Anda di halaman 1dari 2

SOP ( STANDART OPERASIONAL PROSEDUR )

PENGAMBILAN SPESIMEN/SAMPEL UNTUK PEMERIKSAAN LABORATORIUM

DI RS.BUDI AGUNG JUANA

Cara pengambilan sampel yang baik untuk pemeriksaan laboratorium:

Tujuan : Dengan persiapan dan penyediaan bahan spesimen yang tepat, diharapkan memeperoleh hasil
pemeriksaan laboratorium yang tepat pula.

Syarat – syarat.

1. Pengambilan sampel darah vena:


a. Pasien berpuasa ( kecuali untuk pemeriksaan cito )
b. Pada saat diambil sampel, sebaiknya pasien istirahat/ duduk santai.
c. Jarum dan suit dipastikan berfungsi dengan baik dan steril atau disposibel.
d. K Ukuran jarum nomer 22G atau jarum 12 untuk orang dewasa, untu vena yang kecil,
dipakai nomer 23 G
e. Agar tidak mempengaruhi hasil blood count, dianjurkan pengambilan sampel menggunakan
tensimeter ( manset spynomanometer ) untuk membendung vena pada tekanan 20 mm Hg,
lama pembendungan tak boleh lebih dari 1 menit.
f. Sebelum melakukan pengambilan sampel harus dipersiapkan lebih dulu semua peralatan
seperti : jarum , spuit, botol penampung dll. Untuk botol/tabung dengan anti koagulan harus
dikontrol isinya. EDTA =2 mg untuk 1 cc darah. Untuk pemeriksaan koagulasi, yang dipakai
adalah citrate = 9 volume darah + 1cc volume larutan 3,13 gr/ml larutan 3,13 gr/ml
trisodium citrate. Untuk pemeriksaan TAT = 9 cc vol darah + 1 cc vol. larutan 3,13 gr/ml
trisodium citrate.
g. Cara menghisap darah vena, tidak boleh terlalu cepat/ kuat.
h. Agar tidak hemolisis, sebelum memasukkan darah ke dalam botol, jarum di lepas dulu dan
darah dialirkan pelan lewat dinding tabung.
i. Botol/tabung EDTA setelah tertutup, dibolak balik kurang lebih 30 detik ( jangan di gojok )
j. Botol/tabung diberi label ( identitas, asal ruang dan jenis pemeriksaan )
k. Kirim ke laboratorium secepat mungkin ( maksimal 1 jam setelah sampling )
l. Untuk pemeriksaan gula darah puasa dan 2 jam PP, cara pengambilan sampel harus sama :
gula darah puasa = darah vena, maka 2 jam PP juga + darah vena.
m. Untuk pemeriksaan GTT, pasien diet 3 hari ( ditentukan dokter yang merawat ) cara
pengambilan sampel ke 1, pasien dalam keadaan puasa, setelah itu pasien minum glukosa
75 mg, selanjutnya diambil sampelnya sesudah 2 jam.
PENGAMBILAN SAMPEL URIN :

A.URIN RUTIN

a. Persiapan pasien : Puasa ± 10 -12 jam

b. Yang dipakai adalah urin pagi yaitu urin yang dikemihkan pertama kali setelah bangun tidur ( sebelum
makan dan minum )

c. Tempat penampungan cukup bersih dan kering.

d. Untuk pemeriksaan urin rutin lengkap diperlukan ± 10 ml

e. Cara pengambilan urin: Urin diambil secara mid stream yaitu penderita disuruh kemih sedikit dan urin
dibuang, lalu ditampung secukupnya.

f. Cara pengiriman sampel : Sampel urin sebaiknya dikirim secepatnya. SEbab untuk mendapatkan hasil
pemeriksaan urin rutin yang baik, urin harus diperiksa paling lambat setelah 6 jam setelah dikemihkan.
( hasil yang lebih baik adalah 3 jam setelah dikemihkan )

Urin tamping 24 jam : untuk pemeriksaan secara kuantitatif

Urin 2 jam setelah makan : untuk pemeriksaan reduksi

Urin siang/sore : untuk pemeriksaan urobilinogen

Urin sewaktu : dapat dipakai untuk skrening tes, sampel ini sebenarnya tidak banyak memberikan
informasi karena sering kali urin terlalu encer.

PENGAMBILAN SAMPEL FAESES.

1. Persiapan Pasien : tidak ada persiapan khusus untuk pemeriksaan faeses rutin.
2. Cara pengambilan sampel : defekasi spontan atau rectal toucher.
3. Cara [penampungan : bahan dikumpulkan pada tempat yang bersih tanpa bercampur dengan
urin/secret yang lain.
4. Khusus pemeriksaan darah samar dilakukan lebih dulu benzidine test
Diet 3 hari : tidak boleh makan daging
Tidak boleh makan sayur sayuran yang mengandung besi seperti bayam
Tidak boleh makan makanan pedas.
Tidak boleh minum obat obatan seperti golongan salisilat, obat obatan yeng
mengandung Fe.

Anda mungkin juga menyukai