Anda di halaman 1dari 30

GAS

PERTEMUAN 13
I. Pendahuluan

Gambar 1. Reaksi kimia yang melibatkan gas

Konsep tentang gas dibahas secara mendalam terutama


pada bidang ilmu fisika dan kimia. Untuk kajian ilmu fisika, gas
memiliki urgensi terutama karena gas memiliki parameter yang
bersifat fisik seperti berat, massa, kecepatan, volume dan
sebagainya.
Adapun untuk bidang ilmu kimia, pentingnya mempelajari
teori gas karena zat ini banyak terlibat dalam reaksi-reaksi kimia
baik itu reaksi organic seperti respirasi, fotosintesis, pembakaran
maupun reaksi anorganik seperti korosi oleh gas, pembentukan
oksida dan sebagainya.
Dengan mempelajari konsep gas dengan benar maka kita
akan memperoleh pemahaman yang baik dalam merumuskan
maupun merancang suatu reaksi yang melibatkan gas serta dapat
memprediksi reaksi yang melibatkan gas baik secara kualitatif
maupun kuantitatif.

Secara umum setelah mempelajari modul ini, diharapkan


Anda dapat:
1. Menjelaskan pengertian gas, sifat dan karakteristiknya
2. Menjelaskan hukum hukum yang berlaku pada gas dan
merumuskan keterkaitannya satu sama lain
3. Menghitung stoikiometri gas secara benar
4. Menggambarkan hubungan antara beberapa fenomena
yang terjadi pada gas
5. Menjelaskan perbedaan antara gas ideal dan gas non
ideal
6. Menguraikan teori kinetic gas beserta penerapannya
7. Menerangkan persamaan gas ideal dan persamaan Van
der Walls

Pembahasan konsep gas dalam modul ini dirangkum dalam


ihtisar berikut ;
I. Pendahuluan
II. Pengertian Gas
A. Padat
B. Cair
C. Gas
III. Tekanan Gas
IV. Hukum yang berlaku pada gas
A. Hukum Boyle
B. Hukum Charles dan Gay-Lussac
C. Hukum Avogadro
D. Hukum Dalton
V. Persamaan Gas Ideal
A. Pengertian Umum\
B. Penerapan Persamaan Gas Ideal
VI. Teori Kinetik Gas
A. Energi Kinetik
B. Penjelasan teori kinetic gas terhadap hukum gas
VII. Difusi dan Efusi
A. Difusi
B. Efusi
VIII. Gas nyata
A. Pengertian Umum
B. Persamaan Van Der Walls

II. Pengertian Gas


Zat/materi yang ada di dalam sistem dapat berada dalam
satu atau beberapa keadaan/fase, yaitu padat, cair atau gas.
Perbedaan fase terutama disebabkan karena adanya perbedaan
konfigurasi partikel penyusun zat, selain itu interaksi antar
partikel akan mempengaruhi bagaimana zat terdiferensiasi
menjadi padat, cair dan gas. Perbedaan susunan partikel
penyusun zat terlihat pada gambar 2.
padat cair gas

Gambar 2. Susunan partikel pembentuk zat

Sifat-sifat umum keadaan zat dirangkum sebagai berikut.


A. Padat
Dalam keadaan padat, partikel-partikel zat tersusun menurut
posisi tertentu dan terikat satu sama lain oleh gaya tarik menarik
antar molekul yang sangat kuat.
Struktur yang dihasilkan adalah tahan distorsi, volume tidak
dipengaruhi oleh tekanan luar, bentuknya menurut model-model
geometris.
B. Cair
Dalam wujud cair, partikel-partikel zat dapat melakukan
gerakan translasi yang cukup kuat untuk mengatasi gaya yang
menahannya pada posisi tertentu. Gaya tarik menarik antara
molekul tetap cukup besar, sehingga mencegah molekul-
molekul ini untuk menjadi terpisah satu sama lain. Keadaan ini
menyebabkan zat cair mudah bergerak tetapi volumenya tetap.

C. Gas
Dalam wujud gas, gerakan translasi molekul-molekul sudah
menyebabkan molekul-molekul memiliki energi yang cukup
besar sehingga melampaui gaya tarik menarik antar molekul.
Kecepatan molekul gas sangat tinggi dan arahnya selalu
berubah-ubah. Keadaan seperti ini menghasilkan gerakan tak
teratur (random).
Pada tekanan biasa, molekul-molekul gas terpisah satu sama
lain dengan jarak yang cukup besar, sehingga menyebabkan
gaya tarik menarik mereka semakin tidak berarti. Keadaan dan
sifat molekul seperti ini mengakibatkan gas dapat dimampatkan
atau dimuaikan, mempunyai tekanan dan mudah berdifusi.
Gas merupakan materi yang umumnya tidak berwarna, tidak
berbau sehingga keberadaanya seringkali terabaikan. Di alam
semesta proporsi gas terlihat seperti pada table berikut

Tabel 1. Komposisi gas di alam semesta

DISKUSI
Dari tabel di atas terlihat bahwa ternyata komposisi gas
terbesar di udara adalah nitrogen dan oksigen. Apa penjelasan
ilmiah terhadap fakta bahwa gas nitrogen dan oksigen memiliki
tersebut komposisi terbesar dalam atmosfer dan manfaatnya
untuk kehidupan menurut Anda?
Gas di udara terdiri dari senyawa monoatom (He, Ne, Xe,
Ar, Kr, Rn), senyawa diatom (N2, O2, H2, F2, Cl2), dan senyawa
dengan konfigurasi lainnya (CO2, NO2, NO, SO2, SO3, NH3,
H2S, HCN).
Perbedaan konfigurasi memungkinkan molekul gas akan
mengalami gaya dan orientasi yang berbeda sehingga
kereaktivannya juga berbeda oleh sebab itu sangat masuk akal
jika gas mulia (gas monoatom) sangat stabil dan inert dan
digunakan sebagai pengisi bola lampu, balon gas maupun lampu
neon.

Tabel 2. Jenis gas yang ada di alam berdasarkan elemen


penyusunnya
(Sumber : Chang et al. General Chemistry ; The Essential
Concepts, 2011)
DISKUSI
Diskusikan dengan teman Anda apa yang terjadi jika lampu
neon menggunakan gas oksigen atau nitrogen ?

Karakteristik gas ditentukan oleh fakta bahwa gas tersusun


atas atom yang tersusun secara tidak beraturan dan saling
bergerak bebas. Fakta dan hasil pengamatan menunjukkan
bahwa gas merupakan zat yang dapat diberi tekanan hingga
nilai maksimal berbeda dengan zat cair terlebih lagi zat padat
yang cenderung statis bila mendapat tekanan. Fenomena
menarik lainnya dari gas adalah kenyataan bahwa volume gas
berubah seiring dengan perubahan suhu.
Berbagai fenomena tentang gas yang berhasil diungkap para
peneliti di uraikan secara singkat dalam pembahasan berikut.

III. Tekanan Gas


Tekanan Atmosfer

Adanya gaya gravitasi menyebabkan densitas udara akan


semakin menurun seiring bertambahnya ketinggian/jarak dari
permukaan bumi. Sehingga densitas udara di pegunungan akan
lebih rendah dibandingkan densitas udara di permukaan laut
oleh karena itu tidak mengherankan bila tantangan terbesar para
pendaki gunung adalah fenomena hipoksia, mengapa ini bisa
terjadi?
Analog dengan air di lautan ataupun didanau, udara juga
memiliki tekanan karena adanya gerakan molekul gas ke segala
arah. Makin besar kedalaman air maka makin besar tekanan
yang diterima area dibawahnya begitu juga dengan udara, makin
dekat dengan permukaan bumi maka tekanan yang diterima
daerah dibawahnya akan makin besar pula. Satu hal yang perlu
diingat adalah bahwa tekanan tersebut berlaku kesegala arah dan
fenomena ini pula yang menyebabkan burung dan pesawat dapat
melayang diudara.

Tekanan yang ada di permukaan bumi adalah efek dari gaya


gravitasi bumi terhadap gas di sekitar bumi yang selanjutnya
disebut sebagai tekanan atmosfer. Besarnya tekanan atmosfer
pertama kali diukur oleh Evangelista Toriceli menggunakan alat
yang disebut barometer. Alat ini mengukur tekanan atmosfer
secara tidak langsung, artinya bahwa tekanan yang diperoleh
tidak langsung dengan mengukur tekanan udara melainkan
menggunakan pendekatan lain yaitu dengan cara mengukur
tinggi cairan kolom cairan dalam hal ini air raksa (Hg) seperti
gambar berikut

Gambar 3. Pengukuran tekanan atmosfer menggunakan


barometer sederhana
(Sumber : Brady, J.E; Jesperson, N.D. 2012. Chemistry : The
Moleculer Nature of Matter.)
Percobaan tersebut menghasilkan fakta bahwa tinggi kolom
air raksa yang terukur adalah 760 mmHg ( diukur pada 00C)
sehingga tekanan atmosfer didefinisikan sebagai tekanan yang
dialami bumi oleh adanya gas sebesar 1 atm, dengan ketentuan
1 atm = 760 mm Hg = 760 torr (Diambil dari nama torriceli)
1 atm = 101.325 Pa
= 1, 01325 x 105 kPa

DISKUSI
Mengapa suhu udara makin jauh dari pantai (permukaan bumi)
akan cenderung makin turun, padahal semakin dekat dengan
sumber panas matahari, jelaskan?

Mengapa cairan yang digunakan dalam barometer adalah raksa?


bagaimana bila cairan lain yang digunakan misalnya air, apa
yang akan terjadi?

IV. Hukum yang berlaku pada gas


A. Hukum Boyle
Seorang ilmuwan Inggris tertarik untuk mengetahui
hubungan antara tekanan dan volume suatu gas sehingga pada
tahun 1662, ia merancang percobaan yang berhasil menjelaskan
hubungan antara volume dan tekanan gas.
Gambar 4. Percobaan oleh Boyle untuk mengetahui relasi
antara tekanan dan volume gas
(Sumber : Chang et al. General Chemistry ; The Essential
Concepts, 2011)

Robert Boyle melaporkan bahwa pada suhu tetap (isoterm),


volume gas berkurang jika tekanan diperbesar. Dari hasil
percobaan Boyle tersebut dapat dikatakan bahwa volume
berbanding terbalik dengan tekanan, dan secara matematika
dituliskan dalam bentuk seperti di bawah ini.

P x V = TETAP, sehingga
P1 x V1 = P2 X V2 (diukur pada suhu dan jumlah gas
konstan)
Gambar 5. Hubungan antara tekanan dan volume
(Sumber : Chang et al. General Chemistry ; The Essential
Concepts, 2011)

Hasil penelitian yang sangat cermat memperlihatkan bahwa


hukum Boyle dipenuhi jika gas diukur pada tekanan yang
mendekati nol dan suhu yang tinggi. Hukum Boyle dapat
dipahami sebagai gambaran dari gas yang terdiri atas sejumlah
besar molekul yang bergerak bebas sehingga tidak ada antaraksi
antar molekul-molekulnya.
Tekanan yang ditimbulkan oleh gas disebabkan oleh
tumbukan dari molekul gas terhadap dinding. Penurunan
volume mengakibatkan tumbukan molekul terhadap dinding
menjadi semakin sering, sehingga meningkatkan tekanan.

Contoh soal
Suatu sampel gas klorin memiliki volume 946 mL pada tekanan
726 mmHg. Berapa tekanan gas (dalam mmHg) jika volume
berkurang menjadi 154 mL jika diukur pada suhu konstan?
Jawab
P1 = 726 mmHg P2 = ?
V1 = 946 mL V2 = 154 mL

P1 x V1 = P2 X V2
P2 =
= 726 mmHg x 946 ml/154 ml
= 4460 mmHg

DISKUSI
Apa yang bisa Anda jelaskan saat ban dipompa dari keadaan
kempes hingga siap digunakan?

B. Hukum Charles dan Gay-Lussac


Pada tahun 1787 Charles melakukan percobaan untuk
mengetahui keterkaitan antara volume suatu gas (V) tehadap
suhu (T). Gas-gas yang diamati adalah hidrogen, udara, karbon
dioksida, dan oksigen. Hasil percobaannya memperlihatkan
bahwa pada tekanan yang tetap gas-gas tersebut memuai dan
mencapai volume yang sama jika dipanaskan dari 0-80°C.
Penelitian gay-Lussac terlihat pada gambar dibawah ini
Gambar 6. Ilustrasi percobaan Charles - Gay Lussac tentang
hubungan antara T dan V
(Sumber : Chang et al. General Chemistry ; The Essential
Concepts, 2011 )

Sedangkan percobaan yang dilakukan oleh Gay-Lussac pada


tahun 1802 menghasilkan suatu rumusan bahwa pemuaian setiap
gas sama untuk setiap kenaikan suhu 1°C, yaitu 1/273 dari
volumenya semula. Jika volume gas pada 0°C kita sebut V 0 dan
V adalah volume pada sembarang suhu, maka penemuan Gay-
Lussac ini dapat digambarkan sebagai berikut.

VαT Diukur pada tekanan konstan,


sehingga,
V = KONSTAN x T T selalu diukur sebagai K,
= T(K) = T(0C) + 273

Persamaan di atas menyatakan, pada tekanan tetap volume


sejumlah tertentu gas berbanding lurus dengan suhu (sering juga
disebut suhu mutlak, suhu Kelvin)

Gambar 7. Perubahan Volume akibat perubahan suhu


pada berbagai tekanan yang tetap

Persamaan diatas adalah persamaan garis lurus yang


arahnya (kemiringannya) ditentukan oleh konstanta k.
Persamaan garis seperti ini adalah persamaan garis yang melalui
titik asal 0.
Dari kurva di atas nampak bahwa semakin besar tekanan,
maka kemiringan kurva semakin kecil. Hal ini menunjukkan
bahwa tetapan k juga semakin kecil.
Hal lainnya yang sangat menarik adalah pada saat suhu gas
itu diturunkan sampai 0 K, terlihat volume gas juga akan
menjadi 0. Pada kenyataanya keadaan seperti ini belum dapat
diamati, karena jauh sebelum titik ini dicapai gas telah mencair
atau menjadi padat. Untuk keadaan seperti ini hukum Gay
Lussac sudah tidak dapat digunakan lagi.

DISKUSI
Mengapa dalam stoikiometri gas suhu yang digunakan selalu
dalam K, Jelaskan?

Contoh Soal
Suatu sampel gas karbondioksida memiliki volume 3,2 L pada
suhu 1250C. Pada suhu berapakah volume gas menjadi 1,54 L
jika diukur pada tekanan konstan?
jawab

T1 = 1250C + 273 = 398 K T2 = ?


V1 = 3,2 L V2 = 1,54 L

= sehingga T2 =

T2 = 1,54 L x 398 K/3,2 L


= 192 K

DISKUSI
Balon udara sebelum digunakan akan diawali dengan
memanaskan gasnya lebih dahulu, bagaimana penjelasan
mengenai hal ini?
C. Hukum Avogadro
Hasil penyelidikan yang dilakukan Amedeo Avogadro (1811)
tentang volume gas-gas menghasilkan suatu kesimpulan :
Jika gas-gas diukur pada P dan T yang sama, maka pada
volume yang sama terdapat jumlah gas (n) yang sama pula.
Dengan kata lain bahwa volume gas bergantung pada jumlah
molekul (n).

Gambar 8. Percobaan Dalton yang menggambarkan hubungan


antara volume dan jumlah (mol) gas
(Sumber : Chang et al. General Chemistry ; The Essential
Concepts, 2011)

Secara matematik pernyataan Avogadro dirumuskan sebagai


berikut
Vαn
V α kn,

dimana k merupakan suatu tetapan, selanjutnya bila hipotesis


tersebut diterapkan dengan mereaksikan gas H2 dan N2 yang
menghasilkan gas NH3 , setelah dihitung akan menghasilkan
kesimpulan seperti gambar berikut

Gambar 9. Hubungan antara volume dan mol gas


(Sumber : Chang et al. General Chemistry ; The Essential
Concepts, 2011)

Hal menarik yang dapat diambil dari prinsip Avogadro yaitu


bahwa setiap 1 mol gas bila diukur pada suhu dan tekanan yang
sama akan memiliki volume yang identik yaitu 22,4 L dan ini
telah dibuktikan secara eksperimental dengan mengukur volume
1 mol gas pada kondisi standar (tekanan 1 atm dan suhu
273,15K (00C)). Selanjutnya kondisi standar tersebut dikenal
secara luas sebagai STP (Standar condition of Suhue and
Pressure).

1 mol gas α 22, 4 L gas


diukur pada STP
Penemuan Avogadro merupakan keuntungan besar bagi para
ahli kimia karena dapat memprediksi formula suatu gas dengan
lebih mudah. Hasil pengukuran volume 1 mol gas tercantum
pada tabel berikut.

Tabel 3. Volume gas yang diukur pada kondisi STP

(Sumber : Petrucci et al.,. General Chemistry ; Principle and


Modern Application, 2011)

Contoh Soal
Berapa volume gas H2 yang dibutuhkan agar bereaksi
sempurna dengan 1, 5 L gas N2 untuk membentuk gas NH3, jika
diukur pada STP?
jawab
reaksi yang terjadi adalah
3H2(g) + N2 (g) 2NH3(g)
Karena diukur pada STP, maka
volume gas akan identik dengan mol gas,yaitu
3 volume H2 1 volume N2
sehingga volume gas H2 adalah 3/1 x 1,5 L N2 = 4,5 L H2

Contoh Soal
Nitrogen monooksida, suatu senyawa gas buang bila teroksidasi
udara akan menghasilkan gas nitrogen dioksida yang berwarna
merah kecoklatan. Berapa volume Oksigen yang diperlukan
,diukur pada 220C dan tekanan 755 torr, untuk bereaksi dengan
184 mL gasNO yang diukur pada 450C dan tekanan 723 torr

Jawab
Reaksi
2NO(g) + O2(g) 2NO2(g)

Keadaan 1 Keadaan 2
P1 723 torr P2 755 torr
V1 184 mL V2 ? mL
T1 450C + 273 T2 220C + 273
= 318 K = 295 K

Karena reaksi ini berlangsung pada tekanan dan suhu yang tidak
konstan maka penyelesaian soal ini menggunakan persamaan
kombinasi hukum gas, yaitu
P1V1 = P2V2
T1 T2
Sehingga
V2 = P1V1 x T2
T1 P2
= 723 Torr. 184 mL x 295 K

318 K. 755 Torr

= 163,5 mL gas NO

Berdasarkan hukum Avogadro


1 volume O2 2 Volume NO
maka volume gas O2 yang diperlukan adalah
½ x volume gas NO
½ x 163,5 mL
81,7 mL
D. Hukum Dalton
Pada tahun 1801, John Dalton mengemukakan suatu teori
yang disebut sebagai hukum Dalton yang menjelaskan bahwa
tekanan total suatu campuran gas merupakan jumlah semua
tekanan gas penyusun campuran tersebut. Tekanan gas
penyusun selanjutnya disebut sebagai tekanan parsial. Teori ini
juga disebut sebagai hukum Dalton tentang tekanan parsial.

Gambar 10. Percobaan Dalton tentang tekanan parsial gas


(Sumber : Petrucci et al.,. General Chemistry ; Principle and
Modern Application, 2011)
Persamaan matematika dari hukum tersebut adalah sebagai
berikut.

PT = P1 + P2 + P3 + P4………
PT adalah tekanan total gas, dimana P1, P2, P3, dan P4 adalah
tekanan parsial dari gas1, gas 2, gas 3 dan gas 4 yang merupakan
penyusun campuran gas. Untuk lebih memudahkan memahami
konsep hukum Dalton, asumsikan bahwa dalam suatu container
terdapat dua jenis gas yaitu gas A dan gas B dengan volume A
dan volume B, sehingga
PT = PA + PB dan
VT = VA + VB = V, hal yang harus diingat adalah bahwa saat
dua atau lebih dua gas bercampur maka partikel gas penyusun
akan menempati ruang yang sama sesuai kompartemennya
sehingga volume wadah menjadi volume total dari campuran
gas tersebut ,

PT = nART/V + nBRT/V
PT = (nA + nB)RT/V

Dari persamaan tersebut terlihat bahwa tekanan total suatu


campuran dapat dengan mudah dihitung bila jumlah mol gas
diketahui atau sebaliknya apabila tekanan total suatu campuran
gas diketahui maka kita bisa menentukan gas apa saja yang
terkandung dalam suatu campuran.
Untuk mengetahui berapa kontribusi tekanan parsial suatu gas
dalam campuran gas, kita dapat menentukan dengan cara
berikut,
PA = nART/V
PT (nA + nB)RT/V

= nA
(nA + nB)
= XA
Selanjutnya XA disebut sebagai fraksi mol yaitu
perbandingan antara mol gas penyusun dengan mol total
campuran gas. Untuk fraksi mol XB , maka

XB = nB
(nA + nB)

Fraksi mol dapat digunakan untuk menentukan tekanan


parsial PA dimana

PA = XA PT
PB = XB PT

Hasil jumlah fraksi mol adalah 1, untuk campuran gas A dan B


jumlah fraksi mol A dan B adalah

XA + XB = nA + nB = 1
(nA + nB) (nA + nB)

Contoh soal
Campuran gas yang terdiri dari 3,85 mol gas Neon (Ne), 0,92
mol Argon (Ar) dan 2,59 mol Xenon (Xe). Hitung tekanan
parsial masing-masing gas jika tekanan total gas adalah 2,50
atm.
Jawab
XNe = nNe
nNe + nAr + nXe
= 3,85 mol
3,85 mol + 0,92 mol + 2,59 mol
= 0,523

XAr = nAr
nNe + nAr + nXe
= 0,92 mol
3,85 mol + 0,92 mol + 2,59 mol
= 0,125

Dengan cara yang sama diperoleh XXe = 0,352


Atau dengan cara mengurangkan nilai fraksi mol yang diperoleh
dengan angka 1, yaitu

1-(0,523 + 0,125) = 0,352

Selanjutnya hitung tekanan parsial masing-masing gas dengan


cara berikut
PNe = XNe.PT
= 0,523 x 2,5 atm
= 1,31 atm

PAr = XAr.PT
= 0,125 x 2,5 atm
= 0,313 atm

PXe = XXe.PT
= 0,352 x 2,5 atm
= 0,880 atm

Hasil penjumlahan ketiga tekanan parsial gas tesebut adalah


(1,31 + 0,313 + 0,880)atm = 2,50 atm ini berarti hasil
perhitungan ang dilakukan sudah benar karena nilai tekanan
total hasil perhitungan sesuai dengan nilai tekanan total yang
terukur.

DISKUSI
Tekanan udara di permukaan bumi adalah sekitar 760 mmHg.
Menurut Anda tekanan parsial gas apa saja yang memberi
kontribusi terbesar?Diskusikan makna apa yang bisa diambil
dari fenomena tersebut?

Anda mungkin juga menyukai