Anda di halaman 1dari 53

SISTEM PROTEKSI RELAY SEPAM S40 PADA FEEDER A08 DI GARDU INDUK

MSS DI PT. BUKIT ASAM (PERSERO) Tbk. TANJUNG ENIM

PT.BUKIT ASAM (PERSERO) Tbk


UNIT PERTAMBANGAN TANJUNG ENIM
SUMATERA SELATAN

LAPORAN KERJA PRAKTEK

Laporan ini Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah


Kerja Praktek pada Jurusan Teknik Elektro
Program Studi Teknik Elektronika

Oleh:

OGI SUGI
061830320206

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA


PALEMBANG
2020-2021
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KERJA PRAKTEK

SISTEM PROTEKSI RELAY SEPAM S40 PADA FEEDER A08 DI


GARDU INDUK MSS DI PT. BUKIT ASAM (PERSERO) Tbk. TANJUNG
ENIM

Nama : OGI SUGI


NIM : 061830320206

Tanjung Enim, Januari 2021


Disahkan oleh :

Manager Watrik Assistent Watrik Pembimbing Kerja


Praktek
PS&D PS&D

Slamet Widodo Romianton Romianton

NIK : 6891128263 NIK : 8109130762 NIK : 8109130762

Politeknik Negeri Sriwijaya


ii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. wb.

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan
izin-Nya lah saya dapat menyelesaikan praktek di PT. Bukit Asam ( Persero )
Tbk. Tanjung Enim dengan lancar tanpa ada hambatan.

Dengan terlaksananya praktek kerja industri ini saya banyak mendapatkan ilmu
pengetahuan yang sebelumnya belum pernah saya dapatkan di perkuliahan.

Setelah saya melaksanakan praktek kerja ini, saya ingin mengucapkan banyak
terima kasih kepada seluruh pihak yang telah mebantu menyelesaikan laporan ini
secara langsung atau pun tidak langsung. Terutama kepada kedua orang tua yang
telah membantu saya dalam bentuk material dan spirit. Oleh karena itu, saya juga
ingin mengucapkan terima kasih kepada

1. Bapak Milawarma selaku Direktur Utama di PT. Bukit Asam ( Persero


) Tbk, yang telah memberikan waktu dan tempat untuk melaksanakan
prakerin.
2. Bapak Suprobo selaku Manager Perawatan Listrik
3. Bapak Satria Wirawan selaku Asisten Manager MCC
4. Bapak Syahrial Hamiki selaku Supervisor MCC
5. Bapak Cancer Robi selaku pembimbing di Praktek Kerja
6. Bapak Yudi Wijanarko dan Bapak Ali Nurdin yang telah memberikan
izin untuk melakukan kerja praktek di PT.Bukit Asam (Persero) Tbk.
7. Seluruh Staf dan Karyawan MCC PT. Bukit Asam
8. Kedua Orang Tua penulis yang telah membesarkan dengan kasih dan
sayang serta perhatian yang tiada ternilai harganya.
9. Rekan – rekan mahasiswa hamdhi, harisman, herlan, aref, ical, fera,
mella, dan ines yang telah banyak membantu baik materil ataupun
moril dalam menyelesaikan penulisan Laporan Kerja Praktek ini.

Politeknik Negeri Sriwijaya


iii
Dengan sadar saya menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih
banyak terdapat kekurangan baik itu dalam penguraian maupun dalam
menganalisis data, maka dari itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari semua pihak, sehingga dapat menjadi bacaan yang
bermanfaat dan berguna bagi siapapun yang membacanya.
Akhir kata saya mengucapkan terima kasih, semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi kita semua, Amin.
Wassalamualaikum wr. wb.

Tanjung Enim, September 2014

Penulis

Politeknik Negeri Sriwijaya


iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iii
DAFTAR ISI............................................................................................................v
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Kerja Praktek...................................................................1
1.2 Tujuan dan Manfaat Kerja Praktek...........................................................3
1.3 Tempat , Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Kerja praktek...........................4
1.4 Batasan Masalah........................................................................................4
1.5 Metelogi Pencarian Data...........................................................................5
1.6 Sistematika Penulisan................................................................................5
BAB II......................................................................................................................7
TINJAUAN UMUM................................................................................................7
2.1. Sejarah Singkat Penambangan Batubara Bukit Asam..................................7
2.2. Lokasi dan Topografi...................................................................................9
2.3. Visi Perusahaan...........................................................................................10
2.4. Misi Perusahaan..........................................................................................10
2.5. Maksud Dan Tujuan Perusahaan.................................................................11
2.6. Struktur Organisasi..................................................................................12
2.7. Ruang Lingkup PT. Bukit Asam (persero) Tbk. dan Proses Produksi.......13
2.8. Proyek Pengembangan Penambangan dan Pengangkutan..........................22
2.9. Manajemen Perusahaan..............................................................................23
2.10. Pengelolaha n Lingkungan.......................................................................29
BAB III..................................................................................................................30
LANDASAN TEORI.............................................................................................30
3.1 Pengertian relai proteksi..........................................................................30
3.2 Tujuan Sistem Proteksi............................................................................31
3.3 Syarat – Syarat Relai Proteksi.................................................................31
3.4 Generator.................................................................................................32
3.5 Pemutusan Rangakain (CB/PMT)...........................................................32
3.6 Transformator Pengukuran......................................................................33

Politeknik Negeri Sriwijaya


v
3.7 Relai Arus Lebih.....................................................................................33
3.8 Tempat penelitian....................................................................................33
BAB IV..................................................................................................................37
PEMBAHASAN....................................................................................................37
4.1 Cara kerja dari relay sepam s40..............................................................37
4.2 Perhitungan Arus Hubung Singkat Dan Perhitungan Arus Dan Waktu..37
4.3 Data Setting Rele Sepam S40..................................................................41
BAB V....................................................................................................................43
PENUTUP..............................................................................................................43
5.1 Kesimpulan..............................................................................................43
5.2 Saran........................................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................45
LAMPIRAN...........................................................................................................46

Politeknik Negeri Sriwijaya


vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kerja Praktek

Di era sekarang ini sumber daya manusia yang berkualitas sangat diperlukan
untuk menunjang kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagai salah satu
unsur dari sumber daya tersebut mahasiswa harus mempunyai tanggung jawab
untuk membekali diri dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai dengan
ilmunya masing-masing agar sumber daya manusia yang handal dan berkualitas
dapat tercapai. Banyak cara yang dapat dilakukan mahasiswa dalam
meningkatkan ilmu pengetahuan yang dimiliki, salah satunya yaitu kerja praktek
yang merupakan suatu program bukan hanya teoritis akan tetapi lebih bersifat
praktek agar mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmu yang mereka peroleh dari
bangku perkuliahan.
Relevansi antara mata kuliah yang didapat di kampus dengan kondisi yang
ada di bidang industry merupakan suatu acuan dalam pemilihan tempat Kerja
Praktek yaitu PT.Bukit Asam (Persero) Tbk Tanjung Enim Sumatera Selatan.
PT.Bukit Asam (Persero) Tbk merupakan salah satu perusahaan tambang
terbesar di Indonesia dimana dalam kegiatan operasionalnya telah menggunakan
teknologi modern yang berkaitan dengan ilmu Teknik Elektronika diantaranya
berupa pengendalian dan pengontrolan sistem komputer serta pengkoordinasiaan
peralatan otomatis yang telah terkomputerisasi.
Dalam sistem kelancaran produksi PT. Bukit Asam (Persero) Tbk banyak
menggunakan perangkat elektronika dan sistem instrumentasi serta kontrol pada
setiap tahap produksinya. Sistem peralatan ini dibuat agar mempermudah
pekerjaan, meningkatkan ketelitian serta mempermudah dalam perbaikan dan
perawatan peralatan-peralatan tambang.

1
Karena proses penambangan ini bersifat continue maka perlu dibuat suatu
sistem yang dapat bekerja secara otomatis maupun semi-otomatisagar se luruh
sistem dapat bekerja secara optimal.
Penyaluran tenaga listrik dari pusat pembangkit ke beban diingin kan
berlngsung secara continue. Sistem tenanga listrik kemungkinan akan mengalami
gangguan dalam pengoperasiannya, terutama secara internal yaitu gangguan yang
berasal dari jaringan sistem renaga listrik tersebut, seperti gangguan pada
hubungan singkat, beban lebih, dan lain lain.
PT. BUKIT Asam (persero) Tbk merupakan suatu perusahaan yang
mengunakan listrik untuk memenuhi semua beban ditambang bukit asam,
terutama peralatan peralatan conveyor, shovel electric, excavator electric, dan lain
lain sebagainya.
Main switch station (MMS) merupakan suatu gardu induk sistem distribusi
listrik tambang air laya dan sekitarnya yang menerima energy listrik dari
pembangkit tenaga uap PLTU 3 X 10 MV PTBA dengan tengangan 20 KV serta
dari (PLTU) Bukit asam dengan tegangan 20 KV dengan kontrak beli 21,25 MVA
dan disalurkan semua beban di tambang bukit asam secara continue dan sikron
antara kedua sumber listrik tersebut. Tenaga listrik yang disuplay dari MSS
memerlukan keandalan yang tinggi untuk menghindari kerugian yang sangat besar
dalam proses produksi, sehingga setiap penyaluran tenaga listrik ke beban
memerlukan sistem proteksi. Sistem proteksi merupakan beberapa perangkat yang
bekerja sama sama untuk melaksanakan pengamanan pada jaringan listrik.
Sepam merupakan salah satu yang digunakan untuk sebagai proteksi
generator, motor, trasformator, dan substation. Perangkat ini dapat semua
pengukuran pada setiak pengaplikasiannya. Yang dikontrol daya mengunakan
tegangan 24/250 Vdc atau 110/240 Vac.
Maka untuk memperjelas sistem prinsip kerja dan memahami apa itu relay
proteksi sepam maka pada laporan ini saya memberi judul ”SISTEM
PROTEKSI RELAY SEPAM S40 PADA FEEDER A08 DI GARDU INDUK
MSS DI PT. BUKIT ASAM (PERSERO) Tbk”

2
1.2 Tujuan dan Manfaat Kerja Praktek
1.2.1 Tujuan Kerja Praktek
Adapun tujuan Kerja Praktek yang dilakukan di PT.Bukit Asam (Persero)
Tbk terbagi menjadi 2 yaitu :
A. Tujuan Umum
1. Untuk mengetahui ruang lingkup dan gambaran tentang
PT.Bukit Asam (Persero) Tbk.
2. Untuk mengetahui pelaksanaan kerja yang sebenarnya dengan
membandingkan teori yang telah didapat melalui kerja praktek
pada dunia kerja yang sebenarnya.
3. Mengenalkan mahasiswa pada pola kerja dan prilaku kerja
professional di industri/perusahaan sebagai referensi
pengetahuan sebelum memasukki dunia kerja sesungguhnya.
B. Tujuan Khusus
1. Memahami dan mendapatkan gambaran nyata peralatan
instrument dan kendali yang ada pada di PT.Bukit Asam
(Persero)Tbk.
2. Menganalisa dan memahami tentang Tilt Sensor melalui
parameter instrument yang ada di PT.Bukit Asam
(Persero)Tbk.

1.2.2 Manfaat Kerja Praktek


Adapun manfaat kerja Praktek di PT.Bukit Asam (Persero) Tbk Antara
lain :
1. Memperoleh wawasan yang luas mengenai peralatan instrument kendali
pada dunia pertambangan.
2. Memperoleh pengalaman dengan membiasakan diri pada suasana
lingkungan kerja.

3
3. Mengembangkan cara berfikir yang baik dalam menganilisis permasalahan
yang ada.

1.3 Tempat , Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Kerja praktek


1.3.1 Tempat
Pelaksanaan kerja praktek ini berlangsung di PT.Bukit Asam (persero)Tbk
Unit Tambang Air Laya, Jl.Patigi NO.1 Tanjung Enim Sumatera Selatan di
Satuan Kerja Pusat Kendali Tambang (MCC).

1.3.2 Lokasi
Lokasi Belajar mengenai alat-alat instrument maupun control dilakukan di
lokasi kantor MCC (Mine Control Centre) Tambang Air Laya di ruangan
Relay atau pun di ruang kerja karyawan. Sedangkan lokasi Pengamatan
dan sejenisnya dilakukan di lapangan baik di daerah tambang Air Laya ,
MTBU (Muara Tiga Besar Utara) maupun Banko Barat
.
1.3.3 Waktu
Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek tersebut terhitung mulai tanggal 26
Agustus 2014 sampai dengan 26 September 2020 setiap hari kerja : Senin
s/d Jum’at, pukul : 07.00 s/d 15.00 WIB selama 1 (satu) bulan.

1.4 Batasan Masalah.


Mengingat banyak sekali pokok bahasan masalah sistem kontrol dan
instrumentsasi Pada penulisan laporan ini,penulis membatasi masalah sesuai
dengan disiplin ilmu yang dipelajari . Oleh penulis khususnya tentang peralatan
instrument kendali dan berdasarkan pembahasan dalam laporan ini,maka
pembahasan masalah penulis letakkkan pada “SISTEM PROTEKSI RELAY
SEPAM S40 DI GARDU INDUK MSS DI PT. BUKIT ASAM (PERSERO)
Tbk”

4
1.5 Metelogi Pencarian Data

1.5.1 Metode Observasi


Metode pengumpulan data ini dilakukan dengan cara mengadakan
pengamatan dan pelaksanaan kerja secara langsung dengan melakukan
peninjauan lapangan, yaitu melakukan pengambilan data terhadap ojek
yang diteliti.

1.5.2 Metode interview


Metode interview dilaksanakan dengan mengadakan Tanya jawab secara
langsung dengan pembimbing lapangan dan semua pegawai lapangan.

1.5.3 Metode literature


Metode pengumpulan data dengan cara mempelajari buku – buku serta
berkas – berkas lain yang disediakan seperti Engineering Document
Center (EDC), dan Perpustakaan DIKLAT PT.Bukit Asam (Persero)Tbk.

1.5.4 Metode Konsultasi


Metode konsultasi adalah metode yang digunakan untuk memperbaiki
kesalahan dalam pembuatan laporan kerja praktek dengan pembimbing
lapangan.

1.6 Sistematika Penulisan

Laporan kerja praktek ini disusun sedemikian rupa sehinggan diharapkan

dapat disajikan secara sistematis,penyusunan laporan kerja praktek ini terdiri dari

lima bab, masing – masing diuraikan sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

5
Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang

penulisan,maksud dan tujuan kerja praktek,batasan

masalah,metodelogi penulisan,dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN UMUM

Dalam bab ini dijelaskan secara umum tentang sejarh

singkat PT.Bukit Asam (Persero)Tbk, Ruang lingkup,lokasi,dan

topografi PT.Bukit Asam (Pesero)Tbk.

BAB III : LANDASAN TEORI

Dalam bab ini dijelaskan tentang pengertian Pompa dan

jenis-jenis nya, Pompa Sentrifugal dan juga komponen

penyusunnya serta Pengertian Tilt sensor disertai prinsip kerja nya

hingga spesifikasi dan tipe-tipenya.

BAB IV : PEMBAHASAN

Dalam bab ini merupakan pembahasan utama yaitu studi

tentang perhitungan “SISTEM PROTEKSI RELAY SEPAM S40

PADA FEEDER A08 DI GARDU INDUK MSS DI PT. BUKIT

ASAM (PERSERO) Tbk”Sebagai acuan.

BAB IV : PENUTUP

Bab iini menjelaskan tentang kesimpulan – kesimpulan dan

saran dari semua hasil yang telah dilakukan pada kerja praktek

ini.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

6
BAB II
TINJAUAN UMUM

Krisis Ekonomi yang melanda dunia pada tahun 1973 menandai berakhirnya
pemakaian minyak murah, sehingga mengakibatkan munculnya batubara sebagai
alternativ pengganti sumber energi yang mempunyai prospek masa depan yang
lebih baik.
Indonesia merupakan salah satu Negara yang mengekspor batubara, karena
di Indonesia cadangan batubara masih banyak dan masih tersedia dalam jangka
waktu yang panjang. Selain di ekspor batubara juga digunakan dalam negeri
terutama sebagai bahan bakar pada Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU), karena
harganya lebih murah dari sumber energy lain.
Sumber energy merupakan salah satu sumber devisa Negara. Berbagai
sumber energi antara lain minyak bumi , gas alam , batubara , dan lain-lain. Dari
sekian banyak sumber energy, batubara merupakan salah satu sumber energi yang
digunakan, karena harganya relative murah dan memiliki cadangan batubara yang
relative banyak daripada sumber energy yang lain.

2.1. Sejarah Singkat Penambangan Batubara Bukit Asam


PT. Bukit Asam (Persero) Tbk. selanjutnya disingkat dengan PTBA
didirikan pada tanggal 2 Maret 1981 berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor
42 Tahun 1980 dengan Akta Nomor 1 Notaris Muhammad Ali Jakarta. Akta
pendirian ini di ubah dengan Akta Nomor 5 Tanggal 6 Maret 1984 dan Akta
Notaris Nomor 51 Tanggal 21 Mei 1985 Notaris yang sama. Akta pendirian
terakhir diubah dengan Akta No. 18 Tanggal 14 Oktober 2002 yang dibuat oleh
Nila Noordjasmani Soeyasa Besar, S.H., pengganti dari Imas Fatimah, S.H. Akta
tersebut t elah mendapat persetujuan dari mentri kehakiman RI dengan surat
keputusan No. C-20119 HT.01.04.TH.2002, tanggal 17 Oktober 2002 dan telah

7
didaftarkan dalam daftar perusahaan sesuai dengan Undang-undang No.13 Tahun
1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan dengan No. TDP.06081200017 dikantor
Departemen/ Kodya Muara Enim No. 007/BH.06.08/X/2002 tanggal 18 Oktober
2002 serta dicatat pada Berita Negara RI Tanggal 11 Febuari 2003
No.12,tambahan No. 1172.
Pada tahun 1990 pemerintah menggabungkan Perusahaan Umum Tambang
Batubara kedalam PTBA, melalui peraturan pemerintah RI no. 56 Tahun 1990
Tanggal 30 Oktober 1990 tentang Penggabungan Perum Tambang Batubara
kedalam BUMN yang melakukan kegiatan penambangan Batubara di Indonesia.
Berdasarkan persetujuan pemerintah melalui surat Mentri Keuangan RI No. S-
637/MK.016/1995 Tanggal 2 November 1995 dan Akta Perjanjian kerjasama
Usaha Patungan No.118 Tanggal 21 Oktober 1996 serta Akta pendirian No.119
mendirikan anak perusahaan yaitu PT. Batubara Bukit Kendi (PT. BBK) dengan
penyertaan PTBA sebesar 75% dan PT. Delta Bentala Perintis sebesar 25%.
PTBA saat ini memiliki 2 Unit Pertambangan, yaitu Unit Pertambangan
Tanjung Enim (UPT) dan Unit Pertambangan Obilin (UPO). UPT terletak di kota
Tanjung Enim sekitar 200 km arah Barat Daya kota Palembang,Sumatera Selatan
merupakan wilayah penambangan batubara terbesar yang dikelola
perusahaan,mempunyai sumberdaya batubara 5,9 milyar ton (per 30 september
2003) dengan peringkat batubara mulai dari lignit sampai dengan antrasit,
sedangkan Cerenti yang terletak di Indragiri Hulu. Riau memiliki sumberdaya
batubara sebesar 1,3 milyar ton serta UPO yang terletak di kota Sawahlunto
berjarak 90 km arah Tenggara kota Padang Sumatera Barat.
Unit pertambangan Tanjung Enim dioperasikan dengan system
penambangan terbuka (Open Pit Mining) menggunakan “Bucket Wheel
Excavator” (BWE), Shovel dan Truck. Sedangkan Unit Pertambangan Omblin
(UPO) mulai tahun 2003 hanya dioperasikan dengan system tambang dalam
(Underground Mining). Selain itu perusahaan juga mengoperasikan sebuah
pelabuhan khusus Batubara yaitu pelabuhan Tarahan di Lampung, serta dua buah
dermaga Batubara yaitu dermaga Kertapati di Sumatera Selatan dan Dermaga
Teluk Bayur di Sumatera Barat. Jenis batubara di Tanjung Enim pada umumnya

8
termasuk “Sub Bituminous” dan sebagian kecil “Bituminous” dengan kalori yang
bervariasi, sehingga untuk memenuhi kalori yang sesuai dengan permintaan
konsumen dilakukan dengan pencampuran (blending) antra beberapa jenis
batubara. Sedangkan batubara di Obilin termasuk dalam golongan “Bituminous”
yang memiliki kalori homogen.

Gambar 2.1. Pengapalan Batubara: a. Pelabuhan Tarahan Lampung, b. PLTU


Bukuit Asam, c. Angkutan Batubra melalui Dermaga Kertapati
Sumber : Dokumentasi Penulis di PT.Bukit Asam (Persero)Tbk.

2.2. Lokasi dan Topografi


PT. Bukit Asam (Persero) Tbk berlokasi di Tanjung Enim Kecamatan
Lawang Kidul, Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan kurang lebih
200 KM arah barat daya kota Palembang. Secara geografis daerah ini terletak
pada 4004’30” Lintang Selatan dan 103045’00” Bujur Timur.
Kawasan Bukit Asam terletak pada salah satu deretan pegunungan Bukit
Barisan. Daerah ini sebagian besar berbukit – bukit dan agak landai. Daerah tepi
aliran Sungai Enim dengan ketinggian 50 meter di atas permukaan laut adalah
permukaan terendah. Sedangkan puncak Bukit Asam dengan ketinggian sekitar
282 meter diatas permukaan laut merupakan daaerah tertinggi.

9
2.3. Visi Perusahaan
Sebagaimana dinyatakan dalam Anggaran Dasar Perseroan, maksud dan
tujuan didirikannya PTBA adalah untuk turut melaksanakan dan menunjang
kebijaksanaan dan program pemerintah dibidang ekonomi dan pembangunan
nasional pada umumnya, serta pembangunan dibidang pertambangan bahan-bahan
galian, terutama pertambangan batubara.
Dalam usaha untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut, dengan
memperhatikan hasil kajian atas faktor-faktor internal perusahaan yang meliputi
kekuatan dan kelemahan serta faktor eksternal berupa peluang dan ancaman yang
akan dihadapi,maka ditetapkan visi perusahaan yaitu “ Menjadi Perusahaan
Energi Kelas Dunia yang Peduli Lingkungan ”. Dengan visi tersebut berarti pada
masa yang akan datang PTBA diharapkan tidak hanya sebagai produsen batubara
saja, melainkan juga bercita-cita akan berkembang menjadi suatu perusahaan
energi yang berdaya saing dan memberikan nilai optimal bagi dunia dan tetap
menjaga kelestarian lingkungan.

2.4. Misi Perusahaan


Untuk mencapai visi jangka panjang perusahaan tersebut, maka ditetapkan
misi bisnis perusahaan beberapa tahun kedepan (2004 - Sekarang) yaitu “
Mengelola sumber energy dengan mengembangkan kompetensi korporasi dan
keunggulan insani untuk memberikan nilai tambah maksimal bagi stakeholder
serta lingkungan ”.
Dengan misi tersebut diharapkan dalam beberapa tahun ke depan PTBA
dalam operasinya akan menerapkan cara produksi terbaik (Best Pricing Pratice).
Dengan memperimbangkan posisi SWOT perusahaan dan hasil pemetaan GE-9
Cell serta guna meningkatkan nilai perusahaan menjamin terjadinya Growht
secara menerus maka disusun 3 strategi utama yaitu :
1. Memaksimalkan probabilitas melalui peningkatan produksi
peningkatan produk bernilai tambah dan penekanan biaya.
2. Memperluas usaha secara vertical antara lain pembangunan PLTU
Mulut Tambang.

10
3. Meningkatkan pertumbuhan perusahaan melalui Marger dan Akuisisi.

2.5. Maksud Dan Tujuan Perusahaan


Dalam perubahan Anggaran Dasar PTBA tahun 2002 dinyatakan bahwa
maksud dan tujuan pendirian Perusahaan PT. Tambang Batubara Bukit Asam
(Persero) Tbk adalah untuk “turut melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan dn
program pemerintah dibidang konomi dan pembangunan nasional pada umumnya,
serta pembangunan dibidang pertambangan bahan-bahan galian terutama
pertambangan Batubara sesuai dengan ketentuan dalam perundang-undangan
yang berlaku dengan menerapkan prinsip-prinsip perseroan terbatas”.

Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut di atas, kegiatan usaha


perusahaan yang dilaksanakan adalah :
a. Mengusahakan pertambangan yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi,
eksploitasi, pengolahan, pemurnian, pengangkutan dan perdagangan bahan-
bahan galian terutama batubara.
b. Mengusahakan pengolahan lebih lanjut atas hasil produksi
bahan-bahan galian terutama batubara di atas.
c. Mengusahakan dan mengoperasikan pelabuhan dan dermaga
khusus batubara baik untuk keperluan sendirian maupun pihak lain.
d. Mengusahakan dan mengoperasikan pembangkit listrik
tenaga uap, baik untuk keperluan sendiri maupun pihak lain.

11
2.6.

Struktur Organisasi
Struktur organisasi PT. Tambang Batubara Bukit asam (Persero) Tbk. saat ini
adalah sebagai berikut :
\

12
Gambar 2.2. Struktur Organisasi PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero)

Tbk.

Sumber : Dokumentasi Penulis di PT.Bukit Asam (Persero)Tbk.

2.7. Ruang Lingkup PT. Bukit Asam (persero) Tbk. dan Proses Produksi
Ruang lingkup dari PT. Bukit Asam (persero) Tbk. di Tanjung Enim yaitu:
 Tambang Batubara Air Laya
Dalam pengoperasianya menggunakan system yang disebut dengan
Continuous Surface Mining (penembangan terbuka dan dilakukan secara
terus Menerus) dengan peralatan utama meliputi :
2.7.1 Bagian Penggalian
Bagian penggalian meliputi :
2.7.1.1. Bucket Wheel Excavator (BWE)
BWE adalah mesin tambang yang berada di barisan paling depan, yaitu
bertugasmenggali atau mengupas lapisan tanah penutup batubara dan sekaligus
mengambil batubara bila pengerukan tanah telah sampai pada lapisan batubara.

Gambar 2.3. Bucket Wheel Excavator (BWE)

Sumber : Dokumentasi Penulis di PT.Bukit Asam (Persero)Tbk.

13
Tambang Air Laya mempunyai 5 unit BWE dimana masing – masing unit
membutuhkan daya listrik sebesar 148 kW. Sedangkan berat total dari masing –
masing unit adalah 552 ton. Bagian – bagian utama BWE adalah :
a. Bucket Wheel (Roda Singkup)
roda singkup ini merupakan alat utama dari unit BWE yang berfungsi untuk
melakukan penggalian. Roda singkup ini berdiameter 9,1 meter. Pada keliling
luarnya terdapat singkup – singkup atau sudu – sudu yang bergigi baja. Jumlah
singkupnya 14 buah, masing – masing berkapasitas 800 liter. Mekanisme roda
singkup ini digerakkan oleh sebuah moto slipring daya 700 kW, tegangan 6 kV,
988,7 rpm, tergantung pengaturan torsi motor. Gear box didinginkan dengan
minyak yang digerakkan oleh sebuah pompa minyak yang digerakkan oleh sebuah
motor listrik AC dengan daya 4 kW, tegangan 500 Volt. Dalam keadaan diam
roda singkup juga di rem. Mekanisme rem ini digerakkan oleh tenaga hidrolik
yang disebut eldro atau brake thrustor. Pompa hidroliknya digerakkan oleh motor
listrik AC daya 4 kW, tegangan 500 Volt.

b. Hoist Gear Receiving Boom


Roda singkup terpasang dengan kokoh pada lengan BWE yang disebut
receiving boom yang panjangnya 15,9 meter. Pada receiving boom ini terdapat
sistem ban berjalan (belt conveyor) untuk mengangkut material yang digali oleh
roda singkup. Disamping itu receiving boom ini dapat diangkat atau diturunkan.
Hal ini dilakukan oleh unit hoist gear. Mekanisme hoist gear ini digerakkan oleh
tenaga hidrolik, dimana diameter silinder hodroliknya 550 mm dan langkahnya
3850 mm. Tekanan hodroliknya 200 bar dengan debit 180 liter/menit. Sedangkan
pompa hidroliknya digerakkan oleh motor listrik AC dengan daya 90 kW. Dengan
adanya unit hoisting pada receiving boom ini, maka roda singkup dapat
melakukan penggalian lebih leluasa.

c. Hoist Gear Discharge Boom


Discharge boom adalah lengan kedua BWE yang menampung material
galian dari receiving boom. Panjang lengan discharge boom ini 27,2 meter.

14
Seperti halnya receiving boom, discharge boom juga dapat diangkat dan
diturunkan oleh perlengkapan hoist gear. Diameter silinder hjidroliknya 250 mm,
tekanan minyak 200 bar dengan debit 52 liter/menit. Pompa hidroliknya
digerakkan oleh motor listrik AC dengan daya 15 kW, tegangan 500 Volt, 986
rpm.

Gambar 2.4. Hoist Gear Drive Safety Switch


Sumber : Dokumentasi Penulis di PT.Bukit Asam (Persero)Tbk.
d. Slew Gear Receiving Boom
Disamping dapat digerakkan naik turun, maka receiving boom juga dapat
diayunkan (slewing) ke kiri dan ke kanan tergantung kebutuhan. Mekanisme
sleing ini digerakkan oleh dua motor arus searah penguat terpisah dengan daya 37
kW melalui roda gigi penurun putaran yang dilengkapi dengan sistem pengereman
dengan hidrolik. Tegangan DC untuk mencatu daya listrik ke kumparan jangkar
motor slewing gear ini dapat dengan menyearahkan sistem jala – jala 3 fasa
dengan menggunakan thyristor control.
Sesuai dengan arus triggernya, maka tegangan DC yang dihasilkan dapat
bervariasi dari 0 – 460 Volt. Sedangkan catu arus penguat medan diperoleh
dengan menyearahkan sistem jala – jala 3 fasa dengan dioda sehingga tegangan
DC yang dihasilkan konstan sebesar 180 Volt.

e. Slew Gear Discharge Boom

15
Seperti halnya receiving boom, maka disvharge boom juga dapat diayunkan
ke kiri atau ke kanan tergantung kebutuhan penggalian. Mekanisme slewing sama
dengan receiving boom.

f. Travel Gear
Travel gear berfungsi untuk melakukan gerak maju atau mundur dan
berbelok. Untuk gerak maju mundur atau membelok ini dilayani oleh sistem
traveling. Seluruh konstruksi BWE bertdiri kokoh di atas roda crewler (roda
rantai). Masing – masing crewler digerakkan oleh motor DC penguat terpisah
dengan daya 90 kW. Cara mendapatka tegangan searah sama dengan unit slewing.
Untuk gerakkan maju mundur, maka kecepatan motor harus sama. Sedankan
untkuk membelok maka salah satu kecepatan motor harus diperkecil. Kecepatan
motor crewler ini dapat diatur mulai dari 200 rpm – 1000 rpm.
Gambar 1. Bucket Wheel Excavator

2.7.1.2. Hopper Car (HC)


Hopper car merupakan kendaraan penadah yang mendapatkan conveyor
excavator (CE) dan berjalan diatas rel. Dalam operasi penambangan, hopper car
ini selalu mengikuti gerak BWE. Daya listrik yang dibutuhkan untuk
menggerakkan hopper car ini adalah 10,3 kW. Sedangkan berat totalnya adalah 16
ton.

2.7.1.3. Cable Reel Car (CRC)


CRC adalah kendaraan pembawa kabel listrik untuk menyalurkan energi
listrik untuk menyalurkan energi listrik ke BWE. CRC ini biasanya digandeng
dengan Hopper Car.
CRC memuat gelondong kabel bertegangan 20 kV untuk mencatu
kebutuhan listrik peralatan tambang pada penggalian. Panjang kabel listrik yang
digulung digelondong kabel ini 1100 meter. Mekanisme penggulung kabel ini
digerakkan oleh sebuah motor slipring khusus (stand still motor). Pada saat

16
menggulung torsi motor diperbesar, sedangkan saat mengulur torsi diperkecil dan
saat diam torsi motor sama dengan torsi beban.

Gambar 2.5. Cable Reel Car (CRC)


Sumber : Dokumentasi Penulis di PT.Bukit Asam (Persero)Tbk.

2.7.1.4. Belt Wagon (BW)


Belt Wagon brfungsi untuk menerima material batubara/tanah dan
menambah jangkauan BWE dalam penggalian sehingga pergerakan tidak sering
dilakukan. Jenis kendaraan ini lebih dikenal dengan kendaraan pengangkut belt
conveyor.

Gambar 2.6. Belt Wagon (BW)


Sumber : Dokumentasi Penulis di PT.Bukit Asam (Persero)Tbk.

17
Agar belt wagon juga dapat mengikuti gerakan BWE, maka telah dilengkapi
dengan unit khusus, yaitu :
a. Crawler Travel Gear
Seluruh konstruksi belt wagon berdiri dengan kokoh diatas dua roda
crewler yang masing – masing roda digerakkan oleh sebuah motor slipring dengan
daya 45 kW, tegangan 500 Volt. Dengan pengaman sebuah rem Eldro dengan
daya 330 W. Untuk gerakkan maju mundur, kecepatan motor pada crewler 2
dibuat sama. Sedangkan untuk gerakkan belok, maka salah satu kecepatan motor
harus dikurangi.
b. Slewing Gear
Receiving Boom dan Discharge Boom belt wagon dapat diayunkan secara
bersamaan ke kiri atau ke kanan. Mekanisme slewing ini digerakkan oleh dua
buah motor slipring dengan daya 4 kW, 500 Volt.
c. Hoist Gear
Unit hoisting pada receiving dan discharge boom ini digerakkan oleh
tenaga hidrolik dengan motor pompa dengan daya 30 kW. Gerakkan receiving dan
discharge boom ini meskipun dengan satu motor, tetapi dapat digerakkan dengan
secara sendiri – sendiri. Panjang receiving boom 26,4 meter sedangkan discharge
boom 21,4 meter. Pemakaian daya listrik 471 kW dan berat total belt wagon 215
ton.

2.7.2 Bagian Pengangkutan


Bagian pengangkutan dilakukan dengan sistem ban berjalan (belt
conveyor), yang bertugas mambawa material hasil galian, maka prinsip dasar dari
keseluruhan sistem yang ada di Tambang Air Laya (TAL) dari lahan penggalian
sampai pembuangan atau lahan penimbunan bahkan sampai ke Train Loading
Station (TLS) adalah sama rangkaian Belt Conveyor yang saling
berkesinambungan. Ini dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu sistem
pengoperasiannya, lokasi dan ukuran stationnya. Klasifikasi Belt Conveyor
sebagai berikut :
A. Conveyor Excavating (CE)

18
B. Conveyor Dumping Side (CD)
 Menurut lokasinya
Menurut lokasinya penambangan Belt Conveyor dibagi menjadi 4 bagian,
yaitu :
1. Conveyor Excavating (CE)
Pada sisi penggalian yang berfungsi mengangkut material galian dari
BWE ke Conveyor Shunting Belt Conveyor ini dapat diperpanjang dan
diperpendek ataupun digeser kekanan atau kekiri.
2. Conveyor Shunting (CS)
Fungsinya yaitu untuk mengangkut dan mengatur pembuangan material
pada Central Distribution Point.Untuk material tanah diteruskan ke Conveyor
Dumping (CD) dan untuk batu bara diteruskan ke Conveyor Coal (CC). Conveyor
ini dapat dimajukan atau dimundurkan.
3. Conveyor Dumping (CD)
Berfungsi untuk mengangkut material tanah kedaerah penimbunan. Belt
Conveyor ini dapat diperpanjang dan dapat pula diperpendek ataupun digeser
kekiri atau kekanan.
4. Conveyor Coal (CC)
Berfungsi untuk mengangkut material batubara ke daerah penimbunan
(stockpile/TLS).
 Menurut Stasiunnya
Menurut stasiunnya dapat dibedakan menjadi :
1. Stasiun Belt Conveyor Type A
Adalah stasiun listrik untuk Belt Conveyor Excavating dan Belt Conveyor
Shunting.
2. Stasiun Belt Conveyor Type B
Adalah stasiun listrik untuk Belt Conveyor Dumping dan untuk Conveyor
Coal.

2.7.3 Bagian Pembuangan Tanah


Bagian pembuangan tanah meliputi :

19
a. Tripper Car (TC)
Tripper car adalah bagian dari unit peralatan pembuangan material galian
didaerah dumping dispola dengan adanya tripper car ini maka spreader dapat
melakukan pembuangan material secara lebih merata ke seluruh pembuangan.
Kontruksi tripper ini mengangkangi conveyor dumping dan belt conveyor
dumping dilewatkan pada kerangka tripper car ini sedemikian rupa sehingga tidak
mengganggu gerakan tripper car maju atau mundur.

b. Spreader (SP)
Spreader adalah alat yang berfungsi sebagai penghampar tanah, material
(tanah) dibuang ketempat penimbunan (Dumping Area). Dengan alat ini
penghamburan material non batubara dapat efisien dan merata.
Data teknis Spreader (SP) :
 Type : ARS 1600 . 15/35 +60
 Kapasitas : 2600 m/jam
 Lebar Belt : 1600 mm
 Kecepatan Belt : 6,5 m/det
 Konsumsi listrik : 1395 KW
 Berat total : 900 ton

Gambar 2.7. Spreader


Sumber : Dokumentasi Penulis di PT.Bukit Asam (Persero)Tbk.
Bagian penambangan batubara, meliputi :

20
a. Stacker/Reclamer (S/R)
Peralatan penimbunan dan pengambilan batubara ini adalah peralatan yang
digunakan didalam penimbunan batubara (Stockpile). Stacker/Reclamer dapat
bekerja sebagai penimbun. Alat ini dapat melakukan empat (4) operasi,yaitu :
 Operasi Stacking, dimana batubara dari coal conveyor (CC 10) akan langsung
ditimbun di Stokpile melalui stacker/reclaimer.
 Operasi Reclaimer, yaitu stacker/reclaimer akan mengambil kembali batubara
yang ditimbun di Stokpile ke TLS.
 Operasi By Pass, yaitu penyaluran langsung batubara daru CC 10 ke TLS.
 Operasi Gabungan, yaitu gabungan operasi By Pass dan Reclaimer.

Gambar 2.8. Stacker / Reclaimer


Sumber : Dokumentasi Penulis di PT.Bukit Asam (Persero)Tbk.

b. Train Loading Station (TLS)


Train Loading Station berfungsi sebagai stasiun pengisian batubara ke
gerbong-gerbong kereta api untuk diteruskan ke pelabuhan TLS I ke pelabuhan
Tarahan dan TLS II ke pelabuhan Kertapati.

21
Gambar 2.9. Train Loading Station
Sumber : Dokumentasi Penulis di PT.Bukit Asam (Persero)Tbk.
 Tambang Batubara Non Air Laya
Dalam pengoperasiannya, masih menggunakan system konvensional
dengan Alat utama Shovel dan Truck. Daerah penambangan meliputin sekitar
Tambang Air Laya Seperti, Bukit Kendi, Muara Tiga Besar, Air petai, kelawas
dan sekitarnya. Cara pengerjaan di awali dengan pembekuaan lahan, kemudian
pengerukan tanah dengan Bulldozer, penutup dengan Shovel, lalu diangkat
dengan Drum truck.

2.8. Proyek Pengembangan Penambangan dan Pengangkutan


Pada tahun 1973 krisis energi melanda dunia dengan ditandai
berakhirnya Zaman minyak murah dan di pilihlah batubara sebagai bahan
bakar alternatif yang Memiliki prospek lebih baik. Pemerintahan memutuskan
untuk merehabilitasi semua Tambang batubara dengan membentuk P4BA
dengan ruang lingkupnya adalah :
1. Pengembangan Tambang Batubara Bukit Asam.
2. Pengembangan angkutan Kereta Api.
3. Pengembangan angutan laut.
4. Pengembangan pelabuhan Batubara.
5. Pengembangan sistem komunikasi.

22
Adapun tujuan utama P4BA adalah menyediakan batubara uap sebagai bahan
baku utama untuk keperluan :
 PLTU Suralaya yang menghasilkan daya 6 x 400 MW.
 PLTU Bukit Asam yang Menghasilkan 2 x 65 MW.
 Pabrik Semen Baturaja.
 Konsumen lain di dalam dan luar negeri.
 Pabrik Semen Kupang.
 Konsumen lain didalam dan di Luar negeri.

2.9. Manajemen Perusahaan


a. Struktur organisasi PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero)
PT.Tambang Batubara Bukit Asam dipimpin oleh seorang direktur yang
dibantu oleh 4 orang direktur, yaitu : Direktur Operasi atau Produksi, Direktur
Pengembangan usaha, Direktur Keuangan, dan Direktur umum atau SDM. Selain
keempat direktur tersebut, yang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung
kepada direktur utama adalah kepala Unit Penambangan Ombilin (UPO), Kepala
pemasaran dan Kepala satuan pengawasan intern. Kepala Tambang Air Laya
bertanggung jawab kepada direktur operasi dan produksi sedangkan Kepala
Tambang Air Laya membawahi Kepala rawatan TAL, dan Kepala operasi TAL.
Kepala perawatan TAL membawahi Kepala bengkel utama, Kepala rawatan
mesin, dan Kepala rawatan listrik, maka selain struktur organisasi tempat
mahasiswa praktikan secara khusus yaitu Dinas Rawatan Mesin.
b. Tata Laksana Bengkel
 Lay Out Mesin-Mesin
Sistem penembangan batubara di PT. Tambang Batubara Bukit Asam
(persero) khususnya di TAL, menggunakan system continue mining atau sistem
penambangan yang berkesinambungan. Dimana peralatan yang satu dengan yang
lainnya saling terkait.
Peralatan tersebut terdiri dari :
 5 unit Bucket Wheel Excavator (BWE)

23
 2 unit Spreader
 1 unit Stacker/Reclaimer
 2 unit Train Loading Station
 Jalur Belt Conveyor 30 Km
Untuk menjaga kehandalan yang tinggi dari peralatan diatas didirikan
bengkel utama pada tahun 1987 dan mulai beroperasi pada bulan oktober 1989
dengan luas bangunan 13000 m2. Tugas utama dari bengkel utama adalah
memperbaiki alat tambang utama dan pembuatan komponen-komponennya.
Selain itu keberadaan bengkel utama juga diharapkan dapat mengurangi
ketergantungan PT.BA terhadap pihak luar, dalam hal pengadaan suku cadang
dari luar negeri. Dalam perkembangannya kegiatan bengkel utama lebih mengarah
pada profit center sehingga kedudukannya lebih bersifat sebagai partner ship bagi
unit produksi pertambangan.
Dalam pelaksanaan pekerjaan di bengkel utama dilengkapi dengan satuan
kerja :
c. Bengkel perencanaan
Perencanaan inilah yang menetukan suatu perencanaan bengkel. Tugas-
tugasnya adalah :
 Menerima atau menolak suatu Work Order yang diajukan user.
 Memberi info mengenai prioritas ke manajemen bengkel sehubungan
dengan barang model, proyek dari pekerjaan pemeliharaan.
 Berhubungan dengan petugas pemeliharaan dan proyek untuk alokasi
jangka panjang, kapasitas-kapasitas yang diperlukan untuk pemberhentian
dan kontruksi atau proyek penyusunan ulang.
 Memberikan pandangan mengenai keperluan kerja lembur jika terjadi
beban lebih.
d. Bengkel Assembling dan Vulkanisir
Tugas utama dari pada bengkel assembling dan vulkanisir adalah
melakukan perawatan dan perbaikan komponen-komponen, perakitan alat

24
produksi, khususnya ATU serta rekomendasi (vulkanisir) komponen Belt pada
pulley dan Belt Conveyor.
Adapun beberapa alat-alat yang terdapat pada bengkel assembling dan vulkanisir
adalah :
 Hidraulik jack kapasitas 300 ton
 Mesin Dynamic Balancing Hofman H120 3-750 Kg
 Oven vulkanisir.
 Kegiatan maintenance and repair yang dilakukan adalah antara lain :
 Merekondisi Belt Conveyor.
 Langging Diffuser pompa dan pulley.
 Overhoul Gear Box sampai 700 KW.
 Perbaikan silinder Hidroulik BWE.
 Perbaikan pompa Lumpur
e. Bengkel Mesin
Tugas pokok dari bengkel mesin adalah melakukan pembuatan maupun
perbaikan komponen suatu alat dengan proses permesinan.

Alat-alat yang terdapat pada bengkel mesin adalah sebagi berikut :


 NC Vertical Lathe dengan diameter 2000 x 4000 mm.
 10 unit mesin bubut dengan kapasitas diameter 1800 x 4000 mm.
 2 unit mesin horizontal borer sampai kapasitas 1100 x 9000 mm.
 unit mesin Shapping dengan kapasitas 650 mm.
 unit mesin milling dengan kapasitas 2000 x 400 mm.
 unit mesin gerinda permukaan.
 Over Head Traveling Crane kapasitas 20 + 6 ton dan 10 ton.
Produk yang pernah dihasilkan :
 Bushing Drive Tumbler BW, BWE, SP.
 Poros pompa sampai 123 KW.
 Bushing Track Plate BW, BWE, SP.

25
 Spare part Apron Feeder.
 Roda gigi mesin.
 Pendulum Girder.
 Return pulley Stacker Reclaimed.
f. Bengkel Pabrikasi dan Las kontruksi
Tugas pokok bengkel pabrikasi dan las kontruksi adalah melaksanakan
pekerjaan pembuatan dan perbaikan bangunan kontruksi baja dan komponen alat-
alat penambangan.
Alat-alat yang terdapat pada bengkel pabrikasi dan las kontruksi adalah
sebagai berikut :
 Mesin potong (guilloene) dengan kapasitas pemotongan sebesar 13 x 3000
mm pelat.
 Mesin Roll Plate dengan kapasitas sebesar 6 x 2050 mm, dengan diameter
minimal 250 mm.
 Mesin Lipat Plat atau yang biasa disebut juga Sheet Metal Polding dengan
kapasitas sebesar 6 x 2050 mm.
 Press Punch dengan kapasitas 315 ton.
 20 unit mesin las dengan kapasitas sampai dengan 600 Ampere.
 Unit Gye Tracing Shape Cutting Machine dengan kapasitas 300 x 2500 x
4000 mm.
 Overhead Travelling Crane dengan kapasitas 10 dan 20 + 6 ton.
Produk yang pernah dihasilkan :
 Komponen pemindah batubara (ApronFeeder) pelabuhan Kertapati.
 Corong Conveyor (Conveyor Chute).
 Kontruksi Rangka jalur Belt Conveyor.
 Ponton Pompa.
g. Bengkel Listrik dan Elektronika
Tugas utama dari bengkel ini adalah merawat dan memperbaiki peralatan
listrik dan instrument kontrol dilingkungan PT. Bukit Asam. Alat-alat yang
terdapat dibengkel ini adalah :

26
Bengkel Listrik
 Mesin Bending dan Winding.
 Mesin Coil Winding.
 Mesin Coil Taping.
 Mesin Dynamic Balancing.
 Washing Machine.
 Oven.
 Motor test set.

Bengkel Elektronika
 Osciloscope.
 Frekuensi Counter Digital.
 Megger dan Multimeter Digital.
 RCL Meter Digital.
 Funcion Generator.

Kemampuan dan produk yang dihasilkan :


 Merawat Motor-motor 600 KW
 Rewinding motor sampai dengan 132 KW
 Memperbaiki dan membuat travo.
 Menperbaiki dan membuat mudul-modul elektronika dan instrument
kontrol peralatan penambangan.
h. Bengkel Mesin Penunjang
Tugas pokok dari bengkel mesin penujang adalah melakukan kegiatan
perawatan dan perbaikan terhadapa unit-unit alat penunjang tambang serta unit-
unit alat sarana tambang milik PT. Bukit Asam (persero) Tbk.
Alat-alat yang terdapat pada bengkel mesin penunjang antara lain :
 Bays sebagai sarana rawatan mesin.
 2 bays sebagai sarana overhaul.
 Repair engine dan component.

27
 1 bengkel lapangan.
 1 mobil preventive maintenance.
 Dynamometer engine test.
 FIP test bench.
Kemampuan dari bengkel mesin penunjang :
 Minor repair dan mayor repair alat penunjang tambang.
 General Overhauled APT dan AST.
 Mengelole penggunaan unit-unit dari APT dan AST milik PT. Bukit Asam
(persero) Tbk.
 Sebagai distribusi bahan bakar solar dan pelumas alat-alat penunjang
tambang.
1. Inventarisasi Alat-Alat
Di PT. Bukit Asam (persero) Tbk. semua unit-unit Alat Penunjang
Tambang (APT) dan unit-unit Alat Sarana Tambang (AST) sudah diberlakukan
sistem perencanaan yang efektif dan efisien. Inventarisasi alat-alat di PT. Bukit
Asam (persero) Tbk. dilakukan dengan untuk mengetahui kondisi alat atau mesin
berdasarkan dari masukan data laporan atau formulir hasil dari tindakan hasil
pemeliharaan.
Evaluasi dan pemeliharaan terhadap alat atau mesin ini dirasa sangat
bermanfaat sekali terutama untuk mengetahui sejauh mana kondisi mesin atau alat
dan tindakan apa yang harus dilakukan terhadap alat atau mesin tersebut.
Disamping itu juga untuk menegtahui data-data tentang mesin atau alat. Untuk
keperluan evaluasi dan analisis terhadap mesin atau alat tersebut data-datanya
diperoleh dilapangan. Data tersebut berbentuk formulir untuk memudahkan cara
pengumpulan informasi tentang suatu alat atau mesin,kemudian data tersebut
diolah perminggu atau perbulan.
Formulir yang ada dilapangan tersebut dapat berbentuk laporan inspeksi,
permintaan kerja pemeliharaan, laporan piket kerja. Dalam laporan inspeksi data-
data yangada dalam formulir berisi tentang permintaan kegiatan perawatan atau
pemeliharaan yang diminta oleh perencanaan dan kegiatan biasanya berupa

28
pengatasan terhadap gangguan yang terjadi atau yang ditemukan saat inspeksi
atau pada saat break down diluar perencaan.

2.10. Pengelolaha n Lingkungan


Organisasi PTBA dibagi dalam beberapa sub bagian, salah satunya adalah
bagian eksplorasi yang bertugas merencanakan proses penembangan dalam
perencanaan daerah penambangan, terdapat pula perencanaan pengelolahan
lingkugan. Perencanaan lingkungan meliputi daerah – daerah mana yang akan
di jadikan sebagai daerah penambangan, bekas penambangan daerah penimbunan
tanah dan juga termasuk daerah sekitar lokasi industri.

29
BAB III
LANDASAN TEORI

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dari masa ke masa berkembang


cepat terutama dibidang otomasi industri. Perkembangan ini tampak jelas di
industri pemabrikan, dimana sebelumnya banyak pekerjaan menggunakan tangan
manusia, kemudian beralih menggunakan mesin, berikutnya dengan electro-
mechanic (semi otomatis) dan sekarang sudah menggunakan robotic (full
automatic) seperti penggunaan Flexible Manufacturing Systems (FMS) dan
Computerized Integrated Manufacture (CIM) dan sebagainya.

3.1 Pengertian relai proteksi


Rele peroteksi adalah susunan peralatan pengaman yang dapat merasakan
atau mengukur adanya gangguan atau ketidakstabilan system yang kemudian
secara automatis dapat memberikan respon berupa sinyal untuk menggerakan
system mekanisme pemutusan tenaga agar dapat terpisah pada bagian yang
terganggu. Rele peroteksi digunakan untuk mendeteksi adanya gangguan pada
sistem tenaga listrik terutama untuk memberikan tanda bahaya, memutuskan
bagian system yang tidak normal serta melepas pemutus tenaga apabila gangguan
dianggap berbahaya.
Tujuan dari Penelitian ini adalah agar dapat mengetahui dan mengerti sistem
proteksi distribusi tenaga listrik, memahami cara perhitungan relai arus lebih,
serta mengetahui perbandingan setting relai arus lebih pada relai sepam exsiting
dengan hasil perhitungan di PT.Bukit Asam (Persero).Tbk Unit Pertambangan
Tanjung Enim.Dengan adanya hasil perhitungan yang didapat, maka dapat
dibandingkan data yang ada.
Rele peroteksi adalah susunan peralatan pengaman yang dapat merasakan
atau mengukur adanya gangguan atau ketidakstabilan system yang kemudian
secara automatis dapat memberikan respon berupa sinyal untuk menggerakan
system mekanisme pemutusan tenaga agar dapat terpisah pada bagian yang

30
tergangu. Rele peroteksi digunakan untuk mendeteksi adanya ganguan pada
sistem tenaga listrik terutama untuk :
a. Memberikan tanda bahaya
b. Memutuskan bagian system yang tidak normal
c. Melepas pemutus tenaga apabila gangguan dianggap berbahaya

3.2 Tujuan Sistem Proteksi


Gangguan pada sistem distribusi tenaga listrik hampir seluruhnya
merupakan
gangguan hubung singkat, yang akan menimbulkan arus yang cukup besar.
Semakin besar sistemnya semakin besar gangguannya. Arus yang besar bila tidak
segera dihilangkan akan merusak peralatan yang dilalui arus gangguan. Untuk
melepaskan daerah yang terganggu itu maka diperlukan suatu sistem proteksi,
yang pada dasarnya adalah alat pengaman yang bertujuan untuk melepaskan atau
membuka sistem yang terganggu, sehingga arus gangguan ini akan padam.
Adapun tujuan dari sistem proteksi antara lain :
a. Untuk menghindari atau mengurangi kerusakan akibat gangguan pada
peralatan yang terganggu atau peralatan yang dilalui oleh arus gangguan.
b. Untuk melokalisir (mengisolir) daerah gangguan menjadi sekecil mungkin.
c. Untuk dapat memberikan pelayanan listrik dengan keandalan yang tinggi
kepada konsumen. Serta memperkecil bahaya bagi manusia.

3.3 Syarat – Syarat Relai Proteksi


Proteksi dalam system tenaga listrik baru bisa dikatakan baik bila
mempunyai
peryaratan sebagai berikut :
a. Dapat diandalkan ada 3 aspek :
 Dependability
 Security
 Availabilty
b. Selektif

31
c. Waktu kerja rele cepat
d. Peka / sensitive
e. Ekonomis dan sederhana

3.4 Generator
Generator adalah suatu sistem yang menghasilkan tenaga listrik dengan
masukan tenaga mekanik. Jadi disini generator berfungsi untuk mengubah tenaga
mekanik menjadi tenaga listrik yang mempunyai prinsip kerja sebagai berikut:
Bilamana rotor diputar maka belitan kawatnya akan memotong gaya- gaya magnet
pada kutub magnet, sehingga terjadi perbedaan tegangan, dengan dasar inilah
timbullah arus listrik, arus melalui kabel/kawat yang ke dua ujungnya
dihubungkan dengan cincin geser. Pada cincin-cincin tersebut menggeser sikat-
sikat, sebagai terminal penghubung keluar.
Bagian-bagian generator :
a. Rotor
b. Stator

Macam generator berdasarkan tegangan yang dibangkitkan generator dibagi


menjadi 2 yaitu :
a. Generator Arus Bolak-Balik (AC)
b. Generator Arus Searah (DC)

Berdasarkan sistem pembangkitannya generator AC dapat dibagi menjadi 2 yaitu:


a. Generator 1 fasa
b. Generator 3 fasa

3.5 Pemutusan Rangakain (CB/PMT)


MSebagai pemutus rangkaian merupakan alat yang didesain bukan untuk
sering dipakai, tetapi mampu menampung dan memutus arus termasuk arus yang
salah sampai dengan kemampuan batas realtif tinggi.
Fungsi utama dari peralatan daya (Circuit Breaker) pada setiap tenaga adalah :

32
a. Memungkinkan suatu sistem (tranmisi dan distribusi) dihubungkan dan
dilepaskan dari sistem lainnya dan aman.
b. Memungkinkan bagian dari sistem yang terganggu dipisahkan secara
otomatis dengan cepat dan aman. Sebuah CB harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut:
c. Membuka dan menutup dalam waktu yang sesingkat mungkin dalam
berbagai kondisi jaringan.
d. Menghantarkan arus listrik yang ditentukan.
e. Mampu menahan arus hubung singkat, baik termal maupun mekanis.
f. Mempertahankan tegangan terhadap tanah dan kotak-kontak terbuka baik
dalam kondisi bersih maupun tercemar.
g. Tidak menimbulkan tegangan berlebihan (over voltage) yang besar sewaktu
mebuka dan menutup

3.6 Transformator Pengukuran


Transformator pengukuran dibedakan menjadi 2 yaitu :
a. ransformator Tegangan
b. Transformaor Arus Transformator berfungsi untuk menurunkan arus yang
lebih besar pada tegangan tinggi atau menengah menjadi arus kecil pada
tegangan yang biasa disebut arus sekunder.

3.7 Relai Arus Lebih


Rele arus lebih yang berfungsi merasakan adanya arus lebih dan
kemudian memberi perintah kepada pemutus beban untuk membuka.Rele arus
lebih ini umumnya digunakan pada sistem tegangan menengah sampai tegangan
tinggi. Pengamanan dengan menggunakan rele arus lebih mempunyai beberapa
keuntungan yaitu:
1. Pengamanannya sederhana.
2. Dapat sebagai pengaman utama dan berfungsi juga sebagai pengaman
3. Harganya relative murah.

33
3.8 Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan pada kawasan PT Bukit Asam (Persero) Tbk yang
meliputi pertambangan, perkantoran, pemukiman, serta fasilitas-fasilitas lainnya
di kawasan PTBA Tanjung Enim.Main Switch Station (MSS) merupakan tempat
penerimaan tenaga listrik dari 2 sumber yakni PLN dengan daya beli 21,25MVA
dan PLTU Mulut Tambang milik sendiri (PLTU 3x10 MW Tanjung Enim), serta
sebagai tempat pusat distribusi energi listrik ke seluruh Tenaga Listrik yang
disuplai dari pembangkit dengan tegangan 20 KV diturunkan menjadi 20/6 kV di
MSS atau gardu induk utama oleh 3 buah transformer dengan kapasitas masing-
masing 8 MVA (2 Trafo bekerja, 1 sebagai cadangan) hal ini dilakukan untuk
mengisi panel system 6 KV guna menunjang kebutuhan supply listrik 6 KV pada
equipment yang ada di tambang. Energi listrik yang masuk dari PLN dan PLTU
milik sendiri masuk melalui MSS melalui 3 feeder yaitu A06, A15, A17 dengan
kapasitas tegangan 20 KV. Di MSS terdapat 20 buah panel saklar untuk distribusi
tegangan 20 kV, serta 16 panel saklar untuk pendistribusian tegangan 6 kV dan
satu sistem saklar tegangan rendah. Switch Station 20 kV maupun 6 kV adalah
berupa 2 lemari penghubung yang digandengkan bertolak belakang, dibuat ganda
untuk antisipasi apabila salah satu switch nya halangan serta sebagai pembagi
beban antar busbar sehingga dapat seimbang.

a. Pengolahan Data
Data yang telah diperoleh disusun kemudian dilakukan
perhitungan-perhitungan untuk mendapatkan hasil yang kemudian
dianalisa. Pengolahan data yang dilakukan meliputi: Panjang saluran
distribusi[1

Tabel 1.Panjang Saluran Pada Jaringan 6 kV

34
No Panjang R X
feeder (kms), (m) (ohm/Km) (Ohm/Km)
B01 76 0,2070 0,0930
b. Peralatan
B02 87 0,2070 0,0930
B03 87 0,2070 0,0930 proteksi[7,9]
B04 89 0,2070 0,0930 Relay-relay
B05 125 0,2740 0,0970 yang digunakan
B06 87 0,2070 0,0930
antara lain
B07 368 0,0920 0,0850
B10 356 0,0920 0,0850 ialah:
B11 600 0,0920 0,0850 1. Relay
B12 340 0,0920 0,0850
proteksi
B13 600 0,0920 0,0850
B14 340 0,2740 0,0970 tipe
B15 230 0,2740 0,0970 STKK
B16 200 0,2740 0,0970 2. Relay
Tabel 2. Panjang Saluran Pada Jaringan 20 proteksi
kV
tipe
No Panjang R X
feeder (kms),(m) (ohm/Km) (Ohm/Km)
A02 1570 0,0750 0,0879
A03 1700 0,0920 0,0850
A04 544 0,3800 0,1050
A05 675 0,3800 0,1050
A07 672 0,7500 0,1150
A08 2100 0,134 0,315
A08 1780 0,210 0,094
A09 575 0,2740 0,0970
A12 583 0,2740 0,0970
A 14 565 0,2740 0,0970
A18 1553 0,0750 0,0879
A19 1368 0,0920 0,0850
A20 1415 0,0920 0,0850

PM2gnO
3. Relay proteksi tipe ISM

c. Relai Proteksi Digital SEPAM

35
Gambar 1.Relay Proteksi Digital SEPAM di Panel 20 kV MSS

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Cara kerja dari relay sepam s40


Relay sepam s40 ini bekerja bisa memonitoring kebutuhan seperti arus
tenagan dan lain lain dan bisa juga untuk sebagai proteksi yaitu mengamankan
suatu sistem.pada relay sepam ini mengunakan sistem analog yaitu BBC

36
4.2 Perhitungan Arus Hubung Singkat Dan Perhitungan Arus Dan
Waktu
A. Impedensi sumber (ZP)[4,5] Perhitungan Arus
1. Impedensi sumber (ZP)[4,5]

Zp = 0,15 𝑋 12 𝑀𝑉𝐴 12 𝑀𝑉𝐴 = 15 𝑃𝑢

2. Impendansi Trafo (ZT) [4,5]

Diketahui : ZT = 9,15 %

𝑍𝑇=9,15100
ZT = 0,091 pu 𝑍𝑇=0,091 𝑋 12 𝑀𝑉𝐴15 𝑀𝑉𝐴 =0,072

3. Impedansi Saluran (ZL) Pada Feeder A08 di jaringan 20 kV[4,5]


a. Impedansi saluran udara kabel AAACS 240mm2
Untuk mencari saluran dalam satuan per unit (pu) dapat dicari
dengan mengunakan rumus :Z1 (ohm) = L × (RL + j XL)
= 2,100 × (0,134+ j 0,315) = 2,100 𝑥 0,1342+ 0,3152
= 2,100 𝑥 0,116
= 0,715 ohm
𝑍𝐿= 𝑍1 𝑜𝑕𝑚 𝑥 𝑀𝑉𝐴𝐷𝑎𝑠𝑎𝑟𝐾𝑉2 𝑍𝐿= 0,715 𝑥 12 𝑀𝑉𝐴20 𝐾𝑉2
𝑍𝐿= 8,58400
ZL = 0,02 pu

b. Impedansi saluran udara kabel NTSCGWEOU 3 X 95mm2

Untuk mencari saluran dalam satuan- per unit (pu) dapat dicari
dengan mengunakan rumus :Z1 (ohm) = L × (RL + j XL)
= 1,780 × (0,210+ j 0,094) = 1,780 𝑥 0,2102+ 0,0942
= 1,780 𝑥 0,052

37
= 0,409 ohm
𝑍𝐿= 𝑍1 𝑜𝑕𝑚 𝑥 𝑀𝑉𝐴𝐷𝑎𝑠𝑎𝑟𝐾𝑉2 𝑍𝐿= 0,409 𝑥 12 𝑀𝑉𝐴20 𝐾𝑉2
𝑍𝐿= 4,90400
ZL = 0,01 pu

Jadi :
Z total = ZP(sumber) + ZT(trafo) + ZL(saluran SUTM) + ZL (saluran
SKTM)
Z total = 0,277 + 0,091 + 0,02 + 0,01
Z total = 0,252 pu
Jadi Besaran Impedansi total pada feeder A08 di jaringan 20 kV
adalah 0,252 pu Untuk Menghitung besaran arus hubung singkat fasa
perlu diketahui dahulu tegangan (pu) trafo daya sisi sekunder, untuk itu
diperlukan rumus: 𝐸 𝑝𝑢 = 𝐾𝑉 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎𝐾𝑉 𝐷𝑎𝑠𝑎𝑟

Dimana

KV Dasar = 20 KV

KV Sebenarnya = 20 KV 𝐸 𝑝𝑢 = 20 𝐾𝑉20 𝐾𝑉=1 𝑝𝑢


Z1 = Z2 = Z0 = Z total
Z total = Z1
maka :besaran arus hubung singkat 3 fasa pada feeder A08 di
jaringan 20 kVadalah : 𝐼3∅= 𝐸𝑍1

Dimana :
Z1 = Impedansi urutan Positif 𝐼3∅= 10,252 =3,996 𝑝𝑢
Untuk besaran arus hubung singkat 2 fasa pada feeder A08 di
jaringan 20 kV adalah: 𝐼2∅= 𝐸𝑍1+ 𝑍2

Dimana :
Z1 = Impedansi urutan Positif

38
Z2 = Impedansi urutan negative 𝐼2∅= 10,252 + 0,252=1,984 𝑝𝑢
Untuk besaran arus hubung singkat 1 fasa ke tanah pada feeder A08 di
jaringan
20 kV adalah: 𝐼0∅= (𝑝𝑢)1+ 𝑍2+𝑍3

Dimana :
Z1 = Impedansi urutan Positif
Z2 = Impedansi urutan Negatif
Z3 = Impedansi urutan nol

Jadi :
Z1 = Z2 = Z0 = Z total maka : 𝐼0∅= 10,252+0,252+0,252=1,322 𝑝𝑢
Untuk Menghitung arus hubung singkat dalam amper, maka harus dicari
arus
dasar (Ib) dengan rumus : 𝐼𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟= 𝑃 (𝑀𝑉𝐴) 3 𝑋 𝑉 𝐾𝑉 𝑋 𝐶𝑂𝑆 ∅
𝐼𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟= 12 𝑀𝑉𝐴 3 𝑋 20 𝐾𝑉 𝑋 0,8 𝐼𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟= 433,5 ∠36,90 𝐴

besarnya arus hubung singkat pada feeder A08 di jaringan 20 kV adalah:


I3φ = 3,96 pu x 433,5 A = 1716,6 A
I2φ = 1,984 pu x 433,5 A = 860,06 A
I0φ = 1,322 pu x 433,5 A = 573,087 A
Jadi besaran arus hubung singkat pada feeder A08 di jaringan 20
kV adalah 1716,6 A pada arus hubung singkat 3 fasa, dan 860,06 A
besaran arus hubung singkat 2 fasa, dan 573,087 A pada besaran hubung
singkat 1 fasa ke tanah.

c. Perhitungan Arus Setting Rele Arus Lebih pada Feeder A08 di


jaringan 20 kV

39
Maka arus setting rele arus lebih pada feeder A08 di jaringan 20 Kv
: 𝐼𝑠= 𝐾𝑓𝑘𝑘𝑑 𝐼 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟 𝐼𝑠= 1,10,9 𝑥 433,5 𝐴=529,83 𝐴 𝐼𝑠= 529,83 𝐴 𝑥
5250
= 10,5 A
Dari hasil besaran arus setting diatas dan data arus nominal rele kita
dapat
menentukan arus setting pada rele arus lebih tipe ISM dengan In = 10,5/5
A. 𝐼𝑠= 10,5 𝐴5 𝐴=2,1 𝐴
Jadi besaran arus seting pada rele arus lebih di feeder A08 pada jaringan
20 kV
adalah 2,1 A untuk tipe rele ISM, sedangkan untuk sepam rele tanpa
perlu dikali dengan ratio CT, sehingga settingnya sebesar 433,5 A

d. Perhitungan Setting Waktu Rele Arus Lebih Pada Feeder A08 di


Jaringan 20 kV

Diketahui :
Iset primer = 1,05 x I dasar jaringan 20 kV
= 1,05 x 433,5 A
= 455,175 A
Arus ganguan (IF) 3 fasa pada feeder A08 = 1716,6 A
Iset primer = 455,175 A
t ( waktu keja rele) = 2 detik
Dari hasil data-data diatas kita dapat menentukan perhitungan
setting waktu
rele arus lebih. Pada feeder A08 di jaringan 20 kV sebagai berikut :
𝑇𝑚𝑠= 𝑇 𝑥 [𝐼𝑓𝑎𝑢𝑙𝑡𝐼𝑠𝑒𝑡]0,02−10,14 𝑇𝑚𝑠= 2 𝑥
[1716,6455,175]0,02−10,14
𝑇𝑚𝑠= 0,384 ms
Jadi besaran setting waktu rele arus lebih pada feeder A08 di jaringan 20
kV

40
adalah Tms = 0,384 ms

4.3 Data Setting Rele Sepam S40

Gambar 1.Sepam Configuration

Gambar 2. Sepam Characteristics

Gambar 3. Sepam CT/VT Supervision

41
Gambar 4. Sepam setting Overcurrent dan TMS

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil perhitungan, maka kita dapat mengambil kesimpulan
bahwa :
1. Berdasarkan hasil perhitungan besaran arus hubung singkat pada feeder A08 di
jaringan 20 kV adalah 1716,6 A pada arus hubung singkat 3 fasa, dan 860,06 A

42
besaran arus hubung singkat 2 fasa, dan 573,087 A pada besaran hubung
singkat 1 fasa ke tanah.
2. Berdasarkan hasil perhitungan setting arus pada rele arus lebih tipe Sepam di
Feeder A08 pada jaringan 20 kV besaran setting arus untuk Feeder A08 = 529,8
A dengan besaran ratio trafo arus 250/5A dan setting waktu rele arus lebih
0,384 ms hal initerdapat perbedaan antara data hasil perhitungan dengan
realisasi setting Sepam rele yang ada dilapangan, hal ini mungkin disebabkan
dalam penentuan setting rele sepam tidak diperhitungkan parameter-parameter
dalam menentukan tipe jaringan, impedansi sumber, impedansi trafo dan
impedansi saluran sehingga realisasi setting dilapangan terdapat perbedaan
dengan perhitungan.

5.2 Saran
1. Perawatan dan pemeriksaan terhadap perawatan sistem instrument maupun

sistem kontrol sebaiknya dilakukan dengan rutin dan secara berkala, untuk

menggurangi timbulnya masalah atau gangguan yang dapat berakibat

terganggunya atau menghambatnya produksi tambang.

2. Sebagai peralatan pengaman alat yang sagat penting, maka perlu bagi

perusahaan untuk menyediakan back up ( cadangan ) terhadap perangkat yang

berhubungan dengan Sistem proteksi khususnya Tilt Sensor agar ketika

sewaktu – waktu terjadi kerusakan dapat langsung malakukan perawatan atau

perbaikan.

3. Untuk meningkatkan keselamatan kerja dan mengurangi resiko kecelakaan

kerja, disarankan agar selalu menggunakan alat pelindung (safety).

43
DAFTAR PUSTAKA

1. Data dari PT.Bukit Asam (Persero).Tbk


2. Pandjaitan Bonar, 2012, Praktik-Praktik Proteksi System Tenaga Listrik,.
Yogjakarta,Andi Offset.
3. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41134/3/Chapter
%20II.pdf,diakses tanggal 02 juni 2016
4. Kamal Idris, Ir., Analisa sistem tenaga, edisi keempat, penerbit erlangga jakarta
1983

44
5. Hutauruk, T.S., Analisa sistem tenaga listrik, departemen elektroteknik ITB,
1979
6. Arismunandar, Artono, Dr, M.A.Sc, “Teknik Tenaga Listrik” Jilid II dan III,
Penerbit PT. Pradya Paramitra, Jakarta, 1982
7. Marsudi, Djiteng, Ir, : “Pembangkit Tenaga Listrik” Penerbit Erlangga,
Ciracas, Jakarta
8. Samaulah, Hazirin, Ir, H, M. Eng, Ph.D, ”Dasar-dasar Proteksi Tenaga
Listrik” Penerbit UNSRI, 2000
9. Stevenson, William, D, Jr. ”Analisa Sistem Tenaga Listrik” Edisi keempat,
Penerbit Erlangga, Jakarta, 1984
10. Tobing, Bonggas L, ”Peralatan Tegangan Tinggi” Penerbit PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta, 2003

LAMPIRAN

45
46
47

Anda mungkin juga menyukai