Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KEBIJAKAN OTODA DIBIDANG PROGRAM KIA

DIAJUKAN DALAM RANGKA MEMENUHI TUGAS KEWARGANEGARAAN


SEMESTER 2

DOSEN PEMBIMBING:
Sutio Rahardjo, S.Pd., S.Kep.Ns., MM.

DISUSUN OLEH:

Amanda fitria R(P27824319001)


11. Nur Aini Arofah(P27824319021)
Asiamilatul I (P27824319003)
Qudrotun (P27824319023)
Charisma Aprilia(P27824319005)
Ririn Novitasari (P27824319025)
Echa Shafa A.H(P27824319007)
Salsafa Bethari (P27824319027)
Fani Lukitasari (P27824319009)
Shelvy Rizky(P27824319029)
Henny Widayanti (P27824319011)
Sona Laila (P27824319031)
Husnul Hotimah (P27824319013)
Sukmasari Nur A (P27824319033)
Ilyas Aulia Afnan (P27824319015)
Ulfatul Abdiyah (P27824319035)
Lailatul Marom F (P27824319017)
Zakia Diana R (P27824319037)
Nabillanur D.P.P (P27824319019)
 

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA


PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN BANGKALAN

i
2020/2021

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Allah Swt Yang Telah Memberikan Rahmat Dan
Hidayah-Nya Sehingga Saya Dapat Menyelesaikan Tugas Makalah Yang
Berjudul Kebijakan Otoda Dibidang Program Kia

Adapun Tujuan Dari Penulisan Dari Makalah Ini Adalah Untuk Memenuhi
Tugas Kewarganegaraan. Selain Itu, Makalah Ini Juga Bertujuan Untuk Menambah
Wawasan Tentang  Kebijakan Otoda Dibidang Program Kia Bagi Para Pembaca Dan
Juga Bagi Penulis.

Kami Mengucakan Terimakasih Kepada bapak Sutio Rahardjo, S.Pd.,


S.Kep.Ns., MM. Selaku Dosen Mata Kuliah Kewarganegaraan Yang Telah
Memberikan Tugas Ini Sehingga Dapat Menambah Pengetahuan Dan Wawasan
Sesuai Dengan Bidang Studi Yang Kami Tekuni. Kami Juga Mengucapkan
Terimakasih Kepada Semua Pihak Yang Telah Membagi Sebagian Pengetahuannya
Sehingga Kami Daat Menyelesaikan Makalah Ini.

Kami Menyadari Makalah Yang Saya Tulis Ini Masih Jauh Dari Kata
Sempurna. Oleh Karena Itu, Kritik Dan Saran Yang Membangun Akan Saya
Nantikan Demi Kesempurnaan Makalah Ini.

Bangkalan, Maret 2020

ii
Tim Penyusun

DAFTAR ISI

COVER..........................................................................................................................i

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1

1.1 LATAR BELAKANG.....................................................................................1


1.2 RUMUSAN MASALAH................................................................................1
1.3 TUJUAN..........................................................................................................1

BAB II TINJAUAN TEORI..............................................................................................2

2.1 ISU KEBIJAKAN KIA DALAM ERA DESENTRALISASI TAHUN


2010.................................................................................................................2
2.2 ANALISIS KEBIJAKAN................................................................................3
2.3 USULAN KEBIJAKAN..................................................................................7

BAB III PENUTUP.........................................................................................................10

3.1 KESIMPULAN.............................................................................................10
3.2 SARAN..........................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia masih sulit dalam mengalami kesuliran dalam mencapai


indikator MDG4 dan MDG5 ditahun 2014. Sementara itu perhatian kabinet
sangat besar untuk pencapaian MDG4 dan MGD5. Hal ini ditandai dengan
kenaikan anggaran untuk pelayanan kesehatan ibu dan anak sampai pada
tahun 2014.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja Isu kebijakan KIA dalam era desentralisasi di tahun 2010 ?
2. Apa saja analisis kebijakan pemerintah dalam KIA dianalisis berdasarkan isi,
konteks, proses, dan pelaku kebijakan?
3. Sebutkan apa saja usulan kebijakan program KIA ?

1.3 Tujuan

1. Dapat mengetahui Isu kebijakan KIA dalam era desentralisasi di tahun 2010
2. Dapat mengetahui apa saja analisis kebijakan pemerintah dalam KIA
dianalisis berdasarkan isi, konteks, proses, dan pelaku kebijakan
3. Dapat memahami dengan jelas apa saja usulan kebijakan program KIA

1
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Isu kebijakan kia dalam era desentralisasi di tahun 2010

Berdasarkan berbagai penelitihan dan pengamatan menunjukan berbagai hal seperti


berikut :

1. Kebijakan KIA merupakan hal yang penting untuk pemerintahan pusat, namun
tidak penting untuk pemerintah daerah. Hal ini dibuktikan dengan sedikitnya
anggaran pemeerintah daerah untuk KIA walaupun pemerintah daerah yang
bersangkutan termasuk kuat kemampuan ekonominya. Hal ini mencerminkan
ketergantungan program KIA pada dana pusat di era desentralisasi
2. Anggaran pemerintah pusat untuk program kesehatan ibu dan anak emningkat
pada tahun tahun mendatang (2010 – 2014) walaupun pola peningkatan belum
stabil. Akan tetapi pengamatan menunjukan bahwa kebijakan penganggaran
kesehatan ibu dan anak mempunyai berbagai hambatan dan sumbatan yang
membahayakan keberhasilan program
3. Pemerintah kabupaten/kota seharusnya mempunyai peran penting untuk
mendanai Standar Minimal Pelayanan yang sebagian besar mempunyai indikator
KIA. Akan tapi hal ini tidak dilakukan. Pemerintah propinsi masih belum
mempunyai peran yang jelas dalam program KIA, walaupun mrmpunyai dana
dari pemerintah pusat.
4. Dilapangan terjadi situasi yang menunjukkan keterpisahan antara pelayanan
kesehatan ibu dan anak di pelayanan primer dengan yang berada di rumah sakit.
Dokter spesialis kebidanan dan anak di rumah sakit kurang aktif dalam program
KIA secara keseluruhan. Dalam konteks kegawatan, dirasakan ada keterpisahan
antara PONNED di Puskesmas dengan PONEK di rumah sakit.
5. Berbagai kegiatan termasuk tindakan promotif dan preventif yang ada di daftar di
jurnal internasional Lancet masih mempunyai kesulitan mendapatkan
pembiayaan.

2
Indonesia masih mengalami kesulitan dalam mencapai indikator MDG4 dan
MDG5 ditahun 2014. Sementara itu perhatian kabinet sangat besar untuk pencapaian
MDG4 dan MDG5. Hal ini ditandai dengan adanya kenaikan anggaran untuk
pelayanan kesehatan Ibu dan Anak sampai tahun 2014.

2.2 Analisis kebijakan

Kebijakan pemerintah dalam KIA dianalisis berdasarkan isi, konteks, proses, dan
pelaku kebijakan. Setelah analisis, usulan kebijakan akan dipaparkan.

A. Analisi Isi

Sebagian besar kebijakan KIA ditetapkan oleh pemerintah pusat. Dalam isi kebijakan
pelyanan, KIA terjadi beberapa hal :

1. Kebijakan – kebijakan KIA sangat kuat di pemerintahan pusat sejak masa


presiden Suharto. Dukungan dana semakin meningkat di lima tahun terakhir ini
dan terus meningkat. Sementara itu pemerintahan daerah yang diharapkan
mendanai berbagai program KIA, terlihat belum cukup memberikan perhatian.
2. Terjadi fragmentasi kebijakan antara Direktorat Jenderal BinKesmas dan
Direktorat Jendral Bina Pelayanan Medik dalam pelayanan KIA primer dan
sekunder/tersier. Bbelum ada pelaksanaan kebijakan yang integrative anatara
kedua DitJen, termasuk dalam PONED dan PONEK.
3. Kebijakan KIA di pemerintah pusat belum mencakup hubungan antar berbagai
profesi dikesehatan ibu dan anak. Sebagian besar kebijakan yang mengatur
hubungan dokter spesialis obsgin, anak, dokter umum, bidan dan perawat.
Sementara itu diberbagai daerah dibutuhkan kegiatan yang mengatur task-
shifting antara dokter obsgin dengan dokter umum (misalnya dalam ijin dokter
umum melakukan bedah sesar kalau tidak ada dokter spesialis obsgin).
4. Penganggaran pusat untuk KIA selama ini terdiri dari berbagai sumber dana yang
cukup kompleks, anatara lain :

3
1) Dana pusat yang tetap menjadi APBN : Dana Dekonsentrasi, Dana Tugas
Pembantuan
2) Dana pemerintah pusat yang menjadi APBD : Dana Alokasi Umum dan
Dana Alokasi Khusus
3) Dana Jamkesmas
4) Dana lain – lain seperti komponen KIA dalam BOK.

Mekanisme penganggaran yang banyak ini menyulitkan koordinasi, termsuk


untuk memastikan apakah ada dana untuk pelayanan preventif dan promotif.

B. Analisis Konteks Penyusunan Kebijakan

Kebijakan perencanaan program dan penganggaran untuk KIA berada dalam


suasana masa transisi desentralisasi kesehatan dari tahun 2000 sd 2007. Masa transisi
ini menarik karena Kementrian Kesehatan mempunyai masa dimana pimpinannya
tidak memperhatikan secara detil kebijakan desentralisasi (periode 2004 – 2009).
Akibatnya berbagai peraturan tentang desentralisasi termasuk aspek penganggaran
tidak diperhatikan secara seksama. Dalam konteks desentralisasi ada berbagai
peraturan yang penting untuk KIA:

1) Perencanaan program KIA seharusnya dimulai dari Kabupaten Kota dengan


mengacu pada Standar Pelayanan minimal. Apabila pemerintah Kabupaten/Kota
tidak mampu maka perlu ada bantuan Propinsi dan selanjutnya Pusat.
2) Dalam konteks penganggaran, pada tahun 2004 sampai dengan 2009, berada
dalam lingkup UU 33 tahun 2004, PP mengenai Dana Perimbangan (PP 55 tahun
2005), Permenkeu mengenai DAK (PMK 175). Pada tahun 2008 terbit PP 7
yang mengatur mengenai dana Dekonsentrasi. Dengan demikian kebijakan
penganggaran di tahun 2010 harus mengacu pada berbagai aturan di atas. Khusus
untuk DAK sebenarnya menurut PP 55 tahun 2005 ada kesempatan Kementrian
Kesehatan untuk mengusulkan DAK untuk prioritas nasional seperti KIA, akan
tetapi hal ini tidak berjalan. Akibatnya isi DAK terkesan menjadi domain
Kementrian Keuangan.

4
Disamping konteks desentralisasi, ada pula konteks internasional. Kebijakan
tentang KIA di pemerintah pusat sejarahnya dimulai dari pemikiran di luar negeri
yang terkait dengan kesehatan wanita dan anak. Demikian pula isu MDG4 dan
MDG5 berasal dari proses kebijakan lembaga di luar negeri. Kebijakan
penganggaran KIA ditetapkan dengan keputusan politik presiden dalam sebuah
konteks yang dipengaruhi oleh kebijakan internasional. Saat ini kebijjakan
internasional mengenai pemilihan program KIA dipengaruhi oleh majalah Lancet
yang melakukan pemaparan mengenai pelayanan KIA yang efektif.

C. Proses Kebijakan

Untuk tahun 2010 – 2014 telah di nyatakan pagu anggaran dengan kenaikan di
bandingkan tahun –tahun sebelumnya . penentuan kegiatan penganggaran tahunan di
lakukan dalam siklus penganggaran tahunan yang di pengaruhi aspek politik kucup
besar.dana harus dialokasikan berdasarkan jenisnya ( DAU,DAK, dana dekonsentrasi
, tugas pembantuan , jamkesmas,dll) . telihat ada kesulitan untuk mengkoordinasiakn
dalam rangka membiayai kegiatan yang di anggap efektif oleh lancet.

D. Pelaksanaan Kebijakan

Ada berbagai isu penting dalam pelaksanaan kebijakan . program KIA masih
belum mampu menjamin berjalannya pelayanan kesehatan ibu dan anak yang efektif;
masih belum terintegrasinya pelayanan kesehatan primer dengan sekunder / tertier;
pelaksanaan program kegiatan yang di lakukan oleh dinas sektor lain dan masyarakat
di luar dinas kesehatan masih belum maksimal pembagian wewenang antar berbagai
profesi kesehatan belum jelas pelaksaannya . pada tahun –tahun 2004 sampai dengan
2009, terjadi hambatan dalam pencarian dana pemerintah pusat. Sebagai besar dana
pemerinah pusat yang berasal dari dana dekonsentrasi mengalami hambatan dalam
pencarian (biasanya sekitar bulan agustus tahun berjalan) sebagai dampak terjadi
pengurangan waktu untuk pelaksanaan . di daerah di laporkan kejadian tidak
terserapnya dana dekonsentrasi .

5
kebijakan dana alokasi khusus terbatas pada fasilitas fisik , peralatan,dan obat.
DAK membutuhkan semacam dana pendampingAPBD yang menyedot anggaran
kesehatan untuk kegiaan fisik . akibatnya terjadi kekurangan dana untuk operasional
dan di beberapa daerah di laporkan adanya kelebihan anggaran untuk fisik . sementra
itu laporan di berbagai daerah menunjukkan bahwa alokasi APBD untuk KIA sangat
rendah . pemerintah provinsi dan kabupaten belum memberikan dana yang cukup
untuk KIA .

E. Aktor Pelaku

DPR, kementrian kesehatan dan berbagai unit pusat seperti BKKBN dan
bappenas merupakan aktor- aktor yang selama ini banyak mengembangakan
kebijakan . ikatan profesi , LSM dan media di jakarta telah ikut serta , namun masih
belum maksimal . belum ada mekanisme untuk mengawasi perencanaan dan
penganggaran program KIA di pemerintah pusat san daerah .

 Untuk Penganggaran Ada Perbagai Catatan Penting Mengenai Para Pelaku :

Dana dekontrasi :kebijakan penggunaan dana dekontrasi terutama di pegang


oleh kementrian kesehatan . akan tetapi penggunaannya di batasi oleh pp 7 tahun
2008 yang tidak boleh melimpahkan kementrian kabupaten /kota. Dana dekontrasi
terutama di gunakan untuk tugas pemerintah pusat yang di limpah kan ke
dana alokasi khusus: pemegang kebijan utama adalah kementrian keuangan
dan DPR kementrian teknis terlihat sulit mengelola dana ini. Mentri keuangan setiap
tahun mengeluarkan peraturan memtri mengenai DAK. Peraturan meteri keungan ini
terlihat belum mengadopsi kepentingan teknis, dana tugas pembantuan: selama ini
dipergunakan untuk RS melalai dirjen bina pelayanan medik dalam program PONEK
untuk fisik dan peralatan. Dana besar ini untuk kegiatan yang bersifat kuratif. Dana
jamkesmas: kebijakan berada dipusat jaminan pembiayaan kesehatan dikementrian
kesehatan. Alokasi berdasarkan pengguanaan fasilitas oleh masyarakat miskin
( pelaanan kuratif). Sebagian dipergunakan untuk pelayanan operasional promosi
dipuskesmas.akan tetapi tidak semua pelaku berani memanfaakatnya. Dana APBD:

6
berada dipemerntah provinsi dan kab/kota pelaku utuma adalah pemerintah daerah
atau (dinas kesehatan atau dinas- dinas lain). Serta DPRD.

F. Analisis Keseluruhan

Kebijakan dalam perencanaan KIA yang terfrakmentasi dalam konteks pusat dan
daerah, terfrakmentasi dalam konteks pelayanan primer dengan sekunder atau
tersier,menjadi hambatan untuk mencapai MDG 4 dan MDG 5. Demikian
pula,dukungan pemerintah daerah yang rendah menjadi penghambat besar untuk
tercapainya MDG 4 dan MDG 5. Berdasarkan pengamatan,maka kebijakan
pengganggaran dana pemerintah pusat merupakan hal penting mengingat sebagian
besar dana pembangunan kesehatan untuk KIA berasal dari pusat akan tetapi ada
berbagai hambatan dan sumbatan dana pusat seperti yang ditulis diatas.

Akibat hambatan dan sumbatan dalam penganggaran dan penyalurannya maka


dana pemerintah pusat gagal untuk menjadi pelaku penting dalam mendukung
pelayanan kesehatan untuk KIA yang dianggap efektif,termasuk kegiatan prefentif
dan promotive. Progam pemerintah pusat sulit menjadi efektif di daerah.

 Resiko Yang Dihadapi Dimasa Mendatang

Adanya hambatan dan sumbatan dalam pembiayaan dan penyaluran dana


progam KiA oleh pemerintah pusat dan fragmentasi pelayanan dapat meningkatkan
resiko terjadinya kegagalan dalam skala yang lebih luas di tahun tahun mendatang.
Dana dekonsentrasi dapat terhambat diturunkan,sulit dilaksanakan,dan memepunyai
resiko tidak terserap. Dana alaokasi khusus apabila tidak diubah akan meningkatkan
proyek proyek fisik dan obat, namun gagal untuk meningkatkan kegiatan operasional
bagi pelayanan KIA

2.3 Usulan kebijakan


1. Bagi pemerintah pusat :

Dalam perencanan program

7
 Melakukan intregritas perenccanan antara pelayanan kesehatan primer dan
sekunder/tertier. Dengan disatukannya pelayanan puskesmas dan pelayan rumah
sakit dalam direktorat jendral bina upaya pelayan kesehatan diharapkan akan
memudahkan intregritas ini.
 Menyusun petunjuk mengenai pelayanan kesehatan ibu dan anak dan sistem
rujukan.
 Menyusun pedoman task-shifting dalam pemberian pelayanan dari dokter
spesialis ke dokter umum atau bidan/perawat, atau dari dokter ke perawat, bidan.
pedoman ini diharap menyangkut hubungan atar berbagai profesi.

2. Dalam penganggaran

Perubahan kebijakan tentang dana dekonsentrasi:

Secara umum diharapkan untuk mengurangi besaran dana dekonsentrasi dan


mengalihkan ke dana alokasi khusus .hal ini sesuai dengan UU keungan dalam
Desentralisasi (UU 33 tahun 2004). Dana dekosentrasi ditunjuk untuk membiayai
kegiatan pusat yang dilimpahkan ke daerah sesuai dengan PP 7 tahun 2008.

3. Perubahan kebijakan tentang DAK

Dilakukan perubahan DAK memalui perubahan kebijakan menteri keuangan .apabila


dibutuhkan perlu untuk merubah PP no 55 tahun 2005 tentang Dana perimbangan.
Sebaiknya ada DAK untuk pelayanan kesehatan ibu dan anak. Dalam DAK baru ini
ada beberapa hal penting:

1) Alokasi anggaran pusat DAK dapat dipergunakan untuk operasional pelayanan


kesehatan ibu dan anak.
2) Dana pendamping dari daerah disesuaikan dengan tingkat kemampuan fiskal
daerah. Semakin besar kemampuan fiskal maka prosentasenya diharapkan
semakin besar.
3) Mengacu ke SPM Kesehatan.

8
4) Alokasi anggaran diharapkan menggunakan formula yang berbasis pada variabel
– variabel yang mempengaruhi besarnya biaya operasional, kemampuan fiskal
daerah, dan status kesehatan ibu dan anak di daerah.

Catatan:

BOK Puskesmas sebaiknya masuk sebagai DAK yang sudah diperbaiki. Diharapkan
Kementrian Kesehatan menggunakan mekanisme penganggaran yang ada dalam UU
33 tahun 2004 agar tidak menambah kompleksitas penganggaran dan koordinasi antar
sumber.

Bahan Diskusi:

Dalam pertemuan IAKMI di Bandung diharapkan ada komentar dari pejabat pusat;

Pimpinan Bappenas:

Bagaimana prospek perbaikan dana pemerintah pusat dan penyalurannya? Apakah


akan menggunakan DAK atau Dana Dekonstrasi? Bagaimana Prospek BOK?

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ada berbagai isu penting dalam pelaksanaan kebijakan . program KIA masih
belum mampu menjamin berjalannya pelayanan kesehatan ibu dan anak yang
efektif; masih belum terintegrasinya pelayanan kesehatan primer dengan
sekunder / tertier; pelaksanaan program kegiatan yang di lakukan oleh dinas
sektor lain dan masyarakat di luar dinas kesehatan masih belum maksimal
pembagian wewenang antar berbagai profesi kesehatan belum jelas
pelaksaannya.
3.2 Saran
Kami tim penyusun tentunya masih menyadari bahwa makalah diatas masih
terdapat banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Tim penyusun akan
memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman banyak pada banyak
sumber serta kritik yang membangun dari para pembaca.

10
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kesehatan-ibuanak.net/pages/policy-brief/18-investment-case

11

Anda mungkin juga menyukai