PENDAHULUAN
1.Latar Belakang
Di bawah Statuta Roma, ICC hanya dapat menyelidiki dan mendakwa empat
kejahatan internasional inti tersebut dalam keadaan dimana negara-negara "tak mampu" atau
"tak mengkehendaki" untuk melakukannya pada diri mereka sendiri. Pengadilan tersebut
memiliki yuridiksi atas kejahatan yang hanya jika mereka lakukan di teritorial sebuah partai
negara atau jika tindakan tersebut dilakukan oleh sebuah partai negara; sebuah pengecualian
untuk peraturan tersebut adalah bahwa ICC juga memiliki yuridiksi atas kejahatan-kejahatan
tersebut jika yuridiksinya diotorisasikan oleh Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-
Bangsa.1
Berkaitan dengan adanya Undang Undang No.26 tahun 2000 tentang pengadilan
HAM,penyelesaian kasus HAM berat dilakukan di lingkup Peradilan Umum.Hal itu
merupakan wujud dari kepedulian negara terhadap warga negaranya.Negara menyadari
bahwa perlu adanya suatu lembaga yang menjamin akan hak pribadi seseorang.Adanya
Menjamin hak pribadi seseorang inilah diharapkan oleh semua individu individu agar dapat
mengetahui batas haknya dan menghargai hak orang lain.Sehingga diharapkan untuk tidak
terjadi kasus pelanggaran HAM berat untuk kedepannya.
2.Rumusan Masalah
a.Menganalisa perbedaan dan persamaan antara Statute Roma dan UU no.26 tahun 2000
(Materi,Prinsip dan pengaturannya) terhadap Hukum di Indonesia.
1
Diakses dari sebuah web https://id.wikipedia.org/wiki/Statuta_Roma_Mahkamah_Pidana_Internasional
tanggal 25 Desember 2019
3.Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan Artikel ini adalah untuk memahami arti
dari Statute Roma dengan Undang Undang no.26 Tahun 2000,agar individu individu bisa
mempelajari lebih dalam dan membandingkannya dari kedua aturan tersebut di Indonesia
tentang mengetahui bagaimana hubungan antara Negara Hukum dan HAM.
BAB II
PEMBAHASAN
a.Perbedaan dan Persamaan antara Statute Roma dan Undang Undang No.26 Tahun
2000 terhadap Hukum di Indonesia.