PENDAHULUAN
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Fisika
Hutan dalam bahasa latin disebut sylva, sylvi atau sylvo. Sylva, sylvi atau
sylvo yang memiliki arti tempat yang sangat luas. Suatu kawasan dianggap
hutan jika memiliki luas lebih dari 1/4 ha dan sejumlah pohon tumbuh di sana,
serta adanya faktor biotik dan abiotik yang saling bergantung.
Menurut UU No. 41 tahun 1999, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem
berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi
pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya
tidak dapat dipisahkan. Sedangkan pengertian hutan dari segi bahasa telah
dijelaskan oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), yaitu hutan adalah
tanah luas yang ditumbuhi pohon-pohon dan biasanya tidak dipelihara orang.
Dalam Encyclopaedia Britannica, hutan adalah sistem ekologi yang
kompleks dengan pohon merupakan bentuk kehidupan yang paling dominan.
Di Indonesia, luas lahan hutan terbesar terdapat di Papua dengan luas
32,36 juta hektar. Urutan kedua menjadi milik Kalimantan dengan luas 28,23
juta hektar, kemudian Sumatera dengan luas 14,65 juta hektar, Sulawesi
dengan luas 8,87 juta hektar, Maluku dan Maluku Utara dengan luas 4,02 juta
hektar. Hutan di Jawa dengan luas 3,09 juta hektar, Bali dan Nusa Tenggara
dengan luas 2,7 juta hektar.
2.2 Kimia
Menurut Dewan Pertahanan Sumber Daya Alam, efek rumah kaca
adalah krisis lingkungan dan kemanusiaan yang sedang terjadi di Bumi. Suhu
permukaan Bumi kian meningkat akibat terperangkap oleh gas karbon
dioksida yang semakin banyak dari hari ke hari, dan menjadikan Bumi
semakin panas dan rawan akan bencana. Menurut Team SOS (2011: 10), efek
rumah kaca adalah di atmosfer terjadi karena adanya gas-gas yang menyerap
dan memancarkan radiasi infrared. Gas-gas tersebut disebut dengan gas-gas
rumah kaca. Gas-gas rumah kaca menyerap radiasi panas infrared yang
dipancarkan oleh permukaan bumi, panas akibat penyerapan radiasi matahari
oleh atmosfer itu sendiri dan panas yang diserap oleh awan.
Proses efek rumah kaca terjadi ketika radiasi sinar matahari mengenai
atmosfer bumi. Radiasi panas yang dipantulkan oleh bumi akan terhalang,
sehingga panas tersebut terperangkap ke bumi. Proses terperangkapnya panas
itu, kemudian menyebabkan suhu bumi meningkat. Gas rumah kaca
membiarkan cahaya matahari masuk ke dalam bumi, namun gas tersebut tidak
bisa memantulkannya kembali ke permukaan bumi.
2.3 Penjasorkes
Menurut Koenigsberger (1975:3), iklim tropis adalah iklim dimana cuaca
panas merupakan masalah yang dominan yang hamper keseluruhan waktu
dalam satu tahun memiliki musim panas dan hujan bangunan bertugas untuk
mendinginkan pemakai, dari pada menghangatkan dan suhu rata-rata pertahun
tidak kurang dari 20º C.
Indonesia adalah negara yang beriklim tropis karena terletak pada garis
khatulistiwa. Dikutip dari buku Cakrawala Geografi 3 oleh Munawir dkk,
kondisi tersebut mengakibatkan Indonesia mengalami panas sepanjang tahun
dengan suhu yang relatif tinggi.
Ciri-ciri iklim tropis meliputi:
1. Memiliki curah hujan yang tinggi, dan lebih lama pada setiap
tahunnya, hal ini juga menjadikan tanah di iklim tropis menjadi subur.
2. Penguapan pada air laut cukup tinggi karena terdapat awan di
atmosfer.
3. Daerah iklim tropis terletak di antara 23,5 derajat LU dan 23,5 derajat
LS.
4. Pergantian suhu udara normal dan tidak ekstrim.
5. Memiliki tekanan udara yang rendah, dan perubahan tekanannya
lambat
6. Memiliki amplitudo tahunan yang kecil sekitar 1-5 derajat celcius,
kecuali pada amplitudo harian yang mana lebih besar.
7. Wilayah tropis basah biasanya tumbuhan yang tumbuh di hutan
berwarna hijau dan lebat.
8. Wilayah iklim tropis mendapat cahaya matahari setiap tahunnya
karena letaknya dekat dengan garis khatulistiwa.
9. Memiliki suhu udara yang rata-rata tinggi karena posisi matahari yang
vertikal.
10. Umumnya suhu udara sekitar 20–30 derajat celcius. Bahkan bisa
mencapai lebih dari 30 derajat celcius di beberapa tempat.
BAB III
PEMBAHASAN
Jenis hutan pantai ini yang biasa kita temui adalah hutan mangrove atau
hutan bakau. Hutan bakau atau hutan mangrove ini tentunya memiliki
karakteristik khusus yang mampu membedakannya dengan hutan lainnya, karena
hutan bakau atau mangrove ini merupakan hutan yang khas. Beberapa
karakteristik atau ciri hutan bakau atau hutan mangrove ini diantaranya adalah:
1. Memiliki akar napas yang menyembul ke permukaan
2. Selalu tergenang air
3. Mempunyai daun yang berlapis tebal untuk mengurangi penguapan
4. Lingkungan sekitar hutan mempunyai kadar garam yang tinggi
5. Tanahnya mengandung oksigen yang kurang atau hanya sedikit oksigen
Hutan pantai di Indonesia biasanya terletak di di wilayah selatan
pantai Pulau Jawa, barat daya pantai Sumatera, pantai Sulawesi dan pantai
Bali. Contoh hutan panta yaitu hutan bakau di Pantai Clungup, Malang.
B. Hutan Rawa
Jenis hutan yang selanjutnya berdasarkan tempat tumbuhnya adalah hutan
rawa. Seperti halnya hutan pantai yang berada di wilayah pesisir pantai, hutan
rawa ini juga merupakan hutan yang berada di daerah rawa atau disekitar rawa-
rawa. Hutan rawa ini juga mempunyai beberapa karakteristik yang akan
membedakan dengan hutan yang lainnya. Dengan kata lain, karakteristik yang
dimiliki oleh hutan ini merupakan karakteristik khusus. Beberapa karakteristik
yang dimiliki oleh hutan rawa antara lain adalah sebagai berikut:
1. Tanaman tampak selalu hijau
2. Dasar hutan berupa rawa- rawa dan selalu tergenang oleh air
5. Hutan rawa gambut atau hutan dengan komposisi tanah organik yang sangat
tinggi akibat dari penguraian sisa hewan dan tumbuhan.
6. Hutan rawa air tawar yakni hutan rawa dengan vegetasi yang cukup lebat dan
berlapiskan tanah yang kaya akan mineral.
7. Rawa tanpa hutan atau wilayah rawa yang hanya ditumbuhi oleh tumbuhan
kecil seperti semak belukar dan rumput air.
Manfaat hutan rawa diantaranya sebagai sumber makanan bagi flora dan
fauna yang hidup di area hutan rawa, sebagai sumber cadangan air, mencegah
terjadinya intrusi atau masuknya air laut kedalam air tanah dan air sungai yang
menjadi sumber mata air alami, dan mencegah terjadinya banjir.
C. Hutan Pegunungan
Jenis hutan yang selanjutnya berdasarkan tempat tumbuhnya adalah hutan
pegunungan. Hutan pegunungan merupakan hutan yang berada di daerah
pegunungan. Hutan pegunungan mempunyai karakteristiknya sendiri, yakni
sebagai berikut:
1. Berada di wilayah pegunungan
2. Pepohonan yang ada di hutan tersebut ditumbuhi oleh lumut karena udara
yang lembab
3. Memilihi suhu udara yang rendah
4. sering diselimuti kabut atau awan pada bagian kanopi hutan.
5. Batang pohon yang tumbuh di hutan daerah pegunungan umumnya tertutup
oleh lumut yang tumbuh tebal.
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5792093/efek-rumah-
kaca-proses-penyebab-dan-dampak-terjadinya
https://www.gramedia.com/literasi/efek-rumah-kaca/
#Dampak_Efek_Rumah_Kaca
3.3 PJOK
Tropis merupakan iklim dengan suhu rata-rata di atas 18 derajat celcius dan curah
hujannya cukup besar selama setidaknya setengah tahun. Daerah tropis bukan daerah
yang kering dan umumnya konsisten dengan kondisi iklim khatulistiwa di seluruh dunia.
Beberapa cara untuk mengembalikan Tropis Indonesia di antaranya sebagai berikut:
1. Menanam Pohon
4.1 Kesimpulan
Hutan merupakan paru-paru dunia karena memiliki fungsi menyerap
karbon dioksida dan menghasilkan oksigen. Keberadaan hutan dapat membantu
mengurangi peningkatan pemanasan global karena hutan dapat mengurangi emisi
gas karbon dioksida di udara. Berdasarkan data dari Bank Dunia dunia, sebanyak
14,5 juta hektar hutan musnah setiap tahunnya. Banyaknya penebangan liar akan
mengakibatkan berkurangnya media yang mengurangi efek rumah kaca. Efek
rumah kaca atau Greenhouse effect terbentuk dari adanya gas-gas rumah kaca di
atmosfer bumi. Efek rumah kaca juga diartikan sebagai proses pemanasan alami,
yang terjadi apabila gas-gasnya terperangkap radiasi panas di bumi. Suhu
permukaan bumi semakin meningkat karena terperangkap oleh gas karbon
dioksida yang semakin banyak dari hari ke hari. Hal itu menjadikan bumi semakin
panas dan berpotensi menimbulkan bencana. Belum lagi Indonesia adalah negara
yang beriklim tropis karena terletak pada garis khatulistiwa, kondisi tersebut
mengakibatkan Indonesia mengalami panas sepanjang tahun dengan suhu yang
relatif tinggi. Lalu dengan efek rumah kaca yang terjadi dan iklim tropis di
Indonesia menjadikan suhu di sini semakin panas. Berikut beberapa cara untuk
mengembalikan tropis Indonesia di antaranya menanam pohon, mengajak orang
lain untuk melakukan pelestarian lingkungan, menerapkan 3R (reduce, reuse,
recycle), dan mengurangi penggunaan kendaraan bermotor pribadi. Conventional
farming contributes to climate change, pollutes air and water, greenhouse effect,
and depletes soil fertility. To maintain sustainable agriculture and ensure a healthy
ecosystem, farming wisely without damaging the environtment is essential. There
are some things to do to farming wisely that can minimize the negative impact on
environment, such as using natural fertilizers, manage water resources, protect
biodiversity, reduce energy consumption, and practice responsible waste
management.
4.2 Saran
Dalam mengatasi pemanasan global, hutan sebagai paru-paru dunia harus dijaga
dan dilestarikan agar menghasilkan banyak oksigen dan menyerap karbon
dioksida yang dapat mengakibatkan efek rumah kaca. Dalam menanggulangi
dampak efek rumah kaca yang sudah terjadi kita bisa mengganti pupuk buatan
dengan pupuk organik, memakai bahan bakar ramah lingkungan, dan mengurangi
penggunaan listrik. Dalam mengembalikan Indonesia sebagai negara tropis kita
harus bisa mengajak orang lain untuk melakukan pelestarian lingkungan seperti
menanam pohon, menerapkan 3R (reduce, reuse, recycle) dan mengurangi
penggunaan kendaraan pribadi.
DAFTAR PUSTAKA
Buku 1 Penulis*)
Sunarto, K. (2004). Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.
Buku 2 Penulis*)
Tubagus, A, & Wijonarko. (2009). Langkah-Langkah Memasak. Jakarta: PT
Gramedia.
Buku 3 Penulis*)
Leen, B., Bell, M., & McQuillan, P. (2014). Evidence-Based Practice: a Practice
Manual. USA: Health Service Executive.
Buku Terjemahan*)
Gladding, S. T. (2012). Konseling: Profesi yang Menyeluruh (6th ed.). (Terj. P.
Winarno, & L. Yuwono). Jakarta: PT. Indeks.
Majalah*)
Susanta, R. (Juni 2010). “Ambush Marketing”. Marketing, 140 (2), 15-17.
Majalah Online*)
Susanta, R. (Juni 2010). “Ambush Marketing”. Marketing, 140 (2), 15-17.
Diakses dari: http//majalahmarketing.com//
Surat Kabar*)
Irawan, A. (24 September 2010). “Impor Beras dan Manajemen Logistik Baru”.
Koran Tempo, A11.
Video*)
American Psychological Association. (Produser). (2000). Responding
therapeutically to patient expressions of sexual attraction [DVD].
Tersedia di http://www.apa.org/videos/
Serial Televisi
Egan, D. (Penulis), & Alexander, J. (Pengarah). (2005). Failure to communicate
[Episode Seri Televisi]. In D. Shore (Produser Pelaksana), House. New
York, NY: Fox Broadcasting.
Musik Rekaman*)
Lang, K.D. (2008). Shadow and the frame. On Watershed [CD]. New York, NY:
Nonesuch Records.