Anda di halaman 1dari 58

BAB II

KONSEP DASAR PENILAIAN HASIL BELAJAR SOSIOLOGI

A. Pengantar

Sosiologi menjadi salah satu mata pelajaran pada jenjang SMA sejak Kurikulum 1984

sampai dengan Kurikulum 2013. Pada dokumen-dokumen kurikulum di kurun waktu 1984

sd. 2013 tersebut, pembelajaran sosiologi di SMA sesungguhnya memiliki peran yang

strategis dalam membangun kompetensi dan karakter generasi bangsa. Melalui mata

pelajaran sosiologi diharapkan mampu meningkatkan kemampuan siswa SMA untuk

mengaktualisasikan potensi-potensi diri mereka dalam mengambil dan mengungkapkan

status serta peran masing-masing dalam kehidupan sosial dan budaya masyarakat dimana

mereka tinggal yang tentu saja terus mengalami perubahan dari masa ke masa. Melalui

pengalaman belajar (learning experience) yang didapatkan siswa dalam mata pelajaran

Sosiologi, diharapkan bisa membentuk siswa SMA yang mampu melakukan refleksi atas

semua peristiwa-peristiwa sosial yang dijumpainya dalam kehidupan sehari-hari di

masyarakat. Ini pula yang sesungguhnya menjadi nilai plus yang dimiliki mata pelajaran

sosiologi dimana hal-hal yang dipelajari merupakan hal-hal yang nyata ada di sekeliling

kehidupan siswa dimanapun ia berada. Oleh karena itu, harapan melalui mata pelajaran

sosiologi adalah proses pembelajaran sosiologi di SMA bisa menjadi jembatan bagi siswa

untuk mempertajam rasa keingintahuannya, analisis sosial, serta memperluas pandangan

siswa dalam menjalani dan terlibat pada kehidupan kesehariannya di masyarakat.

Namun demikian penulis berpandangan bahwa terdapat permasalahan mendasar

dalam proses pembelajaran mata pelajaran sosiologi di tingkat SMA saat ini. Permasalahan

Bahan Ajar Evaluasi Pembelajaran Sosiologi (Ike Sylvia, Pendidikan Sosiologi UNP) 1
tersebut adalah mayoritas pembelajaran sosiologi cenderung mengajarkan doktrin berupa

norma, moral bahkan etika yang sesungguhnya bukan ranah mata pelajaran sosiologi.

Bahkan yang lebih miris lagi adalah pembelajaran sosiologi didominasi penyampaian materi

pembelajaran secara teoritis dengan terlalu (saklek) mengacu pada buku teks atau buku

pelajaran (text book). Konsep-konsep sosiologi dipelajari sebagai sebuah hafalan tentang

pengertian, tujuan dan manfaat semata tanpa tahu apa makna yang terkandung dalam konsep

tersebut. Apalagi sampai jauh mempelajari tentang implikasi dari mempelajari konsep

tersebut bagi diri siswa ketika berada di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Proses

pembelajaran dengan paradigma seperti itu membawa dampak yang signifikan pada proses

pembelajaran itu sendiri maupun pada substansi materi pembelajaran. Proses pembelajaran

yang cenderung pada hafalan teori dan konsep mendorong pada terjadinya pembelajaran

sosiologi yang pasif di kelas-kelas. Interaksi satu arah dari guru ke siswa menjadi hal yang

dominan. Guru menjadi satu-satunya sumber belajar sementara siswanya dijejali dengan

teori dan konsep yang harus dihafal tanpa tahu maknanya. Maka tidak mengherankan jika

mata pelajaran sosiologi menjadi salah satu mata pelajaran yang kurang diminati karena

cenderung disampaikan secara membosankan.

Untuk itu perlu dikaji kembali untuk refresh bagi guru-guru mata pelajaran soiologi

jenjang SMA yang fokus pada pertanyaan, apa hakekat tujuan pembelajaran sosiologi

jenjang SMA?; seperti apa hakekat pembelajaran sosiologi jenjang SMA?; seperti apa

pendekatan pembalajaran sosiologi jenjang SMA?; dan bagaimanakah konsep pembelajaran

sosiologi yang bermakna? Bahan ajar ini akan mengulas pembelajaran sosiologi dengan

dengan kerangka 4 pertanyaan tersebut.

Bahan Ajar Evaluasi Pembelajaran Sosiologi (Ike Sylvia, Pendidikan Sosiologi UNP) 2
B. Pembelajaran Sosiologi

1. Tujuan Pembelajaran Sosiologi

Telah dikemukakan di awal tulisan ini bahwa pembelajaran sosiologi di SMA

sesungguhnya memiliki peran yang strategis, sebab mata pelajaran sosiologi diharapkan

mampu meningkatkan kemampuan siswa SMA untuk mengaktualisasikan potensi-potensi

diri mereka dalam mengambil dan mengungkapkan status serta peran masing-masing dalam

kehidupan sosial dan budaya masyarakat dimana mereka tinggal yang tentu saja terus

mengalami perubahan dari masa ke masa. Dokumen Kurikulum 2013 menegaskan bahwa

Mata pelajaran Sosiologi diajarkan untuk mencapai tujuan-tujuan khusus sebagai berikut: 1)

meningkatkan penguasaan pengetahuan Sosiologi di kalangan peserta didik yang berorientasi

pada pemecahan masalah dan pemberdayaan sosial; 2) mengembangkan pengetahuan

Sosiologi dalam praktek, atau praktek pengetahuan Sosiologi untuk meningkatkan

keterampilan sosial peserta didik dalam memecahkan masalah-masalah sosial; 3) menumbuhkan

sikap religius dan etika sosial yang tinggi di kalangan peserta didik sehingga memiliki

kepekaaan, kepedulian dan tanggungjawab memecahkan masalah- masalah sosial. Untuk

mencapai tujuan tersebut, materi-materi pembelajaran yang diajarkan dengan berorientasi pada

penumbuhan kesadaran individual dan sosial (kelas X), kepekaan dan kepedulian terhadap

masalah-masalah sosial dan tanggungjawab pemecahan masalah sosial (kelas XI), dan

kemampuan untuk melakukan pemberdayaan sosial (kelas XII).

Robet (2014) menegaskan bahwa pembelajaran sosiologi hendaknya melatih siswa

SMA untuk memahami dan membedakan persoalan-persoalan subyektif dengan persoalan

public sehingga dapat mendorong keterlibatan sosial siswa dalam masyarakatnya. Selain itu,

pembelajaran sosiologi di SMA tidak hanya bertujuan meningkatkan pengetahuan, namun

Bahan Ajar Evaluasi Pembelajaran Sosiologi (Ike Sylvia, Pendidikan Sosiologi UNP) 3
mampu meningkatkan rasa ingin tahu, mempertajam analisis sosial, serta memperluas

pandangan siswa dalam menjalani dan terlibat dalam kehidupan kesehariannya dalam

bermasyarakat. Untuk itu tujuan belajar sosiologi adalah untuk mendapatkan imajinasi

sosiologi, sehingga seseorang yang belajar sosiologi bisa memahami setiap gejala sosial

yang ada dalam kehidupan masyarakat. Upaya memahami setiap gejala sosial akan dapat

tercapai jika seseorang tersebut melakukan pengamatan, pengumpulan data dan informasi,

analisis data, mengolah dan menyimpulkan dan mengkomunikasikannya pada orang lain.

2. Hakekat Pembelajaran Sosiologi di SMA

Materi-materi yang di pelajari dalam pembelajaran sosiologi sangat kaya

informasi/konsep sebab fokusnya adalah masyarakat dengan budayanya. Selain itu

pengetahuan sosiologi memiliki karakteristik tersendiri, seperti yang dijelaskan oleh Hanum

(2011:15) bahwa: pengetahuan sosiologi memiliki karakteristik sebagai berikut: 1.

Mengembangkan ilmu pengetahuan tentang hubungan antara manusia dan produk hubungan

tersebut; 2. Mempelajari perilaku, interaksi perilaku, interaksi kelompok, budaya dan

menganalisis pengaruhnya; 3. Tema-tema esensial dalam sosiologi dipilih dan bersumber

dari kajian tentang masyarakat dan perilaku manusia dengan meneliti kelompok/institusi yang

dibangunnya, seperti keluarga, suku bangsa, komunitas, organisasi sosial, agama, politik, bisnis,

pemerintahan, dan lain-lain; 4. Materi sosiologi dikembangkan sebagai pengetahuan ilmiah

dengan mengembangkan teori yang didasarkan pada observasi ilmiah dan penelitian

ilmiah.

Untuk itu pembelajaran sosiologi diberikan di SMA dimaksudkan untuk

mengembangkan kemampuan para siswa SMA tentang pemahaman fenomena kehidupan

masyarakat dengan segala problematikanya yang ada dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Bahan Ajar Evaluasi Pembelajaran Sosiologi (Ike Sylvia, Pendidikan Sosiologi UNP) 4
Materi pelajaran sosiologi mencakup konsep-konsep dasar, pendekatan, metode, dan teknik

analisis dalam pengkajian berbagai fenomena dan permasalahan yang ditemui dalam

kehidupan nyata di masyarakat. Sehingga idealnya pembelajaran sosiologi di SMA tidak

hanya mengajarkan tentang konsep-konsep, namun sampai pada bagaimana menggunakan

konsep-konsep dasar sosiologi, pendekatan, metode dan teknik analisis untuk mengkaji

berbagai fenomena dan permasalahan yang dijumpai siswa dalam kehidupan sehari-hari

mereka di masayarakat. Ketika para siswa menjumpai permasalahan di masyarakat dimana

ia tinggal maka mereka mampu menganalisisnya dan ia mampu menempatkan diri atau

menyikapinya, bahkan diharapkan mampu tergerak untuk menjadi bagian dari solusi sesuai

dengan taraf kemampuan dan kedudukannya. Santosa (2009) menegaskan bahwa

pembelajaran sosiologi hendaknya tidak berhenti pada domain mengajarkan tentang

pengetahuan, pemahaman konsep semata, namun hendaknya meliputi tiga domain:

orthodoksi (pemahaman), orthopathi (sikap), dan orthopraxi (pembiasaan hidup/habituasi).

Pemahaman yang benar (orthodoksi) akan menumbuhkan yang namanya sikap yang benar

(orthopathi) dan kemudian akan bertumbuh lagi ke arah tindakan yang benar (orthopraksis).

Jadi, materi-materi yang di berikan dalam pembelajaran sosiologi dipahami siswa bukan

sebagai materi yang dihafal, namun sarana refleksi kritis atas realitas sosial atau masalah

sosial di sekitar mereka. Berdasarkan hasil refleksi tersebut mereka diharapkan mampu

tergerak melakukan tindakan-tindakan berupa resolusi sosial (pemecahan masalah yang

sifatnya idealis pragmatis). Tentu saja resolusi sosial yang dilakukan sebatas kemampuan &

kedudukan mereka sebagai anggota masyarakat yang masih memiliki banyak

keterbatasan.

Bahan Ajar Evaluasi Pembelajaran Sosiologi (Ike Sylvia, Pendidikan Sosiologi UNP) 5
3. Pendekatan Pembelajaran Sosiologi di SMA

Pembelajaran sosiologi berkaitan dengan proses mencari tahu segala hal tentang

masyarakat dan budayanya, sehingga sosiologi bukan hanya penguasaan kumpulan

pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga

mempelajari tentang gejala, fenomena sosial. Hanum (2005, 2011) mengaskan hal yang

perlu diperhatikan dalam pembelajaran sosiologi adalah bahwa pembelajaran sosiologi

bukanlah hafalan tetapi lebih pada pemahaman dan analisis sehingga siswa harus lebih

banyak terlibat dalam menemukan kenyataan yang sebenarnya. Pembelajaran sosiologi

diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan masyarakat

sekitar juga bahkan gejala alam yang mempengaruhi masyarakat sekitar, serta prospek

pengembangan lebih lanjut dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran sosiologi

menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar

menjelajahi dan memahami masyarakat sekitar secara ilmiah. Dengan demikian

pembelajaran sosiologi diarahkan untuk melakukan inkuiri dan melakukan pengamatan

kehidupan masyarakat, sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh

pemahaman yang lebih mendalam tentang masyarakat dimana mereka tinggal.

Telah diuraikan pada bagian awal tulisan ini bahwa salah satu harapan ideal yang ingin

dicapai dalam pembelajaran sosiologi di tingkat SMA adalah ketika para siswa SMA

menjumpai permasalahan sosial di masyarakat dimana ia tinggal, maka mereka mampu

menganalisisnya dan ia mampu menempatkan diri atau menyikapinya, bahkan diharapkan

mampu tergerak untuk menjadi bagian dari solusi sesuai dengan taraf kemampuan dan

kedudukannya. Untuk mencapai harapan ideal tersebut, selain diperlukan sosok guru

sosiologi yang mampu mengajar, mendidik, menginspirasi dan menggerakkan, maka mutlak

Bahan Ajar Evaluasi Pembelajaran Sosiologi (Ike Sylvia, Pendidikan Sosiologi UNP) 6
diperlukan pula sebuah pendekatan pembelajaran sosiologi yang mampu memberikan

pengalaman-pengalaman belajar (learning experiences) kepada siswa dan pada akhirnya

membentuk kompetensi-kompetensi sesuai dengan harapan ideal tersebut. Berdasarkan

pemikiran-pemikiran itu maka penulis berpendapat bahwa sudah tepat kiranya jika

pembelajaran sosiologi di SMA menggunakan pendekatan pembelajaran ilmiah (scientific

approach) pada proses pembelajarannya sesuai yang ditekankan oleh Kurikulum 2013.

Pendekatan ilmiah termasuk pembelajaran inkuiri yang bernafaskan konstruktivisme.

Sasaran pembelajaran dengan pendekatan ilmiah mencakup pengembangan ranah sikap,

pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Ketiga

ranah kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan (proses) psikologis yang berbeda.

Sikap diperoleh melalui aktivitas: menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan

mengamalkan. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas: mengingat, memahami,

menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Sementara itu, keterampilan

diperoleh melalui aktivitas: mengamati, menanya, menalar, menyaji, dan mencipta

(Permendikbud nomor 65 tahun 2013). Lebih lanjut McCollum (2009) menjelaskan bahwa

komponen-komponen penting dalam mengajar menggunakan pendekatan ilmiah adalah guru

harus menyajikan pembelajaran yang dapat: 1) meningkatkan rasa keingintahuan (Foster a

sense of wonder), 2) meningkatkan keterampilan mengamati (Encourage observation), 3)

melakukan analisis ( Push for analysis) dan 4) berkomunikasi (Require communication).

Melalui Permendikbud no 81A Tahun 2013 telah ditegaskan bahwa proses

pembelajaran dengan pendekatan ilmiah terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yaitu: 1)

mengamati, 2) menanya, 3) mengumpulkan informasi, 4) mengasosiasi dan 5)

mengomunikasikan. Adapun model pembelajaran yang mendukung penerapan pendekatan

Bahan Ajar Evaluasi Pembelajaran Sosiologi (Ike Sylvia, Pendidikan Sosiologi UNP) 7
saintifik diantaranya adalah model pembelajaran Berbasis Penemuan (Inquiry Learning),

model pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning), dan Model Pembelajaran

Berbasis Proyek (Project Based Learning). Praktik pembelajaran dengan pendekatan ilmiah

tersebut mengharuskan guru Sosiologi melakukan pembelajaran yang benar-benar

kontekstual dengan melakukan kontekstualisasi pengetahuan yang dipelajari dalam

masyarakat atau kehidupan sosial sekitar dan menemukan relevansinya untuk menjawab

masalah-masalah sosial secara riil yang dihadapi masyarakat. Selain itu, juga perlu

ditekankan pentingnya pembelajaran bersifat induktif, dimulai dari mengamati kasus-kasus

riil untuk kemudian dianalisis hingga menemukan solusi alternative pemecahan masalah atas

kasus riil yang diangkat. Dengan pendekatan ilmiah yang menekankan pada pendekatan

induktif dan pembelajara kontekstual tersebut maka pembelajaran sosiologi sangat tidak

tepat jika masih berfokus pada penguasaan konsep-konsep pengetahuan sosiologi dan hanya

mencari contoh atas konsep-konsep yang parsial tersebut pada kehidupan nyata.

C. Pembelajaran Sosiologi Yang Bermakna

Berdasarkan uraian tentang tujuan pembelajaran, proses pembelajaran dan pendekatan

pembelajaran sosiologi di atas maka penulis berpandangan bahwa pembelajaran sosiologi

yang bermakna adalah pembelajaran sosiologi yang tidak hanya sebatas transfer informasi

dan ilmu pengetahuan saja, namun pembelajaran yang mampu memfasilitasi pembelajar

untuk menjadikan pengetahuan itu sebagai sarana transformasi diri. Apalagi jika dikaitkan

dengan konteks saat ini, bahwa setiap guru sosiologi saat ini menghadapi siswa-siswi

generasi digital (digital native). Generasi tersebut bukan lagi generasi yang pasif dan

terkekang dalam proses belajar. Bagi mereka belajar tidak semata-mata untuk

mengumpulkan dan menyimpan sebanyak mungkin pengetahuan di memorinya demi

Bahan Ajar Evaluasi Pembelajaran Sosiologi (Ike Sylvia, Pendidikan Sosiologi UNP) 8
menjadi generasi terdidik. Indikator manusia terdidik pada era digital ini bukan lagi mampu

atau tidaknya seseorang mencerna pengetahuan, namun bagaimana ia memanfaatkan

pengetahuan tersebut untuk mentransformasi dirinya. Maka pembelajaran sosiologi yang

bermakna hendaknya mampu memfasilitasi siswanya untuk mengaktualisasikan potensi-

potensi diri mereka dalam mengambil dan mengungkapkan status serta peran masing-

masing dalam kehidupan sosial dan budaya masyarakat dimana mereka tinggal. Konkritnya

kelas-kelas pembelajaran sosiologi hendaknya secara komprehensif memfasilitasi siswanya

untuk: 1) menguasai pengetahuan Sosiologi, 2) mengembangkan praktek-praktek

pengetahuan Sosiologi untuk meningkatkan keterampilan sosial siswa dalam memecahkan

masalah-masalah sosial, dan 3) menumbuhkan kepekaaan, kepedulian dan tanggungjawab

memecahkan masalah- masalah sosial.

D. Kreativitas Guru & Siswa dalam Pembelajaran Sosiologi Yang Bermakna

Ketika merancang pembelajaran sosiologi yang bermakna perlu ada satu hal yang

hendaknya terus menerus menyertainya, yaitu daya kerativitas dan inovasi guru dalam

mengajarkan materi-materi sosiologi. Tidak hanya semata-mata tujuannya untuk

meningkatkan hasil belajar, namun yang lebih utama adalah untuk memperbaiki dan

meningkatkan proses pembelajaran yang mampu memberikan pengalaman- pengalaman

belajar sesuai hakikat dan tujuan pembelajarn sosiologi. Penulis berpandangan bahwa

kreativitas dan inovasi yang tumbuh dalam mengajarkan sosiologi akan berdampak pada

minat dan motivasi siswa yang selama ini menjadi masalah. Sebagai ilustrasi adalah contoh

kreativitas dan inovasi seorang guru sosiologi di SMA di Kota Semarang. Dalam sebuah

artikel, Insriani (2011) dengan sangat gamblang menceritakan pengalaman-pengalamannya

Bahan Ajar Evaluasi Pembelajaran Sosiologi (Ike Sylvia, Pendidikan Sosiologi UNP) 9
selama mengajarkan materi-materi sosiologi di SMA. Apa yang dilakukan Insriani

sesungguhnya cerminan dari harapan dan tujuan pembelajaran sosiologi yang diharapkan.

Kesadaran Insriani untuk melakukan perubahan dalam mengajarkan sosiologi di SMA

bermula dari rendahnya minat belajar sosiologi. Jika dianalisis, maka sumber

permasalahannya adalah hampir sama dengan permasalahan mendasar pembelajaran

sosiologi yang penulis uraikan di awal tulisan ini. Maka kreativitas dan inovasinya muncul

dengan menerapkan strategi yang kreatif dan inovatif dalam mengajarkan sosiologi di

kelasnya antara lain dengan membiasakan mengajukan pertanyaan kritis, eksplorasi artikel

dan gambar/foto, eksplorasi film, penelitian sederhana dan meyusun catatan harian. Lebih

lanjut Insriani (2011) menjelaskan bahwa melalui strategi ini, pembelajaran yang bersifat

konstruktivisme lebih mudah dioperasionalkan. Cara ini lebih memberikan kesempatan

kepada siswa untuk membangun pembelajaran secara mandiri dan menjadikan siswa lebih

dekat memahami kenyataan sosial sebagai bagian dari kehidupannya sekaligus sebagai

materi pembelajaran sosiologi. Inspirasi dari pengalaman tersebut adalah bahwa kreativitas

dan inovasi guru dalam melaksanakan pembelajaran sosiologi sangat diperlukan untuk

mengatasi permasalahan- permasalahan dalam mengajarkan sosiologi di tingkat SMA dan

sangat dimungkinkan untuk dilaksanakan oleh para guru SMA mata pelajaran sosiologi.

Untuk menumbuhkan jiwa kreatif dan inovatif membutuhkan pemahaman yang benar dan

menyeluruh tentang pembelajaran sosiologi yang dibarengi dengan kesadaran guru untuk

melakukan refleksi serta perubahan dalam melaksanakan pembelajaran sosiologi di SMA.

Selain itu, kreativitas dan inovasinya dalam menyampaikan materi sosiologi kemudian

mendorong inovasi dan kreativitas siswanya pula. Eksplorasi artikel, gambar/foto,

eksplorasi film, penelitian sederhana, menyusun catatan harian yang dicontohkan akan

Bahan Ajar Evaluasi Pembelajaran Sosiologi (Ike Sylvia, Pendidikan Sosiologi UNP) 10
menumbuhkan daya inovasi dan kreativitas siswa. Makna belajar sosiologi tidak lagi

dimaknai dengan nilai tinggi pada skor ulangan, ujian tengah semester dan ujian akhir

semester semata. Namun dimaknai sebagai mata pelajaran yang memfasilitasi setiap siswanya

dalam mengembangkan praktek-praktek pengetahuan Sosiologi untuk meningkatkan

keterampilan sosial dalam memecahkan masalah-masalah sosial, menumbuhkan kepekaaan,

kepedulian dan tanggungjawab memecahkan masalah-masalah sosial, serta proses

pembelajaran yang memfasilitasi pengembangan kreativitas siswa melalui aktivitas berpikir

kritis, mengemukakan ide/gagasan baik lisan maupun tulisan, merencanakan dan

melaksanakan proyek, mengembangkan produk dan lain lain.

E. Pembelajaran Sosiologi

1. Pembelajaran Sosiologi melalui Pendekatan Scientifik

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber

belajar pada suatu lingkungan belajar dalam menyajikan materi pelajaran. Pembelajaran

merupakan suatu sistem, yang melibatkan bermacam-macam komponen, saling berhubungan

dan berinteraksi dalam mencapai tujuan pembelajaran. Peserta didik/peserta didik adalah

individu yang sedang tumbuh dan berkembang serta mempunyai karakteristik dan kondisi

yang berbeda–beda antara yang satu dengan yang lain, di samping ada persamaan-

persamaannya. Pelaksanaan pembelajaran yang penuh makna dan mendorong pada

perbuatan belajar yang autentik menuntut seni (art) dan ilmu (science) alam membelajarkan.

Esensi yang ingin dicapai dengan kegiatan pembelajaran, bukan tugas pendidik/guru selesai

setelah dia menyampaikan materi pelajaran. Tugas pendidik tercapai kalau peserta

didik/peserta didik belajar, dan terus belajar secara optimal, autentik, dan bermakna dalam

hidup dan kehidupannya

Bahan Ajar Evaluasi Pembelajaran Sosiologi (Ike Sylvia, Pendidikan Sosiologi UNP) 11
Pembelajaran sosiologi dimaksudkan untuk memahami dan menggugah daya nalar,

logika dan daya kritis peserta didik/peserta didik terhadap fenomena-fenomena yang terjadi di

lingkungannya maupun dalam masyarakat. Dengan pembelajaran sosiologi yang baik peserta

didik/peserta didik mampu dan dapat mengkonstruk pengetahuan melalui pengalaman,

pengamatan maupun pemahaman. Sesuai dengan objek sosiologi yang telah dikemukakan di

atas maka pembelajaran sosiologi merupakan proses memfasilitasi peserta didik agar dapat

memperoleh pemahaman, pengertian, ilmu dan sikap tentang hubungan manusia dalam

masyarakat.

Pembelajaran Sosiologi dilaksanakan dengan menekankan pada pentingnya

penguasaan pengetahuan sosiologi berorientasi praktik, sehingga mampu mengembangkan

keterampilan sosial dan menumbuhkan sikap religius, dan etika sosial sebagai wujud

tanggung jawab terhadap masalah-masalah sosial di masyarakat. Di samping itu, melalui

pembelajaran sosiologi ini, selain menumbuhkan kesadaran individual dan sosial peserta didik

sebagai warga Negara; juga menumbuhkan kepekaan dan kepedulian mereka terhadap

kelestarian lingkungan hidup dan masalah-masalah sosial serta meningkatkan kapasitas

mereka mengatasi masalah dan melakukan perberdayaan sosial.

Hal itu tidak terlepas dari maksud Undang–undang Republik Indonesia No.20 Tahun

2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1 Ayat 20 : “Pendidikan adalah usaha sadar

dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”, konsep pembelajaran yang merupakan proses

Bahan Ajar Evaluasi Pembelajaran Sosiologi (Ike Sylvia, Pendidikan Sosiologi UNP) 12
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Di

samping itu didukung pula oleh 8 standar nasional pendidikan, yaitu :

1) Standar Kompetensi Lulusan

2) Standar Isi

3) Standar Proses

4) Standar Pendidikan dan Tenaga Kependidikan

5) Standar Sarana dan Prasarana

6) Standar Pengelolaan

7) Standar Pembiayaan Pendidikan

8) Standar Penilaian Pendidikan (BSNP 2013).

Kedelapan standar nasional tersebut berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan,

pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional

yang bermutu. Disamping itu, kedelapan Standar Nasional Pendidikan bertujuan menjamin

mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk

watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.

Upaya peningkatan kualitas lulusan pendidikan dan pembelajaran terus ditingkatkan.

Pada tahun 2013, pemerintah Republik Indonesia megeluarkan kurikulum 2013, dengan

dasar pijakan pola pengembangan kurikulum yang berbeda dengan Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006. Mata pelajaran Sosiologi merupakan salah satu dari

mata pelajaran Kelompok Peminatan Sosial.

Prinsip pembelajaran pada kurikulum 2013 menekankan perubahan paradigma

sebagai berikut:

Bahan Ajar Evaluasi Pembelajaran Sosiologi (Ike Sylvia, Pendidikan Sosiologi UNP) 13
1) Peserta didik diberi tahu menjadi peserta didik mencari tahu;

2) Guru bukan sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber

belajar;

3) Pendekatan tekstual dan kontekstual menjadi pendekatan proses sebagai penguatan

penggunaan pendekatan ilmiah;

4) Pembelajaran berbasis konten menjadi pembelajaran berbasis kompetensi;

5) Pembelajaran parsial menjadi pembelajaran terpadu;

6) Pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menjadi pembelajaran dengan

jawaban yang kebenarannya multi dimensi;

7) Pembelajaran verbalisme menjadi keterampilan aplikatif;

8) Peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills) dan

keterampilan mental (softskills);

9) Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik

sebagai pebelajar sepanjang hayat;

10) Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso

sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan

kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani);

11) Pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat;

12) Pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja adalah

peserta didik, dan di mana saja adalah kelas;

13) Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan

efektivitas pembelajaran; dan

Bahan Ajar Evaluasi Pembelajaran Sosiologi (Ike Sylvia, Pendidikan Sosiologi UNP) 14
14) Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik. (SMA,

2017).

Berdasarkan perubahan tersebut berarti proses pembelajaran sosiologi di SMA

secara konseptual bergeser dengan fokus peserta didik aktif belajar, menggunakan

pendekatan ilmiah, siapa saja adalah guru dan dimana saja adalah kelas Dengan demikian,

strategi dan metode pembelajaran sosiologi yang digunakan guru dalam membelajarkan

peserta didik berubah kepada pembelajaran melalui pendekatan scientifik.

Pendekatan pembelajaran scientifik berarti langkah-langkah guru dalam

membelajarkan peserta didik menggunakan dan atau menyesuaikan dengan prinsip-prinsip

ilmiah dalam menguasai, memahami dan menguasai ilmu, sikap dan ketrampilan. Langkah-

langkah tersebut merupakan bentuk adaptasi dari langkah-langkah penyelidikan yang bersifat

ilmiah. Sehubungan dengan itu, karakteristik pembelajaran terkait erat dengan Standar

Kompetensi Lulusan dan Standar Isi. Standar Kompetensi Lulusan memberikan kerangka

konseptual tentang sasaran pembelajaran yang harus dicapai, dan Standar Isi memberikan

kerangka konseptual tentang kegiatan belajar dan pembelajaran yang dikembangkan dari

tingkat kompetensi dan ruang lingkup materi. Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan,

sasaran pembelajaran mencakup pengembangan domain sikap, pengetahuan, dan

keterampilan yang memiliki karakteristik berbeda untuk masing-masing mata pelajaran.

Sikap diperoleh melalui aktivitas menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan

mengamalkan. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas mengingat, memahami, menerapkan,

menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas

mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta. Pencapain kompetensi

tersebut berkaitan erat dengan proses pembelajaran yang dilaksanakan. Oleh sebab itu, guru

Bahan Ajar Evaluasi Pembelajaran Sosiologi (Ike Sylvia, Pendidikan Sosiologi UNP) 15
harus merencanakan pembelajaran sesuai tuntutan kurikulum dengan menggunakan

pendekatan saintifik dan model pembelajaran yang mendorong kemampuan peserta didik

untuk melakukan penyingkapan/penelitian, serta dapat menghasilkan karya kontekstual, baik

individual maupun kelompok. Pendidik dapat menggunakan bermacam model

pembelajaran antara lain : model inquiry based learning, discovery based learning, problem

based learning, dan project based learning.

Oleh karena itui melalui pembelajaran sosiologi dimaksudkan untuk

mengembangkan kemampuan pemahaman fenomena sosial dalam kehidupan sehari-hari,

mencakup materi pelajaran konsep- konsep dasar, pendekatan, metode, dan teknik analisis

dalam pengkajian berbagai fenomena dan permasalahan yang ditemui dalam kehidupan

nyata di masyarakat secara ilmiah. Dengan demikian, pembelajaran sosiologi menekankan

pada proses pencarian pengetahuan, berkenaan dengan materi pembelajaran melalui

berbagai kegiatan yang bersifat ilmiah, yaitu mengamati, menanya,

mengeksplor/mengumpulkan informasi/mencoba, mengasosiasi, dan mengomunikasikan hasil

kajian materi yang dipelajari. (SMA, 2017).

F. Materi Pembelajaran Sosiologi di SMA

Materi yang dikembangkan dalam Kurikulum 2006 dan 2013 juga sudah

mengakomodasikan tingkat kematangan peserta didik. Dalam kurikulum 2006 menggunakan

istilah Standar Kompetensi (SK) sebagai acuan pencapaian tujuan sementara Kurikulum 2013

menggunakan istilah Kompetensi Inti (KI). Kalau dalam kurikulum 2006 aspek kompetensi

Bahan Ajar Evaluasi Pembelajaran Sosiologi (Ike Sylvia, Pendidikan Sosiologi UNP) 16
lulusan lebih ditekankan pada aspek pengetahuan maka dalam kurikulum 2013, keseimbangan

soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan

pengetahuan menjadi unggulannya.

Dalam Kurikulum 2013 KI dirancang seiring dengan meningkatnya usia peserta

didik pada kelas tertentu. Melalui kompetensi inti, integrasi vertikal berbagai kompetensi

dasar pada kelas yang berbeda dapat dijaga. KI terbagi ke dalam empat bagian, yakni KI- 1

untuk kompetensi inti sikap spiritual; KI-2 untuk kompetensi inti sikap sosial; KI-3 untuk

kompetensi inti pengetahuan; dan KI-4 untuk kompetensi inti keterampilan (Depdikbud,

2013). Keempat kompetensi itulah yang menjadi acuan bagi sekolah dalam melakukan proses

pembelajaran kepada peserta didik.

Tabel 1. Kompetensi Inti Jenjang SMA/MA

Aspek
Kompetens Kelas X Kelas XI Kelas XII
i
Spiritual Menghayati dan Menghayati dan
Menghayati dan
mengamalkan ajaran mengamalkan ajaran
mengamalkan ajaran
agama yang agama yang dianutnya
agama yang dianutnya
dianutnya
Sosial Menunjukkan perilaku Menunjukkan Menunjukkan perilaku
jujur, perilaku jujur, jujur, disiplin, tanggung
disiplin,tanggung disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong
jawab, peduli (gotong jawab, peduli royong, kerjasama,
royong, kerjasama, (gotong royong, damai), santun, responsif
toleran, damai), kerjasama, toleran, dan proaktif, sikap
santun, responsif dan damai), santun, sebagai bagian dari solusi
proaktif, sebagai responsif dan atas berbagai
bagian dari solusi atas proaktif, sebagai permasalahan dalam
berbagai permasalahan bagian dari solusi berinteraksi secara efektif
dalam berinteraksi atas berbagai dengan lingkungan sosial
secara efektif dengan permasalahan dalam dan alam serta dalam
lingkungan sosial dan berinteraksi secara menempatkan diri
alam serta dalam efektif dengan sebagai cerminan bangsa
menempatkan diri lingkungan sosial dan dalam pergaulan dunia.
sebagai cerminan alam serta dalam
bangsa dalam menempatkan diri

Bahan Ajar Evaluasi Pembelajaran Sosiologi (Ike Sylvia, Pendidikan Sosiologi UNP) 17
Aspek
Kompetens Kelas X Kelas XI Kelas XII
i
pergaulan dunia sebagai cerminan
bangsa dalam
pergaulan dunia
Pengetahuan Memahami, menerapkan, Memahami, Memahami, menerapkan,
menganalisis menerapkan, dan menganalisis dan
pengetahuan faktual, menganalisis mengevaluasi
konseptual, prosedural pengetahuan faktual, pengetahuan faktual,
berdasarkan rasa ingin konseptual, prosedural, konseptual, prosedural,
tahunya tentang ilmu dan metakognitif dan metakognitif
pengetahuan, teknologi, berdasarkan rasa ingin berdasarkan rasa
seni, budaya, dan tahunya tentang ilmu ingintahunya tentang ilmu
humaniora dengan pengetahuan, teknologi, pengetahuan, teknologi,
wawasan kemanusiaan, seni, budaya, dan seni, budaya, dan
kebangsaan, kenegaraan, humaniora dengan humaniora dengan
dan peradaban terkait wawasan kemanusiaan, wawasan kemanusiaan,
penyebab fenomena dan kebangsaan, kebangsaan, kenegaraan,
kejadian, serta kenegaraan, dan dan peradaban terkait
menerapkan pengetahuan peradaban terkait penyebab fenomena dan
prosedural pada bidang penyebab fenomena dan kejadian, serta
kajian yang spesifik kejadian, serta menerapkan pengetahuan
sesuai dengan bakat dan menerapkan prosedural pada bidang
minatnya untuk pengetahuan prosedural kajian yang spesifik
memecahkan masalah pada bidang kajian sesuai dengan bakat dan
yang spesifik sesuai minatnya untuk
dengan bakat dan memecahkan masalah
minatnya untuk
memecahkan masalah
Keterampilan Mengolah, menalar, dan Mengolah, menalar, Mengolah, menalar,
menyaji dalam ranah dan menyaji dalam menyaji, dan mencipta
konkret dan ranah ranah konkret dan dalam ranah konkret dan
abstrak terkait dengan ranah abstrak terkait ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah pengembangan dari dipelajarinya di sekolah
secara mandiri, dan yang dipelajarinya di secara mandiri serta
mampu menggunakan sekolah secara bertindak secara efektif dan
metode sesuai kaidah mandiri, bertindak kreatif, dan mampu
keilmuan secara efektif dan menggunakan metode sesuai
kreatif, serta mampu kaidah keilmuan
menggunakan metode
sesuai kaidah
keilmuan

Bahan Ajar Evaluasi Pembelajaran Sosiologi (Ike Sylvia, Pendidikan Sosiologi UNP) 18
Untuk mencapai kompetensi, mata pelajaran Sosiologi di SMA dikembangkan memuat di

dalamnya materi-materi pembelajaran berorientasi pada penumbuhan kesadaran individual dan

sosial, kepekaan dan kepedulian terhadap masalah-masalah sosial dan tanggungjawab

pemecahan masalah sosial, dan kemampuan untuk melakukan pemberdayaan komunitas. Ruang

lingkup materi ini secara keseluruhan mencerminkan tingkatan perkembangan penguasan

pengetahuan, keterampilan dan sikap yang didapatkan peserta didik. (Permendikbud No. 21

Tahun 2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah, 2016). Secara keseluruhan

ruang lingkup materi itu dapat digambarkan sebagai berikut.

Tabel 2. Ruang Lingkup Materi Sosiologi di SMA Menurut Kurikulum 2013

Ruang Lingkup Materi Sosiologi


Individu, kelompok dan hubungan sosial, ragam kelompok sosial, masalah sosial,
konflik, kekerasan, perdamaian, perubahan sosial, globalisasi,
ketimpangan sosial, pemberdayaan komunitas, dan
metode penelitian sosial

X
Individu, kelompok, XI XI
hubungan sosial, lembaga
sosial, keanekaragaman Kelompok sosial, masalah
I
Perubahan sosial,
sosial, penghargaan sosial, konflik, kekerasan, globalisasi, ketimpangan
terhadap hiterogenitas perdamaian, penelitian sosial, pemberdayaan
sosial, metode penelitian sosial berorientasi komunitas, penelitian sosial
sosial pemecahan masalah berorientasi pemberdayaan

Bahan Ajar Evaluasi Pembelajaran Sosiologi (Ike Sylvia, Pendidikan Sosiologi UNP) 19
A. Penilaian Pembelajaran Sosiologi

Kurikulum 2013 menekankan bahwa hasil belajar harus melahirkan peserta didik yang

produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap keterampilan dan pengetahuan

yang terintegrasi. Hal ini mengindikasikan bahwa hasil belajar peserta didik tidak hanya

dilihat dari keberhasilan mereka dalam mencapai prestasi yang tinggi yang hanya dilihat dari

sisi penguasaan materi saja melainkan perlu diperhatikan pula sikap, keterampilan dan

perilaku peserta didik dalam kehidupan sehari- hari.

Tujuan penilaian hasil belajar, yaitu untuk mengetahui pencapaian penguasaan

kompetensi oleh setiap peserta didik sesuai rencana pembelajaran. Ditinjau dari dimensi

kompetensi yang ingin dicapai, ranah yang perlu dinilai meliputi ranah kognitif, psikomotor,

dan afektif.

Dalam kaitannya dengan hasil pembelajaran sosiologi sebagaimana pembelajaran yang

lain haruslah mencakup tiga ranah, yakni aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. (Bloom, B.

S., Engelhart, M. D., Furst, E. J., Hill, W. H., & Krathwohl, 1956).

B. Pemilihan Materi Essensial (Tabel Analsis Materi)


Dalam pembuatan materi essensial perlu dilakukan beberapa langkah, seperti berikut

ini:

1. Mengkaji Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar

Bahan Ajar Evaluasi Pembelajaran Sosiologi (Ike Sylvia, Pendidikan Sosiologi UNP) 20
Susunan hirarkhi KI dan KD tidak harus sama dengan yang terdapat dalam Standar

Isi. Jika susunan KI dan KD belum kronologis, susunan indikator KI dan KD tersebut

dapat dirubah sesuai dengan karakteristik keilmuan Sosiologi. Pada sisi lain juga harus

dipahami bahwa Kompetensi Dasar (KD) merupakan sasaran minimal yang akan dicapai

pada akhir pembelajaran, oleh karena itu memberi peluang untuk dilakukan tambahan

materi lain sehingga tercapai sasaran tambahan sesuai dengan ruang lingkup materi yang

akan dibahas.

Jika diperhatikan secara seksama, isi dari Kompetensi Dasar tersebut terdiri dari dua

ketegori; pertama adalah berkaitan dengan pemahaman konsep dasar, interaksi sosial,

sosialisasi, stratifikasi sosial, diferensiasi sosial, dan sebagainya. Sedangkan yang kedua

berkaitan dengan fenomena atau sebab serta akibatnya,

Jika konsep dasar dapat dikembangkan atas komponen konsep melebihi tuntutan

Kompetensi Dasar, dengan mengembangkan atas komponen konsep, yang terdiri dari

pengertian, ciri, tujuan atau fungsi, macam atau jenis, faktor yang mempengaruhi, dan

langkah atau proses.

C. Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran

Kurikulum 2013 memperhatikan relevansi materi pelajaran dengan lingkungan

kontekstual, pembelajaran diarahakan untuk lebih bermakna, maka terbuka peluang

masuknya unsur materi kearifan lokal, budaya alam minangkabau, literasi dan penanaman

nilai karakter. Di samping itu harus diperhatikan konsep-konsep (dalam sebuah materi

yang dipelajari) yang harus dituangkan dalam kolom materi ini sebagai suatu konstruksi

dari fenomena (contoh fakta) yang dapat dilihat di lingkungan sekitar peserta didik. Untuk

ini hanya satu konsep / topik materi yang bisa dibuat secara terpisah. Dalam hal ini, harus

Bahan Ajar Evaluasi Pembelajaran Sosiologi (Ike Sylvia, Pendidikan Sosiologi UNP) 21
diperhatikan betul kekhasan konsep materi yang dapat dibuat tabel analisis materinya.

Adapun sebaran materi Sosiologi SMA dapat dilihat pada table di bawah ini.

Bahan Ajar Evaluasi Pembelajaran Sosiologi (Ike Sylvia, Pendidikan Sosiologi UNP) 22
Tabel 3. KI, KD dan Materi Pembelajaran Sosiologi SMA
(Silabus Sosilogi Kurikulum 2013 Revisi)
Kelas X
KOMPETENSI INTI
Kompetensi Inti Pengetahuan (KI 3) Kompetensi Inti Keterampilan (KI 4)
3. Memahami, menerapkan, serta menganalisis 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah
pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural konkret dan ranah abstrak terkait dengan
berdasarkan rasa ingin tahunya mengenai ilmu pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan secara mandiri, dan mampu menggunakan metode
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, sesuai kaidah keilmuan.
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.

Kompetensi Dasar
Kompetensi Pengetahuan (KD 3) Kompetensi Keterampilan (KD 4)
3.1. Memahami pengetahuan dasar Sosiologi sebagai 4.1. Menalar suatu gejala sosial di lingkungan sekitar
ilmu pengetahuan yang berfungsi untuk mengkaji dengan menggunakan pengetahuan sosiologis.
gejala sosial di masyarakat.
Materi Pokok Penerjemahan Sebaran Materi
Fungsi Sosiologi untuk mengenali gejala sosial di 1. Pengertian sosiologi
masyarakat. 2. Sejarah perkembangan sosiologi
a. Sejarah perkembangan sosiologi di Eropa
•    Sosiologi sebagai ilmu sosial. b. Sejarah perkembangan sosiologi di Indonesia
•    Realitas sosial sebagai obyek kajian. 3. Karakteristik sosiologi
•    Kehidupan sosial sebagai objektivitas. 4. Hakikat sosiologi
•    Gejala sosial (tindakan individu, tindakan kolektif,
5. Objek kajian sosiologi
pengelompokkan sosial, interaksi antar individu dan
kelompok sosial dalam kehidupan masyarakat). a. Konsep masyarakat sebagai objek kajian sosiologi
b. Pengertian  masyarakat
c. Unsur-unsur masyarakat
d. Objek material
e. Objek formal
6. Pengenalan cabang-cabang ilmu sosiologi (sosiologi
pendidikan, agama, hukum, keluarga, industri,
pembangunan, politik, pedesaan, perkotaan,
kesehatan, dll.)
7. Hubungan sosiologi dengan ilmu lain.
8. Objek kajian sosiologi menurut tokoh
a. Teori-teori sosiologi klasik
1) Auguste Comte (jenjang teologi, metafisika,
positif, dinamika sosial, statika sosial)
2) Emile Durkheim (fakta sosial, 4 tipe bunuh
diri)
3) Max Weber (4 macam tindakan)
4) Karl Marx (kelas sosial (proletar dan borjuis)
dan konflik sosial)
b. Tokoh-tokoh sosiologi modern
1) C. Wright Mills (khayalan sosiologis,
personal troubles of milieu, public issues of
social structure)
2) Peter L. Berger (pengungkapan realitas
sosial)
3) Alverd Vierkandt (situasi-situasi mental)
9. Hakekat gejala sosial.
10. Aspek-aspek gejala sosial. (Perbedaan fenomena dan
gejala sosial)
11. Peran sosiolog (Horton dan Hunt)
12. Manfaat Sosiologi dalam masyarakat (perencanaan
sosial, penelitian sosial, pembangunan, pemecahan
masalah)

Kompetensi Dasar

Kompetensi Pengetahuan (KD 3) Kompetensi Keterampilan (KD 4)


3.2. Mengenali dan mengidentifikasi realitas individu, 4.2. Mengenali dan mengidentifikasi realitas
kelompok, dan hubungan sosial di masyarakat individu, kelompok, dan hubungan sosial di
masyarakat
Materi Pokok Penerjemahan Sebaran Materi
Individu, kelompok  dan hubungan sosial. 1. Konsep identitas individu, kelompok, masyarakat,
tindakan sosial, dan hubungan sosial.
1. Pembentukan identitas :       2. Hakikat interaksi sosial
a. Diri/saya/individu dalam hubungan dengan orang 3. Syarat terjadinya interaksi sosial (kontak sosial,
lain/kamu/individu lain. komunikasi)
b. Hubungan antar individu dalam pembentukan 4. Pendekatan interaksi sosial (interaksionisme simbolik
kelompok (kami/kita). Herbert Blumer, impression management Erving
c. Hubungan antara individu dengan kelompoknya Goffman)
(saya dan kami/kita) 5. Faktor-faktor pendorong interaksi sosial
d. Hubungan antara diri/saya/individu dengan 6. Sumber informasi yang mendasari interaksi
kelompok lain (mereka) 7. Tahapan interaksi sosial (Tahap pendekatan dan
e. hubungan antar kelompok (kami/ kita  dan mereka) peregangan)
8. Bentuk-bentuk interaksi sosial
2. Perlunya institusi atau lembaga sosial untuk a. Proses sosial yang bersifat asosiatif
terciptanya tatanan dan tertib sosial 1) Kerja sama
2) Akomodasi
3) Asimilasi
4) Akulturasi
b. Proses sosial yang disosiatif
1) Persaingan
2) Kontravensi
3) Pertentangan
9. Hubungan interaksi sosial dan keteraturan sosial
10. Tahapan keteraturan sosial (social order, order,
keajegan, pola)
11. Nilai dan norma sosial
12. Pengertian lembaga sosial
13. Karakteristik lembaga sosial
14. Fungsi umum lembaga sosial (manifes, laten)
15. Tipe-tipe lembaga sosial (crescive institution, enacted
institution, basic institution, subsidiary institution,
approved dan sanctionded institution, unsanctioned
institution, general institution, restricted institution,
operative institution, regulative institution)
16. Jenis-jenis lembaga sosial
a. Lembaga keluarga dan perkawinan
1) Bentuk-bentuk keluarga
2) Bentuk-bentuk perkawinan
3) Pola menetap sesudah perkawinan
4) Fungsi keluarga
5) Susunan keluarga
b. Lembaga pendidikan
1) Fungsi lembaga pendidikan
c. Lembaga politik
1) Bentuk negara (kesatuan, federasi)
2) Bentuk pemerintahan (republik, monarki)
3) Bentuk kekuasaan (kharismatik, tradisional, legal-
rasional)
4) Fungsi lembaga politik
d. Lembaga ekonomi
1) Pola-pola politik ekonomi (feodalisme,
merkantilisme, kapitalisme, komunisme,
sosialisme)
2) Tujuan dan fungsi lembaga ekonomi
3) Struktur lembaga ekonomi (agraris, industri,
perdagangan)
e. Lembaga agama
1) Fungsi agama
2) Unsur lembaga agama (Light, Keller, Callhoun)

Kompetensi Dasar
Kompetensi Pengetahuan (KD 3) Kompetensi Keterampilan (KD 4)
3.3. Menerapkan konsep-konsep dasar Sosiologi untuk 4.3. Mengaitkan realitas sosial dengan menggunakan
memahami ragam gejala sosial di masyarakat. konsep-konsep dasar Sosiologi untuk mengenali
berbagai gejala sosial di masyarakat.
Materi Pokok Penerjemahan Sebaran Materi
Ragam gejala sosial dalam masyarakat 1. Pengertian struktur sosial
2. Pengertian diferensasi sosial
1. Perbedaan sosial, perbedaan individu, perbedaan 3. Pengertian stratifikasi sosial
antar kelompok, 4. Karakteristik keberagaman (Pierre L. Van den berghe)
2. multidimensi identitas dalam diri subyek 5. Pengertian dan 3 dasar acuan pendidikan multikultural
individual maupun kelompok, 6. Nilai sosial
3. heterogenitas sosial dalam kehidupan masyarakat a. Pengertian
4. Penghargaan, atau penghormatan, terhadap b. Ciri-ciri
keanekaragaman atau hiterogenitas sosial c. Fungsi
d. Klasifikasi
7. Norma sosial
a. Tingkatan norma
b. Jenis norma
8. Sosialisasi
a. Pengertian
b. Proses sosialisasi dan pembentukan kepribadian
1) Pengertian kepribadian
2) 4 tahapan perkembangan diri (George Herbert
Mead)
3) Looking glass self (Charles Horton Cooley)
4) Faktor pembentuk kepribadian (warisan biologis,
lingkunga fisik, kebudayaan, pengalaman
kelompok, pengalaman unik)
c. Agen sosialisasi
d. Bentuk sosialiasi (primer, sekunder)
e. Tipe sosialisasi (formal, informal)
f. Pola sosialisasi (represif, partisipatoris)
9. Pengertian perilaku menyimpang
10. Teori-teori perilaku menyimpang
a. Differential association
b. Labelling theory
c. Teori anomie
11. Hubungan antara perilaku menyimpang dan sosialisasi
yang tidak sempurna
12. Sifat perilaku menyimpang (positif, negatif)
13. Macam-macam perilaku menyimpang
14. Pengertian pengendalian sosial
15. Cara pengendalian sosial (institusi, nonistitusi,
persuasif, koersif, reward, punishment, formal,
informal)
16. Peran lembaga formal dan informal dalam pengendalian
sosial (polisi, pengadilan, adat, tokoh masyarakat,
media massa)
Kompetensi Dasar
Kompetensi Pengetahuan (KD 3) Kompetensi Keterampilan (KD 4)
3.4. Memahami berbagai metode penelitian sosial yang 4.4. Melakukan penelitian sosial yang sederhana untuk
sederhana untuk mengenali gejala sosial di mengenali ragam gejala sosial dan hubungan sosial di
masyarakat. masyarakat.

Materi Pokok Penerjemahan Sebaran Materi


Metode Penelitian Sosial 1. Pengertian penelitian sosial
1. Metode penelitian sosial 2. Cara berpikir dan sikap seorang peneliti
2. Merancang penelitian 3. Jenis-jenis penelitian (dasar, terapan, historik, survei,
3. Merumuskan pertanyaan eksperimen, observasi, eksploratif, deskriptif,
4. Teknik pengumpulan data eksplanasi, kuantitatif, kualitatif, laboratorium,
5. Mengolah dan menganalisis data lapangan, perpustakaan)
6. Merumuskan dan menyajikan hasil penelitian 4. Topik penelitian
5. Metode-metode penelitian (survei, wawancara,
observasi)
6. Proposal penelitian (latarbelakang masalah,
perumusan masalah, tujuan, manfaat, landasan teori,
hipotesis, metode)
7. Subjek penelitian, populasi, dan sampel penelitian
(teknik pengambilan sampel)
8. Syarat-syarat data
9. Jenis-jenis data (primer, sekunder, kualitatif,
kuantitatif, internal, eksternal)
Kelas XI
KOMPETENSI INTI
Kompetensi Inti Pengetahuan (KI 3) Kompetensi Inti Keterampilan (KI 4)
3. Memahami, menerapkan, serta menganalisis 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah
pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural konkret dan ranah abstrak terkait dengan
berdasarkan rasa ingin tahunya mengenai ilmu pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan secara mandiri, dan mampu menggunakan metode
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, sesuai kaidah keilmuan.
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.

Kompetensi Dasar
Kompetensi Pengetahuan (KD 3) Kompetensi Keterampilan (KD 4)
3.1. Memahami pengelompokan sosial di 4.1. Menalar tentang terjadinya pengelompokan
masyarakat dari sudut pandang dan sosial di masyarakat dari sudut pandang dan
pendekatan Sosiologis. pendekatan Sosiologis.

Materi Pokok Penerjemahan Sebaran Materi


Pembentukan kelompok sosial 1. Pengertian kelompok sosial
1. Dasar-dasar pembentukan kelompok 2. Karakteristik kelompok sosial
2. Berbagai bentuk dan jenis kelompok-kelompok 3. Dasar pembentukan kelompok sosial
kepentingan di masyarakat 4. Teori-teori pembentukan kelompok sosial (aktivitas-
3. Karakteristik khusus atau partikularisme dan interaksi-sentimen, alasan praktis, hubungan pribadi,
eksklusivisme kelompok identitas sosial, propinquity, pembentukan beralasan)
5. Klasifikasi kelompok sosial
a. Kelompok solidaritas mekanis dan organis
b. Gemeinschaft dan gessellschaft
c. Terbuka dan tertutup
d. Asosiasi, sosial, kemasyarakatan, statistik
e. Membership group dan reference group
f. Kelompok primer dan sekunder
g. Formal dan informal
h. Kerumunan, publik, dan massa
6. Sikap-sikap eksklusivisme kelompok
a. Primordialisme
b. Etnosentrisme
c. Rasisme dan rasialisme
d. Seksisme

Kompetensi Dasar

Kompetensi Pengetahuan (KD 3) Kompetensi Keterampilan (KD 4)


3.2. Menganalisis permasalahan sosial dalam 4.2. Memberikan respon dalam mengatasi
kaitannya dengan pengelompokan sosial dan permasalahan sosial yang terjadi di masyarakat
kecenderungan eksklusi sosial di masyarakat dengan cara memahami kaitan pengelompokan
dari sudut pandang dan pendekatan sosial dengan kecenderungan eksklusi dan
Sosiologis. timbulnya permasalahan sosial.

Materi Pokok Penerjemahan Sebaran Materi


Permasalahan sosial dalam masyarakat 1. Hakikat masalah sosial
1. Permasalahan sosial di masyarakat 2. Ukuran-ukuran sosiologis terhadap masalah sosial
2. Partikularisme kelompok dan dilema 3. Klasifikasi masalah sosial berdasar sumber (sosial
pembentukan kepentingan publik ekonomi, sosial biologis, sosial biopsikologis, sosial
3. Berbagai jenis permasalahan sosial di ranah kebudayaan)
publik 4. Bentuk-bentuk masalah sosial
4. Dampak permasalahan sosial terhadap kehidupan 5. Kemiskinan
publik a. Kriteria kemiskinan
5. Pemecahan masalah sosial untuk mencapai b. Penyebab kemiskinan
kehidupan publik yang lebih baik c. Bentuk-bentuk kemiskinan
1) Absolut dan relatif
2) Kemiskinan akibat globalisasi, berkaitan dengan
pembangunan, sosial, dan konsekuensional
3) Kemiskinan massa dan nonmassa
4) Kemiskinan alamiah, struktural, dan kultural
d. Dampak dan upaya penanggulangan kemiskinan
6. Kriminalitas
a. Pengertian
b. Teori-teori penyebab kriminalitas (Teori anomie,
differential association, kontrol, labeling)
c. Bentuk-bentuk kriminalitas (Light, Keller,
Calhoun)
d. Dampak kriminalitas dan upaya penanggulangan
kriminalitas
7. Kesenjangan sosial-ekonomi
8. Ketidakadilan sosial (stereotip, marginalisasi,
subordinasi)
9. Pemecahan masalah sosial

Kompetensi Dasar
Kompetensi Pengetahuan (KD 3) Kompetensi Keterampilan (KD 4)
3.3. Memahami arti penting prinsip kesetaraan 4.3. Menerapkan prinsip-prinsip kesetaraan untuk
untuk menyikapi perbedaan sosial demi mengatasi perbedaan sosial dan mendorong
terwujudnya kehidupan sosial yang damai terwujudnya kehidupan sosial yang damai dan
dan demokratis. demokratis.

Materi Pokok Penerjemahan Sebaran Materi


Perbedaan, kesetaraan dan harmoni sosial 1. Hakikat dan ciri struktur sosial
1. Partikularisme kelompok dan perbedaan sosial di 2. Diferensiasi sosial
masyarakat a. Pengertian dan karakteristik
2. Kesetaraan untuk mencapai kepentingan umum b. Wujud diferensiasi sosial
atau publik 1) Berdasarkan ras
3. Perbedaan dan kesetaraan antar kelompok dalam 2) Berdasarkan etnis
kehidupan publik 3) berdasarkan klan
4. Relasi antar kelompok dan terciptanya 4) Berdasarkan agama
keharmonisan sosial dalam kehidupan masyarakat 5) Berdasarkan jenis kelamin
atau publik 6) Berdasarkan profesi
3. Stratifikasi sosial
a. Pengertian dan karakteristik
b. Dasar stratifikasi sosial (kekayaan, kekuasaan,
kehormatan, ilmu pengetahuan, keturunan)
c. Bentuk-bentuk (tertutup, terbuka, campuran)
d. Unsur-unsur (status (ascribed, achieved, assigned),
peran)
e. Fungsi stratifikasi sosial
f. Sistem stratifikasi sosial pada masyarakat Indonesia
4. Mobilitas sosial
a. Pengertian dan karakteristik
b. Bentuk Mobilitas sosial (horizontal, vertikal,
antargenerasi, intragenerasi, lateral, sanskritisasi)
c. Faktor yang memengaruhi mobilitas sosial
d. Saluran mobilitas sosial
e. Dampak mobilitas sosial
5. Hakikat dan prinsip-rinsip kesetaraan
6. Harmoni sosial
7. Mewujudkan masyarakat multikultural
8. Pengertian multikulturalisme
a. Karakteristik masyarakat multikultural
b. Kebijakan-kebijakan multikultural
1) Menerapkan pendidikan multikultural
2) Mengembangkan kepribadian dan sikap
multikultural
c. Manfaat masyarakat multikultural
9.Tantangan masyarakat multikultural (prasangka,
stereotip, diskriminasi)
10. Hambatan masyarakat multikultural
Kompetensi Dasar
Kompetensi Pengetahuan (KD 3) Kompetensi Keterampilan (KD 4)
3.5. Menganalisis konflik sosial dan cara memberikan 1.4. Memetakan konflik untuk dapat melakukan resolusi
respon untuk melakukan resolusi konflik demi konflik dan menumbuh kembangkan perdamaian di
terciptanya kehidupan yang damai di masyarakat. masyarakat.

Materi Pokok Penerjemahan Sebaran Materi


Konflik, kekerasan, dan perdamaian 1. Pengertian konflik
1. Konflik, kekerasan, dan perdamaian 2. Karakteristik konflik
2. Pemetaan konflik (konteks, issu, pihak-pihak, 3. Faktor-faktor penyebab konflik
dan dinamika) 4. Teori-teori tentang konflik
3. Akar masalah dan sebab-sebab terjadi konflik a. Teori hubungan masyarakat
4. Resolusi konflik (pencegahan, kelola, b. Teori identitas
rekonsiliasi, dan transformasi) c. Teori kebutuhan manusia
5. Peran mediasi dan pihak ketiga dalam d. Teori kesalahpahaman budaya
penyelesaian konflik dan menumbuhkan e. Teori negosiasi prinsip
perdamaian f. Teori permainan
g. Teori proses konflik
h. Teori psikodinamika
i. Teori sistem
j. Teori transformasi konflik
5. Bentuk-bentuk konflik
6. Dampak konflik (positif, negatif)
7. Pengertian kekerasan
8. Tahapan konflik menjadi kekerasan (N.J. Smelser)
9. Bentuk-bentuk kekerasan (struktural, kultural,
langsung, personal, institusional)
Kompetensi Dasar
Kompetensi Pengetahuan (KD 3) Kompetensi Keterampilan (KD 4)
3.5. Menganalisis cara melakukan pemecahan 4.5.Melakukan penelitian sederhana yang berorientasi pada
masalah untuk mengatasi permasalahan pemecahan masalah berkaitan dengan permasalahan
sosial, konflik, dan kekerasan yang terjadi di sosial dan konflik yang terjadi di masyarakat sekitar.
masyarakat.
Materi Pokok Penerjemahan Sebaran Materi
Integrasi dan reintegrasi sosial sebagai upaya 1. Pengertian integrasi
pemecahan masalah konflik dan kekerasan 2. Syarat berlangsungnya integrasi sosial
1. Konflik bersifat kekerasan dan dampaknya 3. Faktor pendorong dan penghambat integrasi sosial
terhadap perpecahan atau disintegrasi sosial 4. Proses menuju integrasi sosial (akomodasi, kerja sama,
2. Perdamaian dan integrasi atau kohesi sosial koordinasi, asimilasi)
3. Pemulihan (recovery), rehabilitasi, reintegrasi dan 5. Bentuk-bentuk integrasi sosial
transformasi sosial 6. Upaya pemetaan konflik dan atau kekerasan sebagai
4. Reintegrasi dan koeksistensi sosial dalam untuk penyelesaian konflik
kehidupan damai di masyarakat a. Teknik yang dikembangkan Wehr dan Bartos
b. Teknik yang dikembangkan Amr Abdalla
c. Memahami dinamika konflik (pra konflik,
konfrontasi, krisis, pasca konflik)

Kelas XII
KOMPETENSI INTI
Kompetensi Inti Pengetahuan (KI 3) Kompetensi Inti Keterampilan (KI 4)
3. Memahami, menerapkan, serta menganalisis 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah
pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural konkret dan ranah abstrak terkait dengan
berdasarkan rasa ingin tahunya mengenai ilmu pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan secara mandiri, dan mampu menggunakan metode
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, sesuai kaidah keilmuan.
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.

Kompetensi Dasar
Kompetensi Pengetahuan (KD 3) Kompetensi Keterampilan (KD 4)
3.1. Memahami berbagai jenis dan faktor-faktor 4.1. Menalar berdasarkan pemahaman dari
perubahan sosial serta akibat yang pengamatan dan diskusi tentang perubahan
ditimbulkannya dalam kehidupan sosial dan akibat yang ditimbulkannya.
masyarakat.

Materi Pokok Penerjemahan Sebaran Materi


Perubahan sosial dan dampaknya terhadap BAB I. PERUBAHAN SOSIAL
kehidupan masyarakat 1. Hakekat perubahan sosial
1. Perubahan sosial dan sebab-sebab terjadinya a. Konsep dan definisi
perubahan sosial b. Hal-hal yang berubah dalam perubahan sosial
2. Perubahan sosial dan perubahan hubungan antar c. Karakteristik perubahan sosial
individu dan antar kelompok d. Tahap/proses perubahan sosial (Soerjono Soekanto)
3. Perubahan sosial dan dampaknya terhadap 2. Faktor penyebab, faktor pendorong, faktor penghambat
kesenjangan sosial di masyarakat perubahan sosial.
4. Perubahan sosial, kemajuan masyarakat, dan 3. Bentuk-bentuk perubahan sosial.
perkembangan masyarakat menuju kehidupan 4. Teori-teori perubahan sosial
masyarakat yang demokratis 5. Teori-teori klasik
a. evolusi / teori perkembangan
1) Teori Auguste Comte
2) Teori Herbert Spencer
b. Teori siklus
c. Teori Pitirim A Sorokin
6. Teori-teori modern
a. Teori modernisasi
b. Teori ketergantungan
c. Teori sistem dunia
7. Dampak perubahan sosial
a. Dampak positif
b. Dampak negatif
8. Modernisasi sebagai dampak perubahan sosial
a. Syarat modernisasi
b. Gejala modernisasi
c. Ciri-ciri manusia berkepribadian modern

Kompetensi Dasar

Kompetensi Pengetahuan (KD 3) Kompetensi Keterampilan (KD 4)


3.2. Memahami berbagai permasalahan sosial yang 4.2. Mengategorisasi berbagai permasalahan sosial
disebabkan oleh perubahan sosial ditengah-tengah yang disebabkan oleh globalisasi serta akibat-
pengaruh globalisasi akibatnya dalam kehidupan nyata di masyarakat
sehingga dapat merespon berbagai permasalahan
sosial dan ketimpangan yang disebabkan proses
globalisasi.
.

Materi Pokok Penerjemahan Sebaran Materi


Globalisasi dan perubahan komunitas lokal BAB II. GLOBALISASI DAN PERUBAHAN
1. Globalisasi dan dampaknya terhadap perubahan sosial KOMUNITAS LOKAL
di tingkat lokal atau komunitas 1. Pengertian globalisasi
2. Berbagai permasalahan sosial akibat perubahan sosial 2. Karakteristik globalisasi
di tingkat lokal atau komunitas disebabkan globalisasi 3. Teori globalisasi
4. Gejala globalisasi
5. Hakekat komunitas lokal
6. Dampak globalisasi terhadap komunitas lokal
7. Sikap kritis dalam menghadapi globalisasi
Kompetensi Dasar
Kompetensi Pengetahuan (KD 3) Kompetensi Keterampilan (KD 4)
3.3. Memahami faktor penyebab ketimpangan 4.3. Mengolah hasil kajian dan pengamatan tentang
sosial dan pertautannya dengan perubahan ketimpangan sosial sebagai akibat dari
sosial ditengah-tengah globalisasi. perubahan sosial ditengah-tengah globalisasi.

Materi Pokok Penerjemahan Sebaran Materi


1. Globalisasi dan dampak ketimpangan sosial di BAB III. KETIMPANGAN SOSIAL SEBAGAI
masyarakat DAMPAK PERUBAHAN SOSIAL
2. Strategi dan berbagai pendekatan pemberdayaan 1. Pengertian ketimpangan sosial
untuk mengatasi ketimpangan sosial akibat 2. Faktor penyebab ketimpangan sosial.
globalisasi 3. Teori ketimpangan sosial.
4. Bentuk ketimpangan sosial
5. Akibat ketimpangan sosial
6. Upaya mengatasi ketimpangan sosial
Kompetensi Dasar
Kompetensi Pengetahuan (KD 3) Kompetensi Keterampilan (KD 4)
3.4. Mendeskripsikan cara melakukan strategi 4.5. Merancang, melaksanakan dan melaporkan aksi
pemberdayaan komunitas dengan pemberdayaan komunitas dengan
mengedepankan nilai-nilai kearifan lokal di mengedepankan nilai-nilai kearifan lokal
tengah-tengah pengaruh globalisasi. ditengah-tengah pengaruh globalisasi.

Materi Pokok Penerjemahan Sebaran Materi


Kearifan lokal dan pemberdayaan komunitas BAB IV. KEARIFAN LOKAL DAN
1. Pemberdayaan komunitas berbasis kepemilikan lokal PEMBERDAYAAN KOMUNITAS
dan partisipasi warga masyarakat 1. Pengertian dan unsur kearifan lokal
2. Partisipasi masyarakat lokal, atau warga masyarakat, 2. Karakteristik kearifan lokal
dalam pemberdayaan masyarakat, atau perbaikan 3. Bentuk kearifan lokal di Indonesia
kehidupan sosial atau publik 4. Pemberdayaan komunitas
3. Aktivitas pemberdayaan komunitas 5. Pengertian pemberdayaan
6. Karakteristik pemberdayaan
7. Pendekatan pemberdayaan
8. Prinsip-prinsip pemberdayaan
9. Manfaat pemberdayaan
10.Strategi pemberdayaan (Konsep top down and bootom
up)
Kompetensi Dasar
Kompetensi Pengetahuan (KD 3) Kompetensi Keterampilan (KD 4)
3.6. Mengevaluasi aksi pemberdayaan komunitas sebagai 4.5. Mengelaborasikan berbagai alternatif pemberdayaan
bentuk kemandirian dalam menyikapi ketimpangan sosial yang diperlukan untuk mengatasi ketimpangan
sosial. sosial di masyarakat.

Materi Pokok Penerjemahan Sebaran Materi


1. Evaluasi dan hikmah pembelajaran dari aktivitas Bab V. Melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan
pemberdayaan komunitas pemberdayaan komunitas.
1. Tahap perencanaan
2. Tahap implementasi
3. Tahap evaluasi
G. Inventarisasi Materi
Kegiatan ini dimaksudkan untuk menata materi secara lengkap agar tidak

ada materi essensial yang tertinggal. Jika tes dilakukan untuk kepentingan post tes

maka seluruh materi esensial yang ada pada pembelajaran pada hari bersangkutan

harus ada, tetapi jika tes formatif, tengah semester atau semester maka diambil

materi essensial secara proporsional. Dalam hal ini standar materi esensial dapat

diambil berdasarkan formula; proses / gerak, fakta setiap gerak, konsep setiap

gerak, dan sebab / akibat setiap gerak. Berdasarkan formula ini maka jumlah

materi esensial setiap pertemuan relatif berbeda dikarenakan oleh perbedaan jumlah

gerak yang terdapat pada masing-masing materi.

Suatu contoh, saat membicarakan mengenai mobilitas sosial, minimal terdiri

dari pengertian mobilitas sosial, karakterstik mobilitas sosial, bentuk-bentuk

mobilitas sosial (horizontal, vertikal, antargenerasi, intragenerasi, lateral,

sanskritisasi), faktor yang memengaruhi mobilitas sosial, saluran mobilitas sosial,

dampak mobilitas sosial. Untuk materi ini setidaknya terdapat 33 materi essensial,

yaitu 11 fakta, 11 konsep, 11 prinsip.

Setelah menginventaris materi pokok, maka dapat dilakukan pembuatan

tabel materi essensial, seperti tabel di bawah ini:

Tabel 4 Materi Essesial Setiap Topik


No Komponen Materi Fakta Konsep Prinsip
1 Pengertian mobilitas
sosial
2 Karakterstik mobilitas
sosial
3 Bentuk-bentuk mobilitas
sosial
4 Faktor yang memengaruhi
mobilitas sosial
5 Saluran mobilitas sosial
6 Dampak mobilitas sosial

Setelah diketahui pembagian hirarki materi, maka guru harus menemukan fakta,

konsep, dan prinsip pada setiap komponen materi tersebut, dan membuatnya pada setiap

bagian materi. Selain itu, materi sosiologi juga terdiri atas konsep keilmuan. Seperti, pada

Standar Kompetensi Kelas X tingkat SMA Semester I yaitu “ Fungsi Sosiologi untuk

mengenali gejala sosial di masyarakat ”, dan jelas ini merupakan konsep dasar keilmuan, maka

dalam penyusunan materi essensialnya sedikit berbeda dengan materi sosiologi yang

dinamis. Dalam Konsep keilmuan, fakta adalah contoh dari masing-masing komponen

konsep dasar, konsep adalah isi dari masing-masing komponen konsep dasar, dan prinsip

terletak pada bagian komponen faktor yang mempengaruhi, atau sebab akibat, seperti tabel

di bawah ini:

Tabel 5. Materi Essensial

No Komponen Konsep Konsep Fakta/contoh Prinsip


1 Pengertian
2 Ciri
3 Fungsi
4 Jenis
5 Faktor yang
mempengaruhi
6 Langkah/cara
Dapat juga disesuaikan dengan hierarki materi yang dikembangkan, seperti

di bawah ini

Tabel 6. Materi Essesial Setiap Topik

No Komponen Materi Fakta Konsep Prinsip


1 Pengertian mobilitas
sosial
2 Karakterstik mobilitas
sosial
3 Bentuk-bentuk mobilitas
sosial
4 Faktor yang memengaruhi
mobilitas sosial
5 Saluran mobilitas sosial
6 Dampak mobilitas sosial

Berdasarkan tabel materi essensial di atas, langkah selanjutnya adalah merumuskan

tujuan pembelajaran dan sebelum itu, dilakukan pemetaan tujuan pembelajaran sebagai

acuan dalam merumuskan tujuan pembelajaran.

D. Pembuatan Tabel Pemetaan Tujuan Pembelajaran

Pembuatan tabel pemetaan tujuan berpedoman kepada tujuan mata pelajaran yang

terdapat pada Standar Isi. Dokumen Kurikulum 2013 menegaskan bahwa Mata pelajaran

Sosiologi diajarkan untuk mencapai tujuan-tujuan khusus sebagai berikut: 1)

meningkatkan penguasaan pengetahuan Sosiologi di kalangan peserta didik yang

berorientasi pada pemecahan masalah dan pemberdayaan sosial; 2) mengembangkan

pengetahuan Sosiologi dalam praktek, atau praktek pengetahuan Sosiologi untuk

meningkatkan keterampilan sosial peserta didik dalam memecahkan masalah-masalah

sosial; 3) menumbuhkan sikap religius dan etika sosial yang tinggi di kalangan peserta

didik sehingga memiliki kepekaaan, kepedulian dan tanggungjawab memecahkan

masalah-masalah sosial. Untuk mencapai tujuan tersebut, materi-materi pembelajaran


yang diajarkan dengan berorientasi pada penumbuhan kesadaran individual dan sosial

(kelas X), kepekaan dan kepedulian terhadap masalah-masalah sosial dan

tanggungjawab pemecahan masalah sosial (kelas XI), dan kemampuan untuk melakukan

pemberdayaan sosial (kelas XII).

Robet (2014) menegaskan bahwa pembelajaran sosiologi hendaknya melatih siswa

SMA untuk memahami dan membedakan persoalan-persoalan subyektif dengan persoalan

public sehingga dapat mendorong keterlibatan sosial siswa dalam masyarakatnya. Selain

itu, pembelajaran sosiologi di SMA tidak hanya bertujuan meningkatkan pengetahuan,

namun mampu meningkatkan rasa ingin tahu, mempertajam analisis sosial, serta

memperluas pandangan siswa dalam menjalani dan terlibat dalam kehidupan

kesehariannya dalam bermasyarakat. Untuk itu tujuan belajar sosiologi adalah untuk

mendapatkan imajinasi sosiologi, sehingga seseorang yang belajar sosiologi bisa

memahami setiap gejala sosial yang ada dalam kehidupan masyarakat. Upaya memahami

setiap gejala sosial akan dapat tercapai jika seseorang tersebut melakukan pengamatan,

pengumpulan data dan informasi, analisis data, mengolah dan menyimpulkan dan

mengkomunikasikannya pada orang lain.

Materi-materi yang di pelajari dalam pembelajaran sosiologi sangat kaya

informasi/konsep sebab fokusnya adalah masyarakat dengan budayanya. Selain itu

pengetahuan sosiologi memiliki karakteristik tersendiri, seperti yang dijelaskan oleh

Hanum (2011:15) bahwa: pengetahuan sosiologi memiliki karakteristik sebagai berikut: 1.

Mengembangkan ilmu pengetahuan tentang hubungan antara manusia dan produk

hubungan tersebut; 2. Mempelajari perilaku, interaksi perilaku, interaksi kelompok,

budaya dan menganalisis pengaruhnya; 3. Tema-tema esensial dalam sosiologi dipilih dan
bersumber dari kajian tentang masyarakat dan perilaku manusia dengan meneliti

kelompok/institusi yang dibangunnya, seperti keluarga, suku bangsa, komunitas,

organisasi sosial, agama, politik, bisnis, pemerintahan, dan lain-lain; 4. Materi sosiologi

dikembangkan sebagai pengetahuan ilmiah dengan mengembangkan teori yang

didasarkan pada observasi ilmiah dan penelitian ilmiah.

Santosa (2009) menegaskan bahwa pembelajaran sosiologi hendaknya tidak

berhenti pada domain mengajarkan tentang pengetahuan, pemahaman konsep semata,

namun hendaknya meliputi tiga domain: orthodoksi (pemahaman), orthopathi (sikap),

dan orthopraxi (pembiasaan hidup/habituasi).

Pemahaman yang benar (orthodoksi) akan menumbuhkan yang namanya sikap

yang benar (orthopathi) dan kemudian akan bertumbuh lagi ke arah tindakan yang benar

(orthopraksis). Jadi, materi-materi yang di berikan dalam pembelajaran sosiologi

dipahami siswa bukan sebagai materi yang dihafal, namun sarana refleksi kritis atas

realitas sosial atau masalah sosial di sekitar mereka. Berdasarkan hasil refleksi tersebut

mereka diharapkan mampu tergerak melakukan tindakan-tindakan berupa resolusi sosial

(pemecahan masalah yang sifatnya idealis pragmatis). Tentu saja resolusi sosial yang

dilakukan sebatas kemampuan & kedudukan mereka sebagai anggota masyarakat yang

masih memiliki banyak keterbatasan.

Tabel 7 Pemetaan KD Setiap Jenjang


Kelas X
Kompetensi Dasar
Kompetensi Pengetahuan Kompetensi Keterampilan (KD 4)
(KD 3)
3.1. Memahami pengetahuan dasar 4.1. Menalar suatu gejala sosial di
Sosiologi sebagai ilmu lingkungan sekitar dengan
pengetahuan yang berfungsi untuk menggunakan pengetahuan
mengkaji gejala sosial di sosiologis.
masyarakat.
Kompetensi Dasar

Kompetensi Pengetahuan (KD 3) Kompetensi Keterampilan (KD 4)


3.2. Mengenali dan mengidentifikasi 4.2. Mengenali dan mengidentifikasi
realitas individu, kelompok, dan realitas individu, kelompok, dan
hubungan sosial di masyarakat hubungan sosial di masyarakat
Kompetensi Dasar
Kompetensi Pengetahuan (KD 3) Kompetensi Keterampilan (KD 4)
3.3. Menerapkan konsep-konsep dasar 4.3. Mengaitkan realitas sosial dengan
Sosiologi untuk memahami ragam menggunakan konsep-konsep
gejala sosial di masyarakat. dasar Sosiologi untuk mengenali
berbagai gejala sosial di
masyarakat.
Kompetensi Dasar
Kompetensi Pengetahuan (KD 3) Kompetensi Keterampilan (KD 4)
3.4. Memahami berbagai metode 4.4. Melakukan penelitian sosial yang
penelitian sosial yang sederhana sederhana untuk mengenali
untuk mengenali gejala sosial di ragam gejala sosial dan hubungan
masyarakat. sosial di masyarakat.

Kelas XI

Kompetensi Dasar
Kompetensi Pengetahuan (KD Kompetensi Keterampilan (KD 4)
3)
3.1. Memahami pengelompokan 4.1. Menalar tentang terjadinya
sosial di masyarakat dari pengelompokan sosial di
sudut pandang dan masyarakat dari sudut pandang
pendekatan Sosiologis. dan pendekatan Sosiologis.

Kompetensi Dasar

Kompetensi Pengetahuan (KD 3) Kompetensi Keterampilan (KD 4)


3.2. Menganalisis permasalahan 4.2. Memberikan respon dalam
sosial dalam kaitannya mengatasi permasalahan sosial
dengan pengelompokan sosial yang terjadi di masyarakat
dan kecenderungan eksklusi dengan cara memahami kaitan
sosial di masyarakat dari pengelompokan sosial dengan
sudut pandang dan kecenderungan eksklusi dan
pendekatan Sosiologis. timbulnya permasalahan sosial.

Kompetensi Dasar
Kompetensi Pengetahuan (KD 3) Kompetensi Keterampilan (KD 4)
3.3. Memahami arti penting 4.3. Menerapkan prinsip-prinsip
prinsip kesetaraan untuk kesetaraan untuk mengatasi
menyikapi perbedaan sosial perbedaan sosial dan
demi terwujudnya kehidupan mendorong terwujudnya
sosial yang damai dan kehidupan sosial yang damai
demokratis. dan demokratis.

Kompetensi Dasar
Kompetensi Pengetahuan (KD 3) Kompetensi Keterampilan (KD 4)
3.4. Menganalisis konflik sosial dan cara 4.4. Memetakan konflik untuk dapat
memberikan respon untuk melakukan melakukan resolusi konflik dan
resolusi konflik demi terciptanya menumbuh kembangkan
kehidupan yang damai di masyarakat. perdamaian di masyarakat.

Kompetensi Dasar
Kompetensi Pengetahuan (KD 3) Kompetensi Keterampilan (KD 4)
3.5. Menganalisis cara melakukan 4.5.Melakukan penelitian sederhana yang
pemecahan masalah untuk berorientasi pada pemecahan masalah
mengatasi permasalahan berkaitan dengan permasalahan sosial
sosial, konflik, dan kekerasan
dan konflik yang terjadi di masyarakat
yang terjadi di masyarakat.
sekitar.
Kelas XII

Kompetensi Dasar
Kompetensi Pengetahuan (KD 3) Kompetensi Keterampilan (KD 4)
3.1. Memahami berbagai jenis dan 4.1. Menalar berdasarkan
faktor-faktor perubahan sosial pemahaman dari pengamatan
serta akibat yang dan diskusi tentang perubahan
ditimbulkannya dalam sosial dan akibat yang
kehidupan masyarakat. ditimbulkannya.

Kompetensi Dasar

Kompetensi Pengetahuan (KD 3) Kompetensi Keterampilan (KD 4)


3.2. Memahami berbagai permasalahan 4.2. Mengategorisasi berbagai
sosial yang disebabkan oleh permasalahan sosial yang
perubahan sosial ditengah-tengah disebabkan oleh globalisasi
pengaruh globalisasi serta akibat-akibatnya dalam
kehidupan nyata di masyarakat
sehingga dapat merespon
berbagai permasalahan sosial
dan ketimpangan yang
disebabkan proses globalisasi.
.

Kompetensi Dasar
Kompetensi Pengetahuan (KD 3) Kompetensi Keterampilan (KD 4)
3.3. Memahami faktor penyebab 4.3. Mengolah hasil kajian dan
ketimpangan sosial dan pengamatan tentang
pertautannya dengan ketimpangan sosial sebagai
perubahan sosial ditengah- akibat dari perubahan sosial
tengah globalisasi. ditengah-tengah globalisasi.

Kompetensi Dasar
Kompetensi Pengetahuan (KD 3) Kompetensi Keterampilan (KD 4)
3.4. Mendeskripsikan cara 4.5. Merancang, melaksanakan dan
melakukan strategi melaporkan aksi pemberdayaan
pemberdayaan komunitas komunitas dengan
dengan mengedepankan nilai- mengedepankan nilai-nilai
nilai kearifan lokal di tengah- kearifan lokal ditengah-tengah
tengah pengaruh globalisasi. pengaruh globalisasi.
Kompetensi Dasar
Kompetensi Pengetahuan (KD Kompetensi Keterampilan (KD
3) 4)
3.5. Mengevaluasi aksi pemberdayaan 3.6. Mengelaborasikan berbagai alternatif
komunitas sebagai bentuk pemberdayaan sosial yang diperlukan
kemandirian dalam menyikapi untuk mengatasi ketimpangan sosial di
ketimpangan sosial. masyarakat.

E. Pembuatan Pemetaan Tujuan Pembelajaran


Setelah mengamati KD di setiap jenjangnya maka selanjutnya akan dilakukan
pemetaan sesuai kemampuan berpikir dan klasifikasi materi yang cocok untuk KD
tersebut, agar dapat disesuaikan tujuan pembelajarannya.

kjaranpembuatan pemetaan tujuan maka dirumuskan tujuan pembelajaran, contoh


sederhana tabel tujuan peebelajaran:
Tabel 8 Pemetaan Tujuan Pembelajaran

N KD Materi Hierarki Tingkatan Klasifikasi Materi yang Integrasi Kata Kerja Penjabaran Integrasi
o Pokok Komponen Kemampua Sesuai Tingkatan Operasional Indikator / Tujuan Tujuan
Materi n Berpikir Kemampuan (KKO) yang Pembelajaran Pembelajaran
Berpikir dan Sesuai (Domain Kognitif) Domain
Klasifikasi Afektif,
Materi (untuk Kognitif,
menurunkan Keterampilan
indikator/tujuan serta Model
pembelajaran) Pembelajaran
yang sesuai
Fakta Konse Prinsi
dapat
(F) p p dilakukan
(K) (P)
setelah Guru
Menerapkan ini Untuk Pilih kata kerja melakukan
termasuk pada memilih operasional untuk Analisis
C3 pada domain tingkatan taksonomi kognitif Materi
kognitif kemampuan yang sesuai
taksonomi berpikir yang
Bloom/Anderson, sesuai materi,
maka kita tidak cek tabel
boleh membuat analisis
tujuan materi
pembelajaran
Cek KKO di esensial, guru
bawah C3, dapat
KD
minimal setara merasakan
dengan C3 atau mana materi
di atasnya C4/ yang tingkat
C5/ C6 kesulitannya
tinggi dan
mana yang
tingkatnya
mudah atau
sedang untuk
dapat
dipahami oleh
peserta
didiknya.
Jika materi
tersebut sulit,
maka pilihlah
domain
kognitif yang
paling dasar
sesuai dengan
KKO KD
nya, Jika
materi
tersebut
dianggap
mudah atau
sedang, guru
bisa memilih
domain
kognitif yang
lebih tinggi
1. Kelas X, KD 3.3 Sosialisasi Pengertian C4 F C4F Menyimpulkan Peserta didik dapat
Sosialisasi menyimpulkan
Menerapkan
pengertian sosialisasi
konsep-konsep
dari berbagai ahli
dasar Sosiologi
untuk memahami
ragam gejala
sosial di
masyarakat

Tujuan C4 K C4K Menafsirkan Peserta didik dapat


Sosialisasi menafsirkan masing-
masing tujuan
sosialisasi

Hakikat C3 P C3P Mengklasifikasikan Peserta didik dapat


Sosialisasi mengklasifikasikan
hakikat dari
sosialisasi

Pola C4 K C4K Merinci Peserta didik dapat


Sosialisasi merinci pola yang
terjadi dalam
sosialisasi

Ciri-ciri C4 F C4F Menemukan Peserta didik dapat


Sosialisasi menemukan masing-
masing ciri
sosialisasi

Fungsi C6 F C6F Mengkategorikan Peserta didik dapat


Sosialisasi mengkategorikan
masing-masing
fungsi sosialisasi

Bentuk C3 K C3K Mengklasifikasi Peserta didik dapat


Sosialisasi mengklasifikasikan
bentuk-bentuk
sosialisasi

Tipe C4 K C4K Menyimpulkan Peserta didik dapat


Sosialisasi menyimpulkan tipe
sosisalisasi

Agen atau C4 F C4F Menelaah Peserta didik dapat


Media menelaah masing-
Sosialisasi masing agen
sosialisasi

Tahap C3 K C3K Menyusun Peserta didik dapat


Sosialisasi Menyusun tahapan
sosialisasi
F. Cara Mengintegrasi Tujuan Pembelajaran Domain Afektif, Kognitif, Keterampilan

Tabel 9. Langkah-langkah Menyusun Tujuan Pembelajaran


A. Tujuan Pembelajaran berdasarkan Behaviourism
1 Apa saja komponen Dalam behaviourism, komponen tujuan pembelajaran terdiri atas
tujuan pembelajaran? audience (A), behaviour (B), condition (C), dan degree (D).

Namun demikian, dalam konteks materi dan kemampuan tertentu


komponen degree (D) bisa saja tidak ada.

2 Apa yang dimaksud Audience adalah siswa (peserta didik), yakni siapa yang mengikuti
dengan audience, proses pembelajaran.
behaviour, condition,
dan degree? Behaviour adalah perilaku siswa yang dapat diamati selama mengikuti
proses pembelajaran. Rumusan perilaku ini berupa kata kerja aktif
.
Condition adalah persyaratan yang harus dipenuhi, sehingga perilaku
yang diharapkan dapat ditunjukkan oleh siswa.

Degree adalah tingkat keberhasilan pencapaian perilaku yang dapat


berbentuk kecepatan, ketepatan, kuantitas, dan/atau kualitas,
tetapi bukan nilai karakter.

Komponen ABCD tidak harus disusun berurutan berdasarkan


abjad

B. Tujuan Pembelajaran berdasarkan Non- Behaviourism


3 Apa saja Dalam non-behaviourism, komponen tujuan pembelajaran terdiri atas
komponen audience, behaviour, dan content
tujuan
pembelajaran?
4 Apa yang dimaksud Audience adalah siswa (peserta didik), yakni siapa yang mengikuti
dengan audience, proses pembelajaran.
behaviour, dan
content? Behaviour adalah perilaku siswa yang dapat diamati selama mengikuti
proses pembelajaran. Rumusan perilaku ini berupa kata kerja aktif.

Content adalah materi yang terdiri dari pengetahuan, sikap, dan


keterampilan abstrak (keterampilan berpikir kognitif)
dan keterampilan konkrit (keterampilan kinestetik)
5 Seperti apa contoh Contoh tujuan pembelajaran:
tujuan pembelajaran? Kognitif
1. Siswa dapat menjelaskan tahapan proses terjadinya sosialisasi
melalui kegiatan mengamati video.

Audience: siswa
Behaviour: menjelaskan
Content: tahapan proses terjadinya sosialisasi

Keterampilan
2. Siswa dapat mempraktekan salah satu bentuk sosialisasi.

Audience: siswa
Behaviour: mempraktekkan
Content: bentuk sosialisasi

3. Siswa dapat memperkenalkan diri dengan menyebut nama


panggilan.
Audience: Siswa
Behavior: Memperkenalkan diri
Content: Nama panggilan

Tabel 10. Tujuan Pembelajaran (domain kognitif)


No Hierarki Tujuan Pembelajaran
Komponen Materi
1 Pengertian Sosialisasi Peserta didik dapat menyimpulkan pengertian
sosialisasi dari berbagai ahli

2 Tujuan Sosialisasi Peserta didik dapat menafsirkan masing-masing tujuan


sosialisasi

3 Hakikat Sosialisasi Peserta didik dapat mengklasifikasikan hakikat dari


sosialisasi

4 Pola Sosialisasi Peserta didik dapat merinci pola yang terjadi dalam
sosialisasi

5 Ciri-ciri Sosialisasi Peserta didik dapat menemukan masing-masing ciri


sosialisasi

6 Fungsi Sosialisasi Peserta didik dapat mengkategorikan masing-masing


fungsi sosialisasi

7 Bentuk Sosialisasi Peserta didik dapat mengklasifikasikan bentuk-bentuk


sosialisasi

8 Tipe Sosialisasi Peserta didik dapat menyimpulkan tipe sosisalisasi

9 Agen atau Media Peserta didik dapat menelaah masing-masing agen


Sosialisasi sosialisasi

Tahap Sosialisasi Peserta didik dapat Menyusun tahapan sosialisasi

Catatan : Tujuan pembelajaran ini akan disempurnakan jika guru telah memilih model
pembelajaran dan pengalaman belajar untuk peserta didik sesuai dengan model
pembelajaran yang dipilih.

L. Pembuatan Kisi-kisi soal


Tes tertulis adalah tes yang soal dan jawabannya diberikan dalam bentuk tulisan. Dalam
menjawab soal, peserta didik tidak selalu harus merespons dalam bentuk menulis kalimat
jawaban, tetapi dapat juga dalam bentuk mewarnai, memberi tanda, menggambar grafik,
diagram, dan lain-lain.
Bentuk soal tes tertulis dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian. Pertama, soal yang
tersedia pilihan jawabannya, yaitu soal pilihan ganda, soal dua pilihan jawaban (Benar-Salah,
Ya-Tidak), dan menjodohkan. Kedua, soal yang tidak tersedia pilihan jawabannya yaitu soal
isian dan uraian.
Langkah-langkah dalam penyusunan instrumen tes tertulis, meliputi penentuan tujuan,
penyusunan kisi-kisi, penulisan soal, telaah, dan revisi.

1. Penentuan Tujuan Tes


Dalam menyusun tes tertulis, pendidik harus menetapkan tujuan tes terlebih dahulu. Tes
yang memiliki tujuan untuk mengetahui penguasaan materi pelajaran peserta didik setelah
diajarkan, berbeda jenis dan isinya dengan tes yang memiliki tujuan mengetahui kesulitan
belajar peserta didik (diagnostic test), penempatan (placement test), atau seleksi.

2. Penyusunan Kisi-kisi Tes

Kisi-kisi adalah suatu format berbentuk matriks yang berfungsi sebagai pedoman dalam
penulisan soal dan perakitan tes. Dengan adanya kisi-kisi, dapat dihasilkan soal yang sama
(paralel) dari segi kedalaman dan cakupan materi. Komponen kisi-kisi terdiri atas identitas
dan matriks. Identitas meliputi jenjang pendidikan, program/jurusan, mata pelajaran,
kurikulum, dan jumlah soal. Matriks berisi kompetensi dasar, materi, indikator soal, level
kognitif, nomor soal, dan bentuk soal.

Syarat kisi-kisi yang baik:

1. Mewakili isi kurikulum/kompetensi;


2. Komponen-komponennya rinci, jelas, dan mudah dipahami;
3. Dapat dibuat soalnya sesuai dengan indikator dan bentuk soal yang ditetapkan.

Kompetensi Dasar (KD) adalah kemampuan minimal yang harus dikuasai peserta
didik setelah mempelajari materi pelajaran tertentu sesuai dengan kurikulum yang digunakan
oleh satuan pendidikan. Dari KD tersebut, diidentifikasi materi yang akan diujikan dan
dirumuskan indikator soalnya. Dalam pembuatan soal, pendidik memilih materi esensial.
Pemilihan materi dalam penyusunan kisi-kisi hendaknya memperhatikan 4 aspek
sebagai berikut:
1. Urgensi, secara teoritis materi yang akan diujikan mutlak harus dikuasai peserta didik;
2. Relevansi, materi yang dipilih sangat diperlukan untuk mempelajari atau memahami
bidang lain;
3. Kontinuitas, materi yang dipilih merupakan materi lanjutan atau pendalaman materi dari
yang sebelumnya pernah dipelajari dalam jenjang yang sama maupun antarjenjang; dan
4. Keterpakaian, materi memiliki daya terap dan nilai guna yang tinggi dalam kehidupan
sehari-hari.
Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, kompetensi, mata
pelajaran, dan satuan pendidikan.
Syarat indikator yang baik adalah:
1. Memuat ciri-ciri kompetensi dasar yang akan diukur;
2. Memuat kata kerja operasional yang dapat diukur;
3. Berkaitan dengan materi (bahan ajar) yang dipilih; dan
4. Dapat dibuatkan soalnya.
Terdapat dua cara dalam perumusan indikator soal, yaitu menggunakan stimulus dan
tanpa stimulus. Stimulus dapat berupa wacana/ilustrasi, tabel, grafik, diagram, kasus, dan
gambar. Satu stimulus dapat digunakan untuk beberapa butir soal. Bentuk soal pilihan ganda
menggunakan satu kata kerja operasional dan bentuk soal uraian.
Contoh indikator soal yang tidak menggunakan stimulus:

Indikator : Peserta didik dapat menyimpulkan pengertia sosialisasi

Contoh indikator soal yang menggunakan stimulus:


Indikator
Indikator:: Disajikan
Peserta didik dapat
kasus menjelaskan
permasalahan prosesdunia
konteks metamorfosis hewan
nyata yang tertentu.
berkaitan dengan sosialisasi1,
peserta didik2 dapat menyimpulkan pengertian sosialisasi dari permasalahan tersebut3.

Indikator: Peserta didik2 dapat menentukan model matematika permasalahan konteks dunia nyata1
yang berkaitan dengan sistem persamaan linier tiga variabel3.
Keterangan :
Bagian yang ditandai nomor 1= condition (stimulus)
2= audience (peserta didik)
3= behavior, perilaku yang diukur (proses kognitif)
Contoh Kisi-kisi Penulisan Soal
Jenjang Pendidikan :
Mata Pelajaran :
Kelas :
Semester :
KD :
Materi :
Kurikulum :

No Kompetens Materi Kompone Level Klasifikas Indikator Bentu No Soal Kunci


i Dasar n Materi Kognitif i Materi Soal k Soal Soal Jawaban
(Fakta,
Konsep,
Prinsip)

Catatan : Format kisi-kisi soal dapat disesuaikan dengan tujuan tes

Anda mungkin juga menyukai