Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Ilmiah Psikologi MANASA

2018, Vol. 7, No. 2, 110-120

HUBUNGAN RESILIENCE AT WORK DENGAN KINERJA


MARKETING OFFICER DI PT X

Prithasari Kusumaputri & Benedicta Prihatin Dwi Riyanti


Fakultas Psikologi, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
prithakusuma@gmail.com, bendictariyanti@yahoo.com

Abstrak

Kegiatan marketing merupakan bagian yang penting bagi perusahaan pembiayaan. Sesuai
dengan bidang layanannya, mereka dituntut untuk menampilkan unjuk kerja yang baik
sehingga karyawan yang ulet akan bersemangat untuk bekerja secara optimal. Penelitian ini
merupakan penelitian terapan dengan pendekatan mix method. Kerangka teori yang
dipergunakan adalah teori McEwen dalam menyusun alat ukur resiliensi dan untuk kinerja
karyawan dipergunakan data sekunder. Dengan uji korelasi Spearman, ditemukan bahwa tidak
ada hubungan antara kedua variable tersebut. Secara umum dapat digambarkan bahwa
resiliensi sebagian besar berada di kategori sedang (52,1%) sedangkan kinerja berada di
kategori istimewa (36,8%). Dari hasil tersebut, disimpulkan bahwa bagi karyawan ynag unjuk
kerjanya masih dalam kategori sedang-sedang saja, dibutuhkan program tambahan.Dari hasil
wawancara ditemukan bahwa kendala yang dialami karyawan adalah dalam memberikan
maupun mendapatkan informasi, serta kesulitan saat berhubungan langsung dengan pemasok
maupun konsumen. Oleh karena itu, dibutuhkan pelatihan bagi karyawan penjualan yang
bertujuan khusus untuk mengembangkan kemampuan komunikasinya.
Kata kunci: unjuk kerja karyawan, resiliensi

Abstract

Marketing is an important part in finance companies. With the nature of their work, they
required to show good performance so that resilient employees are keen to show more optimal
effort. This research includes applied research with mixed method approach. Researchers used
McEwen (2011) theory to created resilience measure and secondary data for employee
performance. By using spearman correlation, the result showed that is no relationship between
the two variables. In general, the resilience variables were in the moderate category (52,1%)
and the performance variables were in exceptionally high category (36,8%). From the result,
the development program recommended is to provide intervention for employees whose
performance is still relatively moderate. Based on interviews, the constraines are giving and
getting information, and difficulties to deal with dealers and consumers. Therefore, it is
necessary to provide salesmanship training that focuses on communication skills.
Keywords: employee performance, resilience.

Perkembangan perusahaan kesulitan, ketidakpastian, dan perubahan


pembiayaan di Indonesia baik dalam yang konstan. Karyawan sebagai sumber
jumlah maupun ukuran usaha akan daya manusia memiliki peranan penting
membawa implikasi pada persaingan antar dalam menentukan keberhasilan dan
perusahaan pembiayaan yang semakin pencapaian tujuan perusahaan. Oleh karena
tinggi dari tahun ke tahun. Menurut Kotze itu, kinerja tinggi yang dihasilkan oleh
dan Nel (dalam Meintjes, 2016) organisasi karyawan di suatu perusahaan pembiayaan
yang demikian membutuhkan karyawan akan membantu keberhasilan perusahaan
yang tangguh dan dapat berhasil dalam tersebut dalam mewujudkan visi dan misi,
kekacauan dan tumbuh dalam menghadapi sasaran, serta strategi perusahaan. Mathis

110
dan Jackson (2011) mendefinisikan kinerja penting dimana perusahaan melaksanakan
karyawan adalah kontribusi yang diberikan strategi dan pendapatan umum mereka dan
karyawan kepada perusahaan yang dapat dengan demikian pekerjaan ini merupakan
diidentifikasi dari hasil kerja karyawan. investasi yang signifikan bagi perusahaan.
Dalam hal ini, yang dimaksud kinerja pada Karyawan yang bekerja di bagian tersebut
dasarnya adalah apa yang dilakukan dan merupakan ujung tombak dari perusahaan.
tidak dilakukan oleh karyawan dalam Mereka adalah orang yang langsung
mengemban tugasnya. Mangkunegara berinteraksi dengan konsumen dalam
(2013) mengemukakan bahwa kinerja memasarkan dan menyalurkan suatu
karyawan adalah hasil kerja secara kualitas produk perusahaan, khususnya marketing
dan kuantitas yang dicapai oleh seorang officer (MO). MO memiliki tugas utama
karyawan dalam melaksanakan tugasnya yaitu melakukan kegiatan marketing untuk
sesuai dengan tanggung jawab yang penjualan unit sesuai dengan portfolio
diberikan kepadanya. masing-masing, mulai dari penerimaan
Baik atau tidaknya kinerja karyawan order sampai dengan pemantauan
yang mereka tunjukkan selama ini akan pembayaran angsuran konsumen, dan dapat
dinilai oleh perusahaan. Oleh karena itu, membina serta menjaga hubungan baik
perusahaan biasanya melakukan proses dengan pihak dealer.
penilaian kinerja. Untuk mengevaluasi PT X berkeinginan untuk menjadi 10
kinerja karyawan maka perusahaan besar perusahaan pembiayaan terbesar di
biasanya memiliki standar penilaian. tahun 2020, namun nampaknya PT X
Standar penilaian kinerja dapat menjadi mengalami perlambatan jika dibandingkan
dasar perusahaan untuk menilai kinerja dengan periode dua bulan terakhir tahun
karyawannya. Menurut Mathis dan Jackson lalu dan tingginya rasio kredit macet (NPL)
(2011), kinerja seseorang dapat dinilai yang dimiliki oleh PT X. Dari informasi
dengan melihat kuantitas dari hasil, kualitas tersebut, dapat dikatakan bahwa adanya
dari hasil, ketepatan waktu, kehadiran atau perlambatan dan rasio kredit macet (NPL)
absensi, dan kemampuan kerjasama. secara tidak langsung berkaitan dengan
Kinerja karyawan akan dikatakan tinggi kinerja para MO yang turun langsung ke
ketika mereka memiliki nilai yang tinggi di lapangan berhadapan dengan konsumen
dalam setiap aspek penilaian tersebut, dan para dealer. Kondisi yang demikian
sebaliknya kinerja karyawan akan tentu saja memiliki dampak bagi
dikatakan rendah ketika mereka memiliki perusahaan, antara lain menurunnya
nilai yang rendah di dalam setiap aspek pencapaian dan laba perusahaan, kepuasan
penilaian tersebut. konsumen terhadap PT X, dan target jangka
PT X merupakan salah satu panjang yang menjadi sulit untuk dicapai.
perusahaan pembiayaan yang ada di Setiap bulannya, MO memiliki target
Indonesia yang memfasilitasi transaksi jual penjualan yang harus terpenuhi. Apabila
beli dengan obyek barang atau jasa. PT X mereka tidak berhasil untuk memenuhi
memiliki beberapa kantor cabang di target di bulan tersebut, maka selisih
Indonesia, dan area Jabotabekser jumlahnya akan dibebankan ke target di
merupakan area yang terbesar. Salah satu bulan berikutnya. Tidak heran bahwa target
bagian penting di kantor cabang PT X di bulan berikutnya akan menjadi lebih
adalah bagian Marketing. Medhurst dan banyak dibanding target yang seharusnya.
Albrecht (2016) mengatakan bahwa Menurut Meintjes (2016) orang-orang di
pekerjaan di bagian penjualan adalah bagian penjualan yang berkinerja tinggi
pekerjaan yang paling penting untuk melakukan lebih dari sekedar
keberhasilan organisasi. Morelli dan melaksanakan proses penjualan tradisional.
Braganza (2012) menambahkan karyawan Mereka melakukan penjualan dengan
penjualan adalah saluran yang paling melibatkan diri secara emosional dan

111
menuntut mental yang kuat. Dalam satu dalam kondisi yang tertekan namun ia dapat
waktu, mereka harus bekerja cepat untuk mengubah kesulitan tersebut sebagai suatu
mendapatkan aplikasi, menganalisa tantangan dalam bekerja, maka ia dapat
aplikasi, dan memantau konsumen yang dikatakan karyawan yang resilien.
aplikasinya telah diproses. Bukan suatu hal Resiliensi disebut sebagai
mudah untuk menjalani pekerjaan yang kemampuan untuk mempertahankan
menuntut kuantitas sekaligus kualitas stabilitas psikologi dalam menghadapi stres
pelayanan. Dengan adanya kendala dan (Pidgeon & Keye, 2013). McCann et al
kesulitan tersebut, akan semakin (2013) yang mengatakan bahwa resiliensi
memberatkan MO dalam menjalani di tempat kerja adalah kemampuan untuk
pekerjaan dan akan mempengaruhi menjaga kesejahteraan pribadi dan
penyelesaian pekerjaannya. Menurut professional dalam menghadapi stres kerja
Loveland et al (2015) bekerja di bagian yang sedang berlangsung dan kesulitan
penjualan melibatkan tekanan secara yang ada. McEwen (2011) mendefinisikan
konstan terkait persaingan dengan sales resiliensi adalah kemampuan bertahan atau
dari perusahaan kompetitor, memenuhi mengatasi kesulitan dari kejadian/peristiwa
target penjualan, dan menangani yang tidak menyenangkan dan berhasil
penolakan. Selain itu, semua MO yang ada beradaptasi dengan perubahan dan
di kantor cabang PT X masih berstatus ketidakpastian. Lebih jelasnya, Winwood,
karyawan kontrak. Karyawan kontrak P., Colon, R., dan McEwen, K (2013)
adalah karyawan yang diperbantukan untuk mengemukakan resiliensi dapat diartikan
menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan rutin sebagai proses negosiasi, mengelola, dan
perusahaan dan tidak ada jaminan beradaptasi dengan sumber signifikan dari
kelangsungan masa kerjanya. Dengan stres atau trauma dalam pekerjaan. Kondisi
status karyawan kontrak tersebut, MO tetap stres yang dimaksud dapat diartikan sebagai
harus menunjukkan performa kerja yang kondisi yang menekan seperti kesulitan
baik meskipun beratnya tuntutan pekerjaan dalam mencapai target, kesulitan untuk
dan kendala yang mereka alami. Tidak menjual nama PT X kepada pihak dealer
heran bahwa kondisi pekerjaan tersebut dan konsumen, banyaknya perusahaan
dapat membuat mereka merasa tertekan. pembiayaan lain yang bermunculan dan
Kondisi tersebut akan dirasakan oleh MO berkembang lebih cepat, persaingan
sebagai sesuatu yang mengancam rate/bunga dengan kompetitor, dan
kesehatan fisik dan psikologisnya sehingga kurangnya kualitas aplikasi yang masuk.
dapat membuat seseorang menjadi stres. McEwen (2011) membagi resiliensi
Jika MO merasa tertekan secara terus- menjadi 4 komponen, yaitu mental
menerus, maka akan mempengaruhi toughness, physical endurance, emotional
performa kerjanya, kesehatan, moral, dan balance, dan purpose and meaning. Mental
perilaku dirinya. Dalam menghadapi toughness terkait dengan bagaimana
kondisi kerja yang demikian, tidak sedikit mereka dapat beradaptasi, percaya diri, dan
pula MO yang memutuskan untuk dapat mengendalikan apa yang terjadi di
mengundurkan diri dari pekerjaannya. sekitar mereka. Selain itu, mereka juga
Namun di satu sisi, adapula MO yang masih optimis, positif, dan yakin akan kekuatan
bertahan dengan pekerjaan mereka. Salah dan kemampuan mereka untuk berhasil
satu sikap yang bisa ditunjukkan oleh dalam situasi tertentu. Physical endurance
karyawan adalah ketahanan mereka dalam terkait dengan ketahanan fisik seseorang
menjalani pekerjaannya. Kapasitas yang menekankan perlunya merawat tubuh,
seseorang untuk dapat bertahan dan seperti melakukan olahraga, menjaga
berkembang walaupun dalam keadaan nutrisi dengan baik, dan bekerja dengan
tertekan sering dinamakan resilience at ritme tubuh kita. Emotional balance terkait
work (McEwen, 2011). Ketika MO berada dengan seseorang yang dapat

112
menyeimbangkan dan mengontrol (2014) seseorang yang resilien memiliki
emosinya membutuhkan kesadaran untuk kinerja yang lebih baik, memiliki komitmen
mengembangkan dan memelihara kepada organisasi tempat mereka bekerja,
hubungan yang efektif dengan orang lain. dapat memiliki work life balance, dan
Purpose and meaning terkait dengan secara efektif dapat mengelola perubahan
seseorang yang mampu melibatkan hidup dengan tekanan psikologis yang lebih
secara otentik dengan bersikap jujur sedikit. Adapula menurut Block dan
terhadap diri kita sendiri dan bertindak Kremen (dalam Embury, 2013) individu
sesuai dengan nilai dan keyakinan dengan resiliensi tinggi akan memliliki
mendasar kita. tingkat penyesuaian psikologi dan tingkat
Menurut Maddi dan Khosaba (2005), kepercayaan diri yang tinggi yang pada
karyawan yang memiliki resiliensi tinggi akhirnya akan berdampak pada performa
akan mengubah kesulitan menjadi kerja yang baik. Dari beberapa penelitian
kesempatan mereka untuk mengembangkan diatas, dapat dikatakan bahwa resiliensi
dirinya dan membuat dirinya merasa seseorang salah satunya berhubungan
antusias serta mampu menyelesaikan dengan kinerja yang mereka hasilkan ketika
pekerjaannya meskipun mereka berada di bekerja. Dengan kata lain, tingkat resiliensi
dalam situasi yang stressful. Karyawan yang dimiliki seseorang akan memiliki
dengan tingkat resiliensi yang tinggi akan dampak terhadap penyelesaian pekerjaan
cenderung fleksibel, mampu beradaptasi mereka. Namun dari keseluruhan penelitian
dalam situasi yang baru dengan cepat, dan yang ada, belum pernah ada yang meneliti
bisa berkembang dalam perubahan, resiliensi dan kinerja di perusahaan
memiliki harapan dan yakin akan bangkit pembiayaan seperti PT X. Penelitian ini
kembali (Siebert, 2005). Lain halnya bertujuan untuk mengetahui gambaran
dengan karyawan dengan tingkat resiliensi resiliensi, gambaran kinerja, dan melihat
yang rendah akan cenderung bertindak hubungan resiliensi dengan kinerja MO di
kaku, tidak teratur, bahkan mungkin kantor cabang PT X area Jabotabekser.
maladaptif ketika dihadapkan pada situasi Hipotesis dalam penelitian ini adalah
yang menekan (Siebert, 2005). Menurut terdapat hubungan antara resiliensi dengan
Maddi dan Koshaba (2005), karyawan yang kinerja MO di kantor cabang PT X.
memiliki resiliensi rendah akan
menganggap kesulitan sebagai sesuatu METODE
yang membebani dirinya dalam melakukan
pekerjaannya dan membuat dirinya merasa Penelitian ini termasuk ke dalam
pesimis, mudah menyerah dalam penelitian nonexperimental dengan
menghadapi situasi yang sulit dan menarik menggunakan mixed method design.
diri dari orang-orang yang ada di sekitarnya Penelitian dilakukan dengan menyebarkan
karena merasa kurang percaya diri ketika kuesioner resiliensi kepada MO di kantor
mereka berada pada situasi yang stressful. cabang PT X dan melakukan wawancara
Penelitian yang dilakukan oleh kepada beberapa partisipan penelitian.
Orthman, Ghazali, dan Ahmad (2013) Penelitian ini memiliki dua variabel yang
mengungkapkan bahwa resiliensi diukur, yaitu resiliensi dan kinerja
berhubungan positif dengan performa baik karyawan. Populasi di dalam penelitian ini
dalam sebuah organisasi. Medhurst dan adalah karyawan di divisi Marketing
Albrecht (2011) berpendapat resiliensi dengan jabatan Marketing Officer (MO)
secara positif mempengaruhi kinerja berjumlah 259 orang yang ada di 8 kantor
penjualan melalui semangat dan investasi cabang PT X area Jabotabekser. Partisipan
tingkat energi yang tinggi ketika di dalam penelitian ini akan dipilih
dihadapkan dengan situasi yang menggunakan teknik accidental sampling
menantang. Selain itu, menurut Mulqueen dengan karakteristik MO yang ada di 8

113
kantor cabang PT X area Jabotabekser, Untuk variabel kinerja karyawan,
lama kerja minimal 1 tahun, dan memiliki peneliti menggunakan data sekunder, yaitu
data penilaian kinerja di tahun 2017. hasil performance appraisal (PA) yang
Dengan rumus Slovin, maka besarnya sudah ada di PT X. PA tersebut terdiri dari
sampel yang akan menjadi partisipan 2 kategori, yaitu finansial dan non finansial.
penelitian adalah sebanyak 150 orang. Untuk kategori finansial, dibagi lagi
Secara kuantitatif, pengumpulan data menjadi 4 aspek yang dinilai yaitu quality,
menggunakan kuesioner resiliensi dan data quantity, collector (tunggakan yang terjadi
sekunder yaitu hasil performance appraisal di bulan 1 sampai bulan 9), dan Service
(PA) karyawan. Peneliti menggunakan Level Agreement (SLA). Setiap aspek
komponen resiliensi dari teori McEwen memiliki KPI dan ukuran target tertentu
(2011) untuk menyusun kuesioner dengan yang harus dicapai oleh karyawan. Untuk
mengkombinasikannya dengan item-item kategori non finansial, terdiri dari 3 aspek
yang ada di dalam alat ukur Resilience at yaitu leadership, culture, dan kehadiran.
Work (RAW) Scale dari penelitian Penilaian diberikan dengan menggunakan
(Winwood, Colon, & McEwen (2013) yang rating yang sudah ditetapkan oleh
berjudul “A Practical Measure of perusahaan. Kategori finansial memiliki
Workplace Resilience: Developing the proporsi penilaian sebesar 70% dan
Resilience at Work Scale”. Di dalam kategori non finansial memiliki proporsi
penelitian ini, alat ukur terdiri dari 4 aspek penilaian sebesar 30%. Penilaian kinerja
yang menggambarkan tingkat resiliensi karyawan adalah gabungan dari kedua skor
karyawan dimana setiap aspek memiliki kategori tersebut yang menghasilkan skor
jumlah item yang berbeda-beda. Komponen total penilaian kinerja. Dari skor total yang
mental toughness terdiri dari 5 item, ada, maka akan dimasukkan ke dalam
komponen pyshical endurance terdiri dari 5 kategori/norma penilaian yang sudah dibuat
item, komponen emotional balance terdiri oleh perusahaan yaitu IS (Istimewa), BS
dari 6 item, dan komponen purpose and (Baik Sekali), B (Baik), dan C (Cukup).
meaning terdiri dari 5 item. Jumlah Secara kualitatif, pengumpulan data
keseluruhan item di kuesioner resiliensi dilakukan dengan wawancara. Wawancara
berjumlah 21 item yang terbagi menjadi 13 dilakukan kepada 8 orang MO yang ada di
item merupakan item favorable dan 8 item kantor cabang PT X area Jabotabekser
lainnya merupakan item unfavorable. untuk menggali kendala yang dialami di
partisipan diminta untuk memilih 1 dari 4 lapangan ketika bekerja, usaha yang sudah
pilihan jawaban yang menggambarkan dilakukan, dan dampaknya terhadap kinerja
keadaan saat bekerja. Skoring hasil mereka.
kuesioner ini dilakukan dengan Pada penelitian ini, pengambilan data
menggunakan skor 1 sampai 4. Pada item try out dan field dilakukan bersamaan.
favorable skor diberikan mulai dari angka 4 Proses perhitungan analisis item yang
(Sangat Setuju), 3 (Setuju), 2 (Tidak seharusnya dilakukan setelah melakukan
Setuju), dan 1 (Sangat Tidak Setuju). Untuk pengambilan data try out dan sebelum
item unfavorable skor diberikan mulai dari mengambil data field ditiadakan.
angka 4 (Sangat Tidak), 3 (Tidak Setuju), 2 Pengambilan data try out dan field yang
(Setuju), dan 1 (Sangat Setuju). Nilai di bersamaan ini biasa disebut dengan try out
setiap item akan dijumlahkan untuk terpakai. Setelah mengambil data secara
mendapatkan skor total yang menunjukkan keseluruhan, peneliti akan melakukan uji
tingkat resiliensi dari setiap partisipan. validitas dan didapatkan 11 item yang valid.
Semakin tinggi skor total yang diperoleh Setelah dilakukan uji reliabilitas,
partisipan, maka semakin tinggi pula didapatkan hasil koefisien reliabiltas
tingkat resiliensinya. sebesar 0.750. Menurut Kaplan & Saccuzzo
(2009), batasan koefisien reliabilitas

114
bergantung pada tujuan dari alat ukur keempat komponennya juga tidak
tersebut sehingga nilai koefisien reliabilitas terdistribusi normal karena keempat
0.7 – 0.8 sudah dianggap baikOleh karena komponen semuanya memiliki p value
itu, dapat disimpulkan bahwa alat ukur sebesar 0.00 (p < 0.05). Namun, dari tabel
resiliensi ini homogen dan konsisten untuk tersebut, dapat dikatakan bahwa skor total
mengukur hal yang sama. kinerja terdistribusi normal karena
memiliki p value sebesar 0.200 (p > 0.05).
HASIL PENELITIAN Karena salah satu data memiliki distribusi
tidak normal, maka pengolahan data
Gambaran Demografis selanjutnya akan menggunakan statistik
Sebanyak 157 orang menjadi non parametrik.
partisipan dalam try out penelitian ini.
Setelah dilakukan pengolahan data, maka Uji Korelasi
hanya 150 orang yang layak untuk Dari 150 data yang ada, terdapat 6
diikutsertakan dalam analisa data orang partisipan yang dianggap sebagai
selanjutnya. 150 partisipan ini tersebar di 8 outliers dalam penelitian ini. Oleh karena
lokasi kantor cabang area Jabotabekser itu, peneliti memutuskan untuk membuang
dengan data demografis yang berbeda- data 6 partisipan ini sehingga hanya
beda. Peneliti melihat gambaran sebanyak 144 data partisipan yang akan
demografis partisipan penelitian ini dari mengikuti proses analisa data selanjutnya.
segi usia, status pernikahan, pendidikan Berdasarkan hasil perhitungan diatas,
terakhir, pengalaman di bidang Marketing, dapat dikatakan bahwa hasil uji korelasi
posisi, lama kerja sebagai MO, dan lokasi dengan menggunakan teknik statistik
cabang tempat ia bekerja. spearman correlation menunjukkan nilai r
= 0.113 (p > 0.05). Dari nilai tersebut, dapat
Uji Normalitas Data disimpulkan bahwa tidak ada hubungan
Dari 150 data yang ada, terdapat 6 yang signifikan antara variabel resiliensi
orang partisipan yang dianggap sebagai dengan variabel kinerja. Begitu juga
outliers dalam penelitian ini. Oleh karena dengan keempat komponen dari resiliensi
itu, peneliti memutuskan untuk membuang dimana keempat komponen tersebut
data 6 partisipan ini sehingga hanya menunjukkan nilai p > 0.05. Dengan
sebanyak 144 data partisipan yang akan demikian komponen mental toughness,
mengikuti proses analisa data selanjutnya. physical endurance, emotional balance,
Berdasarkan hasil uji normalitas, dan purpose and meaning juga tidak
dapat dikatakan bahwa skor total resilensi terdapat hubungan yang signifikan dengan
tidak terdistribusi normal karena memiliki variabel kinerja. Oleh karena itu, penelitian
p value sebesar 0.00 (p < 0.05). Selain itu, ini menyatakan bahwa Ho gagal ditolak.
distribusi data berdasarkan skor total dari

Tabel 2.
Uji korelasi
Uji Korelasi r Sig.
Resiliensi dengan Kinerja 0.113 0.177
Mental Toughness dengan Kinerja 0.115 0.171
Physical Endurance dengan Kinerja 0.047 0.580
Emotional Balance dengan Kinerja 0.095 0.256
Purpose and Meaning dengan
0.136 0.103
Kinerja

115
Gambaran Resiliensi (71.5%). Selanjutnya untuk komponen
Dari 150 data yang ada, terdapat 6 orang physical endurance, partisipan sebagian
partisipan yang dianggap sebagai outliers besar juga berada di kategori sedang, yaitu
dalam penelitian ini. Oleh karena itu, 95 orang (66%). Untuk komponen
peneliti memutuskan untuk membuang data emotional balance, sebagian besar
6 partisipan ini sehingga hanya sebanyak partisipan berada di kategori sedang yaitu
144 data partisipan yang akan mengikuti 106 orang (73.6%). Komponen terakhir
proses analisa data selanjutnya. yaitu purpose and meaning, semua
partisipan berada di kategori tinggi.
Tabel 2
Gambaran umum resiliensi partisipan Gambaran Kinerja
Kategori Frekuensi % Dari 144 partisipan, mayoritas berada di
Tinggi 69 47.9% kategori Istimewa (IS), yaitu sebanyak 53
Sedang 75 52.1% orang (36.8%). Dapat disimpulkan bahwa
Rendah - - partisipan di dalam penelitian ini memiliki
Total 144 100% kinerja yang sudah sangat baik.

Tabel 3 Tabel 4.
Gambaran resiliensi per komponen Gambaran kinerja
Kompo- Kate- Frekuen % Kategori Frekuensi %
nen gori -si Istimewa 53 36.8%
Mental Tinggi 40 27.8% Baik Sekali 47 32.6%
Toughness Sedang 103 71.5% Baik Plus 16 11.1%
Rendah 1 0.7% Baik 20 13.9%
Physical Tinggi 49 34% Cukup 8 5.6%
Endurance Sedang 95 66%
Rendah - - Uji Beda
Emotional Tinggi 37 25.7% Untuk faktor status pernikahan dan
Balance Sedang 106 73.6% pengalaman sebagai Marketing, peneliti
Rendah 1 0.7% menggunakan teknik perhitungan Mann-
Purpose Tinggi 144 100% Whitney U Test karena partisipan terbagi
and MeaningSedang - - menjadi dua kelompok. Sedangkan untuk
Rendah - - faktor demografis berupa usia, pendidikan
terakhir, posisi, lama kerja, dan lokasi
Dari tabel 2, dapat dikatakan bahwa cabang peneliti menggunakan teknik
dari 144 orang partisipan, mayoritas perhitungan Kruskal Wallis Test.
partisipan berada di kategori sedang dengan Dari hasil uji statistic ini didapatkan
persentase sebesar 52.1%, yaitu 75 orang. bahwa tidak terdapat perbedaan yang
Hal ini berarti sebagian besar partisipan di signifikan. Oleh karena itu, dapat dikatakan
dalam penelitian ini berada di tingkat bahwa tidak ada perbedaan skor resiliensi
resiliensi kategori sedang. Selain itu, dari dan skor kinerja antar kelompok-kelompok
tabel tersebut juga menunjukkan bahwa berdasarkan faktor demografis, yaitu usia,
dari 144 partisipan, tidak ada partisipan status pernikahan, pendidikan terakhir,
yang berada di kategorisasi rendah. Dengan pengalaman marketing, posisi, lama kerja,
demikian, berarti dapat disimpulkan bahwa dan lokasi cabang.
tidak ada partisipan yang memiliki tingkat
resiliensi rendah. Dari tabel 3, dapat DISKUSI
dikatakan bahwa untuk komponen mental
toughness, partisipan sebagian besar berada Dari hasil korelasi antara variabel
di kategori sedang, yaitu 103 orang resiliensi dan variabel kinerja, maka

116
hasilnya tidak terdapat hubungan antara meminta data-data nasabah dengan cepat
kedua variabel tersebut. Jika dilihat lebih sehingga banyaknya aplikasi yang di reject
lanjut, peneliti menggunakan data sekunder karena data nasabah yang belum lengkap,
untuk variabel kinerja. Data sekunder yang dan merasa sulit melakukan pendekatan
digunakan adalah data performance personal kepada konsumen karena merasa
appraisal (PA) para MO di tahun 2017. karakter konsumen berbeda-beda. Dari
Peneliti hanya mendapatkan hasil PA dan hasil wawancara itu, dapat dikatakan bahwa
tidak terlibat di dalam proses pengambilan faktor internal dari diri mereka juga
PA tersebut. Hal ini diduga berpengaruh mempengaruhi kinerja mereka. Mereka
terhadap hasil korelasi kedua variabel merasa kesulitan menghadapi konsumen,
tersebut. Selain itu, tidak adanya korelasi baik untuk menyampaikan informasi
diantara kedua variabel tersebut membuat maupun untuk mendapatkan informasi
peneliti mencari variabel lain yang terkait data konsumen tersebut. Oleh karena
berhubungan langsung dengan variabel itu, peneliti menduga bahwa kurangnya
kinerja. Oleh karena itu, peneliti melakukan kemampuan mereka dalam menghadapi
wawancara kepada beberapa MO dengan konsumen itulah yang lebih berperan dalam
nilai PA tergolong Istimewa (IS) dan MO tinggi rendahnya kinerja mereka.
dengan nilai PA tergolong Cukup (C) dan Gambaran resiliensi per komponen
Baik (B). Berdasarkan hasil wawancara menunjukkan bahwa skor komponen
dengan 8 orang MO (komunikasi pribadi purpose and meaning keseluruhan MO
pada Juli 2018), dikatakan bahwa mereka kantor cabang PT X yang menjadi
mengalami beberapa kendala ketika partisipan berada di kategori tinggi dengan
menjalankan pekerjaannya, antara lain persentase 100%. Hal ini berarti
banyaknya kompetitor lain, alur/birokrasi keseluruhan MO yang menjadi partisipan
yang panjang dan sistem penyaringan selalu bekerja dan bertindak sesuai dengan
aplikasi yang belum stabil, kurangnya nilai dan keyakinan yang ada di dalam diri
program untuk menarik minat konsumen, mereka, dan bekerja sesuai dengan nilai
dan proses pencairan yang terlalu lama. pribadi mereka. Jika dilihat dari pernyataan
Wirawan (2009) menyebutkan bahwa item-item untuk komponen purpose and
faktor lingkungan internal organisasi dan meaning, maka karyawan tersebut memiliki
faktor eksternal organisasi dapat arah dan tujuan dalam menjalani kehidupan
mempengaruhi kinerja karyawan. Dari hasil kerja, merasa bekerja di perusahaan ini
wawancara tersebut, terlihat bahwa membantu menemukan tujuan hidup
kendala-kendala yang dialami oleh MO mereka dengan mengoptimalkan kekuatan
merupakan faktor lingkungan internal dan kemampuan mereka. Dalam proses
organisasi, yaitu sistem perusahaan yang pengerjaan kuesioner, peneliti mencoba
harus mereka jalani dan ikuti, sedangkan untuk mengobservasi ketika mereka
adanya perusahaan kompetitor lain menjawab pernyataan-pernyataan yang
merupakan faktor lingkungan eksternal ada. Sebelum memulai, peneliti
organisasi. Selain itu, Wirawan (2009) juga menekankan bahwa kuesioner tidak ada
menyebutkan bahwa faktor yang hubungannya dengan penilaian selama
mempengaruhi kinerja karyawan adalah bekerja di PT X. Namun selama pengerjaan,
faktor internal karyawan. Berdasarkan hasil terlihat beberapa dari mereka saling
wawancara dengan 8 MO (komunikasi memberikan kode satu sama lainnya karena
pribadi pada Juli 2018), kendala lainnya merasa harus mengisi dengan jawaban yang
yang mereka alami adalah merasa “baik” agar tidak mendapat penilaian jelek
kurangnya waktu istirahat dan waktu dari perusahaan tempat mereka bekerja,
dengan keluarga, merasa sulit untuk khususnya untuk pernyataan-pernyataan
menjelaskan informasi-informasi kepada yang berkaitan dengan kecocokan dengan
sumber order dan konsumen, merasa sulit perusahaan. Hal ini dapat dikatakan bahwa

117
adanya social desirability dalam proses Selain itu, secara keseluruhan MO yang ada
mengisi kuesioner. Social desirability ini di kantor cabang PT X memiliki tingkat
mengakibatkan partisipan cenderung tidak resiliensi yang tergolong sedang dengan
menjawab sesuai dengan kondisi persentase sebesar 52.1%. Artinya, MO
sebenarnya yang dialami. yang ada di kantor cabang PT X tersebut
Kategori finansial dinilai dari data sudah cukup mampu bertahan ketika
produktifitas para MO sehingga penilaian mereka dihadapkan ke dalam kondisi yang
sudah terbilang obyektif. Penilaian kategori tertekan. Kondisi dimaksud adalah kondisi
finansial dikatakan obyektif karena dimana mereka harus berhadapan dengan
penilaian dilakukan dengan berdasarkan dealer, berurusan dengan konsumen, dan
pada data dan angka yang ada serta harus mencapai target mereka. Jika dilihat
memiliki standar dan target yang sudah dari masing-masing komponen resiliensi,
ditentukan. Sedangkan untuk kategori non MO yang ada di kantor cabang PT X
finansial didapatkan dari nilai yang memiliki tingkat komponen mental
diberikan oleh atasan para MO. Menurut toughness, physical endurance, dan
peneliti, penilaian untuk kategori non emotional balance yang tergolong sedang,
finansial dikatakan masih subyektif. Salah sedangkan untuk tingkat komponen
satu karyawan di bagian Organization purpose and meaning sudah tergolong
Development and Performance tinggi. Dengan kata lain, MO tersebut
Management (ODPM) di kantor pusat PT X sudah cukup mampu untuk beradaptasi dan
mengatakan bahwa MH sebagai atasan dari cukup dapat mengendalikan apa yang
MO bebas untuk menentukan dasar dari terjadi di sekitar mereka. Selain itu, MO
penilaian kategori non finansial. Sebagai dengan physical endurance yang tergolong
contoh, penilaian kategori non finansial sedang berarti mereka cukup memiliki
memiliki aspek nilai culture. Beliau ketahanan fisik dan cukup dapat bekerja
mengatakan bahwa untuk mengukur aspek dengan ritme kerja mereka. Kemudian, MO
tersebut, atasan biasanya melihat juga memiliki emotional balance yang juga
keseharian para MO saja bagaimana tergolong sedang. Artinya, mereka sudah
kerjasamanya dan bagaimana perilaku cukup dapat mengontrol emosi dan cukup
kesehariannya, tanpa adanya dasar dan mampu membina hubungan baik dengan
patokan perilaku yang seharusnya. lingkungan mereka. Untuk komponen
Penilaian yang dilakukan dianggap tidak purpose and meaning tergolong tinggi,
didasari oleh indikator dan standar artinya para MO tersebut selalu bekerja dan
penilaian yang jelas sebagai acuan sehingga bertindak sesuai dengan nilai dan
tidak menutup kemungkinan penilaian yang keyakinan yang ada di dalam diri mereka.
dilakukan antara satu MO dengan MO yang Di samping itu, kinerja MO yang ada di
lain menjadi bias. Hal inilah yang diduga kantor cabang PT X berada di kategori
membuat hasil kinerja para partisipan Istimewa (IS) dengan persentase sebesar
sebagian besar berada di kategori Istimewa. 36.8%. Namun, setelah dilakukan uji beda,
tidak terdapat perbedaan skor total
KESIMPULAN DAN SARAN resiliensi dan skor total kinerja berdasarkan
faktor demografis, seperti usia, status
Kesimpulan yang dapat diambil pernikahan, pendidikan terakhir,
adalah tidak terdapat hubungan yang pengalaman sebagai marketing, posisi,
signifikan antara resiliensi dengan kinerja lama kerja, dan lokasi cabang.
Marketing Officer (MO) di kantor cabang Dari hasil wawancara didapatkan
PT X area Jabotabekser. Dengan kata lain, bahwa kurangnya kemampuan mereka
tinggi rendahnya resiliensi karyawan MO dalam menghadapi konsumen berperan
tidak memiliki hubungan yang positif dalam tinggi rendahnya kinerja mereka.
dengan kinerja karyawan MO tersebut. Oleh karena itu, dirasa perlu untuk

118
membuat program pengembangan sumber Translating research into practice.
daya manusia guna meningkatkan New York: The Springers Series on
efektivitas kinerja mereka, seperti Human Exceptionally.
coaching, pelatihan, workshop, simulasi, Kaplan, R. M., Saccuzzo, D. P. (2009).
atau program lainnya. Selain itu, skor Psychological testing principles,
penilaian kategori finansial dikatakan applications, and issues. 7th edition.
obyektif karena penilaian dilakukan Loveland, J., Lounsbury, J., Park S., &
berdasarkan pada data dan angka yang ada Jackson, D. (2015). Are salespeople
serta memiliki standar dan target yang born or made? Biology, personality,
sudah ditentukan. Namun, skor penilaian and the career satisfaction of
non finansial dikatakan masih subyektif salespeople. Journal of Business &
karena tidak memiliki standar dan indikator Industrial Marketing.
yang jelas sebagai dasar penilaian. Oleh Maddi, Salvatore R., Koshaba, Deborah.
karena itu, dibutuhkan suatu evaluasi untuk M. (2005). Resilience at work : How
meminimalisir bias penilaian sehingga to succed no matter what life throws
penilaian karyawan menjadi lebih ideal. at you. United States of America:
Ada baiknya perlu dibuat suatu indikator American Management Assosiation
yang jelas untuk membantu penilai dalam (AMACOM).
memberikan penilaian yang lebih obyektif Mathis, R. L., Jackson, J. H. (2011).
dan terstandar. Nantinya pedoman Human resource management. 13th
penilaian tersebut disosialisasikan edition. USA: South Western
bersamaan dengan proses dan teknis Cengage Learning.
pelaksanaan PA yang sudah terstandar. McCann, C. M., et al (2013). Resilience in
Ketika mengerjakan kuesioner, social The Health Professions: A Review of
desirability dalam mengisi kuesioner Recent Literature. International
membuat MO cenderung menjawab tidak Journal of Wellbeing Volume 3.
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. McEwen, K. (2011). Building resilience at
Oleh karena itu, sebaiknya dapat work. Australia: Australian
diantisipasi dengan pemberian tujuan yang Academic Press.
jelas sebelum dimulai pengisiannya dan Medhurst, A. R., Albrecht, S. L. (2016).
ditekankan bahwa data individual tidak Salesperson work engagement and
akan diberikan kepada manajemen PT X. Ffow: A qualitative exploration of
Penelitian ini hanya berfokus kepada their antecedents and relationship.
kantor-kantor cabang PT X di area Qualitative Research in
Jabotabekser. Hal ini dilakukan sebagai Organizations and Management: An
pilot project bagi perusahaan dan area International Journal, Vol.11 Issue:
Jabodetabekser merupakan area yang 1.
memiliki paling banyak kantor cabang yang Meintjes, A. (2016). The impact of
berdiri sudah lebih dari 1 tahun. Namun resilience, perceived organizational
tidak menutup kemungkinan bagi support, and employee engagement
penelitian selanjutnya untuk memperluas in a competitive sales environment.
cangkupan penelitian ke kantor cabang PT Gordon Institute of Business Science:
X secara nasional. Tentu saja analisa yang University of Pretoria.
didapatkan akan menjadi lebih kaya dan Morelli, G., Braganza, A. (2012). Goal
lebih representatif. setting barriers: A pharmaceutical
sales force case study. The
DAFTAR PUSTAKA International Journal of Human
Resource Management.
Embury, S. P. (2013). Resilience in
children, adolescents, and adults:

119
Mulqueen, Casey. (2014). Resilience at
workplace: Helps persevere through
challenges. Presented by HR.com.
Othman, N., Ghazali, Z., Ahmad, S. (2013).
Resilience and work engagement: A
stitch to nursing care quality. 3rd
International Conference on
Management.
Pidgeon, A., Keye, M. (2013). Relationship
between resilience, mindfulness, and
psychological well being in university
students. International Journal of
Liberal Arts and Social Science.
Siebert, A. (2005). The resiliency
advantage: Master change, thrive
under pressure, and bounce back
from setbacks. California: Berret
Koehler Publisher, Inc.
Winwood, P., Colon, R., McEwen, K.
(2013). A practical measure of
workplace resilience-developing the
resilience at work scale. Journal
Occupational and Environmental
Medicine.
Wirawan. (2009). Evaluasi kinerja sumber
daya manusia: Teori, aplikasi, dan
penelitian. Jakarta: Salemba Empat

120

Anda mungkin juga menyukai