Anda di halaman 1dari 18

Pemanfaatan Hasil Hutan di

Indonesia

Oleh :
Muhammad Ilham Zakaria
04211740000034

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL 1
DAFTAR ISI 2
KATA PEGANTAR 3

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Rumusan Permasalahan 4
1.3 Tujuan 4

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Hutan 5
2.1.1 Hutan Yang Ada di Indonesia 5
2.1.2 Pemanfaatan Hasil Hutan di Indonesia 7
2.1.4 Pentingnya Pemanfaatan Hutan Yang Berkelanjutan 8

2.2 Pemanfaatan Hasil Hutan di Indonesia 8


2.2.1 Pihak-pihak Yang Berwewenang Atas Hutan di Indonesia 8
2.2.2 Dampak 11
2.2.3 Upaya-upaya Yang Dilakukan 14

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan 17
3.2 Saran 17

DAFTAR PUSTAKA 18

2
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, saya
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadiran-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah tentang
“Pemanfaatan Hasil Hutan di Indonesia”.
Makalah ini saya susun dengan maksimal kan tenaga saya dan mendapat bantuan dari
beberapa pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya
mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Tentu sebagai manusia tidak lepas dari salah dalam perbuatan, oleh karena itu saya
memohon maaf apabila terdapat kata-kata dalam makalah ini yang menyinggung maupun
tidak mengenakkan bagi pembaca saya memohon maaf yang sebesar-besarnya. Akhir kata
saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk berbagai pihak serta inspirasi
untuk pembaca.

Surabaya, 19 Mei 2018

Penyusun

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Makalah ini dibuat untuk pemenuhan tugas mata kuliah Wawasan Kebangsaan. Selain
itu dibuat untuk menyebarkan informasi yang ada serta menyebarkan ilmu bagi pembaca.
Hutan merupakan paru-paru dunia yang didalamnya terdapat tumbuh-tumbuhan yang selalu
mengeluarkan oksigen untuk kita hirup dan mengeluarkan karbon dioksida yang kita
keluarkan. Indonesia merupakan negara yang pernah menjadi negara dengan luas hutan yang
sangat besar bahkan hampir menjadi yang nomor 1 di dunia. Dalam makalah ini saya akan
membahas mengenai pemanfaatan hasil hutan yang ada di Indonesia selama ini.

1.2.  Rumusan Masalah

1. Bagaimana hutan di Indonesia selama ini?


2. Apa saja hasil hutan di Indonesia?
3. Bagaimana pemanfaatan hasil hutan di Indonesia?
4. Siapa saja yang mengelola?
5. Apa pengaruh dari pemanfaatan hutan, baik maupun buruk?
6. Apa pentingnya pemanfaatan hutan yang berkelanjutan?

1.3. Tujuan

Sejalan dengan rumusan masalah yang ada, tujuan saya membuat makalah ini adalah
untuk mengetahui bagaiaman keberlangsungan pemanfaatan hasil hutan yang ada di Indonesia.
Juga untuk menyadarkan pembaca mengenai segala proses yang telah berlangsung selama ini,
agar semua tahu tindakan apa saja yang benar dan yang harus dilakukan. Diharapkan dengan
dibuatnya makalah ini para pembaca dapat memahami dan mulai melakukan tindakan yang
benar juga menyebarkan hal yang baik.
Juga untuk mengenalkan kepada masyarakat jika kita akan mengelolah sebuah hutan
maka ada hal-hal yang harus dilakukan juga mengetahui aturan-aturan yang ada. Alangkah
lebih baiknya jika melakaukan pemanfaatan dengan mempertimbangkan bagaimana keadaan
yang akan mendatang atau lebih tepatnya pemanfaatan yang berkelanjutan.

4
BAB I
PENDAHULUAN

2.1 Hutan
Hutan adalah suatu wilayah yang memiliki banyak tumbuh-tumbuhan lebat yang
berisi antara lain pohon, semak, paku-pakuan, rumput, jamur dan lain sebagainya serta
menempati daerah yang cukup luas. Hutan berfungsi sebagai penampung karbon dioksida
(carbon dioxide sink), habitat hewan, modulator arus hidrologika, dan pelestari tanah serta
merupakan salah satu aspek biosfer bumi yang paling penting. Hutan adalah bentuk
kehidupan yang tersebar di seluruh dunia. Kita dapat menemukan hutan baik di daerah tropis
maupun daerah beriklim dingin, di dataran rendah maupun di pegunungan, di pulau kecil
maupun di benua besar.
Hutan mempunyai bahasa latin bernama sylva, sylvi, atau sylvo yang dapat diartikan
sebagai tempat yang mempunyai luas setidaknya lebih dari ¼ hektar yang berisi begitu
banyak pohon yang tumbuh, disertai unsur biotik ataupun non biotik yang memiliki
ketergantungan satu sama lain.
Menurut Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, pengertian hutan
adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang
didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungan, yang satu dengan yang lainnya
tidak dapat dipisahkan. Definisi hutan yang disebutkan di atas, terdapat unsur-unsur yang
meliputi:
a. Suatu kesatuan ekosistem
b. Berupa hamparan lahan
c. Berisi sumber daya alam hayati beserta alam lingkungannya yang tidak dapat dipisahkan
satu dengan yang lainnya.
d. Mampu memberi manfaat secara lestari.

2.1.1 Hutan Yang Ada di Indonesia


Indonesia merupakan negara dengan wilayah hutan yang sangat luas, luas hutan
Indonesia di tiap provinsi ini merupakan data luas hutan yang terdapat di masing-masing
provinsi di Indonesia. Luas seluruh hutan di Indonesia adalah 133.300.543,98 ha. Ini
mencakup kawasan suaka alam, hutan lindung, dan hutan produksi. Provinsi dengan luas
hutan terbesar adalah gabungan provinsi Papua dan Papua Barat dengan 40,5 juta ha. Disusul
oleh provinsi Kalimantan Tengah (15,3 juta ha), dan Kalimantan Timur (14,6 juta ha).
Sedangkan provinsi di Indonesia dengan luas hutan tersempit adalah DKI Jakarta (475 ha).
Data luas hutan Indonesia ini merupakan data de yure, data di atas kertas berdasarkan
SK Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi yang dikeluarkan oleh Menteri
Kehutanan. Mengenai jumlah riil luas hutan di lapangan kemungkinan dapat berbeda. Hal ini
lantaran beberapa SK penunjukan dikeluarkan sejak lebih dari sepuluh tahun yang silam,

5
bahkan luas hutan di provinsi Kalimantan Tengah telah dikeluarkan sejak tahun 1982 dan
sepertinya belum direvisi ulang.

Terdapat macam-macam pula hutan yang ada di Indonesia, berikut merupakan macamnya;
a. Hutan Bakau
Hutan bakau tumbuh di pantai-pantai landai dan berlumpur yang terkena pasang surut.
Hutan bakau sangat penting karena menjadi tempat bagi berbagai jenis ikan dan udang. Hutan
bakau juga dapat melindungi daratan dari pengaruh abrasi dan dapat menjadi penampung
banjir dari pedalaman daratan. Hutan bakau dapat ditemui di Pantai Papua, Sumatra bagian
timur, dan sepanjang pesisir Kalimantan.

b. Hutan Rawa
Hutan rawa meliputi daerah rawa-rawa dengan berbagai jenis tumbuhan seperti
beluntas, pandan, dan ketapang. Jenis hutan ini banyak terdapat di pantai timur Sumatra,
Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah.

c. Sabana
Sabana adalah padang rumput yang diselingi pepohonan dan banyak terdapat semak
belukar. Sabana umumnya dijumpai di Nusa Tenggara.

d. Hutan Musim
Hutan ini dinamai hutan musim karena memiliki perbedaan kondisi pada musim hujan
dan kemarau yang cukup mencolok. Tumbuhan yang ada di hutan musim pada musim
kewarau biasanya akan meranggas dan pada musim hujan akan tumbuh lebat kembali.
Tumbuhan yang mengalami peristiwa ini di antaranya pohon jati dan pohon kapok. Hutan ini
biasanya terdapat di daerah bertemperatur tinggi. Hutan musim banyak terdapat di Jawa
Tengah, Jawa Timur, sampai Nusa Tenggara.

e. Hutan Hujan Tropis


Ini adalah jenis hutan yang paling terkenal di Indonesia yang negara tropis ini.
Kepulauan Indonesia yang beriklim tropis banyak memperoleh sinar matahari, memiliki
curah hujan yang tinggi, dan temperatur rata-rata tinggi. Oleh karena itulah tumbuhan dari
berbagai macam jenis dapat tumbuh dengan mudah di daratan Indonesia dan membentuk
hutan hujan tropis. Hutan hujan tropis memiliki keragaman hayati yang melimpah, dan
menjadikannya paru-paru dunia yang utama (dunia berutang pada Indonesia karena hal ini)
sekaligus tempat hidup berbagai spesies hewan dan tumbuhan.

2.1.2. Hasil Hutan di Indonesia


Hutan di Indonesia memiliki tumbuhan yang beraneka ragam, terutama yang
berbentuk pohon. Secara keseluruhan, di Indonesia terdapat + 40.000 jenis tumbuhan, 25.000
– 30.000jenis di antaranya adalah tumbuhan berbunga, yang merupakan 10 % dari seluruh
tumbuhan berbunga di dunia. Kekayaan hutan yang melimpah ruah tersebut meberikan
manfaat kepada penduduk Indonesiamaupun bangsa lain.
Beberapa contoh hasil hutan kayu :

6
1. Kayu Agathis (Agathis alba)
2. Kayu Bakau atau Mangrove (Rhizophora mucronata)
3. Kayu Bangkirai (Hopea mengerawan)
4. Kayu Benuang (Octomeles sumatrana)
5. Kayu Duabanga (Duabanga moluccana)
6. Kayu Jelutung (Dyera costulata)
7. Kayu Kapur (Dryobalanops fusca)
8. Kayu Kruing (Dipterocarpus indicus)
9. Kayu Meranti (Shorea sp)
10. Kayu Nyatoh (Palaquium javense)
11. Kayu Ramjin (Gonystylus bancanus)
12. Kayu Jati (Tectona grandis)
13. Kayu Ulin (Eusideroxylon zwageri)
14. Kayu Sengon (Albizzia chinensis) dan lain sebagainya.

Beberapa contoh Hasil Hutan Non kayu :

1. Rotan
2. Damar
3. Kapur Barus
4. Kemenyan
5. Gambir
6. Kopal
7. Kulit pohon Bakau
8. Gondorukem
9. Terpentin
10. Bambu
11. Sutra Alam
12. Minyak Kayu Putih
13. Madu

2.1.3. Pemanfaatan Hutan di Indonesia


Hal yang berkaitan dengan hasil hutan adalah kegiatan pengolahan hasil hutan, antara
lain berupa industri penggergajian kayu. Industri penggergajian kayu terdapat di Samarinda,
Balikpapan, Pontianak, dan Cepu (Jawa Tengah, untuk penggergajian kayu jati). Hasil dari
industri ini berupa kayu gelondongan (log/bulat), kayu gergajian, dan kayu lapis untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri dan ekspor. Ekspor kayu gergajian dan kayu lapis
terutama kenegara Jepang, Hongkong, Singapura, Amerika Serikat, dan Australia. Mulai
Tahun 1985 pemerintah melarang ekspor kayu gelondongan dan mengubahnya menjadi
ekspor kayu olahan, yaitu berupa kayu gergajian, kayu lapis, atau berupa barang jadi seperti
mebel. Selain kayu gelondongan, yang terkena larangan ekspor adalah rotan asalan. Tujuan
adannya larangan ekspor kayu gelondongan dan rotan asalan tersebut antara lain untuk

7
membatasi eksploitasi yang berlebihan terhadap dua jenis komoditas tersebut dan untuk
meningkatkan lapangan kerja di bidang industri perkayuan yang bersifat padat karya.

2.1.4 Pentingnya Pemanfaatan Hutan Yang Berkelanjutan


Pentingnya Pengelolaan Sumber Daya Hutan yang Berkelanjutan Dengan melihat
betapa pentingnya kelestarian sumber daya hutan bagi kehidupan manusia dan lingkungan,
demikian juga betapa besar bencana yang ditimbulkan akibat kerusakan pada sumber daya
hutan seperti banjir, tanah longsor, erosi, pendangkalan sungai, rusaknya ekosistem hutan,
hilangnya spesies-spesies penting baik flora maupun fauna, terganggunya iklim mikro,
pemanasan global dan lain-lainnya maka perlu dilakukan upaya pengelolaan sumberdaya
hutan yang baik, benar dan berkelanjutan. Tujuan pengelolaan sumber daya hutan yang
berkelanjutan ini adalah untuk menjaga kelestarian sumber daya hutan dan kelestarian
lingkungan untuk kepentingan hidup manusia saat sekarang dan generasi yang akan datang.
Sumber daya hutan merupakan sumber daya alam yang sangat erat keterkaitannya
dengan lingkungan hidup, baik secara fisik maupun sosial budaya. Kerusakan sumber daya
hutan dapat berdampak pada kerusakan iklim, kerusakan sungai dan kerusakan lingkungan
hidup manusia. Oleh karena itu dalam pengelolaan sumber daya hutan tidak terlepas dari
pengelolaan sumber daya alam secara komprehensif dan berkelanjutan. Pengelolaan sumber
daya hutan yang berkelanjutan harus mempertimbangkan berbagai aspek yaitu aspek
ekonomi, sosial budaya dan lingkungan.

2.2. Pemanfaatan Hasil Hutan di Indonesia


Pemanfaatan hutan adalah kegiatan untuk memanfaatkan kawasan hutan,
memanfaatkan jasa lingkungan, memanfaatkan hasil hutan kayu dan hasil hutan non-kayu
serta memungut hasil hutan kayu dan bukan kayu secara optimal dan adil untuk kesejahteraan
masyarakat dengan tetap menjaga kelestariannya. Di Indonesia, pemanfaatan hutan diatur
dalam Peraturan Pemerintah no. 6 tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana
Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan. Izin pemanfaatan merupakan izin yang
diterbitkan oleh pejabat yang berwenang yang terdiri dari izin usaha pemanfaatan jasa
lingkungan, izin usaha pemanfaatan hasil kayu atau bukan kayu, ataupun izin pemungutan
hasil hutan kayu atau bukan kayu pada hutan yang telah diberikan izin.
Tujuan utama pemanfaatan hutan ialah untuk memberdayakan masyarakat atau
mensejahterakan masyarakat. Bagi para pemegang izin usaha pemanfaatan hutan dikenakan
pungutan sebagai peganti nilai intrinsik dari hasil hutan yang telah mereka dapatkan. Tata
hutan dan rencana pengelolaan hutan serta pemanfaatan hutan merupakan kewenangan
pemerintah dan pemerintah daerah Republik Indonesia. Dalam setiap pemanfaatan hutan
wajib disertai dengan izin pemanfaatan hutan. Jangka waktu pemanfaatan hutan pada hutan
lindung menurut undang-undang paling lama sepuluh tahun. Menurut undang-undang dalam
pemanfaatan hutan lindung yang diberikan perizinan paling luas hanya 50 hektar.

2.2.1 Pihak-pihak Yang Berwewenang Atas Hutan di Indonesia


1. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK)

8
Dipimpin oleh seorang menteri dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden.
Fungsinya membantu Presiden dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan di bidang
lingkungan hidup dan kehutanan. KLHK memiliki beberapa Direktorat Jenderal yang
mengurus bidang berbeda:

a) Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan


b) Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem
c) Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung
d) Pengelolaan Hutan Produksi Lestari
e) Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan
f) Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Bahan Beracun Berbahaya
g) Pengendalian Perubahan Iklim
h) Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan
i) Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan

2. Badan Lingkungan Hidup (BLH)


Setiap daerah/provinsi memiliki BLH sendiri dan bertanggung jawab kepada kepala
daerah/provinsi masing-masing. Misalnya, BLH tingkat provinsi bertanggung jawab kepada
gubernur, sedangkan BLH tingkat kabupaten/kota bertanggung jawab pada bupati/walikota.
Fungsinya kurang lebih sama, yakni membantu kepala daerah dalam penyelenggaraan
perlindungan dan pelestarian lingkungan hidup di lingkup daerah masing-masing secara
otonomi.
3. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)
Bekerja sama dengan KLHK dalam pengawasan lingkungan hidup berskala nasional
dengan mencegah terjadinya kerusakan lingkungan akibat pemanfaatan kekayaan alam
negara. Bertanggung jawab dalam pengembangan sumber energi baru dan terbarukan untuk
menjamin lingkungan yang bersih.
4. Badan Restorasi Gambut (BRG)
Dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 1/2016, lembaga non-struktural
ini bertanggung jawab kepada Presiden dan dipimpin oleh seorang kepala. Fungsi BRG ialah
untuk koordinasi dan fasilitasi restorasi lahan gambut di berbagai provinsi di Indonesia: Riau,
Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan
Papua.
5. Badan Informasi Geospasial (BIG)
Geospasial adalah lokasi atau posisi objek yang berada di bawah, pada, atau di atas
permukaan bumi yang mengacu pada sistem koordinat nasional. Sebelumnya, BIG bernama
Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal). Dalam menjalankan
kegiatan survei dan pemetaan untuk menyediakan informasi geospasial, BIG dipimpin oleh

9
seorang kepala yang bertanggung jawab kepada Presiden melalui koordinasi Menteri
Perencanaan Pembangunan Nasional.

6. Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional


Fungsinya sebagai perumus dan pelaksana kebijakan nasional di bidang tata ruang,
infrastruktur keagrariaan/pertanahan, hubungan hukum keagrariaan/pertanahan, penataan
agraria/pertanahan, pengadaan tanah, pengendalian pemanfaatan ruang dan penguasaan
tanah, penanganan masalah agraria/pertanahan, serta pemanfaatan ruang dan tanah.
7. Kementerian Dalam Negeri
Membuat peraturan dan menerapkan kebijakan pengelolaan barang milik/kekayaan
negara. Setelah itu, bertanggung jawab dalam pengawasan dan pelaksanaan peraturan
tersebut.
8. Kementerian Pertanian
Pertanian sangat erat hubungannya dengan lingkungan hidup. Maka dari itu,
pengelolaan barang milik/kekayaan negara menjadi tanggung jawab Kementan sebagai
pembantu Presiden pada skala nasional.
9. Kementerian PU
Bertanggung jawab dalam sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan
serta persampahan dan pembinaan jasa konstruksi. Tugasnya mencakup perumusan,
penetapan, serta pelaksanaan kebijakan.
10. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)
Menyusun rencana pembangunan nasional sebagai acuan penetapan program dan
kegiatan yang diadakan oleh kementerian/lembaga/pemerintah daerah yang berkaitan dengan
lingkungan. Semua kegiatan akan direncanakan dengan baik melalui analisis investasi proyek
pembangunan.
11. Kementerian Keuangan
Setiap program pembangunan, perlindungan, dan pelestarian lingkungan pasti butuh
dana. Nah, kementerian inilah yang mengatur dan bertanggung jawab atas perumusan dan
pelaksanaan anggaran belanja terkait program pelestarian lingkungan.
12. Dirjen Pajak
Sumber dana yang digunakan untuk perlindungan dan pelestarian lingkungan hidup
bersumber dari pajak yang dibayarkan oleh masyarakat. Dalam hal ini, pengumpulan dana
dari rakyat merupakan tanggung jawab Dirjen Pajak. Maka dari itu, taatlah membayar pajak
demi pembangunan negara.
13. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
Meski nggak secara langsung terlibat dalam pengelolaan lingkungan hidup dan
kehutanan, KPK memiliki posisi sebagai penyeimbang yang mendukung percepatan kawasan

10
hutan melalui harmonisasi kebijakan, penegakan hukum, pemantauan perizinan, dan segala
hal yang berkaitan dengan perlindungan dan pelestarian lingkungan. Segala bentuk
penyelewengan dana akan diusut oleh KPK.

2.2.2 Dampak
Setiap tahun, Indonesia kehilangan hutan seluas 684.000 hektar akibat pembalakan
liar, kebakaran hutan, perambahan hutan dan alih fungsi hutan. Menurut data yang dirilis
Badan Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) berdasarkan data dari Global Forest Resources
Assessment (FRA), Indonesia menempati peringkat kedua dunia tertinggi kehilangan hutan
setelah Brasil yang berada di urutan pertama. Padahal, Indonesia disebut sebagai megadiverse
country karena memiliki hutan terluas dengan keanekaragaman hayatinya terkaya di dunia.
"Menurut data terbaru dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di Indonesia,
total luas hutan saat ini mencapai 124 juta hektar.

Tapi sejak 2010 sampai 2015, Indonesia menempati urutan kedua tertinggi kehilangan
luas hutannya yang mencapai 684.000 hektar tiap tahunya," beber Deputi FAO
Representative bidang program di Indonesia, Ageng Herianto, dalam seminar dengan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta Pemerintah Provinsi Sulsel di Hotel
Dalton. Dengan kondisi itu, kata Ageng, FAO dan KLHK melucurkan program kerja sama
penguatan SDM KPH dan Pemberdayaan Komunitas di Hutan Produksi Jeneberang dan
Taman Nasional Bantimurung untuk wilayah Sulawesi selatan. "Kami yakin Indonesia
sedang melakukan upaya berkelanjutan untuk restorasi dan konservasi hutan.

Salah satu upaya pemerintah Indonesia untuk menangani masalah-masalah kehutanan


adalah dengan membentuk dan memberdayakan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) di
seluruh Indonesia. Pembangunan KPH menjadi salah satu prioritas nasional yang telah
tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan rencana
strategis (Renstra) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan," jelasnya. Dia
menambahkan, untuk mencapai pengelolaan hutan yang berkelanjutan memerlukan SDM
yang cakap. SDM juga merupakan faktor kunci untuk menciptakan KPH sebagai unit usaha
yang menguntungkan, mandiri, dan sekaligus dapat menjaga kelestarian hutan.

Beberapa bentuk terjadinya kerusakan hutan dipicu oleh berbagai kegiatan seperti :

1. Ilegal logging, yaitu penebangan yang terjadi di suatu kawasan hutan yang dilakukan
secara liar sehingga menurunkan atau mengubah fungsi awal hutan. Meskipun telah
ada larangan keras dari Pemerintah untuk melakukannya, akan tetapi sebagian besar
kalangan masyarakat masih melakukan kegiatan tersebut.
2. Kebakaran hutan, kebanyakan dari peristiwa kebakaran hutan terjadi karena faktor
kesengajaan. Beberapa pihak yang tidak bertanggung jawab sengaja membakar hutan
untuk dijadikan lahan perkebunan, pemukiman, peternakan, dan yang lainnya.
3. Perambaan hutan. Para petani yang bercocok tanam tahunan dapat menjadi sebuah
ancaman bagi kelestarian hutan. Mereka bisa dapat memanfaatkan hutan sebagai
lahan baru untuk bercocok tanam. Selain itu, pertumbuhan penduduk yang semakin

11
pesat juga dapat berkontribusi terhadap terjadinya perambaan hutan. Hal ini
disebabkan kebutuhan lahan untuk kelangsungan hidup meraka juga semakin
meningkat. Dan hutan menjadi salah satu object yang bisa mereka gunakan untuk
memenuhi kebutuhan tersebut.
4. Serangan hama dan penyakit, jumlah populasi hama yang meledak juga bisa menjadi
salah satu bentuk kerusakan hutan. Hama-hama tersebut dapat menyerang dan
menimbulkan kerusakan pada populasi pohon yang hidup di suatu kawasan hutan.

Deforestasi atau dampak akibat kerusakan hutan dapat menimbulkan berbagai bencana


seperti di bawah ini :

1. Perubahan iklim

Oksigen (O2) merupakan gas yang melimpah di atmosfer, dimana hutan merupakan produsen
terbesar yang menghasilkan gas tersebut. Selain itu, hutan juga membantu menyerap gas
rumah kaca yang menjadi penyebab terjadinya pemanasan global. Itulah sebabnya mengapa
ada istilah yang mengatakan bahwa hutan adalah paru-paru bumi. Pada saat suatu hutan
mengalami kerusakan, maka hal tersebut bisa berakibat terjadinya peningkatan suhu bumi
serta perubahan iklim yang ekstrem.

Dengan adanya deforestasi, jumlah karbondioksida (CO2) yang dilepaskan ke udara


akan semakin besar. Kita tahu bahwa karbondioksida merupakan gas rumah kaca yang paling
umum. Menurut Badan Perlindungan Lingkungan Amerika serikat menyatakan bahwa CO2
menyumbang sekitar 82% gas rumah kaca di negara tersebut. Menurut seorang Profesor ilmu
lingkungan di Lasell Collage Newton, Massachusets menyatakan bahwa deforestasi tidak
hanya mempengaruhi jumlah karbondioksida yang merupakan gas rumah kaca, akan tetapi
deforestasi juga berdampak pada pertukaran uap air dan karbondioksida yang terjadi antara
atmosfer dan permukaan tanah yang berkaitan dengan terjadinya perubahan iklim, dimana
perubahan konsentrasi yang ada di lapisan atmosfer akan memiliki efek langsung terhadap
iklim di Indonesia ataupun di dunia.

2. Kehilangan berbagai jenis spesies

Deforestasi juga berdampak pada hilangnya habitat berbagai jenis spesies yang
tinggal di dalam hutan. Menurut National Geographic, sekitar 70% tanaman dan hewan hidup
di hutan. Deforestasi mengakibatkan mereka tidak bisa bertahan hidup disana. Dengan
hilangnya habitat-habitat tersebut, maka hal tersebut akan menyebabkan terjadinya
kepunahan spesies.Hal ini bisa berdampak di berbagai bidang, seperti di bidang pendidikan
dimana akan musnahnya berbagai spesies yang dapat menjadi object suatu penelitian. Selain
itu, dibidang kesehatan deforestasi bisa berakibat hilangnya berbagai jenis obat yang bisanya
bersumber dari berbagai jenis spesies hutan.

3. Terganggunya siklus air

Kita tahu bahwa pohon memiliki peranan yang penting dalam siklus air, yaitu
menyerap curah hujan serta menghasilkan uap air yang nantinya akan dilepaskan ke atmosfer.
Dengan kata lain, semakin sedikit jumlah pohon yang ada di bumi, maka itu berarti
kandungan air di udara yang nantinya akan dikembalikan ke tanah dalam bentuk hujan juga
sedikit. Nantinya, hal tersebut dapat menyebabkan tanah menjadi kering sehingga sulit bagi
tanaman untuk hidup. Selain itu, pohon juga berperan dalam mengurangi tingkat polusi air,

12
yaitu dengan menhentikan pencemaran. Dengan semakin berkurangnya jumlah pohon-pohon
yang ada di hutan akibat kegiatan deforestasi, maka hutan tidak bisa lagi menjalankan
fungsinya dalam menjaga tata letak air.

4. Mengakibatkan Banjir dan erosi tanah

Word Wildlife Fund (WWF) mengungkapkan bahwa sejak tahun 1960, lebih dari sepertiga
bagian lahan subur di bumi telah musnah akibat kegiatan deforestasi. Kita tahu bahwa pohon
memegang peranan penting untuk menghalau berbagai bencana seperti terjadinya banjir dan
tanah longsor.

Dengan tiadanya pohon, maka pada saat musim hujan tanah tidak bisa menyerap dengan baik
tumpahan air hujan dan mengakibatkan besarnya laju aliran air di permukaan, yang pada
akhirnya akan terjadi banjir bandang. Selain itu, air hujan dapat mengangkut partikel-partikel
tanah sehingga menimbulkan erosi tanah atau tanah longsor.

5. Mengakibatkan kekeringan

Dengan hilangnya daya serap tanah, hal tersebut akan berimbas pada musim kemarau,
dimana dalam tanah tidak ada lagi cadangan air yang seharusnya bisa digunakan pada saat
musim kemarau. Hal ini disebabkan karena pohon yang bertindak sebagai tempat penyimpan
cadangan air tanah tidak ada lagi sehingga Ini akan berdampak pada terjadinya kekeringan
yang berkepanjangan.

6. Rusaknya ekosistem darat dan laut

Hutan menjadi habitat bagi berbagai jenis spesies hewan dan tumbuh-tumbuhan. Itu berarti
bahwa hutan merupakan salah satu  sumber daya alam hayati yang ada di bumi ini. Kegiatan
deforestasi hutan dapat mengakibatkan kerusakan bahkan kepunahana bagi kekayaan alam
tersebut itu sendiri maupun kekayaan alam lainnya yang ada di tempat lain seperti di laut.
Kerusakan hutan yang terjadi akan membawa akibat terjadinya banjir maupun erosi yang
dapat mengangkut partikel-partikel tanah menuju ke laut yang nantinya akan mengalami
proses sedimentasi atau pengendapan di sana. Hal tersebut  tentu saja bisa merusak ekosistem
yang ada di laut, seperti ikan serta terumbu karang.

7. Menyebabkan Abrasi pantai

Eksploitasi hutan secara liar tidak hanya dilakukan oleh pihak-pihak tak bertanggung jawab
di kawasan hutan yang ada di darat saja. Kegiatan tersebut juga bisa dilakukan terhadap
hutan-hutan mangrove yang berfungsi untuk melindungi pantai dari terjangan gelombang dan
badai  yang berada di pesisir pantai.  Jika hal tersebut terus dibiarkan, akan berakibat
terjadinya abrasi pantai .

8. Kerugian ekonomi

13
Hutan merupakan salah satu sumber kekayaan alam, sebagian masyarakat menggantungkan
hidup mereka dari hasil hutan. Jika hutan rusak, maka sumber penghasilan mereka pun juga
akan menghilang. Kerusakan hutan bisa menyebabkan tanah menjadi tandus, sehingga akan
sulit dipergunakan untuk bercocok tanam.

Selain itu, kerusakan hutan bisa memicu terjadinya berbagai macam bencana yang pada
akhirnya akan menimbulkan kerugian, baik itu kerugian material maupun non material.
Banyak orang yang kehilangan lahan, tempat tinggal, maupun anggota keluarga akibat
bencana seperti banjir dan tanah longsor.

9. Mempengaruhi kualitas hidup

Terjadinya erosi tanah sebagai akibat kerusakan hutan dapat mengangkut partikel-partikel
tanah yang mengandung zat-zat berbahaya seperti pupuk organik memasuki danau, sungai,
maupun sumber air lainnya. Ini akan berakibat penurunan kualitas air yang berada di daerah
tersebut. Dengan kualitas air yang buruk akan berdampak pada tingkat kesehatan yang buruk
pula.

Dari uraian di atas, kita bisa tahu bahwa hutan memberikan kontribusi yang tidak sedikit bagi
kehidupan makhluk-makhluk di sekitarnya, khususnya bagi manusia. Untuk itu, sangatlah
penting bagi kita untuk selalu berupaya menjaga hutan kita agar tetap lestari. Upaya-upaya
yang bisa dilakukan antara lain adalah dengan melakukan reboisasi atau penanaman kembali
hutan-hutan yang gundul. Dengan Meskipun reboisasi tidak akan benar-benar bisa
memperbaiki kerusakan dan kepunahan ekosistem di hutan, akan tetapi kegiatan tersebut
dapat memfasilitasi hal-hal berikut ini :

1. Mengembalikan fungsi dari ekosistem hutan seperti menyimpan karbon, sebagai


sumber cadangan air tanah, serta sebagai tempat hidup bagi berbagai jenis satwa.
2. Mengurangi jumlah karbondiaoksida yang ada di udara, sehingga udara menjadi lebih
bersih dan sehat.
3. Membangun kembali habitat satwa liar

2.2.3 Upaya-upaya Yang Dilakukan


1. Upaya Pemerintah Indonesia
a. Amandemen sistem verifikasi kayu, termasuk menyertakan penilaian kepatuhan
pemerintah dan perusahaan terhadap perangkat hukum yang melindungi hak tanah
masyarakat lokal dan kesepakatan ganti-rugi.
b. Terapkan dan tegakkan secara penuh Undang-Undang Kebebasan Informasi.
Sertifikasi legalitas kayu perlu ditangguhkan hingga para pemantau masyarakat sipil
menerima semua informasi yang dibutuhkan untuk mengawasi dan pengaduan mereka
ditangani para auditor.
c. Amandemen peraturan Menteri Dalam Negeri 33/2012 untuk menghapus
pembatasan yang tak perlu dan tak jelas mengenai mandat, aktivitas, dan pendanaan lembaga
masyarakat sipil/Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Dorong perubahan serupa untuk
RUU Organisasi Kemasyarakatan.
2. Upaya Perusahaan Sektor Kehutanan dan Perkebunan, Termasuk Mata Rantai Penyuplai

14
a. Libatkan LSM-LSM lokal untuk merancang dan melembagakan prosedur
pengaduan fundamental bagi masyarakat yang terkena dampak.
b. Manusia atas perusahan-perusahaan kehutanan yang diusulkan, demi mencegah
keterlibatannya dalam usaha yang berpotensi melanggar hak asasi manusia terhadap
masyarakat setempat, termasuk alokasi konsesi lahan yang sebelumnya diklaim masyarakat
itu.

3. Upaya Pemerintah Donor dan Lembaga Keuangan Internasional


a. Desak kepatuhan yang bisa dibuktikan oleh Kementerian Kehutanan dan auditor,
dengan menyertakan persyaratan bahwa Kementerian bersedia membuka informasi yang
dibutuhkan bagi para pemantau independen yang mengawasi sistem audit kayu.
b. Desak Indonesia untuk mengadopsi kriteria legalitas kayu yang mensyaratkan
penilaian berikut:
c. Operasi kayu di dalam lahan yang secara legal telah ditentukan undang-undang
Indonesia, termasuk membebaskan lahan yang sebelumnya telah diklaim masyarakat, dan
d. Masyarakat harus cukup mendapatkan konsultasi dan bayaran ganti-rugi yang adil
oleh perusahaan, sebagaimana diatur undang-undang.
Adapun upaya untuk menjaga hutan sebagai berikut;
1. Melakukan reboisasi
Reboisasi adalah salah satu alternatif untuk melestarikan hutan. Reboisasi itu sendiri
adalah menanam kembali hutan-hutan yang sudah rusak yang merupakan cara mencegah
hutan gundul, yang di kira tidak layak lagi untuk di tempati dan digunakan oleh makhluk
hidup, sehingga hutan akan tetap terjaga keberadaannya dan tetap bisa di gunakan oleh
manusia dalam ruang publik kehidupan. Dengan adanya reboisasi tersebut, hutan akan
semakin tetap hidup. Selain itu, dengan adnaya reboisasi, hutan akan kembali menghijau dan
terus menghijau dan akan menjadi lestari dan bersih.
2. Menerapkan sistem tebang pilih
Seperti yang sudah di jelaskan, bahwasanya salah satu manfaat hutan bagi manusia
adalah sumber ekonomi yakni dari pohon-pohon hutan tersebut. namun, meskipun begitu,
banyak manusia yang sembarangan menebang demi faktor ekonomi mereka, sehingga tidak
adanya sistem tebang pilih. Dengan adanya sistem tebang pilih ini, akan dapat mengurangi
dampak penebangan hutan secara liar dan dalam jumlah besar-besaran. Selain itu system ini
juga berguna untuk masyarakat agar tidak sembarang dalam melakukan penebangan hutan.
3. Menerapkan sistem tebang-tanam
Sistem ini sangatlah berguna bagi pelestarian hutan yang harus dijalankan. Sistem
penebangan hutan yang kemudian diganti dengan menanam hutan yang telah ditebang agar
hutan tetap terjaga keberadaannya. Seperti halnya sebuah tanggungjawab di mana setelah
dilakukannya penebangan hutan, di tanamnya lagi pohon-pohon agar ada ganti dari proses
penebangan tersebut. dengan menanam kembali pula atas apa yang sudah di tebang, maka

15
hutan akan tidak menjadi gundul dan hutan akan tetap terjaga kelestariannya dan akan
terhindar dari penyebab pemanasan global.
4. Melakukan penebangan secara konservatif
Melakukan Penebangan secara konservatif adalah penebangan dengan cara menebang
pohon yang sudah tidak berproduktif lagi di hutan tersebut, sehingga tidak terjadinya
kesalahan penebangan di mana ada pohon yang masih muda atau pohon yang masih bias
berproduktif dan di gunakan di potong secara sembarangan yang dapat mengakibatkan
kerugian bagi manusia itu sendiri. Menebang pohon yang suda tidak berproduktif lagi juga
akan memberikan lahan untuk menanam kembali pohon-pohon dalam proses penghijauan
serta dapat melestarikan hutan tersebut.
5. Memberikan sangsi bagi penebang yang melakukan penebangan sembarangan
Memberikan sanksi di sini dengan maksud agar penebang yang melakukan
penebangan secara sembarangan jera terhadap apa yang sudah dilakukannya. Selain
masyarakat yang harus menjaga kelestarian hutan, pemerintah juga harus ikut terlibat dalam
pelestarian hutan. Pemerintah harus ikut turun tangan dalam pelestarian hutan. Sebaiknya,
pemerintah juga memberikan sanksi yang berat bagi para pelakunya, yang bisa membuat
mereka jera dan tidak melakukan kesalahan mereka lagi.
6. Tidak membuang sampah sembarangan di hutan
Contoh kecil dan nyata yang seringkali manusia lakukan adalah dengan tanpa atau
dengan sengaja membuang sampah sembaranagn di hutan. Bahkan putung rokok pun di
buang sembarangan. Hal ini sangat rawan sekali terjadinya bencana yang tidak dinginkan.
Seperti kebakaran hutan yang seringkali di alami oleh negara Indonesia saat ini. Dengan
adanya kebakaran hutan, akan sangat berdampak pada fungsi lingkungan hidup bagi manusia
itu sendiri seperti halnya kabut asap yang dapat menggangu aktivitas sehari hari.
7. Melindungi dan menjaga habitat yang ada di hutan
Keberadaan mahkluk hidup di hutan sangatlah di pentingkan dan perlu juga untuk
dilindungi. Hal ini di perlukan karena keberadaan mahluk hidup ini perlu di jaga agar tidak
mengalami kepunahan yang di sebabkan kebakaran hutan maupun penebangan hutan secara
sembarangan yang telah banyak di lakukan oleh manusia demi kepentingan pribadi mereka.
Kepedulian harus di terapkan oleh manusia saat ini, karena sudah banyak flora dan dauna di
dunia ini yang semakin punah dan terganggu lingkungan dan keberadaanya akibat dari ulah
manusia sehingga kita haru memiliki cara melestarikan flora dan fauna.
8. Tidak mencoret-coret pohon yang ada di hutan
Banyak sekali para remaja atau dewasa yang jika ada suatu kunjungan atau
mendatangi hutan-hutan yang ada di pegunungan banyak sekali hal hal yang sudah di
lakukan. Seperti meninggalkan jejak mereka dengan cara mengukir suatu tulisan di batang
pohon yang ada di hutan tersebut, atau mencoret-coretnya dengan sesuatu yang membuat
kelestarian hutan menjadi berkurang. Hal ini sangat perlu untuk di cegah agar pohon-pohon
tersebut menjadi terjaga dan bersih.
9. Mengurangi penggunaan kertas berlebih
Kertas yang dibuat di pabrik-pabirk sangat perlu di perhatikan dalam jumlah yang di
perlukan dan tidak dihambur-hamburkan atau berlebih karena akan mempercepat proses
terjadinya efek rumah kaca. Dengan menekan produksi penggunaan kertas yang berasal dari

16
pepohonan hutan, hutan akan menjadi tetap terjaga kelestariaannya dan menekan pula proses
penebangan hutan secara berlebih.
10. Mengidentifikasi dan mencegah terjadinya kebakaran hutan
Belakangan ini, negara Indonesia maupun negara tetangga lainnya sangat merasakan
dampak dari terjadinya kebakaran hutan yang di alami oleh indonesia saat ini. Dampak
tersebut yakni bencana kabut asap. Kabut asap yang terjadi di Indonesia saat ini terjadi
karena adnya kebakaran hutan yang terjadi dimana-mana. Maka dari itu, pemerintah sangat
perlu mengindentifikasi apa apa yang menyebabkan kebakakaran tersebut terjadi. Selain itu
diperlukan juga untuk mencegah terjadinya kebakaran hutan yang akan akan merambat dant
erus merambat yang emgakibatkan kabut asap dan merugikan berbagai sektor dalam negara
seperti sektor pendidikan dan sektor perekonomian negara.

BAB III
PENUTUP
3.1.  Simpulan
Setelah menyelesaikan makalah ini, saya dapat menyimpulkan bahwa dalam
mengelola suatu hutan kita diharapkan menerapkan sistem yang berkelanjutan. Contohnya
kita harus melakukan reboisasi atau pohon yang ditebang harus berusia berapa agar tidak
terus mengikis secara signifikan luas hutan di Indonesia. Juga terdapat berbagai elemen yang
seharusnya ikut serta dalam pemanfaatan hutan di Indonesia seperti BLH, BRG, BIG dan
sebagainya yang seharusnya lebih turun dalam menjaga dan melestarikan hutan. Kita sebagai
masyarakat juga harusnya lebih memahami bagaimana jika hutan terus-terus ditebangi, akan
terjadi kekeringan dan banyak bencana lain jika mengeksploitasi secara berlebih tanpa
adanya perlakuan untuk melestarikan kembali.

3.2.  Saran
Sebagai mahasiswa sekarang saya menjadi lebih memiliki pikiran yang terbuka dan
mudah mengkritisi, saran saya terhadap kondisi yang sekarang ini mengenai pemanfaatan hasil
hutan di Indonesia adalah seharusnya kita memiliki lebih banyak wilayah konservasi yang
dilindungi langsung oleh pemerintah dan terus diawasi berkala agar tidak sampai
dieksploitasi secara besar-besaran oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Kita juga harus
mempertahankan kekayaan kita supaya tidak diambil oleh negara asing, baik TNI, POLRI
maupun masyarakat biasa hingga pemerintahan. Dengan kondisi yang sekarang ini sudah
selayaknya juga masyarakat mendapat pembelajaran maupun pen sosialisasian untuk
pemanfaatan hutan yang baik dan benar.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Arief A. 2001. Hutan dan Kehutanan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Departemen


Kehutanan dan Perkebunan. 1999. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan. Jakarta: Dephutbun RI. Zain, AS. 1996. Hukum lingkungan Konservasi
Hutan. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

2. Buku Data dan Informasi Pemanfaatan Hutan Tahun 2010; Direktorat Jendral
Planologi Kehutanan, Kementerian Kehutanan; November 2010.

3. https://arisudev.wordpress.com/2011/07/13/5-jenis-hutan-yang-ada-di-indonesia/

4. https://programsetapak.org/setapak-blog/kamu-harus-tahu-lembaga-lembaga-inilah-
yang-mengurus-lingkungan-indonesia/

5. https://regional.kompas.com/read/2016/08/30/15362721/setiap.tahun.hutan.indonesi
a.hilang.684.000.hektar.

6. ^ a b c "PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6


TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA
PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN" (PDF). 8 Januari
2007.^ N.H.T Siahaan.2004.Hukum Lingkungan dan Ekologi
Pembangunan.Jakarta:Erlangga.494

18

Anda mungkin juga menyukai