Anda di halaman 1dari 11

IMUNOLOGI

IMUNISASI TAK BERLABEL


UJI PRESIPITASI

DOSEN:
Heri Setiyo Bekti, S.ST.,M.Biomed
OLEH:
 I Nyoman Rama Widiantara P07134019129
 Paulina Selviana D. Madeira P07134019139
 Ni Putu Ananda Savihri. Ms P07134019140
 Ida Ayu Krisna Dwipayanti P07134019145
 Anastaysia Annisa Haribaik P07134019147
 Ni Luh Ika Ayu Lestari P07134019148
 Ni Kadek Deonita Gita Saraswati P07134019151

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
DENPASAR
2020
A. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Dalam lingkungan sekitar kita terdapat banyak substansi bermolekul kecil yang
bisa masuk ke dalam tubuh. Substansi kecil tersebut bisa menjadi antigen bila dia
melekat pada protein tubuh kita yang dikenal dengan istilah hapten. Substansi-
substansi tersebut lolos dari barier respon non spesifik (eksternal maupun internal),
kemudian substansi tersebut masuk dan berikatan dengan sel limfosit B yang akan
mensintesis pembentukan antibodi.
Sebelum pertemuan pertamanya dengan sebuah antigen, sel-sel-B menghasilkan
molekul immunoglobulin IgM dan IgD yang tergabung pada membran plasma yang
berfungsi sebagai reseptor antigen. Sebuah antigen merangsang sel untuk membuat
dan menyisipkan dalam membrannya molekul immunoglobulin yang memiliki daerah
pengenalan spesifik untuk antigen itu. Setelah itu, limfosit harus membentuk
immunoglobulin untuk antigen yang sama. Pemaparan kedua kali terhadap antigen
yang sama memicu respon imun sekunder yang segera terjadi dan meningkatkan titer
antibodi yang beredar sebanyak 10 sampai 100 kali kadar sebelumnya. Sifat molekul
antigen yang memungkinkannya bereaksi dengan antibodi disebut antigenisitas.
Kesanggupan molekul antigen untuk menginduksi respon imun disebut imunogenitas.

b. Dasar Teori
Uji presipitasi adalah uji yang melibatkan reaksi antara antigen (Ag) & antibodi (Ab) di
dalam media cair atau agar. Pada media cair, uji presipitasi dapat dilakukan dalam tabung
kaca yang sempit berisi suspensi virus yang jernih dicampur dengan antiserum pada
berbagai derajat pengenceran. Endapan yang dihasilkan bersifat seperti bulu domba untuk
partikel virus yang panjang dan berupa butiran yang rapat untuk virus dengan partikel
yang bulat. Bila suspensi virus dilapiskan pada suspensi antiserum dengan gliserol dan
sukrosa untuk membuat suspense virus lebih stabil (pekat), maka reaksi positif secara
tepat tampak sebagai cincin pada batas antar permukaan (ring interface test).
Pada media padat misalnya pada media agar, reaktan yang satu atau keduanya bergerak
membentuk pita yang tampak apabila bertemu dalam proporsi yang optimal. Pada difusi
radial atau tunggal, gerakan antigen terjadi menuju ke dalam agar yang mengandung
antibody. Sedangkan pada difusi ganda, antibody dan antigen bergerak saling mendekati.
Pita yang terbentuk bergantung pada koefisien difusi antigen, antibody. Pita tambahan
juga dapat muncul akibat adanya protein yang mengalami degradasi. Jalannya garis
endapan dapat menunjukkan bahwa isolat virus itu identik, sekerabat, atau berbeda.
Fungsi dari uji pesipitasi adalah menunjukkan sifat kualitatif anata isolate virus dan
mengetahui reaksi silang dari berbagai macam antigen.
B. ISI
1. Definsi
Presipitasi adalah hasil kombinasi antara antigen terlarut dengan antibodi terlarut
menghasilkan suatu komplek yang terlihat. Proses presipitasi pertama kali ditemukan
oleh Kraus tahun 1897 saat kultur bakteri enterik membentuk presipitat bila dicampur
dengan antibodi spesifik.
Reaksi presipitasi adalah reaksi antara antigen terlarut dengan antibodi terlarut
menghasilkan kompleks yang terlihat (tidak larut).Berlangsung dalam media cair atau
semisolid (agar). Pembentukan presipitat terjadi apabila konsentrasi antigen dan
antibodi seimbang.

2. Tujuan uji presipitasi


Penggunaan reaksi presipitasi yaitu:
1) Menentukan jenis kuman
2) Identifikasi unsur antigenik pada kuman di dalam jaringan binatang yang
terinfeksi
3) Pembakuan toksin dan antitoksin
4) Mencari antibodi di dalam serum
5) Uji serologis medikolegal untuk mendeteksi darah, serum dll.
3. Faktor – faktor yang mempengaruhi reaksi presipitasi
1) Sifat antigen (Ag)
2) Elektrolit dan pH (netral =6-7,5), pH < 6;>7,5
3) Waktu dan suhu (optimal 0 – 370C)
4) Ratio antigen-antibody (Ag-Ab)
5) Molaritas (molaritas<0,15 M);>0,15 M
4. Reaksi presipitasi
Pada uji presipitin terjadi reaksi antara satu antigen yang dapat larut dengan
antibodi homolognya. Reaksi ini berlangsung dengan poembentukan presipitat
(endapan) kasat mata pada batas permukaan reaktan-reaktan bersangkutan. Reaksi
semacam itu biasanya dilakukan dengan menggunakan antibodi (antiserum) dengan
jumlah konstan dan antigenj dengan berbagai pengenceran. Dengan mengingat
bahwa konsentrasi antibodi itu konstan, maka dapat kita lihat bahwa hanya terbentuk
sejumlah kecil presipitat bila antibodinya berlebihan. Dengan ditambahnya
konsentrasi antigen, maka jumlah presipitat meningkat dan mencapai maksimum bila
perbandingan antara antigen dan antibodinya optimum. Sesudah zone ini, dengan
bertambahnya konsentrasi antigen, maka jumlah presipitat menurun lagi. Jadi ada tiga
zone reaksi antigen-antibodi pada uji presipitin : zone kelebihan antibodi, zone setara,
dan zone kelebihan antigen.

PRESIPITASI ANTIGEN-ANTIBODI

 Pembentukkan presipitat terjadi apabila konsentrasi Ag dan Ab seimbang


(zona ekivalen = ZE)
 Konsentrasi Ag berlebih → Komplek Ag-Ab yg terbentuk larut kembali
disebut postzone effect
 Konsentrasi Ab berlebih → Komplek Ag-Ab yg terbentuk tetap larut disebut
prozone effect
Pada zone kelebihan antibodi, semua antigen telah bereaksi dengan antibodi dan
telah diendapkan (tidak ada antigen bebas di dalam supernatan). Sebaliknya di dalam
zone kelebihan antigen, semua antibodi telah bereaksi dengan antigen (tidak ada
antibodi di dalam supernatan), tetapi kompleks yang terbentuk tetap dapat larut
karena banyaknya kelebihan antigen mengikat antibodi menjadi kompleks yang
berukuran kecil yang tidak terikat saling membentuk agregat besar yang kasat mata.di
dalam zone setara terjadi presipitasi antigendan antibodi secara maksimum (tidak
terdapat antigen bebas maupun antibodi bebas di dalam supernatan) karena keduanya
terdapat dalam proporsi optimum sehingga dapat membentuk kisi-kisi antigen dan
antibodi yang menjadi kasat mata dan tidak dapat larut. Karena alasan ini, maka uji
presipitin akan paling bermanfaat bila memungkinkan reaktan berdifusi sampai
konsentrasi optimumnya tercapai.
5. Pemeriksaan/uji presipitasi
Beberapa macam pemeriksaan berdasarkan prinsip presipitasi adalah berikut:
1) Turbidimetri : Mengukur kepadatan atau kekeruhan satu larutan. Alat deteksi
ditempatkan langsung menghadap sinar langsung. Cahaya yang terkumpul
setelah melewati langsung melalui larutan.
2) Nephelometri: mengukur cahaya yang dipendarkan pada sudat tertentu dari
sinar saat melewati suatu suspensi. Jumlah cahaya yang dipendarkan sesuai
dengan indeks konsentrasi larutan. Nephelometri memberikan hasil yang
akurat dan presisi pada kuantitatif pada protein serum dan karena dapat
diautomatisasi maka biaya per tes relatif lebih murah dibanding metode lain.
Teknik lain dari prosedur presipitasi berupa tekhnik imunodifusi pasib meliputi :
A. Uji Cincin
Uji cincin adalah uji presipitin yang paling sederhana. Kedalam sebuah tabung
bermulut kecil diletakkan larutan antigen diatas larutan serum yang
mengandung antibodi. Kedua larutan tersebut akan berdifusi sampai keduanya
mencapai konsentrasi optimum untuk terjadinya presipitasi, pada titik tersebut
muncullah suatu zona rapat atau cincin endapan diantara kedua larutan
tersebut.
B. Uji Tabung
Dengan mencampur pada tabung, masukkan dilusi antigen atau antibodi
dengan jumlah tertentu. Dilusi dilakukan dari konsentrasi tinggi (tabung
pertama) sampai konsentrasi terendah (tabung terakhir). Presipitat timbul pada
tabung yang mengandung Ag dan Ab secara proporsional.
Contoh: Tes C-Reaktif Protein (CRP)

C. Metode Difusi Agar


Ketepatan yang lebih tinggi dan pemisahan komponen di dalam campuran
antigen dan antibodi dapat diperoleh dengan cara membiarkan reaktan-reaktan
tersebut berdifusi bersama-sama di dalam suatu gel agar.
a. Metode difusi tunggal
Dalam metode difusi tunggal yang dirancang Oudin, antigen ditaruh diatas
gel agar yang mengandung antiserum di dalam suatu tabung reaksi bermulut
sempit. Setelah dibiarkan selama beberapa jam atau beberapa hari, antigen itu
merembes ke dalam gel membentuk pita-pita endapan pada berbagai taraf,
bergantung kepada jumlah dan macam antigen-antibodi yang ada. Karena
presipitasi terjadi ketika antigen menembus gel, maka cincin endapan mula-
mula muncul di dekat puncak gel dan nampaknya bergerak perlahan ke arah
bawah. Efek semacam ini mungkin sesungguhnya disebabkan karena adanya
peningkatan jumlah antigen yang menyebabkan endapan itu melarut (karena
reaksi antigen-antibodi itu dapat balik). Presipitasi terbentuk kembali pada
posisi yang lebih kebawah dalam tabung tersebut, yaitu pada tempat
konsentrasi antigen yang optimum. Faktor-faktor yang menentukan taraf
untuk terjadinya reaksi ialah ukuran molekul dan konsentrasi nisbi reaktan.
b. Metode difusi ganda.
Oakley dan Fulthorpe memodifikasi teknik Oudin dalam metode
difusi tunggal dengan cara menaruh antiserum di dalam agar di dasar tabung
reaksi dan melapisinya dengan gel agar lalu diatasnya ditaruh larutan antigen.
Kedua reaktan itu berdifusi kearah masing-masing di dalam agar dan
presipitasi terjadi pada titik terdapatnya konsentrasi optimum. Ini adalah difusi
ganda satu dimensi.
Metode difusi ganda dua dimensi yang dirancang oleh Ouchterlony
mempunyai keuntungan dibandingkan dengan metode sebelumnya, bahwa
berbagai antigen dan antiserum dapat dibandingkan secara langsung. Dalam
uji ini, reaktan merembes dari sumur-sumur yang berisi antiserum dan antigen
homolog dalam konsentrasi optimum. Bila pita endapan yang dibentuk kedua
antigen dan antibodi itu melebur pada titik pertemuannya, maka berarti kedua
antigen itu sama. Bila bersilangan, artinya kedua antigen itu berbeda.
c. Radioimunoasai
Radioimunoasai ialah suatu teknik mikro dengan kepekaan tinggi untuk
meentukan jumlah antigen yang amat sedikit. Teknik ini pada hakikatnya
merupakan proses dua langkah. Langkah yang pertama menyangkut
kompetensi antara antigen uji (tidak berlabel atau tidak radio aktif) dengan
konsentrasi yang tidak diketahui (beragam) dan suatu antigen indikator yang
dikenal (berlabel atau radioaktif) dengan konsentrasi yang sudah diketahui
(daoat dihitung). Mereka berkompetensi untuk bereaksi dengan antibodi yang
dikenal dan jumlahnya terbatas, yang spesifik bagi antigen yang diberi label
radioisotop. Ketiga reaktan ini diinkubasikan selama beberapa jam sehingga
dapat terjadi reaksi pengikatan antigen-antibodi.
Langkah kedua menyangkut ditambahkannya kedalam sistem itu
antiserum (anti-antibodi) yang spesisifik dan erhadapnya mampu mengikat
komponen antibodi dari kompleks kekebalan yang tebentuk selama inkubasi
pada langkah yang pertama. Ini mengakibakan terjadinya presipitasi kompleks
antigen-antibodi.Radioaktivitas endapan tersebut ditetapkan di dalam detektor
dan penghitung radioisotop.
Bila antigen uji pada langkah pertama telah bereaksi dengan antibodi,
maka antigen indikator radioaktif tidak dapat bereaksi dengan antibodi itu.
Hitungan radioaktifnya akan redah karena antigen indikator tidak terdapat
dalam endapan. Namun demikian, bila antigen uji itu tidak bereaksi dengan
antibodi, maka antibodi itu tentunya bebas untuk mengikat antigen indikator
radioaktif. Maka hitungan radioaktifnya akan tinggi karena antigen indikator
terikat dalam endapan. Jadi identitas dan konsentrasi antigen uji dapat
ditentukan oleh radioaktivitas endapan.
Teknik radioimunoasai ini penting untuk menentukan adanya antigen
hepatitis B, yang mungkin ada di dalam serum donor darah yang tidak
memperlihatkan gejala (donor yang membawa virus (antigen) tanpa
memperlihatkan gejala). Substansi-substansi lain yang dapat diukur dengan
radioimunoasai meliputi insulin, testosteron, estradiol, igE manusia, serta
bahan-bahan lain yang biasanya ada dalam jumlah amat kecil di dalam darah
atau air seni
d. Immunoelektroforesis
Bila Terdapat sejumlah Ag dalam larutan seperti serum, sulit memisahkan pita
presipitasi yang timbul pada setiap reaksi Ab-Ag, bila hanya menggunakan
cara difusi di atas. Komponen serum dipisahkan dengan elektroforesis dalam
agar gel dan antiserum dibiarkan berdifusi melalui komponen yang dihasilkan
pada pita-pita yang terbentuk.
e. Elektroforesis "roket"
Merupakan metode kuantitatif, dilakukan elektroforesis antigen ke
dalam gel yang telah mengandung antibodi. Presipitasi yang terjadi berbentuk
roket, panjang masing-masing roket menunjukkan konsentrasi antigen.
C.PENUTUP
a. Kesimpulan
Presipitation adalah salah satu metode sederhana yang mendeteksi reaksi antigen-
antibodi. kebanyakan antigen multivalent sehingga mampu membentuk satu agregat dengan
adanya antibodi yang seuai. Jika antigen terlarut bergabung dengan antibodinya dalam
lingkungan yang mengandung elektrolit ( NaCl ) pada suhu dan pH yang cocok, maka gabungan
antigen antibodi ini menjadi presipitat yang tidak dapat larut.
Pada uji presipitin terjadi reaksi antara satu antigen yang dapat larut dengan antibodi
homolognya. Reaksi ini berlangsung dengan poembentukan presipitat (endapan) kasat mata pada
batas permukaan reaktan-reaktan bersangkutan. Reaksi semacam itu biasanya dilakukan dengan
menggunakan antibodi (antiserum) dengan jumlah konstan dan antigenj dengan berbagai
pengenceran.
Terdapat berbagai macam pemeriksaan uji Presipitasi diantaranya: Uji cincin, Uji tabung,
Uji Radioimunoasai, metode difusi agar, imunoelektroforesisi dan elektroforesisi.
D. DAFTAR PUSTAKA
Unknown. 2019. Imunologi. https://www.slideshare.net/AhmadPurnawarmanFais/vilep-
imunologi-semester-iv-144757073 . Diakses 13 januari 2020
Unknown. 2014. Makalah Imunoserologi. Akademi Analis Kesehatan Bina Husada Kendari.
http://ujipresipitasi-jennypeda-analis2012.blogspot.com/2014/12/reaksi-presipitasi.html?m=1 .
diakses 13 Januari 2020
Unknown. 2016. Test Presipitas. https://fepry.blogspot.com/2016/01/test-presipitasi.html?m=1
diakses 13 Janurai 2020
Unknown. 2018. Aglutinasi, Presipitasi, dan Immunoassay. PROGRAM S2 BIOMEDIK ILMU
KESEHATAN DASAR JURUSAN MIKROBIOLOGI KLINIK. https://text-
id.123dok.com/document/yrwee68z-presipitasi-aglutinasi-immonoassay.html diakses 13 Januari
2020
Tiaranasir. 2018. Makalah imunoserologi. Politeknik Kesehatan tanjung Karang DIII Analis
Kesehatan. https://id.scribd.com/document/374501075/MAKALAH-IMUNOSEROLOGI diakses
13 januari 2020
Gita, Patricia. 2018. Panduan Analis Laboraturium Imunoserologi untuk D3 Teknologi
Laboraturium Medis.
https://www.researchgate.net/profile/Patricia_Naully2/publication/325281195_Panduan_Analis
is_Laboratorium_Imunoserologi_untuk_D3_Teknologi_Laboratorium_Medis/links/5b03780ca6f
dccf9e4f774a1/Panduan-Analisis-Laboratorium-Imunoserologi-untuk-D3-Teknologi-
Laboratorium-Medis.pdf diakses 13 januari 2020
Nugraha, Jusak. 2018. Pengantar dasar Imunisasi.
https://www.slideshare.net/jusaknugraha/pengantar-imunoasai . Diakses 13 januari 2020
Unknown. 2015. Uji serologis. http://go-livestock.blogspot.com/2015/01/makalah-mikrobiologi-
veteriner-uji.htmlhttp://go-livestock.blogspot.com/2015/01/makalah-mikrobiologi-veteriner-
uji.html . Diakses 13 januari 2020
Unknown. Imunoserologi – Definisi, Metode dan Jenis Pemeriksaan. Laboratutium klinik
thamrin. https://www.labthamrin.co.id/home/ie?id=010/hes/191018 . Diakses 13 januari 2020

Anda mungkin juga menyukai