Bab III Perjanjian Perkawinan Adat Dayak Ngaju 1
Bab III Perjanjian Perkawinan Adat Dayak Ngaju 1
menurut adat Dayak Ngaju, yang dalam pelaksanaanya tidak lepas dari organisasi
yang lebih jelas, maka bagian ini terlebih dahulu akan membahas tentang
Kelembagaan Adat Dayak Ngaju sebagai lembaga yang terkait, Perkawinan dan
Perjanjian Perkawinan menurut adat Dayak Ngaju. Penelitian ini dilakukan di kota
Palangka Raya.
secara geografis berbatasan di bagian utara, yaitu Provinsi Kalimantan Barat dan
belantara, rawa-rawa, sungai, danau, sawah dan ladang. Dari Kekayaan hutan
belantara itu, Kalimantan Tengah menghasilkan kayu meranti, kayu agatis, rotan,
87
Tjilik Riwut, Kalimantan Membangun; Alam dan Kebudayaan, (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana
Yogya,1993), 60
88
Ibid., 55
minyak bumi, emas, tembaga, kecubung dan intan. Kesemuanya ini merupakan
sumber pendapatan bagi daerah maupun sumber pemasukan devisa bagi negara.89
dengan Undang-undang no. 27 tahun 1959 L.N. No. 72 tahun 1959, dan diresmikan
sebagai Kotamadya Otonom pada tanggal 17 Juni 1965 oleh Menteri Dalam Negeri
90
berdasarkan Undang-undang No. 5 tahun 1959. Palangka Raya artinya tempat
Secara administratif kota Palangka Raya terdiri dari lima daerah kecamatan
Raya berbatasan sebelah utara dengan Kabupaten Gunung Mas, sebelah Timur
dengan Kabupaten Pulang Pisau, sebelah selatan dengan Kabupaten Pulang Pisau
Penduduk asli kota Palangka Raya adalah suku Dayak yang menggunakan
bahasa Dayak Ngaju. Namun, selain suku Dayak ada pula suku -suku lain yang
mendiami kota Palangka Raya, seperti suku Jawa, suku Batak, suku Banjar, suku
Bugis dan suku-suku lainnya. Suku Dayak Ngaju umumnya peramah, mau bergaul
dengan siapa saja. Mereka saling percaya satu sama lain. Orang Dayak selalu
bersikap apa adanya dan sulit untuk berpura-pura. Sikap yang selalu waspada,
tegas, spontan, cekatan dan tidak mudah terpengaruh tercermin dalam gaya hidup
masyarakat Dayak. Karakter ini turut dipengaruhi oleh situasi alam yang harus
dihadapi oleh orang Dayak sehari-hari. Hidup di sungai-sungai yang besar dan
89
Tjilik Riwut, Kalimantan Membangun..., 57-62
90
Tjilik Riwut, Maneser Panatau Tatu Hiang, Menyelami Kekayaan Leluhur, penyunting Nila
Riwut, (Palangka Raya: PUSAKALIMA, 2003), 36
91
Ibid., 37
92
Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Tengah dalam buku Seksi Desiminasi dan Pelayanan
Statistik, Kalimantan Tengah Dalam Angka 2008 (BPS Provinsi Kalimantan Tengah), 5
berarus deras, serta riam-riam yang tersebar di sana-sini, menuntut mereka untuk
bertindak gesit dan cekatan menghadapinya. Belum lagi ketika harus berjalan di
hutan belantara yang dihuni oleh binatang-binatang buas, mereka harus waspada
dan harus berusaha melawan serangan dari binatang buas bila ingin bertahan hidup.
Dalam berinteraksi dengan orang lain, masyarakat Dayak tetap memegang teguh
dari keadaan dan hukum yang berlaku dalam masyarakat adatnya. Hal ini
Pada umumnya, orang Dayak percaya bahwa manusia memiliki hubungan yang
erat dengan kosmos. Setiap perubahan yang terjadi dalam kosmos, menunjukkan
istiadat. Sebagai contoh, ketika orang Dayak yang tinggal di daerah pedalaman masuk
hutan rimba yang lebat dan berbahaya, ada perasaan “takut” kepada sesuatu yang
dianggap sebagai pemilik atau penjaga hutan tersebut. Sejalan dengan kepercayaan
tersebut, maka ada hutan yang dianggap angker, yang tidak boleh dijadikan tempat
untuk berladang atau ditebang. Jika pohon-pohon di daerah tersebut ditebang atau
akan adanya penjaga atau penunggu suatu tempat, membuat manusia tidak
sembarangan menebang pohon. Dan jika mereka membutuhkan pohon tertentu dari
hutan itu, maka biasanya mereka memberikan sesaji sebagai tanda “permisi”. Sikap
orang Dayak ini sering dianggap oleh orang luar sebagai sikap „menyembah kepada
pohon atau mahluk‟ tertentu, padahal sebenarnya sikap ini merupakan wujud dari
93
Wawancara dengan Bajik R. Simpei, Basir dan Tokoh Masyarakat Adat Dayak di Kota Palangka
Raya, 21 Mei 2011
belom bahadat, yaitu norma kesopanan dan saling menghargai sebagai sesama ciptaan.
Karena bagi orang Dayak hanya Raying Hatalla Langit yang patut disembah.
Begitu pula dengan hewan-hewan di hutan tertentu tidak boleh diburu atau
dibunuh sekehendak hati. Hewan-hewan tersebut dianggap ada yang memiliki. Kalau
mau diambil atau diburu harus meminta ijin dahulu kepada yang punya dengan cara
memberikan sesajian kepadanya dan harus mengutarakan hewan apa yang ingin diburu,
dan berapa banyak yang diinginkan. Sistem kepercayaan yang demikian telah
tertentu yang harus ditaati yang disebut pali (tabu). Peranan pali atau tabu sangat
penting, karena pali membatasi keinginan dan kepentingan pribadi seseorang. Pali
sebenarnya larangan yang ditaati oleh setiap orang, karena jika dilanggar akan
membuat diri sendiri, keluarga bahkan masyarakat celaka. Pelanggaran terhadap pali
hanya dapat diperbaiki atau dinetralisir dengan cara-cara tertentu sesuai dengan
petunjuk/ketentuan dan keputusan para orang tua yang ahli dalam kepercayaan asli
suku Dayak. Dalam kehidupan sehari-hari, penerapan pengertian pali terdapat pada
pantang memakan jenis hewan, ikan dan tumbuh-tumbuhan tertentu. Biasanya jenis
pali semacam ini kalau dilanggar hanya berakibat pada pribadi yang bersangkutan.
Jenis pali yang berat adalah jenis pali yang kalau dilanggar mengakibatkan malapetaka
bagi banyak orang. Malapetaka yang dimaksud adalah banjir besar yang
Sebab itu pali harus ditaati untuk menjaga keseimbangan dan keserasian kosmos.
94
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Pusat Penelitian Sejarah dan Budaya, Sejarah
Kebangkitan Nasional Daerah Kalimantan Tengah, (Palangka Raya: Proyek Penelitian dan
Pencatatan Kebudayaan Daerah Depatemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1978/1979), 14-15
Adat istiadat maupun sistem kepercayaan orang Dayak ini, sangat
dipengaruhi oleh kepercayaan agama helo (agama jaman dulu) atau yang kemudian
disebut agama Kaharingan. Sebagaimana agama asli yang terdapat pada daerah-
daerah lain yang ada di Indonesia, demikian juga kaharingan merupakan salah satu
agama asli nusantara yang sampai sekarang masih bertahan dan dipelihara oleh
karena memang sebelum masuknya agama-agama dunia, kepercayaan ini sudah ada
terlebih dahulu di Kalimantan. Ia lahir dan tumbuh dari tempat atau daerahnya
bahasa Sangen (Dayak Kuno), yaitu dari akar kata haringyang artinya ada dari diri
sendiri, tanpa ada orang yang mengadakannya, hidup dengan sendirinya tanpa ditanam
dan dipelihara.95
Matan Andau, Tuhan Tambing Kabunteran Bulan, Jatha Balawang Bulau Kanaruhan
Bapager Hintan, artinya: Tuhan yang berkuasa di Langit, yang menciptakan matahari,
96
bulan (alam semesta), Zat yang Maha Suci di tempat yang Maha Mulia. Raying
diyakini mempunyai otoritas tertinggi karena Dialah yang menciptakan alam semesta,
diakui sebagai agama resmi pada masa orde baru ini terpaksa bernaung di salah satu
agama besar di Indonesia yaitu agama Hindu Dharma. Setelah berintegrasi dengan
95
Hermogenes Ugang, Menelusuri Jalur-jalur Keluhuran, 10
96
Wawancara dengan Parada L. KDR (Bp. Ria), Basir di kota Palangka Raya, tanggal 01 Juli 2011
Indonesia Nomor H/37/SK/1990 tertanggal 19 April 1980. 97Dengan integrasi tersebut
Walau pun Kaharingan telah berintegrasi dengan Hindu dharma, namun dalam
yang telah berakar dalam suku Dayak Ngaju. Hindu Dharma merupakan payung bagi
98
Kaharingan, sehingga sesuai dengan arti namanya (haring=hidup dengan
Selain agama asli suku Dayak, di kota Palangka Raya terdapat juga agama-
agama dunia, antara lain: agama Islam yang masuk di Kalimantan melalui para
pedagang Melayu pada abad 17. Sambil berdagang mereka menyebarkan agama
Islam. Sebagian suku Dayak yang menerima ajaran Islam, memeluk agama Islam.
Orang Dayak yang telah memeluk agama Islam disebut orang Melayu atau orang
dengan baik, bahkan banyak para pendeta dan misionaris yang dibunuh, karena
sama berkulit putih. Namun kemudian para misionaris dapat meyakinkan orang
Dayak bahwa mereka tidak sama dengan orang-orang Belanda yang menjajah
97
Y. Nathan Ilon, “Ilustrasi dan Perwujudan Lambang Batang Garing dan Dandang Tingang: Sebuah
Konsepsi Memanusiakan Manusia dalam Filsafat Suku Dayak Ngaju Kalimantan Tengah,”
(Palangka Raya: PBP DATI I Kalimantan Tengah, 1991), 7
98
Wawancara dengan Parada L. KDR., KDR (Bp. Ria), Basir di kota Palangka Raya, tanggal 01 Juli
2011
mereka dulu. Mereka mendekati orang Dayak dengan menghargai adat istiadat
penyebaran Injil. Tahun 1926 berdirilah “Pakat Guru Kristen Dayak,” yang
sendiri.99
Pada masa sekarang, masyarakat Dayak Ngaju memeluk berbagai agama. Baik
Islam, Kristen, Hindu, Budha, Konghucu maupun Katolik. Adanya kemudahan dalam
pengaruh tradisi lama dari kepercayaan agama helo sudah hilang. Kepercayaan itu
100
tetap mempengaruhi perilaku orang Dayak secara umum di Kalimantan Tengah.
Nilai-nilai kehidupan masyarakat Dayak Ngaju yang hingga saat ini masih
sosialdalam kelompok. Hal ini dapat dilihat dari berbagai aktivitas sosial seperti:
99
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Pusat Penelitian Sejarah dan Budaya, Sejarah Daerah,
137-141
100
Lihat Tjilik Riwut, Kalimantan Membangun...133-135; Fridolin Ukur, Tantang Djawab Suku
Dayak, ( Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1987), 52.
(manggetem parei), pesta perkawinan atau peristiwa kematian. Semua dilakukan
masing. Ada yang memberikan bantuan berupa tenaga, material maupun perhatian
falsafah “budaya betang” (rumah besar, yang dapat ditempati oleh 100-200 orang).
Hal yang mendasar dalam budaya betang adalah norma kehidupan masyarakat
Stratifikasi sosial masyarakat Dayak Ngaju sudah tidak seketat jaman dulu,
(perbudakan) dan hajual hapili jipen (jual-beli budak) mulai dihapuskan sejak
Rapat Besar Perdamaian di Tumbang Anoi tahun 1894. 102Semua pihak yang hadir
dalam pertemuan ini sepakat untuk berdamai dan menempatkan sesama manusia
Secara umum, masyarakat Dayak mengenal sistem stratifikasi sosial antara lain:103
kemampuan finansial yang baik (oloh tatau). Kelebihan yang mereka miliki
101
Wawancara dengan Marli G. Matan (Bapa Erni), Mantir Adat Kereng Bangkirai Kota Palangka
Raya, 16 Juni 2011
102
Y. Nathan Ilon, Ilustrasi dan Perwujudan Lambang Batang Garing...54
103
Tim Peneliti dan Pencatat Kebudayaan Daerah Kalimantan Tengah, Adat Istiadat Kalimantan
Tengah. (Palangka Raya: Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1977/1978), 196-198
dalam berbagai aktivitas sosial. Dari segi keturunan, yang termasuk dalam
104
golongan ini adalah keturunan langsung dari Tamanggung, Dambung
tugasnya).
untuk menyatakan bahwa seseorang itu termasuk utus randah adalah terletak
3. Golongan budak (utus jipen). Para jipen, sama sekali tidak memiliki harta
yang kalah dalam peperangan atau perkelahian dan tidak sanggup membayar
utang, bisa juga karena melanggar hukum adat dan tidak mampu membayar
denda (sanksi). Mereka akan menjadi orang bebas, jika mereka mampu
melunasi hutang. Tetapi jika mereka tidak dapat melunasi hutang, maka
seumur hidup anak keturunannya akan tetap menjadi jipen dan dikenal
sebagai utus jipen. Yang juga termasuk dalam golongan ini adalah: jipen
kabalik yaitu budak tawanan perang. Mereka dipandang lebih hina dan
dianggap dia barega atau tidak memiliki nilai sama sekali dibanding jipen
104
Orang yang memiliki kekayaan, karisma sebagai pemimpin sehingga sangat dihormati oleh
masyarakat.
105
Kepala adat yang mempunyai fungsi elit lokal yang menentukan hukum-hukum adat dan
peraturan-peraturan lain yang berhubungan dengan hidup bermasyarakat.
karena utang. Mereka juga tidak memiliki kesempatan untuk hidup bebas,
kekerabatan bilateral yaitu, sistem keturunan atau kekeluargaan yang menarik garis
keturunan dari dua sisi, yaitu dari pihak ayah dan pihak ibu. 107 Setelah
Dalam hal hak dan kedudukan, suami dan istri dalam masyarakat Dayak
Ngaju memiliki derajat yang seimbang. Tidak ada yang lebih tinggi maupun lebih
rendah, masing-masing saling mengisi dan saling bekerja sama. Istri menghormati
suami, demikian juga suami menghargai istri. Anak laki-laki maupun anak
perempuan juga memiliki kedudukan yang sama dan sejajar dalam keluarga
Dalam sistem kekerabatan pada suku Dayak Ngaju, yang masih dianggap
sebagai keluarga dekat adalah sampai kepada keturunan ketiga (hanjenan), sepupu
dua kali. Sedangkan keturunan keempat sudah dikatakan diluar keluarga inti.
Itulah sebabnya, para orang tua umumnya cenderung menganjurkan anaknya untuk
106
Wawancara dengan Bajik R. Simpei, Basir danTokoh Masyarakat Adat Dayak di kota Palangka
Raya, 21 Mei 2011
107
Lihat, Koentjaraningrat, Beberapa Pokok Antropologi Sosial, (Jakarta: Dian Rakyat, 1980), 125
108
menikah dengan keturunan keempat agar hubungan keluarga kembali dekat.
Selain itu, diharapkan warisan keluarga berupa tanah, kebun rotan, kebun karet
masyarakat Dayak Ngaju. Karena itu, adat perkawinan tersebut diatur dengan baik
tidak sesuai lagi dengan perkembangan dan tuntutan kebutuhan Otonomi Daerah.109
wilayah hukum adatnya. Lembaga ini memiliki hak dan wewenang untuk
agar lembaga ini dapat diberdayakan sebagai wadah untuk membentuk karakter
108
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Pusat Penelitian Sejarah dan Budaya, Sejarah Daerah
Kalimantan Tengah, (Palangka Raya: Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah
Depatemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1977/1978), 85-86
109
Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 16 Tahun 2008 tentang Kelembagaan Adat
Dayak di Kalimantan Tengah, Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah, Sekretariat Daerah Biro
Hukum, 2008, 1
110
Ibid, 4
masyarakat adat Dayak melalui pelestarian, pengembangan, pemberdayaan adat
pemerintahan.111
berikut:112
di wilayahnya.
- Dewan Adat Dayak (DAD) Kecamatan adalah Lembaga Adat Dayak tingkat
111
Ibid, 6
112
Ibid, 7-8
Kabupaten/Kota , menjalankan fungsi koordinasi dan supervisi terhadap
Hubungan Hirarki
Hubungan Koordinasi
Salah satu Lembaga Adat Dayak yang diberdayakan oleh pemerintah adalah
Lembaga Kedamangan yang dipimpin oleh seorang Damang Kepala Adat yang
pemberdayaan, adat istiadat dan berfungsi sebagai penegak hukum adat Dayak
Kepala Adat dibantu oleh Mantir Adat selaku DAD tingkat Desa/Kelurahan. 113
114
Sebelum adanya rapat besar Perdamaian Tumbang Anoi , peranan Damang
113
Ibid, 8-9
114
Rapat Besar Perdamaian Tumbang Anoi dilaksanakan selama 60 hari, pada tanggal 22 Mei-24
Juli 1894. Rapat besar ini dilaksanakan di Tumbang Anoi yang terletak di Kahayan Hulu Utara
Kalimantan Tengah. Para utusan yang hadir berasal dari seluruh suku Dayak di Kalimantan, para
pejabat pemerintahan Hindia Belanda, dan tokoh-tokoh pribumi. Peristiwa ini sebagai suatu prestasi
dari generasi pendahulu dalam merintis semangat persatuan dan kesatuan, maupun pembaharuan
dibidang politik, sosial, ekonomi, budaya dan keamanan. Butir-butir kesepakatan Rapat Besar
Perdamaian ini antara lain: pengakuan pemerintah atas lembaga kedemangan (istilah waktu itu),
penyempurnaan dan penyeragaman 96 pasal Hukum Adat warisan leluhur, penghapusan sistem
perbudakan, menghentikan kegiatan asang maasang (perang antar suku) dan bunu habunu (bunuh
membunuh sebagai balas dendam) serta kayau mengayau (kebiasaan berburu kepala manusia), dan
penyelesaian sengketa antar perorangan maupun kelompok melalui pengadilan yang tuntas, sampai
pada perdamaian. Peristiwa ini merupakan tonggak sejarah bagi Kalimantan dan persiapan mendasar
untuk tahap perjuangan selanjutnya. Lihat: Y. Nathan Ilon, “Sekitar Perdamaian Tumbang Anoi”,
dalam Ilustrasi dan Perwujudan Lambang Batang Garing... (Palangka Raya: PBP DATI I
Kalimantan Tengah, 1991), 50-56.
dan dihormati oleh masyarakat adat, karena tiap keputusannya dianggap sebagai
bagi semua.115
Dayak, secara alami Damang Kepala Adat telah menjalankan hukum-hukum itu.
Kalimantan merupakan lembaga warisan asli daerah. Artinya, lembaga ini tidak
hukum adat Dayak, yang sudah ada jauh sebelum kehadiran pemerintah kolonial
memiliki tugas antara lain: menegakkan hukum adat dan menjaga wibawa lembaga
115
Wawancara dengan Bajik R. Simpei, Basir dan Tokoh Masyarakat Adat Dayak di Kota Palangka
Raya, 03 Agustus 2011
116
Ibid.
117
Sejak meletusnya perang Banjar tahun 1859, semangat melawan penjajah berkobar di mana-mana,
termasuk di Kalimantan Tengah. Suasana perang Belanda dengan Barandar (pasukan prajurit yang
didukung oleh para Damang, Pahlawan Banjar dan tokoh-tokoh masyarakat) menjadi keprihatinan
para tokoh tua, sehingga mereka memutuskan untuk menandaskan gagasan “damai” yang diajukan
pihak Belanda, dengan syarat Lembaga Kademangan tetap tegak, lembaga adat harus tetap dihargai.
Lihat Y. Nathan Ilon, Ilustrasi dan Perwujudan Lambang Batang Garing dan Dandang
Tingang,...52, 108
segala bidang, terutama bidang adat istiadat, kebiasaan-kebiasaan dan hukum adat,
menetapkan besarnya uang sidang, uang meja, uang komisi, uang jalan, dan lap
tunggal dalam rangka pelayanan /penyelesaian kasus dan atau sengketa oleh
desa/kelurahan.118
Perdamaian Adat, 119 baik tingkat Desa/Kelurahan maupun pada tingkat Kecamatan,
wajib diterima, diproses sesuai dengan asas kerukunan, kepatutan dan keselarasan
yang berlaku dalam masyarakat. Tata cara penyelesaian perkara dan tata cara
menjatuhkan sanksi adat oleh Damang Kepala Adat melalui Kerapatan Mantir/Let
Perdamaian Adat, dilakukan sesuai dengan hukum adat Dayak yang berlaku di
adat, mengeluarkan surat keterangan perceraian secara adat dan surat-surat lainnya
118
Perda No. 16 Tahun 2008 tentang Kelembagaan Adat Dayak di Kalimantan Tengah, pasal 8
119
Istilah Let berarti wadah, tempat atau forum. Yang dimaksud Let Perdamaian Adat adalah suatu
wadah bagi tetua adat, mantir adat yang biasanya diikut sertakan oleh Damang Kepala Adat dalam
persidangan-persidangan adat, guna menegakan norma-norma adat dalam menyelesaikan suatu
perkara. Mereka ini disebut sebagai Let Adat, karena mereka adalah tokoh masyarakat yang
dianggap banyak mengetahui soal adat dan hukum adat yang berlaku dalam masyarakat. Peranan
lain dari Let adat adalah sebagai pembantu Damang Kepala Adat dalam bidang penegakan,
penuntutan, dan peradilan adat. Lihat Arma Diansyah, “Damang sebagai Hakim Perdamaian Adat
pada Masyakarat Suku Dayak di Palangka Raya.” (Tesis, Program Pascasarjana Universitas
Udayana Denpasar, 2011); lihat Perda, 4.
yang berkaitan dengan hukum adat sepanjang diminta oleh pihak-pihak yang
berkepentingan.120
pasangan hidupnya, baik dari dalam suku sendiri atau di luar suku.
Bagi masyarakat Dayak Ngaju, perkawinan adalah sesuatu yang luhur dan
suci, yang mempunyai arti, makna serta kedudukan yang sama pentingnya dengan
peristiwa kelahiran dan kematian. Perkawinan merupakan salah satu bagian hidup
sampai maut yang memisahkan. Hal ini terlihat jelas dalam ungkapan
menggendong tulang”. 123Dari ungkapan ini terlihat jelas bahwa bagi orang Dayak
Ngaju perkawinan harus dihormati, dan harus tetap dipertahankan sampai salah satu
sesuatu yang harus selalu dijunjung tinggi oleh orang Dayak. Jika salah satu
ditinggal itu adalah menggendong tulang yang meninggal untuk dibawa masuk ke
120
Lihat Perda Pasal 10 ayat 1e.
121
Bdk. Abdurrahman, Masalah-masalah Hukum Perkawinan di Indonesia,..., 70
122
Wawancara dengan Bajik R. Simpei Bajik R. Simpei, Basir dan Tokoh Masyarakat Adat Dayak di
Kota Palangka Raya, 21 Mei 2011
123
Ibid.
sandung,124 pada waktu upacara tiwah 125
. Karena itu, jika terjadi pencemaran
maka adat akan memberikan sanksi atau hukuman tertentu bagi yang telah
mencemarkannya.126
sendiri. Perkawinan secara adat bertujuan untuk mengatur hidup dan perilaku
baik dan tidak tercela. Hubungan seks di luar pernikahan merupakan sikap yang
tidak terpuji karena dapat mengganggu keseimbangan kosmos. Jika hal itu terjadi,
dilahirkan dari perkawinan itu. Tujuan ini terlihat sejak upacara Hakumbang auh
dikatakan: “ikei toh dumah handak manggau petak ayun keton hetoh dan amun
aton angat ikei tau mimbul hong hete.” Artinya, “kami datang hendak mencari
tanah kepunyaan kalian dan kalau ada supaya kami boleh menanam disitu.” Dari
ungkapan ini tersirat bahwa laki-laki diibaratkan bibit tanaman yang mencari tanah
tempat menanam. Sedangkan wanita diibaratkan tanah tempat menanam bibit itu.
Diharapkan bibit yang ditanam itu dapat tumbuh dan menghasilkan buah. Buah
124
Sandung adalah sebuah bangunan kecil, khusus dibangun sebagai tempat menyimpan tulang
mereka yang telah ditiwah.
125
Tiwah adalah upacara mengantar arwah ke Lewu Tataw yaitu dunia yang penuh dengan
kesenangan, kekayaan dan kemakmuran.
126
Wawancara dengan Basel Abangkan, Kepala Adat Kedamangan Sabangau di kota Palangka Raya,
06 Juni 2011.
dari perkawinan adalah anak-anak. Jadi, salah tujuan perkawinan adalah
mendapatkan keturunan yang sehat jasmani dan rohani serta menata garis
Seseorang yang telah kawin biasanya memiliki hak dan kesempatan untuk
Bentuk perkawinan ini merupakan bentuk yang dilakukan dengan cara yang
tidak sesuai dengan tatanan Adat Dayak. Umumnya bentuk perkawinan ini sangat
dihindari oleh masyarakat Dayak Ngaju, karena sangat memalukan bagi keluarga,
kerabat dan juga masyarakat setempat. Dan akibat perkawinan ini, pihak yang
bersalah akan mendapatkan sanksi adat (singer tekap bau mata = denda penutup
muka dan mata), sebagai penutup malu atau penutup aib pihak keluarga korban.
- Kawin hatamput128
Kawin Hatamput artinya kawin lari. Perkawinan ini terjadi atas
kesepakatan bersama antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan untuk
melarikan diri dan hidup bersama sebagai suami isteri. Perkawinan ini
dilakukan tanpa sepengetahuan orangtua mereka. Biasanya hal ini terjadi karena
orangtua salah satu pihak atau kedua belah pihak tidak menyetujui rencana
perkawinan mereka. Bisa juga karena pihak laki-laki tidak mampu memenuhi
tuntutan adat terutama palaku (mas kawin) yang diminta oleh orangtua
perempuan atau pihak laki-laki tidak mampu membiayai pelaksanaan upacara
perkawinan yang terlalu mahal.
127
Ibid.
128
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Bagian Proyek
Pengajian dan Pembinaan Nilai-nilai Budaya Kalimantan Tengah, Adat dan Upacara Perkawinan
Daerah Kalimantan Tengah, 1994/1995, 61-62
- Kawin Pahinje Arep 129
Pahinje Arep artinya menyatukan diri, dalam hal ini pihak laki-laki maupun
pihak perempuan bersatu/hidup bersama atas kemauan sendiri. Perkawinan ini
biasanya terjadi karena pihak laki-laki tidak mampu memenuhi syarat-syarat
adat dan membiayai pesta perkawinan. Cara ini juga sering dilakukan untuk
memaksa orangtua agar merestui perkawinan mereka.
- Kawin Manyakei130
Kata Manyakei berarti memanjat; menaiki, dalam hal ini pihak laki-laki
atau perempuan nekat pergi dari rumah orang tuanya, ke rumah pemuda atau
gadis yang dicintainya, dan tidak akan pulang ke rumah orangtuanya sampai
mereka dinikahkan secara resmi menurut adat. Kawin manyakei umumnya
terjadi karena beberapa faktor antara lain: orangtua tidak menyetujui pilihan hati
anaknya, janji yang pernah diucapkan kepada orang yang manyakei tetapi tidak
segera ditepati.
pelanggaran ini berupa kesalahan dalam silsilah keluarga (sala hurui), misalnya
antara paman dengan keponakan atau bibi dengan keponakan dan juga antara kakek
dengan cucu atau nenek dengan cucu, walaupun dari segi usia mereka dari generasi
dikawinkan dengan upacara Mandai Balai Sumbang atau kawin tulah dimana
mereka harus makan di tempat dulang bawui (tempat makanan babi). Perkawinan
Perkawinan yang sesuai dengan ketentuan adat Dayak Ngaju adalah kawin
Bisik kurik (bisikan kecil) merupakan bisikan yang ada dalam hati
Maksud hati itu disampaikan kepada orang tuanya untuk kemudian ditindak
lanjuti. Untuk menyampaikan bisikan hati itu kepada pihak perempuan, maka
pihak laki-laki meminta bantuan salah seorang kerabat dekat, yang dalam
tatanan adat dayak disebut Luang, artinya “juru runding” atau “kurir”.
Melalui kurir inilah pihak laki-laki menyerahkan selembar uang sebagai tanda
auh. Besarnya jumlah uang yang disampaikan dalam rangka Hakumbang Auh
Rp. 5.000,- (lima ribu rupiah), Rp. 10.000,- (sepuluh ribu rupiah), Rp.
20.000,- (dua puluh ribu rupiah), Rp. 50.000,0 (lima puluh ribu rupiah) atau
132
Wawancara dengan Basel Abangkan, Damang Kepala Adat Kecamatan Sabangau di Kota
Palangka Raya, tanggal 06 Juni 2011
jangan sampai diantara mereka terjadi sala hurui atau kekerabatan yang tidak
sederajat menurut adat. 133Apabila ada keluarga yang keberatan, maka uang
tersebut. Namun, jika tidak ada yang berkeberatan, maka duit kumbang
diterima. Dan melalui luang pula disampaikan pesan kepada pihak laki-laki
bahwa maksud hati mereka telah diterima. Selanjutnya orang tua pihak laki-
kedua belah pihak, namun juga masyarakat sekitar. Acara ini dilakukan jika
waktu pelaksanaan perkawinan lebih dari setahun. Dalam acara ini, pihak
seperangkat alat mandi, minyak wangi dan sejumlah uang. Dan sebagai
pengikat janji, kedua belah pihak memberikan duit turus berupa duit receh
133
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Bagian Proyek
Pengajian dan Pembinaan Nilai-nilai Budaya Kalimantan Tengah, Adat dan Upacara Perkawinan,
68
134
Wawancara dengan Basel Abangkan, Kepala Adat Kedamangan Sabangau di kota Palangka Raya,
06 Juni 2011.
Hal-hal yang dibahas dalam acara Mamanggul adalah Jalan Hadat,
yaitu barang-barang adat yang harus diberikan oleh pihak laki-laki pada saat
Pelek, Bulau Singah Pelek, Lapik Luang, Sinjang Entang, Tutup Uwan, Lapik
Kaja.
Mamanggul yang ditanda tangani oleh keluarga dekat dan saksi-saksi dari
Pada acara Maja Misek ini, rombongan keluarga pihak laki-laki datang
Pakaian Sinde Mendeng (satu stel pakaian lengkap), seperangkat alat untuk
mandi dan seperangkat barang untuk merias diri serta dua buah cincin
dengan menggunakan bahalai (kain panjang) oleh bibi atau nenek calon
mempelai laki-laki.
dihindari: bulan tapas (bulan yang tidak genap 30 hari), bulan mahutus (saat-
baik adalah bulan lembut (bulan baru timbul) atau sering disebut juga bulan
137
belum (bulan hidup) sampai bulan bunter (bulan penuh, bulat).
137
Wawancara dengan Helmina, salah satu masyarakat di kota Palangka Raya yang sering
mengikuti acara perkawinan Adat Dayak Ngaju, tanggal 20 Juni 2011.
baik, maka perkawinan itu akan dirundung kesedihan, kekecewaan, kesialan
acara ini adalah: syarat-syarat perkawinan atau Jalan Hadat yang harus
dipenuhi oleh pihak laki-laki sesuai dengan ketentuan yang berlaku menurut
adat maupun tradisi yang berlaku dalam keluarga pihak perempuan; besarnya
Jandau (biaya pesta perkawinan) dan Danda Adat (sanksi adat) apabila
ditulis dalam Surat Janji Hisek (Surat Perjanjian Pertunangan), yang ditanda
tangani oleh orang tua kedua belah pihak, dua orang saksi masing-masing
139
pihak dan juga oleh Damang Kepala Adat setempat, untuk menguatkan
dilakukan sesuai dengan agama yang dianut oleh kedua calon mempelai.
Pada agama Kaharingan, acara ini dipimpin oleh Basir atau tokoh adat
dengan Tampung Tawar (memercikan air yang diisi bunga segar dan harum,
atau bisa juga air diberi bunga dan parfum) oleh orang tua, kerabat dekat juga
138
Ibid
139
Format Surat Janji Hisek hampir sama dengan Surat Perjanjian Mamanggul, yang berbeda
hanyalah kop suratnya, Wawancara dengan Bajik R. Simpei, 21 Mei 2011
140
Acara Meteng Manas adalah acara mengikat tali kayu yang terbuat dari serat kayu Tengang, yang
telah dipasang Manas (manik) oleh Basir atau tokoh adat Kaharingan.
tokoh masyarakat yang hadir. Sedangkan dalam agama Kristen, setelah
penyerahan ramun pisek, acara dilanjutkan dengan ibadah yang dipimpin oleh
maja misek, jika jarak pelaksanaan perkawinan tidak lebih dari satu tahun.
Mengingat waktu dan juga biaya yang dikeluarkan tidak sedikit untuk kedua
acara tersebut.
Manas
a. Panganten Haguet/Mandai
Pantar Lawai 141atau Lawang Sakepeng 142yaitu semacam pintu gerbang yang
dibuat dari pelepah kelapa yang dihiasi dengan benang bersusun tiga yang
pesilat dari kedua belah pihak saling berhadapan dan saling berjabat tangan
pengantin perempuan berusaha bertahan agar pesilat dari pihak laki-laki tidak
dapat menerobos masuk, tetapi pesilat dari pihak laki-laki terus mendesak
masuk, sehingga satu persatu tali perintang putus. Hal ini menunjukkan
bahwa tidak mudah bagi seorang laki-laki untuk mendapatkan seorang wanita
141
Tim Khusus Dewan Adat Dayak Provinsi Kalimantan Tengah, “Perkawinan Menurut Adat
Dayak Kalimantan Tengah” ..., 6
142
Adat Istiadat Dayak Ngaju…, 33-34
Lawang Sakepeng
b. Haluang143
Acara haluang dilakukan oleh juru bicara dari kedua belah pihak, terdiri
dari tiga, lima atau tujuh orang, sesuai dengan kesepakatan. Acara ini
dipandu oleh seorang luang yang duduk diantara kedua belah pihak. Kedua
pun akan menjawab dengan bahasa yang sama, sehingga suasana menjadi
ramai dan menarik. Dalam acara ini ada aturannya, yaitu: barang siapa dalam
"denda" yaitu minum satu seloki tuak atau sejenis minuman beralkohol yang
dan gembira.
143
Wawancara dengan Marli G. Matan, Mantir Adat Kereng Bangkirai di kota Palangka Raya, 16
Juni 2011.
menyiapkan sebuah sangku yang diisi dengan beras sekitar setengah dan
diberi alas dengan lipatan kain batik panjang. Selanjutnya ibu kandung
tengah keluarga kedua belah pihak dan para undangan yang hadir.
“Inggatangku ikau toh sangku uka rahian andau hagatang kea sewut saritan ewen toh,
mangat mambelom arep ewen, tatau, sanang, pintar-harati tuntang baumur panjang.”
(kuangkat engkau sangku agar kelak terangkat pula nama dan kemasyhuran
mereka, hidup senang, kaya, pandai dan bijaksana serta memperoleh umur panjang).
“i-ayunku ikau toh sangku akan hila pambelep, uka belep kea kare dahiang baya, nupi
kampa ije papa, belep kea kare kapaut kabantah, palus lembut kapakat kabulat atei uka
belum untung batuah.”
(kuayunkan engkau sangku kearah barat agar ikut terbenam pula firasat dan
mimpi buruk, terbenam pula segala bentuk perselisihan dan silang sengketa
“i-ayunku lnganjungku ikau toh sangku akan hila pambelum, maka kilau toh belom aseng
nyaman ewen belom kea tiruk itung, pikir-akal dan belom kea isi daha.”
144
Wawancara dengan Bajik R. Simpei, Basir dan Tokoh Masyarakat Adat Dayak di Palangka Raya,
03 Agustus 2011
(kuayunkan engkau sangku kearah timur agar dengan demikian selalu sehat
“Inggatangkuh ikau toh sangku akan ngambu. Uka panju-panjung kea sewut saritan ewen
belom bauntung dan tuah bahambit.”
(kuangkat engkau sangku keatas agar dengan demikian masyhur pula nama
dan perbuatan baik mereka, penuh keberuntungan dan hidup bertuah serta
berezeki).
Setelah itu sangku dan semua Syarat Perkawinan Adat dibawa masuk
c. Pelaksanaan Perkawinan
korban yang telah di taruh pada sebuah piring atau mangkok kecil, ke
Pada acara ini kedua mempelai duduk di atas sebuah gong sambil
146
memegang sebatang pohon sawang (Ponjon Andong/hanjuan) yang diikat
tanda bahwa mereka berdua bersaksi kepada Ranying Hatalla Langit. Kaki
mereka menginjak jala dan batu asah sebagai tanda bahwa mereka berdua
sebanyak tujuh kali, diiringi dengan pukulan gong. Maksud pekikan itu
adalah untuk membuka pintu langit dan mereka berdua berikrar dihadapan
145
Wawancara dengan Marli G. Matan (Bp. Erni), Mantir Adat Kereng Bangkirai di kota Palangka
Raya, 16 Juni 2011.
146
Tanaman ini sangat penting dalam ritual-ritual masyarakat Dayak Ngaju.
147
Wawancara dengan Bajik R. Simpei, Basir dan Tokoh Masyarakat Adat Dayak, tanggal 03
Agustus 2011
pangenten dan penanaman pohon sawang) tidak dilakukan oleh yang
Sipil. Acara resepsi (pemberian ucapan selamat oleh para undangan kepada
sinde mendeng dan sebuah garantung (gong) sebagai batu kaja, atau bisa
juga diganti dengan uang atau perhiasan berupa emas murni yang memiliki
148
Ibid.
149
Wawancara dengan Suhardi Monong Stepanus, Damang Kepala Adat Kecamatan Pahandut Kota
Palangka Raya, tanggal 08 Juli 2011
150
Ibid.
Demikianlah tahapan adat yang telah diajarkan secara turun temurun
urutan dan sebutannya tidak sama, namun pada intinya hal itu menunjukkan
bahwa perkawinan telah memenuhi hukum adat dan mereka siap menjalani
kehidupan bersama.
dipatuhi sebagai nilai-nilai hidup yang positif. Pola kebiasaan itu diterima sebagai
sesuatu yang mengikat dan ditaati oleh masyarakat, dan dirasakan sebagai suatu
kewajiban yang harus dilakukan. Sehingga kebiasaan itu menjadi adat yang berlaku
bagi masyarakat.
keluarga dan masyarakat. Perjanjian perkawinan ini, dibuat dengan maksud agar
ikatan perkawinan kedua belah pihak tetap kuat dan utuh. 151Perjanjian perkawinan
yang dimiliki, tetapi lebih kepada perjanjian untuk hidup bersama dalam hal saling
mencintai dan tolong menolong dalam membina rumah tangga yang rukun dan
agar tidak melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan adat, dan tidak mudah
151
Wawancara dengan Juli Norman, Basir di kota Palangka Raya, 12 Juli 2011
152
Wawancara dengan Bajik R. Simpei, Basir dan Tokoh Masyarakat Adat Dayak, tanggal 03
Agustus 2011.
bercerai tege kikeh (ada rasa takut), karena di dalamnya memuat aturan-aturan
orang Dayak.153
Seorang informan yang ketika peneliti temui, baru saja membantu istrinya
Buhen itah malalus pelek rujin pangawin bara bihin sampai wayah toh, jete awi puna bara
Tatu Hiang itah helo, muhun akan utus itah oloh Dayak. Dia itah tau malihi jete, awi jite je
nenga Raying Hatalla langit akan itah kalunen. Palaku je hapan itah wayah toh asalah bara
Palaku ayun indu Sanguman (Nyai Endas Bulau Lisan Tingang). 154
(Kenapa kita melaksanakan pelek rujin pangawin dari dulu sampai sekarang,
itu karena sudah dari nenek moyang/leluhur kita dulu, turun kepada kita
orang Dayak. Itu tidak bisa kita tinggalkan, karena hal itu diberikan oleh
Tuhan Yang Maha Esa untuk kita manusia. Palaku yang kita pakai sekarang
berasal dari Palaku kepunyaan Indu Sanguman (panggilan untuk Nyai Endas
tata cara dan persyaratan yang ditempuh dalam beberapa kegiatan ritual
153
Ibid,
154
Wawancara dengan Marli G. Matan (Bp. Erni), Mantir Adat Kereng Bangkirai di kota Palangka
Raya, 16 Juni 2011
perkawinan, termasuk jalan hadat yang harus dipenuhi oleh seorang calon
perkawinan ini merupakan contoh atau teladan yang diberikan oleh Raying
Pelek Rujin Pangawin ije manjadi suntu awi RANYING HATALLA hajamban Raja
Uju Hakanduang intu lewu Bukit Batu Nindan Tarung, akan uluh kalunen panakan
Maharaja Bunu dapit jeha, tuntang jetuh kea ije manjadi tampara bukun uluh bawi
tege Palaku tuntang Jalan Hadat.156
Artinya :
Tarung untuk manusia turunan raja Bunu dan ini juga yang menjadi
Dari Panuturan pula dapat diketahui bahwa latar belakang munculnya Jalan
Hadat yaitu berpedoman pada perkawinan Raja Garing Hatungku dan Nyai Endas
157
Bulau Lisan Tingang, yang mana diriwayatkan bahwa:
muka bumi, di alam atas telah terjadi perkawinan antara Nyai Endas Bulau
setelah menikah, Nyai Endas Bulau Lisan Tingang tidak mau berkumpul
155
Ibid,
156
Lihat Majelis Besar Alim Ulama Kaharingan Indonesia (MBAUKI), Panaturan Tamparan Taluh
Handiai –Awal Segala Kejadian 30.33, (Palangka Raya: CV. Litho Multi Warna, 1996).
157
Dituturkan oleh Marli G. Matan (Bp. Erni), Mantir Adat Kereng Bangkirai di kota Palangka
Raya, 16 Juni 2011.
Garing Hatungku bertanya apakah yang kurang? Nyai Endas Bulau Lisan
Tingang meminta Palaku atau Jalan Hadat sebagai bukti bahwa dia sudah
kawin dan sebagai modal hidup yang dapat diperlihatkan kepada anak
Dayak.
merupakan istilah dalam bahasa Sangiang yang berarti sebuah peti mati, yang
merupakan simbol kesetiaan sehidup semati antara suami istri. Jadi maksud
dari permintaan Nyai Endas Bulau Lisan Tingang yang terdapat dalam simbol
peti mati ini adalah dia menginginkan sebuah kesetiaan sehidup semati dalam
membangun rumahtangga.
didukung oleh pemenuhan materi. Setelah syarat Palaku yang diminta oleh
Nyai Endas Bulau Lisan Tingang terpenuhi barulah Nyai Endas mau
Tata cara perkawinan Nyai Endas Bulau Lisan Tingang dan Raja
Dayak Ngaju. Mitologi ini mengandung nilai moral menyangkut sikap dan
sebatang pohon sawang yang diikat dengan Dereh Uwei (sepotong rotan) dan
memegang teguh janji yang telah diucapkan di hadapan Raying, dan berjuang
perkawinan dalam masyarakat didasari oleh rasa saling percaya, saling setia,
158
Ibid.
159
Wawancara dengan Juli Norman, Basir di kota Palangka Raya, tanggal 12 Juli 2011
160
Wawancara dengan Basel Abangkan, Kepala Adat Kedamangan Sabangau di kota Palangka
Raya, 06 Juni 2011.
perasaan-perasaan semacam itu sudah berkurang, bahkan kasus perceraian
hanya diucapkan secara lisan, di hadapan Raying Hatalla Langit dan didepan
para saksi yang hadir, ternyata sekarang janji itu sudah sering dilanggar.
Perceraian yang dulunya dianggap sebagai sesuatu yang tabu, kini sudah
tertulis dalam Surat Perjanjian Perkawinan Adat Dayak Ngaju. Hal ini
dihadapan seluruh yang hadir bahwa semua sudah dilaksanakan secara adat,
barulah setelah itu kedua mempelai beserta para saksi dari kedua belah pihak
tertulis yang dikeluarkan oleh Damang Kepala Adat menjadi pegangan kedua
161
Ibid.
162
Ibid.
Manfaat surat perjanjian perkawinan adalah :
Kalimantan Tengah.
pihak, pemenuhan jalan hadat yang menjadi tanggung jawab pihak calon
pembagian harta rupa tangan, termasuk hak anak dan hak ahli waris yang
4.3.1. Biodata
Bagian ini memuat tentang biodata atau identitas kedua calon
Bagian ini berisi tentang kesepakatan dari kedua calon mempelai dan
Adat Dayak Ngaju, Kalimantan Tengah. Dan juga pemenuhan Jalan hadat
umum sebagai jujuran, adalah syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh calon
ketentuan hukum Adat Dayak Ngaju yang berlaku, serta tradisi dalam
harus sesuai dengan jalan hadat yang dimiliki oleh orang tuanya dulu (palaku
berlaku umum, mencakup 16-17 butir. Tetapi berat dan besarnya nilai materi
hakumbang auh dan maja misek, perkembangan jaman dan kemampuan pihak
163
Diolah dari hasil wawancara dengan Damang Basel Abangkan, di Palangka Raya 06 Juni 20011,
hasil wawancara dengan Damang Suhardi Monong Stepanus, di Palangka Raya 08Juli
2011,Wawancara dengan Marli G. Matan (Bp. Erni), Mantir Adat Kereng Bangkirai di kota
Palangka Raya 16 Juni 2011.
164
Wawancara dengan Bajik R. Simpei, Basir dan Tokoh Masyarakat Adat Dayak, 03 Agustus 2011
laki-laki. Sampai saat ini, belum pernah ada keluhan mengenai jalan
hadat.165
Jalan Hadat sudah dikenal luas dalam masyarakat Dayak Ngaju, tetapi
Pengganti aksara bagi orang Dayak Ngaju adalah simbol-simbol yang disebut
Totok Bakaka (sandi/kode umum yang dimengerti oleh suku Dayak Ngaju).
Tidak mudah untuk memahami budaya Dayak, karena ada hal-hal yang tidak
dapat dijelaskan dengan kata-kata, namun dirasakan dan dilihat pantas untuk
dilakukan.
Sebab itu dalam bagian ini akan menjelaskan makna yang tersirat dari
1. Palaku
Palaku berasal dari kata laku artinya: minta, permintaan. Orang Dayak
selalu menempatkan perempuan pada posisi utama. Hal ini dapat terlihat dari
misalnya dalam menyebutkan orang yang lebih tua dengan sebutan: tambi-
165
Wawancara dengan Marli G. Matan (Bp. Erni), Mantir Adat Kereng Bangkirai di kota Palangka
Raya 16 Juni 2011.
166
Diolah dari hasil wawancara dengan Damang Basel Abangkan, di Palangka Raya 06 Juni 20011,
hasil wawancara dengan Damang Suhardi Monong Stepanus, di Palangka Raya 08 Juli
2011,Wawancara dengan Marli G. Matan (Bp. Erni), Mantir Adat Kereng Bangkirai di kota
Palangka Raya 16 Juni 2011.
ayup (ipar perempuan- ipar lelaki). Penempatan demikian bukan berarti
bahwa kaum perempuan adalah kaum yang lemah, patut dijaga, dipelihara
Endas Bulau ketika menikah dengan Raja Garing Hatungku. Nyai Endas
meminta jaminan kehidupan berupa tanah atau kebun. Permintaan ini cukup
tanah atau kebun. Palaku merupakan simbol dari harkat dan martabat
sebagai ibu dari anak-anak, ia patut meminta jaminan yang pasti dari calon
Palaku adalah hak mutlak seorang istri. Seorang suami tidak berhak
Misalnya: 300 kg (3 pikul) gong, atau 500 kg (5 pikul) gong. Pada masa
sekarang barang ini sudah sulit ditemukan, sebab itu biasanya Palaku dapat
diganti dengan emas atau perhiasan lainnya. Ada juga yang memberi dalam
bentuk sejumlah uang, dan umumnya tanah atau kebun. Biasanya, palaku
adalah bagian dari harta kekayaan orang tua mempelai laki-laki yang di
dalamnya terkandung nilai magis yang disebut galang pambelom atau dasar
hidup bagi rumah tangga baru serta wujud penyertaan doa restu orang tua.
Pada dasarnya orang Dayak dapat menerima istilah mas kawin
serupa tetapi tidak sama. Sebab itu, dalam Surat Perjanjian Kawin menurut
diterjemahkan.167
2. Saput
bagi keluarga. Seorang lelaki dianggap cakap dan tangkas dalam memenuhi
keluarga dan melindungi dari gangguan ataupun pelecehan dari pihak lain.
perkawinan. Pada masa sekarang barang ini sudah sulit ditemukan, sehingga
dapat diganti dengan uang atau emas, sejumlah nilai gong itu.
167
Wawancara dengan Basir Bajik, tanggal 25 Mei 2011
Secara harafiah memang kata-kata ini berarti “gong kepala patah.”
Namun dalam konteks ini, Garantung kolok pelek tidak bisa diterjemahkan
demikian. Garantung Kolok Pelek terbentuk dari dua kata yaitu: garantung,
sebagai alat musik, yang oleh orang Dayak, alat ini sering digunakan sebagai
tersesat di hutan. Tanda itu dibuat dengan cara mamelek (mematahkan) anak
pohon kayu. Pelekan (patahan) pertama disebut kolok pelek sebagai tanda
hutan, apalagi kalau hutan itu baru pertama kali dijelajahinya, maka ia akan
membuat tanda dengan cara mematahkan pokok kayu kecil sebagai tanda
mengingat jenis pohon yang ada di situ. Selanjutnya ia memotong kayu dan
menancapkannya di tanah yang sudah dibersihkan agar lebih jelas dan tidak
keliru dengan tonggak orang lain. Barulah ia mulai masuk hutan. Dalam
jarak tertentu ia mematahkan lagi anak pohon kecil. Apabila orang yang
masuk ke dalam hutan itu belum pulang hingga larut malam, maka pihak
keluarga akan membawa gong serta mencari kolok pelek di sekitar hutan itu.
Jika sudah ditemukan, maka gong dibunyikan sebagai alat komunikasi untuk
memanggilnya pulang.
Makna simbolik dari garantung kolok pelek adalah bahwa perkawinan
dimulai dari kesepakatan bersama kedua pihak. Dan barang hadat ini
merusaknya. Mereka harus meluruskan arah hidupnya, sehingga jika ada hal
batu Lamiang berwarna merah. Panjangnya berkisar antara 6-10 cm, kurang
lebih sebesar jari manis. Turus adalah kayu yang ditancapkan ke dalam
tanah. Adapun kegunaan turus antara lain: sebagai tanda batas tanah, tonggak
tonggak sering digunakan oleh masyarakat untuk mengikat tali perahu dan
juga batang 170 agar tidak hanyut oleh derasnya arus sungai, terutama pada
tonggak peringatan awal dimulainya suatu rumah tangga yang baru. Selain
itu, lamiang sebagai simbol kejujuran dan keteguhan ikrar kedua calon
168
Wawancara dengan Bajik R. Simpei, Basir dan Tokoh Masyarakat Adat Dayak, 03
Agustus 2011
169
Ibid
170
Batang adalah kumpulan dari beberapa pohon besar yang dirakit menjadi satu,
diletakkan di tepi sungai sebagai tempat masyarakat Dayak Ngaju melakukan aktivitas sehari-hari
seperti mengambil air, mencuci pakaian, mandi. Untuk bisa sampai ke batang maka dibuatlah
tangga.
mempelai; sebagai tonggak janji setia sejalan dengan kesepakatan yang telah
mereka buat.
Lamiang
emas, terbuat dari logam mulia, cahayanya tidak akan pudar/luntur dan
mempunyai nilai jual yang tinggi. Singah artinya penerang atau penerangan.
Bulau Singah Pelek adalah cincin kawin yang dipasang pada jari manis calon
suami dan calon istri. Cincin emas ini melambangkan cinta suci dan
tangga bersama. Cincin kawin mengingatkan mereka akan janji yang pernah
diucapkan.
7. Lapik Luang
Lapik artinya alas, dasar atau tempat duduk. Luang artinya perantara,
juru runding atau kurir. Luang dipercayakan untuk mewakili keluarga calon
171
Diolah dari hasil wawancara dengan Damang Basel Abangkan, di Palangka Raya 06 Juni 20011,
Wawancara dengan Marli G. Matan (Bp. Erni), Mantir Adat Kereng Bangkirai di kota Palangka
Raya 16 Juni 2011.
bentuk bahalai yaitu selembar kain panjang, sebagai perwujudan rasa terima
8. Sinjang Entang172
Sinjang entang berasal dari kata Sinjang artinya kain penutup tubuh,
dikenal dengan istilah tapih (sarung), sedangkan entang adalah kain panjang
akan kasih sayang sang ibu dalam memelihara anak gadisnya sejak kecil
hingga dewasa. Ada puluhan kain sinjang dan kain entang yang telah hancur
dimakan waktu, selama mengasihi dan memelihara anak gadisnya. Sebab itu,
calon ibu mertuanya dengan memberikan selembar tapih dan bahalai pada
acara jalan hadat, sebagai lambang rasa syukur dan terima kasih serta
9. Tutup Uwan
rumah tangga yang baru. Rambut boleh memutih tetapi nasehat, petunjuk,
Lapik Ruji atau lapik panatau diberikan dalam bentuk uang logam
172
Ibid
rumah tangga di perlukan modal dasar. Uang Lapik Ruji tidak dibelanjakan
hari perkawinan, biasanya sanak saudara dari berbagai tempat akan datang
merupakan bantuan yang diberikan dari pihak calon mempelai laki-laki dan
yang diisi dengan beras atau ada juga yang menggantinya sejumlah uang.
sendok dan peralatan makan lainnya. Mereka makan sepiring berdua, minum
dengan gelas yang sama, semangkok berdua dan makan dengan sendok yang
sama. Hal ini menunjukkan bahwa sejak awal mereka masuk kehidupan
Tuak adalah minuman khas Dayak yang dibuat dari beras ketan yang
dimasak dan diproses dengan ragi. Hasil fermentasi ini menjadi minuman
beralkohol yang disebut tuak. Dalam acara Haluang, pihak calon mempelai
sehingga acara ini menjadi semarak dan penuh senda gurau dalam keakraban.
pihak pada waktu maja misek. Namun, ada juga yang disanggupi oleh pihak
laki-laki.
ke atas.
15. Jangkut Amak
berlangsung.
disediakan oleh kedua belah pihak. Karena jaman dahulu perjanjian kawin
dilakukan secara lisan, maka turus kawin ini dibagi-bagikan kepada yang
hadir saat itu, terutama kepada para orangtua dengan maksud bahwa mereka
hari terjadi perselisihan yang mengarah kepada perceraian, maka para orang
menyelesaikannya.
barang adat lainnya, sesuai dengan kemampuan. Ini akan diberikan saat sang
Manantu.
mendeng, saput, lapik luang, bulau ngandung/panginan jandau dan duit turus
pahinjean kuman dan jangkut amak merupakan sikap, tekad dan ikrar
Bagian ini merupakan perjanjian antara kedua belah pihak bahwa mereka
masing-masing, baik pihak pertama dan pihak kedua berjanji untuk mencintai,
menolong dan memelihara kerukunan rumah tangga dalam suka maupun duka serta
173
tidak menceraikan pasangannya sampai akhir hidup. Dibuat pula perjanjian
tentang pengaturan harta benda, bahwa harta benda yang diperoleh selama berumah
tangga menjadi milik bersama. Dan jika salah satu dari pasangan itu meninggal
dunia, maka seluruh harta benda menjadi hak milik yang hidup dan hak milik anak-
anak mereka. Jika mereka tidak mempunyai anak, maka seluruh harta benda yang
diperoleh selama berumah tangga menjadi hak milik yang masih hidup, dan
dalam rumah tangga yang tidak mampu diselesaikan oleh pasangan suami istri itu,
dapat diselesaikan juga, maka perkara itu akan diselesaikan melalui Lembaga Adat
dikenakan sanksi adat dengan membayar kepada pihak yang tidak bersalah.
Sementara Palaku, tetap menjadi hak pihak kedua. Hal ini merupakan keputusan
yang sudah berjalan sejak dahulu kala. Palaku akan tetap menjadi hak milik wanita
173
Lihat Surat Perjanjian Kawin Menurut Adat Dayak Ngaju, Kalimantan Tengah
dan anak-anaknya karena Palaku merupakan tanda kehormatan seorang wanita, dan
ketika ia bercerai dia sudah tidak gadis lagi. Ini menunjukkan bahwa seorang
Secara hukum adat Dayak Ngaju, ikatan pertalian antara seorang laki-laki dan
perempuan ini, membawa akibat hukum dalam perikatan adat, seperti tentang
kedudukan suami dan kedudukan seorang isteri, hak dan kewajiban masing-masing,
begitu pula tentang kedudukan anak, harta perkawinan, yaitu harta yang timbul
akibat terjadinya perkawinan dan juga tentang sanksi adat apabila terjadi
memalukan dan sebisa mungkin harus dihindari, apalagi sampai terjadi perceraian.
Sebab itu, ketika kasus pelanggaran terhadap perjanjian perkawinan terjadi, maka
ada beberapa tahap yang harus dilakukan oleh Dewan Adat Dayak Desa dan Dewan
yang lain, maka pihak yang dirugikan itu dapat menuntut pemenuhan haknya
yang sah, setia kepadanya seumur hidupnya. Sebaliknya, istri juga telah
berjanji untuk menerima laki-laki itu sebagai satu-satunya suami yang sah,
setia kepadanya sampai maut memisahkan. Jika ternyata salah satu dari
174
Wawancara dengan Bajik R. Simpei, Basir dan Tokoh Masyarakat Adat Dayak, tanggal 03
Agustus 2011.
mereka melanggar perjanjian itu, misalnya ada dari mereka telah
pihak yang telah melakukan pelanggaran sesuai dengan hukum yang berlaku
2. Peristiwa pelanggaran itu dilaporkan kepada Mantir Adat selaku Dewan Adat
Adat tingkat Desa, maka kasus itu dibawa pada Kerapatan Mantir/Let
menjaga perasaan satu sama lain, mau berkorban dan saling memaafkan,
diusahakan agar keduanya bisa berdamai. Namun, jika ternyata oleh sesuatu
dan lain hal mereka tetap ingin berpisah, maka Damang akan menyelesaikan
para saksi perkawinan mereka, mempelajari kasus kejadian, pihak mana yang
sengaja atau tidak sengaja, alasan tersebut masuk akal atau dibuat-buat.
Semua itu dibahas dalam sidang peradilan adat. Tata cara penyelesaian
sengketa dan tata cara menjatuhkan sanksi adat dilakukan sesuai dengan
secara damai, tetapi juga memulihkan suasana damai diantara kedua belah
pihak, sehingga mereka dapat hidup rukun, dalam pengertian tidak ada
dendam dihati keduanya. Bahkan, tidak jarang kedua belah pihak yang
jika keputusan yang diupayakan dengan musyawarah dan mufakat itu tidak
diterima oleh kedua belah pihak yang berperkara, maka penyelesaian perkara
harus ada uang sidang. Biasanya yang kalah harus menerima kekalahan,
sifatnya fleksibel, artinya biaya sidang dan uang meja tetap ada, uang komisi, uang
jalan diberikan sesuai dengan kemampuan pihak yang bersengketa. Namun jika
mereka tidak mampu secara finansial, maka Damang dan para Mantir adat tidak
175
Wawancara dengan Basel Abangkan, Kepala Adat Kedamangan Sabangau di kota Palangka Raya,
06 Juni 2011. Lihat “Hukum Adat Dayak Ngaju dan Tata Cara Penerapannya”, tahun 2010.
rekonsiliasi. 176 Sementara itu, pada pengadilan negara, biasanya biaya yang
dikeluarkan tidak sedikit. Sekalipun kasus bisa diselesaikan secara damai, namun
Di dalam suku Dayak Ngaju, hukum adat dianggap sebagai sumber berbagai
norma, kaidah dan kearifan lokal yang dianut. Hukum adat merupakan cermin dari
jiwa masyarakat, yang dihormati dan ditaati karena hukum itu terbentuk dari
Sanksi Adat (singer) sudah ada sejak masyarakat mengenal adat dan hukum
adat. Namun, tidak dapat dikatakan secara tepat kapan sanksi adat mulai ada dan
berlaku dalam masyarakat Dayak Ngaju. Dari cerita yang disampaikan secara turun
temurun diketahui bahwa, berbagai aturan yang berlaku sebagai adat istiadat itu
masyarakat. Karena itu, tiap pelanggaran baik secara individu maupun kelompok
akan mendapat sanksi adat (singer). Fungsi sanksi adalah: membuat pelaku
Jenis-jenis sanksi adat yang diberikan antara lain: nasihat/teguran secara lisan
atau tertulis; pernyataan permohonan maaf secara lisan/tertulis, singer berupa denda
176
Ibid.
177
Wawancara dengan Endang (bukan nama sebenarnya), seorang informan yang kasusnya pernah
ditangani di pengadilan adat, yang akhirnya diserahkan kepada pengadilan negara oleh lawan
sengketanya.
178
Wawancara dengan Basel Abangkan, Kepala Adat Kedamangan Sabangau di kota Palangka Raya,
06 Juni 2011.
maupun ganti rugi, dikucilkan dari masyarakat adat, tidak diperbolehkan ikut dalam
kegiatan adat; dikeluarkan dari masyarakat, memutuskan hubungan sosial dan adat
dengan masyarakat adat dalam jangka waktu tidak terbatas (bila tidak
Penyelesaian secara adat tidak hanya membayar sanksi adat, tetapi lebih
perlu mengadakan pesta patei bawui (menyembelih seekor babi) akan saki palas
anak. Dalam acara ini ia memberikan batu saki palas berupa barang adat (gong)
atau cincin atau sejumlah uang. 180Makna saki palas bagi anak-anak adalah sebagai
sesungguhnya hubungan ayah dan anak tidak bisa diputuskan hanya karena
perceraian antara ayah dan ibunya. Setidaknya mereka merasa tidak ditinggal
begitu saja. Memang hal ini jarang terjadi, karena umumnya jika orang berpisah
maka sulit bagi keduanya untuk bisa bertemu dan mengadakan saki palas ini.
Tetapi jika memikirkan dampak negatif dari perceraian bagi anak-anak mereka,
saki palas pasti dilakukan untuk memulihkan suasana hati damai, tidak ada dendam
179
Perda pasal 32
180
Wawancara dengan Basel Abangkan, Kepala Adat Kedamangan Sabangau di kota Palangka
Raya, 06 Juni 2011.
181
Ibid.