(KERACUNAN)
Diga Albrian Setiadi, S.Farm., M.Farm., Apt
1. Apa Penyebab dan jenis keracunan?
2. Bagaimana Peranan laboratorium?
3. Apa itu terapi intoksikasi?
KLASIFIKASI KERACUNAN
PERANAN LABORATORIUM
3
KLASIFIKASI
KERACUNAN
4
• Anamnesis sangat penting dan sering dapat
menunjukkan adanya unsur keracunan.
5
Keracunan dapat terjadi karena beberapa hal, dan
klasifikasi berikut ini dapat membantu dalam mencari sebab
keracunan.
6
Self
poisoning
Klasifikasi
Homicidal menurut cara Attempted
poisoning terjadinya suicide
keracunan
Accidental
poisoning 7
• Self poisoning adalah pasien makan obat dengan dosis
berlebihan, tetapi dengan pengetahuan bahwa dosis tersebut
tidak membahayakan. jadi pasien tidak bermaksud bunuh diri,
biasanya hanya untuk menarik perhatian lingkungannya. Pada
anak muda kadang-kadang dilakukan untuk coba-coba, tanpa
disadari bahwa tindakan ini dapat membahayakan dirinya.
8
• Attempted suicide adalah keadaan pasien yang memang
bermaksud bunuh diri, tetapi dapat berakhir kematian atau
pasien sembuh kembali bila dosis yang dimakan tidak
berlebihan (salah tafsir).
9
• Accidental poisoning merupakan kecelakaan murni,
tanpa adanya faktor kesengajaan.
11
KERACUNAN AKUT
Racun Racun
Ginjal Hati
14
RACUN PADA SISTEM SARAF
PUSAT (NEUROTOKSIK)
Hepatotoksik menyebabkan
Dengan penurunan fungsi sel hati, manifestasi nekrosis lokal
maka dapat menyebabkan tubuh ataupun sistemik
lebih rentan terhadap aksi biologi
senyawa lain.
Kondisi ini disebabkan oleh berbagai obat,
gangguan aliran empedu dan
Kelainan hati lain yang perkembangan jaundice. Asam borat
sering ditemui adalah (boraks), asetaminofen adalah beberapa
obat yang menyebabkan gangguan pada
hepatitis kholestatik.
hati 17
RACUN GINJAL
karena zat teroksidasi memasuki eritrosit dan mengubah zat besi dalam
hemoglobin menjadi bentuk ferric yang menyebabkan kelelahan,
gangguan sensori, dan sianosis. 19
ALKOHOL
MERKURI FENOL
KLASIFIKASI
BERDASARKAN
JENIS BAHAN
KIMIA
LOGAM
ARSEN
BERAT
TIMAH
HITAM
20
ALKOHOL
Tanda dan gejalanya adalah korosif pada sel lendir mulut dan
usus, sakit hebat, muntah, koma, syok dan kerusakan ginjal 22
LOGAM BERAT
Timah hitam diabsorbsi melalui inhalasi dan Ekskresi timah hitam melalui tinja,
absorbsi saluran pencernaan, distribusi urin, ginjal, keringat, dan ASI
menyebar luas ke sumsum tulang, otak, (dalam jumlah kecil). Timah hitam
ginjal, testis, melintasi plasenta yang dapat akan mengganggu aktivitas enzim
menjadi bahaya potensial terhadap janin. dan mempengaruhi beberapa
Kemudian timah hitam diikat oleh eritrosit. sistem organ.
24
ARSEN
25
MERKURI
Pada tahun 1953, suatu epidemi misterius
ditemukan di perkampungan nelayan
Minamata di Jepang
• Merkuri diekskresikan melalui urin, dan melalui saluran cerna serta kelenjar
keringat dalam jumlah kecil. Merkuri klorida sangat toksik dan menyebabkan
kerusakan ginjal akut
27
PENYEBAB DAN
JENIS KERACUNAN
28
KERACUNAN
OBAT-
OBATAN,
ACCIDENT KERACUN
AL AN BAHAN
POISONING KIMIA
PENYEBAB
DAN JENIS
KERACUNAN
KERACUNAN
KERACUNAN
BAKTERI
MAKANAN
ATAU JAMUR
29
KERACUNAN
OBAT-OBATAN
31
KERACUNAN
MAKANAN
• Banyak juga jenis-jenis makanan yang
bisa menyebabkan keracunan
33
GEJALA DAN
DIAGNOSIS
KERACUNAN
34
Tingkat
Kesadaran
penderita
Keracunan Gejala
Lain- Respirasi
lain penderita
keracunan
Bising Sebagian
usus penderita
keracunan
mengalami kejang
Pupil reflex
ekstremitas
35
TINGKAT KESADARAN
PENDERITA KERACUNAN
ini merupakan hal yang wajib dan salah satu cara menolong orang keracunan,
yaitu dengan memastikan jalan napas tetap terbuka dan
bersihkan/keluarkan/bebaskan jalan napasnya jika memang ada hambatan,
caranya akan dijelaskan di bawah pada bagian cara menangani penderita
keracunan.
37
TEKANAN DARAH DAN JANTUNG
PENDERITA KERACUNAN
38
SEBAGIAN PENDERITA
KERACUNAN MENGALAMI KEJANG
Pada derajat kesadaran tingkat III biasanya bising usus negatif dan pada
tingkat IV selalu negativ sehingga tanda ini dapat dipakai untuk
mencocokkan derajat kesadaran, misalnya pada pasien yang berpura-pura
42
JANTUNG
• Beberapa obat menimbulkan kelainan ritme jantung sehingga
dapat terjadi gejala payah jantung atau henti jantung
44
Diagnosis akhir keracunan ditentukan oleh pemeriksaan
analisis darah, urin atau muntahan pasien
46
KETERBATASAN
a. Adanya variasi individu dalam biotransformasi
b. Terjadinya toleransi dan habituasi, misalnya seorang yang biasa minum barbiturate
kadang-kadang masih sadar dengan kadar dalam darah 8 mg%, sedangkan yang
belum pernah mendapat barbiturat sudah tidak sadar dengan kadar 2 mg%.
c. Adanya kombinasi obat yang dalam tubuh dapat mengubah kadar obat dan
metabolitnya dalam darah. Beberapa kombinasi obat mengganggu pemeriksaan
kadar yang dilakukan, misalnya pengobatan dengan bemegrid mempersulit
pemeriksaan kadar barbiturate.
d. Digunakan bermacam-macam metode untuk menentukan kadar dalam cairan
biologic yang memberikan hasil berbeda-beda sehingga sukar untuk
membandingkannya
e. Data kadar dalam kepustakaan jarang disertai penjelasan tentang fraksi yang
diperiksa, obat bebaskah atau metabolit inaktifnya 47
• Dengan mempertimbangkan faktor-faktor di atas dapat
disimpulkan bahwa pemeriksaan semikuantitatif saja sudah cukup.
49
• Selama fungsi vital tubuh pasien dapat dipertahankan maka
biotransformasi dan ekskresi obat tetap berlangsung sehingga
pasien dapat diselamatkan.
51
KEADAAN DARURAT
Dalam keadaan jalan napas yang tersumbat oleh sekresi saliva dan bronkus maka
tindakan pertama yang harus dilakukan adalah membersihkan mulut dan jalan
pernapasan 53
Pada keracunan barbiturat, syok terjadi
SYOK karena depresi otot jantung dan
berkurangnya curah jantung.
Curah jantung akan menurun karena alir balik vena terganggu oleh dua hal,
yaitu:
1. permeabilitas kapiler meninggi sehingga terjadi ektravasasi cairan dengan
akibat berkurangnya volume darah, dan
2. katup vena di ektermitas tidak bekerja secara baik, sehingga darah terkumpul
di bagian vena.
54
Kemungkinan besar mekanisme ini juga
terdapat pada keracunan sedatif lain.
Maka urutan tindakan untuk mengatasi syok pada keracunan barbiturat ialah:
1. Pasien diletakkan dalam sikap yaitu tungkai sedikit (10cm) ke atas;
2. Berikan metaraminol 5 mg IM dan diulangi 2-3 kali dengan interval 20 menit bila
perlu; tekanan darah tidak boleh melebihi 100 mmHg sistolik, karena pada tekanan
darah diatas 100 mmHg terjadi inefisiensi kerja jantung serta vasokontriksi pembuluh
darah ginjal;
3. Bila tindakan di atas belum menolong dapat diberikan infus dekstran (berat molekul
60-70.000);
4. Oksigen perlu selalu diberikan;
5. Asidemia dan payah jantung memperhebat syok dan tindakan untuk mengatasi kedua
hal ini perlu dilakukan;
6. Hidrokortison 100 mg tiap 6 jam dapat ditambahkan dalam pengobatan kasus yang
resisten. 55
PENCEGAHAN
ABSORPSI OBAT
a. Keracunan terjadi melalui kulit, harus diingat bahwa tidak boleh
menggunakan zat pelarut organik untuk membersihkan, sabun dan
air merupakan pembersih yang paling baik.
• Karena itu penilaian keadaan klinik sangat penting. Hal-hal tersebut di bawah ini
mungkin diperlukan:
a. Barbiturat atau diazepam untuk kejang-kejang;
b. Cairan IV untuk mengatasi gangguan keseimbangan air dan elektrolit serta
gagal ginjal;
c. Antibiotik pada komplikasi radang paru.
• Tindakan simtomatik lain yang lebih khusus dan penting untuk mempercepat
ekskresi obat diperlukan untuk kira-kira 5% dari pasien keracunan. 60
Transfusi dan
Dialisis Peritoneal
• Transfusi total dapat dikerjakan pada anak yang menderita
kerusakan elemen darah akibat keracunan
bila terjadi overhidrasi ditambah 50 gram glukosa 50%. Cairan pada suhu 37˚C sebanyak
2 liter untuk orang dewasa dan kurang dari 200 ml untuk bayi, dimasukkan ke dalam
rongga peritoneum melalui trokar selama 10 menit.
Tiga puluh menit kemudian cairan ini keluar lagi dengan jalan hevel dan
prosedur ini diulangi terus sampai pasien sadar 62
DIURESIS PAKSA
Bila diuresis baik maka cairan ditingkatkan sampai 600 ml elektrolit ditambah
30 ml urea 50% per jam untuk 4 jam berikutnya
Pemberian cairan IV
Antibiotik
66
Etanol
Antihist
Metanol
amin
Minyak Asetami
tanah nofen
Beberapa
Keracunan
Kalium dan Aspirin
Permanga Tindakan (Asam
nat Terapinya asetil-
(KMnO4) salisilat)
Golongan
karbamat Barbitur
(karbaril, at
Baigon)
Fenol Bensin
67
ETANOL
• Mekanisme keracunan: depresi SSP, hipoglikemia karena gangguan
gluconeogenesis
• Perkiraan Dosis Letal: Konsentrasi etanol dalam darah 100 mg/dL cukup
untuk menghambat gluconeogenesis dan menyebabkan hipoglikemia
• Tanda dan Gejala: Depresi SSP sampai koma. Kejang disusul dengan depresi
pernapasan, mulut kering, takikardia
• Perkiraan Dosis Letal: oral lebih dari 140 mg/kg BB pada anak-anak atau 6g pada
dewasa
• Tanda dan Gejala: anoreksia, mual dan muntah. Setelah 24-48 jam, terjadi
peningkatan protrobin time (PT) dan transaminase, nekrosis hati yang dilanjutkan
dengan gagal hati, ensefalopati, dan kematian
• Terapi: induksi emesis, berikan karbon aktif serta katartik. Antidotum spesifik
adalah N-asetilsistein 140 mg/kgBB per-oral.
70
ASPIRIN (ASAM
ASETIL-SALISILAT)
• Mekanisme keracunan: mengganggu metabolism glukosa dan asam lemak, juga
mengganggu uncoupling fosforilasi oksidatif, sehingga ATP yang diproduksi tidak
efisien, akumulasi asam laktat dan melepaskan panas.
• Perkiraan Dosis Letal: akut > 200 mg/kgBB. Kronik: banyak terjadi pada usia lanjut
yang secara teratur menggunakan aspirin.
• Tanda dan Gejala: hiperventilasi, keringat, muntah, delirium, kejang dan koma.
Akhirnya depresi napas.
• Terapi: Simptomatik (awasi pernapasan). Beri susu, bilas lambung dengan NaHCO3
5%, vitamin K bila ada perdarahan. Antikonvulsi tidak boleh diberikan.
71
BARBITURAT
• Mekanisme keracunan: depresi aktivitas neuron menyeluruh di otak yang terutama
diperantarai oleh peningkatan hambatan oleh GABA, depresi tonus simpatis sentral
akan sebabkan depresi kontraktilitas jantung dan hipotensi.
• Perkiraan Dosis Letal: 5-10 kali dosis hipnotik. Dosis oral fatal untuk fenobarbital
adalah 6-10g
• Tanda dan Gejala: Reflek berkurang, depresi pernapasan, koma, syok, pupil kecil,
dilatasi pada akhirnya
• Terapi: Bilas lambung walaupun sudah lebih dari 4 jam. Tinggalkan 30g larutan
MgSO4 dalam usus. Beri kopi tubruk
72
BENSIN
• Tanda dan Gejala: Inhalasi atau oral : mual, muntah, sakit kepala,
penglihatan terganggu, mabuk, koma, depresi sentral dan depresi
napas.
73
FENOL
• Mekanisme keracunan: menyebabkan denaturasi protein dan
berpenetrasi dengan baik ke jaringan. Bersifat korosif terhadap mata,
kulit dan saluran napas.
• Tanda dan Gejala: Korosif (sel lendir mulut dan usus), sakit kepala hebat,
mual, muntah, koma dan syok. Kerusakan ginjal.
• Terapi: Simtomatik: beri susu, bilas lambung dengan hati-hati, bila ada
gunakan oleum olivarum. 74
GOLONGAN KARBAMAT
(KARBARIL, BAIGON)
• Mekanisme keracunan: menghambat enzim asetilkolin-esterase yang menyebabkan
akumulasi asetilkolin berlebihan pada reseptor muskarinik, nikotinik, dan SSP.
Hambatan bersifat reversible dan singkat.
• Tanda dan Gejala: keracunan lewat oral, inhalasi dan kontak kulit; muntah, diare,
hipersalivasi, bronkokontriksi, keringat banyak, miosis, bradikardia (kadang-kadang
takikardia), tensi menurun, kejang atau paralisis, serta depresi pernapasan.
• Terapi: Cepat beri atropine sulfat 2 mg IV, diulangi tiap 10-15 menit sampai
atropinisasi penuh.
75
KALIUM PERMANGANAT
(KMNO4)
• Mekanisme keracunan: korosif
• Perkiraan Dosis Letal: Dosis toksik minimum 100 mg/kgBB. Dosis fatal 30-240 ml (20-150
g).
• Tanda dan Gejala: Setelah periode laten 8-32 jam: depresi SSP, asidosis, retinitis, buta, sakit
kepala, sakit perut, kulit dingin, mengigau, koma. Bradikardia menandakan prognosis buruk