Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

TOKSIKOLOGI KLINIK

PEMERIKSAAN KAFEIN

DOSEN PENGAMPU

NI PUTU RAHAYU ARTINI, S.SI., M.SI

DISUSUSN OLEH

NI PUTU EKA PUSPITA DEWI

18071003

KELOMPOK 1

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS BALI INTERNASIONAL

DENPASAR

2020
PEMERIKSAAN KAFEIN

I. TUJUAN
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui kandungan kafein
dengan metode spektrofotometri UV-VIS.

II. DASAR TEORI


Kafein merupakan jenis alkaloid yang secara alamiah terdapat dalam biji kopi,
daun teh, daun mete, biji kola, biji coklat dan beberapa minuman penyegar. Kafein
memiliki berat molekul 194,19 gram/mol. Dengan rumus kimia C8H10N8O2 dan pH
6,9 (larutan kafein 1 % dalam air). Secara ilmiah, efek kafein terhadap kesehatan
sebetulnya tidak ada, tetapi yang ada adalah efek tak langsungnya seperti
menstimulasi pernafasan dan jantung, serta memberikan efek samping berupa rasa
gelisah (neuroses), tidak dapat tidur (insomnia) dan denyut jantung tak beraturan
(tachycardia). Kopi dan teh banyak mengandung kafein dibandingkan jenis tanaman
lain, karena tanaman kopi dan teh menghasilkan biji kopi dan daun teh yang sangat
cepat, sementara penghancurannya sangat lambat (Hermanto, 2007).
Kafein adalah suatu senyawa organik yang mempunyai nama lain yaitu kafein,
tein, atau 1,3,7-trimetilxantin. Kristal kafein dalam air berupa jarum-jarum bercahaya.
Bila tidak mengandung air, kafein meleleh pada suhu 234 0C – 2390C dan menyublim
pada suhu yang lebih rendah. Kafein mudah larut dalam air panas dan kloroform,
tetapi sedikit larut dalam air dingin dan alkohol (Abraham, 2010).
Kafein adalah basa yang sangat lemah dalam larutan air atau alkohol tidak
terbentuk garam yang stabil. Kafein terdapat sebagi serbuk putih atau sebagai jarum
mengkilap putih, tidak berbau dan rasanya pahit. Kafein larut dalam eter. Kelarutan
naik dalam air panas (80oC) atau alkohol panas (60oC) ( Wilson and Gisvold, 1982).
Kafein merupakan perangsan susunan syaraf pusat yang dapat menimbulkan
dieresis, merangsang otot jantung dan melemahkan otot polos bronchus. Seacra klinis
biasanya digunakan berdasarkan khasiat sentralnya, merangsang semua susunan
syaraf pusat mula-mula kotreks kemudian batang otak, seangkan medulla spinalis
hanya dirangsang dengan dosis besar (Abraham, 2010).

III. METODE
Metode yang digunakan pada pemeriksaan ini adalah metode spektrofotometri
UV-VIS. Spektrofotometri UV-VIS adalah pengukuran serapan cahaya di daerah
ultraviolet (200-350 nm) dan sinar tampak (350-800nm) oleh suatu senyawa. Serapan
cahaya UV dan VIS (cahaya tampak) mengakibatkan transisi elektronik, yaitu
promosi electron-elektron dari orbital keadaan dasar yang rendah ke orbital keadaan
tereksitasi berenergi lebih tingi (Haryadi, 1993).

IV. PRINSIP
Prinsip dari pemeriksaan kafein dengan metode spektrofotometri UV-VIS
adalah senyawa yang menyerap cahya dalam daerah tampak (senyawa berwarna)
mempunyai electron yang lebih mudah dipromosikan daripada senyawa yang
menyerap pada panjang gelombang lebih pendek. Jika radiasi elektromagnetik
dilewatkan pad suatu media yang homogen, maka Sebagian radiasi itu ada yang
dipantulkan, absorpsi dan ada yang di transmisikan.

V. ALAT DAN BAHAN


Alat dan bahan yang akan dipergunakan pada praktikum ini adalah sebagi berikut :

Alat:

1. Beaker glass 8. Pompa


2. Spatula 9. Lanu ukur
3. Spektrofotometri UV-VIS 10. Pipet tetes
4. Neraca analitik 11. Pipet Volume
5. Batang pengaduk 12. Waterbath
6. Corong 13. Kertas saring
7. Erlenmeyer

Bahan:

1. Teh
2. MgO
3. Aquadest

VI. CARA KERJA


a. Pembuatan Larutan Standar
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Kemudian dibuatkan larutan
standar induk kafein 20 ppm, lalu diencerkan menjadi larutan standar kafein 2
ppm, 4 ppm, 6 ppm dan 8 ppm. Larutan standar 2 ppm dipipet sebanyak 0,5 mL
kemudian diencerkan dengan aquadest pada labu ukur 5 mL. Larutan standar 4
ppm dipipet sebanyak 1 mL kemudian diencerkan dengan aquadest pada labu
ukur 5 mL. Larutan standar 6 ppm dipipet sebanyak 1,5 mL kemudian diencerkan
dengan aquadest pada labu ukur 5 mL dan larutan standar 8 ppm dipipet
sebanyak 2 mL kemudian diencerkan dengan aquadest pada labu ukur 5 mL.
Selanjutnya labu ukur dikocok secara perlahan agar larutan standar dengan
aquadest homogen.

b. Analisis Kandungan Kafein pada Sampel Minuman


Sampel teh ditimbang sebanyak 0,5 gr menggunakan alas kaca arloji lalu
dimasukkan ke beaker glass. Lalu ditimbang MgO ditimbang sebanyak 0,3 gr
menggunakan alas kaca arloji lalu ditambahkan ke sampel the dalam beaker
glass. Kemudian ditambahkan aquadest kedalam beaker glass sebanyak 100 mL
kemudian diaduk. Sampel dipanaskan pada waterbath dengan suhu 100oC selama
1 jam, kemudian setelah satu jam didinginkan pada suhu ruang. Lalu sampel
disaring dengan kertas saring whatman kemudia sampel dimasukkan ke dalam
ukur 100 mL. Sampel dalam labu ukur ditambahkan aquadest sampai tanda batas
kemudian dihomogenkan. Sampel dan larutan standar dianalisis menggunakan
spektrofotometer dengan panjang gelombang 273 nm.

VII. DATA PENGAMATAN

Standar Sampel
2 ppm Kelompok 1 4. 010 (sampel kopi good day)
4 ppm Kelompok 2 4. 034 (sampel teh sariwangi)
6 ppm Kelompok 3 3. 941 (sampel teh poci)
8 ppm Kelompok 4 4. 014 (sampel kopi setia bali)

VIII. PERHITUNGAN
Persamaan : y = 0,0927x – 0,0486

a. Sampel Kelompok 1 (kopi good day)

y = 0,0927x – 0,0486

4,010 = 0,0927x – 0,0486

4,010+0,0486
x =
0,0927

4,0586
x =
0,0927

x = 43,80

b. Sampel Kelompok 2 (teh sariwangi)

y = 0,0927x – 0,0486

4,034 = 0,0927x – 0,0486

4,034+ 0,0486
x =
0,0927

4,0826
x =
0,0927

x = 44,04

c. Sampel Kelompok 3 (kopi kapal api)

y = 0,0927x – 0,0486

3,941 = 0,0927x – 0,0486

3,941+ 0,0486
x =
0,0927

3,9896
x =
0,0927

x = 43, 03

d. Sampel Kelompok 4 (kopi setia bali)


y = 0,0927x – 0,0486

4,014 = 0,0927x – 0,0486

4,014+ 0,0486
x =
0,0927

4,0626
x =
0,0927

x = 43, 82

IX. KURVA

X. PEMBAHASAN
Pada praktikum Toksikologi Klinik kali ini dilakukan pemeriksaan kandungan
kafein pada beberapa merk kopi atau teh yang berbeda. Beberapa merk yang diuji
antara lain Kopi Good Day, Teh Sariwangi, Kopi Kapal Api Dan Kopi Setia Bali.
Adapun tujuan dari uji ini yaitu untuk mengetahui kadar kafein yang terdapat dalam
kopi maupun teh dengan metode spektrofotometri UV-VIS.
Kopi (Coffea  sp.) adalah spesies tanaman berbentuk pohon. Tanaman ini
tumbuh tegak, bercabang dan bila dibiarkan akan mencapai tinggi 12 m. Proses
pengolahan kopi bubuk dibagi atas dua tahap yaitu penyangraian dan
pengggilingan. Kopi merupakan sumber kafein. Kafein merupakan senyawa alkaloid
yang bersifat merangsang. Kafein banyak memiliki manfaat dan telah banyak
digunakan dalam dunia medis. Kafein dapat dibuat dari ekstark kopi, teh dan cokelat.
Kafein berfungsi untuk merangsang aktivitas susunan saraf dan meningkatkan kerja
jantung, sehingga jika dikonsumsi dalam jumlah berlebihan akan bersifat racun
dengan menghambat mekanisme susunan saraf manusia. Rumus kimia untuk kafein
yaitu C8H10N4O2, kafein murni berbentuk kristal panjang, berwarna putih, tidak
berbau dan rasanya pahit. Didalam biji kopi kafein berfungsi sebagai unsur rasa dan
aroma. Kafein murni memiliki berat molekul 194.19 gr, titik leleh 236°C dan titik
didih 178°C (Aisyah, 2013).
Kafein adalah salah satu jenis alkaloid yang banyak terdapat dalam biji kopi,
daun teh, dan biji coklat Kafein memiliki efek farmakologis yang bermanfaat secara
klinis, seperti menstimulasi susunan syaraf pusat, relaksasi otot polos terutama otot
polos bronkus dan stimulasi otot jantung. Berdasarkan efek farmakologis tersebut,
kafein ditambahkan dalam jumlah tertentu ke minuman. Efek berlebihan (over dosis)
mengkonsumsi kafein dapat menyebabkan gugup, gelisah, tremor, insomnia,
hipertensi, mual dan kejang. Berdasarkan FDA (Food Drug Administration) dosis
kafein yang diizinkan 100- 200 mg/hari, sedangkan menurut SNI 01- 7152-2006 batas
maksimum kafein dalam makanan dan minuman adalah 150 mg/hari dan 50
mg/sajian. Kafein sebagai stimulan tingkat sedang (mild stimulant) memang
seringkali diduga sebagai penyebab kecanduan. Kafein hanya dapat menimbulkan
kecanduan jika dikonsumsi dalam jumlah yang banyak dan rutin. Namun kecanduan
kafein berbeda dengan kecanduan obat psikotropika, karena gejalanya akan hilang
hanya dalam satu dua hari setelah konsumsi (Kesia, 2013).
Teh adalah tanaman yang bagian daun dan pucuknya digunakan untuk
membuat minuman. Pada dasarnya terdapat empat jenis teh utama yaitu teh hitam, teh
hijau, teh oolong, dan teh putih. Keempat jenis teh tersebut dibedakan berdasarkan
proses fermentasinya. Teh hitam melalui proses fermentasi, teh hijau tanpa melalui
proses fermentasi, teh oolong melalui proses fermentasi sebagian (semifermentasi),
sedangkan teh putih diambil dari pucuk daun teh termuda yang langsung diuapkan
dan dikeringkan tanpa proses fermentasi terlebih dahulu. Salah satu senyawa utama
dalam teh yang dapat memberikan efek kesegaran adalah kafein. Batas maksimum
mengkonsumsi kafein menurut keputusan BPOM adalah sebesar 150 mg/hari yang
terbagi paling sedikit menjadi tiga dosis. Apabila kafein dikonsumsi dalam jumlah
yang tepat maka efeknya dalam meningkatkan kesegaran tubuh akan diperoleh secara
langsung, namun sebaliknya jika berlebihan justru dapat membahayakan tubuh seperti
percepatan denyut jantung, cemas, bahkan insomnia. Berdasarkan efek samping jika
dikonsumsi berlebihan, maka penting untuk dilakukan penentuan kadar kafein dari
produkproduk teh yang beredar di pasaran (Sutipno, 2019).
Berdasarkan hasil pemeriksaan dan perhitungan pada data diatas, dapat
diketahui bahwa keempat sampel dari masing-masing kelompok tersebut
menggandung kafein akan tetapi kadar kafein dari sampel tersebut bervariasi. Dimana
pada masing-masing sampel terbukti mengandung kafein. Sampel kelompok 1 (merk
kopi good day) diperoleh hasil sebesar 43, 80 ppm, sampel kelompok 2 (merk teh
sariwangi) diperoleh hasil sebesar 44, 04 ppm, sampel kelompok 3 (merk kopi kapal
api) diperoleh hasil sebesar 43, 03 ppm dan sampel kelompok 4 ( kopi setia bali)
diperoleh hasil sebesar 43, 82 ppm. Dengan demikian dari keempat sampel tersebut,
kadar keafein paling tinggi yaitu pada sampel kelompok 2 (merk teh sariwangi) yakni
sebesar 44, 04 ppm sedangkan kadar kafein yang paling rendah yaitu pada sampel
kelompok 3 (merk kopi kapal api) yakni 43, 03 ppm.
Faktor yang mempengaruhi kadar kafein dalam daun teh yakni wilayah
penanaman tanaman teh, varietas tanaman teh, kondisi tanah, jumlah curah hujan,
umur tanaman, umur daun dan proses pengolahan teh. Proses pengolahan teh
merupakan faktor yang paling berpengaruh karena terdapat proses fermentasi yang
dapat mempengaruhi kadar kafein dalam teh (Putri dan Ulfin, 2015).
Kafein biasanya diisolasi dengan ekstraksi menggunakan pelarut organic dan
kondisi ekstraksi yakni pelarut, suhu, waktu, pH, dan rasio komposisi solven dengan
bahan sehingga dapat mempengaruhi efisiensi ekstraksi kafein (Perva et al., 2006).

XI. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pemeriksaan dan perhitungan terhadap kadar kafein pada
masing-masing sampel, dapat disimpulan bahwa kafein adalah salah satu jenis
alkaloid yang banyak terdapat dalam biji kopi, daun teh, dan biji coklat Kafein
memiliki efek farmakologis yang bermanfaat secara klinis, seperti menstimulasi
susunan syaraf pusat, relaksasi otot polos terutama otot polos bronkus dan stimulasi
otot jantung. batas maksimum kafein dalam makanan dan minuman adalah 150
mg/hari dan 50 mg/sajian. Sampel kelompok 1 (merk kopi good day) diperoleh hasil
sebesar 43, 80 ppm, sampel kelompok 2 (merk teh sariwangi) diperoleh hasil sebesar
44, 04 ppm, sampel kelompok 3 (merk kopi kapal api) diperoleh hasil sebesar 43, 03
ppm dan sampel kelompok 4 (kopi setia bali) diperoleh hasil sebesar 43, 82 ppm.
Dengan demikian dari keempat sampel tersebut, kadar keafein paling tinggi yaitu
pada sampel kelompok 2 (merk teh sariwangi) yaitu sebesar 44, 04 ppm sedangkan
kadar kafein yang paling rendah yaitu pada sampel kelompok 3 (merk kopi kapal api)
yaitu 43, 03 ppm.
Faktor yang mempengaruhi kadar kafein dalam daun teh yaitu wilayah
penanaman tanaman teh, varietas tanaman teh, kondisi tanah, jumlah curah hujan,
umur tanaman, umur daun dan proses pengolahan teh.

DAFTAR PUSTAKA

Abraham, G. 2010. Penurunan Kadar Kafein Kopi Abarika dengan Proses Fermentasi
Menggunakan NOPKOR MZ-15. Semarang: Universitas Diponegoro.

Aysah, M. 2013. Perbandingan karakteristik fisis kopi lwak (civet coffee) dan kopi biasa jenis
arabica. Pillar of Physics, vol.2. Oktober 2013, 68-75.

Haryadi. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Gramedia : Jakarta.

Kesia. 2013.   Analisis Kafein Dalam Kopi Bubuk Di Kota


Manado Menggunakan Spektrofotometri Uv-Vis. Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi –
UNSRAT Vol. 2 No. 04 November 2013 ISSN 2302 – 2493.

Perca et al. 2006. The Miracle of Caffeine. Bandung: PT Mizan Nusantara.

Putri, A dan Ulfin MA. 2015. Penentuan Kadar Kafein. (www.academia.edu). Diakses pada
tanggal 29 Desember 2020.

Sutipno, D. 2019. Penentuan Kadar Kafein Pada Sampel Teh ( www.academia.edu). Diakses
pada tanggal 29 Desember 2020.

Wilson,G and Gisvold SM. 1982. Buku Ajar Farmakologi dan Toksikologi. Bandung:
Penerbit ITB
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai