DOSEN PEMBIMBING:
Sutio Rahardjo, S.Pd., S.Kep.Ns., MM.
DISUSUN OLEH:
i
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Kehadirat Allah Swt Yang Telah Memberikan Rahmat Dan
Hidayah-Nya Sehingga Saya Dapat Menyelesaikan Tugas Makalah Yang
Berjudul Kebijakan Otoda Dibidang Program Kia
Adapun Tujuan Dari Penulisan Dari Makalah Ini Adalah Untuk Memenuhi
Tugas Kewarganegaraan. Selain Itu, Makalah Ini Juga Bertujuan Untuk Menambah
Wawasan Tentang Kebijakan Otoda Dibidang Program Kia Bagi Para Pembaca Dan
Juga Bagi Penulis.
Kami Menyadari Makalah Yang Saya Tulis Ini Masih Jauh Dari Kata
Sempurna. Oleh Karena Itu, Kritik Dan Saran Yang Membangun Akan Saya
Nantikan Demi Kesempurnaan Makalah Ini.
ii
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
COVER..........................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
3.1 KESIMPULAN.............................................................................................10
3.2 SARAN..........................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Apa saja Isu kebijakan KIA dalam era desentralisasi di tahun 2010 ?
2. Apa saja analisis kebijakan pemerintah dalam KIA dianalisis berdasarkan isi,
konteks, proses, dan pelaku kebijakan?
3. Sebutkan apa saja usulan kebijakan program KIA ?
1.3 Tujuan
1. Dapat mengetahui Isu kebijakan KIA dalam era desentralisasi di tahun 2010
2. Dapat mengetahui apa saja analisis kebijakan pemerintah dalam KIA
dianalisis berdasarkan isi, konteks, proses, dan pelaku kebijakan
3. Dapat memahami dengan jelas apa saja usulan kebijakan program KIA
1
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Kebijakan KIA merupakan hal yang penting untuk pemerintahan pusat, namun
tidak penting untuk pemerintah daerah. Hal ini dibuktikan dengan sedikitnya
anggaran pemeerintah daerah untuk KIA walaupun pemerintah daerah yang
bersangkutan termasuk kuat kemampuan ekonominya. Hal ini mencerminkan
ketergantungan program KIA pada dana pusat di era desentralisasi
2. Anggaran pemerintah pusat untuk program kesehatan ibu dan anak emningkat
pada tahun tahun mendatang (2010 – 2014) walaupun pola peningkatan belum
stabil. Akan tetapi pengamatan menunjukan bahwa kebijakan penganggaran
kesehatan ibu dan anak mempunyai berbagai hambatan dan sumbatan yang
membahayakan keberhasilan program
3. Pemerintah kabupaten/kota seharusnya mempunyai peran penting untuk
mendanai Standar Minimal Pelayanan yang sebagian besar mempunyai indikator
KIA. Akan tapi hal ini tidak dilakukan. Pemerintah propinsi masih belum
mempunyai peran yang jelas dalam program KIA, walaupun mrmpunyai dana
dari pemerintah pusat.
4. Dilapangan terjadi situasi yang menunjukkan keterpisahan antara pelayanan
kesehatan ibu dan anak di pelayanan primer dengan yang berada di rumah sakit.
Dokter spesialis kebidanan dan anak di rumah sakit kurang aktif dalam program
KIA secara keseluruhan. Dalam konteks kegawatan, dirasakan ada keterpisahan
antara PONNED di Puskesmas dengan PONEK di rumah sakit.
5. Berbagai kegiatan termasuk tindakan promotif dan preventif yang ada di daftar di
jurnal internasional Lancet masih mempunyai kesulitan mendapatkan
pembiayaan.
2
Indonesia masih mengalami kesulitan dalam mencapai indikator MDG4 dan
MDG5 ditahun 2014. Sementara itu perhatian kabinet sangat besar untuk pencapaian
MDG4 dan MDG5. Hal ini ditandai dengan adanya kenaikan anggaran untuk
pelayanan kesehatan Ibu dan Anak sampai tahun 2014.
Kebijakan pemerintah dalam KIA dianalisis berdasarkan isi, konteks, proses, dan
pelaku kebijakan. Setelah analisis, usulan kebijakan akan dipaparkan.
A. Analisi Isi
Sebagian besar kebijakan KIA ditetapkan oleh pemerintah pusat. Dalam isi kebijakan
pelyanan, KIA terjadi beberapa hal :
3
1) Dana pusat yang tetap menjadi APBN : Dana Dekonsentrasi, Dana Tugas
Pembantuan
2) Dana pemerintah pusat yang menjadi APBD : Dana Alokasi Umum dan
Dana Alokasi Khusus
3) Dana Jamkesmas
4) Dana lain – lain seperti komponen KIA dalam BOK.
4
Disamping konteks desentralisasi, ada pula konteks internasional. Kebijakan
tentang KIA di pemerintah pusat sejarahnya dimulai dari pemikiran di luar negeri
yang terkait dengan kesehatan wanita dan anak. Demikian pula isu MDG4 dan
MDG5 berasal dari proses kebijakan lembaga di luar negeri. Kebijakan
penganggaran KIA ditetapkan dengan keputusan politik presiden dalam sebuah
konteks yang dipengaruhi oleh kebijakan internasional. Saat ini kebijjakan
internasional mengenai pemilihan program KIA dipengaruhi oleh majalah Lancet
yang melakukan pemaparan mengenai pelayanan KIA yang efektif.
C. Proses Kebijakan
Untuk tahun 2010 – 2014 telah di nyatakan pagu anggaran dengan kenaikan di
bandingkan tahun –tahun sebelumnya . penentuan kegiatan penganggaran tahunan di
lakukan dalam siklus penganggaran tahunan yang di pengaruhi aspek politik kucup
besar.dana harus dialokasikan berdasarkan jenisnya ( DAU,DAK, dana dekonsentrasi
, tugas pembantuan , jamkesmas,dll) . telihat ada kesulitan untuk mengkoordinasiakn
dalam rangka membiayai kegiatan yang di anggap efektif oleh lancet.
D. Pelaksanaan Kebijakan
Ada berbagai isu penting dalam pelaksanaan kebijakan . program KIA masih
belum mampu menjamin berjalannya pelayanan kesehatan ibu dan anak yang efektif;
masih belum terintegrasinya pelayanan kesehatan primer dengan sekunder / tertier;
pelaksanaan program kegiatan yang di lakukan oleh dinas sektor lain dan masyarakat
di luar dinas kesehatan masih belum maksimal pembagian wewenang antar berbagai
profesi kesehatan belum jelas pelaksaannya . pada tahun –tahun 2004 sampai dengan
2009, terjadi hambatan dalam pencarian dana pemerintah pusat. Sebagai besar dana
pemerinah pusat yang berasal dari dana dekonsentrasi mengalami hambatan dalam
pencarian (biasanya sekitar bulan agustus tahun berjalan) sebagai dampak terjadi
pengurangan waktu untuk pelaksanaan . di daerah di laporkan kejadian tidak
terserapnya dana dekonsentrasi .
5
kebijakan dana alokasi khusus terbatas pada fasilitas fisik , peralatan,dan obat.
DAK membutuhkan semacam dana pendampingAPBD yang menyedot anggaran
kesehatan untuk kegiaan fisik . akibatnya terjadi kekurangan dana untuk operasional
dan di beberapa daerah di laporkan adanya kelebihan anggaran untuk fisik . sementra
itu laporan di berbagai daerah menunjukkan bahwa alokasi APBD untuk KIA sangat
rendah . pemerintah provinsi dan kabupaten belum memberikan dana yang cukup
untuk KIA .
E. Aktor Pelaku
DPR, kementrian kesehatan dan berbagai unit pusat seperti BKKBN dan
bappenas merupakan aktor- aktor yang selama ini banyak mengembangakan
kebijakan . ikatan profesi , LSM dan media di jakarta telah ikut serta , namun masih
belum maksimal . belum ada mekanisme untuk mengawasi perencanaan dan
penganggaran program KIA di pemerintah pusat san daerah .
6
berada dipemerntah provinsi dan kab/kota pelaku utuma adalah pemerintah daerah
atau (dinas kesehatan atau dinas- dinas lain). Serta DPRD.
F. Analisis Keseluruhan
Kebijakan dalam perencanaan KIA yang terfrakmentasi dalam konteks pusat dan
daerah, terfrakmentasi dalam konteks pelayanan primer dengan sekunder atau
tersier,menjadi hambatan untuk mencapai MDG 4 dan MDG 5. Demikian
pula,dukungan pemerintah daerah yang rendah menjadi penghambat besar untuk
tercapainya MDG 4 dan MDG 5. Berdasarkan pengamatan,maka kebijakan
pengganggaran dana pemerintah pusat merupakan hal penting mengingat sebagian
besar dana pembangunan kesehatan untuk KIA berasal dari pusat akan tetapi ada
berbagai hambatan dan sumbatan dana pusat seperti yang ditulis diatas.
7
Melakukan intregritas perenccanan antara pelayanan kesehatan primer dan
sekunder/tertier. Dengan disatukannya pelayanan puskesmas dan pelayan rumah
sakit dalam direktorat jendral bina upaya pelayan kesehatan diharapkan akan
memudahkan intregritas ini.
Menyusun petunjuk mengenai pelayanan kesehatan ibu dan anak dan sistem
rujukan.
Menyusun pedoman task-shifting dalam pemberian pelayanan dari dokter
spesialis ke dokter umum atau bidan/perawat, atau dari dokter ke perawat, bidan.
pedoman ini diharap menyangkut hubungan atar berbagai profesi.
2. Dalam penganggaran
8
4) Alokasi anggaran diharapkan menggunakan formula yang berbasis pada variabel
– variabel yang mempengaruhi besarnya biaya operasional, kemampuan fiskal
daerah, dan status kesehatan ibu dan anak di daerah.
Catatan:
BOK Puskesmas sebaiknya masuk sebagai DAK yang sudah diperbaiki. Diharapkan
Kementrian Kesehatan menggunakan mekanisme penganggaran yang ada dalam UU
33 tahun 2004 agar tidak menambah kompleksitas penganggaran dan koordinasi antar
sumber.
Bahan Diskusi:
Dalam pertemuan IAKMI di Bandung diharapkan ada komentar dari pejabat pusat;
Pimpinan Bappenas:
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ada berbagai isu penting dalam pelaksanaan kebijakan . program KIA masih
belum mampu menjamin berjalannya pelayanan kesehatan ibu dan anak yang
efektif; masih belum terintegrasinya pelayanan kesehatan primer dengan
sekunder / tertier; pelaksanaan program kegiatan yang di lakukan oleh dinas
sektor lain dan masyarakat di luar dinas kesehatan masih belum maksimal
pembagian wewenang antar berbagai profesi kesehatan belum jelas
pelaksaannya.
3.2 Saran
Kami tim penyusun tentunya masih menyadari bahwa makalah diatas masih
terdapat banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Tim penyusun akan
memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman banyak pada banyak
sumber serta kritik yang membangun dari para pembaca.
10
DAFTAR PUSTAKA
https://www.kesehatan-ibuanak.net/pages/policy-brief/18-investment-case
11