Anda di halaman 1dari 10

BAB I

Pendahuluan
1.1.Latar belakang
Salah satu yang di hadapi petani untuk pengembangan usaha taninya adalah ketersediaan
modal. Menurut ilmu ekonomi modal adalah barang-barang yang bernilai ekonomis yang digunakan
untuk meningkatkan produksi.
Menurut (Hermanto 1992) factor modal memegang peranan yang penting dan harus di
pertimbangkan petani sebelum melakukan usaha tani. Modal menurut fungsinya : Modal tetap dan
Modal tidak tetap. Ketersedian modal usaha tani yaitu dari modal sendiri dan modal pinjaman.
Modal sendiri adalah modal yang dikeluarkan oleh petani itu sendiri, dan petani yang sudah
mempunyai modal tergolong dalam petani yang mampu. Sedangkan modal pinjaman berupa modal
yang berasal dari kredit formal, kredit non formal dan kemitraan.
Banyak petani yang menggunakan pinjaman non formal, karena pinjaman non formal dinilai
lebih gampang untuk mendapatkan modal tersebut. Pada peminjaman modal formal dan kemitraan,
petani menilai untuk mendapat modal dari keuangan formal dan kemitraan terlalu ribet dan tak
secepat peminjaman non formal.

1.2 Rumusan masalah


1. Bagaimana pengaruh modal dalam usaha tani ?
2. Bagaimana agar kredit dan kemitraan usaha tani dapat bekerja sama dengan para petani yang
membutuhkannya ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengaruh modal dalam usaha tani
2. Untuk mengetahui kredit dan kemitraan usaha tani dapat bekerja sama dengan para petani yang
mebutuhkannya
BAB II
Pembahasan
2.1 Definisi Modal
Modal (capital ) mengandung banyak arti tergantung pada penggunaan dalam sub bidang.
Dalam pengertian sehari-hari modal sama halnya dengan harta atau kekayaan, sehingga modal
tersebut bisa mendatangkan suatu keuntungan bagi pemilik modal.
Menurut beberapa ahli seperti Von Bohn Bawerk makna modal adalah segala jenis barang
yang dihasilkan dan dimiliki masyarakat disebut kekayaan masyarakat. Jadi, modal adalah setiap hasil
atau produk atau kekayaan yang digunakan untuk memproduksi hasil selanjutnya.
Dalam penngertian ekonomi, modal adalah barang atau uang yang bersama-sama, seperti
faktor produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang baru yaitu hasil pertanian. Sehingga bisa
ditarik kesimpulan modal dalam usaha tani adalah sesuatu yang harus ada, untuk menunjang kegiatan
produksi usaha tani.

2.2 Pentingnya Modal dalam Usaha Tani


factor modal memegang peranan yang penting dan harus di pertimbangkan petani sebelum
melakukan usaha tani (HERMANTO 1992). Modal dalam bentuk uang tunai mempunyai kedudukan
dan peranan yang sangat penting dalam proses produksi usaha tani. Kedudukan dan peranan yang
sangat penting dalam proses usaha tani, artinya sejalan dengan perkembangan ekonomi masyarakat
menggunakan uang sebagai alat tukar barang dan jasa, meskipun kontasi modal itu lebih dekat dengan
modal uang. Namun dalam usaha tani yang tercakup modal adalah bangunan-bangunan, tanaman,
ternak, sarana produksi pertanian, piutang di bank dan uang tunai.
Modal menurut sifatnya dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Modal tetap adalah modal yang tidak habis dalam satu periode produksi. Contohnya tanah
pertanian dan alat pertanian.
2. Modal tidak tetap adalah modal yang habis dalam satu periode produksi. Contohnya uang
tunai, piutang di bank dan sarana produksi usaha tani.
Besarnya modal tidak tetap umumnya menjadi indicator kemajuan usaha tani. Usaha tani
yang menguntungkan kegiatannya pada modal tetap, seperti tanah pertanian akan sulit mengalami
perkembangan terlebih lagi apabila modal tanah yang dimiliki luasnya sangat terbatas. Menurut
statistic bahwa mayoritas petani (usaha tani) memiliki luasan modal tanah yang sangat terbatas.
Jadi, modal sangat mempengaruhi kemajuan usaha tani sehingga peran modal jangan pula
dikesampingkan, baik itu modal pengetahuan maupun modal penunjang sarana produksi usaha tani
.
2.3 Pembentukan Modal dikalangan petani untuk usaha tani
a. Modal milik sendiri adalah modal yang dikeluarkan atau dimiliki oleh petani. Sumber modal
tersebut diperoleh dari tabungan dan sisa dari hasil usaha tani yang sebelumnya
b. Modal pinjaman adalah modal yang didapat petani di luar usaha taninya berupa kredit formal,
non formal dan kemitraan. Contoh dari kredit formal seperti koperasi, pinjaman bank dan
lembaga penyedia modal. Contoh dari kredit kemitraan seperti kredit usaha tani dan
kemitraan usaha tani.

2.4 Kerjasama pemilik modal dengan pengelola usaha tani


a. Kredit usaha tani
Kredit usaha tani merupakan gabungan dari dua kalimat yaitu kredit dan usaha tani.
Jadi, kredit usaha tani adalah pinjaman modal kerja yang disalurkan melalui koperasi
maupun koperasi unit desa dan LSM. Tujuan kredit ini adalah untuk member pinjaman modal
untuk membiayai usaha tani untuk memproduksi hasil pertanian. Kredit ini merupakan
program pemerintah yang bertujuan memberikan pinjaman modal kepada petani yang belum
mampu membiayai usaha taninya sendiri.
Sistem pengaluran kredit usaha tani harus dibuat mudah,tanpa agunan dan
persyaratan yang rumit, agar semua petani yang yang belum mampu secara modal agar dapat
bisa menggunakan kredit usaha tani.
Tolak ukur yang mengatakan bahwa kredit usaha tani dikatakan berhasil tergantung
pada :
1. Berhasil dalam penyaluran.
2. Efektif dalam pengguanaan.
3. Peminjam modal, bisa mengembalikan tepat waktu maupun jumlah pinjaman.
Ketiga hal tersebut tidak dapat dippisahkan dalalm kesuksesan kredit usaha tani, apabila tidak
berhasil salah satunya makan kredit usaha tani belum sepenuhnya berhasil. Agar Kredit usaha
tani benar-benar berpengaruh terhadap produksi pertanian, maka perlu diperhatikan :
1. antara penyedia sarana produksi dengan penyedia kredit usaha tani harus saling
mendukung.
2. Sarana produksi harus tersedia tepat sasaran, tepat waktu dan tepat guna.
3. Sarana produksi harus berada di kisaran harga stabil.
Manfaat kredit usaha tani bagi petani :
1. praktek ijon dan rentenir pertanian bisa di bebaskan dari petani.
2. Meningkatkan produksi pertanian, sehingga memperkuat ketahanan pangan nasional.
3. Memberikan lapangan pekerjaan
Selain kredit usaha tani, pemerintah melalui kementrian pertanian menyiapkan 3 skim
kredit yang di khususkan bagi para petani yaitu : kartu tani untuk mempermudah membeli
pupuk bersubsidi, kredit pengembangan agribisnis dan kredit ketahanan pangan. Bunga
pada kredit ketahanan pangan lebih besar dari pada kredit usaha tani, sedangkan kredit
pengembangan agribisnis bunganya sedikit rendah. Untuk mengantisipasi risiko kredit,
petani dianjurkan mengikuti program asuransi jiwa dan kerugian usaha.
b. Kemitraan usaha tani
Kemitraan sangat diperlukan untuk membangun usaha tani. Karena adanya hubungan
antara industry baik skala kecil maupun industry besar yang mempunyai modal, wadah untuk
menampung hasil panen, memiliki inovasi dan belum tersentuh teknologi baru sehingga para
petani tidak kebingungan akan penjualan hasil panen. Pembangunan kawasan usaha tani pada
dasarnya terbentuk dari tiga komponen yang saling berhubungan :
1. Penataan ruang tata letak dengan menggunakan secara subsistem (suistanable
development)
2. Sumber daya manusia
3. Pengembangan pola usaha.
Ketiga factor tersebut saling bersinergi, untuk membangun usaha tani meningkatkan
perekonomian sehingga meingkatkan kesejahteraan masyrakat, khususnya petani (penelola
usaha tani). Pengembangan agribisnis sangat tergantung dari ketiga factor tersebut, karena
pengembangan agribisnis meliputi sarana prasarana kegiatan usaha tani, pasca panen dan
pemasaran. Sehingga peranan swasta sangat diperluakan di bidang agribisnis tyujuannya
adalah upaya percepatan hubungan ketiga factor tersebut.

Sarana dan Produksi Pengolahan Pemasaran


prasarana

Pendukung (perbankan,
peraturan dan lain-lain

Gambar 1. Merupakan lingkup kemitraan dari hulu sampai hilir.


1. Hulu-hilir
Pemilik modal dapat melakukan mitra usaha mulai dari sarana sampai pemasarannya.
2. Parsial
Pemilik modal hanya bergerak pada satu atau libih dari lingkup kegitaan mitra usaha tani,
tetapi tidak seluruhnya.
 Model-model kemitraan
A. Model inti plasma
Model inti plasma adalah model kerja sama antara usaha kecil dengan usaha
menengah maupun besar, pada model ini kelompok tani merupkan usaha kecil yang
memproduksi bahan baku aogroindustri, sedangakan perusahaan agroindustri
bertindak sebagai usaha menegah maupun besar. Dalam hal ini pihak usaha
menengah (plasma) berkewajiban umelakukan pelatihan dan pembinaan terhadap
kelompok tani (inti) agar memperoleh hasil produksi yang diharapkan.

Gambar 2. Pola kemitraan model inti plasma


Perusahaan agroindustri (inti) yang bertindak sebagai penampung hasil pertanian,
membeli hasil pertanian, dan memberikan pelayanan bimbingan kepada petani sebagi
mitra.
B. Model kontrak beli
Model kontak beli disini terjadi karena adanya kerja sama antara perusahaan
agroindustri dengan petani sebgai kelompok usaha kecil, model kontrak beli terjadi
suatu perjanian kontrak dengan tertulis dalam waktu jangka waktu tertentu, dalam
perjanian ersebut disaksiakan langsung oleh instansi pemerintah.
Perusahaan memberikan wadah pada kelompok tani agar bisa
mengkordinasikan para anggotanya untuk mengatur produksi, pengaturan,
penyortiran sampai pengemasan sesuai dengan permintaan perusahaan, sebagai
pembeli produk pertanian tersebut. Negosiasi harga terjdi karena ada kesepakatan
harga antara perusahaan (sebagai pembeli) dengan anggota kelompok tani. Dalam hal
ini pemerintah hanya akan menjadi moderator dan fasilitator.
Perusahaan Kelompok tani
Kontrak
sebagai inti sebagai mitra
Menghasilkan produk

Fasilitator
Gambar 3. cara kerja perusahaan agroindustri (inti) melakukan kentrak dengan
anggota kelompok tani, sehingga produk yang dihasilkan oleh kelompok tani di jual
kepada pihak perusahaan tersebut.
C. Model sub kontrak
Model sub kontrak adalah hubungan kerja sama antara kelompok tani sebagai
usaha kecil, dengan industry/perusahaan sebagai usaha menengah maupun besar. Model
sub kontrak ini hampir sama dengan model kemitraan kontrak beli (contract farming),
cuman yang membedakan pada pola ini adalah kelompok tanitidak melakukan kontrak
secara langsung dengan usaha besar (agroindustri) akan tetapi hanya melalui agen atau
pedagang.

Kelompok mitra
Memproduksi komponen produksi agroindutri

perusahaan mitra

Kelompok mitra (kelompok tani/usaha kecil) memproduksi


Baha baku untuk perusahaan mitra (agroindustri/usaha
Kelompok mitra
Menengah maupun besar)
Gambar 4. Cara kerja melalui model sub kontrak.
D. Model dagang umum
Model dagang umum merupakan kerja sama antara kelompok tani
(perusahaan kecil) dengan industri pertanian, dalam hal kerja sama ini industry
pertanian memasarkan hasil produksi kelompok tani (perusahaan kecil) dan memasok
kebutuhan industri (usaha menengah atau usaha besar) sehingga membesarkan laba
usaha besar.
Cara yang dilakukan untuk pengembangan model dagang umum :
1. Mewajibkan perusahaan agroindustri (usaha menengah maupun usaha besar)
menjadi mitra.
2. Memberikan peluang bagi kelompok tani (usaha kecil) memproduksi sesuai
dengan keahliannya.
3. Memberikan peluang untuk kelompok htani (usaha kecil) untuk memasarkan
hasil produknya dari perusahaan/agroindustri.
Kelompok tani Perusahaan/agroindustri
(kelompok mitra) (perusahaan mitra

Memasarkan produk
kelompok tani

Konsumen
Kelompok tani memperoleh sarana produksi dari perusahaan
industri
mitra, sedangkan perusahaan mitra memasarkan hasil produksi
dari kelompok tani

Gambar 5. Model kerja sama dagang umum


E. Model kerja sama oprasional agribisnis(KOA)
Model kerja sama oprasional agribisnis (KOA) adalah bentungan kerja sama
antara kelompok tani (kelompok mitra) dengan perusahaan/agroindustri, dimana
kelompok tani ini menyediakan lahan, sarana dan tenaga kerja sedangkan pihak
perusahaan menyediakan biaya, modal dan teknologi untuk membudidayakan suatu
komoditi yang dibutuhkan oleh perusahaan/agroindustri tersebut.

Kelompok tani Perusahaan/agroindustri


(kelompok mitra) (perusahaan mitra)

-Lahan -Biaya
-Sarana -Modal
-Tenaga kerja -Teknologi
Gambar 6. Cara kerja model kerja sama oprasional agribisnis (KOA)
Penjabaran dari gambar 6. Adalah kelompok tani (kelompok mitra) hanya
memiliki lahan, saran dan tenaga kerja sedangkan pihak perusahaan/agroindustri
hanya penyedia biaya,modal dan sarana teknologi untuk membudidayakan suatu
komoditi yang di butuhkan oleh pihak perusahaan, sebagai bahan baku produksi dari
produk perusahaan/agroindustri tersebut.
BAB III
Penutup
A. SIMPULAN
 modal adalah setiap hasil atau produk atau kekayaan yang digunakan untuk memproduksi
hasil selanjutnya.
 Faktor modal memegang peranan yang penting dan harus di pertimbangkan petani sebelum
melakukan usaha tani (HERMANTO 1992)
 Modal menurut sifat ada 2 :
a. Modal tetap
b. Modal tidak tetap
 Modal sangat mempengaruhi kemajuan usaha tani sehingga peran modal jangan pula
dikesampingkan, baik itu modal pengetahuan (capital knowledge) maupun modal penunjang
sarana produksi usaha tani
 Pembentukan modal :
a. Modal milik sendiri
b.Modal pinjaman
 Sumber pinjaman formal dan kemitraan usaha tani :
a. Kredit usaha tani
b.Kemitraan usaha tani:
1. Model inti plasma
2. Model kontrak beli
3. Model sub kontrak
4. Model dagang umum
5. Model kerjasama oprasional agribisnis (KOA)
 Kemitraan dan kredit pertanian itu sudah bisa bekerja sama dengan petani. Terbukti dengan
adanya ke lima model kemitraan, selain itu kredit pertanian juga sudah bisa bekerja sama
dengan petani. Terbukti dengan adanaya program pemerintah mengenai kredit khusus untuk
petani.
DAFTAR PUSTAKA

Shinta Agustina. 2011. Ilmu Usaha Tani. UB PRESS: Malang


http://agrimaniax.blogspot.com/2010/06/modal-usahatani.html/m=1 (di akses pada senin 18
september 2018 jam 16.00 wib)
https://www.google.com./search?clint=ms-opera-mini-android &channel =new&q
=modal+dalam+usaha+tani+pdf (di akses pada hari selasa 19 September 2018 jam 00.30
wib)

Anda mungkin juga menyukai