Anda di halaman 1dari 6

Brigita Sanina Manullang dan High Boy K Hutasoit| Gangguan Psikotik Akibat Penggunaan Zat Psikoaktif Multipel pada

Pria
Muda Usia 19 Tahun

Gangguan Psikotik Akibat Penggunaan Zat Psikoaktif Multipel pada Pria Muda
Usia 19 Tahun
Brigita Sanina Manullang1, High Boy K Hutasoit2
1
Mahasiswa, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
2
Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa, Rumah Sakit Jiwa, Provinsi Lampung

Abstrak
Diperkirakan ada sekitar 167 hingga 315 juta orang penyalahguna zat psioaktif dari populasi penduduk dunia yang berumur
15-64 tahun yang menggunakan obat-obatan terlarang minimal sekali dalam setahun pada tahun 2013. Hasil survei BNN
bekerja sama dengan Pusat Penelitian Kesehatan UI tahun 2014 telah melahirkan angka prevalensi penyalahgunaan
narkoba secara umum sebesar 2,21% atau setara dengan 4.173.633 orang. Penyalahgunaan obat-obatan yang mengandung
zat psikoaktif dapat menghasilkan gejala psikotik. Pasien yang menggunakan zat psikoaktif biasanya enggan
mengungkapkan penggunaan narkoba mereka sehingga terkadang hal ini dapat merancukan diagnosis pada pasien dengan
gejala psikotik tanpa riwayat penggunaan zat psikoaktif. Pasien Tn.AP, 19 tahun datang diantar keluarga dengan keluhan
mengamuk, mendengar bisikan yang memerintah, melihat hal gaib, memiliki kekuatan membaca pikiran orang dan merasa
ada yang ingin mencelakakan dirinya. Tn.AP merupakan pasien NAPZA satu tahun yang lalu namun berhenti berobat. Pasien
mengaku menggunakan lem aibon, dextrometrophan, pil anjing, jamur tai sapi, Alprazolam dan Tramadol. Pasien
didiagnosis Gangguan Psikotik Akibat Penggunaan Zat Multipel dan Penggunaan Zat Psikoaktif Lainnya dan diberikan terapi
psikofarmaka, psikoterapi dan psikoedukasi.

Kata kunci: psikotik, zat psikoaktif

Psychotic Disorders Due to the Use of Multiple Psychoactive Substances in 19-


years-old Young Male Patients
Abstract
It is estimated that there are around 167 to 315 million abusers from the world's population whose age 15-64 years who
use drugs at least once in their travels in 2013. The results of a BNN survey in collaboration with the UI Health Research
Center in 2014 with prevalence of drug abuse in general of 2.21%, equivalent to 4,173,633 people. Misuse of drugs
containing psychoactive substances can produce psychotic symptoms. Patients who use psychoactive substances are
usually reluctant to disclose their drug use so that sometimes this can confuse diagnosis in patients with psychotic
symptoms without a history of using psychoactive substances. Mr.AP, 19-years-old, came with his family because of his
rampage, heard prompting whispers, saw a supernatural thingss, had the power to read people’s minds and felt someone
wanted to harm him. Mr.AP was a drug patient one year ago but stopped his treatment. The patient claimed to use aibon
glue, dextromethorphan, dog pills, mushrooms in cow’s stool, Alprazolam and Tramadol. The patient was diagnosed with
Psychotics Disorders Due to the use of multiple substances and the use of other psychoactive substances and given
psychopharmaceutical therapy, psychotherapy and psychoeducation.

Keywords: psychotic, psychoactive substance

Korespondensi: Brigita Sanina Manullang, alamat Jalan Sam Ratulangi nomor 22, Penengahan, Kedaton, Bandar Lampung,
HP 082368680886, e-mail bsmanullang@yahoo.co.id

Pendahuluan menggunakan obat-obatan terlarang minimal


Prevalensi penyalahgunaan obat-obatan sekali dalam setahun pada tahun 20131.
terlarang di dunia meningkat sejak tahun 2006- Perkembangan penyalahgunaan dan
2013. Besaran prevalensi penyalahgunaan di peredaran gelap narkoba yang melanda dunia
dunia diestimasi sebesar 4,9% atau 208 juta juga berimbas ke tanah air, narkoba dan obat-
pengguna di tahun 2006 kemudian mengalami obatan psikotropika sudah merambah ke
sedikit penurunan pada tahun 2008 dan 2009 seluruh wilayah tanah air dan menyasar ke
menjadi 4,6% dan 4,8%. Namun kemudian berbagai lapisan masyarakat Indonesia tanpa
meningkat kembali menjadi 5,2% di tahun terkecuali 2,3
2011 dan tetap stabil hingga 2013. Hasil survei BNN bekerja sama dengan
Diperkirakan ada sekitar 167 hingga 315 juta Pusat Penelitian Kesehatan UI tahun 2014 telah
orang penyalahguna dari populasi penduduk melahirkan angka prevalensi penyalahgunaan
dunia yang berumur 15-64 tahun yang narkoba secara umum sebesar 2,21% atau

Majority | Volume 8 |Nomor 2 | Desember 2019 |1


Brigita Sanina Manullang dan High Boy K Hutasoit| Gangguan Psikotik Akibat Penggunaan Zat Psikoaktif Multipel pada Pria
Muda Usia 19 Tahun

setara dengan 4.173.633 orang2. berhenti minum obat dan keluhan mulai
Penyalahgunaan obat-obatan yang dirasakan kembali oleh pasien.
mengandung zat psikoaktif dapat Pasien merupakan pasien poli NAPZA
menghasilkan gejala psikotik. Pasien yang satu tahun yang lalu, namun setelah dua kali
menggunakan zat psikoaktif biasanya enggan kontrol, pasien berhenti berobat karena
mengungkapkan riwayat penggunaan merasa sudah sehat dan pindah ke Tangerang.
narkobanya sehingga terkadang hal ini dapat Selama pasien tinggal di Tangerang, pasien
merancukan diagnosis pada pasien dengan mengaku kembali menggunakan
gejala psikotik tanpa riwayat penggunaan zat Dextrometrophan, Alprazolam dan Tramadol.
psikoaktif2,4. Hal ini dilakukan hampir setiap hari bersama
Banyak penelitian epidemiologi dengan temannya. Pasien mengaku dalam
menunjukkan bahwa orang dengan riwayat sehari bisa menghabiskan sekitar satu box
penyalahgunaan zat psikoaktif dua kali lipat Dextrometrophan dan Tramadol, sedangkan
lebih banyak mengalami gejala psikotik untuk Alprazolam tergantung pemberian
dibandingkan dengan populasi umum5–7. teman pasien.
Penggunaan zat psikoaktif yang berkelanjutan Setelah tiga bulan berada di
juga berhubungan dengan berkembangnya Tangerang, pasien mulai mengalami perubahan
gejala depresif, gejala positif dan negatif dan perilaku dan merasakan keluhan-keluhan
menurunkan fungsi pasien secara global6,8. tersebut sehingga akhirnya pasien diantar
pulang oleh bibinya ke Lampung untuk kembali
Kasus berobat.
Tn. AP, laki-laki, usia 19 tahun, datang Pasien mengaku sudah menggunakan
dibawa oleh ibu dan pamannya ke Unit Gawat Dextromethorphan, Komix, Pil Anjing, lem
Darurat (UGD) Rumah Sakit Jiwa Provinsi Aibon dan jamur tai sapi semenjak kelas 2 SMA
Lampung hari Sabtu, 27 Juli 2019 pukul 03.00 dan hal itu sering dilakukan pasien bersama-
dengan keluhan mengamuk sejak dua hari yang sama temannya hampir setiap hari.
lalu. Pasien mengamuk dengan merusak Riwayat tumbuh kembang pasien baik
barang di rumah dan marah-marah kepada dengan pendidikan terakhir SMA, pasien saat
semua orang yang dia temui. Pasien juga ini tidak bekerja namun pernah bekerja sebagai
dikeluhkan berbicara sendiri, melantur saat satpam di sebuah rumah sakit dan tukang
diajak berbicara, sering memanjat plafon parkir. Pasien belum menikah namun memiliki
rumah karena merasa keluarga pamannya ingin seorang pacar dengan hubungan jarak jauh.
mencelakakan dirinya dan sulit tidur sejak lima Pasien beragama Islam dan mengaku
hari sebelum masuk rumah sakit. Keluarga beribadah meskipun masih tidak rutin. Riwayat
mengatakan bahwa pasien sering tidak tidur kehidupan militer, masalah psikoseksual serta
saat malam hari dan berkeliaran tanpa tujuan riwayat keluarga dengan keluhan serupa
di rumah. Pasien mengatakan bahwa dirinya disangkal.
melihat hal-hal gaib seperti bayangan jin dan Pada pemeriksaan status mental
mendengar bisikan yang menyuruh pasien ditemukan pasien seorang laki-laki sesuai usia,
memberhentikan mobil-mobil untuk kesadaran compos mentis, penampilan kurang
mengingatkan orang-orang akan kuasa Tuhan. rapi, cukup bersih, perilaku normoaktif, sikap
Pasien juga mengatakan bahwa dirinya yakin kooperatif terhadap pemeriksa, mood
mempunyai kekuatan untuk membaca pikiran hipotimia, afek terbatas, mood dan afek serasi.
orang lain setelah bersalaman dengan orang Pasien bicara spontan, artikulasi jelas, volume
tersebut. cukup, intonasi sedang, kuantitas cukup,
Pasien sebelumnya baru pulang ke kualitas cukup serta emosional. Pada persepsi
rumah selama sepuluh hari setelah ditemukan halusinasi auditorik dan halusinasi
sebelumnya dirawat di RSJD Provinsi Lampung visual, bentuk pikiran non-realistis dengan
selama satu bulan. Setelah lima hari berada di arus pikir koheren, pada isi pikir ditemukan
rumah, keluarga pasien mengaku mengundang waham kebesaran serta wahan rujukan.
Ustad untuk melakukan Rukiyah kepada Pengetahuan dan kecerdasan pasien sesuai
pasien, semenjak itu pasien mengaku mulai taraf pendidikan, daya ingat keseluruhan baik,
Majority | Volume 8 |Nomor 2 | Desember 2019 |2
Brigita Sanina Manullang dan High Boy K Hutasoit| Gangguan Psikotik Akibat Penggunaan Zat Psikoaktif Multipel pada Pria
Muda Usia 19 Tahun

konsentrasi dan perhatian baik, pengendalian Penatalaksanaan medikamentosa pada


impuls baik, daya nilai sosial baik, Reality pasien berupa Risperidone 2x2mg.
Testing of Ability (RTA) terganggu, tilikan Penatalaksanaan non-medikamentosa pada
derajat II dan secara umum jawaban pasien pasien dan keluarga berupa psikoedukasi dan
dapat dipercaya. rehabilitasi sesuai minat dan bakat pasien.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan Prognosis pada pasien adalah quo ad
tanda-tanda vital normal, status generalis dan vitam dubia ad bonam, quo ad functionam
status neurologis juga normal. dubia ad bonam dan quo ad sanationam dubia
Pemeriksaan darah rutin tidak ad bonam.
ditemukan kelainan, pemeriksaan kimia darah
ditemukan peningkatan SGOT yaitu 47 U/l. Pembahasan
pemeriksaan widal tidak ditemukan kelainan. Pada pasien ditemukan adanya suatu
Pada pemeriksaan narkotika ditemukan hasil kumpulan gejala yang terdiri dari gangguan
positif Benzodiazepin. Pada pemeriksaan persepsi, isi pikir dan emosi yang menyebabkan
lainnya berupa kuisioner University of Rhode munculnya gejala penderitaan (distress) atau
Island Change Assessment Scale (URICA), hendaya (disability) sehingga terjadi disfungsi
didapatkan total 7,6 dengan hasil fase pre- dalam segi perilaku, psikologik serta
kontemplasi dan pada hasil pemeriksaan Drug hubungannya dengan masyarakat, sehingga
Abuse Screening Test (DAST) ditemukan skor pada pasien dapat disimpulkan adanya
dengan hasil tingkat keparahan substansi. gangguan jiwa9.
Berdasarkan anamnesis serta
Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang, tidak
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan ditemukan penurunan kesadaran, gangguan
psikiatri, pemeriksaan fisik serta ditunjang oleh sensorium serta fungsi kognitifnya juga masih
pemeriksaan darah rutin, kimia darah, baik, hal ini dapat menyingkirkan diagnosis
narkotika, URICA Scale dan DAST maka pada Gangguan Mental Organik (F0).
pasien ini dapat ditegakkan diagnosa Pada pasien ditemukan ada riwayat
multiaksial berupa: penggunaan zat psikoaktif berupa :
(a.) Aksis I : Gangguan Psikotik Onset Lambat (a.) Lem aibon yang mengandung zat Lysergic
Akibat Penggunaan Zat Multipel dan Acid Diethylamide (LSD)10 yang merupakan
Penggunaan Zat Psikoaktif Lainnya zat halusinogenika11 dimana pada dosis
(F19.75) pada fase pre-kontemplasi tinggi zat ini dapat menyebabkan adanya
dengan tingkat keparahanan substansi. gejala psikotik melalui sistem serotogenik
(b.) Aksis II : tidak ada diagnosis (Z03.2). dan dopaminergik8.
(c.) Aksis III : tidak ada diagnosis. (b.) Dextrometrophan (d-3-metoksin-N-
(d.) Aksis IV adanya masalah dengan primary metilmorfinan) adalah obat golongan
support group. antitusif non-opioid yang tidak memiliki
(e.) Aksis V : berdasarkan Global Assessment efek analgetik atau bersifat adiktif, namun
of Functioning (GAF) Scale berada pada pada dosis yang tinggi mempunyai efek
skala 60-51 yaitu gejala sedang dengan sedatif yang cukup kuat12 sehingga sering
disabilitas sedang. dilaporkan dapat menimbulkan gejala
Daftar masalah pada pasien adalah: psikotik yang menjurus kearah gaduh
(a.) Organobiologik : tidak ditemukan ada gelisah5,13,
kelainan, (c.) Pil anjing atau yang dikenal dengan PCC
(b.) Psikologik : ditemukan halusinasi auditorik (Paracetamol, Cafein, Carisoprodol)14.
dan visual, waham kebesaran dan rujukan, Carisoprodol adalah obat relaksasi otot
mood hipotimia, afek terbatas dan tilikan yang bekerja secara sentral dan
derajat II. merupakan derivat meprobamat yang
(c.) Sosial: kurangnya dukungan dan memiliki efek sedatif12. Penggunaan obat
pengetahuan keluarga mengenai kondisi ini dilaporkan dapat menyebabkan adiksi15
pasien. serta menimbulkan halusinasi12.

Majority | Volume 8 |Nomor 2 | Desember 2019 |3


Brigita Sanina Manullang dan High Boy K Hutasoit| Gangguan Psikotik Akibat Penggunaan Zat Psikoaktif Multipel pada Pria
Muda Usia 19 Tahun

(d.) Jamur tai sapi yang mengandung zat dikategorikan menjadi Gangguan Psikotik
Psilosibin yang mempunyai sifat Onset Lambat Akibat Penggunaan Zat Multipel
halusinogenika11. Zat ini adalah zat aktif dan Penggunaan Zat Psikoaktif Lainnya
dari jamur genus Psilocybe16. (F19.75) pada Aksis I.
(e.) Alprazolam merupakan obat golongan Berdasarkan kuisioner University of
benzodiazepin yang mempunyai efek Rhode Island Change Assessment Scale (URICA)
sedatif yang cukup besar12. Kasus kejadian memberi hasil skor 7,6 (fase pre-kontemplasi).
katatonia oleh penggunaan obat ini Hasil ini menunjukkan bahwa pasien tidak
pernah dilaporkan17. khawatir mengenai penggunaan zat psikoaktif
(f.) Tramadol yang merupakan salah satu obat dan juga tidak mempertimbangkan untuk
dengan golongan analgesik opioid12. mengubah perilakunya20. Hasil pemeriksaan
Laporan mengenai timbulnya gejala kuisioner Drug Abuse Screening Test (DAST)
psikotik akibat obat ini masih menjadi menghasilkan skor 12 (tingkat keparahan
perdebatan dan belum adanya teori dan substansi). Dua hasil kuisioner ini akan
pembuktian yang akurat mengenai berpengaruh pada rencana tatalaksana pasien
keadaan ini 18,19. selanjutnya21.
Berdasarkan riwayat penggunaan ini Pada aksis II tidak ditemukan adanya
dapat menegakkan adanya Gangguan Mental gangguan perkembangan (termasuk retardasi
dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat Multipel mental, gangguan perkembangan spesifik dan
dan Penggunaan Zat Psikoaktif Lainnya (F19)9 gangguan pervasif) dan gangguan kepribadian
pada pasien. (Z03.2)9. Pada aksis III juga tidak ditemukan
Kondisi klinis pasien saat diperiksa adanya gangguan fisik yang mempengaruhi
tidak ditemukan gangguan kesadaran dan keadaan mental pasien.
fungsi kognitif sehingga pasien dapat dikatakan Pada aksis IV ditemukan masalah
sedang tidak dalam kondisi Intoksikasi Akut dukungan keluarga karena kurangnya tenaga
(F1x.0)9. Pada pasien juga tidak ditemukan serta pengetahuan mengenai keadaan
adanya sindrom ketergantungan berupa obsesi pasien219,21. Pada skala penilaian fungsi secara
dan kompulsi untuk kembali menggunakan zat, global, ditemukan gejala pada pasien cukup
kesulitan mengontrol perilakunya, tidak ada kuat namun dalah kegiatan maupun kehidupan
gejala putus obat seperti anxietas maupun sehari-hari pasien masih dapat melakukannya
depresi, pasien tidak juga mengabaikan meski terkadang perlu dorongan sehingga
kesenangannya, dan tidak sedang untuk penilaian Global Assessment of
menggunakan zat-zat tersebut sehingga kondisi Functioning (GAF) Scale dapat dikategorikan
klinis pasien juga tidak dalam kondisi dengan gejala sedang, disabilitas sedang dalam
Penggunaan yang Merugikan (F1x.1), Sindrom fungsi, sehingga GAF 60-519.
Ketergantungan (F1x.2), Keadaan Putus Zat Tatalaksana pada pasien terdiri dari
(F1x.3) maupun Keadaan Putus Zat dengan psikofarmaka, psikoterapi dan psikoedukasi.
Delirium (F1x.4)9. Terapi psikofarmaka yang akan diberikan pada
Pemeriksaan status mental pada pasien didasari dengan gejala yang dialami oleh
pasien ditemukan adanya halusinasi berupa pasien21,22. Pada pasien ditemukan kumpulan
auditorik yang sifatnya menyuruh pasien untuk gejala psikotik tanpa adanya gejala depresif
melakukan sesuatu dan halusinasi visual serta maupun cemas, sehingga pilihan obat yang
waham kebesaran dan waham kejaran yang dapat diberikan adalah antipsikotik23. Pada
sudah muncul lebih dari dua minggu, maka pasien diberi Risperidone yang merupakan
diagnosis pasien menjadi Gangguan Mental antipsikotik generasi II (APG-II). Obat ini dipilih
dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat Multipel dengan dasar bahwa APG-II terbukti memiliki
dan Penggunaan Zat Psikoaktif lainnya dengan bermanfaat untuk mengontrol gejala positif
Gangguan Psikotik Onset Lambat (F19.75)9. maupun negatif serta memiliki resiko efek
Berdasarkan pemeriksaan status ekstrapiramidal lebih rendah jika dibandingkan
mental pada pasien ditemukan adanya gejala dengan antipsikotik generasi I(APG-I)21.
psikotik berupa halusinasi auditorik dan visual Risperidon diberi dengan dosis 2x2mg23.
serta waham kebesaran dan rujukan
Majority | Volume 8 |Nomor 2 | Desember 2019 |4
Brigita Sanina Manullang dan High Boy K Hutasoit| Gangguan Psikotik Akibat Penggunaan Zat Psikoaktif Multipel pada Pria
Muda Usia 19 Tahun

Psikoterapi juga disarankan pada 3. Kementerian Kesehatan Republik


pasien. Namun saat ini pada pasien, psikoterapi Indonesia. Gambaran Umum
tidak akan bermanfaat karena pasien sedang Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia.
berada pada fase kontemplasi dimana pasien Jakarta: Kementerian Kesehatan
sama sekali belum menyadari adanya Republik Indonesia. 2018.
perubahan pada dirinya akibat NAPZA dan 4. Crockford D, Addington D. Canadian
tidak memiliki minat untuk berubah dan Schizophrenia Guidelines: Schizophrenia
menganggap bahwa ini merupakan masalah and Other Psychotic Disorders with
dirinya sendiri. Psikoterapi dapat mulai Coexisting Substance Use Disorders. The
diperkenalkan pada fase kontemplasi21,24. Canadian Journal of Psychiatry.
Psikoedukasi dapat diberikan terutama 2017;62(9).
kepada keluarga pasien dan juga kepada 5. Tyler O, Matthew S, Melanie R, John H. A
pasien. Psikoedukasi kepada pasien dan Case of Aggressive Psychosis in The
keluarga pasien perlu dilakukan agar keluarga Setting of Regular Dextromethorphan
tahu mengenai keadaan pasien, penyebab Abuse. J Psychosomatics. 2016.
keadaan pasien saat ini, rencana terapi 6. Rømer K, Thylstrup B, Mulbjerg M, Uffe
terhadap pasien kedepan, prognosis pasien M, Simonsen E, Hesse M. Drug-related
serta tindakan apa saja yang dapat membantu Predictors of Readmission for
perkembangan pasien selanjutnya. Beberapa Schizophrenia Among Patients Admitted
penelitian telah membuktikan bahwa to Treatment for Drug Use Disorders. J
dukungan keluarga sangat mempengaruhi Elsevier. 2017.
prognosis kepada pasien selanjutnya21,22,24. 7. Kim W, Jang S, Chun SY, Lee T, Han K,
Park E. Mortality in Schizophrenia and
Kesimpulan Other Psychoses : Data from the South
Penggunaan zat psikoaktif yang Korea National Health Insurance Cohort,
berkelanjutan, dosis zat psikoaktif yang tinggi, 2002–2013. J Korean Medical Science.
interaksinya antara zat psikoaktif berhubungan 2017; 32:835-842.
dengan berkembangnya gejala psikotik berupa 8. Gregorio D De, Comai S, Posa L, Gobbi G.
gejala positif dan negatif serta fungsi pasien Acid Diethylamide ( LSD ) as a Model of
secara global. Pada pasien didapatkan riwayat Psychosis : Mechanism of Action and
penggunaan zat psikoaktif multipel serta pada Pharmacology D -Lysergic. International
hasil pemeriksaan status mental adanya Journal of Molecular Science. 2016;7:1-
halusinasi berupa auditorik dan visual serta 20.
waham kebesaran dan waham kejaran dan ada 9. Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa Dari
gangguan emosi berupa mood hipotimia serta PPDGJ-III Dan DSM-5. Jakarta: Ilmu
afek yang terbatas. Pasien memiliki masalah Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya.
pergaulan yang salah serta dukungan keluarga 2013.
yang kurang terhadap keadaan pasien karena 10. Achmad A, Mulyana N, Fedryansyah M.
kurangnya pengetahuan mengenai kondisi Fenomena “ngelem” oleh Anak Jalanan
pasien. Pasien didiagnosis gangguan psikotik di Kota Makassar. J Penelitian dan PPM.
onset lama akibat penggunaan zat psikoaktif 2017;4.
multipel dna diberikan terapi berupa 11. Zawilska JB, Wojcieszak J. Novel
psikofarmaka, psikoterapi dan psikoedukasi. Psychoactive Substances : Classification
and General Information. J Springer.
Daftar Pustaka 2018.
1. United Nations Office on Drugs. World 12. Setiawati A, Gan S, Wiria M, Arozal W,
Drug Report. Vienna: United Nations Dewoto H. Farmakologi Dan Terapan. 5th
Office on Drugs. 2015. ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran
2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2012.
Indonesia. Infodatin Narkoba 2017. 13. Martinak BB, Bolis RA, Ryne J, Fargason
Jakarta: Kementerian Kesehatan RE, Birur B. Dextromethorphan in Cough
Republik Indonesia. 2018. Syrup : The Poor Man’s Psychosis. J
Majority | Volume 8 |Nomor 2 | Desember 2019 |5
Brigita Sanina Manullang dan High Boy K Hutasoit| Gangguan Psikotik Akibat Penggunaan Zat Psikoaktif Multipel pada Pria
Muda Usia 19 Tahun

Psychopharmacology Bulletin. 2016;4. Roles of Perceptions , Relationships and


14. Musdar AS, Lestari H, Yasnani. Gambaran Family Supports. J Social Work Public
Faktor yang Mempengaruhi Health. 2018;33(5):289-298.
Penyalahgunaan Obat PCC (Paracetamol,
Cafein, Carisoprodol) di Kota Kendari
Tahun 2017. J Ilmiah Mahasiswa
Kesehatan Masyarakat. 2018;3(2):1-8.
15. Vo KT, Horng H, Smollin CG, Benowitz NL.
Severe Carisoprodol Withdrawal After A
14 Year Addiction and Acute Overdose. J
Elsevier. 2016;1-4.
16. Carbonaro TM, Bradstreet MP, Barrett
FS, MacLean KA, Jesse R, Johnson MW,
dkk. Survey Study of Challenging
Experiences after Ingesting Psilocybin
Mushrooms : Acute and Enduring
Positive and Negative Consequences. J
Psychopharmacology. 2016;30(12): 1268-
1278.
17. Iyengar S, Bornmann C, Abdelmalak F,
Larocca T. Catatonia due to Alprazolam
Withdrawal. J BMI Publishing Group.
2018:10-12.
18. El-hadidy MA, Mohamed A, Helaly N.
Medical and Psychiatric Effects of Long-
Term Dependence on High Dose of
Tramadol. J Substance Use and Misuse.
2015:1-8.
19. Chen KJ, Lu ML, Shen WW. Tramadol-
related Psychosis in a Patient with
Bipolar I Disorder. Acta
Neuropsychiatrica. 2015:5-7.
20. Substance Abuse and Mental Health
Services Administration. Enhancing
Motivation For Change in Substance
Abuse Treatment. Rockville: Substance
Abuse and Mental Health Services
Administration. 2012.
21. Husin AB, Siste K, Amir N,
Kusumawardhani A, Elvira SD,
Mangindaan L. Buku Ajar Psikiatri. 2nd
ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Indonesia. 2015.
22. Kaplan H, Saddock B, JA G. SInopsis
Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku
Psikiatri Klinis. 7th ed. Jakarta: Binarupa
Aksara. 2010.
23. Arozal W, Gan S. Farmakologi Dan Terapi.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Indonesia.
2012.
24. Adejoh SO, Temilola OM, Adejuwon FF.
Rehabilitation of Drug Abusers : The
Majority | Volume 8 |Nomor 2 | Desember 2019 |6

Anda mungkin juga menyukai