DISUSUN Oleh :
UMIRTA HURIZKI
X MIA 2
GURU PEMBIMBING :
BERLIYAN NANDO, S.Pd
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Alla SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis berhasil menyelesaikan makalah ini yang berjudul
Permainan Bulu Tangkis sesuai dengan yang diharapkan. Makalah yang membahas tentang
sejarah, teknik dasar, dan peraturan dalam permainan bulu tangkis.
Adapun makalah ini penulis rangkum dari beberapa sumber yang dapat dipercaya yang
sajiannya penulis sajikan dalam lembar Daftar Pustaka dengan harapan makalah ini dapat
menambah pengetahuan kita tentang Bulu Tangkis.
Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan kemampuan kita.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................................................... i
Daftar isi............................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................ 1
1.3 Tujuan Penulisan ......................................................................................................... 1
BAB II ISI/PEMBAHASAN ......................................................................................... 2
2.1 Pengertian ................................................................................................................... 2
2.2 Sejarah ........................................................................................................................ 2
2.3 Peraturan...................................................................................................................... 4
2.4 Teknik/Skill.................................................................................................................. 7
Daftar Pustaka.....................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
a. Seorang pria melawan seorang pria (tunggal pria atau men’s single),
b. Seorang wanita melawan seorang wanita (tunggal wanita atau women’s single),
c. Sepasang pria melawan sepasang pria (ganda pria atau men’s double),
d. Sepasang wanita melawan sepasang wanita (ganda wanita atau women’s double)
e. sepasang pria / wanita melawan sepasang pria / wanita (ganda campuran atau mixed double)
Ada dua pendapat yang beredar mengenai asal mula permainan bulutangkis yakni di Mesir
kuno (sekitar 2000 tahun yang lalu) dan dari daratan Tionghoa. Di daratan Tionghoa atau
Republik Rakyat Tiongkok, bulutangkis berasal dari permainan rakyat setempat yang bernama
Jianzi. Namun pada permainan Jianzi tidak menggunakan raket tetapi hanya kok (shuttlecock)
saja. Adapun peraturan dasar dari permainan Jianzi ini sama halnya dengan aturan permainan
bulutangkis yakni menjaga agar kok tidak jatuh menyentuh tanah/lantai selama mungkin.
Kemudian pada zaman pertengahan di Inggris juga terdapat sebuah permainan tradisional yang
banyak dimainkan oleh anak-anak di negara tersebut yang bernama “Battledore and
Shuttlecock”. Permainan itu menggunakan tongkat dan menjaga kok tetap di udara tanpa boleh
menyentuh tanah/lantai yakni dengan cara dipukul terus-menerus selama mungkin.
Sementara di Indonesia, bulutangkis mulai dikenal dikenal oleh masyarakat pada 1930-an. Pada
masa itu, cabang olahraga bulutangkis ini bernaung dibawah perkumpulan yang diberi nama
Ikatan Sport Indonesia (ISI). Kemudian permainan bulutangkis mulai ditinggalkan ketika negara
Indonesia menghadapi masa. Hingga pada akhirnya bulutangkis ini kembali hidup ketika
Indonesia telah merdeka dan mulai berkembang pada tahun 1947.
Di Indonesia bulutangkis mulai diperhitungkan dan berkembang ketika adanya kesadaran dari
pemerintah dan masyarakat bahwa bulutangkis merupakan salah satu cabang olahraga yang
dapat mengharumkan nama bangsa Indonesia. Sejak itulah mulai didirikan berbagai
perkumpulan yang menaungi olahraga bulutangkis. Dan kemudian mulai diselenggarakan
berbagai perlombaan dan kejuaraan tingkat daerah dan nasional.
Perkembangan nyata olahraga bulutangkis di Indonesia terjadi pada tahun 1948 yakni dengan
diadakan dan dimasukkannya bulutangkis sebagai salah satu cabang olahraga yang yang
dipertandingkan pada Pekan Olahraga Nasional (PON) I yang diadakan di Surakarta (kini Solo).
Pekan Olahraga Nasional atau PON ini diikuti oleh berbagai daerah yang ada di Indonesia.
Kemudian hal ini berlanjut dan semakin berkembang pada masa tahun 1950-an dengan mulai
diselenggarakannya berbagai perlombaan yang tersebar di berbagai kota di Indonesia seperti
Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi baik antar perkumpulan, kabupaten/kota, propinsi
hingga tingkat nasional.
Bulutangkis Indonesia semakin berkembang pesat dengan kampanye yang disuarakan oleh
Presiden Indonesia saat itu yakni Presiden Soekarno. Presiden Soekarno mengkampanyekan
“Nation Building” yaitu gerakan untuk membangun bangsa, dan pelaku-pelaku olahraga
termasuk sebagai salah satu pemain utama dalam gerakan ini. Presiden Soekarno memberikan
pengarahan dan kobaran semangat pada pelaku-pelaku olahraga ini agar menjadikan olahraga
sebagai sarana untuk mengenalkan negara Indonesia ke hadapan dunia internasional dan
berjuang keras agar Indonesia mampu menciptakan sebuah prestasi di tingkat dunia.
Harapan dari Presiden Soekarno ini kemudian dituangkan dalam Kepres No. 263/1963 yang
isinya menyangkut tentang upaya dan harapannya untuk mencanangkan Indonesia dapat masuk
dalam peringkat 10 besar tingkat dunia. Harapan dan impian Presiden Soekarno ini mulai
terjawab pada tahun 1958, yakni ketika Indonesia mengikuti ajang piala Thomas atau Thomas
Cup (untuk putra) yang diselenggarakan di Singapura. Pada awalnya pemain Indonesia
diremehkan oleh para pemain dari negara lain karena waktu itu adalah kali pertama Indonesia
mengikuti ajang tingkat internasional tersebut, dan merupakan tim yang tidak diperhitungkan.
Tim bulutangkis Indonesia yang masih ‘anak bawang’ dalam kejuaraan tingkat internasional
dianggap tidak akan mampu bersaing dengan tim bulutangkis terkuat pada masa itu (tahun 1950-
an) yakni Amerika, Malaysia, Denmark, Inggris dan Thailand. Namun pemain dari tim
bulutangkis Indonesia mampu memberikan kemampuan terbaiknya. Hal ini dibuktikan dengan
keberhasilan dua orang atlet bulutangkis Indonesia dari kategori tunggal putra maju ke babak
final. Dan yang lebih membanggakan lagi, mereka menciptakan suatu keadaan dimana kedua
pemain yang bertanding di babak final berasal dari satu negara yakni Indonesia atau yang dikenal
dengan istilah “All Indonesian Final”.
Bulutangkis atau yang sekarang lebih dikenal dunia dengan sebutan badminton mulai
berkembang dan dikenal oleh masyarakat dunia pada abad ke-17. Kata badminton sendiri berasal
dari sebuah nama tempat atau lebih tepatnya nama istana yang terletak di daerah Gloucester-
shire sekitar 200 kilometer sebelah barat kota London, Inggris yaitu “Badminton House”.
Mereka adalah keluarga Duke of Beafourt merupakan pemilik istana ini. Keluarga ini sering
mengadakan perlombaan bulutangkis di kawasan istana. Pada mulanya mereka mengadakan
perlombaan yang sama dengan permainan Battledore and Shuttlecock yang beredar di
masyarakat Inggris pada umumnya. Namun kemudian anak-anak dari keluarga Duke of Beafourt
melakukan sedikit improvisasi pada permainan ini yaitu dengan memasang sebuah tali di tengah-
tengah antara area permainan kedua pemain yang bertanding. Tali inilah yang menjadi cikal
bakal tercipta net dalam permainan bulutangkis.
Pada akhir tahun 1850-an permainan Battledore and Shuttlecock variasi baru ciptaan keluarga
Duke of Beafourt yakni dengan menggunakan tali berkembang pesat. Kemudian puncaknya yaitu
pada tahun 1960, melalui sebuah pamflet yang ditulis oleh Isaac Spraat. Dalam pamflet ini Isaac
Spraat menuliskan “Badminton Battledore a New Game” dan pada pamflet inilah revolusi baru
dari permainan Battledore and Shuttlecock dan digunakannya istilah Badminton sebagai nama
baru dari permainan itu pertama kali diceritakan pada masyarakat luas.
1. Ukuran Lapangan
a. Garis di dalam lapangan ditandai dengan warna putih, hitam, atau warna lainnya yang terlihat
jelas, dengan tebal garis 3,8 cm (1½ inci). Dalam menandai lapangan, lebar dari garis tengah
lapangan harus dibagi dua, sama antara bidang servis kanan dan kiri. Ketebalan garis servis
pendek dan garis servis panajng (masing-masing 3,8 cm atau (1½ inci) harus berada di dalam
ukuran 13” atau sama dengan 3,96 m yang dicantumkan sebagai panjang lapangan servis, dan
ketebalan dari semua garis batasnya (masing-masing 3,8 cm atau 1½ inci) harus berada dalam
batas ukuran yang telah ditentukan.
b. Jika ruang yang tersedia tidak memungkinkan pemberian tanda batas lapangan untuk
permainan ganda, dapat dibuat tanda-tanda hanya untuk permainan tunggal. Garis batas belakang
juga menjadi garis servis panjang, dan tiang-tiang atau garis batas pada jaring akan ditempatkan
pada garis samping lapangan.
2. Tiang
Tinggi kedua tiang adalah 155 cm (5 kaki 1 inci) dari lantai. Tiang harus kuat, agar jaring tegang
dan lurus dan ditempatkan pada garis batas samping lapangan.
3. Jaring
Jaring harus dibuat dari tali halus yang dimasak dan dijala dengan jaring 1,6 cm sampai dengan
2, 0 cm. Jaring harus terentang 76 cm. Ujung atas jaring harus berada 152 cm (5 kaki) dari lantai
pada pertengahan lapangan dan 155 cm dari lantai pada tiang-tiangnya. Jaring harus mempunyai
tepi dari pita putih selebar 3,8 cm, serta bagian tengah pita tersebut didukung oleh kawat atau
tali, yang ditarik dan ditegangkan dari ujung-ujung tiang.
5. Pemain
Permainan harus dimainkan oleh masing-masing satu permainan di satu sisi lapangan (pada
permainan tunggal) atau masing-masing dua pemain di satu sisi (pada permainan ganda). Sisi
lapangan tempat tim yang mendapat giliran melakukan servis dinamakan sisi dalam (inside),
sedangkan sisi yang timnya menerima servis dinamakan sisi luar (outside).
6. Pengundian
Sebelum pertandingan dimulai, wasit memanggil kedua tim/pemain yang berlawanan untuk
mengundi pihak yang berhak melakukan servis pertama dan memilih sisi lapangan bagi timnya
untuk memulai permainan.
7. Penilaian
Ada beberapa macam penilaian :
a. Jumlah nilai (skor) permainan ganda atau tunggal putra, terdiri atas 15 angka, seperti yang
telah ditentukan sebelumnya. Misalnya, dalam pertandingan dengan nilai 15, bila kedua belah
pihak telah mencapai angka 14 sama. Pihak yang pertama kali memperoleh angka 14 dapat
menambahkan nilai akhir dengan 3 angka (dikenal dengan sebutan setting game). Jika
pertandingan telah ditetapkan (diset), maka nilai awal yang ditentukan dinamakan “love-all”.
Pihak pertama yang mencapai angka 3 dinyatakan sebagai pemenang.
b. Jumlah skor pada pertandingan tunggal putri adalah 11 angka. Jika telah dicapai angka 10-10 ,
maka pihak yang lebih dahulu mencapai angka 10 berhak menambah nilai tambahan akhir
dengan 3 angka. Pihak yang pertama mencapai 3 angka dinyatakan sebagai pemenang. c. Kedua
pihak yang bertanding akan memainkan tiga sel pertandingan untuk menentukan pemenang.
Pemain yang mampu memenangkan lebih dahulu 2 sel pertandingan (2 games) akan dinyatakan
sebagai pemenang. Pemain akan bertukar sisi lapangan (tempat) pada setiap akhir suatu game.
Pada game ketiga, pemain juga akan berpindah lapangan ketika nilai akhir mencapai :
Keterangan : Aturan reli poin adalah 1 game terdiri atas 21 poin. Jika kedua pemain mencapai
poin 20-20, maka terjadilah deuce (yus). Pemenang dapat ditentukan jika telah muncul selisih 2
poin (misalnya 22-20). Bila selisih masih 1 poin (21-20), pemenang belum dapat ditentukan.
Angka maksimal tiap game adalah 30. Dengan demikian, jika terjadi poin 29-29, maka
pemenangnya adalah pemain yang terlebih dulu mencapai angka 30.
8. Pertandingan Ganda
Beberapa peraturan dalam pertandingan ganda adalah sebagai berikut :
a. Telah ditetapkan pihak mana yang akan melakukan servis pertama pemain di bidang servis
kanan memulai pukulan servis ke arah lawan yang berdiri secara diagonal dihadapannya.
b. Pukulan servis pertama yang dilakukan pihak berada di sisi dalam lapangan selalu dilakukan
dari bidang servis kanan.
c. Hanya pemain yang menjadi “sasaran” servis saja yang boleh menerima servis. Jika
shuttlecock tersentuh atau dipukul oleh pemain pasangannya, pihak yang berada disisi dalam
mendapat angka.
d. Hanya satu pemain pada pihak yang melakukan servis permulaan atau pertama dari suatu
pertandingan yang dapat melakukan pukulan servis tersebut.
e. Jika seorang pemain melakukan servis yang tidak pada gilirannya atau dari sisi lapangan yang
salah, dan pihak yang melakukan servis yang memenangkan reli tersebut, maka akan terjadi let
kembali yang harus diajukan sebelum pukulan servis berikut dilakukan.
9. Pertandingan Tunggal
Dalam pertandingan tunggal, peraturan 8a dan 8e berlaku pada pertandingan tunggal. Tambahan
peraturan untuk pertandingan tunggal adalah sebagai berikut:
a. Permaianan akan melakukan servis dari atau menerima servis dari bidang servis kanan hanya
bila nilai pelaku servis adalah 0 atau angka genap
pertandingan. Servis dilakukan dan diterima dari bidang servis kiri bila nilai pelaku servis
merupakan angka ganjil.
b. Kedua pemain yang bertanding akan mengubah bidang servis tempat masing-masing pemain
itu berdiri setiap kali sebuah angka dibuat.
10. Kesalahan
Kesalahan yang dilakukan pemain yang berada pada sisi dalam lapangan akan menggagalkan
servis yang dilakukannya. Jika kesalahan dilakukan oleh pemain yang berada di sisi luar (sisi
lapangan yang menerima servis), maka satu angka diperoleh pihak yang berada di sisi dalam (sisi
lapangan yang melakukan servis).
12. Umum
a. Pelaku servis tidak boleh melakukan servis hingga penerima servis dalam keadaan siap.
Penerima servis dianggap siap jika ia melakukan gerakan untuk menerima servis yang telah
dibayangkan.
b. Pelaku dan penerima servis harus berdiri di dalam batas bidang servisnya masing-masing dan
bagian dari kedua kaki pemain ini harus tetap bersentuhan dengan lantai, dalam posisi diam,
hingga shuttlecock disentuh raket.
c. 1) Jika saat servis atau reli, shuttlecock menyentuh dan tidak melampui jaring, maka hal itu
dianggap tidak sah.
2) jika saat servis dan reli, shuttlecock tersangkut pada net, maka diajukan let.
3) jika penerima servis dinyatakan salah karena bergerak pada saat servis sedang dilakukan, atau
karena tidak berada dalam batas bidang servis yang seharusnya, sementara pada saat yang sama
pelaku servis juga dinyatakan melakukan kesalahan, maka diajukan let.
4) Jika diajukan let, permainan yang terjadi servis sejak servis terakhir yang benar, tidak
dihitung. Pemain yang baru saja melakukan servis akan melakukan servis ulang, kecuali jika
peraturan lain telah ditetapkan.
d. Jika pelaku servis pada saat melakukan servis tidak mengenai shuttlecock, maka ia dianggap
melakukan kesalahan (fault); tetapi jika shuttlecock tersentuh raket, servis telah dianggap telah
dilakukan.
e. Jika dalam permainan shuttlecock menyentuh jaring dan tetap tersangkut disana, atau
menyentuh jaring dan jatuh di posisi pemukulnya, atau menyentuh lantai diluar lapangan; dan
pemain lawan menyentuh jaring atau shuttlecock dengan raket dan tubuhnya, maka tidak ada
pinalti, sebab shuttlecock dianggap dalam permainan.
f. Jika pemain memukul shuttlecock dengan arah ke bawah , ketika berada dekat jaring dengan
harapan bahwa shuttlecock akan terpukul kembali olehnya, hal ini dianggap menghalangi
lawan. Maka wasit wajib menyatakan kesalahan (fault) atau let, jika hal tersebut terjadi tanpa
pemain mengajukannya. Jika pemain mengajukan hal tersebut, maka wasit harus memberikan
keputusan.
13. Kontinuitas Permainan
Permainan harus berkelanjutan dari servis yang pertama hingga akhir pertandingan, ketika tim
menang diputuskan, kecuali:
a. Pada internasional Badminton Championship dan Ladies Internasional Badminton
Championship harus diizinkan suatu waktu istirahat (tidak lebih dari 5 menit) yakni antara
pertandingan kedua dan ketiga.
b. Di daerah yang kondisi cuacanya menyebabkan waktu istirahat dibutuhkan (maksimal 5
menit), yakni antara pertandingan kedua dan ketiga, baik untuk tunggal, ganda atau keduanya.
c. Karena keadaan yang tak terhindarkan oleh pemain, wasit dapat menunda permainan hingga
waktu yang menurut pertimbangannya dibutuhkan.
1. Pegangan forehand ( pegangan dasar ), pegangan ini dapat diperoleh dengan cara
mendirkan raket yang sisinya tegak dengan lantai. Pegangan ini hampir sama dengan posisi
tangan sedang bersalaman.
2. Pegangan backhand, pegangan ini dapat di peroleh dengan jalan memutar seperempat
kekanan dari pegangan forehand.
Gambar :
3. Pegangan pukul kasur / Amerika, cara pegangan ini adalah mula-mula raket diletakan
secara mendatar di atas lantai. Kemudian ambil dan peganglah raket pada
pegangannya, sehingga bagian tangan antar ibu jari dan jari telunjuk menempel pada
bagian permukaan yang lebar.
4. Pegangan campuran
b. Teknik Pukulan
Teknik pukulan adalah cara-cara melakukan pukulan pada permainan bulutangkis dengan
tujuan menerbangkan shuttlecock ke lapangan lawan. Terdapat macam-macam teknik dasar
pkulan dalam permainan bulutangkis, yaitu:
1. Pukulan Servis
Pukulan servis merupakan pukulan dengan raket untuk menerbangkan shuttlecock ke
bidang lapangan lawan secara diagonal dan bertujuan sebagai permulaan permainan. Macam-
macam pukulan servis, yaitu :
Pukulan servis pendek
Servis pendek adalah servis di mana kok melintas tipis melewati net. Pukulannya
mengarahkan kok ke sudut perpotongan garis servis depan dengan garis tengah atau garis servis
dan garis tepi. Coba Anda lakukan servis pendek dengan cara berikut ini.
pergelangan tangan.
Pukulan servis Drive
Tujuan dari servis drive adalah memukul kok dengan cepat, mendatar, dan setipis mungkin
melewati net. Sasarannya adalah sudut titik-titik perpotongan antara garis belakang dengan garis
tengah lapangan. Cara melakukan pukulan servis ini adalah dengan melemparkan kok agak jauh
dari badan. Lengan bergerak bebas dan leluasa dalam mengayunkan raket.
2. Pukulan lob
Pukulan lob adalah adalah pukulan dalam permainan bulu tangkis yang bertujuan
untuk menerbangkan shuttlecock setinggi mungkin mengarah jauh ke belakang garis
lapangan lawan.
Pukulan lob dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
Overhead lob , yaitu pukulan lob yang dilakukan dari atas kepala dengan cara
menerbangkan shuttlecock melambung kea rah belakang.
Underhand lob , yaitu pukulan lob yang dilakukan dari bawah dengan cara
memukul shuttlecock yang berada di bawah Abadan dan dilambungkan tinggi ke
belakang.
3. Pukulan Smash
Smash adalah suatu jenis pukulan yang dilakukan dengan tenaga keras dan umumnya
untuk meraih skor yang mengarah kebawah lapangan lawan pada olahraga bulutangkis, tenis,
dan voli.
c. Servis
Servis dilakukan dari satu sisi lapangan (kiri atau kanan) menyilang menyeberangi jarring ke
area lawan. Partai tunggal dan ganda mamiliki area servis yang berbeda. Bila kok jatuh di luar
area tersebut maka kok dinyatakan “ keluar “ dan poin untuk penerima servis. Posisi kiri atau
kanan tempat servis dilakukan ditentukan dari jumlah poin yang telah dikumpulkan oleh pemain
yang akan melakukan servis. Posisi kanan untuk jumlah poin genap dan posisi kiri untuk jumlah
poin ganjil. Servis dari posisi kanan juga dilakukan saat jumlah poin masih nol.
Pada set pertama pemain/pasangan yang melakukan servis untuk pertama kali di tentukan
dengan undian, sedangkan untuk set berikutnya dilakukan oleh pemenang dari set
sebelumnya.untuk partai ganda, beberapa peraturan berbeda diterapkan untuk perhitungan poin
menggunakan sisitem pindah bola dan sisitem reli poin..
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Permainan bulutangkis merupakan permainan yang sangat digemari di Indonesia.
Permainan ini membutuhkan tempat yang tidak terlalu luas unyuk memainkannya. Permainan ini
minimal dapat dimainkan oleh dua orang dan maksimal oleh empat orang.
3.2 saran
Permainan bulutangkis harus di bina sejak usia dini untuk menghasilkan bibit atlet yang
berpotensi. Untuk itu atlet-atlet besar Indonesia perlu mendidik anak usia dini dalam bermain.
Daftar pustaka
Anonim. Peraturan Permainan Bulu Tangkis. Diakses tanggal 25 November 2014. Pukul
14.30. Di http://prismakehidupan. Wordpress.com/.
Fourtofour, Aris.2012. Sejarah Olahraga Bulu Tangkis ( Badminton). Diakses pada tanggal.
Diakses tanggal 25 November 2014. Pukul 14.30.Di
http://www.kumpulansejarah.com/2012/11 sejarah-olahraga-bulu-tangkis-badminton.html?
m=1
Ihsan, Azam. 2013.Teknik Dasar Permainan Bulutangkis. Diaksees tanggal 25 November
2014. Pukul 14.30.pukul 20.30. Di http://azamihsan87.blogspot.com/2013/01/b-tehnik-dasar-
permainan-bulutangkis. Html?m=1
Yulianingsih, Ni Kadek.2013. Permainan bulutangkis. Diakses tanggal 25 November 2014.
Pukul 14.30.Di http://nikadekyuli.blogspot.com.