Masalahh Kesehatan
Masalahh Kesehatan
OLEH:
NIM : 18D10076
D IV KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI
TAHUN AJARAN
2020/2021
A. Konsep Teori Kebutuhan
1. Definisi
Kebutuhan akan keamanan dan keselamatan pada dasarnya
merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang dikemukaan
oleh Abraham Maslow. Kebutuhan keselamatan dan kemanan
merupakan kebutuhan dasar kedua yang harus diupayakan setelah
kebutuhan fisiologis. Kebutuhan keamanan dan keselamatan juga
harus dicapai jika seseorang ingin memenuhi kebutuhan dasar
yang lain, seperti kebutuhan untuk mencintai dan dicintai,
kebutuhan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri (Green, 2000)
Secara umum keamanan ( safety) adalah status seseorang
dalam keadaan aman, kondisi yang terlindungi secara fisik, sosial,
spiritual, finansial, politik, emosi, pekerjaan, psikologis atau
berbagai akibat dari sebuah kegagalan, kerusakan, kecelakaan, atau
berbagai keadaan yang tidak diinginkan. Kebutuhan keamanan
berkaitan dengan konteks fisiologis dan hubungan interpersonal.
Keamanan fisiologis berkenaan dengan sesuatu yang mengancam
tubuh dan kehidupan seseorang. Ancaman yang datang secara
fisiologis tersebut dapat berupa hal yang nyata maupun imajinasi.
Keamanan dalam konteks hubungan interpersonal bergantung pada
banyak faktor, seperti kemampuan berkomunikasi, kemampuan
mengontrol masalah, kemampuan memahami, tingkah laku yang
konsisten dari orang lain, serta kemampuan untuk memahami
orang dan lingkungan di sekitarnya. Ketidaktahuan seseorang akan
sesuatu yang adal di sekitarnya dapat menimbulkan perasaan
cemas dan tidak aman (Asmadi , 2008).
Berbeda dengan kebutuhan keamanan, kebutuhan
keselamatan merupakan kebutuhan untuk melindungi diri dari
bahaya fisik. Ancaman yang muncul terhadap keselamatan
manusia dapat berupa ancaman mekanis, kimiawi, termal, dan
bakteriologis. Pasien kadang kurang menyadari adanya ancaman di
rumah sakit atau di tempat-tempat pelayanan kesehatan. Hal inilah
yang membuat perawat harus menyadari situasi yang mungkin
dapat membuat pasien cedera. Perlindungan yang diberikan bukan
hanya ditujukan untuk mencegah terjadinya kecelakaan tetapi juga
memelihara kebersihan (Asmadi, 2008).
Hampir sama dengan keselamatan akan ancaman fisik,
keamanan fisik ( Biologic safety) merupakan keadaan fisik yang
aman terbebas dari ancaman kecelakaan dan cedera (injury) baik
secara mekanis, termis, elektris maupun bakteriologis. Kebutuhan
keamanan fisik merupakan kebutuhan untuk melindungi diri dari
bahaya yang mengancam kesehatan fisik, yang pada pembahasan
ini akan difokuskan pada providing for safety atau memberikan
lingkungan yang aman. Sedangkan keselamatan adalah suatu
keadaan seseorang atau lebih yang terhindar dari ancaman
bahaya/kecelakaan. Kecelakaan adalah kejadian yang tidak dapat
diduga dan tidak diharapkan yang dapat menimbulkan kerugian
Masalah yang sering muncul akibat keselamatan dan
keamanan adalah nyeri dan risiko cidera
2. Anatomi dan fisiologi terkait pemenenuhan kebutuhan
keselamatan dan keamanan
1. Keamanan fisik
Mempertahankan keamanan melibatkan keadaan mengurangi
ancaman pada tubuh atau kehidupan. Ancaman tersebut mungkin
penyakit, kecelakaan, bahaya, pada lingkungan. Pada saat sakit
seorang klien mungkin rentan terhadap komplikasi seperti ineksi,
oleh karena itu bergantung pada profesnal dalam system pelayan
kesehatan untuk pelindungan. Memenuhi kebutuhan keselamatan
fisik kadang mengambl priortas lebih dahulu di atas pemenuhan
fisiologis. Misalnya, seorang perawat mungkin perlu melindungi
klien dari kemungkinan jatuh dari tempat tidur sebelum
memberikan perawatan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ( Potter
dan Perry, 2005)
2. Keamanan psikologis
Untuk selamat dan aman secara psikolgis, seorang manusia harus
memahami apa yang diharapkan dari orang lain, termasuk anggota
keluarga dan professional pemberi perawatan kesehatan. Seseorang
haru mengetahui apa yang dihaapkan dari prosedur, pengalaman
yang baru, dan hal – hal yang dijumpai dalam lingkungan. Setiap
orag merasakan beberapa ancaman keselamata psikologis pada
pengalaman yang baru da tidak dikenal ( Potter dan Perry, 2005)
Orang dewasa yang sehat secara umum mampu memenuhi
kebutuhan fisik keselamatan fisk dan psikologis merek tanpa
bantuan dari professional pemberi perawatan kesehatan.
Bagaimanapun orang yang sakit atu cacat lebih rentan terancam
kesehjahteraan fisik dan emosinya, sehingga intervensi yang
dilakukan perawat adalah untu membantu melindungi mereka dari
bahaya ( Petter dan Perry, 2005)
B. Medical error
a. Etiologi
1. Element Patient Safety
a) Adverse drug events (ADE)/medication errors(ME) =
ketidakcocokan obat/kesalahan pengobatan.
b) Restrain use (penggunaan kendali)
c) Nosocomial infections (infeksi nosokomial)
d) Surgical mishaps (kecelakaan operasi)
e) Pressure ulcers (luka akibat penekanan)
f) Blood product safety/administration ( keamanan produk
darah/administrasi)
g) Falls (terjatuh)
2. Most Common Rout Causes of Errors (Akar Penyebab
Kesalahan Yang Paling Umum )
a. Communication problem (masalah komunikasi)
b. Inadequate information flow (arus informasi yang tidak
memadai
c. Human prbleoms (masalah manusia)
d. Technical failures (kesalahan teknis)
e. Inadequate policies and procedures (kebijakan dan
prosedur yang tidak memadai).
b. Proses terjadinya
a. Kesalahan memastikan identifikasi pasien
Kegagalan yang meluas dan terus menerus saat untuk
mengidentifikasi pasien secara tidak benar sering mengarah
pada kesalahan pengobatan, transfuse maupun
pemeriksaan, pelaksanaan prosedur yang keliu, penyerahan
bayi yang bukan orang tuanya/keluarganya.
b. Komunikasi tidak benar saat operan
Kesejangan dalam komunikasi saat operan jaga pasien antar
unit pelayanan, serta tim pelayanan bisa mengakibatkan
terputusnya kesinambungan layanan, pengobatan yang
tidak tepat potensial mengakibatkan cedera pasien karena
keterlibatan keluarga dan pasien saat operan jaga.
c. Ketidakpastian tindakan dan kesalahan insisi pada pasien
Kasus-kasus dengan pelaksanaan prosedur yang keliru atau
pembedahan sisi tubuh yang salah sebagian besar adalah
akibat adanya miskomunikasi dan tidak adanya informasi.
Akibatnya munculnya kesalahan karena kurangnya proses
pra-bedah seperti verifikasi prapembedahan, pemberian
tanda yang akan dioperasi oleh petugas, dan tidak adanya
tim yang terlibat dalam prosedur time ou sesaat sebelum
memukai prosedur untuk mengkonfirmasi identitas pasien,
prosedur dan sisi yang akan dibedah.
d. Ketidakpatuhan hand hygiene
e. Penggunaan alat sekali pakai pada pasien yang berbeda
f. Ketidakpatuhan petugas terhadap universal precaution
c. Manifestasi klisnis
1) Tingkat kesadaran dan status kesehatan mental
2) Defisit kemampuan sensori
3) Mobilitas/ Keterbatasan fisik
4) Nokturia
d. Komplikasi
1) Masalah mobilitas
2) Perdarahan
3) Shock
5. Pemeriksaan diagnostic/ pemeriksaan penunjang terkait
pemenuhan kebutuhan keselamatan dan keamanan
A. Nyeri
a. Jenis Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan USG, untuk data penunjang apabila ada nyeri tekan di
abdomen
2. Pemeriksaan laboratorium, sebagai data penunjang pemeriksaan
lainnya
3. Sinar – X (Rontgen), untuk mengetahui tulang atau organ dalam
yang abnormal
4. CT-Scan (cidera kepala), untuk mengetahui adanya pembuluh
darah yang pecah di otak
5. MRI
b. Parameter Yang Diperiksa
1. Skala nyeri
2. Tanda-tanda vital
3. Ekspresi wajah pasien
4. Respon pasien
B. Medical error
a. Jenis Pemeriksaan diagnostic
a) DL (Hb, leukosit, trombosit dll)
b) Radiologi (ronthgen daerah yang mengalami cedera)
b. Parameter yang diperiksa
a) Tata Kelola untuk Keselamatan dan Mutu dalam Organisasi
Pelayanan Kesehatan
b) Infeksi terkait kesehatan
c) Keamanan obat
d) Identifikasi Pasien dan Prosedur Pencocokan; dan
e) Timbang terima (Handover) Klinis Lima topik tambahan
saat ini dalam pengembangan, mencakup:
1. Darah dan keamanan darah
2. Bermitra dengan Konsumen
3. Pencegahan dan Penatalaksanaan Ulkus Tekanan
4. Mengakui dan Menanggapi Kerusakan Klinis; dan
5. Keselamatan dari jatuh.
6. Penatalaksanaan medis
A. Nyeri
a. Penatalaksanaan Terapi
Farmakologi
1. Pemberian analgesic
Pemberian obat analgesik, yang dilakukan guna
mengganggu dan memblok transmisi stimulus agar terjadi
perubahan persepsi dengan cara mengurangi nyeri. Jenis
analgesiknya adalah narkotika dan bukan narkotika. Jenis
narkotika digunakan untuk menurunkan tekanan darah dan
menimbulkan depresi pada fungsi vital,seperti respirasi.
Jenis bukan narkotika yang paling banyak ditemukan
dimasyarakat adalah aspirin, asetaminofen, dan bahan
antiinflamasi nosteroid. Golongan aspirin (asetysalicylic
acid) digunakan untuk memblok rangsangan pada sentral
dan perifer,kemungkinan menghambat sintesis
prostaglandin yang memiliki khasiat setelah 15-20 menit
dengan efek puncak obat sekitar 1-2 jam. Aspirin juga
menghambat agregasi trombosit dan antagonis lemah
terhadap vitamin K, sehingga dapat meningkatkan waktu
peredaran darah dan protombin bila diberikan dalam dosis
yang tinggi. Golongan asetaminofen sama seperti
aspirin,akan tetapi tidak menimbulkan perubahan kadar
protombin dan jenis Nonsteroid Anti Inflammatory Drugs
(NSAID), juga dapat menghambat prostaglandin dan dosis
rendah dapat berfungsi sebagai analgesi.Kelompok obat ini
meliputi ibuprofen, mefenamic acid, fenoprofen, naprofen,
zomepirac, dan lain-lain.
2. Plasebo
Plasebo merupakan obat yang mengandung komponen obat
analgesik seperti gula, larutan garam/normal saline, atau air.
Terapi ini dapat menurunkan rasa nyeri, hal ini karena
faktor persepsi kepercayaan pasien
Non Farmakologi
1. Relaksasi
Relaksasi adalah suatu tindakan untuk membebaskan
mental dan fisik dari ketegangan dan setress, sehingga dapat
meningkatkan toleransi terhadap nyeri. Contoh tindakan
relaksasi adalah nafas dalam dan relaksasi otot.
2. Distraksi
Mengalihkan perhatian terhadap nyeri, efektif untuk nyeri
ringan sampai sedang. Distraksi visual (melihat TV atau
pertandingan bola), distraksi audio (mendengar musik),
distraksi sentuhan (massase, memegang mainan), distraksi
intelektual (merangkai puzzle, main catur).
3. Anticipatory guidance
Memodifikasi secara langsung cemas yang berhubungan
dengan nyeri. Contoh tindakan: sebelum klien menjalani
prosedur pembedahan, perawat memberikan
penjelasan/informasi pada klien tentang pembedahan,
dengan begitu klien sudah punya gambaran dan akan lebih
siap menghadapi nyeri.
4. Hipnotis
Membantu mengubah persepsi nyeri melalui pengaruh
sugesti positif.
5. Biofeedback
Terapi perilaku yang dilakukan dengan memberikan
individu informasi tentang respon nyeri fisiologis dan cara
untuk melatih kontrol volunter terhadap respon tersebut.
Terapi ini efektif untuk mengatasi ketegangan otot dan
migren, dengan cara memasang elektroda pada pelipis.
6. Stimulasi kutaneus
Cara kerja dari sistem ini masih belum jelas, salah satu
pemikiran adalah cara ini bisa melepaskan endorfin,
sehingga bisa memblok stimulasi nyeri. Bisa dilakukan
dengan massase, mandi air hangat, kompres dengan kantong
es dan stimulasi saraf elektrik transkutan (TENS/
transcutaneus electrical nerve stimulation). TENS
merupakan stimulasi pada kulit dengan menggunakan arus
listrik ringan yang dihantarkan melalui elektroda luar.
b. Penatalaksanaan Operatif
Dengan melakukan pembedahan atau pengangkatan pada faktor
yang menyebabkan nyeri
d. Medical error
a. Penatalaksanaan terapi
1. Meningkatkan keamanan sepanjang hayat manusia
Memastikan keamanan pasien pada semua usia berfokus pada:
observasi atau prediksi situasi yang mungkin membahayakan
sehingga dapat dihindari dan memberikan pendidikan
kesehatan yang memberikan kekuatan bagi pasien untuk
menjaga dirinya dan keluarganya dari cedera secara mandiri.
2. Mempertahankan kondisi aman dari api dan kebakaran
Upaya pencegahan yang biasa di lakukan perawat adalah
memastikan bahwa ketiga elemen tersebut dapat di hilangkan.
Jika kebakaran sudah terjadi ada dua tujuan yang harus dicapai
yaitu: melindungi pasien dari cedera dan membatasi serta
memadamkan api.
3. Mencegah terjadinya jatuh pada pasien
a) Orientasikan pasien pada saat masuk rumah sakit dan
jelaskan system komunikasi yang ada
b) Hati-hati saat mengkaji pasien dengan keterbatasan gerak
c) Supervisi ketat pada awal pasien dirawat terutama malam
hari.
d) Anjurkan pasien menggunakan bel bila membutuhkan
bantuan
e) Berikan alas kaki yang tidak licin
f) Berikan pencahayaan yang adekuat
g) Pasang pengaman tempat tidur terutama pada pasien
dengan penurunan kesadaran dangan gangguan mobilitas.
h) Jaga lantai agar tidak licin
4. Melakukan tindakan pengamanan pada pasien kejang
a) Pasang pengaman tempat tidur dengan dilapisi kain tebal
(mencegah nyeri saat terbentur)
b) Pasang spatel lidah untuk mencegah terhambatnya aliran
udara
c) Longgarkan baju dan ikatan leher (kerah baju)
d) Kolaborasi pemberian obatanti konvulsi
e) Berikan masker oksigen jika diperlukan
5. Memberikan pertolongan bila terjadi keracunan
Perawat dapat memberikan pendidikan kesehatan pada
masyarakat bila terjadi keracunan melalui identifikasi adanyaz
at-zat beracun di rumah yang terkonsumsi, segera laporkan ke
institusi kesehatan terdekat serta menyebutkan nama dan gejala
yang dialami pasien, jaga pasien pada posisi tenang kesatu sisi
atau dengan kepala ditempatkan diantara kedua kaki untuk
mencegah aspirasi.
6. Memberikan pertolongan bagi pasien yang terkena sengatan
listrik
Jika seseorang terkena macroshock (sengatan listrik yang cukup
besar) jangan sentuh pasien tersebut sampai pusat listrik
dimatikan dan pasien aman dari arus listrik. Macroshock sangat
berbahaya karena dapat menyebabkan luka bakar, kontraksi
otot, dan henti nafas serta henti jantung. Untuk mencegah
macroshock gunakan mesin/alat listrik yang berfungsi dengan
baik, pakai sepatu dengan alas karet, berdirilah diatas lantai
non-konduktif, dan gunakan sarung tangan non konduktif.
7. Melakukan penanganan bagi pasien yang terpapar kebisingan
Kebisingan memiliki efek psikososial dan efek fisiologis. Efek
psikososial seperti rasa jengkel, tidur dan istirahat terganggu,
seerta gangguan konsentrasi dan pola komunikasi. Efek
fisiologis meliputi peningkatan nadi dan respirasi, peningkatan
aktifitas otot, mual, dan kehilangan pendengaran jika intensitas
suara tepat. Kebisingan dapat diminimalisir dengan memasang
genting, dinding, dan lantai yang kedap suara, memasang
gorden, memasangkarpet, atau memuta rbacksound music.
8. Melakukan Heimlich Maneuver pada pasien yang mengalami
tersedak
9. Melakukan perlindungan terhadap radiasi
Tingkaat bahaya radiasi tergantung dari : lamanya, kedekatan
dengan sumber radioaktif, dan pelindung yang digunakan
selama terpapar radiasi. Upaya yang harus dilakukan oleh
perawat dalam hal ini adalah memakai baju khusus, memakai
sarung tangan, mencuci tangan sebelum dan sesudah memakai
sarung tangan, dan membuang semua benda yang
terkontaminasi.
10. Melakukan pemasangan restrain pada pasien
Restrain adalah alat atau tindakan pelindung untuk membatasi
gerakan aktifitas fisik pasien atau bagian tubuh pasien. Restrain
diklarifikasikan menjadi fisika (physical) dan
kemikal(chemical) restrain. Fisical adalah restrain dengan
metode manual atau alat bantu mekanik, atau alat-alat yang
dipasang pada tubuh pasien sehingga pasien tidak dapat
bergerak dengan mudah dan terbatas gerakannya. Kemikal
restrain adalah restrain dalam bentuk zat kimia neuroleptics,
anxioulytics, sedative dan psikotropika yang digunakan untuk
mengontrol tingkah laku social yang merusak. Restrain
sebaiknya dihindari sebab berbagai komplikasi sering
dikeluhkan akibat pemasangan restrain. Komplikasi fisik
diantaranya luka tekan , retensi urine, inkontinensia, dan sulit
BAB, bahkan kematian pun dilaporkan. Komplikasi
psikologisnya adalah penurunan harga diri, bingung, pelupa,
depresi, takut dan marah. Restrain hendaknya digunakan
sebagai alternative terakhir. Bila dilakukan maka haruslah :
a. Di bawah pengawasan dokter dengan perintah tertulis, apa
penyebabnya, dan untuk berapa lama.
b. Klien setuju dengan tindakan tersebut.
b. Penatalaksaan operatif
1) Jenis tindakan ORIF
B. Tinjauan Teori Masalah Kesehatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar
Manusai
1. PENGKAJIAN
1. Pengkajian meliputi : nama, umur, JK, alamat, pekerjaan,
pendidikan, tanggal pengkajian, no RM, diagnosa medis, nama
penanggung jawab pasien.
2. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan utama : keluhan yang paling dominan dirasakan dan
yang menjadi alas an masuk rumah sakit.
b) Riwayat Penyakit Sekarang : scenario dari pertama kali
kejadian, siapa, apa yang dilakukan, kapan kejadian tersebut,
kenapa kejadian itu bisa terjadi, bagaimana tindakan
selanjutnya. Sesampai di RS tindakan apa yang dilakukan,
obat-obatan, hasil lab, hasil radiologi dll.
c) Riwayat Penyakit Dahulu : scenario apakah pasien pernah
sakit apa dan dirawat dirumah sakit mana dll.
d) Riwayat Penyakit Keluarga
e) Riwayat Cedera atau Jatuh
Pengkajian risiko jatuh dapa tmenggunakan instrument Morse
Fall Scale,St. Thomas Risk Assesment Tool in Falling
Elderly Inpatients (STRATIFY), Resident Assesment
Instrument (RAI), Fall Risk Assesment Tool, Henrich Fall
Risk Model, dan lain-lain (Aranda-Galardo,2013)
f) Riwayat Imunisasi
g) Riwayat infeksi akut atau kronik
h) Terapi yang sedang dijalani
i) Stressor emosional: ekspresi verbal dannon verbal, gaya
hidup
j) Proses penyakit yang terlihat pada pasien dan keluhan fisik
• Konsistensi : cair
Warna : kuning pekat
Bau : amoniak
Keluhan : nokturia
- Saat sakit :
Frekuensi : tidak menentu
Konsistensi : cair
Warna : kuning pekat
Bau : khas amoniak
Cara : Dower kateter
Keluhan : rasa nyeri tempat
kateter
Kemampuan Perawatan 0 1 2 3 4
Diri
Mandi Ya
Toileting Ya
Berpakaian Ya
Berpindah Ya
4. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Kesadaran : komposmetis / apatis / DELIRIUM/somnolen /
sopor/koma
GCS : verbal : (4) Psikomotor: (3) Mata : (4)
Penampilan : tampak sakit berat, gelisah dan tidak tenang.
Tanda-tanda Vital : Nadi = 60 x/menit, Suhu = 36,70 C, TD =
150/90 mmHg, RR = 14x/menit
2) Kepala
Bentuk : simetris antara kiri dan kanan
Warna :warna rambut dominan putih
Tekstur : gelombang
Penyebaran : merata
Keadaan : sedikit kusam
Nyeri tekan : saat palpasi kepala terasa sakit
Benjolan : tidak ada
Kebersihan : banyak ketombe (kebersihan kurang)
3) Mata
Kesemetrisan : simetris antara kiri dan kanan
Sclera : kemerahan
Konjungtiva : anemis
Sekret : kadang mengluarkan cairan
Bengkak : periorbital puffiness
Benjolan : tidak ditemukan
Lesi : entropion senilis
Nyeri tekanan : sedikit sakit
Fungsi penglihatan : presbiopi
Reflek pupil : pupil mengalami kontriksi (mula-
mula berdiameter 3mm, terjadi penurunan 1 mm dan reflex
cahaya langsung melemah).
Kebersihan : cukup
4) Telinga
Kesemetrisan : simetris antara kiri dan kanan
Warna : kemerahan
Sekret : tidak ditemukan secret
Bengkak : tidak ada
Benjolan : tidak ada
Lesi :tidak ada
Nyeri tekanan : tidak ada nyeri tekan
Fungsi Pendengaran : presbicusis
Kebersihan : bersih
5) Hidung
Kesimetrisan : simetris
Sekret : tidak ada
Bengkak : tidak ada
Benjolan : tidak ada
Lesi : tidak ada
Nyeri tekanan : tidak ada nyeri tekan
Fungsi Penciuman : membaik
Kebersihan : bersih
6) Mulut
Bibir
Kesimetrisan : simetris
Warna : hitam kecokelatan
Tekstur : xerostomia
Mukosa : kering
Sekret : lendir
Bengkak : tidak ada
Benjolan :tdak ada
Lesi : bibir pecah-pecah
13) Abdomen
Bentuk : simetris
Tekstur : merata
Bengkak : tidak ada
Benjolan :tidak ada
Lesi :tidak ada
Nyeri tekanan : tidak ada
Bising Usus : 25x/menit
Distensi abdomen : tidak ada
Bunyi perkusi lambung : hipertimpani
Kebersihan : bersih
14) Ekstremitas
Ekstremitas atas
Bentuk : tidak simetris antara kiri dan kanan
Warna : putih
Tekstur : merata
Kelembaban : lembab
Turgor :tidak elastic
Bengkak : ekstremitas atas bagian dextra
Benjolan : tidak ada
Lesi : di ekstremitas atas
Nyeri tekanan : ada
Ekstremitas bawah : Kekutan otot : (2) dapat mengerakkan
otot atau bagian yang lemah sesuai perintah
Kebersihan : cukup
Inspeksi dan palpasi terhadap otot, persendian, dan
tulang klien, kaji range of motion klien, kaji kekuatan otot
klien, kaji tingkat ADLs klien.
15) Kulit :
Inspeksi :
Lesi : di ekstremitas atas bagian kanan
Warna : sedikit kemerahan
jaringan parut : di bagian kaki kiri
vaskularisasi : ya
Palpasi :
Tekstur : merata
Turgor : tidak elastic
Edema : pada ektremitas atas bagian kanan
16) Neurologis :
Status mental dan emosi : stress karena kehilangan organ
yang di insisi
Pemeriksaan refleks :
Reflek bisep: gleksi lengan pada sendi siku
Reflek trisep : ekstensi lengan bawah pada sendi siku
Reflek brachiradialis : flexi pada lengan bawah,supinasi pada
siku dan tangan
Reflek patella : plantar fleksi kaki karena kontraksi
m.quadrisep femoris
Reflek achiles : plantar fleksi kaki krena kontraksi
m.gastroenemius
Reflek babinski: posisitf apabila terdapat gerakan dorsofleksi
ibu jari kaki dan pengembangan jari kaki lainnya
Analisa Data
3. INTERVENSI
5. EVALUASI
Rencana perawatan, yang dirancang untuk mengurangi
risioko pada klien dievaluasi dengan cara membandingkan criteria
hasil dengan tujuan yang ditetapkan selama tahap perencanaan. Jika
tujuan telah tercapai, maka intervensi keperawatan dianggap efektif
dan tepat.
Jika tidak tercapai, maka perawat harus menentukan apakah
ada risiko baru yang berkembang pada klien atau apakah risiko
sebelumnya tetap ada.
Klien dan keluarga harus berpartisipasi untuk menentukan
cara permanent untuk mengurangi risiko yang mengancam
keamanan. Perawat mengkaji kebutuhan klien dan keluarga secara
terus menerus untuk menentukan dukungan tambahan seperti
perawatan di rumah, terapi fisik, dan konseling, dan pendidikan
kesehatan lanjutan.
Lingkungan yang aman berperan penting dalam
meningkatkan, mempertahankan dan memulihkan kesehatan.
Dengan menggunakan proses keperawatan, perawat mengkaji klien
dan lingkungannya untuk menentukan factor risiko cedera,
megelompokkan factor-faktor risiko tersebut, membuat diagnosa
keperawatan, dan merencanakan intervensi yang spesifik, termasuk
pendidikan kesetan klien. Hasil yang diharapkan meliputi
lingkungan fisik yang aman, pengetahuan klien tentang factor-faktor
yang menunjang keamanan dan tindakan pencegahan, dank lien
terbebas dari cedera.
DAFTAR PUSTAKA
RANGSANGAN NYERI
Medical eror
I. PENGKAJIAN
A. Pengumpulan Data
1. Anamnesis
a. Identitas
1) Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Umur : 27 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Hindu
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku Bangsa : Indonesia
Status perkawinan` : Kawin
Golongan darah :B
Alamat : Desa Suter Kintamani
No. CM : 305124
Diagnosa medis : P0102 post partum gemelly hari-1
Tanggal masuk : 7-1-2021
Tanggal pengkajian : 7-1-2021
Jam Pengkajian: 17.00
Jaminan : ASKES
2) Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. N
Umur : 30 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Hindu
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku Bangsa : Indonesia
Hubungan dg Klien : Suami
Alamat : Desa Suter Kintamani
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
a) Saat Masuk Rumah Sakit
Pasien mengatakan sakit perut hilang timbul
b) Saat Pengkajian
Pasien mengatakan nyeri pada bagian luka jaritan
perineum
- Jenis :Nasi
2. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Kesadaran : komposmetis
Lainnya……………………..
2) Pemeriksaan Kepala
Inspeksi :
Bentuk kepala (lonjong), kesimetrisan (+), hidrochepalus ( - ),
Luka ( - ), darah ( -), trepanasi ( - ).
Lainnya:…………
Palpasi :
Nyeri tekan ( - ), fontanella / pada
bayi (cekung) Lainnya:…………
3) Pemeriksaan Wajah :
Inspeksi :
Ekspresi wajah (meringis), dagu kecil (-), Edema (-),
kelumpuhan otot-otot fasialis (-), sikatrik (-),
micrognathia (-), rambut wajah (-)
Lainnya:…………
4) Pemeriksaan Mata
Inspeksi :
- Kelengkapan dan kesimetrisan mata ( + )
-Ekssoftalmus ( - ), Endofthalmus ( - )
-Kelopak mata / palpebra : oedem ( - ), ptosis ( - ), peradangan
( - ) luka ( -), benjolan ( - )
-Bulu mata ( tidak rontok)
-Konjunctiva dan sclera : perubahan warna putih
-Reaksi pupil terhadap cahaya : (midriasis) isokor ( + )
-Kornea : warna bening
-Nigtasmus ( -), Strabismus ( - )
-Ketajaman Penglihatan ( Baik )
-Penggunaan kontak lensa: tidak
-Penggunaan kaca mata: tidak
-Lainnya:………………
Palpasi
-Pemeriksaan tekanan bola mata : Tidak terkaji
-Lainnya:………………
5) Pemeriksaan Telinga
Inspeksi dan palpasi
-Amati bagian telinga luar : bentuk simetris
-Lesi ( - ), nyeri tekan ( - ),peradangan ( - ), penumpukan
serumen ( - ).
-perdarahan ( - ), perforasi ( - ).
-Tes kepekaan telinga : Tidak terkaji
- Lainnya:………………
6) Pemeriksaan Hidung
Inspeksi dan palpasi
- Amati bentuk tulang hidung dan posisi septum nasi
(Tidak ada pembengkakan)
- Amati meatus : perdarahan ( - ), Kotoran ( - ),
Pembengkakan ( - ), pembesaran/polip ( - )
- pernafasan cuping hidung ( - ).
- Lainnya:………………
7) Pemeriksaan Mulut dan Faring
Inspeksi dan Palpasi
- Amati bibir : Kelainan konginetal ( - ), warna bibir
merah muda, lesi ( - ), bibir pecah ( - ).
- Amati gigi ,gusi, dan lidah : Caries ( - ), Kotoran
( - ), Gingivitis ( - ), gigi palsu ( - ), gigi goyang ( -
), gigi maju ( - ).
- Kemampuan membuka mulut < 3 cm : ( + )
- Lidah : Warna lidah : merah muda, Perdarahan ( - ), Abses
( - ), Ukuran Tidak terkaji
Palpasi Appendik :
Titik Mc. Burney . nyeri tekan ( - ), nyeri lepas ( - ),
nyeri menjalar kontralateral (-).
Acites atau tidak : Shiffing
Dullnes ( - ) Undulasi ( - )
Palpasi Ginjal :
Nyeri tekan( - ), pembesaran ( Tidak teraba). (N
= ginjal tidak teraba). Lainnya………………..
12) Pemeriksaan Tulang Belakang :
Inspeksi
Kelainan tulang belakang: Kyposis (-),
Scoliosis (-), Lordosis (-) Perlukaan (-),
infeksi (-), mobilitas (+)
Lainnya:………………
Palpasi
Fibrosis (-), HNP (-)
Lainnya……………………..
13) Pemeriksaan Genetalia
Pada Wanita
Inspeksi
- Kebersihan rambut pubis (kotor), lesi ( + ),eritema (
+ ), keputihan ( - ), peradangan ( - ).
- Lubang uretra : stenosis /sumbatan ( - )
- Terpasang kateter (-)
- Lainnya…………………
14) Pemeriksaan Anus
Inspeksi
Atresia ani ( - ), tumor ( - ), haemorroid ( - ),
perdarahan ( - ) Perineum : jahitan ( + ),
benjolan ( - )
Lainnya…………….
Palpasi
Nyeri tekan pada daerah anus ( + ) pemeriksaan Rectal
Toucher Tidak terkaji
Lainnya……………….
15) Pemeriksaan Ekstremitas
a) Ekstremitas Atas
Inspeksi
- Otot antar sisi kanan dan kiri (simetris), deformitas ( - )
444 444
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
1. Memeriksa tanda-tanda rangsangan otak
Penigkatan suhu tubuh ( - ), nyeri kepala ( - ), kaku kuduk ( - ),
mual –muntah ( - ) riwayat kejang ( - ), penurunan tingkat
kesadaran ( - ), riwayat pingsan ( - ), tanda-tanda TIK ( - ) lainnya:
………………
2. Memeriksa nervus cranialis
Nervus I , Olfaktorius (pembau ) : Tidak terkaji
Nervus II, Opticus ( penglihatan ) : Tidak terkaji
Nervus III, Ocumulatorius : Tidak terkaji
Nervus IV, Throclearis : Tidak terkaji
Nervus V, Thrigeminus : Tidak terkaji
- Cabang optalmicus : Tidak terkaji
- Cabang maxilaris : Tidak terkaji
- Cabang Mandibularis : Tidak terkaji
Nervus VI, Abdusen : Tidak terkaji
Nervus VII, Facialis : Tidak terkaji
Nervus VIII, Auditorius : Tidak terkaji
Nervus IX, Glosopharingeal : Tidak terkaji
Nervus X, Vagus : Tidak terkaji
Nervus XI, Accessorius : Tidak terkaji
Nervus XII, Hypoglosal : Tidak terkaji
3. Memeriksa fungsi motorik
Ukuran otot (simetris), atropi ( - ) kekuatan otot : 4
4. Memeriksa fungsi sensorik
Kepekaan saraf perifer : benda tumpul (+), benda tajam (+),
Menguji sensasi panas / dingin (+), kapas halus (+), minyak
wangi (+)
5. Memeriksa reflek kedalaman tendon
- Reflek fisiologis
a. Reflek bisep ( + )
b. Reflek trisep ( + )
c. Reflek brachiradialis ( + )
d. Reflek patella ( + )
e. Reflek achiles ( + )
- Reflek Pathologis
Bila dijumpai adanya kelumpuhan ekstremitas pada
kasus-kasus tertentu.
a. Reflek babinski ( - )
b. Reflek chaddok ( - )
c. Reflek schaeffer ( - )
d. Reflek oppenheim ( - )
e. Reflek gordon ( - )
a. Pemeriksaan Laboratorium
1. IVFD RL 20tpm
2. Amoxicilin 3x1 tablet/oral
3. Asam mefenamat 3x1 tablet/oral
4. Metillergometrin 3x1 tablet/oral
B. Analisa Data
DO:
- TTV:
TD: 110/70 mmHg
N: 80x/menit
S: 36 oC
RR: 20x/menit
- Pasien tampak meringis
- Pasien tampak berhati-hati saat
merubah posisi tubuhnya.
II. Problem ( Masalah)
1. Nyeri akut