Anda di halaman 1dari 64

LAPORAN PENDAHULUAN

PEMENUHAN KEBUTUHAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN


PASIEN

OLEH:

Nama : Ifdallul Rizki

NIM : 18D10076

Kelas : DIV Anestesiologi A

Tingkat / Semester : III/ V

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI

D IV KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI

TAHUN AJARAN

2020/2021
A. Konsep Teori Kebutuhan
1. Definisi
Kebutuhan akan keamanan dan keselamatan pada dasarnya
merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang dikemukaan
oleh Abraham Maslow. Kebutuhan keselamatan dan kemanan
merupakan kebutuhan dasar kedua yang harus diupayakan setelah
kebutuhan fisiologis. Kebutuhan keamanan dan keselamatan juga
harus dicapai jika seseorang ingin memenuhi kebutuhan dasar 
yang lain, seperti kebutuhan untuk mencintai dan dicintai,
kebutuhan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri (Green, 2000)
Secara umum keamanan ( safety) adalah status seseorang
dalam keadaan aman, kondisi yang terlindungi secara fisik, sosial,
spiritual, finansial, politik, emosi, pekerjaan, psikologis atau
berbagai akibat dari sebuah kegagalan, kerusakan, kecelakaan, atau
berbagai keadaan yang tidak diinginkan. Kebutuhan keamanan
berkaitan dengan konteks fisiologis dan hubungan interpersonal.
Keamanan fisiologis berkenaan dengan sesuatu yang mengancam
tubuh dan kehidupan seseorang. Ancaman yang datang secara
fisiologis tersebut dapat berupa hal yang nyata maupun imajinasi.
Keamanan dalam konteks hubungan interpersonal bergantung pada
banyak faktor, seperti kemampuan berkomunikasi, kemampuan
mengontrol masalah, kemampuan memahami, tingkah laku yang
konsisten dari orang lain, serta kemampuan untuk memahami
orang dan lingkungan di sekitarnya. Ketidaktahuan seseorang akan
sesuatu yang adal di sekitarnya dapat menimbulkan perasaan
cemas dan tidak aman (Asmadi , 2008).
Berbeda dengan kebutuhan keamanan, kebutuhan
keselamatan merupakan kebutuhan untuk melindungi diri dari
bahaya fisik. Ancaman yang muncul terhadap keselamatan
manusia dapat berupa ancaman mekanis, kimiawi, termal, dan
bakteriologis. Pasien kadang kurang menyadari adanya ancaman di
rumah sakit atau di tempat-tempat pelayanan kesehatan. Hal inilah
yang membuat perawat harus menyadari situasi yang mungkin
dapat membuat pasien cedera. Perlindungan yang diberikan bukan
hanya ditujukan untuk mencegah terjadinya kecelakaan tetapi juga
memelihara kebersihan (Asmadi, 2008).
Hampir sama dengan keselamatan akan ancaman fisik,
keamanan fisik  ( Biologic safety) merupakan keadaan fisik yang
aman terbebas dari ancaman kecelakaan dan cedera (injury) baik
secara mekanis, termis, elektris maupun  bakteriologis. Kebutuhan
keamanan fisik merupakan kebutuhan untuk melindungi diri dari
bahaya yang mengancam kesehatan fisik, yang pada pembahasan
ini akan difokuskan pada  providing for safety  atau memberikan
lingkungan yang aman. Sedangkan keselamatan adalah suatu
keadaan seseorang atau lebih yang terhindar  dari ancaman
bahaya/kecelakaan. Kecelakaan adalah kejadian yang tidak dapat
diduga dan tidak diharapkan yang dapat menimbulkan kerugian
Masalah yang sering muncul akibat keselamatan dan
keamanan adalah nyeri dan risiko cidera
2. Anatomi dan fisiologi terkait pemenenuhan kebutuhan
keselamatan dan keamanan
1. Keamanan fisik
Mempertahankan keamanan melibatkan keadaan mengurangi
ancaman pada tubuh atau kehidupan. Ancaman tersebut mungkin
penyakit, kecelakaan, bahaya, pada lingkungan. Pada saat sakit
seorang klien mungkin rentan terhadap komplikasi seperti ineksi,
oleh karena itu bergantung pada profesnal dalam system pelayan
kesehatan untuk pelindungan. Memenuhi kebutuhan keselamatan
fisik kadang mengambl priortas lebih dahulu di atas pemenuhan
fisiologis. Misalnya, seorang perawat mungkin perlu melindungi
klien dari kemungkinan jatuh dari tempat tidur sebelum
memberikan perawatan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ( Potter
dan Perry, 2005)
2. Keamanan psikologis
Untuk selamat dan aman secara psikolgis, seorang manusia harus
memahami apa yang diharapkan dari orang lain, termasuk anggota
keluarga dan professional pemberi perawatan kesehatan. Seseorang
haru mengetahui apa yang dihaapkan dari prosedur, pengalaman
yang baru, dan hal – hal yang dijumpai dalam lingkungan. Setiap
orag merasakan beberapa ancaman keselamata psikologis pada
pengalaman yang baru da tidak dikenal ( Potter dan Perry, 2005)
Orang dewasa yang sehat secara umum mampu memenuhi
kebutuhan fisik keselamatan fisk dan psikologis merek tanpa
bantuan dari professional pemberi perawatan kesehatan.
Bagaimanapun orang yang sakit atu cacat lebih rentan terancam
kesehjahteraan fisik dan emosinya, sehingga intervensi yang
dilakukan perawat adalah untu membantu melindungi mereka dari
bahaya ( Petter dan Perry, 2005)

3. Faktor predisposisi dan presipitasi


Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan keamanan
(Wartonah, 2010):
1. Usia
Pada usia anak-anak tidak terkontrol dan tidak mengetahui
akibat dari apa yang dilakukan. Pada orang tua/lansia akan
mudah sekali jatuh atau rapuh tulang.
2. Tingkat kesadaran
Pada pasien koma, menurunnya respon terhadap rangsang,
paralisis, disorientasi dan kurang tidur.
3. Emosi
Emosi seperti kecemasan, deperesi, dan marah akan mudah
sekali terjadi dan berpengaruh terhadap masalah keselamtan dan
keamanan.
4. Status mobilitas
Keterbatasan aktivitas, pararlisis, kelemahan otot, dan
kesadaran menurun memudahkan terjadinya resiko
injuri/gangguan integritas kulit.
5. Gangguan persepsi sensori
Kerusakan sensori akan mempengaruhi adaptasi terhadap
rangsangan yang berbahaya seperti gangguan penciuman dan
penglihatan.
6. Informasi/komunikasi
Gangguan komunikasi seperti aphasia atau tidak dapat membaca
dapat menimbulkan kecelakaan.
7. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional
Antibiotik dapat menimbulkan resisten dan anafilaktik syok.
8. Keadaan imunitas
Gangguan imunitas akan menimbulkan daya tahan tubuh yang
kurang sehingga mudah terserang penyakit.
9. Ketidakmampuan tubuh dalam memproduksi sel darah putih
Sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap
suatu penyakit.
10. Status nutrisi
Keadaan nutrisi yang kurang dapat menimbulkan kelemahan dan
mudah terserang penyakit demikian sebaliknya, kelebihan
nutrisi beresiko terhadap penyakit tertentu.
11. Tingkat pengetahuan Kesadaran akan terjadinya gangguan
keselamatan dan keamanan dapat diprediksi sebelumnya
4. Gangguan terkait pemenuhan kebutuhan keselamatn dan
keamanan
A. Nyeri
a. Etiologi
1. Iskemik jaringan, kurangnya suplai darah ke jaringan atau
organ karena permasalahan dengan pembuluh darah misalnya
hasil kerusakan atau disfungsi jaringan.
2. Spasmus Otot merupakan suatu keadaan kontraksi yang tak
disadari atau tak terkendali, dan sering menimbulkan rasa
sakit. Spasme biasanya terjadi pada otot yang kelelahan dan
bekerja berlebihan, khususnya ketika otot teregang berlebihan
atau diam menahan beban pada  posisi yang tetap dalam
waktu yang lama.
3. Inflamasi pembengkakan jaringan mengakibatkan
peningkatan tekanan lokal dan juga karena ada pengeluaran
zat histamin dan zat kimia bioaktif lainnya.
4. Post operasi setelah dilakukan pembedahan.
5. Trauma pada jaringan tubuh, misalnya kerusakkan jaringan
akibat bedah atau cidera.
b. Proses terjadinya
1. Teori pemisahan (Specificity theory)
Rangsangan nyeri masuk ke medulla spinalis (spinal card)
melalui karnu dorsalis yang bersinapsis dari daerah
posterior, kemudian naik ke tractus lissur dan menyilang
dari garis median ke garis/ ke sisi lainnya dan berakhir dari
korteks sensoris tempat rangsangan nyeri tersebut
diteruskan.
2. Teori pola (Pathern theory)
Rangsangan nyeri masuk melalui akar ganglion dorsal ke
medulla spinalis dan merangsang sel T. Hal ini
mengakibatkan suatu reson yang merangsang ke bagian
yang lebih tinggi yaitu korteks serebri serta kontraksi
menimbulkan persepsi dan otot berkontraksi sehingga
menimbulkan nyeri.
3. Teori pengendalian gerbang (Gate control theory)
Nyeri tergantung dari kerja saraf besar dan kecil yang
keduanya berada dalam akar ganglion dorsalis. Rangsangan
pada serabut saraf besar akan mengakibatkan aktivitas
substansia gelatinosa yang mengakibatkan tutupnya pintu
mekanisme sehingga aktivitas sel T terhambat dan
menyebabkan hantaran rangsangan akut terhambat.
Rangsangan saraf besar dapat langsung merangsang korteks
serebri. Hasil persepsi ini akan dikembalikan dalam medula
spinalis melaui serat eferen dan reaksinya mempengaruhi
aktivitas sel T. Rangsangan pada serat kecil akan
menghambat aktivitas substansia gelatinosa dan membuka
pintu mekanisme, sehingga merangsang aktivitas sel T yang
selanjutnya akan menghantarkan rangsangan nyeri.
4. Teori transmisi dan inhibisi
Adanya stimulus pada nociceptor memulai transmisi
impuls-impuls saraf, sehingga transmisi impuls nyeri
menjadi efektif oleh impuls-impuls saraf. Pada serabut-
serabut besar yang memblok impuls-impuls lamban dan
endogen opials system supresif.
Pada saat sel saraf rusak akibat trauma jaringan, maka
terbentuklah zat-zat kimia seperti Bradikinin, serotonin dan
enzim proteotik. Kemudian zat-zat tersebut merangsang dan
merusak ujung saraf reseptor nyeri dan rangsangan tersebut
akan dihantarkan ke hypothalamus melalui saraf asenden.
Sedangkan di korteks nyeri akan dipersiapkan sehingga
individu mengalami nyeri. Selain dihantarkan ke
hypothalamus nyeri dapat menurunkan stimulasi terhadap
reseptor mekanin sensitif pada termosensitif sehingga dapat
juga menyebabkan atau mengalami nyeri (Wahit Chayatin,
N.Mubarak, 2007).
c. Manifestasi klinis
Tanda dan Gejala
a. Gangguan tidur
b. Posisi menghindari nyeri
c. Gerakan menghindari nyeri
d. Raut wajah kesakitan (menangis, merintih)
e. Perubahan nafsu makan
f. Tekanan darah meningkat
g. Depresi
d. Komplikasi
1. Oedema Pulmonal
2. Kejang
3. Masalah Mobilisasi
4. Hipertensi
5. Hipertermi
6. Takikardi
7. Gangguan pola istirahat dan tidur

B. Medical error
a. Etiologi
1. Element Patient Safety
a) Adverse drug events (ADE)/medication errors(ME) =
ketidakcocokan obat/kesalahan pengobatan.
b) Restrain use (penggunaan kendali)
c) Nosocomial infections (infeksi nosokomial)
d) Surgical mishaps (kecelakaan operasi)
e) Pressure ulcers (luka akibat penekanan)
f) Blood product safety/administration ( keamanan produk
darah/administrasi)
g) Falls (terjatuh)
2. Most Common Rout Causes of Errors (Akar Penyebab
Kesalahan Yang Paling Umum )
a. Communication problem (masalah komunikasi)
b. Inadequate information flow (arus informasi yang tidak
memadai
c. Human prbleoms (masalah manusia)
d. Technical failures (kesalahan teknis)
e. Inadequate policies and procedures (kebijakan dan
prosedur yang tidak memadai).
b. Proses terjadinya
a. Kesalahan memastikan identifikasi pasien
Kegagalan yang meluas dan terus menerus saat untuk
mengidentifikasi pasien secara tidak benar sering mengarah
pada kesalahan pengobatan, transfuse maupun
pemeriksaan, pelaksanaan prosedur yang keliu, penyerahan
bayi yang bukan orang tuanya/keluarganya.
b. Komunikasi tidak benar saat operan
Kesejangan dalam komunikasi saat operan jaga pasien antar
unit pelayanan, serta tim pelayanan bisa mengakibatkan
terputusnya kesinambungan layanan, pengobatan yang
tidak tepat potensial mengakibatkan cedera pasien karena
keterlibatan keluarga dan pasien saat operan jaga.
c. Ketidakpastian tindakan dan kesalahan insisi pada pasien
Kasus-kasus dengan pelaksanaan prosedur yang keliru atau
pembedahan sisi tubuh yang salah sebagian besar adalah
akibat adanya miskomunikasi dan tidak adanya informasi.
Akibatnya munculnya kesalahan karena kurangnya proses
pra-bedah seperti verifikasi prapembedahan, pemberian
tanda yang akan dioperasi oleh petugas, dan tidak adanya
tim yang terlibat dalam prosedur time ou sesaat sebelum
memukai prosedur untuk mengkonfirmasi identitas pasien,
prosedur dan sisi yang akan dibedah.
d. Ketidakpatuhan hand hygiene
e. Penggunaan alat sekali pakai pada pasien yang berbeda
f. Ketidakpatuhan petugas terhadap universal precaution
c. Manifestasi klisnis
1) Tingkat kesadaran dan status kesehatan mental
2) Defisit kemampuan sensori
3) Mobilitas/ Keterbatasan fisik
4) Nokturia
d. Komplikasi
1) Masalah mobilitas
2) Perdarahan
3) Shock
5. Pemeriksaan diagnostic/ pemeriksaan penunjang terkait
pemenuhan kebutuhan keselamatan dan keamanan
A. Nyeri
a. Jenis Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan USG, untuk data penunjang apabila ada nyeri tekan di
abdomen
2. Pemeriksaan laboratorium, sebagai data penunjang pemeriksaan
lainnya
3. Sinar – X (Rontgen), untuk mengetahui tulang atau organ dalam
yang abnormal
4. CT-Scan (cidera kepala), untuk mengetahui adanya pembuluh
darah yang pecah di otak
5. MRI
b. Parameter Yang Diperiksa
1. Skala nyeri
2. Tanda-tanda vital
3. Ekspresi wajah pasien
4. Respon pasien

c. Hasil Temuan (yang tidak normal) dan Interpretasi hasil


1. Face Pain Assessment Scale (Faces of Pain Scale )

2. Verbal Rating Scale (VRS)


3. Numeric Rating Scale ( NRS)

B. Medical error
a. Jenis Pemeriksaan diagnostic
a) DL (Hb, leukosit, trombosit dll)
b) Radiologi (ronthgen daerah yang mengalami cedera)
b. Parameter yang diperiksa
a) Tata Kelola untuk Keselamatan dan Mutu dalam Organisasi
Pelayanan Kesehatan
b) Infeksi terkait kesehatan
c) Keamanan obat
d) Identifikasi Pasien dan Prosedur Pencocokan; dan
e) Timbang terima (Handover) Klinis Lima topik tambahan
saat ini dalam pengembangan, mencakup:
1. Darah dan keamanan darah
2. Bermitra dengan Konsumen
3. Pencegahan dan Penatalaksanaan Ulkus Tekanan
4. Mengakui dan Menanggapi Kerusakan Klinis; dan
5. Keselamatan dari jatuh.

6. Penatalaksanaan medis
A. Nyeri
a. Penatalaksanaan Terapi
Farmakologi
1. Pemberian analgesic
Pemberian obat analgesik, yang dilakukan guna
mengganggu dan memblok transmisi stimulus agar terjadi
perubahan persepsi dengan cara mengurangi nyeri. Jenis
analgesiknya adalah narkotika dan bukan narkotika. Jenis
narkotika digunakan untuk menurunkan tekanan darah dan
menimbulkan depresi pada fungsi vital,seperti respirasi.
Jenis bukan narkotika yang paling banyak ditemukan
dimasyarakat adalah aspirin, asetaminofen, dan bahan
antiinflamasi nosteroid. Golongan aspirin (asetysalicylic
acid) digunakan untuk memblok rangsangan pada sentral
dan perifer,kemungkinan menghambat sintesis
prostaglandin yang memiliki khasiat setelah 15-20 menit
dengan efek puncak obat sekitar 1-2 jam. Aspirin juga
menghambat agregasi trombosit dan antagonis lemah
terhadap vitamin K, sehingga dapat meningkatkan waktu
peredaran darah dan protombin bila diberikan dalam dosis
yang tinggi. Golongan asetaminofen sama seperti
aspirin,akan tetapi tidak menimbulkan perubahan kadar
protombin dan jenis Nonsteroid Anti Inflammatory Drugs
(NSAID), juga dapat menghambat prostaglandin dan dosis
rendah dapat berfungsi sebagai analgesi.Kelompok obat ini
meliputi ibuprofen, mefenamic acid, fenoprofen, naprofen,
zomepirac, dan lain-lain.
2. Plasebo
Plasebo merupakan obat yang mengandung komponen obat
analgesik seperti gula, larutan garam/normal saline, atau air.
Terapi ini dapat menurunkan rasa nyeri, hal ini karena
faktor persepsi kepercayaan pasien

Non Farmakologi

1. Relaksasi
Relaksasi adalah suatu tindakan untuk membebaskan
mental dan fisik dari ketegangan dan setress, sehingga dapat
meningkatkan toleransi terhadap nyeri. Contoh tindakan
relaksasi adalah nafas dalam dan relaksasi otot.
2. Distraksi
Mengalihkan perhatian terhadap nyeri, efektif untuk nyeri
ringan sampai sedang. Distraksi visual (melihat TV atau
pertandingan bola), distraksi audio (mendengar musik),
distraksi sentuhan (massase, memegang mainan), distraksi
intelektual (merangkai puzzle, main catur).
3. Anticipatory guidance
Memodifikasi secara langsung cemas yang berhubungan
dengan nyeri. Contoh tindakan: sebelum klien menjalani
prosedur pembedahan, perawat memberikan
penjelasan/informasi pada klien tentang pembedahan,
dengan begitu klien sudah punya gambaran dan akan lebih
siap menghadapi nyeri.
4. Hipnotis
Membantu mengubah persepsi nyeri melalui pengaruh
sugesti positif.
5. Biofeedback
Terapi perilaku yang dilakukan dengan memberikan
individu informasi tentang respon nyeri fisiologis dan cara
untuk melatih kontrol volunter terhadap respon tersebut.
Terapi ini efektif untuk mengatasi ketegangan otot dan
migren, dengan cara memasang elektroda pada pelipis.
6. Stimulasi kutaneus
Cara kerja dari sistem ini masih belum jelas, salah satu
pemikiran adalah cara ini bisa melepaskan endorfin,
sehingga bisa memblok stimulasi nyeri. Bisa dilakukan
dengan massase, mandi air hangat, kompres dengan kantong
es dan stimulasi saraf elektrik transkutan (TENS/
transcutaneus electrical nerve stimulation). TENS
merupakan stimulasi pada kulit dengan menggunakan arus
listrik ringan yang dihantarkan melalui elektroda luar.

b. Penatalaksanaan Operatif
Dengan melakukan pembedahan atau pengangkatan pada faktor
yang menyebabkan nyeri

c. Penatalaksaan dengan pemberian kompres hangat/dingin


1. Pemberian kompres hangat
Kompres hangat adalah memberikan rasa hangat pada daerah
tertentu dengan menggunakan cairan atau alat yang
menimbulkan hangat pada bagian tubuh yang
memerlukan.tindakan ini selain untuk melancarkan sirkulasi
darah juga untuk menghilangkan rasa sakit serta memebrikan
ketenangan dan kesenangan pada klien. Pemberian kompres
dilakukan pada radang persendian, kekejangan otot, perut
kembung dan kedinginan.
2. Kompres dingin
Kompres dingin adalah memberi rasa dingin pada daerah
setempat dengan menggunakan kain yang dicelupkan pada air
biasa atau air es sehingga memberi efek rasa dingin pada
daerah tersebut. Tujuan diberikan kompres dingin adalah
menghilangkan rasa nyeri akibat odema atau trauma,
mencegah kongesti kepala, memperlambat denyut jantung,
mempersempit pembuluh darah dan mengurangi arus darah
lokal. Tempat yang diberikan kompres dingin tergantung
lokasinya. Selama pemberian kompres, kulit klien diperiksa
setelah 5 menit pemberian, jika dapat di toleransi oleh kulit
diberikan selama 20 menit.

d. Medical error
a. Penatalaksanaan terapi
1. Meningkatkan keamanan sepanjang hayat manusia
Memastikan keamanan pasien pada semua usia berfokus pada:
observasi atau prediksi situasi yang mungkin membahayakan
sehingga dapat dihindari dan memberikan pendidikan
kesehatan yang memberikan kekuatan bagi pasien untuk
menjaga dirinya dan keluarganya dari cedera secara mandiri.
2. Mempertahankan kondisi aman dari api dan kebakaran
Upaya pencegahan yang biasa di lakukan perawat adalah
memastikan bahwa ketiga elemen tersebut dapat di hilangkan.
Jika kebakaran sudah terjadi ada dua tujuan yang harus dicapai
yaitu: melindungi pasien dari cedera dan membatasi serta
memadamkan api.
3. Mencegah terjadinya jatuh pada pasien
a) Orientasikan pasien pada saat masuk rumah sakit dan
jelaskan system komunikasi yang ada
b) Hati-hati saat mengkaji pasien dengan keterbatasan gerak
c) Supervisi ketat pada awal pasien dirawat terutama malam
hari.
d) Anjurkan pasien menggunakan bel bila membutuhkan
bantuan
e) Berikan alas kaki yang tidak licin
f) Berikan pencahayaan yang adekuat
g) Pasang pengaman tempat tidur terutama pada pasien
dengan penurunan kesadaran dangan gangguan mobilitas.
h) Jaga lantai agar tidak licin
4. Melakukan tindakan pengamanan pada pasien kejang
a) Pasang pengaman tempat tidur dengan dilapisi kain tebal
(mencegah nyeri saat terbentur)
b) Pasang spatel lidah untuk mencegah terhambatnya aliran
udara
c) Longgarkan baju dan ikatan leher (kerah baju)
d) Kolaborasi pemberian obatanti konvulsi
e) Berikan masker oksigen jika diperlukan
5. Memberikan pertolongan bila terjadi keracunan
Perawat dapat memberikan pendidikan kesehatan pada
masyarakat bila terjadi keracunan melalui identifikasi adanyaz
at-zat beracun di rumah yang terkonsumsi, segera laporkan ke
institusi kesehatan terdekat serta menyebutkan nama dan gejala
yang dialami pasien, jaga pasien pada posisi tenang kesatu sisi
atau dengan kepala ditempatkan diantara kedua kaki untuk
mencegah aspirasi.
6. Memberikan pertolongan bagi pasien yang terkena sengatan
listrik
Jika seseorang terkena macroshock (sengatan listrik yang cukup
besar) jangan sentuh pasien tersebut sampai pusat listrik
dimatikan dan pasien aman dari arus listrik. Macroshock sangat
berbahaya karena dapat menyebabkan luka bakar, kontraksi
otot, dan henti nafas serta henti jantung. Untuk mencegah
macroshock gunakan mesin/alat listrik yang berfungsi dengan
baik, pakai sepatu dengan alas karet, berdirilah diatas lantai
non-konduktif, dan gunakan sarung tangan non konduktif.
7. Melakukan penanganan bagi pasien yang terpapar kebisingan
Kebisingan memiliki efek psikososial dan efek fisiologis. Efek
psikososial seperti rasa jengkel, tidur dan istirahat terganggu,
seerta gangguan konsentrasi dan pola komunikasi. Efek
fisiologis meliputi peningkatan nadi dan respirasi, peningkatan
aktifitas otot, mual, dan kehilangan pendengaran jika intensitas
suara tepat. Kebisingan dapat diminimalisir dengan memasang
genting, dinding, dan lantai yang kedap suara, memasang
gorden, memasangkarpet, atau memuta rbacksound music.
8. Melakukan Heimlich Maneuver pada pasien yang mengalami
tersedak
9. Melakukan perlindungan terhadap radiasi
Tingkaat bahaya radiasi tergantung dari : lamanya, kedekatan
dengan sumber radioaktif, dan pelindung yang digunakan
selama terpapar radiasi. Upaya yang harus dilakukan oleh
perawat dalam hal ini adalah memakai baju khusus, memakai
sarung tangan, mencuci tangan sebelum dan sesudah memakai
sarung tangan, dan membuang semua benda yang
terkontaminasi.
10. Melakukan pemasangan restrain pada pasien
Restrain adalah alat atau tindakan pelindung untuk membatasi
gerakan aktifitas fisik pasien atau bagian tubuh pasien. Restrain
diklarifikasikan menjadi fisika (physical) dan
kemikal(chemical) restrain. Fisical adalah restrain dengan
metode manual atau alat bantu mekanik, atau alat-alat yang
dipasang pada tubuh pasien sehingga pasien tidak dapat
bergerak dengan mudah dan terbatas gerakannya. Kemikal
restrain adalah restrain dalam bentuk zat kimia neuroleptics,
anxioulytics, sedative dan psikotropika yang digunakan untuk
mengontrol tingkah laku social yang merusak. Restrain
sebaiknya dihindari sebab berbagai komplikasi sering
dikeluhkan akibat pemasangan restrain. Komplikasi fisik
diantaranya luka tekan , retensi urine, inkontinensia, dan sulit
BAB, bahkan kematian pun dilaporkan. Komplikasi
psikologisnya adalah penurunan harga diri, bingung, pelupa,
depresi, takut dan marah. Restrain hendaknya digunakan
sebagai alternative terakhir. Bila dilakukan maka haruslah :
a. Di bawah pengawasan dokter dengan perintah tertulis, apa
penyebabnya, dan untuk berapa lama.
b. Klien setuju dengan tindakan tersebut.
b. Penatalaksaan operatif
1) Jenis tindakan ORIF
B. Tinjauan Teori Masalah Kesehatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar
Manusai

FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN ANESTESI


( PENGKAJIAN DOROTHEA OREM )
PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN DAN KESELAMATAN
PASIEN

1. PENGKAJIAN
1. Pengkajian meliputi : nama, umur, JK, alamat, pekerjaan,
pendidikan, tanggal pengkajian, no RM, diagnosa medis, nama
penanggung jawab pasien.
2. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan utama : keluhan yang paling dominan dirasakan dan
yang menjadi alas an masuk rumah sakit.
b) Riwayat Penyakit Sekarang : scenario dari pertama kali
kejadian, siapa, apa yang dilakukan, kapan kejadian tersebut,
kenapa kejadian itu bisa terjadi, bagaimana tindakan
selanjutnya. Sesampai di RS tindakan apa yang dilakukan,
obat-obatan, hasil lab, hasil radiologi dll.
c) Riwayat Penyakit Dahulu : scenario apakah pasien pernah
sakit apa dan dirawat dirumah sakit mana dll.
d) Riwayat Penyakit Keluarga
e) Riwayat Cedera atau Jatuh
Pengkajian risiko jatuh dapa tmenggunakan instrument Morse
Fall Scale,St. Thomas Risk Assesment Tool in Falling
Elderly Inpatients (STRATIFY), Resident Assesment
Instrument (RAI), Fall Risk Assesment Tool, Henrich Fall
Risk Model, dan lain-lain (Aranda-Galardo,2013)
f) Riwayat Imunisasi
g) Riwayat infeksi akut atau kronik
h) Terapi yang sedang dijalani
i) Stressor emosional: ekspresi verbal dannon verbal, gaya
hidup
j) Proses penyakit yang terlihat pada pasien dan keluhan fisik

3. Pola Kebutuhan Dasar ( Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)


a) Udara atau oksigenasi :
- Gangguan pernafasan : apakah ada masalah lain
akibat nyeri
- Alat bantu pernafasan : oksigen 4lpm ataupun
lainnya
- Sirkulasi udara : inspirasi
memanjang/memendek
- Letak tempat tinggal : jauh dari
pabrik/daerah pabrikan
b) Minum air
-Sebelum sakit :
- Sumber air yang digunakan : POM
- Konsumsi air : air putih 6x/hari
- Kondisi air : bersih
- Skala mandi : 2 x/hari
-Saat sakit:
- Frekuensi : 3x/ hari
- Jenis : air putih
- Cara : oral/menggunakan pipet
- Keluhan : tidak ada keluhan.
c) Nutrisi/ makanan
-Sebelum sakit :
- Frekuensi : 3x/hari
- Jenis : nasi tim
- Porsi : 1 piring
- Diet khusus : diet HT
- Makanan yang disukai : semua jenis
makanan
- Pantangan : ikan
- Napsu makan : membaik
-Saat sakit :
- Frekuensi : 3x/hari
- Jenis : bubur air
- Porsi : 1/2 piring
- Diet khusus : diet HT
(rendah garam)
- Makanan yang disukai : semua
jenis makanan
- Pada pengkajian status nutrisi dapat pula
diketahui tentang IMT pasienPantangan
: ikan
- Napsu makan : membaik
d) Eliminasi
BAB
- Sebelum sakit :
 Frekuensi : 2x/hari
 Konsistensi : tidak menentu (padat+cair)
 Warna : hitam kecokelatan
 Bau : khas feses
 Keluhan : tidak ada
- Saat Sakit
 Frekuensi : 1x
 Konsistensi : cair
 Warna : coklat
 Bau : khas feses
 Cara
 Keluhan : ADL total dibantu
perawat/keluarga
BAK
- Sebelum sakit :
• Frekuensi : 5x/hari

• Konsistensi : cair
 Warna : kuning pekat
 Bau : amoniak
 Keluhan : nokturia
- Saat sakit :
 Frekuensi : tidak menentu
 Konsistensi : cair
 Warna : kuning pekat
 Bau : khas amoniak
 Cara : Dower kateter
 Keluhan : rasa nyeri tempat
kateter

e) Pola aktivitas dan istirahat


Aktivitas

Kemampuan Perawatan 0 1 2 3 4
Diri

Makan dan minum Ya

Mandi Ya

Toileting Ya

Berpakaian Ya

Berpindah Ya

0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu


orang lain dan alat, 4: tergantung total.
f) Istirahat Dan Tidur
Sebelum sakit
- Apakah frekuensi waktu anda beraktivitas lebih banyak
dari pada waktu anda beristirahat?
- Apakah anda pernah mengalami insomnia? (Ya)
- Berapa jam anda tidur: malam (5 jam), siang (1 jam)
Saat sakit

- Apakah anda pernah mengalami insomnia? (Ya)


- Berapa jam anda tidur: malam (4jam), siang (30 menit)
g) Interaksi sosial
- Kegiatan Lingkungan : gotong royong
- Interaksi Sosial : baik
- Keterlibatan Kegiatan Sosial : terlibat dalam
kegiatan apapun
h) Pemeliharaan kesehatan
- Kebersihan kamar mandi : bersih
- Konsumsi vitamin : tidak
- Imunisasi : ya
- Olahraga : tidak teratur
- Upaya keharmonisan keluarga : konseling
- Sters dan adaptasi : selalu mencari kegiatan rumah
(menyapu halaman rumah)
i) Kesejahteraan dan peningkatan fungsi manusia
- Hubungan dengan lingkungan masyarakat, keluarga,
kelompok, teman: (baik)
- Pemanfaatan pelayanan kesehatan : (selalu control ke
dokter keluarga)

4. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Kesadaran : komposmetis / apatis / DELIRIUM/somnolen /
sopor/koma
GCS : verbal : (4) Psikomotor: (3) Mata : (4)
Penampilan : tampak sakit berat, gelisah dan tidak tenang.
Tanda-tanda Vital : Nadi = 60 x/menit, Suhu = 36,70 C, TD =
150/90 mmHg, RR = 14x/menit

2) Kepala
Bentuk : simetris antara kiri dan kanan
Warna :warna rambut dominan putih
Tekstur : gelombang
Penyebaran : merata
Keadaan : sedikit kusam
Nyeri tekan : saat palpasi kepala terasa sakit
Benjolan : tidak ada
Kebersihan : banyak ketombe (kebersihan kurang)
3) Mata
Kesemetrisan : simetris antara kiri dan kanan
Sclera : kemerahan
Konjungtiva : anemis
Sekret : kadang mengluarkan cairan
Bengkak : periorbital puffiness
Benjolan : tidak ditemukan
Lesi : entropion senilis
Nyeri tekanan : sedikit sakit
Fungsi penglihatan : presbiopi
Reflek pupil : pupil mengalami kontriksi (mula-
mula berdiameter 3mm, terjadi penurunan 1 mm dan reflex
cahaya langsung melemah).
Kebersihan : cukup
4) Telinga
Kesemetrisan : simetris antara kiri dan kanan
Warna : kemerahan
Sekret : tidak ditemukan secret
Bengkak : tidak ada
Benjolan : tidak ada
Lesi :tidak ada
Nyeri tekanan : tidak ada nyeri tekan
Fungsi Pendengaran : presbicusis
Kebersihan : bersih
5) Hidung
Kesimetrisan : simetris
Sekret : tidak ada
Bengkak : tidak ada
Benjolan : tidak ada
Lesi : tidak ada
Nyeri tekanan : tidak ada nyeri tekan
Fungsi Penciuman : membaik
Kebersihan : bersih
6) Mulut
Bibir
Kesimetrisan : simetris
Warna : hitam kecokelatan
Tekstur : xerostomia
Mukosa : kering
Sekret : lendir
Bengkak : tidak ada
Benjolan :tdak ada
Lesi : bibir pecah-pecah

Nyeri tekan : tidak ada

 Kebersihan : Infeksi local, terbatas pada kuli tdan


membrane mukosa, anoreksia, mual, muntah.
7) Gigi :
Warna :-
Caries :-
Jumlah :-
Kebersihan :-
Keluhan : pasien sudah ompong
8) Lidah
Warna : putih
Fungsi pengecapan : perubahan fungsi
Tekstur : mengalami perubahan
Kebersihan : kurang bersih
9) Leher
Bentuk : simetris
JVP : 4cm
Thyroid :tidak ada pembengkakan
Bengkak : ada
Mallampati :3
Benjolan :tidak ada
Lesi :tidak ada
Nyeri tekan : tidak ada
Kebersihan : cukup
10) Dada
Bentuk (simetris/tidak),
Pergerakan dinding dada (simetris/tidak),
Nyeri tekan : ada/tidak
Irama pernapasan :teratur/tidak teratur
11) Paru :
Inspeksi : pengembangan dinding dada : simetris/tidak
Palpasi : fremitus : ada/tidak, simetris/tidak
Perkusi :bunyi jaringan paru hipersonor
Auskultasi : Suara dasar :Vesikuler Melemah
Suara tambahan : Ronchi Basah Halus (RBH)
12) Jantung :
Inspeksi : ictus cordis : tidak nampak
Palpasi : letak jantung : IC ada pada Spatium intercostal
(SIC) V di sebelah medial linea midklavikularis sinistra.
Perkusi : batas jantung redup
Auskulttasi : Bunyi jantung :
BJ I : penutupan katub mitral dan trikuspidalis = LUB
BJ II : penutupan katub Aorta dan Pulmonal  = DUB
Bising : Murmur :getaran yang terjadi dalam
jantung atau pembuluh darah besar yang diakibatkan oleh
bertambahnya turbulensi darah / cairan.

13) Abdomen
Bentuk : simetris
Tekstur : merata
Bengkak : tidak ada
Benjolan :tidak ada
Lesi :tidak ada
Nyeri tekanan : tidak ada
Bising Usus : 25x/menit
Distensi abdomen : tidak ada
Bunyi perkusi lambung : hipertimpani
Kebersihan : bersih
14) Ekstremitas
Ekstremitas atas
Bentuk : tidak simetris antara kiri dan kanan
Warna : putih
Tekstur : merata
Kelembaban : lembab
Turgor :tidak elastic
Bengkak : ekstremitas atas bagian dextra
Benjolan : tidak ada
Lesi : di ekstremitas atas
Nyeri tekanan : ada
Ekstremitas bawah : Kekutan otot : (2) dapat mengerakkan
otot atau bagian yang lemah sesuai perintah
Kebersihan : cukup
Inspeksi dan palpasi terhadap otot, persendian, dan
tulang klien, kaji range of motion klien, kaji kekuatan otot
klien, kaji tingkat ADLs klien.
15) Kulit :
Inspeksi :
Lesi : di ekstremitas atas bagian kanan
Warna : sedikit kemerahan
jaringan parut : di bagian kaki kiri
vaskularisasi : ya
Palpasi :  
Tekstur : merata
Turgor : tidak elastic
Edema : pada ektremitas atas bagian kanan

16) Neurologis :
 Status mental dan emosi : stress karena kehilangan organ
yang di insisi
  Pemeriksaan refleks :
Reflek bisep: gleksi lengan pada sendi siku
Reflek trisep : ekstensi lengan bawah pada sendi siku
Reflek brachiradialis : flexi pada lengan bawah,supinasi pada
siku dan tangan
Reflek patella : plantar fleksi kaki karena kontraksi
m.quadrisep femoris
Reflek achiles : plantar fleksi kaki krena kontraksi
m.gastroenemius
Reflek babinski: posisitf apabila terdapat gerakan dorsofleksi
ibu jari kaki dan pengembangan jari kaki lainnya
Analisa Data

No Symptom Problem Etiologi


1 Ds: pasien mengatakan nyeri Nyeri Proses inflamasi

Do: wajah pasien tampak meringgis

2 DS : Pasien mengatakan demam Resiko Infeksi Proses inflamsi

DO : akral hangat, suhu 39, pucat, ,


leukosit 19.000

3 DS : - Resiko jatuh Keletihan, kerusakan fungsi


DO : sensorik, penggunaan obat-
Lantai licin,tempat tidur tidak terpasang obatan,
pengalang, pencahayaan kurang.

DS : - Resiko Aspirasi Cedera kepala, koma, batuk


DO dan reflek muntah
Penurunan kesadaran,

4 DS :- Resiko trauma Infeksi, riwayat thrombosis,


DO : pengguaan restrain yang tidak edema, , kebutuhan posisi
benar, dan kehilangan respon
protektif sensoris sekunder
akibat anesthesia.

2. MASALAH KESEHATAN ANESTESI Carpenito


1. Nyeri
2. Resiko infeksi
3. Resiko jatuh
4. Resiko aspirasi
5. Resiko trauma

3. INTERVENSI

No Problem(Masalah Rencana Intervensi Nama


) &

Tujuan Intervensi Paraf

1 Nyeri Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi Perawat


asuhan keperawatan TTV pasien A
diharapkan skala nyeri 2. Atur posisi
pasien berkurang dengan pasien dengan
kriteria hasil: menghindari
1. Px mengatakan penekanan
nyerinya berkurang pada daerah
2. Wajah pasien nyeri
tampak tenang 3. Ajarkan pasien
3. Skala nyeri pasien teknik napas
<5 dalam dan
distraksi
relaksasi
4. Kolaborasi
dengan dokter
dalam
pemberian
obat analgesi
2. Resiko infeksi setelah dilakukan tindakan 1. Obeservasi Perawat
asuhan keperawatan, TTV pasien A
diharapkan resiko infeksi 2. KIE pasien
dapat dicegah atau tentang tanda-
ditangani kriteria hasil: tanda infeksi
serta
1. Pasien bebas dari
menanganan
tanda-tanda infeksi
infeksi
2. Pasien mampu
3. Obervasi
menjelaskan tanda-
tanda-tanda
tanda infeksi
infeksi
3. Pasien mampu
mencegah 4. Menjaga
timbulnya infeksi lingkungan
pasien agar
tetap bersih
3. Risiko jatuh Setelah dilakukan tindakan 1. Bantu pasien Perawat
asuhan keperawatan, berdiri A
diharapkan risiko jatuh 2. Bantu pasien
dapat dicegah dengan menggunakan
kriteria hasil: alat bantu
3. Bantu pasien
1. Digunakannya alat
menggunakan
bantu yang tepat
pelindungan
2. Digunakannya alat
diri
pelindungan diri
yang tepat
3. Tindakan berisiko
tinggi dapat dicegah
4. Tercapainya
keseimbangan saat
istirahat dan
beraktivitas

4. Risiko aspirasi Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi Perawat


asuhan keperawatan, TTV pasien A
diharapkan rsisiko aspirasi 2. Posisikan
dapat dicegah dan pasien untuk
ditangani dengan kriteria ventillasi
hasil: maksimal
3. Lakukan
1. Respirasi rate dalam
fisioterapi
batas normal
dada
2. Kepatenan jalan
4. Kolaborasi
nafas dalam batas
dengan dokter
normal
dalam
3. Saturasi oksigen memberian
dalam batas normal obat
antikholinergi
k
5 Risiko trauma Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi
asuhan keperawatan, kekukarang
diharapkan risiko trauma fisik atau
dapat dicegah dan kognitif pasien
ditangani dengan kriteria yang
hasil: berpotensi
jatuh
1. Pasien tidak jatuh
2. Identifikasi
saat duduk
perilaku dan
2. Pasien tidak jatuh
factor yang
saat berdiiri
berakibat jatuh
3. Pasien tidak jatuh
3. Review
saat tidur
riwayat jatuh
4. Pasien tidak jatuh
saat berpindah
5. Pasien tidak jatuh
saat mandi
4. PELAKSANAAN
Tindakan keperawatan dilakukan berdasarkan perencanaan
yang telah disusun sesuai dengan permasalahan keamanan yang
dihadapi oleh klien. Perawat melakukan tindakan untuk mencapai
yang telah ditetapkan melaui pelaksanaan carpenito yang telah
disusun.
Implementasi keperawatan ditujukan untuk meningkatkan dan
mempertahankan keamanan klien. Karena sebagian besar tindakan
keperawatan dapat diterapkan pada semua lingkungan, maka
intervensi tersebut harus terdiri dari dua bagian: pertimbangan tahap
perkembangan dan perlindungan lingkungan.
Kategori pertama dari intervensi mencakup intervensi yang
spesifik untuk mengurangi risiko pada setiap kelompok
perkembangan usia. Intervensi lingkungan bertujuan untuk
memodifikasi lingkungan sehingga dapat megeliminasi atau
meminimalkan bahaya yang ada atau berpotensial.

5. EVALUASI
Rencana perawatan, yang dirancang untuk mengurangi
risioko pada klien dievaluasi dengan cara membandingkan criteria
hasil dengan tujuan yang ditetapkan selama tahap perencanaan. Jika
tujuan telah tercapai, maka intervensi keperawatan dianggap efektif
dan tepat.
Jika tidak tercapai, maka perawat harus menentukan apakah
ada risiko baru yang berkembang pada klien atau apakah risiko
sebelumnya tetap ada.
Klien dan keluarga harus berpartisipasi untuk menentukan
cara permanent untuk mengurangi risiko yang mengancam
keamanan. Perawat mengkaji kebutuhan klien dan keluarga secara
terus menerus untuk menentukan dukungan tambahan seperti
perawatan di rumah, terapi fisik, dan konseling, dan pendidikan
kesehatan lanjutan.
Lingkungan yang aman berperan penting dalam
meningkatkan, mempertahankan dan memulihkan kesehatan.
Dengan menggunakan proses keperawatan, perawat mengkaji klien
dan lingkungannya untuk menentukan factor risiko cedera,
megelompokkan factor-faktor risiko tersebut, membuat diagnosa
keperawatan, dan merencanakan intervensi yang spesifik, termasuk
pendidikan kesetan klien. Hasil yang diharapkan meliputi
lingkungan fisik yang aman, pengetahuan klien tentang factor-faktor
yang menunjang keamanan dan tindakan pencegahan, dank lien
terbebas dari cedera.
DAFTAR PUSTAKA

Anonym. 2014. Analisa dokumentasi keperawatan pada asuhan keperawatan


kebutuhan keamanan dan keselamatan.
Anonym. 2014. Asuhan keperawatan klien dengan masalah keamanan dan
keselamtan.
Carpenito. 2012. Buku saku diagnosis keperawatan. Edisi 13. EGC. Jakarta
woc

Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Keamanan dan keselamatan pasien

NYERI Medical error

ISKEMIK JARINGAN SPASMUS OTOT INFLAMASI POST OP TRAUMA PADA


JARINGAN

RANGSANGAN NYERI

GANGGUAN GERAKAN RAUT WAJAH KESAKITAN


TIDUR MENGHINDARI NYERI

ODEMA PULMONAL HIPERTENSI HAMBATAN


TAKIKARDI
MOBILISASI
Risiko cedera

Identifikasi Kamunikasi (-) Salah obat Salah insisi Ketidakpatu Resiko


pasien(-) han cuci jatuh
tangan

Medical eror

Shock Masalah Tromboemb Infeksi Kehilangan Kematian


Perdarahan
mobilitas oli vena organ tubuh
yang
permanen
PANDUAN ASUHAN KEPERAWATAN ANESTESI KEBUTUHAN DASAR
MANUSIA DENGAN GANGGUAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN
PASIEN DI RUANG KENANGA RSU BANGLI PADA TANGGAL 07
JANUARI 2021

I. PENGKAJIAN
A. Pengumpulan Data
1. Anamnesis
a. Identitas
1) Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Umur : 27 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Hindu
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku Bangsa : Indonesia
Status perkawinan` : Kawin
Golongan darah :B
Alamat : Desa Suter Kintamani
No. CM : 305124
Diagnosa medis : P0102 post partum gemelly hari-1
Tanggal masuk : 7-1-2021
Tanggal pengkajian : 7-1-2021
Jam Pengkajian: 17.00
Jaminan : ASKES
2) Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. N
Umur : 30 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Hindu
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku Bangsa : Indonesia
Hubungan dg Klien : Suami
Alamat : Desa Suter Kintamani
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
a) Saat Masuk Rumah Sakit
Pasien mengatakan sakit perut hilang timbul
b) Saat Pengkajian
Pasien mengatakan nyeri pada bagian luka jaritan
perineum

2) Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien mengatakan sakit perut hilang timbul dirasakan sejak
pukul 06.00 wita, dan air ketuban merembes dari jalan lahir
pukul 08.00 berwarna jernih, keluarga membawa pasien ke
bidan puskesmas kintamani, karena didapatkan hasil
pemeriksaan USG (+) dan kehamilan gemerlly, pasien dirujuk
ke RSU Bangli dan dibawa keruangan VK untuk dilakukan
tindakan persalinan pukul 11.50, riwayat menstruasi: HPHT:
17-5-2020, TP: 24-2-2021, hasil TTV TD: 120/80 mmHg, N:
80x/menit, S: 36,5oC, RR: 20x/menit. KU pasien baik,
kesadaran composmentis. Selanjunya pukul 15.00 pasien
dibawa keruangan inap kenanga didapatkan hasil TTV: TD:
110/70 mmHg, N: 80x/menit, S: 36 oC, RR: 20x/menit,
kesadaran composmentis, hasil GCS: 4/5/6, skala nyeri 5 dan
mendapatkan terapi IVFD RL 20tpm,Amoxicilin 3x1
tablet/oral, asam mefenamat 3x1 tablet/oral dan
metillergometrin 3x1 tablet/oral

3) Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien mengatakan tidak pernah menderita penyakit
diabetes melitus, hipertensi, kardiovaskuler, perdarahan
tidak normal, asma, anemia, pingsan, mengorok
4) Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan keluarga tidak memiliki penyakit
seperti diabetes melitus, hipertensi, kardiovaskuler,
perdarahan tidak normal, asma
5) Riwayat Kesehatan
- Sebelumnya pernah
masuk Rumah
Sakit? tidak
- Riwayat operasi sebelumnya : tahun jenis:
- Komplikasi:
- Riwayat anestesi sebelumnya : tahun: jenis
Komplikasi:
- Apakah pasien pernah mendapatkan transfusi darah?
- Reaksi alergi:
- Apakah pasien pernah
didiagnosis penyakit menular?
Khusus pasien perempuan :
Jumlah kehamilan: 0
Jumlah anak : 0
Mensturasi terakhir : 17-5-2020
Menyusui: tidak
4)Riwayat pengobatan/konsumsi obat:
- Obat yang pernah dikonsumsi: Vitamin penambah darah
- Obat yang sedang dikonsumsi: mendapatkan terapi
IVFD RL 20tpm, amoxicilin 3x1tablet/oral, asam
mefenamat 3x1 tablet/oral dan metillergometrin
3x1tablet/oral.

5)Riwayat Alergi : Tidak


6)Kebiasaan :
- Merokok : tidak
- Alkohol : tidak
- Kopi/teh/soda : tidak
- Olahraga rutin : Tidak ada
c. Pola Kebutuhan Dasar
1) Udara atau oksigenasi :
Sebelum Sakit
- Gangguan pernafasan : Tidak terkaji
- Alat bantu pernafasan : Tidak terkaji
- Sirkulasi udara : Normal
- Keluhan : Tidak terkaji
- Lainnya :
Saat Ini

- Gangguan pernafasan : Tidak terkaji


- Alat bantu pernafasan : Tidak terkaji
- Sirkulasi udara : Normal
- Keluhan : Tidak terkaji
- Lainnya :
2) Air / minum
Sebelum Sakit
- Frekuensi : 1.200 ml/hari
- Jenis : Air putih
- Cara : Menggunakan gelas
- Minum Terakhir : Saat sebelum persalinan
- Keluhan : Tidak terkaji
- Lainnya :
Saat Ini
- Frekuensi : 1.000 ml/hari
- Jenis : Air putih
- Cara : Menggunakan botol aqua
- Minum Terakhir : 1 jam sebelum pengkajian
- Keluhan : Tidak terkaji
- Lainnya :
3) Nutrisi/ makanan
Sebelum Sakit
- Frekuensi : 4x sehari
- Jenis : Nasi
- Porsi : 1 piring nasi
- Diet khusus : Tidak terkaji
- Makanan yang disukai : Nasi goreng
- Napsu makan : Normal
- Puasa terakhir : Tidak terkaji
- Keluhan : Tidak terkaji
- Lainnya :
Saat ini
- Frekuensi : 3x sehari

- Jenis :Nasi

- Porsi : 1 piring nasi


- Diet khusus : Tidak terkaji
- Makanan yang disukai : Nasi goreng
- Napsu makan : Normal
- Puasa terakhir : Tidak terkaji
- Keluhan : Tidak terkaji
- Lainnya :
4) Eliminasi BAB
Sebelum sakit
- Frekuensi : 1x sehari
- Konsistensi : Lembek
- Warna : Coklat
- Bau : Khas feses
- Cara (spontan/dg alat) : Spontan
- Keluhan : Tidak terkaji
- Lainnya :
Saat ini
- Frekuensi : Tidak terkaji
- Konsistensi : Tidak terkaji
- Warna : Tidak terkaji
- Bau : Tidak terkaji
- Cara (spontan/dg alat) : Tidak terkaji
- Keluhan : Tidak terkaji
- Lainnya :
a) BAK
Sebelum sakit
- Frekuensi : 6x sehari
- Konsistensi : Cair
- Warna : Kuning
- Bau : Khas urine
- Cara (spontan/dg alat) : Spontan
- Keluhan : Tidak terkaji
- Lainnya :
Saat ini
- Frekuensi : 3x sehari
- Konsistensi : Cair
- Warna : Kuning kemih
- Bau : Khas urine
- Cara (spontan/dg alat) : Spontan
- Keluhan : Tidak terkaji
- Lainnya :

5) Pola aktivitas dan istirahat


a) Aktivitas
Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4
Makan dan minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Berpindah √
0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain,
3: dibantu orang lain dan alat, 4: tergantung total
b) Istirahat Dan Tidur Sebelum sakit
- Apakah anda pernah mengalami insomnia? Tidak
- Berapa jam anda tidur: malam 7 jam, siang: 1 jam
Saat sakit

- Apakah anda pernah mengalami insomnia? Iya


- Berapa jam anda tidur: malam 3jam (tidur sering
terjaga karena nyeri yang dirasakan), siang: tidak
6) Interaksi sosial
- Hubungan dengan lingkungan masyarakat, keluarga,
kelompok, teman: Baik
7) Pemeliharaan Kesehatan
- Rasa Aman : Pasien mengatakan merasa tidak aman
dengan kondisinya saat ini
- Rasa Nyaman : Pasien mengtakan nyeri pada luka
jaitan perineum dan muncul sejak tadi sore dengan skala
nyeri 5, nyeri dirasakan seperti tertusuk-tusuk, pasien
tampak berhati-hati saat merubah posisi tubuhnya dan pasien
tampak meringis.
- Pemanfaatan pelayanan kesehatan : Puskesmas
2)Peningkatan fungsi tubuh dan pengimbangan manusia
dalam kelompok sosial sesuai dengan potensinya.:
- Konsumsi vitamin : Tidak terkaji
- Imunisasi : Tidak terkaji
- Olahraga : Tidak terkaji
- Upaya keharmonisan keluarga : Tidak terkaji
- Stres dan adaptasi : Tidak terkaji

2. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum

Kesadaran : komposmetis

GCS : verbal: 5, Motorik: 6, Mata : 4

Penampilan : tampak sakit sedang

Tanda-tanda Vital : Nadi = 80 x/menit, Suhu =360 C, TD =


110/70mmHg,RR =20 x/menit, Skala nyeri: 5 BB: 50 Kg, TB:
155 cm, BMI: 16,1 (Underweight)

Lainnya……………………..

2) Pemeriksaan Kepala

 Inspeksi :
Bentuk kepala (lonjong), kesimetrisan (+), hidrochepalus ( - ),
Luka ( - ), darah ( -), trepanasi ( - ).

Lainnya:…………
 Palpasi :
Nyeri tekan ( - ), fontanella / pada
bayi (cekung) Lainnya:…………
3) Pemeriksaan Wajah :
 Inspeksi :
Ekspresi wajah (meringis), dagu kecil (-), Edema (-),
kelumpuhan otot-otot fasialis (-), sikatrik (-),
micrognathia (-), rambut wajah (-)
Lainnya:…………
4) Pemeriksaan Mata
 Inspeksi :
- Kelengkapan dan kesimetrisan mata ( + )
-Ekssoftalmus ( - ), Endofthalmus ( - )
-Kelopak mata / palpebra : oedem ( - ), ptosis ( - ), peradangan
( - ) luka ( -), benjolan ( - )
-Bulu mata ( tidak rontok)
-Konjunctiva dan sclera : perubahan warna putih
-Reaksi pupil terhadap cahaya : (midriasis) isokor ( + )
-Kornea : warna bening
-Nigtasmus ( -), Strabismus ( - )
-Ketajaman Penglihatan ( Baik )
-Penggunaan kontak lensa: tidak
-Penggunaan kaca mata: tidak
-Lainnya:………………

 Palpasi
-Pemeriksaan tekanan bola mata : Tidak terkaji
-Lainnya:………………
5) Pemeriksaan Telinga
 Inspeksi dan palpasi
-Amati bagian telinga luar : bentuk simetris
-Lesi ( - ), nyeri tekan ( - ),peradangan ( - ), penumpukan
serumen ( - ).
-perdarahan ( - ), perforasi ( - ).
-Tes kepekaan telinga : Tidak terkaji
- Lainnya:………………
6) Pemeriksaan Hidung
 Inspeksi dan palpasi
- Amati bentuk tulang hidung dan posisi septum nasi
(Tidak ada pembengkakan)
- Amati meatus : perdarahan ( - ), Kotoran ( - ),
Pembengkakan ( - ), pembesaran/polip ( - )
- pernafasan cuping hidung ( - ).
- Lainnya:………………
7) Pemeriksaan Mulut dan Faring
 Inspeksi dan Palpasi
- Amati bibir : Kelainan konginetal ( - ), warna bibir
merah muda, lesi ( - ), bibir pecah ( - ).
- Amati gigi ,gusi, dan lidah : Caries ( - ), Kotoran
( - ), Gingivitis ( - ), gigi palsu ( - ), gigi goyang ( -
), gigi maju ( - ).
- Kemampuan membuka mulut < 3 cm : ( + )
- Lidah : Warna lidah : merah muda, Perdarahan ( - ), Abses
( - ), Ukuran Tidak terkaji

- Orofaring atau rongga mulut : Bau mulut : Tidak


terkaji uvula ( simetris), Benda asing : ( tidak )
- Tonsil : / T 1 /
- Mallampati : II
- Perhatikan suara klien : (tidak berubah)
- Lainnya:………………
8) Pemeriksaan Leher
 Inspeksi dan amati dan rasakan :
- Bentuk leher (simetris), peradangan ( - ), jaringan
parut (-), perubahan warna ( - ), massa ( - )
- Kelenjar tiroid, pembesaran ( - )
- Vena jugularis : pembesaran ( - )
- Pembesaran kelenjar limfe ( - ), posisi trakea (simetris)
- Mobilitas leher : menggerakan rahang kedepan :
( + ), ekstensi : ( + ), fleksi : ( + ), menggunakan
collar : ( - )
- Leher pendek: tidak
- Lainnya:………………
 Palpasi
- Kelenjar tiroid: ukuran: Tidak terkaji, intensitas Tidak
terkaji
- Vena jugularis : tekanan : Tidak terkaji
- Jarak thyro mentalis , 6 cm : ( + )
- Mobilitas leher : menggerakan rahang kedepan :
( + ), ekstensi : ( + ), fleksi : ( + ), menggunakan
collar : ( - )
- Lainnya:………………
9) Pemeriksaan Payudara dan Ketiak
 Inspeksi
- Bentuk (simetris), pembengkakan (+).
- Kulit payudara : warna sawo matang, lesi ( - )
- Areola : perubahan warna (+)
- Putting : cairan yang keluar ( + ), ulkus ( - ), pembengkakan
(-)
- Lainnya:………………
 Palpasi
- Nyeri tekan ( - ), dan kekenyalan (kenyal), benjolan massa
(-)
- Lainnya…………….
10) Pemeriksaan Torak
a) Pemeriksaan Thorak dan Paru
 Inspeksi
- Bentuk torak (Simetris), keadaan kulit normal
- Retrasksi otot bantu pernafasan : Retraksi
intercosta ( - ), retraksi suprasternal(-),
Sternomastoid ( - )
- Pola nafas : (Eupnea)
- Batuk ( - )
- Lainnya:………………
 Palpasi
- Pemeriksaan taktil / vocal fremitus : getaran antara
kanan dan kiri teraba (sama).
- Lainnya:………………
 Perkusi

- Area paru : ( sonor )


- Lainnya:………………
 Auskultasi
- Suara nafas
 Area Vesikuler : ( bersih )
 Area Bronchial : ( bersih )
 Area Bronkovesikuler : ( bersih )
- Suara Ucapan
 Terdengar : Bronkophoni ( - ), Egophoni ( - ),
Pectoriloqy ( - )
- Suara tambahan
 Terdengar : Rales ( - ), Ronchi ( - ),
Wheezing ( - ), Pleural fricion rub (-)
- Lainnya……………………………..
b) Pemeriksaan Jantung
 Inspeksi
Ictus cordis ( + ), pelebaran Tidak terkaji
Lainnya……..
 Palpasi
Pulsasi pada dinding torak teraba : ( Kuat )
Lainnya……..
 Perkusi
Batas-batas jantung normal adalah :
Batas atas : ( N = ICS II )
Batas bawah : ( N = ICS V)
Batas Kiri : ( N = ICS V Mid Clavikula Sinistra)
Batas Kanan : ( N = ICS IV Mid Sternalis Dextra)
Lainnya……..
 Auskultasi
BJ I terdengar ( tunggal), ( keras ),
( reguler )
BJ II terdengar ( tunggal), ( keras ),
( reguler )
Bunyi jantung tambahan : BJ III ( - ), Gallop Rhythm
(-), Murmur (-)
Lainnya……..
11) Pemeriksaan Abdomen
a) Inspeksi
- Bentuk abdomen : ( cembung )
- Massa/Benjolan ( - ), Kesimetrisan ( + ),
- Bayangan pembuluh darah vena (-)
- Lainnya……………….
b) Auskultasi
Frekuensi peristaltic usus 12 x/menit ( N = 5 – 35 x/menit,
Borborygmi ( - )
Lainnya.........
c) Perkusi :
Tympani ( + ), dullness ( - )
Lainnya.........................
d) Palpasi
Distensi ( - ),
Difans muskular
(-)
Palpasi Hepar :
Nyeri tekan ( - ), pembesaran ( - ), perabaan ( lunak),
permukaan (halus), tepi hepar (Tidak teraba) . ( N =
hepar tidak teraba).
Palpasi Lien : Pembesaran lien : ( - )

Palpasi Appendik :
 Titik Mc. Burney . nyeri tekan ( - ), nyeri lepas ( - ),
nyeri menjalar kontralateral (-).
 Acites atau tidak : Shiffing
Dullnes ( - ) Undulasi ( - )
Palpasi Ginjal :
Nyeri tekan( - ), pembesaran ( Tidak teraba). (N
= ginjal tidak teraba). Lainnya………………..
12) Pemeriksaan Tulang Belakang :
 Inspeksi
Kelainan tulang belakang: Kyposis (-),
Scoliosis (-), Lordosis (-) Perlukaan (-),
infeksi (-), mobilitas (+)
Lainnya:………………
 Palpasi
 Fibrosis (-), HNP (-)
 Lainnya……………………..
13) Pemeriksaan Genetalia
Pada Wanita
 Inspeksi
- Kebersihan rambut pubis (kotor), lesi ( + ),eritema (
+ ), keputihan ( - ), peradangan ( - ).
- Lubang uretra : stenosis /sumbatan ( - )
- Terpasang kateter (-)
- Lainnya…………………
14) Pemeriksaan Anus
 Inspeksi
Atresia ani ( - ), tumor ( - ), haemorroid ( - ),
perdarahan ( - ) Perineum : jahitan ( + ),
benjolan ( - )
Lainnya…………….
 Palpasi
Nyeri tekan pada daerah anus ( + ) pemeriksaan Rectal
Toucher Tidak terkaji
Lainnya……………….
15) Pemeriksaan Ekstremitas
a) Ekstremitas Atas
 Inspeksi
- Otot antar sisi kanan dan kiri (simetris), deformitas ( - )

- Fraktur (-),lokasi fraktur (-), jenis fraktur (-), kebersihan


luka (-), terpasang gips (-),Traksi ( - ), atropi otot ( - )
- IV line: terpasang di tangan kiri ukuran abocatch: 20,
tetesan: 20 tpm
- ROM: 4
- Lainnya:……………..
 Palpasi
- Perfusi: normal
- CRT: < 2 detik
- Edema : ( - )
- Lakukan uji kekuatan otat : ( 4 )
- Lainnya:………………
b) Ekstremitas Bawah :
 Inspeksi
- Otot antar sisi kanan dan kiri (simetris), deformitas
(-)
- Fraktur (-), lokasi fraktur (-), jenis fraktur (-),
kebersihan luka (-), terpasang gips (-), Traksi ( - ),
atropi otot ( -)
- IV line: terpasang di (-) ukuran abocatch (-),
tetesan: (-)
- ROM: 4
- Lainnya:…………
 Palpasi
- Perfusi: normal
- CRT: < 2 detik
- Edema : ( - )
- Lakukan uji kekuatan otot : ( 4 )
- Lainnya:………………
Kesimpulan palpasi ekstremitas:
 Edema : Tidak terkaji

 uji kekuatan otot : 444 444

444 444

PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
1. Memeriksa tanda-tanda rangsangan otak
Penigkatan suhu tubuh ( - ), nyeri kepala ( - ), kaku kuduk ( - ),
mual –muntah ( - ) riwayat kejang ( - ), penurunan tingkat
kesadaran ( - ), riwayat pingsan ( - ), tanda-tanda TIK ( - ) lainnya:
………………
2. Memeriksa nervus cranialis
Nervus I , Olfaktorius (pembau ) : Tidak terkaji
Nervus II, Opticus ( penglihatan ) : Tidak terkaji
Nervus III, Ocumulatorius : Tidak terkaji
Nervus IV, Throclearis : Tidak terkaji
Nervus V, Thrigeminus : Tidak terkaji
- Cabang optalmicus : Tidak terkaji
- Cabang maxilaris : Tidak terkaji
- Cabang Mandibularis : Tidak terkaji
Nervus VI, Abdusen : Tidak terkaji
Nervus VII, Facialis : Tidak terkaji
Nervus VIII, Auditorius : Tidak terkaji
Nervus IX, Glosopharingeal : Tidak terkaji
Nervus X, Vagus : Tidak terkaji
Nervus XI, Accessorius : Tidak terkaji
Nervus XII, Hypoglosal : Tidak terkaji
3. Memeriksa fungsi motorik
Ukuran otot (simetris), atropi ( - ) kekuatan otot : 4
4. Memeriksa fungsi sensorik
Kepekaan saraf perifer : benda tumpul (+), benda tajam (+),
Menguji sensasi panas / dingin (+), kapas halus (+), minyak
wangi (+)
5. Memeriksa reflek kedalaman tendon
- Reflek fisiologis
a. Reflek bisep ( + )
b. Reflek trisep ( + )
c. Reflek brachiradialis ( + )
d. Reflek patella ( + )
e. Reflek achiles ( + )
- Reflek Pathologis
Bila dijumpai adanya kelumpuhan ekstremitas pada
kasus-kasus tertentu.
a. Reflek babinski ( - )
b. Reflek chaddok ( - )
c. Reflek schaeffer ( - )
d. Reflek oppenheim ( - )
e. Reflek gordon ( - )

3. Data Penunjang Diagnostik

a. Pemeriksaan Laboratorium

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

WBC 12,2 10’9/1 3.5 : 10.0


LYM 3.0 10’9/1 0.5 : 5.0
LYM% 24.7 % 20.0 : 50.0
MID 0.4 10’ 9/1 0.1 : 1.5
MID% 3.9 % 2.0 : 15.0
GRA 8.8 10’9/1 1.2 : 8.0
GRA% 71.4% 35.0 : 80.0
HGB 13.4 g/dl 11.5 : 16.5
MCH 33.0 pg 25.0 : 35.0
MCHC 35.7 g/dl 31.0 : 38.0
RBC 4.05 10’12/1 3.50 : 5.50
MCV 92.3 f1 75.0 : 100.0
HCT 37.5 % 35.0 : 55.0
RDWa 63.2 f1 30.0 : 150.0
RDW% 12.7% 11.0 : 16.0
PLT 199 10’9/1 150 : 400
MPV 9.2 f1 8.0 : 11.0
PDWa 12.9 f1 0.1 : 99.9
PCT 0.18 % 0.01 : 9.99
P-LCR 23.7 % 0.1 : 99.9
b. Pemeriksaan Radiologi :

Evaluasi Hasil Pemeriksaan USG: Kehamilan gemerlly.

4. Therapi Saat Ini:

1. IVFD RL 20tpm
2. Amoxicilin 3x1 tablet/oral
3. Asam mefenamat 3x1 tablet/oral
4. Metillergometrin 3x1 tablet/oral
B. Analisa Data

No Symptom Etiologi Problem

1 DS: Post partum Nyeri akut

- Pasien mengatakan merasa tidak


aman dengan kondisinya saat ini.
Kerusakan jaringan
- Pasien mengatakan nyeri pada
bagian luka jaritan perineum hingga
ke anus Luka jaritan perineum
- Pasien mengatakan tidur sering
terjaga karena nyeri yang dirasakan
- Pasien mengatakan skala nyeri Nyeri akut

P : Luka jaritan perineum


Q : Seperti ditusuk-tusuk
R : Pada area perineum
S : Skala 5 (1-10)
T : Nyeri berlangsung sejak tadi sore

DO:
- TTV:
TD: 110/70 mmHg
N: 80x/menit
S: 36 oC
RR: 20x/menit
- Pasien tampak meringis
- Pasien tampak berhati-hati saat
merubah posisi tubuhnya.
II. Problem ( Masalah)
1. Nyeri akut

III. Rencana Intervensi


Nama : Ny. S No.CM :305124

Umur : 27 tahun Dx : P0102post


partum gemelly hari-1

No Problem Rencana Intervensi Nama &


Tujuan Intervensi Paraf
( Masalah)
1. Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Observasi keadaan umum pasien
asuhan keperawatan 2. Observasi TTV pasien
selama 2x 24 jam 3. Atur posisi pasien (sim kiri dan kanan)
diharapkan nyeri akut dengan menghindari penekanan pada
berkurang dengan daerah nyeri
kriteria hasil: 4. Ajarkan pasien teknik distraksi relaksasi
1. Pasien nafas dalam
mengatakan 5. Kolaborasi dengan dokter dalam
nyeriya pemberian obat analgesic
berkurang
2. Wajah pasien
tampak tenang
3. Skala nyeri
pasien
berkurang
dengan skala
nyeri (2)

Jenis kelamin : Perempuan Ruangan :Kenanga

IV. Implementasi dan Evaluasi


Nama : Ny. S No. CM : 305124
Umur : 27 tahun Dx : P0102 post
partum gemelly hari-1
Jenis kelamin : Perempuan Ruangan: Kenanga

No Tanggal/jam Problem Tindakan Evaluasi Paraf


(Masalah
Kesehatan )
1 7 Januari 2021 Nyeri akut 1. Mengobservasi keadaan S :
17.15 umum pasien - Pasien mengatakan
keadaannya masih
lemah
O:
- Pasien tampak lemas
A:
- Tujuan no 1,2,3
belum tercapai
- Masalah nyeri akut
belum teratasi.
P:
- Lanjutkan intervensi
no 1,2,3,4,5

17.20 2. Mengobservasi TTV


S:
pasien
- Pasien mengatakan
gelisah
O:
- Pasien tampak gelisah
- TTV:
TD: 110/70mmHg
N: 80x/menit
S: 36,5oC
RR: 80x/menit
A:
- Tujuan no 1,2,3
belum tercapai
- Masalah nyeri akut
belum teratasi.
P:
- Lanjutkan intervensi
no 1,2,3,4,5
17.30 3. Mengatur posisi (sim
kiri dan kanan) pasien S:
dengan menghindari - Pasien mengatakan
penekanan pada daerah nyaman dengan posisi
nyeri
(sim kiri dan kanan)
O:
- Pasien tampak
nyaman
A:
- Tujuan no 2 tercapai
- Tujuan no 1,3 belum
tercapai
-Masalah nyeri akut
belum teratasi
P:
- Lanjutkan intervensi
no 1,2,3,4,5
2. 8 Januari 2021 Nyeri akut 1. Mengobservasi keadaan S :
16.00 umum pasien - Pasien mengatakan
keadaannya sudah
membaik
O:
-Pasien tampak
kooperatif saat
berkomunikasi
A:
- Tujuan no 2 tercapai
- Tujuan no 1,3 belum
tercapai
- Masalah nyeri akut
teratasi sebagian.
P:
- Lanjutkan Intervensi
no 2,3,4,5

16.05 2. Mengobservasi TTV


S:
pasien
- Pasien mengatakan
mulai tenang
O:
- Pasien tampak tenang
- TTV:
TD: 120/70mmHg
N: 80x/menit
S: 36oC
RR: 80x/menit
A:
-Tujuan no 1,2 tercapai
- Tujuan no 3 belum
tercapai
-Masalah nyeri akut
teratasi sebagian
P:
-Lanjutkan intervensi
no 3,4,5

17.00 3. Mengatur posisi pasien


S:
(sim kiri dan kanan)
- Pasien mengatakan
dengan menghindari
penekanan pada daerah
nyaman dengan posisi

nyeri (sim kiri dan kanan)


O:
- Pasien tampak
nyaman dan tenang
A:
- Tujuan no 1,2,3
teratasi
- Masalah nyeri akut
teratasi
P:
- Pertahankan kondisi
pasien
17.15 4. Mengajarkan pasien S:
teknik distraksi - Pasien mengatakan
relaksasi nafas dalam bersedia diajarkan
teknik distraksi relaksasi
nafas dalam
- Pasien mengatakan
skala nyeri berkurang (2)
O:
- Pasien tampak
kooperatif
- Pasien tampak tenang
A:
-Tujuan no1,2,3 teratasi
- Masalah nyeri akut
teratasi
P:
- Pertahankan kondisi
pasien

18.00 5. Delegasi dalam S:


pemberian obat - Pasien mengatakan
analgesik (asam bersedia diberikan obat
mefenamat 3x1) O:
- Pasien tampak
kooperatif dan
menjulurkan tangan
- Tidak ada tanda-tanda
alergi
A:
-Tujuan no1,2,3 teratasi
- Masalah nyeri akut
teratasi
P:
- Pertahankan kondisi
pasien
V. Catatan Perkembangan
No Tanggal Masalah Catatan Perkembangan TTD
Kesehatan Pelaksana
1 9 JanuariNyeri akut S:
2021 - Pasien mengatakan keadaannya
sudah membaik
- Pasien mengatakan mulai tenang
- Pasien mengatakan nyaman dengan
posisi (sim kiri dan kanan)
- Pasien mengatakan bersedia
diajarkan teknik distraksi relaksasi nafas
dalam
- Pasien mengatakan skala nyeri
berkurang (2)
O:
- Pasien tampak kooperatif saat
berkomunikasi
- Pasien tampak tenang
- TTV:
TD: 120/70mmHg
N: 80x/menit
S: 36oC
RR: 80x/menit
- Pasien tampak kooperatif
A:
- Tujuan no 1,2,3 sudah tercapai
- Masalah nyeri akut teratasi
P:
- Pertahankan kondisi pasien

Anda mungkin juga menyukai