Disusun Oleh :
Nama : Irfan Pamungkas
NIM : 17.03.01.081
Menyetujui,
Pembimbing Institusi Pembimbing Perusahaan
Mengesahkan,
Ka. Prodi Teknik Elektronika
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah dengan rasa syukur kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan
hidayah-Nya, yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menyelesaikan
tugas ini. Laporan Praktek Magang Industri ini merupakan salah satu syarat untuk
menyelesaikan program Diploma III dan merupakan tanggung jawab atas
diperkenankannya penulis melaksanakan praktek Magang Industri selama lima
bulan di PT. INDONESIA POWER UJP Adipala, Cilacap.
Penyusunan laporan Praktek Magang Industri ini bertujuan untuk memenuhi
kurikulum di Politeknik Negeri Cilacap khususnya di jurusan Teknik Elektronika.
Dan sebagai sarana untuk mengetahui tingkat kemampuan dan penguasaan sesuai
dengan program studi yang diambil.
Penulisan laporan praktek Magang Industri ini tidak mungkin terselesaikan
tanpa bantuan dari berbagai pihak. Karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Bapak Dr.Ir. Aris Tjahyanto, M.Kom selaku Direktur Politeknik Negeri
Cilacap, yang telah memberi fasilitas untuk kami mencari ilmu dalam
bidang teknik yang kami miliki.
2. Bapak Galih Mustiko Aji, S.T, M.T selaku Kepala Jurusan Teknik
Elektronika Politeknik Negeri Cilacap, yang terus berusaha memberikan
yang terbaik untuk kami dalam mencari ilmu dan pengalaman.
3. Ibu Riyani Prima Dewi, S.T., M.T selaku Pembimbing Magang Industri dari
Jurusan Teknik Elektronika Politeknik Negeri Cilacap, yang telah
membimbing kami dalam melaksanakan Praktek Magang Industri.
4. Bapak Medio NC selaku Supervisor Energi Primer Regu C PT INDONESIA
POWER UJP Adipala, yang telah membimbing dan membantu dalam
melaksanakan Praktek Magang Industri.
5. Seluruh karyawan PT. INDONESIA POWER UJP Adipala, yang telah
membantu kelancaran Magang Industri.
iii
6. Dan semua pihak termasuk teman-teman mahasiswa Politeknik Negeri
Cilacap atas dukungan dan bantuannya dalam menyelesaikan Laporan
Praktek Magang Industri.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan ini masih
banyak kekurangan. Maka dari itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik
yang sifatnya membangun. Dengan demikian, penulis dapat menjadikannya
pedoman dalam penyusunan tugas-tugas berikutnya.
Irfan Pamungkas
17.03.01.081
iv
DAFTAR ISI
v
2.6.1 Departemen Operasi ............................................................................ 19
2.6.2 Departemen Pemeliharaan .......................................................................... 19
2.6.3 Departemen Enjiniring ......................................................................... 20
2.6.4 Departemen Administrasi .................................................................... 21
2.7 Dampak Lingkungan ................................................................................. 22
2.8 Data Teknik Komponen Utama PLTU Adipala ........................................ 23
BAB III HASIL PRODUKSI PERUSAHAAN .....................................................26
3.1 Proses Produksi Listrik PLTU Adipala ...................................................... 26
BAB IV HASIL PELAKSANAAN MAGANG INDUSTRI ................................32
4.1 Deskripsi Pelaksanaan Magang ................................................................. 32
4.1.1 Central Control Room.......................................................................... 32
4.1.2 Main Unit ............................................................................................. 33
4.1.3 Coal & Ash Handling .......................................................................... 33
4.1.4 Water Treatment Plant ......................................................................... 34
4.2 Topik Pembahasan .................................................................................... 35
4.2.1 Pengertian Coal Handling System ....................................................... 35
4.2.2 Peralatan Coal Handling System ......................................................... 36
4.2.3 Peralatan Utama Coal Handling System .............................................. 36
4.2.4 Peralatan Pendukung Coal Handling System ...................................... 42
4.2.5 Peralatan Proteksi Coal Handling System ............................................ 46
4.2.6 Prosedur Pengoperasian Coal Handling System .................................. 49
4.2.7 Problem Solving .................................................................................. 51
4.3 Kendali Program Penanganan Batubara di Coal Handling ....................... 60
4.3.1 Pengenalan pada Sistem Kendali Program Coal Handling ................. 60
4.3.2 Prinsip Operasi Jalur Pengisian Conveyor ........................................... 61
BAB V PENUTUP ................................................................................................65
5.1 Kesimpulan ................................................................................................. 65
5.2 Saran ........................................................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................66
LAMPIRAN ...........................................................................................................66
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
Gambar 4.19 Flow Diagram Coal Handling System .............................................53
Gambar 4.20 Pengoprasian Melalui Control Room ...............................................53
Gambar 4.21 Diagram Proses Kerja PLC ..............................................................53
Gambar 4.22 Cek Peralatan oleh Operator ............................................................53
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kapasitas Terpasang Bisnis Pembangkit PT. Indonesia Power ..............5
Tabel 2.2 Daftar pembangkit Unit Jasa Pembangkitan PT. Indonesia Power ........6
Tabel 2.3 Luas Area PLTU Adipala .....................................................................13
Tabel 4.1 Parameter Utama dari Belt Conveyor ...................................................39
Tabel 4.2 Troubleshooting Peralatan Coal Handling ............................................54
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
BAB I
PENDAHULUAN
1
Penulis membatasi pelaksanaan kegiatan, penelitian dan proses pembuatan
laporan internship yaitu pada PT. Indonesia Power mengenai coal handling
system pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).
2
1.5.3 Bagi Perusahaan
a. Menjalin hubungan baik antara akademika dengan perusahaan tersebut.
b. Memperdayakan mahasiswa untuk membantu memecahkan masalah-masalah
yang dihadapi oleh perusahaan.
c. Untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan perusahaan dalam
menyelesaikan masalah-masalah yang ada di lapangan.
3
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
4
Tabel 2.1 Kapasitas Terpasang Bisnis Pembangkit PT. Indonesia Power
Unit Bisnis Pembangkitan dan Pemeliharaan PT. Indonesia Power di wilayah
Jawa-Bali meliputi :
Kapasitas
Unit Bisnis Jenis Pembangkit Lokasi
Terpasang
UP Suralaya 3.400 MW PLTU Merak
UJP Priok 1.348 MW PLTU, PLTGU, PLTD Jakarta
UJP Saguling 797 MW PLTA Bandung
UJP Kamojang 375 MW PLTP Garut
UP Semarang 1.408 MW PLTU, PLTGU Semarang
Banjarnegar
UP Mrica 310 MW PLTA, PLTM, PLTMH a
UJP Perak Grati 864 MW PLTU, PLTGU Pasuruan
UJP Bali 433 MW PLTD, PLTG Bali
UJ Pemeliharaan Jakarta
Kapasitas
Pembangkit Jenis Pembangkit Lokasi
Terpasang
Indralaya 1 45 MW PLTG Palembang
Keramasan 18 MW PLTG Palembang
Jambi 18 MW PLTG Jambi
Dengan daya terpasang sebesar 8.621 MW, PT. Indonesia Power menjadi
pemasok listrik terbesar di Indonesia dan terbesar ketiga di Dunia. Beroperasinya
PLTU Adipala diharapkan akan menambah kapasitas dan keandalan tenaga listrik
di Pulai Jawa-Bali yang terhubung dalam sistem interkoneksi Jawa-Bali, dan juga
untuk mensukseskan proram pemerintah dalam rangka untuk penganekaragaman
sumber energi primer untuk pembangkit tenaga listrik sehingga lebih menghemat
BBM, juga untuk meningkatkan kemampuan bangsa Indonesia dalam menyerap
5
teknologi maju, penyediaan lapangan kerja, peningkatan taraf hidup masyarakat,
dan pengembangan wilayah sekitarnya sekaligus meningkatkan produksi dalam
negeri. Pembangunannya secara keseluruhan dibangun oleh PLN dengan
konsultan asing dari Black & Veatch International (BVI) Amerika Serikat dan
kontraktor China National Technical Import & Export Corporation (CNTIC).
Tahun 2012 PT. Indonesia Power melebarkan sayap keseluruh Indonesia
dengan mengembangkan portofolio melalui pengembangan Jasa Operation &
Maintenance (O&M) diluar sistem Jawa-Bali serta Pembangkit Energi
Terbarukan yang ramah lingkungan. Pengembangan ini sebagai dasar kekuatan
masa depan Perusahaan menjadi kekuatan untuk “menerangi Indonesia”. Ditahun
2013, PT. Indonesia Power fokus pada pelaksanaan beberapa program strategis
yang diprioritaskan dalam upaya mendukung pencapaian sasaran perusahaan yang
dilakukan dengan benar, cepat dan fokus pada hasil terbaik yaitu meningkatkan
availability pembangkit melalui implementasi asset management dan realibility
management, meningkatkan pemanfaatan energi primer non BBM,
mengembangkan pembangkit baru yang berbahan bakar terbarukan dan non
BBM, mengembangkan bisnis baru jasa O&M, serta mengurangi ketergantungan
spare parts dari pemasok O&M.
Dibawah ini adalah beberapa pembangkit yang termasuk dalam program
diversifikasi energi 10.000 MW tahap pertama yang sudah diterima dari PLN
kepada PT. Indonesia Power sebagai salah satu Unit Bisnis Operasi dan
Pemeliharaan Indonesia Power, dimana penambahan tersebut telah ditetapkan
melalui Keputusan Direksi Indonesia Power No : 62.K/010/IP/2013 pada tanggal
20 Maret 2013.
Tabel 2.2 Daftar pembangkit Unit Jasa Pembangkitan PT. Indonesia Power
Unit Bisnis Pemeliharaan Indonesia Power meliputi :
Unit Bisnis Operasi & Kapasitas Jenis
Lokasi
Pemeliharaan Terpasang Pembangkit
UJP PLTU Banten 1
600 MW PLTU Merak
Suralaya
6
UJP PLTU Banten 2
625 MW PLTU Pandeglang
Labuan
UJP PLTU Banten 3 Lontar 945 MW PLTU Tangerang
UJP Jawa Barat 2
1.050 MW PLTU Sukabumi
Pelabuhan Ratu
UJP PLTU 2 Jateng
Adipala 660 MW PLTU Cilacap
7
berbagai jenis pembangkit dengan kinerja excellent melalui proses prima oleh
SDM professional yang menjamin terwujudnya long run sustainable company.
Sebagai kelengkapan IP AKSI, untuk memudahkan dalam implementasinya
maka IP AKSI juga diturunkan dalam arahan-arahan yang lebih rinci menyangkut
suatu hal yang spesifik, misalnya peraturan, manual, SOP, instruksi kerja,
peraturan-peraturan kepegawaian dan sebagainya.
8
d. Pelayanan Prima
Memberikan pelayanan yang memenuhi kepuasan melebihi harapan
stakeholder.
e. Peduli
Peka, tanggap dan bertindak untuk melayani stakeholder serta
lingkungan sekitar.
f. Pembelajar
Terus menerus meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan serta kualitas
diri yang mencakup fisik, mental, social, agama dan berbagi dengan
orang lain.
g. Inovatif
Terus menerus menghasilkan gagsan baru dalam usaha melakukan
pembaharuan untuk menyempurnakan proses maupun produk dengan
tujuan peningkatan kinerja.
2. The Way We Act
a. Proaktif dan pantang menyerah
Menunjukkan inisiatif dan antisipasi dalam bertindak dengan orientasi
pada perubahan kearah yang senantiasa lebih baik dilandasi keyakinan
untuk mampu mengatasi setiap tantangan yang dihadapi.
b. Fokus pada Perbaikan Proses dan Hasil
Setiap tindakan berlandaskan pada siklus pengelolaan kinerja (plan-do-
check-action) untuk mencapai standar hasil kerja yang prima.
c. Saling Percaya dan Bekerjasama
Saling mendukung secara kolektif dilandasi semangat sinergi untuk
saling mendukung dan mengisi dengan memberikan seluruh pengetahuan
dan kemampuan yang dimiliki untuk memperoleh hasil terbaik pada
setiap pekerjaan.
d. Fokus pada Pelanggan
Memenuhi kebutuhan pelanggan melebihi standar yang diharapkan
dalam koridor etika bisnis yang sehat. Pelanggan eksternal antara lain
9
mencakup pengguna jasa (customer) dan supplier. Pelanggan internal
antara lain mencakup atasan, bawahan dan rekan kerja.
e. Mengutamakan Safety & Green
Komitmen dan tindakan yang konsisten untuk memperhatikan kesehatan,
keamanan dan keselamatan kerja serta pelestarian lingkungan bagi
kelangsungan jangka panjang perusahaan.
3. The Way We Do Bussiness
a. Leadership Excellence
Menetapkan paradigm jangka panjang yang memberikan nilai tambah
kepada pemegang saham, melakukan walk through dan melihat sendiri
untuk memahami situasi, walk the talk dan menjadi role model.
b. Bussiness Process Excellence
Menggunakan proses learn, mengalir dan efisien untuk menjamin
ketepatan kualitas waktu, mengelola resiko dalam setiap kegiatan
perusahaan dan biaya serta mengutamakan K3.
c. People Excellence
Menerapkan pengembangan SDM berbasis kompetensi untuk
memberikan nilai tambah kepada perusahan, menciptakan SDM yang
memiliki kemampuan istimewa untuk meningkatkan kompetensi inti
perusahaan yang kompetitif.
d. Learning Organization
Konsistensi untuk menuntaskan permasalahn hingga ke akarnya untuk
mencegah kegagalan berulang, membudayakan knowledge sharing untuk
membangun proses prima, mengambil keputusan melalui consensus dan
mengimplementasikan dengan cepat dan konsisten, memanfaatkan
kesalahan yang terjadi di organisasi sebagai sarana pembelajaran untuk
menghindari kesalahan berulang dan mendorong inovasi dalam perbaikan
kinerja
e. Customer & Supplier Relationship
Menciptakan nilai bagi pelanggan yang saling menghargai dengan mitra
strategis untuk mendukung kinerja excellent.
10
f. Stakeholder & Social Responsibility
Memegang teguh etika bisnis dalam setiap interaksi dengan stakeholder,
menggali pemanfaatan energi terbarukan yang ramah lingkungan dan
menciptakan nilai bagi masyarakat dan lingkungan.
11
2.5 Unit Jasa Pembangkitan (UJP) Adipala
2.5.1 Sejarah UJP Adipala
Pada waktu terjadi krisis energi yang melanda dunia tahun 1973 dan pada
saat itu terjadi embargo minyak oleh negara-negara Arab terhadap Amerika
Serikat dan negara-negara Industri lainnya dan disusul keputusan OPEC
(organisasi negara-negara pengekspor minyak) untuk menaikkan BBM lima kali
lipat. Belaar dari pengalaman maka Pemerintah mencari sumber energi pengganti
BBM, Pemerintah menyadari akan ketergantungan pada BBM serta gas alam dan
uranium yang akan habis 40-80 tahun lagi, salah satu jalan yang ditempuh adalah
pengalihan kepada batubara.
Dalam rangka memenuhi peningkatan kebutuhan akan tenaga listrik
khususnya dipulau Jawa sesuai dnegan Kebijakan Pemerintah serta untuk
meningkatkan pemanfaatan sumber energi primer dan diversifikasi sumber energi
primer untuk pembangkit tenaga listrik, maka PLTU Adipala dibangun dengan
menggunakan batubara sebagai bahan bakar utama yang merupakan sumber
energi primer kelima disamping energi air, minyak bumi dan panas bumi.
PLTU Adipala merupakan salah satu proyek percepatan/fast track tahap 1
sebesar 10.000 MW yang dicanangkan oleh pemerintah. UJP Adipala mulai
dikerjakan pada tahun 2008 dibawah kendali PLN dan konsultan asing Black &
Veatch International (BVI) Amerika Serikat. UJP Adipala tersambung pada
jaringan 500 kV yang terintegerasi Jawa-Bali dan mulai menyumbang energi
listrik pada bulan September 2016.
12
Gambar 2.2 Lokasi PLTU Adipala
Tabel 2.3 Luas Area PLTU Adipala
Technical and Economic Index of Power Plant
Name Unit Quantity
Main Site Area ha 43.3
Jetty and Slope Area ha 3.8
The Length of Acces Road Km 3.528
The Length of Country Road Km 1.302
13
General
Manager
Manager
Manager Manager Manager Manager
Pengelolaan
Operasi Pemeliharaan Enjiniring Administrasi
Energi Primer
Ahli Muda
Supervisor Senior Perencanaan dan
Perencanaan dan Evaluasi Operasi
Pengendalian
Operasi dan
Ahli Muda Kinerja
Niaga Operasi
Ahli Muda
Supervisor Senior Lingkungan
K3 dan
Lingkungan Supervisor K3
14
2. Bidang Pemeliharaan
Ahli Muda
Supervisor Senior Perencanaan dan
Perencanaan dan Evaluasi Pemeliharaan
Pengendalian
Pemeliharaan Ahli Muda Perencanaan
Outage
Supervisor Pemeliharaan
Teknisi Senior Mesin
Mesin
Supervisor Senior
Pemeliharaan
Mesin Supervisor Pemeliharaan
Mesin BOP dan Bengkel
Manager
Pemeliharaan Supervisor Pemeliharaan
Teknisi Senior Listrik
Listrik
Supervisor Senior
Pemeliharaan
Listrik Supervisor Pemeliharaan
Listrik BOP
G
Gambar 2.5 Struktur Organisasi Bidang Pemeliharaan PLTU Adipala
15
3. Bidang Energi Primer
Supervisor Senior
Pemeliharaan Instalasi Supervisor Pemeliharaan Mekanik
Energi Primer dan Abu Instalasi Energi Primer dan Abu
Supervisor Senior
Ahli Muda Perencanaan dan
Perencanaan Inventory Pengendalian Energi Primer
Energi Primer dan Abu
16
4. Bidang Enjiniring
Supervisor Senior
Ahli Muda Predictive
Condition Based Maintenance
Maintenance
17
5. Bidang Administrasi
Supervisor Gudang
18
2.6 Fungsi Kerja Departemen
Departemen adalah suatu bagian yang memiliki tugas spesifik dari suatu
organisasi yang lebih besar. Adapun pembagian departemen pada PLTU Adipala
adalah sebagai berikut :
19
mengukur kesuksesan manajemen pemeliharaan, maka ada dua unsur yang harus
ditentukan terlebih dahulu, yaitu keterlibatan karyawan dan prosedur
pemeliharaan.Faktor karyawan dalam hal pemeliharaan dapat dilihat dari
informasi yang dimiliki karyawan, keahlian yang dimilikinya, kompensasi yang
diterima sebagai factor penguat motivasi dan kekuatan sinergi yang perlu
dilakukan. Sebagai upaya untuk meningkatkan penguasaan informasi dan keahlian
dalam kaitannya dengan kegiatan pemeliharaan, maka pihak manajemen dapat
menempuh beberapa hal yaitu :
1. Pertukaran informasi. Melalui penciptaan iklim yang kondusif, misalnya
adanya bank data ( bank prosedur) yang berisikan data serta prosedur
tentang pemeliharaan segala jenis mesin dalam system manufaktur.
2. Pelatihan keahlian. Bagi karyawan yang belum memiliki keahlian yang
diharapkan, perusahaan dapat memilih untuk mengirimkan ke training
center yang menawarkan pelatihan-pelatihan atau langsung dilatih di
perusahaan melalui on the job training.
Adapun tentang prosedur pemeliharaan mesin-mesin, factor yang perlu
diperhatikan adalah prosedur pembersihan dan pelumasan. Pembersihan ini
ditujukan untuk menghindari korosi, kemacetan akibat adanya kotoran dan
kegiatan ini dilakukan secara rutin. Sedangkan pelumasan bertujuan agar tidak
terjadi gesekan material mesin secara langsung, mendinginkan panas mesin pada
kondisi tertentu, dan memperpanjang umur mesin.
Prosedur berikutnya adalah monitor dan penyesuaian. Monitor harus dilakukan
secara terus menerus dengan jadwal yang sudah ditentukan. Sistem monitor yang
baik akan mampu melakukan penyesuaian yang diperlukan.
20
ini setidaknya mampu dalam mengatasi atau meminimalkan berbagai
kemungkinan permasalahan yang terdapat di sekitar kehidupan sehari-hari dari hal
yang terkecil sekalipun sampai dengan yang besar dengan peralatan yang
bertujuan untuk semakin memudahkan pekerjaan pekerja. Adapun tanggung
jawab departemen enjiniring antara lain :
1. Aktivitas Inspection (Inspeksi).
2. Lubrication (Pelumas).
3. Parts Replacement (Penggantian Spareparts).
4. Overhoul.
5. Regular Machine Problem Solving (Pemecahan Masalah Mesin Reguler).
6. Technical Improvement (Peningkatan Teknis).
21
5. Membuat perkiraan biaya tahunan yang berkaitan dengan kegiatan office
administration, sebagai rekomendasi pembuatan anggaran departemen
General Affair.
6. Melaksanankan akan adanya kebutuhan dan pengadaan alat tulis kantor,
peralatan kantor, peralatan kebersihan dan keamanan kantor serta layanan
photocopy dan penjilidan.
7. Mengawasi pelaksanaan kebersihan dan kenyamanan ruang kantor dan
keamanan kantor.
22
2.8 Data Teknik Komponen Utama PLTU Adipala
1. Boiler
Manufactur : Babcock & Wilcock, Canada
Tipe : Supercritical
Kapasitas : 2009 ton/jam
Tekanan uap : 25.4 Mpa
Temperatur uap : 571oC
Bahan bakar utama : Batubara
Bahan bakar penyalaan awal : Minyak solar
2. Turbin
Manufactur : Shanghai Electric, China
Tipe : N660-24.2/566/566
Kapasitas : 660 MW
Tekanan uap masuk : 24.2 Mpa
Temperatur uap masuk : 566oC
Tekanan uap reheat : 4.15 Mpa
Temperatur uap reheat : 566oC
Kecepatan putaran : 3000 rpm
Jumlah tingkat : 3 tingkat
3. Generator
Manufactur : Shanghai Electric, China
Kecepatan putaran : 3000 rpm
Tegangan : 20 kV
KVA keluaran : 776.5 MVA
Factor daya : 0.85
Media Pendingin : Gas Hidrogen
Tekanan gas pendingin : 0.45 Mpa
4. Pulverizer
Manufactur : Babcock & Wilcox, Canada
Tipe : ZGM T23G-TT
Kapasitas : 81 ton/jam
23
Ukuran batubara : 200 Mesh
Kecepatan putar : 23.5 rpm
Motor penggerak : 522 kW/6 kV/706 A/50 Hz
5. Pompa Pengisi Boiler
Manufacture : Shanghai Power Equipment, China
Tipe : HPT200-339im-6S
Kapasitas : 786.31 m3
Head : 3243.08 m
NPSH ` : 56.12 m
Berat : 1 ton
Kecepatan : 5864 rpm
Daya : 7574.27 kW
Efisiensi : 82.82%
6. Force Draft Fan
Manufacture : Xiangtan Electric MGF, China
Tipe : YKK630-6WTH
Daya : 3150 kW
Frekwensi : 50 Hz
Standard : IP55
Putaran : 1491 rpm
Berat : 14.7 ton
7. Primary Air Fan
Manufacture : Xiangtan Electric MGF, China
Tipe : YKK710-4WTH
Daya : 1400 kW
Frekwensi : 50 Hz
Standard : IP55
Putaran : 1491 rpm
Berat : 14.7 ton
8. Induce Draft Fan
Manufacture : Chengdu Power Machinery, China
24
Type : YA17436-8Z
Volume aliran : 598.5 m3
Tekanan : 4540 Pa
Putaran : 595 rpm
Berat : 65 ton
Daya : 3600 kW
9. Penangkap Abu (Electrostatic Precipitator)
Manufacture : Wheelabarator, Canada
Volume aliran : 1.347.823 Nm3/jam
Temperatur gas : 19oC
Kecepatan aliran : 1.47 m/detik
Tipe elektroda : Isodyne & Star Type
Tegangan elektroda : 55 kV DC
Arus : 1250-1700 mA
Efisiensi : 99.5%
Jumlah abu yang ditangkap : 11.2 ton/jam
10. Cerobong (Stack)
Jumlah : 1 buah
Tinggi : 275 m
Diameter luar bagian bawah : 30 m
Diameter luar bagian atas : 14 m
Pipa saluran gas buang : 5.5 m
Temperatur gas masuk : 150oC
Kecepatan aliran : 2 m/detik
Material : Beton dengan 2 pipa saluran gas
25
BAB III
HASIL PRODUKSI PERUSAHAAN
26
lalu ditransferkan menuju
Serbuk batubara ini Coal Bunker (9) yang
Batubara dibongkar dicampur dengan menyemburkan batubara
dari kapal di Coal udara panas dari tersebut ke dalam ruang
Jetty menggunakan Primary Air Fan (8). bakar untuk proses
Ship Unloader. pembakaran.
Ditransfer melalui
Telescopic Chute (2) Transfer Tower (3)
atau menggunakan menuju Scrapper
Stacker/Reclaimer (1). Conveyor (4) lalu ke
Coal Bunker (5).
Proses pembakaran
Udara pembakaran menghasilkan limbah
yang digunakan pada Gas hasil pembakaran
berupa abu yang jatuh
ruang bakar dipasok dihisap keluar dari
dari Force Draft Fan ke bagian bawah
Boiler oleh Induce
(FDF) (10) melalui Air Boiler secara periodik,
Draft Fan (IDF) (12).
Preheater (11). dikeluarkan dan
dikirim ke Ash Valley.
dilewatkan Electric
Precipitator (13) yang Abu dan debu diambil
Gas dihembuskan ke
menyerap 99,5% abu dengan proses tekan
terbang dan debu udara melalui
sehingga abu
dengan sistem cerobong (14).
terkumpul di ash silo.
elektroda.
27
Panas dari Kemudian dipanaskan
Uap tersebut dialirkan
pembakaran diserap di Superheater (SH)
menuju Turbin
oleh pipa pipa (15) yang
tekanan tinggi High
penguap (water walls) menghasilkan uap
Pressure turbin (16).
menjadi uap jenuh. kering.
28
Listrik yang
Poros turbin Dengan demikian dihasilkan Disalurkan
terhubung dengan Stator Generator disalurkan menuju sistem
Rotor Generator (21) akan menuju jaringan terpadu
(20) lalu menghasilkan Generator (interkoneksi)
dibuatlah tenaga listrik Transformer Jawa-Bali melalui
magnetasi dengan dengan tegangan untuk dinaikkan saluran tegangan
Exitation System. 22 kV. tegangannya extra 500 kV.
menjadi 500 kV.
29
Keterangan: 31. Deaerator
1. Stack 32. Boiler Feed Pump
2. Boiler 33. HP Heater
3. FD Fan 34. 18 kV/150kV Switch Yard
4. Air Heater 35. Transmission
5. Sparator
6. Primary Superheater
7. Economizer
8. Header
9. Water Wall
10. Secondary Superheater
11. Reheater
12. Wind Box
13. HP Turbine
14. IP Turbine
15. LP Turbine
16. Generator
17. Condenser
18. MFO Tank
19. MFO Pump
20. MFO Heater
21. Burner
22. Circulating Water Pump
23. Desalination Plant
24. Distillate Water Pump
25. Make Up Water Tank
26. Make Up Water Pump
27. Demin Water Tank
28. Demin Water Pump
29. Condensate Pump
30. LP Heater
30
Produk akhir dari PLTU Adipala adalah daya listrik yang menyuplai
jaringan interkoneksi Jawa-Bali. Kapasitas terpasang PLTU Adipala adalah 660
MW dengan Daya Mampu Netto adalah 615 MW dan beban maksimal yang
pernah dicapai adalah 700 MW.
31
BAB IV
HASIL PELAKSANAAN MAGANG INDUSTRI
32
Gambar 4.1 Central Control Room PLTU Adipala
4.1.2 Main Unit
Main unit adalah area kerja unit yang melakukan fungsi utama
pengoperasian pada PLTU. Adapun area main unit antara lain :
1. Turbin Area, merupakan area dari peralatan turbin dan peralatan
pendukungnya. Turbin PLTU Adipala terdiri dari 3 bagian kombinasi turbin
impulse dan reaksi.Turbin area PLTU Adipala berada pada elevasi 24 meter
Main Power House atau lantai 3 unit.
2. Boiler Area, merupakan area dari peralatan boiler dan pendukungnya. Boiler
PLTU Adipala merupakan boiler supercritical yang menghasilkan tekanan
steam 25,4 mpa pada temperature 569 oC. Boiler pada PLTU Adipala berada
pada elevasi 0 m – 80 m.
4.1.3 Coal dan Ash Handling
Coal & Ash Handling area adalah divisi atau bagian unit yang menangani
batu bara dan abu pada PLTU Adipala. Didalam Coal & Ash Handling diperlukan
beberapa peralatan utama dan pendukungnya serta proteksi untuk menunjang
aktivitasnya. Adapun peralatan utama Coal Handling System adalah :
1. Belt Conveyor adalah suatu alat yang digunakan untuk mentransportasikan
batubara dari unloading area menuju coal bunker.
2. Belt Feeder adalah alat yang digunakan untuk mengalirkan batubara dari
hopper menuju ke belt conveyor.
3. Stacker/Reclaimer adalah alat yang digunakan untuk menimbun (stacking)
dan mengeruk (reclaiming) batubara dari stock area tertentu.
33
4. Ship Unloader adalah alat yang digunakan untuk memindahkan batubara
dari tongkang menuju belt conveyor melalui hopper.
5. Transfer House adalah alat yang digunakan untuk melakukan interkoneksi
aliran batubara.
6. Hopper adalah peralatan yang digunakan untuk menampung batubara secara
sementara.
7. Crusher adalah alat yang digunakan untuk menghancurkan batubara sampai
ukuran lebih kecil dari 10 mm.
8. Sampling system adalah alat yang digunakan untuk menganalisa kandungan
batubara.
4.1.4 Water Treatment Plant
Water Treatment Plant (WTP) atau Instalasi Pengolahan Air adalah sistem
atau sarana yang berfungsi untuk mengolah air dari kwalitas air baku (influent)
terkontaminasi untuk mendapatkan perawatan kualitas air yang diinginkan sesuai
standar mutu. WTP PLTU Adipala mempunyai 4 proses utama yaitu :
1. Koagulasi, dimana dilakukan proses destabilisasi partikel koloid, karena
dasarnya sumber air (air laut) berbentuk koloid. Tujuan proses ini adalah
untuk memisahkan air dengan pengotor yang terlarut didalamnya. Proses
distabilisasi ini dilakukan dengan cara penambahan bahan kimia maupun
secara fisikdengan rapid missing (pengadukan cepat), hidrolisis, maupun
secara mekanis.
2. Flokulasi, proses ini bertujuan untuk membentuk dan memperbesar flok
(pengotor yang diendapkan). Disini dilakukan pengadukan lambat (slow
mixing), aliran air harus tenang. Untuk meningkatkan efisiensi biasanya
ditambahkan dengan senyawa kimia yang mampumengikat flok-flok
tersebut.
3. Sedimentasi, proses ini menggunakan prinsip berat jenis dengan tujuan
untuk mengendapkan partikel-partikel koloid yang sudah di destabilisasikan
oleh proses sebelumnya (partikel koloid berat jenisnya lebih besar daripada
air).
34
4. Filtrasi, sesuai dengan namanya proses ini bertujuan untuk penyaringan.
Proses penyaringan dilakukan dengan menggunakan media membrane filter
dengan beberapa tingkatan, yaitu : Multy Media Filter (MMF), Ultra
Filtration System (UF), Microfiltration System (MF), Reverse Osmosi (RO).
35
Coal handling system juga berfungsi untuk kebutuhan penyimpanan
batubara pada stockpile. Hal ini perlu dilakukan agar batubara terjamin
ketersediaannya guna pengisian batubara kedalam coal bunker untuk keperluan
pembakaran di boiler. Didalam coal handling system seringkali kita mendengar
istilah proses stacking dan reclaiming akan tetapi tidak semua orang paham
tentang arti dari proses tersebut.
a. Proses Stacking yaitu proses pembongkaran batubara dari kapal tongkang di
dermaga menuju ke stockpile
b. Proses Reclaiming adalah proses pembongkaran batubara dari stockpile
menuju coal bunker guna pengisian batubara untuk kebutuhan pembakaran
didalam boiler.
36
tersebut diatas diletakan diatas motor gantry yang mampu bergeser sepanjang rel,
sedangkan rel tersebut dipasang sejajar parallel sepanjang jetty.
Ship unloader ini secara design memiliki kemampuan maksimal sebesar
1600 Ton/Hour untuk pembongkaran batubara dan dikemudikan oleh seorang
operator Ship Unloader yang berada pada cabin Ship Unloader yang bisa digeser
searah dengan boom Ship Unloader.
2. Belt Conveyor
Belt Conveyor system merupakan serangkaian conveyor yang disusun
sedemikian rupa hingga dapat bekerja untuk transfer batubara dengan baik dari
jetty menuju ke coal bunker. Belt conveyor ini digerakkan oleh motor listrik untuk
dapat beroperasi.
37
Gambar 4.3 Bagian Belt Conveyor
Bagian-bagian dari Belt Conveyor yaitu :
a. Belt Conveyor : Merupakan ban berjalan yang berfungsi untuk membawa
material dan meneruskan gaya.
b. Motor : berfungsi sebagai penggerak utama dari belt conveyor.
c. Reducer : Peralatan yang menghubungkan sumber daya ke pulley dan
berfungsi mereduksi putaran dari motor agar putaran input dari motor dapat
dikurangai.
d. Pulley : roda tempat terpasangnya belt. Jenis-jenis Pulley yaitu: Drive
Pulley, Tail Pulley, Snub Pulley, Take Up Pulley dan Band Pulley.
Drive Pulley : merupakan pulley yang secara langsung atau tidak
langsung terhubung dengan motor listrik dan dikopling dengan gearbox.
Fungsinya untuk memutar belt. Posisi drive pulley tidak harus selalu di
depan, bisa dipasang dimana saja yang dianggap memungkinkan.
Take up pulley berfungsi untuk menjaga ketegangan belt. Take up pulley
terhubung dengan counter weight.
Bend pulley : yang berfungsi untuk menikungkan atau membelokkan arah
belt.
Head pulley : berada pada ujung depan conveyor. Tidak semua head
pulley dapat dipakai sebagai drive pulley. head pulley yang tidak dapat
38
dihubungkan dengan drive pulley tidak dapat disebut sebagai drive
pulley.
Snub pulley : digunakan untuk memperbesar sudut llitan kontak antara
pulley dengan belt. Biasanya Snub pulley terletak di dekat drive pulley.
Tail pulley : berada di sisi belakang conveyor. berfungsi untuk memutar
kembali belt conveyor menuju ke arah drive pulley.
e. Idler : pulley pembawa belt yang terpasang sepanjang conveyor. Jenis-jenis
idler yaitu: Impact Idler, Carring Idler, Return Idler dan Steering Idler.
Carring Idler : Berfungsi untuk menjaga belt pada bagian yang berbeban
atau sebagai roll penunjang ban bermuatan material. Posisi dari Carrying
idler berada di atas conveyor table. Komposisinya terdiri dari 3 buah roll
penggerak berbentuk V.
Impact idler : posisinya persis di bawah chute. Pada bagian luarnya
dilapisi dengan karet dan jarak antara satu sama lain lebih rapat dari
carrying idler. Fungsinya untuk menahan belt agar tidak sobek/rusak
akibat batu bara yang jatuh dari atas.
Return idler : berada di bawah belt pada sisi balik conveyor.
Komposisinya hanya terdiri dari 1 buah roll penyangga dan berfungsi
untuk menyangga belt dengan arah putar balik.
Steering idler : merupakan idler yang berfungsi untuk menjaga kelurusan
belt agar tidak jogging (bergerak ke kiri/kanan).
f. Counter Weight : merupakan pemberat untuk menjaga ketegangan belt.
g. Cleaning Device : Peralatan untuk membersihkan belt dari material
yang menempel. Jenisnya yaitu : Belt Scrapper, Rubber Skirt dan
Plough Scrapper.
h. Coal Plough : alat untuk menjatuhkan batubara dari conveyor sehingga
batubara masuk ke bunker.
39
Tabel 4.1 Parameter utama dari belt conveyor
Kapasi Kecepa Panjang Sudut
Kapasit Lebar Moto
tas tan conveyor kemir
No as max. belt r
design belt horizontal ingan
(t/jam) (mm) (KW)
(t/jam) (m/s) (mm) (°)
BC1A 1600 1920 1400 3.5 217.1 0 160
BC1B 1600 1920 1400 3.5 213.7 0 160
BC2A 1600 1920 1400 3.5 81.1 15 220
BC2B 1600 1920 1400 3.5 81.1 15 220
BC3A 3200 3840 1800 3.5 320.95 16 500
BC4A 1250 1330 1200 2.8 82.75 14.8 160
BC4B 1250 1330 1200 2.8 82.75 14.8 160
BC5A 1250 1330 1200 2.8 200 15.4 400
BC5B 1250 1330 1200 2.8 200 15.4 400
BC6A 1250 1330 1200 2.8 74.65 0 75
BC6B 1250 1330 1200 2.8 74.65 0 75
BC7 1600 1920 1400 3.5 78.95 8.6 160
BC8 700 800 1000 3.5 86.3 14.5 110
40
Peralatan ini terdiri dari :
a. Bucket Whell yang ditempatkan pada ujung/akhir boom conveyor system
yang berfungsi untuk mengeruk (reclaime) batubara pada stock area dengan
cara berputar.
b. Boom Conveyor yang berfungsi untuk menyalurkan batubara ke stock area
(stacking) atau menyalurkan batubara yang curah dari Bucket Wheel ke
conveyor berikutnya. Posisi Boom Conveyor bisa digerakan ke kiri/kanan
(Slewing) dan ke atas/bawah (Luffing).
c. Elevating Conveyor berfungsi untuk menyalurkan batubara dari conveyor
sebelumnya ke Boom Conveyor hanya pada saat penimbunan.
d. Gantry System berfungsi untuk menopang seluruh sistem ST/RE sehingga
dapat bergerak (mobile) pada jalur (rell) yang sudah ditentukan.
4. Transfer Tower
Pengaturan arah aliran tersebut dilakukan di suatu bangunan yang memuat
alat pemindah arah aliran yang pengendaliannya dapat dikendalikan dari Control
Room Coal handling (CHCR). Pengaturan dilakukan dengan cara mengatur posisi
dari Diverter Gate/ Isolating Shutle yang terdapat pada peralatan pemindah aliran.
Bangunan ini dikenal dengan nama Transfer Tower.
41
5. Roller Screen
Roller Screen merupakan suatu Screen (Saringan) yang berfungsi memilah-
milah batubara sesuai dengan ukurannya. Batubara dengan ukuran ≤ 32 mm akan
lolos langsung masuk ke conveyor berikutnya tapi apabila batubara dengan
ukuran akan masuk ke dalam crusher untuk kemudian digiling guna memperkecil
ukurannya.
42
4.2.4 Peralatan Pendukung Coal Handling System
1. Magnetic Separator
Magnetic separator berfungsi untuk menangkap logam besi dari batubara.
Prinsip kerja Magnetic Separator ini berdasarkan induksi elektromagnetik logam
besi yang terbawa pada aliran batubara pada conveyor akan ditarik oleh medan
elektromagnetik lalu menempel Magnetic Separator dan akan jatuh pada sisi
penampungan.
2. Belt Scale
Belt scale berfungsi untuk menimbang batubara yang akan disalurkan ke stock
area atau ke unit dan untuk mengetahui flow rate yang melewati conveyor
tersebut. Berada di tengah conveyor dan memiliki sensor kecepatan dan sensor
berat (load cell) di bawah Belt Conveyor. Pengukuran berat dilakukan dengan
cara menimbang laju aliran batubara diatas Belt Conveyor. Melalui Differential
Transformer Transmitter dan peralatan Totalizer Indicator batubara dapat
diketahui beratnya lewat panel angka. Belt Scale ditempatkan di Belt Conveyor
2A dan 2B serta Belt Conveyor 4A dan 4B.
43
Gambar 4.9 Belt Scale
3. Coal Sampling
Pengambilan sampel batubara dapat dilakukan secara otomatis, sistem ini
akan mengambil secara periodik dari aliran batubara dan diproses sedemikian
rupa, sehingga sampel-sampel dapat mewakili keseluruhan batubara.
44
tersebut dibuang ke udara luar, debu batubara tersebut dilewatkan pada filter
(saringan) dengan harapan udara yang terbuang di udara luar tidak lagi
mengandung debu batubara sehingga tidaklah mencemari udara.
45
6. Water Wiper
Water wiper merupakan alat yang terpasang pada conveyor yang berfungsi
sebagai pembuang air di conveyor setelah terkena hujan. Alat ini terpasang pada
conveyor agar pada saat conveyor beroperasi setelah terjadinya hujan, air yang
berada diatas conveyor tersebut tidak bercampur dengan batubara yang yang juga
dibawa oleh conveyor. Karena hal ini menyebabkan batubara menjadi bubur
batubara yang dapat menyebabkan chute batubara menjadi tersumbat (block
batubara).
46
Gambar 4.14 Pull Cord
2. Belt Sway
Berfungsi untuk memberhentikan belt apabila terjadi jogging / unbalance
(belt bergerak kekiri atau kanan) secara otomatis. Jogging biasanya terjadi akibat
batubara dari outlet chute tidak jatuh ke tengah-tengah conveyor sehingga belt
bergeser ke kiri atau ke kanan.
47
Gambar 4.16 Speed Detector
4. Plugged Chute
Berfungsi untuk memberhentikan conveyor secara otomatis yang ada di
belakang (di sisi inlet) plugged chute apabila terjadi penumpukan di outlet chute
karena batubara ngeblok.
48
Gambar 4.18 Push button stop emergency
6. Fire Protection
Fire protection adalah peralatan yang berfungsi untuk mendeteksi dan
mencegah terjadi kebakaran. Fire Protection yang digunakan adalah system
Hydrant dan Sprinkler.
49
3. Pengoprasian coal handling system
a. Persiapan start coal handling system.
Sebelum anda melakukan start coal handling sistem , lakukan langkah-
langkah sebagai berikut :
Periksa semua peralatan coal handling yang akan dioperasikan dan
yakinkan tidak ada indikasi gangguan (sistem proteksi) yang kerja
Periksa Hopper dari tumpukan yang menempel (ngeblok) dan benda asing
agar tidak mengganggu jalan operasi
Periksa arah Diverter Gate
Periksa Magnetic Separator
Periksa Tripper dan kebersihan Screen
Periksa Oil semua Gear box berada diatas level minimum
Periksa dan yakinkan bahwa tidak ada orang bekerja pada peralatan yang
akan dioperasikan
b. Pemeriksaan setelah stop beroperasi
Bersihkan area, bersihkan batubara yang jatuh dan batubara yang bocor,
membuat semua chute batubara bebas dari akumulasi batubarai, bersihkan
besi pada magnetic separator dan sebagainya
Selesaikan masalah yang belum terpecahkan selama peralatan beroperasi
Lakukan pelumasan yang baik
Membuat kajian komprehensif dari semua peralatan untuk memenuhi
persyaratan operasi
50
Gambar 4.19 Flow diagram coal handling system
51
Sambungan belt Melaporkan ke pihak
aus . maintenance agar
posisi sambungan di
perbaiki .
Idler aus
(diameternya Melaporkan ke pihak
berkurang) maintenance agar
idler yang aus
diganti.
Chute blok akibat Bersihkan dinding
Pluged Chute batubara Basah/ Chute agar bersih
kerja lengket/besar dari batubara yang
menempel pada
dinding chute
52
start kapasitas)
53
Idler aus Melaporkan ke pihak
(diameternya maintenance agar
berkurang) idler yang aus
diganti.
54
ada kelainan
laporkan ke
Maintenance.
55
fault
- Winding Batu bara ngeblok
temperatur
e alarm
kerja
- Chute
crusher
ngeblok
Tidak bisa Sensor tidak Laporkan ke
5 MAGNETIC menangkap berfungsi/ maintenance agar
SEPARATO partikel besi kekuatan daya alat tersebut
R yang besar elektromagnet berfungsi kembali
sudah berkurang
Pen patah Motor berputar Llaporkan ke
belt tidak berputar maintenance agar
pen diganti.
Rantai / chain Usia rantai sudah Rantai di ganti
kendor di atas batas dengan yang baru
waktu .
Adjust belt terlalu Adjust belt terlalu
Belt jogging kencang atau kencang atau kendor
kendor .
Over speed Pada saat pindah Kurangi beban batu
6 TRIPPER (meluncur / posisi ada beban bara dan pada saat
nabrak) berlebih. pindah posisi tanpa
ada batubara.
56
menempel pada
dinding chute
Posisi Triper Limit switch tidak Pindahkan Tripper
tidak ada tersentuh tripper pada posisi silo A
indikasi atau F ( local posisi )
(hilang )
Rantai / chain Usia rantai sudah Laporkan ke
putus lama atau rapuh maintenance agar di
sambung kembali
Terganjal benda Laporkan ke
7 SCRAPER Pen lepas asing ( besi , kayu maintenance agar
CONVEYOR , batu ) pen dipasng kembali
Terkena gesekan
rantai dengan t –
plate
Trailing lepas Terganjal batu Laporkan ke
. maintenance agar di
perbaiki.
Wear plate Terjadi gesekan Laporkan ke
mencuat maintenance agar di
perbaiki.
Tidak bisa Batubara over Cleaning plate gate
Open/Close load
Arah gate Terganjal Cleaning chute
8 DIVERTER tidak batubara damper
GATE/ membuka
ISOLATING atau menutup
SHUTTLE/ penuh
BY PASS Shuttle Over Limit Switch End Laporkan ke
57
GATE Limit Abnormal maintenance agar
dilakukan set ulang.
Cleaning plate gate
9 HOPPER Arah gate Tidak bisa
GATE tidak Open/Close Reset breaker di
membuka karena terganjal MCC untuk
atau menutup batubara menormalkan
penuh kembali.
58
Rotari tidak Periksa couple Jika ada kerusakan
mutar laporkan ke
maintenance
59
4.3 Kendali Program Penanganan Batubara di Coal Handling
Metode kendali sistem penanganan batubara (coal handling) pada
pembangkit listrik tenaga panas dibagi menjadi tiga tipe: kendali manual lokal,
kendali manual terpusat dan kendali program terpusat, baik sistem penanganan
batubara berperlengkapan besar dan sistem penanganan batubara menyeluruh
akan membutuhkan PLC sebagai perlengkapan yang tepat untuk sistem
kendalinya.
4.3.1 Pengenalan pada Sistem Kendali Program Coal Handling
Sistem penanganan batubara di pembangkit listrik ADIPALA akan
menggunakan serangkaian PLC UNITYpro dari Schneider. Sistem kendali
program penanganan batubara terdiri dari coal unloading jetty system, coal
conveying system, coal stocking system, coal reclaiming system, coal blending
system yang diantraranya coal storage system akan diterapkan dengan bucket
wheel machine, sementara coal blending system akan diterapkan dengan plow
unloader.
Seluruh proses sistem kendali program dari ship unloader sampai belt dan
transfer station, menuju ke gerbong stacker-reclaimer pada coal yard, hingga ke
pencampuran batubara di bunker bay dari pembangkit listrik akan dikendalikan,
diawasi, disiagakan, ditampilkan, diukur, diatur, dan dilindungi.
I. Konfigurasi Hardware
Sistem kendali akan menggunakan Programmable Logic Controller (PLC)
untuk kendali berkelanjutan; alat kendali PLC akan dilengkapi dengan modul
sumber daya double redundant, yaitu modul-modul CPU hot standby. Operator
pusat dan PLC akan digunakan untuk mengendalikan seluruh sistem, LCD 21 inci
dan keyboard akan digunakan untuk mengawasi seluruh sistem proses melalui
PLC.
Sistem kendali program akan dilengkapi dengan dua pusat operator
redundant yang saling mendukung (masing-masing operator pusat terdiri dari
sebuah komputer kendali industri, sebuah layar LCD, sebuah keyboard dan
sebuah mouse dan printer laser A3) dan sebuah pusat petugas. Dua operator pusat
bisa menjalankan operasi ganda dan dioperasikan sekaligus atau memakai salah
60
satunya sebagai mesin pengaturan. Selain fungsi pemrograman PLC, ruangan
pusat petugas juga akan memiliki semua fungsi yang lain seperti yang dimiliki
operator pusat.
61
PLC terdiri dari CPU, memory (RAM/ROM), bagian input/output (I/O), sumber
listrik dan alat pemrograman.
III. Proses kerja PLC
PLC akan menggunakan mode kerja scanning melingkar; proses ini dibagi
menjadi 5 tahapan: internal processing (pemrosesan internal), communication
service (layanan komunikasi), input processing (pemrosesan input), program
execution (pelaksanaan program) dan output processing (pemrosesan output),
waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh proses disebut scanning
period. Pada tahap pemrosesan, PLC akan mengecek untuk melihat apakah
hardware didalam CPU masih berfungsi normal atau tidak, mengatur ulang
peringatan timer, dan menyelesaikan beberapa proses internal. Pada tahap
pemrosesan komunikasi, PLC akan berhubungan dengan alat canggih berprosesor
mikro dan akan merespon perintah-perintah dari alat yang dapat diprogram juga
mengupdate isi tampilan dari pemrogram. Selain pemrosesan tersebut, PLC juga
akan menyelesaikan pemrosesan input, pelaksanaan program, pemrosesan output
akan berjalan jika dalam keadaan stop. Dari input sampai operasi pertama menuju
operasi kedua,......., sampai operasi terakhir dan pada akhirnya output terakhir.
62
4.3.2 Prinsip Operasi Jalur Pengisian Conveyor
Syarat suatu belt conveyor dinyatakan ready for operation yang pertama
ialah instalasi daripada belt conveyor telah selesai dikerjakan dengan hasil yang
memuaskan dan yang kedua semua bearing, idler, reducer, dll yang memerlukan
lubrikasi harus terlubrikasi dengan baik dengan minimal level oil adalah 50%.
Prinsip pengoperasian belt conveyor : bahwa sebelum memulai pengoperasian belt
conveyor sebaiknya start dahulu first receiving conveyor dan kemudian start
feeding conveyor,dan selanjutnya terus hingga bagian paling akhir, logika
pengoperasiannya ialah dimulai dari downstream ke upstream.
63
dengan lengkap. Pada bagian samping belt conveyor terdapat emergency pull
chord yang berfungsi untuk menghentikan belt conveyor di saat yang kritis, baik
yang menyangkut manusia ataupun material yang membahayakan kelangsungan
proses operasi. Kebersihan belt conveyor merupakan aspek yang perlu pula
mendapat perhatian karena makin lama kotoran yang jatuh dari belt conveyor
lama-kelamaan akan menumpuk di bagian bawah,sehingga dapat menghambat
laju daripada belt conveyor.
64
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
sesuai dengan judul laporan “ Coal Handling System “ yaitu :
1. Penyaluran batubara menggunakan conveyor terbukti mempunyai keunggulan
dan keefisienan dalam pengoperasiaanya.
2. Pengoperasian peralatan sistem coal handling dengan handal dan maksimal
akan berdampak pada hasil kinerja pembongkaran/ unloading batubara.
3. Dalam bekerja harus melengkapi peralatan K3, berpedoman pada instruksi
kerja, dan bekerja sesuai dengan SOP yang sudah ditetapkan.
5.2 Saran
Adapun saran yang penulis berikan dari materi Coal Handling System pada
Pembangkit Listrik Tenaga Uap adalah sebagai berikut :
1. Pentingnya perawatan secara rutin dan berkala terhadap peralatan coal
handling system agar proses unloading batubara dari tongkang dapat selalu
mencapai target yang baik.
2. Diberlakukannya jadwal Preventive maintenance, predictive maintenance, dan
proactive maintenance secara teratur.
3. Menjamin penyediaan barang spare part peralatan coal handling di gudang
workshop.
65
DAFTAR PUSTAKA
Indonesia Power. 2018. Unit Jasa Pembangkitan Jawa Tengah 2. Diambil dari :
http://www.indonesiapower.co.id/id/produk/Pages/Unit-Jasa-
Pembangkitan-Jawa-Tengah-2.aspx. Diakses pada tanggal 15 Desember
2019.
CNTIC. 2016. Central Control Operation Manual for PLTU 2 Jateng Adipala
(3rd version). Jiangxi:Nanchang Power Plant
66
LAMPIRAN
67