Anda di halaman 1dari 21

BAB I .

PENGERTIAN KONSTITUSI
Kata “konstitusi’’ biasanya digunakan paling tidak dua pengertian,
pertama kata ini digunakan untuk menggambarkan seluruh sistem ketatanegaraan
suatu negara, kumpulan berbagai peraturan-peraturan ini sebagian bersifat legal,
dalam arti bahwa pengadilan hukum mengakui dan menerapkan peraturan-
peraturan tersebut, dan sebagian bersifat non-legal atau ektralegal, yang berupa
kebiasaan, saling-pengertian, adat atau konfensi, yang tidak diakui oleh
pengadilan sebagai hukum namun tidak kalah efektipnya dalam mengatur
ketatanegaraan dibandingkan dengan akal yang secara baku disebut hukum.
Konstitusi inggris adalah kumpulan peraturan legal dan non-legal yang
mengatur ketatanegaraan di Inggris.peraturan-peraturan hukum itu terwujud
dalam undang-undang seperti Undang-undang pengalihan kekuasaaan (Act of
Settlement) yang mengatur perihal suksesi kekuasaan, Undang-undang perwakilan
rakyat (Representation of the people Acts) yang sejak 1832 secara bertahap
memperkenalkan pengakuan hak pilih universal, Undang-undang peradilan
(Judicature Acts), Undang-undang parlemen (Parlement Acts) tahun 1911 dan
1949 yang membatasi kekuasaan dewan perwakilan rakyat (House of Lord).
Konstitusi amerika serikat.Secara keseluruhan ada sekitar 70 konstitusi yang
berdiri sendiri dalam persemakmuran, dan kebanyakan dari konstitusi itu di susun
di Inggris.makna konstitusi’Kontitusi’yang lebih luas merupakan makna yang
lebih tua. Makna itulah yang Boling-Broke maksudkan ketika dalam esainya, On
Partis, ia menulis : ‘Yang kita maksud dengan Konstitusi, jika kita ingin
membicarakannya secara tepat dan pasti, adalah kumpulan hukum, Institusi, dan
adat kebiasaan, yang berasal dari prinsip-prinsip nalar tertentu....yang membentuk
sisitem umum yang dengan itu masyarakat setuju untuk perintah.
Konstitusi membentuk institusi institusi utama pemerintah, seperti
legislatif, eksekutif dan yudikatif, sedangkan penentuan komposisi dan cara
pengangkatan lembaga lembaga ini sering kali diserahkan pada hukum biasa
(ordinary law).
Di beberapa negara, terutama di dataran Eropa dan Amerika Serikat,
hukum hukum ini di gambarkan sebagai hukum organik (Organic Laws/Lois

1
organoques),yakni hukum yang mengorganisir institusi institusi, mengatur
perilaku pejabat publik melalui organ organ yang telah ditetapkan konstitusi.
Dalam kasus ini sejak berlakunya Undang-undang Dasar (Amandemen)
Slandia baru tahun 1947.Sebagian orang berpendapat,adalah keliru mengatakan
bahwa negara seperti slandia baru, konstitusinya dapat di ubah melalui proses
legislatif biasa, benar-benar memiliki kontitusi. Dalam pandangan
mereka,konsitusi meski mempunyai beberapa tingkat keunggulan diatas legislatif,
konstitusi mesti lebih tinggi dari hukum biasa.
Perbedaan ini penting, tetapi tidak perlu ditekankan hingga menolak nama
konstitusi untuk menolak sebuah dokumen yang berisikan kumpulan peraturan
penting yang mengatur pemerintahan sebuah negara, meskipun peraturan-
peraturan ini tidak mengklaim membatasi kekuasaan legislatif yang pada dasarnya
telah mereka bangun.
Penjelasan singkat tentang fenomena ini adalah bahwa dibanyak negara
kontitusi dianggap sebagai instrumen yang digunakan keyakinan akan pemerintah
yang dibatasi ( Limitedgoferment), Tetapi masing-masing negara berbeda dalam
hal batasan-batasan apa yang hendak mereka tetapkan.
Orang-orang yang menyusun konstitusi Swiss, kanada dan afrika selatan,
harus mempertimbangkan persoalan-persoalan ini. Bahkan ketika komunitas-
komunitas ini tidak berbeda bahasa, ras dan agama, mereka mungkin masih
enggan bersatu kecuali jika mereka memperoleh jaminan kemerdekaan di dalam
kesatuan untuk memenuhi tuntutan ini konstitusi mestinya tidak hanya membagi
kekuasaan untuk pemerintahan kesatuan (Serikat) dan pemerintahan negara
bagian yang membentuk kesatuan, tetapi konstitusi juga berposisi paling tinggi
selama ia maksudkan untuk menjamin dan melindungi pembagian kekuasaan ini.
Sebuah konsekuensi menarik dan penting muncul dari sini, karena
parlemen menjadi bahan pembuat hukum yang berdaulat, tidak ada kontitusi yang
dibentuk untuk membatasi kekuasaan parlemen. Jika sejumlah batasan hendak
diterapkan pada pelaksanaan kekuasaan yang tidak dibatasi secara hukum ini,
batas-batas itu harus dicapai dengan sarana-sarana non ilegal dengan opini publik,
dengan pemilihan dan dengan pengembangan kebiasaan dan tradisi.

2
Inggris membuat paling tidak suatu permulaan baru setelah pecahnya
revolusi setelah berusaha hidup dibawah konstitusi, tetapi Restorasi mengakhiri
semua itu, setelah tahun 1688 perkembangan doktrin parlemen yang berdaulat ini,
dan mencakup penghapusan parlemen mereka sendiri, jadi pada setiap tahap
ketika Inggris mestinya sudah mempunyai konstitusi.

BAB II. Bagaimana Konstitusi Diklasifikasi


Kontitusi dulunya bisa diklasifikasikan menjadi konstitusi tertulis dan tak
tertulis, dan Inggris sering dianggap satu-satunya contoh yang masih ada dari
klasifikasi yang kedua, akan kita ketahui bahwa definisi ‘Konstitusi’ yang dipakai
dalam buku ini menunjukan bahwa sesungguhnya semua konstitusi itu tertulis,
Kami menganggap bahwa kata ‘Konstitusi’ menggambarkan hasil pemilihan
aturan hukum yang lebih penting yang mengatur pemerintahan yang termaktub
dalam sebuah dokumen atau kadang kadang, seperti di swedia dalam sebuah
kumpulan dokumen.
Konstitusi dapat dikelompokan berdasarkan cara mengamandemenkan,
dalam satu kategori, kita bisa menempatkan konstitusi yang dapat
diamandemenkan oleh legislatif melalui proses yang sama sebagaimana dilakukan
pada hukum lain, dan dalam kategori lain kita dapat menempatkan konstitusi yang
memerlukan proses khusus untuk mengamandemennya, Kelompok pertama
jumlah sangat kecil, metode pengelompokan pada masyarakat yang lain, metode
pengelompokan pada konstitusi ini biasanya di jabarkan sebagai pengelompokan
ke dalam konstitusi yang fleksibel dan yang kaku, sebuah pengelompokan yang
berasal dari Lord Bryce dan dijelaskan dalam bukunya, Studies in History of
jurisprudece. Bila tidak diperlukan proses khusus, ia disebut kaku.
Konstitusi juga dapat di golongkan berdasarkan metode pendistribusian
kekuasaan pemerintah diantara pemerintah semua negara dan pemerintah daerah
yang menjalankan kewenangan atas wilayah-wilayah negara bagian. Berdasarkan
prinsip inilah konstitusi diklasifikan sebagai federal dan kesatuan dalam konstitusi
federal, kekuasaan pemerintah dibagi antara pemerintah pusat dan pemerintah
negara-negara bagian sedemikian rupa sehingga masing-masing pemerintah
secara hukum mandiri dalam lingkungannya sendiri.

3
Diantara beberapa contoh konstitusi federal yang dapat disebutkan antara
lain konstitusi Amerika, Australia dan Swiss. Di masing-masing negara
ini,konstitusi menetapkan perkara-perkara yang undang-undangnya akan
dibuatkan oleh legislatif pusat dan ia menyediakan ruang bagi negara bagian atau
daerah yang disitu lembaga-lembaga legislatif mereka menjalankan hukum yang
bebas dari campur tangan legislatif pusat dan dari negara bagian atau wilayah lain.
Boleh jadi konstitusi India tahun 1950 Konstitusi republik Jerman Barat
tahun 1949, juga konstitusi Revublik (Weamar) Jerman dari tahun 1936, bisa
dimasukan kedalam kelompok konstitusi Uni Soviet tahun 1936, bisa dimasukan
kedalam kelompok konstitusi semi federal.
Dalam mengkaji konstitusi yang menurut isi undang-undang adalah
federal atau kesatuan kita mesti bagaimana hukum berjalan dalam praktek-
praktek, konstitusi federal boleh jadi dalam prakteknya, merupakan konstitusi
kesatuan seperti yang bisa ditemukan dalam konstitusi federal Meksiko,
Vanezuela, Brasil dan Argentina.
Sebelum meninggalkan pembahasan tentang pembedaan antara konstitusi
federal dan kesatuan ada baiknya menyebutkan kelompok konstitusi lain yang
berkaitan dengan kedua konstitusi ini, Konon jika dalam suatu negara pemerintah
pusat dan pemerintahan negara bagian tidak saling subordinat tetapi saling
koordinat, maka negara itu mempunyai konstitusi kesatuan.
Pengelompokan konstitusi menjadi federal, kesatuan dan konfederat
didasarkan atas prinsif distribusi antara pemerintah pusat dan pemerintah negara
bagian, tetapi konstitusi juga dapat dikelompokan berdasarkan metode
pendistribusian kekuasaan di dalam pemerintah antara berbagai organ atau
institusi yang membentuk pemerintah itu, entah itu pemerintahan pusat ataukah
pemerintah negara bagian.
Doktrin pemisahan kekuasaan ini, dalam bentuk pernyataannya yang
paling sederhana dan paling ekstrim, berarti bahwa tiap-tiap proses pemerintahan
– sebut saja eksekutif, legislatif dan yudikatif – diyakini menjadi instusi
pemerintahan yang terpisah.
Perbedaan ini terlihat jelas jika kita mencermati, misalnya, Konstitusi
Irlandia, Konstitusi India, Konstitusi Afrika Selatan atau Australia, di mana

4
ditetapkan bahwa menteri, kepala eksekusi harus menjadi anggota parlemen.
Konstitusi – Konstitusi ini membentuk, sebutlah demikian, Perlu juga ditekankan
bahwa pemisahan proses pemerintahan tidak perlu dibatasi hanya pada
pemerintahan yang memiliki eksekutif presidensial. Legislatif harus diberikan
kepada parlemen dan tidak boleh didelegasikan kepada lembaga-lembaga lain
manapun, dan sekaligus menetapkan bahwa para menteri boleh menjadi anggota
parlemen.
Dalam membedakan antara konstitusi yang menetapkan eksekutif
presidensial atau non-parlementer dengan Konstitusi yang menetapkan eksekutif
parlementer, adalah penting untuk tidak menyatakan perbedaan itu secara ekstrim.
Sistem pemerintah pada umumnya tergolong dalam suatu kategori-kategori lain
dari eksekutif parlementer atau non-parlementer.
Eksekutif Presidensial atau non-parlementer terutama dijumpai di negara-
negara yang Konstutusinya didasarkan pada atau sangat dipengaruhi oleh
Komstitusi Amerikan Serikat. Hal itu terjadi di semua negara bagian Utara,
Selatan, dan Amerika Tengah, kecuali Kanada.
Hal itu dijumpai juga di Republik Filipina dan Liberia. Contoh Penting
sebuah Konstutusi yang tidak tergolong secara pasti kedalam salah satu dari kedua
kategori ini adalah Konstitusi Swiss.
Sebagai kesimpulan kita perlu memperhatikan metode pengelompokan
Konstitusi yang dianggap sangat penting, yakni pengelompokan ke dalam
Konstitusi Republikan dan Monarki.
Bila kita perhatikan monarki-monarki modern, seperti monarki dari
Kerajaan Inggris atau anggota Persemakmuran Inggris yang lain, atau monarki
negara-negara Skandinavia atau Belanda dan Belgia, kita menemukan lebih
banyak kesamaan antara kedudukan raja di negara-negara ini dan kedudukan
presiden, misalnya, di Republik India, Irlandia, Swiss dan bahkan Uni Soviet, di
banding antara Presiden di republik-republik Amerika. Sekarang ini,
Pengelompokan Konstitusi ke dalam republik dan monarki menghasilkan
pengelompokan yang sedemikian beragam sehingga hal itu lebih menggambarkan
perbedaan daripada persamaan antara Konstitusi-Konstitusi.

5
Adalah keliru menganggap bahwa monarki kosntitusional modern tidak
lebih dari sekedar ‘republik yang di mahkotai’ (a crowned republic). Kerajaan di
negara-negara Persemakmuran Inggris atau di negara-negara Skandinavia atau
Negara-Negara rendah (Low Countries) merupakan sebuah institusi dengan
simbolisme yang mempunyai signifikansi sosial dan politik, dan sebuah ciri
kebangsaan yang tidak di miliki oleh Presiden.

Bab III . ISI KONSTITUSI


Konstitusi yang di rancang di Inggris, hampir selalu masuk ke dalam
kelompok pertama. Dalam pembukaan, Konstitusi-konstitusi itu mungkin berisi
kalimat yang panjang lebar, tetapi Konstitusi-konstitusi itu membatasi diri pada
peraturan-peraturan hukum. Tetapi Konstitusi lain- dan ini termasuk konstitusi
beberapa negara anggota Amerika Serikat- pada umumnya berisi materi yang
pada dasarnya bukan undang-undang atau mendekati ungkapan dalam aturan
perundangan.
Meski demikian, John Marshal Ketua Pengadilan Amerika dari tahun 1801
sampai 1835, dan merupakan arsitek utama Konstituti Amerika, bisa di tampilkan
untuk mendukung opini yang akan dibahas lebih lanjut dalam bab ini. ‘Sebuah
Konstitusi,’ kata Marshal pada 1819, dalam kasus McCulloch v. Maryland (4
Wheaton 316), ‘agar bisa memuat rincian yang akurat tentang semua sub-bagian
yang kekuatan besarnya hendak diakui, dan tentang semua sarana yang
diperlakukan untuk melaksanakannya, akan menyertakan pernik-pernik aturan
perundangan, yang tidak semuanya bisa diingat dalam benak manusia.
Dalam menyusun pembagian kekuasaan dengan cara ini, menarik untuk
dicatat bahwa para penyusun Konstitusi India tahun 1950 mengikuti langkah yang
ditempuh para Perancang Inggris yang menyusun Undang-undang Pemrintahan
India, 1935, dan yang menyusun tiga daftar legislatif serupa. Sebenarnya mereka
melangkah lebih jauh dan membagi daftar bersama menjadi dua.
Konstitusi kanada juga berisi tiga daftar, meski tidak dipungkiri bahwa
daftar bersama itu sedikit –yang hanya mencangkup dua masalah, yakni masalah
imigrasi dan pertanian. Bagaimana juga, dua daftar yang tersisa ini
menggambarkan dengan jelas tentang kesulitan-kesulitan yang pasti terjadi

6
manakal digunakan lebih dari satu daftar. Para perancang Konstitusi dalam
kenyataannya melakukan hal ini, tetapi mereka tidak puas hanya sampai di sini.
Mereka selanjutnya mengatakan, dalam kata-kata yang telah menjadi contoh ironi
yang tidak di sadari, bahwa ‘demi kepastian yang lebih besar’ wewenang
Parlemen Kanada diperluas pada sejumlah masalah yang tenga mereka rinci.
Berdasarkan pengalaman, yang menjadi keberatan adalah kepastian akan
munculnya perdebatan tentang apakah masalah tertentu termasuk ke dalam daftar
yang satu atau daftar yang lain, karena kata-katanya mengandung makna yang
luas dan ambigu, dan nyaris mustahil jika, dalam menyusun dua atau tiga daftar,
tidak ada kemungkinan terjadinya tumpang tindih di antara kata-kata tersebut.
Boleh dikatakan bahwa yang baik adalah menentukan pokok-pokok
masalah penting apa yang akan muncul di masa depan yang harus dikontrol oleh
pusat.
Sebuah contoh bagus dalam kaitanya dengan hal ini adalah perkembangan
penerbangan atau energi atom. Ketika Konstitusi Amerika Serikat, Swiss dan
Australia disusun, ditentukanlah wewenang legislatif pusat dan wewenang yang
lain diserahkan kepada negara-negara bagian, dan karena perkembangan
penerbangan dan energi atom pada saat itu belum di kenal, merek tidak secara
eksplisit menempatkan dalam daftar wewenang pusat.
Pembuat Konstitusi harus mempertimbangkan kerugian dari adanya
kesatuan yang di dasarkan pada ketentuan-ketentuan sangat rumit dan tidak
terhindarkan ini serta kerugian dari tidak dimilikinya kesatuan sama sekali.
Dari apa yang telah dikatakan sejauh ini tentang kesulitan-kesulitan yang melekat
dalam merancang Konstitusi federal atau quasi-federal, mungkin dapat
disimpulkan bahwa mereka yang merancang Konstitusi bagi negara kesatuan
dianggap mempunyai tugas yang lebih sederhana.
Deklarasi tentang hak-hak ini menimbulkan kesulitan besar bagi pembuat
Konstitusi bisa jadi tidak diterima, Jika deklarasi ini tidak dimasukan, akan ada
banyak sekali aspirasi yang terabaikan dan Konstitusi bisa jadi tidak diterima.
Tetapi jika mereka harus memasukan pernyataan hak-hak tersebut, sangatlah sulit
untuk mendefinisikan hakikat dan cangkupan hak-hak ini dengan cara sedemikian
rupa sehinggap dapat di capai sesuatu yang signifika dan realistik.

7
Dalam Pasal 128 dinyatakan bahwa ‘ketentraman tempat tinggal warga
dan kerahasiaan surat-menyurat dilindungi oleh hukum.’ Tetapi bahkan dalam
Konstitusi Soviet pun beberapa hak tetap dibatasi. Pasal 127 menjamin
‘ketentraman seseorang’, tetapi kemungkinan penangkapan tetap saja ada, karena
disana ditambahkan: “Tak seorangpun dapat ditangkap kecuali atas perintah
pengadilan atau dengan persetujuan jaksa negara.”
Konstitusi ini memuat sejumlah pasal-nomor 40-44-yang menyatakan hak-
hak mendasar. Perhatikan pernyataan ini terlebih dahulu: ‘Tidak ada warga negara
dapat dirampas kebebasan pribadinya kecuali bila itu, sesuai dengan hukum.’
Selanjutnya dinyatakan : ‘Tempat tinggal setiap warga negara tidak boleh
diganggu dan tidak boleh dimasuki dengan paksa kecuali sesuai dengan hukum.

BAB IV . OTORITAS KONSTITUSI


Ketika berlangsung perdebatan sengit di tahun-tahun menjelang pecahnya
perang sipil amerika, william Henry Seward, penentang utama perbudakan
mengatakan dalam Senat AS, ada hukum yang lebih tinggi dibandingkan
konstitusi, ucapan ini terlepas dari konsteksnya justru mendapat perlawanan lebih
dari membela maupun penetang perbudakan. Implikasinya bagi mereka ialah
bahwa seklipun konstitusi itu mengakui dan melindungi perbudakan, ketentuan-
ketentuannya tidak perlu dianggap mengikat oleh mereka yang mementang
perbudakan.
Pada 1937 Irlandia menyusun konstitusi baru dan pada saat itu
kedudukannya lebih tegas. Draft konstitusi ini disetujui,tetapi tidak dibuat, oleh
parlemen Irlandia sehingga tidak mungkin menyatakan bahwa konstitusi ini
memperoleh kekuatan hukumnya dari parlemen di Westemnter.
Argumen lain yang dikedepankan untuk menunjukan supermasi hukum
konstitusi adalah bahwa konstitusi merupakan produk dari badan yang
mempunyai kekuasaan untuk membuat hukum tertinggi.
Dalam kaitannya dengan sebagian besar konstitusi dalam persemakmuran
Inggris ia mempunyai kekuatan hukum tertinggi dan mendapatkan kekuatan
tersebut dari fakta bahawa ia dibuat oleh parlemen Inggris atau oleh Ratu di
dewan.

8
Kemungkinan kedua akan menimbulkan suatu pemutusan dalam
pengertian hukum jika bukan suatu revolusi, mereka mugkin memutuskan untuk
mendasarkan suprementasi hukum konstitusi atas kehendak rakyat atau dewan
konstituante yang diberi wewenang oleh rakyat untuk membuat konstitusi,
bagaimanapun ini merupakan salah satu argumen yang menandai supermasi dalam
hukum konstitusi Amerika.
Tidak diragukan bahwa, dalam kaitannya dengan konstitusi, supermasi
rakyat sebagai pembuat peraturan di akui di Amerika Serikat, pandangan ini
diterima disebagian besar negara. Tetapi,memperkenalkan pandangan ini ke
dalam hukum persemakmuran Inggris merupakan hal baru. Rakyat disana,
sebagaimana yang disebutkan di atas, sama sekali tidak menjadi pembuat
peraturan ,apalagi menjadi peraturan teringgi.
Kedaulatan bangsa adalah milik rakyat prancis, tidak ada kelompok
masyarakat atau individu yang bisa melaksanakan kedaulatan ini dalam masalah-
masalah konstitusi dengan memilih para wakil mereka dan referendum.
Landasan moral inilah yang ditentukan oleh William H.Seward ketika ia
menyatakan bahwa ada hukum yang lebih tinggi dari konstitusi.
Sekarang mungkin bisa dipahami bahwa konstitusi yang bisa
diamandemen oleh rakyat mempunyai dasar yang lebih kuat terutama pada
kewajiban mereka daripada konstitusi yang dapat diubah. Tetapi perhatikanlah
kedudukan, dalam sebuah negara, suatu masyarakat yang minoritas, yang
minoritas tetapi juga merupakan minoritas permanen.
Karenanya,otoritas moral yang diklaim dan bisa di kliaim oleh konstitusi
terkait sangat erat dengan struktur masyarakat yang landasan hukum dan
peraturannya hendak disediakan oleh konstitusi itu.

9
BAB V . BAGAIMANA KONSTITUSI BERUBAH BEBERAPA
KEKUATAN UTAMA
Konstitusi, ketika disusun dan di terapkan,cenderung mencerminkan
keyakinan dan kepentingan, cenderung mencerminkan keyakinan dan kepentingan
dominan atau kompromi antara keyakinan dan kepentingan yang bertentangan,
yang mencirikan masyarakat pada waktu itu. Lebih dari itu, konstitusi tidak mesti
mencerminkan keyakinan dan kepentingan politik atau hukum saja. Ia bisa
mencakup kesimpulan-kesimpulan atau kompromi-kompromi atas masalah
ekonomi dan sosial yang ingin dijamin atau dikatakan penyusun konstitusi.
Para anggota konvensi Philadelphia yang menyusun konstitusi, kecuali
beberapa di antaranya, dengan segera, secara langsung, dan pribadi tertarik
dengan,dan mengambil manfaat dari, dibangunnya sistem baru. Konstitusi pada
dasarnya adalah dokumen ekonomi yang didasarkan atas konsep bahwa hak-hak
milik pribadi milik pribadi yang fundamental mendahului keberadaan pemerintah
dan secara moral diluar jangkauan mayoritas masyarakat. Sebagaian besar
anggota konvensi tercatat meneuntut hak kepemilikan atas kedudukan yang
istimewa dan perlu dipertahankan dalam kontitusi.
Mereka yang bersedian membaca konstitusi secara cermat dan memahami
situasi dan kondisi asal-usulannya akan menerima tanpa merasa terkejut
pertanyaan bahwa konstitusi cenderung mencakup atau mencerminkan atau
melindungi opini-opini sosial dari pada penyusunnya.
Kekuatan lain yang mendorong sentralisasi adalah berkembangnya
serangkaian kebijakan pada masa-masa sekarang ini yang biasanya dikenal
sebagai negara sejahtera (Welfare state) atau negara pelayanan sosial (social
service state). Sudah jadi hal yang diterima oleh warga dan pemimpin negara-
negara tertentu, bahwa memastikan trsedianya standar minimum kesejahteraan
bagi semua warga merupakan tugas pemerintah, terlepas dari bisa-tidaknya
mereka memenuhi tugas ini.
Tetapi ada faktor-faktor yang lain yang menguatakan eksekutif.
Perkembangan senjata perang moderen telah memungkinkan sebagai orang kuat
untuk mendominasi ribuan warga tak bersenjata perang dan polisi, mempunyai
kekuasan yang meningkat pesat.

10
Pengaruh partai terhadap pelaksanaan konstitusi itu tidak mudah
diperhitungkan, dan ia berbeda antara negara yang satu dengan yang lain. Di
Amerika Serikat, meskipun jelas memperkuat eksekutif, ia juaga memberi
kekuatan kepada kongres dalam persaingannya dengan eksekutif dan pada
waktunya tertentu menyebabkan lumpuhnya pemerintah Amerika. Tetapi di
sebagian negara Benua Eropa, sistem multi partai tidak menimbulkan gangguan
besar dalam pemerintan kolisasi dengan rasa aman yang lebih besar daripada yang
dinmaki oleh kebanyakan oleh pemerintah Prancis.
Meskipun benar bahawa di sebagian negara mitos konstitusi adalah faktor
kuat untuk mencegah atau menunda perubahan, di negara-negara lain tidaknya
sesuatu untuk menyerupai mitos atau bahkan rasa hormat pada konstitusi
menyebabkan kontitusi diperlakukan dengan rendah atau dengan sikap tidak
peduli. Jika Amerika Serikat memperlihatkan rasa hormat yang sangat besar
kepada konstitusi, republik-republik Amerika Tengah dan Selatan justru memberi
banyak contoh akan perlakuan sebaliknya.

BAB VI . BAGAIMANA KONSTITUSI BERUBAH


AMANDEMEN FORMAL
Dalam pembahasan tentang klasifikasi konstitusi pada bab
sebelumnya,disebutkan perbedaan antara konstitusi yang bisa diamandemen oleh
proses legislatif biasa dan konstitusi yang amandemennya memerlukan beberpa
proses khusus-perbedaan yang umumnya dijabarkan sebagai perbedaan antara
konstitusi yang lentur dan yang kaku. Secara umum sepertinya proses
amandemnnya dalam sebagian besar konstitusi moderen dimaksudkan untuk
melindungi satu atau lebih dari empat tujuan berikut pertama, konstitusi hanya
boleh diubah dengan pertimbangan yang matang, dan bukan karena alasan
sederhana atau secara serampangan, kedua rakyat meski diberi kesempatan
mengemukakan pendapat mereka sebelum dilakukan perubahan, ketiga, dalam
sistem federal, kekuasan unit-unit dan pemrintah pusat tidak bisa diubah oleh satu
pihak, keempat,hak individu atau masyarakat- misalnya, hak minoritas bahasa
agama atau kebudayaan-mesti dilidungi. Dalam sebagian konstitusi, hanya satu
dari empat pertimbangan di atas yang diperhatikan. Bisa jadi ada beberapa

11
konstitusi yang kaku yang proses amandemennya tidak bisa dijelaskan secara
substansial atau oleh satu atau lebih dari empat pertimbangan di atas. Tidak
banyak yang perlu dikatakan mengenai pertimbangan pertama. Konstitusi menjadi
dasar pemerintah dan mesti diberlakukan dengan hormat. Tetapi tiga
pertimbangan yang lain memerlukan pembahasan lebih lanjut.
Dalam sistem sebagian federal, prinsip bahwa rakyat mesti dilibatkan
secara langsung dalam proses amandemen konstitusi terkait dengan ketentuan
sistem federal.
Dalam sistem tersebut ditetapkan bahwa amandemen, setelah disetujui dua
majelis legislatif pusat, mesti diserahkan kepada refendum rakyat. Amandemen
hanya bisa dilakukan jika diterima tidak hanya oleh mayoritas semua pemilih
yang memberikan suara dalam mayoritas pemilih yang memberikan suara dalam
mayoritas unit-unit konstituen federasi.
Ada kalanya muncul pertanyaan apakah seandainya proses amandemen
konstitusi Amerika lebih mudah perang sipil 1861-1865) bisa di hindari.
Persoalan yang baru saja di bahas dalam hubungganny dengan konstituti Eropa
dan negara-negara lainnya bisa melaksanakan kerjasama.
Juga mesti ditambahkan bahwa perlindungan yang terkandung dalam
proses amandeman banyak kontitusi bisa di abaikan. Konstation bisa diabaikan.
Konstitusi menjadi ketibggalan jaman dan tidak praktis karena upaya menyuluhan
terlalu besar. Dalam sebagian konstitusi Negara A merika serikat, hal ini uga di
akaui praktek yang bisa dianggap sebagai penyelewengan adalah memasukan ke
dalam konstitusi pasal-pasal dan amandmen yang tidak mempunyai watak
konstitutional yang sebenarnya.
Namun secara umum bisa dikatakan bahwa pemerintah konstitutional di
mana misalnya, konstitusi berjalan efektif dan di mna ia diakui dengan rasa
hormat,proses amandemen formal terbukti tidak terlalu sulit di sesuaikan dengan
kebutuhan yang sangat dirasakan oleh masyarakat ketika konstitusi di tunda atau
lenyap,sulit mengatakan bahawa proses amandemennya yang terlalu kaku
menyebabkan lenyapnya konstitusi tersebut. Tetapi bisa ditekankan bahwa satu
alasan mengapa proses amandemen formal terbukti berjalan lancar dalam
sebagian besar konstitusi adalah bahawa proses ini tidak berjalan sendiri

12
BAB VII . BAGAIMANA KONSTITUSI BERUBAH
PENAFSIRAN HUKUM
Di beberapa negara, meskipun konstitusi “diam” terhadap masalah berhak-
tidaknya pengadilan penafsiran konstitusi, nampaknya sudah menjadi doktrin
yang diterima bahwa pengadilan tidak pernah atau jarang memberikan keputusan
legislatif atau eksekutif telah melanggar konstitusi atau tidak kendati barangkali
karena memang sulit untuk memeperoleh kesempatan seperti itu dalam konstitusi
yang di tulis secra singkat dan umum tersebut.
Doktrin prancis tentang fungsi hakim diterima di sejumlah negara Eropa.
Dibelanda dan Belgia,di Swedia dan Denmark, meskipun konstitusi menjamin hak
dan secara implist melarang pemberlakukan peraturan tertentu, pengadilan tidak
berusaha melaksanakan konstitusi ini. Dalam konstitusi Belanda,
misalnya,dinyatakan (pasal 124) bahwa rancangan undang-undang yang
disampaikan oleh dua majelis dan disetujui oleh pengusaha hukum.
Sekarang sudah saatnya untuk membahas jalannya proses penafsiran
yudisial di Negara-nrgara yang menerima.Akan kita ketahui bahwa untuk tujuan
pembahasan ini konstitusi-konstitusi yang akan disoroti adalah konstitusi amerika
serikat,kanada,Australia,dan propinsi-propinsi atau Negara-negara bagian dari
federasi tersebut, serta konstitusi Irlandia. Dapat ketentuan mengenai tinjauan
yudisial dalam konstitusi Amerika latin, jalannya pemerintahan disana hanya
menyediakan sedikit bahan-dengan sedikit pengecualian-yang bisa dipakai sebsgai
dasar penjelasan mengenai proses perubahan konstitusi.
Di Amerika Serikat legislatif pusat bisa memperoleh wewenang yang
diperlukan untuk mengatur masalah-masalah bangsa melalui proses penafsiran
hukum, sedangkan di Kanada pengadian cenderung memperbesar wewenang
provinsi daripada pusat, sebelum kita mengemukakan pendapat melalui perbedaan
ini, perlu ditekankan bahwa kita mesti memperhatikan kenyataan bahwa pasal-
pasal konstitusi Kanada berbeda dalam beberapa hal penting dari konstitusi
Amerika.
Efek keputusan hukum dalam mendorong sentralisasi pemerintah bisa di
gambarkan dalam bidang lain, yaitu dalam menjalankan wewenang perang atau
kekuasaan untuk mengendalikan pertahanan. Hasil umum dari penafsiran hukum

13
di ketiga federasi-Amerika Serikat,Australia, dan Kanada-adalah bahwa parlemen
pusat mempunyai wewenang penuh untuk menyatakan perang dan melakukan
pertahanan.
Terkadang keputusan hukum bersekutu dengan amandemen konstitusi
untuk mengubah konstitusi. Karenanya, di Australia kedudukan istimewa
parlemen persemakmuran dalam bidang keuangan negara diperoleh dengan hasil
ganda dari amandemen formal konstitusi yang dilakukan pada 1928 yang isinya
mengikatkan wewenang persemakmuran dalam bidang keuangan dan juga dalam
keputusan hukum tahun 1942 mengenai pajak pendapatan yang baru saja disebut.
Yang menarik di Amerika Serikat adalah peningkatan nyata kekuasaan pusat
dengan amandemen formalnya adalah kescil sedengkan efek dari keputusan
hukum adalah besar.
Penafsiran yang diterapkan oleh mahkamah agaung bisa diikhtiarkan dari
keputusan hakim tinggi Stone yang disampaikn pada 1944 dalam kasus Yakus us
United States(321 U.S.414) dalam paragraf berikut.
Empat kasus yang di ajukan ke mahkamah Agung Irlandia dalam priode
dari 1940 sampai 1942. (Dalam the matter of offence against the
state(Amandement) Bill, 1940, 1940 I.R.470.
Dengan begitu, pengadilan menetapakan bahwa proses hukum yang adil
mencakup hak, paling tidak dalam kasus-kasus yang bisa dijatuhi hukuman mati
(capitulase), dari tertuduh untuk dibela oleh pengacara dan bahwa pengikiran
terhadap hak ini membatalkan penuntutan (powell V.Alabama, 287 U.S45
(1932)), bahwa hukuman yang didasarkan atas pengakuhan yang keluar dari
terdakwa di bawah tekanan bertentangan dengan proses hukum yang adil
(Chamberes v. Florida, 309 U.S.227(1940), Ascaraft. Tennessee, 322 U.S.
143(1944), bahwa pengakuhan dari juri yang secara jelas menundang kekerasan
masa adalah tidak sah dan bertentangan dengan massa adalah tidak sah dan
bertentangan dengan proses yang adil.
Apa alternatifnya? Satu pendapat mengatakan bahwa pengadilan mesti
menganggap sah hukum-hukum legislatif, dan mereka yang tidak menyukainya
boleh bersatu dan menyampaikan hukum-hukum tersebut pada rakyat dalam

14
referendum.Sejauh mengenai hukum-hukum federal, inilah pandangan yang
dipegang di Swiss.
Sepertinya jelas bahwa jika ketentuan-ketentuan konstitusi dilaksanakan
secara teratur, pilihan pada pengadilan dan keputusan hakim berikutnya biasanya
tidak bisa dihindari. Swiss nampaknya mempunyai alternatif terbaik, tetapi mesti
diakui bahwa ini sulit dilakukan dan bahwa Swiss hanya mempunyai pengalaman
dan keahlian dalam bentuk pemerintah ini dan yang tidak mudah mencangkokan
unsur asing. Lebih dari itu, perlu ditekankan bahwa bahkan di Swiss semua
keputusan otoritas daerah, yang terkadang mempunyai wewenang dalam hukum
pidana, tunduk pada kontrol pengadilan. Namun, yang jelas adalah, jika
pengadilan melakukan tugas ini, mereka tidak bisa diharapkan bekerja secara
efektif jika mereka diberi wewenang menafsirkan konstitusi yang dinyatakan
dalam kalimat yang janggal dan emosional. Kebersihan tinjauan hukum banyak
tergantung pada konstitusi yang disusun secara baik serta kulitas hakim itu sendiri

BAB VIII . BAGAIMANA KONSTITUSI BERUBAH KEBIASAAN DAN


TERKAIT
Proses perubahan konstitusi yaitu perubahan-perubahan yang dihasilkan
dalam hukum konstitusi diakui dan diterapkan oleh pengadilan. Itu adalah
perubahan-perubahan hukum dari kacamata hukum. Dalam bab ini kita akan
membahas proses perubahan yang jelas mempengaruhi hukum
konstitusi,terkadang dengan menjadikannya dokumen mati yang tidak bisa
dijalankan, terkadang menentukan bagaimana ia akan ditafsirkan atau
dipraktekan, tetapi tidak kalah penting, tetapi tidak berubah sepanjang
pengeadilan tidak menginginkannya. Dengan kebiasaan dan tradisi hukum
konstitusi, dalam pengertian sempit, dilengkapi dengan sekumpulan aturan yang
meskipun bukan bagian dari hukum,dianggap bersifat mengikat dan mengatur
institusi politik disebuah negara dan jelas menjadi bagian dari sistem pemerintah.
Namun demikian, tradisi mengenai wewenang untuk mempertahankan dan
menolok ini, meski sebagian besar merupakan produk adat, akhirnya ditulis oleh
konferensi Impreal tahun 1930. Konferensi itu secara umum mengakui

15
keberadaan ada, tetapi ia juga merupakan persetujuan antara pemerintah dan
langkah yang diambil khususnya oleh pemerintah kerajaan Inggris adalah bahawa
pemerintah ini tidak akan menyarankan Ratu untuk menggunakan wewenang
hukumnya untuk memveto atau menolak keputusan yang bertentangan dengan
keinginan kawasan-kawasan dominion, Tidak diragukan bahwa secara umum
disebabkan karena adanya kesepakatan antar pemerintah, bahwa konvensi itu
diakui dan dinyatakan secara tertulis.
Contoh menarik mengenai bagaimana wewenang hukum bisa dibatalkan
oleh tradisi tampak dari jalannya Konstitusi Republik Prancis Ketiga. Satu pasal
konstitusi ini menyembutkan bahwa presiden Republik, dengan per-setujuan
senat, boleh menbubarkan Dewan perwakilan Rakyat (Chamber of Deputies).
Wewenang ini digunakan sekali, pada 1877, dua tahun sesudah berdirinya
Republik, oleh Presiden MacMahon, dan tidak pernah digunakan lagi, atau
dianggap tidak pantas lagi untuk digunakan. Kenyataan di mana MacMahon
membubarkan Dewan dan kontroversi yang terjadi sesudahnya memperlihatkan
bahwa upaya yang dilakukan oleh Presiden untuk membubarkan akan menjadi
serangan pada rajim Republik. Dengan tradisi pula Presiden esegara menduduki
tempat dalam konstitusi yang sebanding dengan keudukan Raja dalam kerajaan
demikrasi, dan wewenangny untuk melakukan jenis tindakan ini menjadi batal.
Dengan demikian,sepertinya bisa disimpulkan bahwa di Prancis dan
Amerika Serikat berkembang tradisi menentang pemelihan kembali bagi masa
jabatan Presiden yang kedua dan ketiga. Priseden Prancis mengakui hal ini dengan
mengumumkan, menjelang pemilu, bahwa ia tidak akan mencalonkan diri untuk
dipilih kembali. Di Amerika Serikat selalu ada keraguan apakah Wakil Presiden
yang naik menggantikan Presiden Ketika Presiden meninggal dunia, dan
karenanya bisa mengklaim bahwa ia belum dipilih sebagai Presiden dan belum
menjalankan masa jabatan Presiden secara penuh, bisa mengikuti pemilihan untuk
dua masa jabatan Presiden sebagai bagian dari haknya sendiri. Ilustrasi
pertama menyangkut pengalihan wewenang ini dapat diketahui dari cara
pengangkat para menteri di negara-negara yang mempunyai sistem pemerintahan
kabinet. Di banyak negara ini Raja secara hukum mempunyai wewenang untuk
mengangkat menteri-menteri dalam, prakteknya, berdasarkan konvensi, ia

16
mengangkat orang-orang yang direkomendasikan oleh Perdana Menteri. Tidak
diragukan bahwa Raja menjalankan wewenang hukum, tetapi pelaksanaanya
dilakukan atas Perdana Menteri. Tinjauan sekilas pada Konstitusi Kanada
menggambarkan masalah ini.
Contoh menarik mengenai pelimpahan wewenang hukum oleh tradisi
kepada pihak lain ditemukan dalam pelaksanaan pasal-pasal Konstitusi Amerika
Serikat yang mengatur cara pemilihan Presiden dan Wakil Presiden. Wewenang
hukum untuk memilih berada di tangan Lembaga Pemilu yang dipilih di setiap
negara bagian dengan metode-metode yang ditemukan oleh legislatif Senat.
Tetapi, menurut tradisi, lembaga ini tidak mampunyai keleluasaan.
Prinsip ini nampaknya lebih mapan di Australia dan Kanada. Di Australia
sudah ada kesepakatan bahwa, jika keadaan memungkinkan, masing-masing dari
enam negara bagian mesti mempunyai beberapa wakil di Kabinet
Persemakmuran.Perbandingan yang menarik mengenai bagaimana tradisi
melengkapi hukum konstitusi bisa diketahui ketika kita menyimak perbedaan
status dan fungsi juru bicara di Majelis Perwakilan Rakyat Amerika dan misalnya,
di majelis Rendah Kanada.
Terdapat ketentuan dalam konstitusi Republik Prancis Kelima mengenai
masalah-masalah yang serupa. Dalam upaya menghapuskan penyebab
ketidakstabilan kabinet, dimasukanlah pasal-pasal yang mengatur sistem panitia
legislatif- masalah yang tidak diatur dalam tata tertib dibawah republik ketiga-
keempat, sebagaimana yang sudah disebutkan sebelumnya. Pasal 43 membatasi
jumlah panitia sebanyak enam orang untuk tiap-tiap dewan-ada sembilan-puluh
anggota di bawah Republik Keempat. Jika pemerintah menghendaki, Rencana
Undang-Undang (RUU) bisa disampaikan pada panitia semetara, bukan pada
panitia tetap. Selanjutnya dengan pasal 42, ketika RUU pemerintah
didiskusikan,teksnya adalah teks pemerintah, bukan teks panitia.
Contoh menarik mengenai proses ini bisa diketahui dari upaya di Amerika
Serikat, sepeninggal Presiden Franklin Roosevelt, untuk mengubah Konstitusi
sehingga menjadi sah menjadi sah bagi Presiden untuk mencalonkan diri dan pilih
kembali untuk masa jabatan ketiga secara penuh.

17
Sebagai kesimpulan, menarik untuk menanyakan ada tidaknya
kecenderungan umum dalam jalannya kebiasaan dan tradisi di negara-negara yang
menjalnkan pemerintah mereka menurut konstitusi. Ini bukan pertanyaan yang
mdah dijawab. Tetapi, terdapat satu karektaristik tradisi, suatu karaktaristik yang
digambarkan oleh Dicey dalam bukunya, Lau of the Constitutation, ketika ia
menjelaskan tradisi dalam sistem pemerintah Inggris bahwa tradisi-tradisi
tersebut, maksudkan untuk menjamin supermasi tertinggi dari orang-orang yang
berhak memilih sebagai satu-satunya pemegang kedaulatan politik negera.

BAB IX . PROSPEK PEMERINTAH BERDASAR


KONSTITUSI
Pemerintahan yang konstitusional berarti lebih dari sekedar pemerintahan
menurut ketentuan-ketentuan Konstitusi. Menurut aturan, ia berarti pemerintahan
yang merupakan kebalikan dari pemrintahan sewenang-wenang, ia berarti
pemerintahan yang dibatasi oleh ketentuan-ketentuan konstitusi, bukan
pemerintahan yang hanya dibatasi oleh keinginan dan kemampuan orang-orang
yang memgang kekuasaan. Oleh karena itu, bisa saja terjadi bahawa meskipun
pemerintahan di suatu negara dijalankan menurut ketentuan-ketentuan Konstitusi,
Konstitusi tersebut hanya di ajukan untuk membangun instutisi-instutisi
pemerintah dan membiarkannya bertindak menurut kemauan mereka. Bila
demikian, tidak tidak bisa menyebutkan sebagai pemerintah konstitutional.
Pembenaran nyata dari konstitusi, yakni gagasan awal yang mendasarinya, adalah
membatasi pemerintahan dan memuntut orang-orang yang berkuasa memenuhi
hukum dan peraturan.
Namun demikian, penting untuk dicatat bahwa meskipun
pemerintahan demokratis, sebagimana dipahami di negara-negera Anglo-Saxon,
juga merupakan pemerintahan konstitusional yang tidak demokratis. Aristokrasi
atau oligarki bisa menjadi contoh dari pemerintah konstitusional. Pemerintah yang
dikendlikan oleh kelas, meskipun dijalnkan untuk kepentingan kelas tersebut, bisa
menjadi pemerintah yang terbata
Namun demikian, bagi mereka yang menghargai pemerintahan
konstitusional di jaman moderen, masalah yang mereka hadapi adalah bagaimana

18
memastikan bahwa pemerintah demokratis adalah pemerintahan konstitusional.
Adalah sia-sia membangun pemerintahan konstitusional dengan kembali ke
aristokrasi.
Mungkin masalah paling sulit yang dihadapi pemerintahan konstitusional
di jaman modern adalah bagaimana mempertahankannya menghadapi musuh-
musuh nya dan tetap bertahan. Ketika terjadi perang atau keadaan darurat lain,
jalannya pemerintahan konstitusional menjadi terbatas atau ditangguhkan agar
masyarakat tetap bertahan sebagai enitas yang mandiri dan bebas untuk kembali
memilih dibentunya pemrintahan konstitusional ketika keadaan darurat telah
berlalu. Di ditangguhkannya pemrintah konstitusional semacam ini dibenarkan
dengan alasan jika pemerintahan ini ingin berjalan di masa mendatang, ia harus
ditunda untuk sementara waktu. Manusia bisa memahami bahwa mereka perlu
tunduk pada otoritas tertinggi saat ini, jika mereka ingin hidup menikmati
kebebasan di masa mendatang. Bahayanya adalah, mereka yang telah diberi
tanggung jawab otoritas tertinggi enggan memberikan kebebasan. Direktor
sementara bisa menjadi tirani yang mapan dan permanen. Ketika perlindungan
pemrintahan konstitusional diserahkan kepada penguasa, cara-cara untuk
memperolehnya kembali juga diserahkan.
Masalah ini mungkin merupakan masalah paling genting yang dihadapi
pemerintahan konstitusional di masa sekarang. Hal ini bisa dinyatakan secara
singkat dalam kata-kata yang diucapkan Abraham Lincoln pada 4 juli 1861, dalam
pesan pertamanya kepada Kongres Amerika Serikat sesudah pecahnya perang
sipil.
Hadapan umat manusia muncul pertanyaan apakah republik konstitusional
atau demokrasi-pemerintah rakyat oleh rakyat bisa atau tidak bisa
mempertahankan intergasi wilayahnya dalam mengahadapi musuh-musuhnya dari
dalam. Muncul pertanyaan apakah orang-orang yang tidak puas, meski jumlahnya
sangat sedikit untuk menegndalikan administrasi menurut hukum organik, karena
merasa tidak puas atau karena alasan lain, atau tanpa alasan apapun, selalu bisa
menumbangkan pemerintah mereka dan mengakhiri pemerintahan yang bebas di
muka bumi.

19
KONSTITUSI-KONSTITUSI MODERN

K. C Wheare
Tugas Resume Mata Kuliah Teori dan Hukum Konstitusi

Dosen : Dr. Firdaus SH.MH

Oleh:

Tina Sunaini Rahmi

7773190059

PASCA SARJANA FAKULTAS ILMU HUKUM

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

SERANG

2019

20
21

Anda mungkin juga menyukai