UUJK, SMK3 Dan Sist - Pengendalian Dampak Lingkungan PDF
UUJK, SMK3 Dan Sist - Pengendalian Dampak Lingkungan PDF
DAMPAK LINGKUNGAN
PELATIHAN
AHLI PELAKSANA GEOTEKNIK
KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
(GEOTECHNICAL ENGINEER WRD)
KATA PENGANTAR
Laporan UNDP tentang : Human Development Index (HDI) tertuang dalam Human
Development Report, 2004, mencantumkan Indeks Pengembangan SDM Indonesia pada
urutan 111, satu tingkat di atas Vietnam urutan 112 dan jauh di bawah dari Negara-negara
ASEAN terutama Malaysia urutan 59, Singapura urutan 25, dan Australia urutan 3,
merupakan sebuah gambaran kondisi pengembangan SDM kita.
Bagi para pemerhati dan khususnya bagi yang terlibat langsung dalam pengembangan
Sumber Daya Manusia (SDM), kondisi tersebut merupakan tantangan sekaligus sebagai
modal untuk berpacu mengejar ketinggalan dan obsesi dalam meningkatkan kemampuan
SDM paling tidak setara dengan Negara tetangga ASEAN, terutama menghadapi era
globalisasi.
Untuk mengejar ketinggalan telah banyak daya upaya yang dilakukan termasuk perangkat
pengaturan melalui penetapan undang-undang antara lain :
UU. No. 18 Tahun 1999, tentang : Jasa Konstruksi beserta peraturan pelaksanaannya,
mengamanatkan bahwa setiap tenaga : Perencana, Pelaksana, dan Pengawas harus
memiliki sertifikat, dengan pengertian sertifikat kompetensi keahlian atau ketrampilan
kerja. Untuk melaksanakan kegiatan sertifikasi berdasarkan kompetensi diperlukan
tersedianya “Bakuan Kompetensi” untuk semua tingkatan kualifikasi dalam setiap
klasifikasi di bidang Jasa Konstruksi.
UU. No. 20 Tahun 2003, tentang : Sistem Pendidikan Nasional, dan peraturan
pelaksanaannya, mengamanatkan Standar Nasional Pendidikan sebagai acuan
pengembangan KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi).
UU. No. 7 Tahun 2004, tentang : Sumber Daya Air menetapkan pada Pasal 71 Ayat 1
dan 2 bahwa :
- (1) Menteri yang membidangi sumber daya air dan menteri yang terkait dengan
bidang sumber daya air menetapkan standar pendidikan khusus dalam bidang
sumber daya air
i
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
(2) Penyelenggaraan pendidikan bidang sumber daya air dapat dilaksanakan, baik
oleh Pemerintah, pemerintah daerah maupun swasta sesuai dengan standar
pendidikan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Modul Pelatihan adalah salah satu unsur paket pelatihan sangat penting karena menyentuh
langsung dan menentukan keberhasilan peningkatan kualitas SDM untuk mencapai tingkat
kompetensi yang ditetapkan, disusun dari hasil inventarisasi jabatan kerja yang kemudian
dikembangkan berdasarkan SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia) dan SLK
(Standar Latih Kompetensi) yang sudah disepakati dalam suatu Konvensi Nasional, dimana
modul-modulnya maupun materi uji kompetensinya disusun oleh Tim Penyusun/tenaga
professional dalam bidangnya masing-masing, merupakan suatu produk yang akan
dipergunakan untuk melatih, dan meningkatkan pengetahuan dan kecakapan agar dapat
mencapai tingkat kompetensi yang dipersyaratkan dalam SKKNI, sehingga dapat menyentuh
langsung sasaran pembinaan dan peningkatan kualitas tenaga kerja konstruksi agar menjadi
kompeten dalam melaksanakan tugas pada jabatan kerjanya.
Dengan penuh harapan modul pelatihan ini dapat dimanfaatkan dengan baik, sehingga cita-
cita peningkatan kualitas SDM khususnya di bidang jasa konstruksi dapat terwujud.
Kepala Pusat
Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi
ii
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
PRAKATA
1 : UUJK, Etika Profesi, Etos Kerja dan UU-SDA (Sumber Daya Air)
2 : SMK3, (Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
3 : Pengendalian Dampak Lingkungan.
Sedangkan SMK3 (Sistem Manajemen K3), menguraikan tentang lingkup dan pengertian K3
(Keselamatan dan Kesehatan Kerja), sebab akibat kecelakaan kerja, peraturan perundangan
K3, Alat Pelindung Diri (APD), Tata Laksana baku penerapan K3 Konstruksi yang
didalamnya termasuk KEPMEN KIMPRASWIL Nomor 384/KPTS/M 2004, tentang :
Pedoman Teknis Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Tempat Kegiatan Bendungan.
Selain itu masih ada uraian tentang SMK3 (Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja) secara khusus Daftar Potensi Bahaya/Kecelakaan serta Daftar Simak K3.
Tim Penyusun
iii
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
LEMBAR TUJUAN
TUJUAN PELATIHAN
iv
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
v
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Umum ..................................................................................................... 1-1
1.2. Penerapan Peraturan Perundangan ....................................................... 1-1
RANGKUMAN
LATIHAN
vi
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
DAFTAR PUSTAKA
vii
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
DESKRIPSI SINGKAT
PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN
1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja Ahli Pelaksana Geoteknik
dibakukan dalam SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia) yang
didalamnya sudah dirumuskan uraian jabatan, unit-unit kompetensi yang harus dikuasai,
elemen kompetensi lengkap dengan kriteria unjuk kerja dan batasan-batasan penilaian
serta variabel-variabelnya.
2. SLK (Standar Latih Kompetensi) disusun dengan mengacu kepada SKKNI, dimana
uraian jabatan dirumuskan sebagai Tujuan Umum Pelatihan dan unit-unit kompetensi
dirumuskan sebagai Tujuan Khusus Pelatihan, kemudian elemen kompetensi dan
Kriteria Unjuk Kerja (KUK) dikaji dan dianalisis unsur kompetensinya yaitu :
pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja, selanjutnya kurikulum, silabus dan indikator
keberhasilan pembelajaran ditetapkan sesuai level kompetensinya.
DAFTAR MODUL
Perencanaan Penyelidikan
4. GTE - 04 Geologi Teknik dan Mekanika Membuat Perencanaan
4.
Tanah untuk Perencanaan Teknis Penyelidikan Geoteknik
Konstruksi SDA
viii
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
Melakukan Pengendalian
5. GTE - 05 Pengendalian Pelaksanaan
5. Pekerjaan Penyelidikan
Penyelidikan Geoteknik
Geoteknik
ix
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
PANDUAN PEMBELAJARAN
x
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
PANDUAN PEMBELAJARAN
A. BATASAN
xi
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
B. PROSES PEMBELAJARAN
1. Ceramah : Pembukaan
4. Ceramah : Bab 3 – K3
(Keselamatan dan
kesehatan kerja)
Pengetahuan dasar K3 Mengikuti penjelasan instruktur OHT 4
Perundang-undangan K3 dengan tekun dan aktif
JAMSOSTEK Mencatat hal-hal yang perlu
SMK3 Mengajukan pertanyaan bila
Sebab akibat kecelakaan perlu.
APD
Daftar simak K3
Mendiskusikan setiap pokok
bahasan.
Waktu : 60 menit
xii
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
Waktu : 30 menit.
6. Rangkuman / Penutup
xiii
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
MATERI SERAHAN
xiv
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Umum
Ketiga unsur tersebut seharusnya dapat dilaksanakan secara terpadu dan simultan
pada setiap kegiatan dalam setiap item pekerjaan.
Jasa konstruksi yang menghasilkan produk akhir berupa bangunan atau bentuk
fisik konstruksi lainnya, baik dalam bentuk prasarana maupun sarana pemace
pertumbuhan dan perkembangan berbagai bidang, terutama bidang ekonomi,
1-1
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
sosial dan budaya, mempunyai peranan penting dan strategis dalam berbagai
bidang pembangunan.
1-2
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
Seperti halnya tentang jasa konstruksi yang sudah diatur dengan Undang-Undang
dan Peraturan Pemerintah, untuk keselamatan dan kesehatan kerja serta
pengendalian dampak lingkungan juga sudah ada peraturan perundang-
undangan.
Selain itu berbagai peraturan perundangan yang diterbitkan akhir-akhir ini juga
banyak yang mengacu pada permasalahan Lingkungan Hidup seperti Undang-
Undang Penataan Ruang, Undang-Undang Konservasi Sumber Daya Hayati dan
Ekosistemnya, Peraturan Pemerintah tentang Pengelolaan Kawasan Lindung dan
sebagainya.
Dalam pekerjaan konstruksi akan terdapat banyak komponen kegiatan yang dapat
menimbulkan dampak penting terhadap Lingkungan Hidup, sehingga untuk
mengantisipasi hal tersebut diatas, maka sesuai dengan ketentuan-ketentuan
1-3
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
c. Peraturan Perundangan K3
Dalam sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang mulai banyak
dikenal di masyarakat luas saat ini ada beberapa referensi sebagai berikut :
1-4
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
RANGKUMAN
1. Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai Negara Hukum, maka setiap gerak
langkah pengaturan selalu berdasarkan peraturan peundang-undangan
LATIHAN
BAB 2
UUJK, ETIKA PROFESI DAN ETOS KERJA
2.1.2. Pengertian
Jasa konstruksi adalah layanan :
2-1
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
2-2
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
b. Asas Manfaat
Asas Manfaat mengandung pengertian bahwa segala kegiatan jasa konstruksi
harus dilaksanakan berlandaskan prinsip-prinsip profesionalitas dalam
kemampuan dan tanggung jawab, efisiensi dan efektifitas yang dapat
menjamin terwujudnya nilai tambah yang optimal bagi para pihak dalam
penyelenggaraan jasa konstruksi dan bagi kepentingan nasional.
c. Asas Keserasian
Asas Keserasian mengandung pengertian harmoni dalam interaksi antara
pengguna jasa dan penyedia jasa dalam penyelenggaraan pekerjaan
konstruksi yang berwawasan lingkungan untuk menghasilkan produk yang
berkualitas dan bermanfaat tinggi.
d. Asas Keseimbangan
Asas Keseimbangan mengandung pengertian bahwa penyelenggaraan
pekerjaan konstruksi harus berlandaskan pada prinsip yang menjamin
terwujudnya keseimbangan antara kemampuan penyedia jasa dan beban
kerjanya.
Pengguna jasa dalam menetapkan penyedia jasa wajib mematuhi asas ini,
untuk menjamin terpilihnya penyedia jasa yang paling sesuai, dan di sisi lain
dapat memberikan peluang pemerataan yang proposional dalam kesempatan
kerja penyedia jasa.
e. Asas Kemandirian
Asas Kemitraan mengandung pengertian tumbuh dan berkembangnya daya
saing jasa konstruksi nasional.
f. Asas Keterbukaan
Asas Keterbukaan mengandung pengertian ketersediaan informasi yang dapat
diakses sehingga memberikan peluang bagi para pihak, terwujudnya
transparansi dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi yang
memungkinkan para pihak dapat melaksanakan kewajiban secara optimal dan
kepastian akan hak dan untuk memperolehnya serta memungkinkan adanya
koreksi sehingga dapat dihindari adanya berbagai kekurangan dan
penyimpangan.
g. Asas Kemitraan
Asas Kemitraan mengandung pengertian hubungan kerja para pihak yang
harmonis, terbuka, bersifat timbal balik, dan sinergis.
2-3
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
2.1.5. Tujuan
Pengaturan jasa konstruksi bertujuan untuk :
a. Memberikan arah pertumbuhan dan perkembangan jasa konstruksi untuk
mewujudkan struktur usaha yang kokoh, andal, berdaya saing tinggi, dan
hasil pekerjaan konstruksi yang berkualitas;
b. Mewujudkan tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi yang menjamin
kesetaraan kedudukan antara pengguna jasa dalam hak dan kewajiban,
serta meningkatkan kepatuhan pada ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku;
c. Mewujudkan peningkatan peran masyarakat di bidang jasa konstruksi.
2-4
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
Kondisi jasa konstruksi sebagaimana diuraikan di atas disebabkan oleh dua faktor,
yaitu :
a. Faktor internal, yakni :
1) Masih adanya kelemahan dalam manajemen, penguasaan teknologi, dan
permodalan, serta keterbatasan tenaga ahli dan tenaga terampil;
2) Belum tertatanya secara utuh dan kokoh struktur usaha jasa konstruksi
yang tercermin dalam kenyataan belum terwujudnya kemitraan yang
sinergis antar penyedia jasa dalam berbagai klasifikasi dan/atau kualifikasi.
2.2.2. Iklim Usaha Yang Kondusif Dalam Peningkatan Kemampuan Usaha Jasa
Konstruksi
Dalam rangka peningkatan kemampuan usaha jasa konstruksi nasional diperlukan
iklim usaha yang kondusif, yakni :
a. Terbentuknya kepranataan usaha, meliputi :
1) Persyaratan usaha yang mengatur klasifikasi dan kualifikasi perusahaan
jasa konstruksi;
2-5
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
2-6
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
2-7
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
Sementara itu untuk pekerjaan konstruksi yang berisiko besar dan/atau yang
berteknologi tinggi dan/atau berbiaya besar harus dilakukan oleh badan usaha
yang berbentuk perseroan terbatas (PT) atau badan usaha asing yang
dipersamakan.
Bentuk badan usaha nasional dapat berupa badan hukum seperti : Perseroan
Terbatas (PT), Koperasi, ataupun bukan badan hukum seperti : CV, atau Firma.
Sedangkan badan usaha asing adalah badan usaha yang didirikan menurut
hukum dan berdominisili di negara asing, memiliki kantor perwakilan di Indonesia,
dan dipersamakan dengan badan hukum Perseroan Terbatas (PT).
2-8
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
2. Orang Perseorangan
Mengenai persyaratan bagi orang perseorangan yang bekerja di bidang jasa
konstruksi diatur dalam Pasal 9 UU No. 18/1999 sebagai berikut :
a. Perencana konstruksi dan pengawas konstruksi
Perencana konstruksi dan pengawas konstruksi orang perseorangan
harus memiliki sertifikat keahlian.
b. Pelaksana konstruksi
Pelaksana konstruksi orang perseorangan harus memiliki sertifikat
keterampilan kerja dan sertifikat keahlian kerja.
c. Perencana konstruksi atau pengawas konstruksi atau pelaksana
konstruksi yang bekerja di badan usaha
Orang perseorangan yang dipekerjakan oleh badan usaha sebagai
perencana konstruksi atau pengawas konstruksi atau tenaga tertentu
dalam badan usaha pelaksana harus memiliki sertifikat keahlian.
d. Tenaga kerja keteknikan yang bekerja pada pelaksana konstruksi
Tenaga kerja yang melaksanakan pekerjaan keteknikan yang bekerja
pada pelaksana konstruksi harus memiliki keterampilan kerja dan
keahlian kerja.
2-9
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
kerja dengan memperhatikan standar imbal jasa, serta kode etik profesi
untuk mendorong tumbuh dan berkembangnya tanggung jawab
profesional.
2 - 10
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
orang dengan pemberian kuasa, maupun kelompok orang tidak dengan kuasa
melalui gugatan perwakilan.
Jika diketahui bahwa masyarakat menderita sebagai akibat penyelenggaraan
pekerjaan konstruksi sedemikian rupa sehingga mempengaruhi peri kehidupan
pokok masyarakat, Pemerintah wajib berpihak pada dan dapat bertindak untuk
kepentingan masyarakat.
2 - 11
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
2 - 12
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
2 - 13
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
Dokumen pemilihan penyedia jasa yang disusun oleh pengguna jasa dan
dokumen penawaran yang disusun oleh penyedia jasa berdasarkan prinsip
keahlian bersifat mengikat antara kedua pihak dan tidak boleh diubah secara
sepihak sampai dengan penandatanganan kontrak kerja konstruksi.
Hal-hal lain yang perlu diperhatikan dalam ketentuan pengikatan sebagai berikut :
a. Pelelangan terbatas hanya boleh diikuti oleh penyedia jasa yang dinyatakan
telah lulus prakualifikasi
b. Dalam keadaan tertentu, penetapan penyedia jasa dapat dilakukan dengan
cara pemilihan langsung atau penunjukan langsung
c. Pemilihan penyedia jasa harus mempertimbangkan kesesuaian bidang,
keseimbangan antara kemampuan dan beban kerja, serta kinerja penyedia
jasa
d. Pemilihan penyedia jasa hanya boleh diikuti oleh penyedia jasa yang
memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dan Pasal 9
UUJK No. 18 tahun 1999.
2 - 14
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
e. Badan-badan usaha yang dimiliki oleh satu atau kelompok orang yang sama
atau berada pada kepengurusan yang sama tidak boleh mengikuti
pelelangan untuk satu pekerjaan konstruksi secara bersamaan.
2 - 15
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
2 - 16
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
2 - 17
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
Cidera janji adalah suatu keadaan apabila salah satu pihak dalam kontrak kerja
konstruksi :
1) Tidak melakukan apa yang diperjanjikan; dan/atau
2) Melaksanakan apa yang diperjanjikan, tetapi tidak sesuai dengan yang
diperjanjikan; dan/atau
3) Melakukan apa yang diperjanjikan, tetapi terlambat; dan/atau
4) Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya.
2 - 18
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
2 - 19
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
d. Kontrak kerja konstruksi dibuat dalam bahasa Indonesia dan dalam hal kontrak
kerja konstruksi dengan pihak asing, maka dapat dibuat dalam bahasa
Indonesia dan bahasa Inggris. Namun harus secara tegas hanya 1 (satu)
bahasa yang mengikat secara hukum.
e. Kontrak kerja konstruksi tunduk pada hukum yang berlaku di Indonesia.
f. Ketentuan mengenai kontrak kerja konstruksi sebagaimana diuraikan pada
butir a. sampai dengan butir m. di atas berlaku juga dalam kontrak kerja
konstruksi antara penyedia jasa dengan sub penyedia jasa.
b. Dokumen lelang yaitu dokumen yang disusun oleh pengguna jasa yang
merupakan dasar bagi penyedia jasa untuk menyusun usulan atau penawaran
untuk pelaksanaan tugas yang berisi lingkup tugas dan persyaratannya
(umum, khusus, teknis, administratif, dan kondisi kontrak);
c. Usulan atau penawaran, yaitu dokumen yang disusun oleh penyedia jasa
berdasarkan dokumen lelang yang berisi metode, harga penawaran, jadwal
waktu, dan sumber daya;
d. Berita acara berisi kesepakatan yang terjadi antara pengguna jasa dan
penyedia jasa selama proses evaluasi usulan atau penawaran oleh pengguna
jasa antar lain klarifikasi atas hal-hal yang menimbulkan keragu-raguan;
2 - 20
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
2 - 21
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
2 - 22
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
2 - 23
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
2 - 24
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
2 - 25
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
2 - 26
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
“Biaya atau pengeluaran nyata” adalah biaya yang nyata-nyata dapat dibuktikan
sudah dikeluarkan oleh masyarakat dalam kaitan dengan akibat kegiatan
penyelenggaraan pekerjaan konstruksi.
2 - 27
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
Khusus gugatan perwakilan yang diajukan oleh masyarakat tidak dapat berupa
tuntutan membayar ganti rugi, melainkan hanya terbatas gugatan lain, yaitu :
a. memohon kepada pengadilan agar salah satu pihak dalam penyelenggaraan
pekerjaan konstruksi untuk melakukan tindakan hukum tertentu yang berkaitan
dengan kewajibannya atau tujuan dari kontrak kerja konstruksi;
b. menyatakan seseorang (salah satu pihak) telah melakukan perbuatan
melanggar hukum karena melanggar kesepakatan yang telah ditetapkan
bersama dalam kontrak kerja konstruksi;
c. memerintahkan seseorang (salah satu pihak) yang melakukan usaha/kegiatan
jasa konstruksi untuk membuat atau memperbaiki atau mengadakan
penyelamatan bagi para pekerja jasa konstruksi.
Atas pelanggararan ketentuan tersebut di atas, pengguna jasa dan atau penyedia
jasa dan atau pemasok dikenakan sangsi sesuai peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
2 - 28
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
2 - 29
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
Dalam rangka melindungi hak keperdataan para pihak yang bersengketa, Pasal
36 UU No. 18/1999 mengatur ketentuan bahwa penyelesaian sengketa jasa
konstruksi dapat ditempuh melalui pengadilan atau di luar pengadilan
berdasarkan plihan secara sukarela para pihak yang bersengketa dan
penyelesaian sengketa di luar pengadilan tersebut tidak berlaku terhadap tindak
pidana dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi.
Guna mencegah terjadinya putusan yang berbeda mengenai suatu sengketa jasa
konstruksi untuk menjamin kepastian hukum, jika dipilih upaya penyelesaian
sengketa di luar pengadilan gugatan melalui pengadilan hanya dapat ditempuh
apabila upaya tersebut dinyatakan tidak berhasil oleh salah satu atau para pihak
yang bersengketa.
2 - 30
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
2 - 31
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
2 - 32
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
2.6.3. Sangsi
Atas pelanggaran Undang-undang Jasa Konstruksi tersebut, kepada para
penyelenggara pekerjaan konstruksi dapat dikenai sangsi berupa dan atau denda
dan atau pidana.
Sangsi pidana atau denda dapat dikenakan kepada barang siapa yang :
a. melakukan perencanaan pekerjaan konstruksi yang tidak memenuhi
ketentuan keteknikan dan mengakibatkan kegagalan pekerjaan konstruksi
atau kegagalan bangunan;
b. melakukan pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang tidak memenuhi ketentuan
keteknikan yang telah ditetapkan dan mengakibatkan kegagalan pekerjaann
konstruksi atau kegagalan bangunan;
c. melakukan pengawasan pelaksanaan pekerjaan konstruksi dengan sengaja
memberi kesempatan kepada orang lain yang melaksanakan pekerjaan
konstruksi melakukan penyimpangan terhadap ketentuan keteknikan dan
menyebabkan timbulnya kegagalan pekerjaan konstruksi atau kegagalan
bangunan.
2 - 33
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
Etika adalah berasal dari kata ethics dari bahasa Yunani yaitu „Ethos“ yang berarti
kebiasaan atau karakter. Dalam pelaksanaan konstruksi seorang tenaga kerja
perlu memiliki etika atas perilaku moral dan keputusan yang menghormati
lingkungan, dan mematuhi peraturan lainnya dalam kegiatan masa konstruksi,
dengan kata lain seorang tenaga kerja jasa konstruksi perlu mempunyai nilai
moralitas, yang berarti sikap, karakter atau tindakan apa yang benar dan salah
serta apa yang harus dikerjakannya sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya
untuk hidup dilingkungan sosial mereka dalam melaksanakan kegiatan pekerjaan
tersebut.
2 - 34
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
Pelaksana Konstruksi, termasuk bagian dari pada itu, merupakan suatu profesi
yang didasarkan pada perhatian, nilai profesional berkaitan dengan kompetensi,
dimana nilai-nilai moral yang universal dikembangkan menjadi kode etik profesi
yang didasarkan pada pengalaman dalam setiap pelaksanaan konstruksi di
beberapa tempat/wilayah.
Etika
Etik menentukan sikap yang benar, mereka berkaitan dengan apa yang
″seharusnya“ atau ″harus“ dilakukan. Etika tidak seperti hukum yang harus
berkaitan dengan aturan sikap yang merefleksi prinsip-prinsip dasar yang benar
dan yang salah dan kode-kode moralitas.
Etika didisain untuk memproteksi hak asasi manusia. Dalam seluruh pekerjaan
bidang sumber daya air, etika memberi standar profesional kegiatan pelaksanaan
konstruksi; standar-standar ini memberi keamanan dan jaminan bagi pelaksana
konstruksi maupun pengguna prasarananya (masyarakat).
Meskipun etika dan moral sering digunakan bergantian, para ahli Etika
membedakannya, dimana Etika menunjuk pada keadaan umum dan serangkaian
peraturan dan nilai-nilai formal, sedangkan moral merupakan nilai-nilai atau
prinsip-prinsip dimana seseorang secara pribadi menjalankannya (Jameton 1984
Etika profesi).
2 - 35
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
7. Bertindak untuk tidak saling membajak tenaga kerja maupun tenaga ahli
sesama anggota.
8. Bertindak untuk menjabat secara sengaja baik langsung maupun tidak
langsung nama baik, kesempatan dan usaha sesama anggota.
9. Berpartisipasi dalam tukar menukar informasi, mengadakan latihan dan
penelitian mengenai syarat-syarat kontrak, Teknologi dan Tata cara
pelaksanaan sebagai bagian dari tanggung jawab kepada masyarakat dan
Industri Jasa Konstruksi.
2 - 36
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
1. Latar Belakang
HATHI sebagai asosiasi profesi memiliki Kode Etik yang merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari Anggaran Dasar / Anggaran Rumah Tangga
HATHI.
Kode Etik HATHI diturunkan dari visi tentang norma dan nilai luhur anggota
HATHI dalam melaksanakan semua kegiatan profesinya.
2 - 37
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
2. Kaidah Dasar
1. Mengutamakan keluhuran budi
2. Menggunakan pengetahuan dan kemampuan untuk kepentingan
kesejahteraan masyarakat
3. Meningkatkan kompetensi dan martabat berdasarkan keahlian profesional
teknik keairan.
3. Sikap
2 - 38
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
Tanggung jawab profesional sesuai dengan UUJK harus dilandasi oleh prinsip-
prinsip keahlian sesuai kaidah keilmuan dan kejujuran intelektual dan bagi
anggota HATHI sebagai tenaga profesional harus bertindak berdasarkan Kode
Etik Asosiasi. Pelaksanaan tanggung jawab profesional bagi tenaga profesional
HATHI akan terjadi pada setiap tahapan kegiatan pekerjaan konstruksi, dimulai
dari perencanaan, pelaksanaan beserta pengawasannya dan tahap
operasional/pemanfaatan.
2 - 39
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
UUJK Pasal 8
Badan Usaha harus memiliki sertifikat,
klasifikasi dan kualifikasi perusahaan
PENGAKUAN jasa konstruksi.
PROFESI SECARA UUJK Pasal 9
HUKUM Orang perseorangan/tenaga kerja
konstruksi (Perencana, Pengawas dan
Pelaksana) harus memiliki sertifikat
keahlian atau sertifikat keterampilan.
UUJK Pasal 42
ADMINISTRATIF
UUJK Pasal 11 PROFESI
Badan usaha dan orang
SANGSI
perseorangan harus bertanggung
jawab terhadap hasil pekerjaannya
UUJK Pasal 43
PIDANA
UUJK
SANGSI
UUJK
PasalPasal
26, 27
UUJK Pasal 26 26, 27
GANTI RUGI
1. Perencanaan atau pengawas GANTI RUGI
kontruksi wajib bertanggung jawab
sesuai bidang profesi dan dikenakan
ganti rugi atas kegagalan bangunan
akibat kesalahannya
2. Pelaksana konstruksi wajib
bertanggung jawab sesuai bidang
usaha dan dikenakan ganti rugi atas
kegagalan bangunan akibat
kesalahannya.
UUJK Pasal 27 SISTEM
Pengguna jasa wajib bertanggung jawab PERTANGGUNGAN
dan dikenakan ganti rugi atas kegagalan UNTUK GANTI RUGI
bangunan akibat kesalahannya yang
menimbulkan kerugian bagi pihak lain
2 - 40
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
2 - 41
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
Nilai adalah suatu konsepsi abstrak tentang apa yang dianggap baik atau
buruk, salah atau benar, adil atau tidak adil bagi suatu masyarakat.
Sedangkan kaidah atau peraturan adalah suatu nilai yang dibakukan
menjadi pedoman untuk berprilaku dan bertindak terhadap sesama
manusia dan lingkungannya
2 - 42
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
2 - 43
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
b. Sikap
b1. Pengertian
Sikap adalah suatu disposisi atau keadaaan mental di dalam jiwa
dan diri individu untuk bereaksi terhadap lingkungannya (baik
lingkungan manusia, alam sekitarnya dan fisiknya)
2 - 44
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
Sebagai Ahli K3 Konstruksi ada panggilan dan juga amanah yang harus
dilaksanakan dengan penuh integritas disertai keihlasan dalam bersikap
dan bertindak karena tugas pekerjaannya menyangkut kemanusiaan
demi keselamatan dan kesehatan kerja yang ujung-ujungnya
menyangkut beberapa insan manusia (keluarga dan saudara-
saudaranya) dibalik tenaga kerja yang harus dijamin ”rasa aman, selamat
dan sehat” dalam melaksanakan tugasnya.
Panggilan dan amanah ini diharapkan sebagai landasan motivasi untuk
melaksanakan tugas pekerjaan yang menghasilkan produk terbaik pada
saat itu (tidak pernah merasa puas) yang dijiwai etika profesi, integritas,
moral, iman dan taqwa serta peduli lingkungan.
2 - 45
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
Dalam bukunya “De Give” (1642) dan Leviathan” (1651), Thomas Hobbes
membentangkan pendapat yang intinya sebagai berikut :
Pada mulanya manusia itu hidup dalam suasana bellum omnium contra
omnes, selalu dalam keadaan perang (saling bunuh membunuh, saling sikut-
menyikut). Agar tercipta suasana damai tentram. Lalu diadakan perjanjian
diantara mereka (Pactum Unionis). Setelah itu disusul perjanjian antara semua
dengan seseorang tertentu (pactum subjectionis) yang akan diserahi
2 - 46
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
2 - 47
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
2 - 48
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
berorientasi vertikal kearah atasan akan mematikan jiwa yang ingin berdiri
sendiri dan berusaha sendiri. nilai yang seperti ini juga akan tumbuhnya rasa
disiplin murni, karena orang hanya akan taat kalau pengawasan tadi menjadi
kendor atau pergi
Sikap asosial bisa melahirkan tata nilai moralitas yang beranggapan bahwa
menjadi jago atau melanggar peraturan merupakan suatu hal yang patut
dibanggakan.
Dalam kondisi sosial yang demikian, akan terjadi lomba ketangkasan
meningkatkan kuantitas dan kualitas kejahatan. Seperti keadaan masyarakat,
bahwa kejahatan itu tidak hanya dilakukan oleh orang yang tidak mapan
ekonominya saja. Namun orang yang sudah mapan ekonominyapun juga
melakukan kejahatan yang lazim disebut white colar crime.
2 - 49
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
2.8.5. Menepati
Salah satu wujud seseorang itu patuh pada kaidah atau peraturan yang ada
adalah menepati. Adapun therminologi menepati adalah suatu perbuatan atau
tindakan yang sesuai dengan kaidah atau peraturan yang berlaku
Kemudian muncul pertanyaan : mengapa kita harus menepati kaidah atau
peraturan?
Secara hukum, kalau suatu kaidah (atau program yang telah direncanakan) telah
disepakati sebagai kehendak bersama atau sebagai konsensus, maka
keseluruhan warga masyarakat (warga lembaga) tersebut telah mengikatkan diri
atau telah terikat oleh hasil konsensus tersebut. Dengan demikian mereka
mempunyai kewajiban moral untuk menepati hasil consensus tersebut.
2.8.6. Mendukung
Mendukung adalah sikap partisipasi aktif dalam melaksanakan nilai dan kaidah
(fungsi, tugas atau uraian kerja).
Partisipasi aktif, merupakan suatu proses kegiatan yang hidup dan berkembang,
oleh karena itu partisipasi pasif (tidak menolak program-program yang
2 - 50
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
2.8.7. Permasalahan
Dengan bertolak pada makna disiplin terurai diatas, ruang lingkup permasalahan
menegakkan disiplin dapat dipertanyakan sebagai berikut:
1. Apakah kaidah atau (fungsi lembaga yang terumuskan dalam tujuan lembaga,
tujuan lembaga terjabarkan dalam program-program kerja, program-program
kerja terdistribusikan pada unit-unit kerja dalam bentuk uraian kerja) sudah
terinci secara jelas, tegas dan mampu berfungsi sebagai pengendali dalam
proses kegiatan
2 - 51
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
Agar tumbuh kesadaran melu andarbeni, melu hangrukebi dan nulat sariro
hangrosowani
Dan menghindarkan penjatuhan sangsi yang subyektif, tanpa pembuktian
terlebih dahulu dan tidak didasarkan pada kaidah yang berlaku.
2 - 52
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
4. Mengoptimalkan sarana yang ada dan melengkapi sarana yang belum ada.
Dalam hal ini, harus diketahui terlebih dahulu hasil perolehan butir nomor 1, 2
dan 3 diatas.
5. Dirumuskan sistem pengendalian terlebih dahulu dan baru dibentuk unit kerja
yang bidang garapannya sebagai pengendali proses kegiatan kegiatan yang
ada dilembaga.
6. Nilai budaya vertikal oriented harus dibuang jauh-jauh dan sebagai gantinya
adalah nilai budaya organis atau sejaring.
2 - 53
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
Jika hati nurani sudah bersih maka akan terbentuk sikap dan prilaku yang
disiplin, termasuk dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
e. Disiplin, pada dasarnya adalah sikap batin yang tercermin dalam perilaku
untuk senantiasa mentaati setiap norma dan ketentuan secara sadar dan
dijalankan secara ikhlas tanpa adanya paksaan.
Oleh karenanya sikap batin dan perilaku disiplin tidak dapat diwujudkan hanya
melalui ceramah atau kuliah saja namun harus ditumbuhkembangkan melalui
contoh teladan serta melalui pembiasaan dalam kehidupan secara terus
menerus (Suara Karya, Kamis, 29 Juni 1995).
2.9.1. Umum
Undang-undang Nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, menetapkan
bahwa Sumber daya Air adalah air, sumber air, dan daya yang terkandung di
dalamnya, dalam hal ini lebih lanjut ditetapkan bahwa :
Air adalah semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah
permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air
hujan, dan air laut yang berada di darat
Air permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah
Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah
permukaan tanah.
Sumber air adalah tempat atau wadah air alami/dan atau buatan yang terdapat
pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah
Daya air adalah potensi yang terkandung dalam air dan/atau pada sumber air
yang dapat memberikan manfaat ataupun kerugian bagi kehidupan dan
penghidupan manusia serta lingkungannya.
2 - 54
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
Pola pengelolaan sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disusun berdasarkan wilayah sungai dengan prinsip keterpaduan antara air
permukaan dan air tanah
2 - 55
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
a. Pasal 13 ayat :
(1) Wilayah sungai dan cekungan air tanah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 12 ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan Presiden
(2) Presiden menetapkan wilayah sungai dan cekungan air tanah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan memperhatikan
pertimbangan Dewan Sumber Daya Air Nasional
(3) Penetapan wilayah sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
wilayah sungai dalam satu kabupaten/kota, wilayah sungai lintas
kabupaten/kota, wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas
negara, dan wilayah sungai strategis nasional
(4) Penetapan cekungan air tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi cekungan air tanah dalam satu kabupaten/kota, cekungan air
tanah lintas kabupaten/kota, cekungan air tanah lintas provinsi dan
cekungan air tanah lintas negara
(5) Ketentuan mengenai kriteria dan tata cara penetapan wilayah sungai dan
cekungan air tanah diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
b. Pasal 14 :
Wewenang dan tanggung jawab Pemerintah meliputi :
a. menetapkan kebijakan nasional sumber daya air;
b. menetapkan pola pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai
lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis
nasional;
c. menetapkan rencana pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai
lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis
nasional;
d. menetapkan dan mengelola kawasan lindung sumber air pada wilayah
sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai
strategis nasional;
e. melaksanakan pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas
provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis
nasional;
f. mengatur, menetapkan, dan memberi izin atas penyediaan, peruntukan,
penggunaan, dan pengusahaan sumber daya air pada wilayah sungai
lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis
nasional;
2 - 56
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
c. Pasal 15 :
Wewenang dan tanggung jawab Pemerintah provinsi meliputi :
a. menetapkan kebijakan pengelolaan sumber daya air di wilayahnya
berdasarkan kebijakan nasional sumber daya air dengan memperhatikan
kepentingan provinsi sekitarnya;
b. menetapkan pola pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai
lintas kabupaten/kota;
c. menetapkan rencana pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai
lintas kabupaten/kota dengan memperhatikan kepentingan provinsi
sekitarnya;
d. menetapkan dan mengelola kawasan lindung sumber daya air wilayah
sungai lintas kabupaten/kota;
e. melaksanakan pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas
kabupaten/kota dengan memperhatikan kepentingan provinsi sekitarnya;
f. mengatur, menetapkan dan memberi izin atas penyediaan, peruntukan,
penggunaan, dan pengusahaan sumber daya air pada wilayah sungai
lintas kabupaten/kota;
g. mengatur, menetapkan, dan memberi rekomendasi teknis atas
penyediaan, pengambilan, peruntukan, penggunaan, dan pengusahaan
air tanah pada cekungan air tanah lintas kabupaten/kota;
2 - 57
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
h. membentuk dewan sumber daya air atau dengan nama lain di tingkat
provinsi dan/atau pada wilayah sungai lintas kabupaten/kota;
i. memfasilitasi penyelesaian sengketa antar kabupaten/kota dalam
pengelolaan sumber daya air;
j. membantu kabupaten/kota pada wilayahnya dalam memenuhi kebutuhan
pokok masyarakat atas air;
k. menjaga efektivitas, efisiensi, kualitas dan ketertiban pelaksanaan
pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas kabupaten/kota;
dan
l. memberikan bantuan teknis dalam pengelolaan sumber daya air kepada
pemerintah kabupaten/kota.
d. Pasal 16 :
Wewenang dan tanggung jawab Pemerintah kabupaten/kota meliputi :
a. menetapkan kebijakan pengelolaan sumber daya air di wilayahnya
berdasarkan kebijakan nasional sumber daya air dan kebijakan
pengelolaan sumber daya air provinsi dengan memperhatikan
kepentingan kabupaten/kota sekitarnya;
b. menetapkan pola pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai
dalam satu kabupaten/kota;
c. menetapkan rencana pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai
dalam satu kabupaten/kota dengan memperhatikan kepentingan
kabupaten/kota sekitarnya;
d. menetapkan dan mengelola kawasan lindung sumber air pada wilayah
sungai dalam satu kabupaten/kota;
e. melaksanakan pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai dalam
satu kabupaten/kota dengan memperhatikan kepentingan
kabupaten/kota sekitarnya;
f. mengatur, menetapkan dan memberi izin penyediaan, peruntukan,
penggunaan, dan pengusahaan air tanah di wilayahnya serta sumber
daya air pada wilayah sungai dalam kabupaten/kota;
g. membentuk dewan sumber daya air atau dengan nama lain di tingkat
kabupaten/kota dan/atau pada wilayah sungai dalam satu
kabupaten/kota;
h. memenuhi kebutuhan pokok minimal sehari-hari atas air bagi masyarakat
di wilayahnya; dan
2 - 58
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
e. Pasal 17 :
Wewenang dan tanggung jawab Pemerintah desa atau yang disebut dengan
nama lain meliputi :
a. mengelola sumber daya air di wilayah desa yang belum dilaksanakan
oleh masyarakat dan/atau pemerintah di atasnya dengan
mempertimbangkan asas kemanfaatan umum;
b. menjaga efektivitas, efisiensi, kualitas, dan ketertiban pelaksanaan
pengelolaan sumber daya air yang menjadi kewenangannya;
c. memenuhi kebutuhan pokok minimal sehari-hari warga desa atas air
sesuai dengan ketersediaan air yang ada; dan
d. memperhatikan kepentingan desa lain dalam melaksanakan pengelolaan
sumber daya air di wilayahnya.
f. Pasal 18 :
Sebaga wewenang Pemerintah dalam pengelolaan sumber daya air
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 dapat diselenggarakan oleh
pemerintah daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
2 - 59
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
Memperhatikan UU. No. 18 tahun 1999 tentang : Jasa Konstruksi, pasal 23 ayat
(2) menetapkan bahwa :
Penyelenggaraan pekerjaan konstruksi wajib memenuhi ketentuan tentang
keteknikan, keamanan, keselamatan dan kesehatan kerja, perlindungan tenaga
kerja, serta tata lingkungan setempat untuk menjamin terwujudnya tertib
penyelenggaraan pekerjaan konstruksi.
Selain itu undang-undang No. 7 tahun 2004, tentang : Sumber Daya Air, pasal 63
ayat (1) menetapkan bahwa :
2 - 60
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
(2) Bendungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah semua bendungan
yang memenuhi kriteria sebagai berikut :
Bab IV Pembangunan,
2 - 61
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
(4) Unit Keamanan Bendungan harus melakukan kajian atas laporan disain
bendungan sebagai bahan evaluasi Komisi Keamanan Bendungan dalam
merumuskan rekomendasi kepada Menteri.
(5) Persetujuan disain akan dikeluarkan Menteri selambat-lambatnya dalam
waktu 6 (enam) bulan setelah diterimanya permohonan dari Pemilik
Bendungan.
(6) Apabila dalam waktu 6 (enam) bulan Persetujuan Disain belum diberikan,
maka Pemilik Bendungan dianggap telah memperoleh persetujuan, kecuali
bila disainnya belum dapat dinyatakan layak.
(7) Pemilik Bendungan berkewajiban melaksanakan review desain sebelum
pelaksanaan pembangunan, dan melaporkan hasilnya kepada Unit
Keamanan Bendungan.
(8) Biaya yang ditimbulkan oleh kegiatan pengkajian disain sebagaimana
disebutkan psa ayat (4) dibebankan kepada Pemilik Bendungan.
Bagian ketiga : Pelaksanaan Konstruksi dan Rencana Pengisian Waduk Pasal 13,
ayat :
(1) Pemilik Bendungan harus melaksanakan konstruksi sesuai dengan
persyaratan teknis dan ketentuan pelaksanaan konstruksi yang ditentukan
oleh Menteri.
(2) Dalam pelaksanaan konstruksi Pemilik Bendungan wajib melakukan
supervisi dengan memperkerjakan tenaga ahli perekayasaan bendungan
(3) Unit Keamanan Bendungan mengadakan pemantauan berkala guna
melakukan pengkajian atas pelaksanaan konstruksi.
(4) Setiap perubahan disain yang akan menghasilkan modifikasi struktur, harus
dikonsultasikan kepada Unit Keamanan Bendungan sebelum dilaksanakan
(5) Pemilik Bendungan dapat melakukan pengisian waduk apabila bendungan
sudah memenuhi syarat untuk pengisian dan harus mendapat persetujuan
terlebih dahulu dari Menteri.
(6) Unit Keamanan Bendungan harus melakukan kajian atas dokumen
pelaksanaan konstruksi, rencana pengisian waduk dan rencana awal
petunjuk operasi dan pemeliharaan dan Rencana Tindak Darurat sebagai
bahan evaluasi Komisi Keamanan Bendungan dalam merumuskan
rekomendasi kepada Menteri.
2 - 62
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
2 - 63
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
RANGKUMAN
LATIHAN
Isilah titik-titik dari lembar pertanyaan atau jawab pertanyaan secara benar, singkat dan
jelas
4. Dalam pelaksanaan tugas kita semua dituntut tanggung jawab, paling tidak 2
tanggung yang sangat mendasar sesuai yang uraian dalam Bab 8, Etos Kerja modul
ini. Sebutkan.
.....................................................................................................................................
. ....................................................................................................................................
BAB 3
K3 (KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA)
3-1
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
Dengan mengetahui dan melaksanakan ketiga hal tersebut di atas akan tercipta
lingkungan kerja yang aman dan tidak akan terjadi kecelakaan, baik
manusianya maupun peralatannya.
3-2
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
Setelah bangsa Indonesia mencapai kemerdekaan, sudah barang tentu dasar filosofi
pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja seperti tercermin di dalam peraturan
perundangan yang lama tidak sesuai lagi dengan falsafah Negera Republik Indonesia
yaitu Pancasila.
Pada tahun 1970 berhasil dikeluarkan Undang-Undang No. I tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja yang merupakan penggantian VR. 1910 dengan beberapa
perubahan mendasar, antara lain :
– Bersifat lebih preventif
– Memperluas ruang lingkup
– Tidak hanya menitik beratkan pengamanan terhadap alat produksi.
1. Tujuan
Pada dasarnya Undang-Undang No. I tahun 1970 tidak menghendaki sikap kuratif
atau korektif atas kecelakaan kerja, melainkan menentukan bahwa kecelakaan
kerja itu harus dicegah jangan sampai terjadi, dan lingkungan kerja harus
memenuhi syarat-syarat kesehatan. Jadi, jelaskah bahwa usaha-usaha
peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja lebih diutamakan daripada
penanggulangan.
3-4
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
Secara umum, kecelakaan selalu diartikan sebagai 'kejadian yang tidak diduga
sebelumnya". Sebenarnya, setiap kecelakaan kerja dapat diramalkan atau diduga
dari semula jika perbuatan dan kondisi tidak memenuhi persyaratan. Oleh karena
itu, kewajiban berbuat secara selamat, dan mengatur perala serta perlengkapan
produksi sesuai standar yang diwajibkan oleh UU adalah suatu cara untuk
mencegah terjadinya kecelakaan.
H.W. Heinrich dalam bukunya The Accident Prevent mengungkapkan bahwa 80%
kecelakaan disebabkan oleh perbuatan yang tidak aman (unsafe act) dan hanya
20% oleh kondisi yang tidak aman (unsafe condition), dengan demikian dapat
disimpulkan setiap karyawan diwajibkan untuk memelihara keselamatan dan
kesehatan kerja secara maksimal melalui perilaku yang aman.
Perbuatan berbahaya biasanya disebabkan oleh :
a. Kekurangan pengetahuan, keterampilan, dan sikap ;
b. Keletihan atau kebosanan ;
c. Cara kerja manusia tidak sepadan secara ergonomis ;
d. Gangguan psikologis ;
e. Pengaruh sosial-psikologis.
3-5
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
a. Agar tenaga kerja dan setiap orang lainnya yang berada dalam tempat kerja
selalu dalam keadaan selamat dan sehat.
b. Agar sumber-sumber produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien.
c. Agar proses produksi dapat berajalan secara lancar tanpa hambatan apapun.
2. Ruang Lingkup
Undang-undang Keselamatan Kerja ini berlaku untuk setiap tempat kerja yang
didalamnya terdapat tiga unsur, yaitu :
a. Adanya suatu usaha, baik itu usaha yang bersifat ekonomis maupun usaha
sosial;
b. Adanya tenaga kerja yang bekerja di dalamnya baik secara terus menerus
maupun hanya sewaktu-waktu;
c. Adanya sumber bahaya.
Tempat Kerja adalah tempat dilakukannya pekerjaan bagi sesuatu usaha, dimana
terdapat tenaga kerja yang bekerja, dan kemungkinan adanya bahaya kerja di
tempat itu.
Tempat kerja tersebut mencakup semua tempat kegiatan usaha baik yang
bersifat ekonomis maupun sosial.
Tempat kerja yang bersifat sosial seperti :
a. bengkel tempat untuk pelajaran praktek ;
b. tempat rekreasi ;
c. rumah sakit ;
d. tempat ibadah ;
e. tempat berbelanja ;
f. pusat hiburan.
Tenaga kerja yang bekerja disana, diartikan sebagai pekerja maupun tidak tetap
atau yang bekerja pada waktu-waktu tertentu, misalnya : rumah pompa, gardu
transformator dan sebagainya yang tenaga kerjanya memasuki ruangan tersebut
hanya sementara untuk mengadakan pengendalian, mengoperasikan instalasi,
menyetel, dan lain sebagainya maupun yang bekerja secara terus-menerus.
3-6
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
Bahaya kerja adalah sumber bahaya yang ditetapkan secara terperinci dalam
Bab II pasal 2 ayat (2) yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang. Perincian
sumber bahaya dikaitkan dengan :
a. keadaan perlengkapan dan peralatan ;
b. lingkungan kerja ;
c. sifat pekerjaan ;
d. cara kerja ;
e. proses produksi.
Materi keselamatan dan kesehatan kerja yang diatur dalam ruang lingkup UU No.
1 tahun 1970 adalah keselamatan dan kesehatan kerja yang bertalian dengan
mesin, peralatan, landasan tempat kerja dan lingkungan kerja, serta cara
mencegah terjadinya kecelakaan dan sakit akibat kerja, memberikan
perlindungan kepada sumber-sumber produksi sehingga meningkatkan efisiensi
dan produktivitas.
Persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja diatur dalam pasal 3 dan 4 mulai
dari tahap perencanaan, perbuatan dan pemakaian terhadap barang, produk
teknis dan aparat produksi yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya
kecelakaan.
Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja
untuk :
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan ;
d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran
atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya ;
e. Memberi pertolongan pada kecelakaan ;
f. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja ;
g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar
atau radiasi, suara dan getaran ;
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik pisik
maupun psikis, peracunan, infeksi dan penularan ;
i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai ;
j. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik ;
k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;
l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;
3-7
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan
proses kerjanya;
n. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman
atau barang;
o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;
p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan
penyimpanan barang;
q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;
r. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang
bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi;
3. Pengawasan
Direktorat Pengawasan Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah unit
organisasi pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja sesuai dengan
ketentuan pasal 10 UU No. 14 tahun 1969 dan pasal 5 ayat (a) UU No. 1 tahun
1970. Secara operasional dilakukan oleh Pegawai Pengawasan Ketenagakerjaan
berfungsi untuk :
a. Mengawasi dan memberi penerangan pelaksanaan ketentuan hukum
mengenai keselamatan dan kesehatan kerja.
b. Memberikan penerangan teknis serta nasehat kepada pengusaha dan tenaga
kerja tentang hal-hal yang dapat menjamin pelaksanaan secara efektif dari
peraturan-peraturan yang ada.
c. Melaporkan kepada yang berwenang dalam hal ini Menteri Tenaga Kerja
tentang kekurangan-kekurangan atau penyimpangan yang disebabkan karena
hal-hal yang tidak secara tegas diatur dalam peraturan perundangan atau
berfungsi sebagai pendeteksi terhadap masalah-masalah keselamatan dan
kesehatan kerja di lapangan.
Fungsi pengawasan yang harus dijalankan oleh Direktur, para Pegawai
Pengawas dan Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja harus dapat dijalankan
sebaik-baiknya. Untuk itu diperlukan tenaga pengawas yang cukup besar
jumlahnya dan bermutu dalam arti mempunyai keahlian dan penguasaan teoritis
dalam bidang spesialisasi yang beraneka ragam dan berpengalaman di
bidangnya.
Untuk mendapatkan tenaga yang demikian tidaklah mudah dan sangat sulit
apabila hanya mengandalkan dari Departemen Tenaga Kerja sendiri.
Karena fungsi pengawasan tidak memungkinkan untuk dipenuhi oleh pegawai
teknis dari Departemen Tenaga Kerja sendiri, maka Menteri Tenaga Kerja dapat
3-8
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
4. Kewajiban Pengurus K3
a. Memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik dari
tenaga kerja yang akan diterimanya maupun yang akan dipindahkan sesuai
dengan sifat-sifat pekerjaan yang diberikan padanya.
b. Memeriksakan semua tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya
secara berkala pada dokter yang ditunjuk oleh pengusaha dan disetujui oleh
Direktur.
c. Menunjukkan dan menjelaskan kepada setiap tenaga kerja baru tentang :
1) Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang dapat timbul dalam tempat
kerjanya.
2) Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan dalam
tempat kerjanya.
3) Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan.
4) Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya.
3-9
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
3 - 10
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
6. S a n g s i
Ancaman hukuman dari pada pelanggaran UU No. 1 Tahun 1970 merupakan
ancaman pidana dengan hukuman kurungan selama-lamanya 3 bulan atau denda
setinggi-tingginya Rp. 100.000,-
Selain dari itu di dalam pasal 11 menyebutkan bahwa, daftar jenis penyakit yang
timbul karena hubungan kerja serta perubahannya ditetapkan dengan Keputusan
Presiden. Tentang jaminan pemeliharaan kesehatan dapat dijelaskan bahwa :
Pemeliharaan kesehatan dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas tenaga
kerja sehingga dapat melaksanakan tugas sebaik-baiknya dan merupakan upaya
kesehatan di bidang penyembuhan (kuratif). Oleh karena upaya penyembuhan
memerlukan dana yang tidak sedikit dan memberatkan jika dibebankan kepada
perorangan, maka sudah selayaknya diupayakan penanggulangan kemampuan
masyarakat melalui program jaminan sosial tenaga kerja.
Disamping itu pengusaha tetap berkewajiban mengadakan pemeliharaan
kesehatan tenaga kerja yang meliputi upaya peningkatan (promotif), pencegahan
(preventif), penyembuhan (kuratif), dan pemulihan (rehablitatif). Dengan demikian
diharapkan tercapainya derajat kesehatan tenaga kerja yang optimal sebagai
potensi yang produktif bagi pembangunan. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
selain untuk tenagakerja yang bersangkutan juga untuk keluarganya.
3 - 11
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
3 - 13
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
Pertbaikan berkelanjutan
(Continual improvement)
A.
Kebijakan
Tinjauan
(Policy)
Manajemen Perencanaan
(Planning)
Penerapan dan
Pemeriksaan dan operasionil
tindakan (Implementati
perbaikan(Checking on
and corrective action
3 - 14
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
3 - 15
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
2. Perencanaan K3
Dalam perencanaan K3 haruslah memenuhi Pemenuhan terhadap Kebijakan
yang ditetapkan yang memuat Tujuan, Sasaran dan ndicator kinerja
penerapan K3 dengan mempertimbangkan penelaahan awal sebagai bagian
dalam mengidentifikasi potensi sumber bahaya penialaian dan pengendalian
resiko atas permasalahan K3 yang ada dalam perusahaan atau di proyek atau
tempat kegiatan kerja konstruksi berlangsung.
Dalam mengidentifikasi potensi bahaya yang ada serta tantangan yang dihadapi,
akan sangat mempengaruhi dalam menentukan kondisi perencanaan K3
perusahaan.
Untuk hal tersebut haruslah ditentukan oleh lsu Pokok dalam Perusahaan dalam
identifikasi bahaya :
- Frekewensi dan tingkat keparahan Keceiakaan Kerja
- Keceiakaan Lalu Lintas
- Kebakaran dan Peledakan
- Keselamatan Produk (Product Safety)
- Keselamatan Kontraktor
- Emisi dan Pencemaran Udara
- Limbah Industri.
3 - 16
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
Kebijakan ( Policy)
3 - 17
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
3 - 18
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
c. Sasaran pencapaian,
d. Jangka waktu pencapaiannya
Penetapan tujuan dan sasaran kebijakan K3 harus dikonsultasikan dengan wakil
tenaga kerja, Ahli K3, dan pihak – pihak yang terkait dengan pelaksanaan
pekerjaan
Tujuan dan sasaran ini harus konsisten terhadap kebijakan K3 termasuk
kebijakan tentang perbaikan berkelanjutan.
8. Indikator Kinerja .
Dalam menetapkan tujuan dan sasaran kebijakan Keselamatan dan kesehatan
kerja perusahaan harus menggunakan ystem c kinerja yang dapat diukur
sebagai dasar penilaian kinerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang
sekaligus merupakan informasi mengenai keberhasilan pencapaian sistem
manejemen Keselamatan dan kesehatan kerja.
Elemen Program K3
a. Untuk menerapkan dan mengembangkan ystem manajemen Keselamatan
dan kesehatan kerja disusun program implementasi atau elemen
Keselamatan dan kesehatan kerja, dengan menetapkan sistem
pertanggung jawaban dalam pencapaian tujuan dan sasaran sesuai
dengna fungsi dan tujuan dari tingkatan manajemen perusahaan yang
bersangkutan
3 - 19
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
Perencanaan K3 (Planning)
3 - 20
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
2. Integrasi
Organisasi menjamin sistem SMK3 yang dilaksanakan dapat terintegrasi dengan
sistem manajemen perusahaan secara selaras dan seimbang.
3 - 21
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
3 - 22
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
3 - 23
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
3 - 24
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
Pengendalian resiko kecelakaan dan penyekit akibat kerja dilakukan juga melalui
metode :
Pendidikan, peltihan,
Pembangunan kesadaran dan motivasi dengan pemberian penghargaan
dapat berupa insentif / bonus, surat penghargaan dllnya,
Evaluasi terhadap hasil inspeksi, audit, analisa insiden dan kecelakaan,
Penegakkan hokum dan peraturan – peraturan K3,
Pengendalian teknis / rekayasa yang meliputi : eliminasi, subtitusi bahaya,
isolasi, ventilasi, higene dan sanitasi
Ada suatu contoh siklus aplikasi K3 yang dibuat oleh Japan Construction Safety
and Health Association (JCSHA), terdiri dari :
a. Siklus harian K3 (Daily Safety Work Cycle)
b. Siklus mingguan K3 (Weekly Safety Work Cycle)
c. Siklus bulanan K3 (Monthly Safety Work Cycle)
Ketiga siklus K3 (lihat Bab 5) diatas penting sekali untuk secara konsisten
dilakukan oleh organisasi proyek, mengingat pelaksanaan proyek konstruksi
mempunyai item-item pekerjaan yang berbeda dan dinamis, berganti dari waktu
ke waktu. Satu jenis proyek konstruksi juga berbeda dari jenis proyek lainnya,
sehingga mempunyai strategi penanganan yang berbeda pula.
4. Perancangan (Design) dan Rekayasa
Pengendalian resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja dalam proses
rekayasa harus dimulai sejak tahapan perancangan dan perencanaan.
Setiap tahap dari siklus perancangan meliputi :
a. Pengembangan,
b. Verifikasi tinjauan ulang,
c. Validasi dan penyesuaian yang dikaitkan dengan identifikasi sumber bahaya,
prosedur penilaian dan pengendalian resiko kecelakaan dan penyakit akibat
kerja.
Pada bagian Perancangan (Design) dan Rekayasaini, personel yang menangani
harus memiliki kompetensi kerja yang sesuai dan, diberikan wewenang serta
tanggung jawab yang jelas untuk melakukan validasi persyaratan SMK3
5. Pengendalian Administratif
a. Prosedur dan instruksi kerja yang dibuat harus mempertimbangkan segala
aspek K3 pada setiap tahapan,
b. Prosedur dan instruksi kerja yang dibuat harus terdokumentasi,
3 - 25
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
c. Rancangan, tinjauan ulang Prosedur dan instruksi kerja harus dibuat oleh
personel yang mempunyai kompetensi kerja dengan melibatkan pelaksana
yang terkait. Dalam hal ini personel yang melaksanakan harus diberikan
pelatihan agar memiliki kompetensi yang sesuaidengan bidang pekerjaannya.
d. Prosedur dan instruksi kerja yang dibuat harus ditinjau secara berkala, untuk
memastikan bahwa prosedur dan instruksi kerja tersebut terkendali sesuai
dengan perubahan keadaan yang terjadi seperti pada peraturan – perundang
undangan, peralatan, proses atau bahkan bahan baku yang digunakan.
6. Tinjauan Ulang Kontrak
Pengadaan barang dan jasa harus ditinjau ulang untuk memastikan dan
menjamin kemampuan organisasi dalam memenuhi persyaratan- persyaratan K3
yang ditentukan
7. Pembelian
Setiap pembelian barang dan jasa termasuk didalamnya prosedur pemeliharaan
barang dan jasa harus terintegrasi dalam strategi penanganan pencegahan resiko
kecelakaan dan penyakit akibat kerja :
a. Dalam sistem pembelian harus menjamin agar produk barang dan jasa serta
mitra kerja perusahaan memenuhi persyaratan K3,
b. Pada saat penerimaan barang dan jasa di tempat kerja , organisasi harus
dapat menjelaskan kepada semua pihak yang akan menggunakan barang
dan jasa tersebut mengenai identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian
resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang dapat terjadi.
8. Prosedur Menghadapi Keadaan Darurat atau Bencana
Organisasi harus membuat dan memelihara perencanaan dan prosedur untuk
mengidentifikasi potensial bahaya dalam rangka merespon insiden dan situasi
keadaan darurat dan dalam rangka tindakan prefentif dan reduksi terhadap
kecelakaan dan sakit akibat kerja.
Dokumen ini harus dievaluasi, terutama setelah mendapatkan insiden dan situasi
keadaan darurat. Dokumen ini juga harus ditest / di uji secara periodic / berkala,
untuk mengetahui kehandalan sistem yang ditetapkan,
Pengujian sistem keadaan darurat harus dilakukan oleh orang / petugas yang
mempunyai kompetensi kerja, dan untuk instalasi yang besar harus mendapatkan
ijin dari / atau dikoordinasikan dengan instansi yang berwenang.
9. Prosedur Menghadapi Insiden
Organisasi harus menyusun dan memelihara prosedur yang menetapkan
tanggung jawab dan wewenang dalam hal :
a. menangani dan menyelidiki kecelakaan kerja, insiden dan ketidak sesuaian,
3 - 26
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
3 - 27
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
3 - 28
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
Internal Factors
Kebijakan (Policy)
Gambar 3.6 - Skema Tinjauan Manajemen
3 - 29
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
Dalam proses evaluasi ini harus tersedia informasi yang memadai sehingga
manajemen organisasi bisa melakukan evaluasi dengan tepat. Hasil evaluasi harus
didokumentasikan.
Tinjauan manajemen ditujukan untuk memungkinkan dilakukan perubahan policy,
tujuan dan sasaran dan hal-hal lain dalam sistem K didalam kerangka hasil audit
sistem K3 dan perbaikan berkelanjutan.
3 - 30
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
3 - 31
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
3 - 32
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
3 - 33
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
3) Terjadinya kecelakaan
Yang dimaksud dengan terjadinya kecelakaan adalah peristiwa yang membentuk
kecelakaan tersebut, diantaranya adalah:
terpukul, terbentur
terjatuh, tergelincir, kaki terkilir
kemasukan benda baik melalui mulut atau hidung dan keracunan gas
terbakar
tertimbun, tenggelam, terperosok
terjepit
terkena aliran listrik, dll
3 - 34
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
3 - 35
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
BAB V
PEMBINAAN
Pasal 9
(1) Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada setiap tenaga kerja
baru tentang .
a. Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang dapat timbul ditempat
kerjanya.
b. Semua pengaman dan alat-alat perlindungan yang diharuskan dalam tempat
kerjanya.
c. Alat Pelindung Diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan.
BAB VIII
KEWAJIBAN DAN HAK TENAGA KERJA
Pasal 12
Dengan peraturan dan perundangan diatur hak dan kewajiban tenaga kerja untuk
1. Memakai Alat Perlindungan Diri yang diwajibkan.
2. Memenuhi dan mentaati semua syarat syarat keselamatan dan kesehatan kerja
yang diwajibkan.
3. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan dimana syarat-syarat keselamatan
kerja yang diwajibkan diragukan olehnya dst
BAB X
KEWAJIBAN PENGURUS
Pasal 14
d. Menyediakan secara cuma-cuma Alat Perlindungan Diri yang diwajibkan kepada
tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya ……..dst.
3 - 36
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
juga mula-mula akan terasa risih. Memang diperlukan waktu agar menggunakan
alat pelidung diri itu menjadi kebiasaan. Tetapi yang penting pada akhirnya harus
terbiasa.
Diperlukan tenaga pengawas K3 Konstruksi untuk mengingatkan dan
mengenakan sangsi bagi pelanggar yang tidak menggunakan alat pelindung
tersebut.
Untuk pembiayaan peralatan memang diperlukan dana, dan hal ini tentu sudah
dianggarkan oleh Kontraktor. Karena itu hendaknya diadakan inventarisasi dan
prosedur penyimpanan, perbaikan, perawatan, membersihkan dan menggantikan
alat pelindung diri oleh Kontraktor.
b. Pelindung Kaki
Sepatu Keselamatan (Safety shoes) untuk menghindari kecelakan yang
diakibatkan tersandung bahan keras seperti logam atau kayu, terinjak atau
terhimpit beban berat atau mencegah luka bakar pada waktu mengelas. Sepatu
boot karet bila bekerja pada pekerjaan tanah dan pengecoran beton.
3 - 37
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
c. Pelindung Tangan
Sarung Tangan untuk pekerjaan yang dapat menimbulkan cidera lecet atau
terluka pada tangan seperti pekerjaan pembesian fabrikasi dan penyetelan ,
Pekerjaan las, membawa barang -–barang berbahaya dan korosif seperti asam
dan alkali.
Banyak kecelakaan luka terjadi di tangan dan pergelangan dibanding bagian
tubuh lainnya. Kecelakaan ditangan seperti bengkak, terkelupas, terpotong,
memar atau terbakar bisa berakibat vatal dan tidak dapat lagi bekerja. Diperlukan
pedoman penguasaan peralatan teknis dan pelindung tangan yang cocok seperti
Sarung Tangan. Pekerjaan-pekerjaan yang yang memerlukan pelidung tangan
misalnya adalah :
o Pekerjaan yang berhubungan dengan permukaan yang kasar, tajam atau
permukaan menonjol.
o Pekerjaan yang berhubungan dengan benda panas, karatan atau zat- zat
seperti aspal dan resin beracun.
o Pekerjaan yang berhubugan dengan listrik dan cuaca.
3 - 38
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
Sarung Tangan Karet untuk pekerjaan listrik yang dijaga agar tidak ada yang
robek agar tidak terjadi bahaya kena arus listrik.
d. Pelindung Pernafasan
Beberapa alat pelindung pernafasan ( masker) diberikan sebagai berikut, dengan
penggunaan tergantung kondisi ataupun situasi dlapangan disesuaikan dengan
tingkat kebutuhan :
1). Masker Pelindung Pengelasan yang dilengkapi kaca pengaman ( Shade of
Lens ) yang disesuaikan dengan diameter batang las ( welding rod )
a). Untuk welding rod 1/16” sampai 5/32” gunakan shade no.10
b). Untuk welding rod 3/16 sampai ¼ “ gunakan shade no 13
2). Masker Gas dan Masker Debu adalah alat perlindungan untuk melindungi
pernafasan dari gas beracun dan debu.
Dalam pekerjaan di proyek banyak terdapat pekerjaan yang berhubungan
dengan bahaya debu, minyak atau gas yang berasal dari :
Peralatan pemecah dan batu.
Kecipratan pasir.
Bangunan terbuka yang mengandung debu asbes.
Pekerjaan las, memotong bahan yang dibungkus atau dilapisi zinkum,
nikel atau cadmium.
Cat semprot.
Semburan mendadak.
Bila terdapat kecurigaan bahwa di udara terdapat gas beracun, pelindung
pernafasan harus segera dipakai. Jenis Pelindung Pernafasan yang harus
dipakai tergantung kepada bahaya dan kondisi kerja masing-masing. Juga
diperlukan latihan cara menggunakan dan merawatnya. Perlu minta petunjuk
pihak berwenang untuk peralatan Pelindung Pernafasan ini.
Bekerja di ruang tertutup seperti gudang atau ruangan bawah tanah ada
kemungkinan terdapat bahaya asap, gas berbahaya atau bahan-bahan yang
rapuh wajib pula menggunakan perlindungan pernafasan.
Juga terdapat alat Pelindung Pernafasan jenis setengah muka yang terdiri
atas :
Yang memakai alat filter atau penyaring katrid. Filter ini perlu diganti
secara berkala.
Pelindung Pernafasan dari gas dan asap.
Filter kombinasi penahan gas dan asap.
3 - 39
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
Disamping itu terdapat juga alat Pelindung Pernafasan penuh muka memakai
filter yang bisa melindungi mata maupun muka.
Pelindung Pernafasan yang lain ialah yang melindungi seluruh muka yang
dilengkapi udara dalam tekanan tertentu dan merupakan jenis yang terbaik,
terutama bila di tempat kerja kurang dapat oksigen. Udara dalirkan dari
kompresor yang dilengkapi penyaring. Pada iklim panas alat ini terasa sejuk
dan menyenagkan. Alat ini lebih mandiri tapi memerlukan pelatihan cara
memakainya sesuai dengan petunjuk pabrik pembuatnya.
e. Pelindung Pendengaran
Pelindung Pendengaran untuk mencegah rusaknya pendengaran akibat suara
bising diatas ambang aman seperti pekerjaan plat logam. ( batasn nilai ambang
batas akan diterangkan dalam modul kesehatan)
f. Pelindung Mata
Kaca Mata Pelindung (Protective goggles) untuk melindungi mata dari percikan
logam cair, percikan bahan kimia, serta kaca mata pelindung untuk pekerjaan
menggerinda dan pekerjaan berdebu
Mata dapat luka karena radiasi atau debu yang berterbangan. Kecalakaan yang
mengenai mata seringkali terjadi dalam:
Memecah batu, pemotongan, pelapisan atau pemasangan batu, pembetonan
dan memasang bata dengan tangan atau alat kerja tangan menggunakan
tenaga listrik
Pengupasan dan pelapisan cat atau permukaan berkarat.
Penutupan atau penyumbatan baut.
Menggerinda dengan tenaga listrik.
Pengelasan dan pemotongan logam.
Dalam pekerjaan konstruksi terdapat juga risiko karena tumpahan, kebocoran
atau percikan bahan cair panas atau lumpur cair.
Persoalan yang banyak terjadi adalah, kemalasan tukang untuk memakai
pelindung, alat tidak cocok, atau memang alatnya tidak tersedia sama sekali di
proyek.
3 - 40
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
digunakan untuk mencegah cidera yang lebih parah pada pekerja yang bekerja
diketinggian ( > 2 M tinggi ).
Contoh jenis-jenis pekerjaan yang memerlukan Tali Pengaman :
Pekerjaan perawatan pada bangunan struktur seperti jembatan.
Terdapat banyak jenis Ikat Pinggang Pengaman dan Tali Pengaman,
diperlukan petunjuk dari pihak yang kompeten tentang tali pengaman yang
paling cocok untuk suatu jenis pekerjaan. Termasuk cara penggunaan dan
perawatannya. Tali Pengaman yang lengkap harus selalu dipakai bersama
Ikat Pinggang Pengaman.
Syarat-syarat untuk Tali Pengaman adalah :
Batas jatuh pemakai tidak boleh lebih dari dua meter dengan cara
meloncat.
Harus cukup kuat menahan berat badan.
Harus melekat di bangunan yag kuat melalui titik kait diatas tempat kerja.
Demikianlah Alat Pelindung Diri yang umum dipakai dan sifatnya lebih
mendasar. Karena diluar itu sangat banyak sekali ketentuan-ketentuan yang
harus diingat baik bila mengerjakan sesuatu, menggunakan peralatan tertentu
dan menangani bahan tertentu.
Sesungguhnya bila pekerja itu dipersiapkan melalui sistim pelatihan,
kecelakaan yang diakibatkan alpa menggunakan Alat Pelindung Diri seperti ini
akan jauh berkurang. Sebab dalam sistim pelatihan diajarkan cara
menggunakan peralatan yang betul, efektif dan tanpa membahayakan.
Hampir semua pekerja tukang kita tidak pernah dibekali pengetahuan melalui
sistim pelatihan. Hanya memupuk pengalaman sambil langsung bekerja.
Dengan cara penjelasan ringkas kepada mereka sambil bekerja tentang
pencegahan kecelakaan hasilnya akan terbatas. Akan jauh lebih berhasil bila
merupakan program dalam paket pelatihan sejak berstatus calon pencari
kerja atau pemula. Hal ini merupakan penyeebab angka kecelakaan kerja
bidang konstruksi di Indonesia termasuk tinggi.
Disamping alat pelindung diri diatas pekerja harus berpakaian yang komplit
sesuai dengan jenis pekerjaan yang ditanganinya seperti tukang las harus
dilengkapi jaket/rompi kulit tetapi minimum harus memakai kaos dan celana
panjang.
3 - 41
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
a. Sediakanlah Alat Pelindung Diri yang sudah teruji dan telah memiliki SNI atau
standar internasional lainnya yang diakui.
b. Pakailah alat pelindung diri yang sesuai dengan jenis pekerjaan walaupun
pekerjaan tersebut hanya memerlukan waktu singkat.
c. Alat Pelindung Diri harus dipakai dengan tepat dan benar.
d. Jadikanlah memakai alat pelindung diri menjadi kebiasaan. Ketidak nyamanan
dalam memakai alat pelindung diri jangan dijadikan alasan untuk menolak
memakainya
e. Alat Pelindung Diri tidak boleh diubah-ubah pemakaiannya kalau memang terasa
tidak nyaman dipakai laporkan kepada atasan atau pemberi kewajiban
pemakaian alat tersebut.
f. Alat Pelindung Diri dijaga agar tetap berfungsi dengan baik.
g. Semua pekerja,pengunjung dan mitra kerja ke proyek konstruksi harus memakai
alat pelindung diri yang diwajibkan seperti Topi Keselamatan dll.
3 - 42
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
Footwear.
2.Hammock
Buckle
A shock absorber
3.Head band
Hook
6.Chin strap
3 - 43
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
Slide chuck
3 - 44
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
3 - 45
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
2. Persyaratan Umum
a. Persyaratan Administratif
Dalam persyaratan ini pertama-tama dinyatakan, terhadap semua tempat
dimana dilakukan kegiatan konstruksi berlaku semua ketentuan hukum
mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang berlaku di Indonesia.
Disini jelas, bahwa tidak hanya berlaku untuk proyek milik Pemerintah atau
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) akan tetapi juga proyek milik swasta
ataupun anggota masyarakat lainnya.
3 - 46
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
c. Laporan Kecelakaan
Setiap kejadian kecelakaan kerja atau kejadian yang berbahaya harus
dilaporkan kepada Depnakertrans. dan Departemen Pekerjaan Umum
(sekarang Dep. Kimpraswil).
Laporan tersebut harus meliputi statistik yang :
Menunjukkan catatan kecelakaan dari setiap kegiatan kerja, pekerja
masing-masing, dan
Menunjukkan gambaran semua kecelakaan dan sebab-sebabnya.
3 - 47
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
3. Persyaratan Teknis
Persyaratan Teknis mengatur tentang Tempat Kerja dan Peralatan
Pintu Masuk dan Keluar harus dibuat dan dipelihara dengan baik.
3 - 48
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
Lampu dan Penerangan bila tidak memadai harus diadakan diseluruh tempat
kerja, harus aman dan cukup terang. Harus dijaga oleh petugas bila perlu bila
ada gangguan.
Ventilasi, harus ada ditempat tertutup termasuk pembuangan udara kotor.
Jika tidak bisa mernghilangkan debu dan udara kotor, harus disediakan alat
pelindung diri.
Kebersihan, bahan yang tidak terpakai harus dibuang, paku yang tidak
terpakai harus dibuang atau dibengkokkan, benda-benda yang bisa
menyebabkan orang tergelincir serta sisa barang dan alat harus dibuang,
tempat kerja yang licin karena oli harus dibersihkan atau disiram pasir. Alat-
alat yang mudah dipindahkan harus dikembalikan ke tempat penyimpanan.
Pencegahan Bahaya Kebakaran Dan Alat Pemadam Kebakaran.
Persyaratan ini sangat rinci antara lain mengatur bahwa harus tersedia alat
pemadam kebakaran dan saluran air dengan tekanan yang cukup. Semua
pengawal dan sejumlah tenaga terlatih harus disediakan dan selalu siap
selama jam kerja. Alat-alat itu harus diperiksa secara periodik oleh yang
berwenang, dan ditempatkan ditempat yang mudah dicapai. Alat pemadam
dan jalan menuju ke tempat pemadaman harus terpelihara. Demikian juga
tentang syarat jumah, bahan kimia peralatan itu dan syarat pemasangan pipa
tempat penyimpana air.
Syarat-syarat mengenai Alat Pemanas (Heating Appliances).
Syarat-syarat mengenai Bahan Yang Mudah Terbakar.
Syarat mengenai Cairan Yang Mudah Terbakar.
Syarat-syarattentang Inspeksi dan Pengawasan.
Syarat-syarat tentang Perlengkapan dan Alat Peringatan.
Syarat-syarat tentang Perlindungan Terhadap Benda-benda Jatuh dan Bagian
Bangunan Yang Rubuh.
Persyaratan Perlindungan Agar Orang Tidak Jatuh, Tali Pengaman dan
Pinggir Pengaman.
Persyaratan Lantai Terbuka dan Lubang Pada Lantai.
Persyaratan tentang Lubang Pada Dinding.
Persyaratan tentang Tempat Kerja Yang Tinggi.
Pencagahan Terhadap Bahaya Jatuh Kedalam Air.
Syarat-syarat mengenai Kebisingan dan Getaran (Vibrasi).
Syarat-syarat tentang Penghindaran Terhadap Orang Yang Tidak Berwenang.
3 - 49
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
3 - 50
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
Dilaksanakan
No. Uraian Kegiatan K3
Ya Tidak
DAFTAR ISI
PEDOMAN TEKNIS KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
PADA TEMPAT KEGIATAN KONSTRUKSI BENDUNGAN
BAB 1 PENGERTIAN .............................................................................................. 1
BAB 2 PERSYARATAN UMUM ............................................................................... 4
BAB 3 PERSYARATAN PADA TEMPAT KERJA .................................................... 8
3.1. Pintu masuk dan keluar .................................................................... 8
3.2. Lampu penerangan ........................................................................... 8
3.3. Ventilasi ............................................................................................ 9
3.4. Alat pemanas .................................................................................... 9
3.5. Pencegahan terhadap bahaya kebakaran dan alat pemadam 9
kebakaran .........................................................................................
3.6. Bahan-bahan yang mudah terbakar ................................................. 12
3.7. Lingkungan dan pemakaian bahan-bahan kimia .............................. 12
3.8. Cairan yang mudah terbakar ............................................................ 13
3 - 51
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
3 - 52
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
3 - 53
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
3 - 54
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
3 - 55
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
DILAKSANAKAN
No. URAIAN KEGIATAN
Ya Tidak
1. Pekerjaan Persiapan
1.1. a. Pekerjaan pembersihan lokasi dilakukan agar penempatan
dudukan (platform) mesin bor dapat serata mungkin sehingga
dudukannya kuat;
b. Dudukan mesin bor diperkuat dengan triger dan kayu.
2. Pelaksanaan Pekerjaan
2.1. Semua tutup mesin terpasang baik dan tertutup saat bekerja dan
diperiksa bahwa semua sambungan (joint) peralatan untuk
hubungan mekanik dan perlengkapannya terpasang dengan baik,
termasuk pemasangan batang mata bor (boring rod) harus dalam
satu kelurusan (inlignment).
2.2. Semua penyambungan mata bor harus dikunci rapat
2.3. Apabila pengeboran dilakukan di atas perancah maka bangunan
perancah harus dibuat sesuai dengan standar dan diikat kuat-
kuat agar tidak bergerak/berjalan pada saat digunakan
2.4. Areal kerja harus diberikan daerah pembatas operasi dan
diberikan tanda larangan masuk (ristricted area)
2.5. Pemindahan alat harus mengikuti prosedur pemindahan yang
aman, pipa-pipa tidak boleh dilempar-lemparkan
2.6. Pekerja pemboran harus memakai alat pelindung pendengaran
dan masker pelindung pernafasan
2.7. Pekerja harus memakai masker pernafasan dan kacamata debu
bila berada di gudang semen dan atau pada waktu pekerjaan
injeksi sedang berjalan
2.8. Apabila material injeksi mengenai mata pekerja, maka mata harus
segera dicuci dengan air bersih dan memanggil petugas P3K.
Tanggal : ........................................................
3 - 56
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
RANGKUMAN
b. SMK3 versi OHSAS (Occupational Health and Safety Assesment SERIE 18001 –
1999)
c. SMK3 versi CONSMS (Construction Industry Occupational Health and Safety
Management System) adalah sistem manajemen K3 yang dirumuskan oleh Japan
Construction Safety and Health Association (JCSHA).
LATIHAN
Isilah titik-titik dari lembar pertanyaan atau jawab pertanyaan secara benar, singkat dan
jelas.
1. Jelaskan secara singkat dan jelas pengertian umum dari keselamatan kerja.
8. Sebutkan nomor UU. dan PP. tentang jaminan sosial tenaga kerja :
11. Bahaya kerja menurut undang-undang K3 adalah ”Sumber Bahaya” yang berkaitan
dengan apa saja :
12. Sebutkan salah satu International Standard and Code, lengkap dengan perpanjangan
singkatannya :
13. Sebutkan ruang lingkup jaminan sosial tenaga kerja yang tertuang pada UU.
No. 3/1992
15. Tentang SMK3 (Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja) diatur
dengan apa, nomor berapa, tahun berapa ?
BAB 4
4-1
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
b. Unsur Energi
Semua makhluk yang bergerak untuk dapat hidup memerlukan energi,
demikian pula untuk dapat berinteraksi diperlukan adanya energi.
Sumber energi yang berlimpah berasal dari cahaya matahari, energi ini dapat
menyebabkan pohon dan tumbuhan yang berdaun hidau akan dapat
melakukan proses photo sintesa untuk tumbuh menuju suatu proses
kehidupan. Demikian pula dengan biji-biji dapat tumbuh dan berkembang
karena adanya energi matahari ini.
c. Unsur Ruang
Ruang adalah tempat atau wadah dimana lingkungan hidup berada, suatu
ekosistem habitat tertentu akan berada pada suatu ruang tertentu, artinya
mempunyai batas-batas tertentu yang dapat dilihat secara fisik. Dengan
mengetahui ruang habitat suatu ekosistem maka pengelolaan lingkungan
dapat lebih mudah ditangani secara spesifik.
d. Unsur Kondisi/Situasi
Kondisi atau situasi tertentu dapat mempengaruhi lingkungan hidup, misalnya
karena desakan ekonomi masyarakat pada suatu daerah tertentu, maka
penduduk di wilayah tersebut terpaksa melakukan pembakaran hutan untuk
usaha pertanian, yang dapat menimbulkan ancaman erosi lahan.
4-2
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
b. Komponen Biologi
1) Flora, seperti peta zona biogeoklimatik dari vegetasi alami, jenis-jenis
vegetasi dan ekosistem yang dilindungi undang-undang, serta adanya
keunikan dari vegetasi dan ekosistem yang ada.
2) Fauna, seperti kelimpahan dan keanekaragaman fauna, habitat,
penyebaran, pola migrasi, populasi hewan budidaya, serta satwa yang
habitatnya dilindungi undang-undang. Termasuk dalam fauna ini adalah
penyebaran dan populasi hewan, invertebrata yang mempunyai potensi
dan peranan sebagai bahan makanan, atau sumber hama dan penyakit.
4-3
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
1. Dalam Lingkungan Hidup dikenal adanya istilah ekologi dan ekosistem, yang
keduanya sangat terkait dengan masalah lingkungan hidup.
Ekologi berasal dari kata Yunani, oikos (= rumah tangga) dan logos (= ilmu),
dengan demikian ekologi dapat didefinisikan sebagai suatu ilmu tentang rumah
tangga alami.
Menurut Otto Sumarwoto, ekologi adalah ilmu tentang hubungan timbal balik
antara makhluk hidup dan lingkungan hidupnya, baik biotis maupun abiotis. Oleh
karena itu pada hakekatnya masalah lingkungan hidup adalah masalah ekologi.
Perbedaan utama antara disiplin Lingkungan Hidup dan disiplin Ekologi terletak
pada penekanannya. Lingkungan Hidup lebih menonjolkan peran manusianya,
sehingga faktor manusia lebih dominan, misalnya bagaimana aktivitas manusia
agar tidak merusak atau mencemari lingkungan. Sedangkan ekologi sebagai
cabang Ilmu Biologi mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup
dengan lingkungannya ditinjau dari disiplin biologi, misalnya bagaimana
terselenggaranya mata rantai makanan, sistem reproduksi atau karakteristik
habitat makhluk pada suatu ekosistem. Dengan demikian dapat pula dikatakan
bahwa ilmu lingkungan hidup lebih bersifat ilmu aplikatif (applied science), yaitu
menggunakan pengetahuan ekologi untuk kepentingan kelangsungan hidup
manusia yang lebih lestari.
2. Ekosistem adalah hubungan timbal balik yang terjalin sangat erat antara makhluk
hidup dan lingkungannya dan membentuk suatu sistem.
Hubungan interaksi antar komponen pada suatu ekosistem, dapt berbentuk :
4-4
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
Selain baku mutu air, dikenal pula istilah baku mutu limbah cair, yaitu batas kadar
yang dibolehkan bagi zat atau bahan pencemar untuk dibuang ke dalam air atau
sumber air, sehingga tidak mengakibatkan dilampauinya baku mutu air.
Penentuan baku mutu limbah cair ini ditetapkan dengan pertimbangan beban
maksimal yang dapat diterima air dan sumber air, dan dibedakan atas 4 golongan
baku mutu air limbah, yakni Golongan, I, II, III dan IV.
Besarnya kadar pencemaran yang diperbolehkan untuk setiap parameter kualitas air
dan air limbah dapat dilihat pada pedoman penentuan baku mutu lingkungan yang
4-5
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
diterbitkan oleh Kantor Menteri Negara LIngkungan Hidup seperti terlihat pada
lampiran.
Selain itu dikenali pula istilah baku mutu kebisingan yang penentuan didasarkan atas
peruntukan lahan di lokasi tersebut yang seperti contoh menurut Keputusan
Gubernur DKI Jakarta No. 587 tahun 1990 adalah :
4-6
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
Penentuan baku mutu air laut ini didasarkan atas pemanfaatan perairan pesisir laut,
menurut peruntukannya, seperti :
4.2.1. Umum
ISO (International Organization Standardization) adalah federasi dari organisasi
standar-standar nasional yang berpusat di Jenewa, Swiss. ISO adalah organisasi non
pemerintah yang ditetapkan pada tahun 1947. Misi dari ISO adalah untuk
mengembangkan standar dari kegiatan tertentu dengan maksud untuk memfasilitasi
kegiatan produk dan jasa tertentu. ISO mengembangkan standar di semua sektor
industri kecuali yang berkaitan dengan listrik dan elektronik dikembangkan oleh IEC
(International Electronical Commission).
Standarisasi International dimulai pada sektor tenaga listrik, sejak IEC dibentuk pada
tahun 1906. Sedangkan pengembangan standar internasional pada sektor lainnya
mula-mula dilakukan oleh International Federation of The National Standardization
Association (ISA) yang dibentuk pada tahun 1926. Pada tahun 1942 kegiatan ISA
terhenti karena Perang Dunia ke 2. Pada pertemuan berikutnya yang
diselenggarakan di London tahun 1946, wakil-wakil dari 25 negara yang hadir pada
waktu itu memutuskan untuk membentuk suatu organisasi internasional di bidang
standarisasi.
Tujuan pembentukan organisasi ini adalah untuk memfasilitasi koordinasi
internasional dan penyeragaman standar bidang industri. Organisasi inilah sekarang
dikenal dengan ISO. Sejalan dengan meningkatnya laju pembangunan dan
perkembangan ekonomi/ perdagangan di seluruh dunia, telah terjadi pula
peningkatan pencemaran dan kerusakan lingkungan. Hal tersebut kemudian
4-7
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
4-8
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
4-9
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
4 - 10
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
Cara yang baik untuk membedakan antara sistem manajemen mutu dan sistem
manajemen lingkungan adalah dengan menggambarkan sebuah pabrik yang memiliki
sistem manajemen mutu ISO 9000 – produk tersertifikasi, tetapi melakukannya
dengan cara yang tidak ramah lingkungan dan bahkan berbahaya. Bagi perusahaan
manufaktur hal ini mungkin bisa dilakukan, tetapi tidak bagi perusahaan penyedia
jasa, karena hal ini sulit dan tidak mungkin untuk memberi pelayanan yang kotor atau
berbahaya. Jadi, sangat lebih mudah bagi perusahaan jasa untuk menerapkan suatu
sistem yang mencakup kedua elemen tersebut.
4 - 11
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
4 - 12
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
Perwujudan dari usaha tersebut antara lain dengan menerapkan teknologi yang
tepat dan sesuai dengan kondisi lingkungan.
Untuk itu berbagai prinsip yang dipakai untuk pengelolaan lingkungan antara
lain :
a. Preventif (pencegahan), didasarkan atas prinsip untuk mencegah timbulnya
dampak yang tidak diinginkan, dengan mengenali secara dini kemungkinan
timbulnya dampak egative, sehingga rencana pencegahan dapat disiapkan
sebelumnya.
Beberapa contoh dalam penerapan prinsip ini adalah melaksanakan AMDAL
secara baik dan benar, pemanfaatan sumber daya alam dengan efisien
sesuai potensinya, serta mengacu pada tata ruang yang telah ditetapkan.
b. Kuratif (penanggulangan), didasarkan atas prinsip menanggulangi dampak
yang terjadi atau yang diperkirakan akan terjadi, namun karena keterbatasan
teknologi, hal tesebut tidak dapat dihindari.
Hal ini dilakukan dengan pemantauan terhadap komponen lingkungan yang
terkena dampak seperti kualitas udara, kualitas air dan sebagainya.
Apabila hasil pemantauan lingkungan mendeteksi adanya perubahan atau
pencemaran lingkungan, maka perlu ditelusuri penyebab/sumber dampaknya,
dikaji pengaruhnya, serta diupayakan menurunnya kadar pencemaran yang
timbul.
c. Insentif (kompensasi), didasarkan atas prinsip dengan mempertemukan
kepentingan 2 pihak yang terkait, disatu pihak pemrakarsa/pengelola kegiatan
4 - 13
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
yang mendapat manfaat dari proyek tersebut harus memperhatikan pihak lain
yang terkena dampak, sehingga tidak merasa dirugikan. Perangkat insentif ini
dapat juga berupa pengaturan oleh pemerintah seperti peningkatan pajak atas
buangan limbah, iuran pemakaian air, proses perizinan dan sebagainya.
b. Pendekatan Ekonomi
Pendekatan ekonomi yang dapat dipakai dalam pengelolaan lingkungan
antara lain:
1. Kemudahan dan keringanan dalam proses pengadaan peralatan untuk
pengelolaan lingkungan.
4 - 14
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
4 - 15
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
4.3.3. Dampak Yang Timbul Pada Pekerjaan Konstruksi Dan Upaya Menanganinya
Pada suatu pekerjaan konstruksi perlu dipertimbangkan adanya dampak-dampak
yang timbul akibat pekerjaan tersebut serta upaya untuk menanganinya.
Disesuaikan dengan jenis dan besaran pekerjaan konstruksi serta kondisi lingkungan
di sekitar lokasi kegiatan, penentuan jenis dampak lingkungan yang
4 - 16
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
cermat dan teliti, atau melakukan analisis secara sederhana dengan memakai data
sekunder.
Berdasarkan pengalaman selama ini berbagai dampak lingkungan yang dapat timbul
pada pekerjaan konstruksi dan perlu diperhatikan cara penanganannya adalah
sebagai berikut :
1. Meningkatnya Pencemaran Udara dan Debu
Dampak ini timbul karena pengoperasian alat-alat berat untuk pekerjaan
konstruksi seperti saat pembersihan dan pematangan lahan pekerjaan tanah,
pengangkutan tanah dan material bangunan, pekerjaan pondasi khususnya tiang
pancang, pekerjaan badan jalan dan perkerasan jalan, serta pekerjaan struktur
bangunan.
Indikator dampak yang timbul dapat mengacu pada ketentuan baku mutu udara
atau adanya tanggapan dan keluhan masyarakat akan timbulnya dampak
tersebut.
Upaya penanganan dampak dapat dilakukan langsung pada sumber dampak itu
sendiri atau pengelolaan terhadap lingkungan yang terkena dampak seperti :
a. Pengaturan kegiatan pelaksanaan konstruksi yang sesuai dengan kondisi
setempat, seperti penempatan base camp yang jauh dari lokasi pemukiman,
pengangkutan material dan pelaksanaan pekerjaan pada siang hari.
b. Memakai metode konstruksi yang sesuai dengan kondisi lingkungan, seperti
memakai pondasi bore pile untuk lokasi disekitar permukiman.
c. Penyiraman secara berkala untuk pekerjaan tanah yang banyak menimbulkan
debu.
4 - 17
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
Indikator dampak dapat dilihat dari kerusakan prasarana jalan dan utilitas umum
yang dapat mengganggu berfungsinya utilitas umum tersebut, serta keluhan
masyarakat disekitar lokasi kegiatan.
Upaya penanganan dampak yang timbul tersebut antara lain dengan cara :
a. Memperbaiki dengan segera prasarana jalan dan utilitas umum yang rusak.
b. Memindahkan labih dahulu utilitas umum yang terdapat dilokasi kegiatan
ketempat yang aman.
4 - 18
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
Indikator dampal dapat dilihat dari jenis dan jumlah tanaman yang ditebang,
khususnya jenis-jenis tanaman langka dan dilindungi serta adanya reaksi
masyarakat.
Upaya penanganan dampak tersebut dapat dilakukan antara lain :
a. Pengaturan pelaksanaan pekerjaan yang memadai.
b. Penanaman kembali jenis-jenis pohon yang ditebang disekitar lokasi kegiatan.
4 - 19
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
Dokumen AMDAL tersebut diatas terdiri atas berbagai dokumen yang berturut-
turut sebagai berikut :
a. KA - ANDAL, yaitu ruang lingkup studi ANDAL yang merupakan hasil
pelingkupan atau proses pemusatan studi pada hal-hal penting yang berkaitan
dengan dampak penting.
b. ANDAL (Analisis Dampak Lingkungan), yaitu dokumen yang menelaah secara
cermat dan mendalam tentang dampak penting suatu rencana atau kegiatan.
c. RKL (Rencana Pengelolaan Lingkungan) adalah dokumen yang mengandung
upaya penanganan dampak penting terhadap lingkungan hidup yang
ditimbulkan oleh rencana kegiatan.
d. RPL (Rencana Pemantauan Lingkungan) adalah dokumen yang mengandung
upaya pemantauan komponen lingkungan hidup yang terkena dampak
penting akibat rencana kegiatan.
4 - 20
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
tercantum dalam Keputusan Kepala Bapedal No. 056 tahun 1994, dan perlu dikaji
secara mendalam dalam laporan ANDAL.
Sedangkan kegiatan-kegiatan yang berpotensi mempunyai dampak penting
terhadap lingkungan seperti tersebut diatas antara lain :
4 - 21
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
4 - 22
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
tersebut layak untuk dilaksanakan. Studi ANDAL yang dilakukan pada tahap ini
merupakan penelaahan dampak penting yang timbul akibat rencana kegiatan
proyek secara cermat dan mendalam, dan hasilnya merupakan acuan untuk
merumuskan penanganan dampak yang timbul tersebut dalam bentuk Rencana
Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL).
Studi ini juga merupakan dokumen proyek yang penting, karena dipakai oleh para
pengambil keputusan apakah proyek tersebut layak ditinjau dari segi lingkungan,
sehingga dapat diimplementasikan.
4 - 23
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
Penelaahan terhadap kedua hal tersebut menjadi sangat penting karena ketepatan
dan ketelitian Analisis Dampak Lingkungan sepenuhnya tergantung dari kelengkapan
dan kedalaman data dan informasi yang diperoleh.
4 - 24
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
Informasi tentang intensitas atau bobot dampak tersebut diatas secara sistematis
dituangkan dalam dokumen AMDAL, dan menjadi acuan dalam perumusan upaya
penanganan dampak yang timbul, yang dituangkan dalam dokumen Rencana
Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL).
Dokumen RKL dan RPL ini harus dapat dijabarkan dalam gambar-gambar kerja dan
syarat-syarat pelaksanaan, serta acuan dalam melaksanakan pekerjaan.
Selanjutnya dokumen RKL dan RPL ini dipakai pula sebagai dasar untuk pelaksanaan
pengelolaan lingkungan (KL) dan pelaksanaan pemantauan lingkungan (PL), selama
masa pra konstruksi, konstruksi maupun pada pasca konstruksi.
Dalam pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan tesebut dilakukan
penilaian atas hasil pemantauan lingkungan dan hasil pemantauan lingkungan ini dapat
menjadi umpan balik bagi pelaksana pengelolaan dan pemantauan lingkungan, serta
dapat dikapai sebagai acuan bagi upaya pengembangan, penyempurnaan atau
pemantapan dokumen RKL dan RPL yang telah disusun.
Proses penyusunan AMDAL tersebut secara diagramatis dapat dilihat pada halaman
berikut.
4 - 25
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
Lampiran
Rencana Pengelolaan
Lingkungan dan Rencana
Prakiraan dan Pemantauan Lingkungan
evaluasi dampak (RKL dan RPL)
Ya
4 - 26
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
RANGKUMAN
1. Menurut UU. No. 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan
Hidup, dinyatakan bahwa lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua
benda, daya dan keadaan, mahluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang
mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia dan mahluk
hidup lainnya.
7. Berdasarkan pengalaman selama ini dampak lingkungan yang dapat timbul pada
pekerjaan konstruksi adalah :
a. Meningkatnya pencemaran udara dan debu
b. Terjadinya erosi dan longsoran tanah serta genangan air
c. Pencemaran kualitas air
d. Kerusakan prasarana jalan dan fasilitas umum
e. gangguan lalu lintas
f. Berkurangnya keaneka-ragaman flora dan fauna.
8. Setiap ada rencana pembangunan konstruksi perlu lebih dahulu dilakukan AMDAL
(Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) yang dibedakan antara lain :
a. AMDAL Sektoral
b. AMDAL Kawasan
c. AMDAL Terpadu/Multi sektoral
d. AMDAL Regional.
9. Dokumen AMDAL tersebut di atas terdiri atas berbagai dokumen yang berturut-turut
sebagai berikut :
a. KA-ANDAL, yaitu ruang lingkup studi ANDAL yang merupakan hasil pelingkupan
atau proses pemusatan studi pada hal-hal penting yang berkaitan dengan
dampak penting
b. ANDAL (Analisi Dampak Lingkungan), yaitu dokumen yang menelaah secara
cermat dan mendalam tentang dampak penting suatu rencana atau kegiatan
c. RKL (Rencana Pengelolaan Lingkungan) adalah dokumen yang mengandung
upaya penanganan dampak penting terhadap lingkungan hidup yang ditimbulkan
oleh rencana kegiatan
d. RPL (Rencana Pemantauan Lingkungan) adalah dokumen yang mengandung
upaya pemantauan komponen lingkungan hidup yang terkena dampak penting
akibat rencana kegiatan.
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
10. Dalam suatu pekerjaan konstruksi terkadang dapat menimbulkan dampak penting, atau
perubahan lingkungan yang mendasar, yang penentuannya didasarkan oleh factor-
faktor sebagai berikut :
a. Jumlah manusia yang akan terkena dampak
b. Luas wilayah sebaran dampak
c. Lamanya dampak berlangsung
d. Intensitas dampak
e. Banyaknya komponen lain yang terkena dampak
f. Sifat kumulatif dampak
g. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak.
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik UUJK, SMK3 dan PDL
LATIHAN
Isilah titik-titik dari lembar pertanyaan atau jawab pertanyaan dari lember pertanyaan,
dengan jawaban singkat dalam lembar jawaban dengan benar.
2. Berdasarkan jenis kegiatan, AMDAL dibedakan menjadi 4 batasan yang terdiri dari :
1. ………………………………………………………………………………………….........
2. ………………………………………………………………………………………….........
3. ………………………………………………………………………………………….........
4. ………………………………………………………………………………………….........
3. Dokumen AMDAL tersebut pada soal No. 2, terdiri atas berbagai dokumen. Sebutkan
terdiri dari dokumen apa saja secara berurutan.
…………………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………………...
4. Saudara ditunjuk sebagai Kepala Proyek pada lokasi/daerah tertentu yang adat
istiadat, sosial budaya mengikat dan dipegang teguh.
Jelaskan secara singkat sikap prilaku saudara, apabila ditugaskan ke Nanggroe Aceh
Darussalam.
…………………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………………...
5. Dalam rangka proses pengadaan tanah diajarkan ada 6 (enam) tahapan sangat
penting untuk dilaksanakan secara teliti dan cermat. Sebutkan 6 (enam) tahapan
tersebut.
…………………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA