehingga
berarti untuk masa jabatan kedua Ketua MK dalam satu masa jabatan Hakim Konstitusi berakhir
sebelum waktunya (hanya 2 tahun).

Kewenangan : kewenangan Mahkamah Konstitusi adalah menguji undang-


undang terhadap UUD 1945; memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang
kewenangannya diberikan oleh UUD 1945; memutus pembubaran partai politik; dan memutus
perselisihan tentang hasil pemilihan umum. Selain itu, berdasarkan Pasal 7 ayat (1) sampai
dengan (5) dan Pasal 24C ayat (2) UUD 1945 yang ditegaskan lagi oleh Pasal 10 ayat (2) UU
24/2003, kewajiban Mahkamah Konstitusi adalah memberikan keputusan atas pendapat DPR
bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden telah melakukan pelanggaran hukum, atau perbuatan
tercela, atau tidak memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden sebagaimana
dimaksud dalam UUD 1945.

Usia Pensiun : 67 Tahun

Anda mungkin juga menyukai