Beton 1
Beton 1
Beton 1
KONTRUKSI BETON I
PENULIS
PRATIKTO
NIP. 19610725 198903 1 002
5. Biaya yang diperlukan : Rp.3.500.000,- (Tiga Juta Lima Ratus Ribu Rupiah)
Beton I Bab I - 1
5. Perawatan uap untuk beton yang dihasilkan dari kondisi pabrik, seperti
balok pracetak, tiang , girder pratekan, dll. Temperatur perawatan sekitar
150°F.
Lamanya perawatan biasanya dilakukan selama 1 hari untuk cara ke 5, dan 5
sampai 7 hari untuk cara perawatan yang lain.
Beton I Bab I - 2
(5) Perawatan (curing) beton, setelah 1 jam beton dituang/ dicor maka di
sekeliling beton perlu di tutup dengan karung goni basah, agar air dalam
adukan beton tidak cepat menguap. Apabila tidak dilakukan perawatan ini,
maka kuat tekan beton akan turun.
Gambar 1.1. merupakan diagram tegangan-regangan beton untuk berbagai jenis
mutu beton. Dari diagram tersebut terlihat bahwa beton yang berkekuatan lebih
rendah mempunyai kemampuan deformasi (daktilitas) lebih tinggi dibandingkan
beton dengan kekuatan yang tinggi. Tegangan maksimum beton dicapai pada
regangan tekan 0,002-0,0025. Regangan ultimit pada saat beton hancur 0,003 –
0,008. Untuk perencanaan, ACI dan SK-SNI menggunakan regangan tekan
maksimum beton sebesar 0,003 sedangkan PBI ’71 sebesar 0,0035. Apa yang
dimaksud dengan tegangan dan apa yang dimaksud dengan regangan.
Gambar 1.1. Hubungan Diagram tegangan regangan beton untuk berbagai mutu beton
Beton I Bab I - 3
b. Kuat Tarik Beton
Kuat tarik beton sangat kecil, yaitu 10 – 15 % f’c. Kekuatan tarik beton dapat
diketahui dengan cara :
(1) Pengujian tarik langsung, dalam SK-SNI hubungan kuat tarik langsung
(fcr) terhadap kuat tekan beton adalah : fcr = 0,33 f ' c
(2) Pengujian tarik belah (pengujian tarik beton tak langsung) dengan
menggunakan “Split cylinder test”
Beton I Bab I - 4
SK-SNI pasal 3.15, modulus elastisitas beton dihitung berdasarkan rumus :
Ec = 0,043(wc ) . f ' c , dimana nilai Wc = 1500 – 2500 kg/m3.
1, 5
Beton I Bab I - 5
Gambar 1.3. merupakan kurva diagram tegangan-regangan baja. Untuk semua
jenis baja perilakunya diasumsikan sebagai elastoplastis.
Tegangan
fu
fy
fs
Regangan ε
Beton I Bab I - 6
1.4. Keuntungan dan Kelemahan Beton Bertulang
Beton bertulang adalah bahan komposit/campuran antara beton dan
baja tulangan. Kelebihan dari beton bertulang dibandingkan dengan material lain
adalah :
1. Bahan-bahannya mudah didapat.
2. Harganya lebih murah.
3. Mudah dibentuk sesuai dengan keinginan arsitek.
4. Tidak memerlukan perawatan.
5. Lebih tahan terhadap api/suhu tinggi.
6. Mempunyai kekuatan tekan tinggi.
Selain keuntungan di atas, beton juga mempunyai beberapa kelemahan, yaitu :
1. Kekuatan tariknya rendah.
2. Membutuhkan acuan perancah selama pekerjaan berlangsung.
3. Stabilitas volumenya relatif rendah (Iswandi Imran, 2001).
Beton adalah material yang kuat di dalam menahan gaya tekan tetapi
lemah di dalam menahan gaya tarik. Oleh karena itu beton akan mengalami retak
bahkan runtuh apabila gaya tarik yang bekerja melebihi kekuatan tariknya. Untuk
mengatasi kelemahan beton ini, maka pada daerah yang mengalami tarik pada saat
beban bekerja dipasang tulangan baja.
Beton I Bab I - 7
_
daripada tegangan yang diijinkan. σ ≤ σ . Beberapa kendala yang
dihadapi pada metode tegangan kerja adalah :
a. Karena pembatasan yang dilakukan pada tegangan total di bawah
beban kerja, maka sulit untuk memperhitungkan perbedaan tingkat
ketidakpastian di dalam variasi pembebanan. Misal, pada beban
mati umunya dapat diperkirakan lebih tepat dibandingkan dengan
beban hidup, beban gempa dan beban-beban lainnya.
b. Rangkak dan susut yang berpengaruh terhadap beton dan
merupakan fungsi waktu tidak mudah diperhitungkan dengan cara
perhitungan tegangan yang elastis.
c. Tegangan beton tidak berbanding lurus dengan regnagan sampai
pada kekuatan hancur, sehingga factor keamanan yang tersedia
tidak diketahui apabila tegangan yang diijinkan diambil sebagai
suatu prosentase f’c.
2. Metode kekuatan batas (ultimit)
Pada metode ini, unsure struktur direncanakan terhadap beban terfaktor
sedemikian rupa sehingga unsur struktur tersebut mempunyai kekuatan
ultimit yang diinginkan, yaitu
M u ≤ φM n
Peraturan beton bertulang Indonesia, SKSNI-T-15-1991-03 atau SNI
BETON 2002 menggunakan konsep perencanaan kekuatan batas ini. Pada
konsep ini ada beberapa kondisi batas yang perlu diperhatikan, yaitu :
a. Kondisi batas ultimit yang disebabkan oleh : hilangnya
keseimbangan local maupun global, hilangnya ketahanan geser dan
lentur elemen-elemen struktur, keruntuhan progesiv yang
diakibatkan oleh adanya keruntuhan local maupun global,
pembentukan sendi plastis, ketidakstabilan struktur dan fatique.
b. Kondisi batas kemampuan layanan (serviceability) yang
menyangkut berkurangnya fungsi struktur, berupa : defleksi
Beton I Bab I - 8
berlebihan, lebar retak berlebihan vibrasi/getaran yang
mengganggu.
c. Kondisi batas khusus, yang menyangkut masalah
beban/keruntuhan/kerusakan abnormal, seperti : keruntuhan akibat
gempa ekstrim, kebakaran, ledakan, tabrakan kendaraan, korosi,
dll.
1.6. Langkah-langkah perencanaan berdasarkan SK SNI-2002
Setiap elemen struktur harus direncanakan agar dapat menahan beban
yang berlebihan dengan besaran tertentu. Hal ini untuk mengantisipasi terjadinya
overload (beban berlebih) dan undercapacity.
Adapun urutan/langkah dalam perencanaan struktur beton bertulang
adalah :
Analisis Struktur
(momen,geser,aksia
Geometri &
penulangan
Gambar konstruksi
dan spesifikasi
Beton I Bab I - 9
variasi kekuatan material, factor manusia (pelaksanaan), tingkat pengawasan
pekerjaan konstruksi, dll.
. Kuat perlu tersebut biasanya disimbolkan dengan Mu, Vu, Pu, Tu.
U = 1,4 D (1)
U = 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (A atau R) (2)
U = 1,2 D + 1,0 L ± 1,6 W + 0,5 (A atau R) (3)
U = 0,9 D ± 1,6 W (4)
U = 1,2 D + 1,0 L ± 1,0 E (5)
Faktor beban untuk W boleh dikurangi menjadi 1,3 bilamana beban angin W
belum direduksi oleh faktor arah. Faktor beban untuk L boleh direduksi menjadi
Beton I Bab I - 10
0,5 kecuali untuk ruangan garasi, ruangan pertemuan, dan semua ruangan yang
beban hidup L-nya lebih besar daripada 500 kg/m2.
Beton I Bab I - 11
(a) Faktor reduksi untuk geser pada komponen struktur penahan gempa
yang kuat geser nominalnya lebih kecil dari pada gaya geser yang timbul
sehubungan dengan pengembangan kuat lentur
nominalnya.................................................................................. 0,55
(b) Faktor reduksi untuk geser pada diafragma tidak boleh melebihi
faktor reduksi minimum untuk geser yang digunakan pada komponen
vertikal dari sistem pemikul beban lateral.
(c) Geser pada hubungan balok-kolom dan pada balok perangkai yang
diberi tulangan diagonal ............................................................... 0,80
(4) Tumpuan pada beton kecuali untuk daerah pengangkuran pasca tarik 0,65
(5) Daerah pengangkuran pasca tarik................................................. 0,85
(6) Penampang lentur tanpa beban aksial pada komponen struktur pratarik dimana
panjang penanaman strand-nya kurang dari panjang penyaluran yang ditetapkan
14.9.1.1............................................................................... 0,75
3) Perhitungan panjang penyaluran sesuai dengan pasal 14 tidak memerlukan
faktor reduksi φ.
4) Faktor reduksi kekuatan φ untuk lentur, tekan, geser dan tumpu pada beton
polos struktural (Pasal 24) harus diambil sebesar................................ 0,55.
Beton I Bab I - 12
BAB I
PENDAHULUAN
Gambar 1.1. Diagram tegangan regangan beton untuk berbagai mutu beton
Gambar 1.2. Tegangan tarik beton
Gambar 1.3. Diagram Tegangan-Regangan Baja
Gambar 1.4. Tulangan Deform krakatau steel
Gambar. 1.5. Proses Perencanaan Struktur Beton Bertulang
Gambar 1.6. Pekerjaan Bangunan Gedung bertingkat
Beton I Bab I - 13
BAB II
BALOK BETON BERTULANG
h d
εcu 0,85.f’c
C a/2
a
c
Garis
h d Jd
As
T T
εs>εy
b
C a/2
a
c
Garis Netral
h d Jd
As
T T
εs>εy
b
∑H = 0
T =C
As xfy = 0,85 xf ' cxaxb
As * fy
∴a =
0,85 * f ' c * b
As
ρ=
b.d
1,4
ρ min =
fy
tidak Ya
ρ > ρ min
tidak Ya
ρ ≤ 0,75.ρ b
⎛ a⎞
M n = As . fy.⎜ d − ⎟
⎝ 2⎠
h=500 d = 450 mm
As=3D25
b = 250 mm
Gambar 2.4.conto balok
Solusi :
b = 250 mm
d = 450 mm
f’c = 20 MPa
fy = 400 MPa
1 1
As = 3D 25 = 3x xπxD 2 = 3x xπx 25 2 = 1472,62mm 2
4 4
1,4 1,4
ρ min = = = 0,0035
fy 400
As 1472,62
ρ= = = 0,01309 > 0,0035 → OK
b.d 250 x 450
f ' c.β1 .600 20 x0,85 x600
ρ b = 0,85 = 0,85. = 0,02168
(600 + fy ) fy (600 + 400)400
ρ mak = 0,75 xρ b = 0,75 x0,02168 = 0,016256 > ρ = 0,01309 → OK
As . fy 1472,62 x 400
a= = = 138,60mm
0,85. f ' c.b 0,85 x 20 x 250
TUGAS I
Diketahui balok persegi bertulangan tunggal seperti tergambar. Bila
digunakan mutu beton f’c = 22 MPa, mutu baja fy = 415 MPa, selimut beton
40 mm. Beban hidup yang bekerja sebesar 45 KN/m, beban mati berupa berat
sendiri balok, unit weight beton sebesar 24 KN/m3.
Ditanya :
a. Cek apakah tulangan terpasang sudah memenuhi syarat ?
b. Cek apakah balok tersebut mampu memikul beban-beban yang bekerja?
ql & qd
L=5m
h=550 d
As=4D30
b = 300 mm
Kesimpulan:
1. Gaya luar harus sama dengan gaya dalam
2. Tegangan leleh terjadi pada saat baja baru akan meleleh tetapi belum leleh.
3. Rasio tulangan dan kondisi penampang
Tabel 2.1. Tebal Minimum Balok dan Pelat Satu Arah Bila
Lendutan Tidak Dihitung
Kedua
Dua Satu Ujung
Komponen Ujung Kantilever
Tumpuan Menerus
Struktur Menerus
Komponen yang tidak menahan atau tidak disatukan
dengan partisi atau konstruksi lain yang akan rusak
karena lendutan yang besar
Pelat solid
L/20 L/24 L/28 L/10
satu arah
Balok atau
pelat jalur L/16 L/21 L/18,5 L/21 L/8
satu arah
• Seperti telah dijelaskan bahwa proses perencanaan balok, salah satunya adalah
menentukan luas tulangan dengan momen terfaktor yang sudah dihitung
terlebih dahulu serta dengan asumsi dimensi yang ditetapkan. Dalam
penentuan luas tulangan dapat dilakukan sebagai berikut (lihat Gambar
berikut ini ):
0,85.f’c
C a/2
Garis Netral a
Mu
h d
d Jd=d-a/2
As=?
T
M
M ≥ u
→ φ = 0 ,8
n
φ
M n = T . Jd
M n = A s . fy . Jd
M u
= A s . fy . Jd
φ
M u
φ
∴ As = → mm 2
fy . Jd
Contoh Soal :
Diketahui balok persegi bertulangan tunggal seperti tergambar. Bila digunakan
mutu beton f’c = 30 MPa, mutu baja fy = 414MPa, selimut beton 50 mm. Beban
hidup yang bekerja sebesar 20 KN/m, beban mati berupa berat sendiri balok, unit
weight beton sebesar 24 KN/m3.
Ditanya :
Rencanakan penulangan balok tersebut agar dapat memikul beban-beban yang
bekerja
Hitung ρ, ρmin
tidak Ya
ρ>ρmin
Hitung ρb
Perbesar ρ
tidak Ya
ρ<0,75ρb
Perbesar penampang As . fy
(nilai d atau h) a=
0,85. f ' c.b
⎛ a⎞
M n = As . fy.⎜ d − ⎟
⎝ 2⎠
M
Mn ≥ u
φ
L=9m
Jawab :
Ln 9000
• Tinggi balok minimum, hmin = = = 562,5mm ambil tinggi balok,
16 16
h = 600 mm, b = ½ x h = 300 mm.
• Selimut beton = 50 mm, sehingga d = 600 – 50 = 550 mm
h=600 d
50
b = 300 mm
Mu 376,488
atau minimum M n = = = 470,61KNm
φ 0,8
• Asumsikan Jd = 0,85 d = 0,85 x 550 = 467,5 mm
⎝ 2 ⎠ ⎝ 2 ⎠
Mu
• Mn ≥ → 487,43KNm > 470,61KNm → OK
φ
• Pemilihan tulangan, dipakai Diameter tulangan D32
πx32 2
Aφ 32 = = 803,8mm 2
4
Asperlu 2431,53
Dibutuhkan jumlah tulangan, n= = = 3,03 ≈ 4 buah
Aφ 32 803,8
tulangan (4D32)
• Check jarak tulangan
Antar tulangan 25 mm
Selimut beton 40 mm
Sengkang 10 mm
4 x 32 + 3 x 25 + 2 x 50 = 303 mm > 300 mm ( kritis )
ql & qd
L=8m
0,003
As’ 0,85.f’c
d’
C1
Garis Netral a
d
+
h
Mu
= Jd=d-a/2
As As1 T1
εs (1)
b C2
As’
a. Penampang Balok b. Diagram
bertul. rangkap Regangan d-d’
As2
Gambar 2.11. Tulangan Rangkap T2
(2)
⎛ a⎞
Mn1 = T1 .⎜ d − ⎟
⎝ 2⎠
o Sehingga
⎛ a⎞
Mn1 = ( As − As'). fy.⎜ d − ⎟
⎝ 2⎠
As1 . fy ( A − As'). fy
Dimana, a = = s
0.85. fc'.b 0,85. fc'.b
Lihat Gambar pada bagian (2)
o ∑ M = 0 terhadap posisi tulangan tarik
C 2 = As'. fy
sehingga,
o
Mn2 = C 2 .(d − d ')
Mn2 = As'. fy.(d − d ')
o Jadi momen nominal untuk balok bertulangan rangkap adalah
Mn = Mn1 + Mn2
⎛ a⎞
Mn = ( As − As'). fy⎜ d − ⎟ + As '. fy.(d − d ')
⎝ 2⎠
o Momen ultimate yang dapat dipikul balok bertulangan rangkap adalah
M u = φ .Mn
M u = 0,8 xMn
Persamaan di atas adalah untuk kondisi tulangan tekan leleh. Untuk mengetahui
tulangan tekan leleh atau tidak perlu dilakukan pemeriksaan kompatibilitas
fy fy
Regangan. Tulangan tekan leleh (As’) apabila ε s ' > ε y ⇒ ε y = =
E s 2x10 5
Perhatikan gambar diagram regangan di bawah ini.
εs’ d’
c c-d’
εs
Data : b,d,d’,As,As’,f’c,fy
1 .4 As As'
Perkecil ρ min = ρ = ; ρ =
fy bd bd
penampang
tidak
ρ ≥ ρmin
ρ ≤ ρmak
ρ − ρ ' > ρ min
Ya
tidak
ρ ≤ ρmaks
Penampang tidak kuat :
perbesar ukuran penampang
Ya
tidak
f's1 = f ' s Fs’=fy
As’
d’
Hitung Mu, apabila diketahui :
Fc’ : 30 MPa
h
Mu Fy : 400 MPa
As As : 3920 mm2
As’ : 1960 mm2
b b : 350 mm ; d = 590 mm ; d’ = 50 mm
Penyelesaian :
a. Menghitung
As 3920
ρ= = = 0,01898
b.d 350 x590
1,4 1,4
ρ min = = = 0,0035 ⇒ ρ > ρ min (OK )
fy 400
As' 1960
ρ'= = = 0,009491
b.d 350 x590
b. memeriksa apakah tulangan tekan sudah leleh atau belum
ρ − ρ ' = 0,01898 − 0,009491 = 0,009498
0,85. fc'.d ' 600
k = β1 . . = 0,0138
fy.d 600 − fy
ρ − ρ ' < k ⇒ tul.tekan.belum.leleh
c. Karena tul. Tekan belum leleh maka fs’<fy. Menentukan fs’ dan ρmak.
⎡ 0,85. fc'.β 1 .d ' ⎤ ⎡ 0,85 x30 x0,85 x50 ⎤
fs ' = 600.⎢1 − ⎥ = 600.⎢1 − ⎥ = 309,633MPa
⎣ (ρ − ρ '). fy.d ⎦ ⎣ 0,009498 x 400 x590 ⎦
⎛ a⎞
Mn = ( As. fy − As'. fs')⎜ d − ⎟ + [( As'. fs' ).(d − d ')] = 846599871
,6Nmm
⎝ 2⎠
Mu = 0,8xMn= 0,8x846599872= 677279898Nmm= 677,3KNm
Tugas:
Data-data penampang balok bertulangan rangkap :
As’
d’ Fc’ : 25 MPa
Fy : 400 MPa
Mu
As : 4D32
h
As’ : 2D22
As
b /h : 300 mm / 600 mm
d’ : 50 mm
b
As1 = ρ1 xbxd
As1 . fy
e. Hitung a =
0,85. fc'.b
⎛ a⎞
Mn1 = As1 . fy.⎜ d − ⎟
⎝ 2⎠
f. Bila Mn1 < M u .rencana maka penampang cukup bertulangan tunggal atau
penampang diperkecil sehingga penampang tetap dipasang tulangan
rangkap.
Mu
g. Hitung Mn 2 = − Mn1 > 0
φ
h. Cek apakah tulangan tekan sudah leleh dengan rumus
0,85. fc'.β 1 .d ' 600
ρ − ρ'≥ . , dimana ρ − ρ ' = ρ1 = 0,5.ρ b . Bila
fy.d 600 − fy
tulangan tekan sudah leleh, maka fs’= fy. Bila tulangan tekan belum leleh
0,85. fc'.β 1 .d ' 600
ρ − ρ'< . maka fs’ dihitung dengan rumus
fy.d 600 − fy
fs '
j. Cek terhadap ρmak tulangan rangkap dengan rumus ρ ≤ 0,75.ρ b + ρ '. ,
fy
As
dimana ρ =
b.d
k. Cek terhadap Mu yang dapat dipikul tulangan rangkap dengan rumus
⎛ a⎞
Mu rencana ≤ φ .Mn dimana Mn = ( As. fy − As '. fs ')⎜ d − ⎟ + ( As'. fs ')(d − d ')
⎝ 2⎠
Perkirakan : h,b,d,d’
Tentukan :fc’,fy
Hitung : Mu
1 .4
Perkecil ρ min =
penampang fy
tidak
ρ ≥ ρmin
Ya
ρ − ρ ' = ρ = 0,5.ρ b
β 1.0,85 f ' c 600
ρb =
fy. 600 + fy
f 's
As1 = ρ .b.d
As1 . fy
a=
0,85. fc'.b
⎛ a⎞
Mn1 = As1 . fy.⎜ d − ⎟
⎝ 2⎠
Perkecil
tidak
Mn 1 < Mu
penampang
Ya
Ya
tidak β 1.0,85 f ' c.d ' 600
ρ − ρ'≥
fy.d 600 − fy
Tul. tekan
belum leleh Tul. tekan
sudah leleh f's = fy
⎡ 0,85. f ' cβ 1.d ' ⎤
f ' s = 600 ⎢1 − ⎥ ≤ fy
⎣ ( ρ − ρ ' ) > fy.d ⎦
Mu
Mn2 = − Mn1
φ
Mn2
As ' = As 2 =
fs '.(d − d ')
As
As = As1 + As 2 , ρ =
b.d
A
f 's
ρmaks = 0,75 ρb + ρ '
fy
β 1.0,85 f ' c 600
ρb =
fy. 600 − fy
⎡ ⎛ a ⎞⎤
Mn = ⎢( As. fy − As '. fs ')⎜ d − ⎟⎥ +
⎣ ⎝ 2 ⎠⎦
[( As'. fs')(d − d ')]
Penampang tidak kuat : tidak
perbesar ukuran penampang Mu<0,8Mn
Contoh Soal :
Diketahui balok persegi seperti tergambar. Bila digunakan mutu beton f’c =
30 MPa, mutu baja fy = 414MPa, selimut beton 50 mm. Beban hidup yang
bekerja sebesar 50 KN/m, beban mati berupa berat sendiri balok, unit weight
beton sebesar 24 KN/m3.
Ditanya :
Rencanakan penulangan balok tersebut agar dapat memikul beban-beban yang
bekerja
ql & qd
L=6m
Jawab :
h=500 d
50
b = 250 mm
1,4 1,4
ρ min = = = 0,0033816
fy 414
0,85 xβ 1 xfc' ⎛ 600 ⎞ 0,85 x0,85 x30 ⎛ 600 ⎞
ρb = ⎜⎜ ⎟⎟ = ⎜ ⎟ = 0,03098
fy ⎝ 600 + fy ⎠ 414 ⎝ 600 + 414 ⎠
ρ1 = 0,5.ρ b = 0,5 x0,03098 = 0,01549
• ρ min < ρ1 ⇒ 0,0033816 < 0,0162102 → OK
• Hitung
Mu 376,2
• Hitung Mn2 = − Mn1 = − 283,83 = 186,42 KNm 470,-
φ 0,8
• Cek apakah tulangan tekan sudah leleh dengan rumus
0,85. fc'.β 1 .d ' 600
ρ − ρ'≥ .
fy.d 600 − fy
0,85 x30 x0,8 x50 600
ρ1 ≥ . , tulangan tekan belum leleh, maka fs’
414 x 450 600 − 414
0,01549 < 0,01766
dihitung dengan rumus
⎡ 0,85. fc'.β 1 .d ' ⎤
fs ' = E s .ε s ' dimana Es = 200000 MPa dan ε s ' = 0,003⎢1 −
⎣ ρ1 . fy.d ⎥⎦
⎛ a⎞
Mn = ( As. fy − As '. fs ')⎜ d − ⎟ + ( As'. fs ')(d − d ')
⎝ 2⎠
⎛ 118,07 ⎞
Mn = (2943,785 x 414 − 1201,16 x388)⎜ 450 − ⎟ + (1201,16 x388)(450 − 50)
⎝ 2 ⎠
Mn = 480,691KNm
Mu rencana = 376,2 KNm < 0,8 xMn = 0,8 x 480,691 = 384,55KNM ⇒ OK
TUGAS
Diketahui balok persegi seperti tergambar. Bila digunakan mutu beton f’c =
35 MPa, mutu baja fy = 415 MPa, selimut beton 50 mm. Beban hidup yang
bekerja sebesar 45 KN/m, beban mati sebesar 5 KN/m belum termasuk berat
sendiri balok, unit weight beton sebesar 24 KN/m3.
ql & qd
L=8m
45
Ly
Qx=Qp Lx/2 Qe
Mx=1/8 QeLx^2
Mx=VaLx/2 - R1 Lx/6
Mx=1/12 Qx Lx^2
Qe =2/3 Qx
Qe =1/3 Qx ( 1 - (Lx/Ly)^2 )
Rencanakan
C Penulangan
3M BALOK Lantai
B 4 As Melintang
A,B,C,D
6M 6 As Memanjang
1,2,3,4,5,6
A
1,2M
5M 5M 5M
1 2 3
1,2M
5M
1 2
Mu kNm Vu Kn Mn kNm Vn Kn
LAP 118,66909 1/11 148,3364 0
TUMP 130,536 93,24 1/10 163,17 155,4
3 PERHITUNGAN TULANGAN
assumsi 50,00%
Rho 1 = 0,0121922 syarat tul tekan Fs' meleleh =Fy
As1 = 1097,2969 mm2 R - R' > 0,013547
a= 91,8 mm
Mn 1 = 137,86438 kn m Fs' = 377,7778 Mpa
M+ M-
be
Untuk balok “T” seperti Gb. di samping,
hf.ka hf.ka
lebar efektif balok diambil nilai terkecil
dari :
o ¼ panjang bentang balok
bw o bw + hf.ka + hf.ki
be
o jarak dari as ke as antar balok
Untuk balok “T” seperti Gb. di samping,
hf.
lebar efektif balok diambil nilai terkecil
dari :
o 1/12 panjang bentang balok
bw o 6 hf
Gambar 2.19. Type Balok bersayap
o ½ jarak bersih dengan balok di
sebelahnya
εcu 0,85.f’c
be
Cc
Garis Netral c a
hf
Jd=d-a/2
d
As T
εs
bw
∑H = 0
T = Cc
As. fy = 0,85. fc'.a.be
As. fy
a=
0,85. fc'.be
a
c=
β1
Jika c < hf maka garis netral terletak di dalam sayap (flens), sehingga
⎛ a⎞ ⎛ a⎞
Mn = Cc.⎜ d − ⎟atauMn = T .⎜ d − ⎟
⎝ 2⎠ ⎝ 2⎠
⎛ a⎞ ⎛ a⎞
Mn = 0,85. fc'.be .a.⎜ d − ⎟atauMn = As. fy.⎜ d − ⎟
⎝ 2⎠ ⎝ 2⎠
Mu = φ .Mn = 0,8.Mn
Untuk kontrol daktilitas tulangan, caranya sama dengan balok persegi
bertulangan tunggal.
be
Mu
hf
c
d Garis Netral
As
= Asf + Asw
bw
0,85.f’c 0,85.f’c
Cw
Cf a
hf
d-hf/2 + d-a/2
Tf=Asf.Fy
Tw=Asw.Fy
∑H = 0
Tf = Cf
Asf . fy = 0,85. fc' (be − bw ).hf
0,85. fc'.(be − bw ).hf
Asf =
fy
Sehingga ,
∑H = 0
C w = Tw
0,85. fc'.bw .a = As w . fy
As w . fy
a=
0,85. fc'.bw
Sehingga,
⎛ a⎞ ⎛ a⎞
Mn w = C w .⎜ d − ⎟atauTw .⎜ d − ⎟
⎝ 2⎠ ⎝ 2⎠
⎛ a⎞ ⎛ a⎞
Mn w = 0,85. fc'.bw .a.⎜ d − ⎟atauAs w . fy.⎜ d − ⎟
⎝ 2⎠ ⎝ 2⎠
Jadi momen nominal balok “T” adalah :
Mn = Mn f + Mn w
⎛ hf ⎞ ⎛ a⎞
Mn = As f . fy.⎜ d − ⎟ + As w . fy.⎜ d − ⎟
⎝ 2 ⎠ ⎝ 2⎠
Syarat supaya balok kuat Mu ≤ φMn
c. Batasan tulangan minimum untuk balok T adalah :
ρ > ρ min
Astot
ρ=
bw .d
1,4
ρ min =
fy
d. Batasan tulangan maksimum untuk balok T adalah :
Contoh Soal :
125 125
Hitung berapa momen ultimate yang dapat
125
dipikul oleh balok seperti gambar di samping,
610
bila : fc’ = 20 MPa, fy = 400 MPa,
700
As
As = 3000 mm2.
250
Jawab :
a. Menghitung lebar efektif balok T (be)
Balok di atas merupakan balok T terisolasi, sehingga SKSNI mensyaratkan,
1
hf ≥ .bw
2
1
Tebal sayap , hf ≥ .250
2
hf ≥ 125mm ⇒ OK
be ≤ 4.bw
Lebar efektif, be ≤ 4 x 250
500mm ≤ 1000mm ⇒ OK
Penampang T di atas memenuhi syarat sehingga be = 500 mm.
∑H = 0
Tf = Cf
Asf . fy = 0,85. fc' (be − bw ).hf
0,85. fc'.(be − bw ).hf
Asf =
fy
0,85 x 20 x(500 − 250)x125
Asf = = 1330mm 2
400
Sehingga ,
⎛ hf ⎞ ⎛ hf ⎞
Mnf = Cf .⎜ d − ⎟atauTf .⎜ d − ⎟
⎝ 2 ⎠ ⎝ 2 ⎠
⎛ hf ⎞ ⎛ hf ⎞
Mnf = 0,85. fc' (be − bw ).hf .⎜ d − ⎟atauAsf . fy.⎜ d − ⎟
⎝ 2 ⎠ ⎝ 2 ⎠
⎛ 125 ⎞
Mnf = 1330 x 400 x⎜ 610 − ⎟ = 290 KNm.
⎝ 2 ⎠
Balok badan
As w = Astotal − As f
As w = 3000 − 1330 = 1670mm 2
∑H = 0
C w = Tw
0,85. fc'.bw .a = As w . fy
As w . fy 1670 x 400
a= = = 157 mm
0,85. fc'.bw 0,85 x 20 x 250
Sehingga,
Tugas : 300mm
120mm
480mm
6m 8m
Hitung berapa momen ultimate yang dapat dipikul oleh balok “T” bagian tengah
seperti gambar di atas, bila : fc’ = 28 MPa, fy = 414 MPa, As = 4D32, d’=50 mm.
1 3
2
⎛ Vu ⎞
tulangan geser, Vs = ⎜⎜ ⎟⎟ − Vc .
⎝φ ⎠
Besar Vs dihitung dari :
Av. fy.d
a. Bila digunakan sengkang miring, Vs = (sin α + cos α )
s
Av. fy.d
b. Sengkang vertical, Vs =
s
Catatan :
a. Tegangan leleh baja untuk tulangan geser, fy ≤ 400MPa (ps.3.4.5.2.
SKSNI’91).
b. Gaya geser maksimum yang bisa dipikul tulangan dibatasi sebesar
2
Vs ≤ . fc' .bw .atau......4Vc .
3
Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi lebar retak yang berlebihan pada
balok.
Contoh Soal :
Diketahui balok persegi seperti tergambar. Bila digunakan mutu beton f’c =
20 MPa, mutu baja fy = 400MPa, selimut beton 50 mm. Beban terfaktor qu
sebesar 110 KN/m. lebar balok 300 mm, tinggi balok 550 mm.
Ditanya :
Rencanakan penulangan geser balok tersebut .
qu
L=6m
Gambar 2.25. Conto balok u Tulangan Geser
Jawab :
1. Mencari gaya geser rencana
a. Gaya geser rencana pada muka tumpuan
qu.l 110 x6
Vu = = = 330 KN
2 2
Data : bw,d,d’,,f’c,fy,Vu
φ = 0 , 75
⎛ fc' ⎞
Vc = ⎜ ⎟.b .d
⎜ 6 ⎟ w
⎝ ⎠
tidak
Ya
Vu ⎛2 ⎞
Vs = − Vc ≤ ⎜ . fc' ⎟.bw .d = 4Vc
φ ⎝3 ⎠
Perbesar
penampang
tidak
Tidak perlu Vu Vc
tul. geser >
φ 2
tidak
Ya
Vu>ØVc
tul. Geser
minimum Ya tidak
Vu fc '
− Vc ≥ .b w .d
φ 3
Vs > 2 Vc
bw .s
Av =
3. fy
S ≤ d / 2 ≤ 600mm ⎛ ⎛ Vu ⎞ ⎞
⎜ ⎜⎜ ⎟⎟ − Vc ⎟.S ⎛ ⎛ Vu ⎞ ⎞
⎜ φ ⎟ ⎜ ⎜⎜ ⎟⎟ − Vc ⎟.S
⎝ ⎠
Av = ⎝ ⎠ ⎜ φ
⎝ ⎠
⎟
fy.d Av = ⎝ ⎠
fy.d
d
S ≤ ≤ 600mm d
4 S ≤ ≤ 600mm
2
Selesai
Vu 1
− Vc ≥ . fc' .bw .d = 2 xVc
φ 3
346,52 KN ≥ 223,61KN
d 500
Maka jarak sengkang , S mak = = = 125mm
4 4
Jadi jarak pada penampang kritis sejauh d = 500mm dari muka tumpuan
adalah sebesar 90, mm sampai dengan gaya lintang dengan Vs = 251,52 kN
.
Pada soal ini, gaya geser untuk beban terdistribusi berkurang secara linier dari
tumpuan ke tengah bentang balok. Oleh karena itu jarak sengkang dapat
dikurangi sampai pada daerah yang memerlukan tulangan sengkang minimum.
o Pada daerah kritis sejauh d = 500mm dari muka tumpuan,
Vu d 275
Vn = = = 458,3KN , diperoleh S = 90,61 mm
φ 0,6
Jarak sisa dari tengah bentang Xd = 3000-500=2500 mm
d 500
o Pada daerah X1, jarak sengkang = = 125mm
4 4
Av. fy.d
S=
Vs
157 x 400 x500
125 = ⇒ Vs1 = 251200 N
Vs
Vn1 = Vc + Vs1 = 111,81 + 251,2 = 363,01KN
363,01
X1 dari tengah bentang, X 1 = 2500 x = 1980mm
458,3
d 500
o Pada daerah X2, jarak sengkang = = 250mm
2 2
Vn1
Vn2
Vs
Vnd Vc
Vc
X3=609
X2=1295
X1=1980
d=500 Xd=2500
3000
Ø10
3000
qu
L=5,5
Gambar 2.28. Latihan Penulangan geser
Jawab :
Kedua
Dua Satu Ujung
Komponen Ujung Kantilever
Tumpuan Menerus
Struktur Menerus
Pelat solid
L/20 L/24 L/28 L/10
satu arah
Balok atau
pelat jalur L/16 L/21 L/18,5 L/21 L/8
satu arah
Mn : Momen nominal
Mu : Momen luar terfaktor (momen ultimate)
• Untuk kombinasi pembebanan gravitasi (beban hidup dan mati), momen
terfaktor Mu adalah :
M u = 1,2 M D + 1,6 M L
C a/2
Garis Netral a
Mu
h d 0,85.f’c
d Jd=d-a/2
As=?
T
b
Gambat 3.2
a. Penampang Balok
Balok Tulangan
b. Blok Tegangan
bertul. Tunggal Tunggal Tekan persegi Ekivalen
Hitung ρ, ρmin
tidak ρ>ρmin Ya
Perbesar ρ Hitung ρb
tidak ρ<0,75ρb Ya
Perbesar penampang As . fy
(nilai d atau h) a=
0,85. f ' c.b
⎛ a⎞
M n = As . fy.⎜ d − ⎟
⎝ 2⎠
M
Mn ≥ u
φ
Gambat 3.4 Diagram
Alir Penulangan plat
STOP
ρ min = 0,0018 untuk fy = 400 MPa dan ρ min = 0,0025 untuk fy = 240 MPa.
ρ mak = 0,75.ρ b
Pada pelat, geser tidak diperhitungkan. Sedangkan untuk menahan susut
dan tegangan akibat perubahan suhu, maka perlu dipasang tulangan susut/tulangan
bagi dalam arah tegak lurus tulangan utama. Besarnya tulangan susut/tulangan
bagi menurut SKSNI T15-1991-03 pasal 3.16.12 adalah :
0,18.b.h
Untuk fy 400 MPa, As =
100
0,25.b.h
Untuk fy 240 MPa, As =
100
Urutan perencanaan pelat dapat dilihat pada diagram alir sebgai berikut :
Hitung Momen-momen
tidak
ρmin ≤ ρ ≤ ρmak
Ya
Pilih tulangan
Selesai
Rencanakan
C Penulangan Plat
3M Lantai
B
6M
A
1,2M
5M 5M 5M
1 2 3
1,2M
5M
1 2
(2) G
Gaya Dalam Plat dan tulangan terpasang
4.1 Pendahuluan
Kolom adalah komponen struktur vertical yang meneruskan beban dari balok
atau plat sehingga sampai pada pondasi. Pada komponen balok beban yang
dominan adalah Lentur dan lintang dan penulangan dapat ditinjau secara
terpisah. Berbeda dengan balok pada kolom beban Aksial dan lentur tidak
dapat dipisahkan sehingga perlu ditinjau interaksi antara kedua besaran gaya
dalam tersebut.
Keruntuhan pada suatu kolom merupakan penyebab utama keruntuhan total
struktur ybs. Oleh karena itu dalam perencanaan kolom harus diberikan
kekuatan yang lebih tinggi dari pada balok atau komponen struktur mendatar
lainnya atau yang lebih dikenal dengan Strong colomn weak beam – Kolom
kuat balok lemah.
4. 2 Tujuan
Pada beton dasar ini ditujukan agar supaya
1. dapat mengetahui gaya2 dalam yang bekerja pada kolom
2. dapat membuat batas2 kekuatan kolom
3. dapat menganalisa kolom beton bertulang
4. dapat merencanakan kolom beton bertulang
4. 3 Materi Pembahasan
1. Jenis2 kolom
2. Kelangsingan kolom
3. Keruntuhan kolom
4. Asumsi analisa Penampang
5. Dasar perhitungan komponen struktur kolom
6. Analisa kekuatan Kolom
Beton I Bab IV - 1
4. 3. 1 Jenis jenis kolom
Kolom beton bertulang biasanya terdiri dari baja tulangan longitudinal
dengan penguatan lateral tulangan sengkang. Bentuk kolom ada bermacam2
seperti persegi , bulat ataupun segi – n beraturan. Bermula dari yang
sederhana maka pada bab ini dibahas kolom dengan bentuk persegi. Menurut
Wang (1986) ada beberapa jenis kolom yaitu :
A. Kolom dengan sengkang ikat ( Tied colomn)
Bentuk kolom biasanya persegi atau bujur sangkar dengan tulangan
utama memanjang dikat oleh sengkang persegi
B. Kolom dengan sengkang spiral ( Spiral colomn)
Bentuk kolom biasanya lingkaran atau segi-n atau dapat pula persegi.
Tulangan memanjang diikat oleh sengkang berbentuk spiral.
C. Kolom Komposit ( Composite colomn )
Kolom ini biasanya menggunakan baja propil dengan penambahan
tulangan yang dibungkus oleh beton atau sebaliknya.
4. 3. 2 Kelangsingan kolom
Kelangsingan kolom dapat didefinisikan sebagai rasio antara tinggi kolom
dengan jari2 inersia penampang kolom , λ = L/ r . Kelangsingan dapat
mengakibatakan tekuk ataupun momen tambahan . Oleh karena itu unutk
menganalisa penampang perlu dibedakan pada kolom spt
1. Kolom Pendek
Kolom dengan momen tambahan akibat kelangsingan adalah nol. Nilai
kelangsingan λ = L/ r < 22.
2. Kolom Langsing
Kolom yang tidak memenuhi persyaratan kolom pendek
λ = L/ r > 22 dan λ = L/ r < 100.
Beberapa istilah kolom pada analisa Portal adalah :
Braced Frame ( Kolom terikat ) dan Unbraced Frame ( Kolom yang tidak
terikat atau Braced framed colomn dan unbraced framed colomn
Beton I Bab IV - 2
4. 3. 3 Keruntuhan kolom
Seperti halnya balok , maka pada kolom dikenal pula istilah seperti
Keaadaan Seimbang-Batas – Balanced Conditions yaitu Beton mencapai
hancur dengan regangan maximum adalah εcu = 0.003 dan bersamaan pula
tulangan mencapai regangan leleh εs = fy / Es . Keruntuhan kolom dapat
terjadi bila tulangan bajanya mengalami leleh terlebih dahulu akibat tarik ,
tension control ( Under reinforced ) atau terjadi kehancuran beton akibat
tekan , compression control (Over Reinforced)
Namun demikian pada rasio tulangan kolom dibatasi oleh ( SK SNI) nilai2
minimum ρmin = 1% Ag dan maximum ρmax = 8% Ag ( 4% untuk
sambungan ). Jumlah tulangan longitudinal , minimum adalah 4 untuk
tulangan didalam sengkang ikat dan 6 untuk tulangan dengan sengkang
spiral.
Beton I Bab IV - 3
b) Faktor = β1 harus diambil sebesar 0.85 untuk kuat tekan beton
fc’ = 30 MPa. Untuk kekuatan > 30 MPa nilai β1 harus direduksi
sebesar 0.008 setiap kelebihan 1 MPa dan β1 tidak kurang dari
0,65
Єs’ Cs’
c -
H d Cc
NA
+ Ts
Єs
B
Beton I Bab IV - 4
dengan Ag tanpa kehilangan ketelitian (luasbeton yang ditempati`tulangan
diabaikan).
Pn
As’ εcu=.003 .85fc
Cs
d X Cc e
H
T
As
Beton I Bab IV - 5
tulangan baja, besaran fs harus disubstitusikan dengan fy. Apabila fs lebih
kecil daripada fy, maka yang disubstitusikan adalah tegangan aktualnya,
yang dapat dihitung dengan menggunakan persamaan yang diperoleh dari
segitiga sebangun dengan distribusi regangan diseluruh tinggi penampang ,
yaitu :
Apabila Pn adalah beban aksial dan Pnb adalah beban aksial pada
kondisi balanced maka :
Pn < Pnb ; terjadi keruntuhan tarik
Pn = Pnb ; terjadi keruntuhan balanced
Pn > Pnb ; terjadi keruntuhan tekan
Beton I Bab IV - 6
A’s = As dengan maksud mencegah kekeliruan dalam penempatan tulangan
tarik dan tulangan tekan didalam pelaksanaan di lapangan. Penulangan yang
simetris juga diperlukan apabila ada kemungkinan tegangan berbalik tanda
misalnya karena arah angin atau gempa yang berbalik arah . Apabila
tulangan tekan diasumsikan telah leleh dan A’s = As maka persamaan dapat
ditulis sebagai :
Pn = 0,85 fc’ ab
Mn = Pn e = Cc (X – a/2) + Cs ( X-d’ ) + T ( d – X ) . . . . . . . ( 7 )
Jika tinggi sumbu lentur kolom diganti dengan h/2 untuk tulangan yang
simetris dan A’s diganti dengan As serta persamaan 7 digabungkan maka
menghasilkan persamaan untuk mencari Pn.
Pn e = Pn ( h/2 – a/2 ) - As fy ( d – d’)
a = Pn / 0,85 fc’ b
Pn2 / 1.7 fc’ b - Pn ( h/2 – e ) - As Fy ( d-d’) = 0
Pn= .85 fc’b ((h – 2e )2d) + (( h − 2 e ) / 2 d ) + 2 m ρ (1 − d ' / d ) ......(8)
e merupakan jarak antara sumbu lentur kolom dengan titik tangkap gaya.
Sedangkan apabila tulangan tekan belum leleh maka selain memerlukan
persamaan dasar keseimbangan dan juga diperlukan prosedur coba – coba
dan penyesuaian.
Untuk suatu geometri penampang dan eksentrisitas e yang diberikan asumsi
besarnya jarak sumbu netral Xc. Dengan harga Xc ini dapat dihitung tinggi
blok tegangan ekuivalent a, dengan a = β1. Xc . Dari harga Xc yang
diasumsikan tadi hitung besarnya beban aksial nominal Pn dengan memakai
persamaan 5. Sedangkan tegangan tekan f’s dan tarik fs untuk beban Pn ini
dengan menggunakan persamaan 4. Apabila tidak memenuhi maka semua
langkah diatas diulangi sampai terjadi konvergensi yaitu eksentrisitas yang
dihitung sama dengan eksentrisitas yang diberikan.
Beton I Bab IV - 7
Langkah-langkah dari prosedur coba-coba dan penyesuaian diatas dapat
dituliskan sebagai berikut :
1. jarak sumbu netral Xc ditetapkan
2. tinggi balok tegangan ekuivalen a = β1 X
3. tegangan baja tekan dan tarik yaitu ;
fs’ = Es εs’ = Es 0.003 ( X – d’)/ X < fy
fs = Es εs = Es 0.003 ( d - X )/ X < fy .......(9)
4. Beban aksial nominal
Pn = 0,85 fc’ ab + As’ Fs’ + As Fs . . . . . . . ( 10 )
5. Eksentrisitas yang terjadi dihitung
Mn = Pn e = 0,85 fc’ ab (X-a/2) + As’Fs’(X-d’) + AsFs( d – X)
. . . . . . . ( 11 )
Beton I Bab IV - 8
Beban aksial nominal
Pn = 0,85 fc’ ab + As’ Fy + As Fs .
Mn = Pn e = 0,85 fc’ab( X-a/2) + As’Fs’ (X-d’) + AsFs ( d – X) . . . . . . ( 13 )
M1b dan M2b adalah momen pada ujung ujung yang berlawanan pada kolom,
dimana M2b adalah momen yang lebih besar dan M1b adalah momen yang
lebih kecil . Sedangkan lu merupakan panjang tak tertumpu kolom ,dan k
adalah faktor panjang efektif yang ditentukan oleh berbagai kondisi
pengekangan ujung terhadap rotasi dan translasi , sedangkan r adalah jari –
jari girasi penampang kolom. Untuk translasi kedua ujung yang dicegah
secukupnya maka jarak Antara titik-titik balik diperlihatkan dalam Gambar 3.7.
Untuk semua hal yang demikian diperoleh panjang ujung sendi ekivalen (k lu)
yang lebih dari panjang tak tertumpu (lu) atau k lebih kecil dari 1.
KlU=lU
Gambar 3.3 Panjang ujung sendi ekivalen tanpa translasi titik buhul (Wang ,1986)
Beton I Bab IV - 9
Jika goyangan kesamping atau translasi ujung mungkin terjadi seperti dalam
hal portal tanpa pengaku panjang ujung sendi ekivalen melebihi panjang tak
tertumpu ( k > 1)
P P P P
Lu
kLu=Lu kLu=2Lu
P P
a) salah satu Rotasi ujung dikekang b) salah satu Rotasi ujung dikekang
dan lainnya dibebaskan
Gambar 3.4. Panjang ujung sendi ekivalen translasi titik buhul (Wang 1986)
Oleh karena kolom umumnya merupakan bagian dari portal maka perlu
dimengerti konsep dari portal pengaku (dimana translasi titik ujung dicegah
oleh pengaku seperti dinding geser ) dan portal tanpa pengaku (dimana
stabilitas tekuk tergantung pada kekakuan balok –balok dan kolom- kolom
yang membentuk portal ). Seperti terlihat dalam Gambar Stabilitas dapat
mengakibatkan tekuk dengan pergoyangan lateral sehingga panjang efektif
klu selalu lebih besar dari panjang tak tertumpu .
Prosedur yang paling umum digunakan untuk panjang faktor efektif adalah
grafik alignment dari Jackson dan moreland, seperti halnya peraturan baja
Indonesia.
Dalam SNI belum mengatur secara jelas cara menentukan besarnya nilai
faktor panjang efektif kolom k ,sehingga untuk bahan rujukan diambil dari ACI .
Beton I Bab IV - 10
a) Portal dengan Pengaku b) Portal tanpa pengaku
Gambar 3.5. Panjang ujung sendi ekivalen untuk Portal (Wang 1986)
Faktor panjang efektif merupakan fungsi dari faktor kekangan ujung ψA dan
ψB untuk masing-masing titik ujung atas dan bawah yang didefinisikan
sebagai :
Σ ( ΕΙ/ Lu ) kolom
ψ =
Σ ( ΕΙ/ Ln ) balok
Beton I Bab IV - 11
Grafik alignment ini dapat dipakai untuk semua system satuan karena
harga-harga faktor panjang efektif k tersebut disusun berdasarkan nilai-nilai
dari faktor kekangan ujung ψA dan ψB yang tidak berdimensi .
Prosedur untuk mendapatkan faktor panjang efektif ini telah diakui oleh ACI -
10 .11 di dalam perhitungan pendekatan dari pengaruh kelangsingan . Dan
grafik alignment untuk menghitung faktor k secara eksplisit diakui dengan
pencamtumnya didalam ACI commentary.
Sehingga dengan demikian grafik alignment ini dapat dipakai guna
mencari faktor k untuk semua kolom prismatis didalam suatu portal bertingkat
dan berbentang banyak .
Untuk menentukan jari-jari girasi r, dapat ditentukan sebagai berikut :
1. untuk kolom persegi dengan lebar b dan tinggi h yaitu
r = √ ( Ig/A ) = √ [1/12)(bh 3) / ( bh ) ] = 0.288 h
2. untuk kolom bundar dengan diameter h yaitu :
r = √ ( Ig/A ) = √ [1/64)(πh 4) / (1/4)(πh 2) ] = 0.25 h
Mc = δ b M2b + δ s M2s
Beton I Bab IV - 12
Dimana :
δb = [ Cm / ( 1 - Pu / ( ø Pc) ) ] > 1
δs = [ 1 / ( 1 - (Σ Pu / ΣPc )) ] > 1
Pc = π2 EI / ( k Lu ) 2
ΣPu dan ΣPc adalah jumlah gaya tekan semua kolom dalam satu tingkat
atau level yang sama.
a) Untuk rangka yang ditahan terhadap goyangan kesamping maka nilai
Braced Frame δ s = 0 , serta nilai k harus lebih kecil dari 1.
b) Sedangkan untuk rangka yang tidak ditahan terhadap goyangan ke
samping Unbraced frame, nilai δ s dan δ b harus dihitung dan nilai k lebih
besar dari 1.
c) Untuk komponen struktur yang ditahan terhadap goyangan ke samping
dan tanpa beban tranversal di antara tumpuannya, Cm boleh diambil
sebagai : Cm = 0,6 + 0,4 ( M1b/M2b) > 0,4
d) Dan untuk kasus lain Cm harus diambil sebesar 1.
Menurut SNI (1991), bila perhitungngannya menunjukkan bahwa
pada kedua ujung suatu komponen struktur tekan yang tertahan tidak
terdapat momen atau bahwa eksentrisitas ujung yang diperoleh dari
perhitungan kurang dari (15 + 0,03h) mm, maka rasio dari M1b/M2b dalam
persamaan harus ditentukan dari salah satu ketentuan sebagai berikut:
Beton I Bab IV - 13
samping tidak terdapat momen atau eksentrisitas ujung yang diperoleh dari
perhitungan kurang dari (15 + 0,03h) mm , maka harus diambil eksentrisitas
minimum (15 + 0,03h) mm.
Untuk memperoleh nilai EI , digunakan nilai yang konservatif yaitu :
EI = ( Ec Ig ) / 2.5
1 + ßd
dimana : Ec = 4700 √ ( fc’ )
Es = 200 000 MPa
Ig = (1/12) bh3
ßd = 1.2 MD / ( 1.2 MD + 1.6 ML ) < 1
Po
Pn max
Pn(-) e tekan
Pnb ebal
Pn(+) e tarik
Gambar 3.6
Beton I Bab IV - 14
Diagram interaksi ini merupakan penyajian dua dimensi dimana pada sumbu
x menyatakan Momen lentur Mn dan pada sumbu y menyatakan gaya aksial
Pn gaya normal. Bila pada penampang hanya bekerja beban aksial (momen
= 0), maka penampang mendapat beban konsentris dan mempunyai
kapasitas beban sentries maksimum (Po) seperti yang dinyatakan dalam
Persamaan ( 1 )
Sedangkan bila pada penampang bekerja pada suatu beban aksial dengan
eksentrisitas yang tak terhingga, Maka dapat dikatakan penampang tersebut
hanya mengalami momen lentur (beban aksial = 0) yang identik dengan
perilaku balok .
Dengan menganalog cara yang dijelaskan pada Bab terdahulu mengenai
kekuatan kolom pendek akibat beban uniaksial, dan berdasarkan diagram
distribusi regangan / tegangan serta persamaan keseimbangan gayanya,
maka akan diperoleh nilai momen nominal seperti yang tertera pada
Mn = Pn e = Cc (X – a/2) + Cs ( X-d’ ) + T ( d – X )
= 0,85 fc’ ab ( X-a/2) + As’ Fs’ (X-d’) + As Fs ( d – X)
Akibat kombinasi beban aksial dan momen lentur yang bekerja, pada suatu
saat penampang mengalami kondisi balanced. Pada keadaan ini regangan
tekan beton pada serat tepi terluar yang tertekan mencapai regangan batas,
εc = 0,003 dan secara bersamaan regangan tarik baja tulangan mencapai
titik leleh εt = fy /Es. Dalam kondisi balanced ini penampang mempunyai
nilai nominal untuk gaya aksial dan momen lenturnya yang masing-masing
dapat dinyatakan pada Persamaan 6. antara lain :
Pnb = Cc + Cs - T
Mnb = Pnb eb
yang sudah dijelaskan pada Bab terdahulu , mengenai kekuatan kolom
pendek akibat eban uniaksial.
Beton I Bab IV - 15
Berdasarkan data-data diatas, serta titik-titik koordinat Mn dan Pn akibat
kombinasi momen lentur dan beban aksial yang bekerja pada penampang
maka secara garis besar dapat digambarkan diagram interaksi M-N .
Dari Gambar tersebut dapat dilihat bahwa keadaan berimbang ( kondisi
balanced) memberikan titik pembagian daerah, yaitu antara daerah tekan
dan daerah tarik .
Kondisi tekan yang dikenal sebagai tekan menentukan adalah keadaan
dimana kekuatan tekan Pn melampaui kekuatan berimbang Pnb atau bila
eksentrisitas e lebih kecil dari harga eksentrisitas berimbang, sehingga
regangan beton mencapai 0,003 pada keadaan ini Xc < Xcb.
Diagram interaksi yang disajikan dari Kusuma (1993) dapat dipakai sebagai
alat bantu dalam perancangan kolom. Diagram interaksi tersebut mempunyai
keadaan tanpa dimensi. Hal ini didapat dengan cara mengalikan kedua
sumbu diagram interaksi M-N dengan suatu faktor, antara lain :
1. sebagai absis ;
Pu e
ø Agr 0.85 fc’ h
2. sebagai koordinat ;
Pu .
ø Agr 0.85 fc’
Beton I Bab IV - 16
Nilai-nilai ini merupakan suatu besaran yang tidak berdimensi dan ditentukan
oleh faktor reduksi kekuatan Ф mutu beton maupun ukuran penampang.
Dalam et, telah diperhitungkan eksentrisitas e = Mu/Pu beserta faktor
pembesaran momen yang berkaitan dengan gejala tekuk atau kelangsingan
kolom.
Besaran pada kedua sumbu diagram interaksi tanpa dimensi dapat dihitung
dan ditentukan kemudian suatu nilai r dapat dibaca. Penulangan ρ yang
diperlukan adalah βr dengan β bergantung pada mutu beton. Dari tulangan
yang dipakai dengan bantuan diagram interaksi tanpa dimensi juga dapat
diperiksa apakah penampang dan tulangan yang dipakai sudah memenuhi
atau belum.
Beton I Bab IV - 17
4.5 Conto Soal
Fc'(Mpa)= 25 Es = 200000Mpa
Fy'(Mpa)= 400 εcu = 0.003
B B (mm) = 300 εy = 0.002
H (mm) = 500 h/2 - d' =0.19 mm
d d (mm) = 440 h/2 = 250 mm
H d' (mm) = 60
As = As'= 1140.85 mm2
1. e = 0
Po = 0.85Fc'(Ag-Ast) + AstFy
Po = 4051.699286 kN
Pn max = 0.8* Po =3241.36 kN
T Cc Cs
Gambar 3.7a 2. SEIMBANG
d-x / x = εy/εcu ; e = eb
.003*(d-x) = .0012*x ; 1.32 = 0.005x
x= 264mm
d’ d’ εs' = .003*(x-d')/x
d 0.0023 >0.002
X Fs' = Fy =400 Mpa
Cs' = 456.34 kN ; T = 456.34 kN
Cc= 5.41875X ; Cc = Pb (kN ) =1430.55 kN
Cc (.85Fc'*ab = 1430.55 kN)
Pb*eb =T*.19 + Cs*.019 + Cc* ( h/2 - a/2)
T Cs=456.34 370.54 kNm
As*Fy eb = 0.2590 m = 259.0 mm
Pb = 1430.55 kN
gambar 3.7.b Mb = 370.54 kNm
Beton I Bab IV - 18
d 3. BALOK ; e = ∞
X T= 456.3428571 ; Cs = f ( x);
Cc = 5.41875 X
εs'*200000*As' =Cs
(x-60)/x*684.51 =Cs
Cc 684.5142857 - 41070.85714 /X
T Cs T - Cs-Cc = P = 0
gambar 3.7.c 456.34X -5.4187X2 - 684.51 X+ 41070.86 =0
5.41875 X2 - 228.17X -41070.85 =0
(1) X2 -(42.10)X - (7579.39) =0 ;X1 = 68.51OK; X2 =-110.62(x)
684.51 - 41070.857/X = 85.074 kN = Cs
jrk (m )
371.2680303 = Cc 0.22 82.01
85.07482688 = Cs 0.19 16.16
456.3428571 = Cc - Cs = T 0.19 86.71
Mn = 184.88 kNm
Beton I Bab IV - 19
5. Pu = 1500 kN , Pn = 2307.69 kN > Pbal = 1430.55 kN
COMPRESSION CONTROL dan anggapan yang berlaku adalah
Tulangan tarik T umumnya elastis belum meleleh
d T = As*Fs = As*єs*Es ;
X єs = ( d-X ) /X *(0.003)
єs * Es = ( d-X ) /X *(600)
= 264000/X - 600
Cc T = 301186.2857/X - 684.51
T Cs Cs (kN) = 456.34 kN
Cc (kN) = 5.4187 X
gambar 3.7.e ΣP = 0
Pn + T - Cs - Cc = 0
2307.69 + (301186.29/X - 684.51 )- 456.34 -5.42 X= 0
5.4187X -301186.29 /X - 1166.84 = 0
X2 -55582.24 - 215.33 X =0
X= 366.85 mm ; a = 311.82 mm
T (kN) = 136.50 xcs = 0.19 m
Cs (kN) = 456.34 xcs = 0.19 m
Cc (kN) = 1987.85 ; xcc = 94.09 mm
Mn = T* xt + Cs * xcs + Cc* xcc
Mn = 299.68 kNm
Pn = 2307.69 kN
en = 0.130 m
Beton I Bab IV - 20
TEKAN
T f(x) (d-x)/x*0.003*Es*As =
(440-x)/x*600*1140 =
T f(x) 301186.29 1/x -684.514
Xt ( mm) = -290
Cs leleh 273.81 kN
Xcs (mm) = -90
Cc f(x) 5.4188 X
Xcc (mm) = 0.425 X -150
-290 e = 100 mm
e Pn
d 198509.143 -87344022.857
x -24642.514
h/2 2.303 -812.813
(x2) (x) (1/x)
Ts = 66.57
koreksi 273.81 kN
X= 401 mm
Ts = 66.57 Kn
2.30X2 -812.81X -24642.51 -19306.38 =0
1X2 -352.941X -19083.5806 =0
X1 = 400.58 ok
X2 = -47.64 not ok
Cs = 273.81
Cc = 2170.65
Pn = 2377.88 kN
Mn = 237.788 kNm
Beton I Bab IV - 21
Tabulasi Diagram dengan variabel P ( by excel )
Pn = 2615.38 2461.54 2307.69 2076.92 1846.15
0.19 Cs = 273.81 273.81 273.81 273.81 273.81 273.81
Ts f(x) = (d-x)/x*0.003*Es*As Cc =(x) 5.42 X
(440-x)/x*600*1140
301186.29 1/x -684.51
a (X2) = 5.42 5.42 5.42 5.42 5.42
b ( X1) = -1657.06 -1503.22 -1349.37 -1118.60 -887.83
- -
c = -301186.29 301186.29 301186.29 -301186.29 -301186.29
X (mm)= 433.90 412.24 391.13 360.58 331.51
X - a/2 (mm)= 0.07 0.07 0.08 0.10 0.11
0.19 Ts = (440-x)/x*600*1140 9.62 46.09 85.53 150.77 224.02
Cc =(x) 2351.20 2233.83 2119.42 1953.89 1796.36
ΣM kNm = 208.07 227.87 245.82 269.72 290.59
e (m) = 0.08 0.09 0.11 0.13 0.16
Mn kNm = 208.07 227.87 245.82 269.72 290.59
Beton I Bab IV - 22
TARIK Pn e ( mm ) 400
d e
T leleh 273.81
X Xt (mm) = 590
Cs f(x) = (x-60)/x* 684.5142857
684.514 -41070.857 1/x
Xcs (mm) = 210
Cc f(x) 5.41875 X
Cs Xc (mm) = 210 0.425 X
161545.3714
T -143748 8624880 /x
-1137.9375 -2.30296875
Cc x x2
-2.3029688 -1137.9375 17797.37143 8624880
Gambar 3.7.g x3 x2 x
1 494.11765 -7728.01256 -3745113.78
100 1423261.435
80 -689001.844
87.2 1249.902
X = 87.2
T= -273.81
Cs = 213.52
Cc = 472.52
HASIL = Pn = 412.23 kN
e = 0.40 m
Mn = 164.89 kNm
Beton I Bab IV - 23
Interaksi Diagram
e(mm) Pn(kN) Mn(knM)
0.00 2949.3 0
1700 0.08 2615.38 208.07
1600 0.09 2461.54 227.87
1500 0.11 2307.69 245.82
1350 0.13 2076.92 269.72
1200 0.16 1846.15 290.59
e bal 0.18 1703.04 302.33
800 0.23 1230.77 278.78
600 0.27 923.08 252.98
400 0.36 615.38 223.47
150 0.69 230.77 159.36
50 1.69 76.92 129.95
1000.00 0.00 115.10
Interaksi Diagram
3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
0 50 100 150 200 250 300 350
Gambar 3.7.g
Beton I Bab IV - 24
4. 6 Soal Latihan
NAMA =
NOMOR=
ρ = 0.00% RHO karakter numerik
B =mm 300 fc' (Mpa)= 25
1 e=0
Po = .85*fc'*(B*H-Ast)+Ast*fy = 0 N
0 kN
0.0020 Pn max = 0 kN
Xb
2 e balance
ε s'
(d - X) / X = εy / .003 = 0
0.003 X= 0 Mm
Beton I Bab IV - 25
SOAL LATIHAN :
Beton I Bab IV - 26
BAB V PONDASI
5.1 Pendahuluan
penampang
Beton I Bab V - 1
Retak miring dapat terjadi pada daerah sekitar beban terpusat atau
daerah kolom, disebabkan karena momen lentur yang terjadi pada daerah
muka kolom. Hal ini memperjelas akan adanya penampang kritis ( SK SNI
3.8.4.2 ) dari muka kolom :
• d/2 untuk pondasi plat 2 arah ( two way actions)
• d untuk pondasi plat 1 arah ( one way actions )
q = P/A
P
M
e= M / P
B
e < 1/6 B
e= 1/6 B
e > 1/6 B
Beton I Bab V - 2
Pada perencanaan pondasi dangkal ini ditinjau beberapa hal seperti :
1. Design terhadap lentur
2. Design terhadap Geser
3. Pemindahan gaya dan momen pada dasar kolom
4. Panjang penyaluran tulangan
β= H/ B
Beton I Bab V - 3
B
H
Gambar 5.3 Pondasi persegi
Beton I Bab V - 4
5.3.3 Pemindahan Gaya dan Momen pada dasar kolom
angker
pasak
B
Gambar 5.4 Pemindahan gaya Pondasi
Beton I Bab V - 5
5.3.4 Daya dukung dan penjangkaran
Daya dukung kolom dan pondasi umumnya berbeda sesuai dengan mutu
beton nya sesuai dengan SNI ( hal 32 ) .
Untuk Kolom :
Ø Pn = Ø 0,85 fc’ A
Untuk Pondasi :
√ ( A2 / A1 ) < 2,0
Ø Pn = { √ ( A2 / A1 )} Ø 0,85 fc’ A
Beton I Bab V - 6
Tentukan Luas tulangan berdasarkan Gaya dalam momen nominal
Mn = Mu / Ø , dimana Ø = 0,8 pada bidang kritis pondasi.
Tulangan minimum adalah 0,0018 bw d ( fy = 400 MPa ) atau
0,0025 bw d ( fy = 240 MPa )
Distribusi tulangan dalam kedua arah .
Untuk pondasi persegi panjang , pada jalur pusat/inti adalah
As1 = ( 2 / ( β + 1 ) ) As total
Diluar jalur pusat As2 = As - As1
Panjang penyaluran / penjangkaran tulangan
Kekuatan Daya dukung kolom Pnb > Pu / Ø sedangkan pondasi
Pnb = { √ ( A2 / A1 )} Ø 0,85 fc’ A
{ √ ( A2 / A1 )} < 2,0
Beton I Bab V - 7
a. Tegangan izin tanah
Tegangan ijin tanah lunak ( peraturan pembebanan ) 500 kn/m2
Metode ini untuk beban kerja ( tidak berfaktor )
c. Contact pressure
Beban kolom = .3562 .915 23.4 = 2 ,714 kN
2
Beban Slab = .6 x 2 x 23.4 = 56 ,600 kN
Beban tanah = .915 x ( 22 - .356 2 ) x 21.1= 75,000 kN
= 133,000 kN
Contact pressure = ( 1702+133)/4 = 478 kN/m2 < 500 kN/m2
Beton I Bab V - 8
Two way actions
Area = 20002 x 8862 mm2
Vn = ( qu A )/ Ø = 3483 kN/m2
Vc = 1 + ( 2/ ßc) x 1/6 (√ fc’) bo d < 1/3 (√ fc’) bo d
ßc = 1 , Kll bo = 4 * 886
Vc = 1/3 (√ 20.68) ( 4*886) (530) = 2847 kN/m2 < 3483 kN/m2
Tebal pondasi diperbesar , d = 600 mm , h = 670 mm
Vc = 1/3 (√ fc’) bo d = 1/3 (√ 20.68)(4*(356+600)(600) =
3478 kN/m2 Ξ 3483 kN/m2 OKAY
Beton I Bab V - 9
g. Penjangkaran
As min = 0.005 Ag = .005 3562 = 634 mm2
Digunakan 4 D19 ( 4 * 284 = 1134 mm2 )
KOLOM
Beton I Bab V - 10
600
D14-250 4D19
670
D19-250
2000
Gambar 5.6 Contoh Penulangan Pondasi Bujur Sangkar
Beton I Bab V - 11
5.5 Pondasi Telapak 4 PERSEGI
Diketahui :
Pu Pu klm = 3425 kN
Dimensi kolom =
b/h = 350 / 450 ( mm )
Fc’( kolom) = 37.91MPa
Fc’( pons) = 20.68 MPa
Fy = 413.7 MPa
h
d/2 d
3000
450
4500
Gambar 5.7 Contoh Pondasi (2)
b. Ukuran pondasi
Diketahui dari pons 3000 x 4500
Beban Pu = 3425 kN
Luas pondasi Af = 13.5 m2
Beton I Bab V - 12
c. Contact pressure
Hasil design pondasi, dengan tegangan < allowable stress
Beton I Bab V - 13
f. Design terhadap lentur
Panjang penampang kritis pd muka kolom ,
L = 4500/2 - 450/2 = 2025 mm
Mu = ½ qu L2 = ½ 254 2.0252 = 521 kNm
Mn = Mu / 0.8 = 651 kNm
Trial error and check
Assume (d-a/2) = 0.9 d = 675 , so As = Mn / ( fy * jd ) =
As = 2331 mm2 ; ρ 1 = .0031
digunakan D19 – 125 ( 2160 mm2)
tulangan tekan D14 – 250 ( 616 mm2 )
check it ;
a = As*fy / ( .85fc’b ) = 50.84 mm
Mn = 647.61 kNm Ξ 651 kNm .. OK
Distribusi tulangan
Tulangan arah pendek 3000 mm ;
ßc = 4.5/3 = 1.5 ; As1 / As = 2/ (ßc +1) = 2 / 2.5
total = 2160*4.5 = 9720 mm2
As1 = 2 / 2.5 * 9720 = 7776 mm2 / 3m = 2592 mm2
Untuk bentang 3m panjang (D19-100, As= 2850mm2)
sisanya = 9720 – 7776 = 1944 mm2 / 1.5 m = 1296 mm2
untuk bentang 2 x .75m (D19-250, As= 1140 mm2)
Beton I Bab V - 14
= 3000/2 – 350/2 – 70 = 1255mm > 534 mm ( OKAY )
h. Penjangkaran
As min = 0.005 Ag = .005 350 450 = 708 mm2
Digunakan 4 D19 ( 4 * 284 = 1134 mm2 )
KOLOM
Beton I Bab V - 15
800
D14-250 4D19
D19-100 D19-250
D19-125
2000
Beton I Bab V - 16
DAFTAR PUSTAKA
Gideon Kusuma & W.C. Vis. 1993. Dasar-Dasar Perencanaan Beton Bertulang.
Nawy, E.G., 1998. Beton Bertulang Suatu Pendekatan Dasar (alih bahasa
Bambang Suryoatmono). Bandung : Refika Aditama.