Anda di halaman 1dari 22

1

PEMBELAJARAN SOSIOLOGI YANG BERMAKNA*


Lilik Tahmidaten, S.Sos., M.A.
Widyaiswara PPPPTK PKN & IPS Kemendikbud
lilik.p4tkips@gmail.com

Pengantar

Sosiologi menjadi salah satu mata pelajaran pada jenjang SMA semenjak Kurikulum
1984 sampai dengan Kuirikulum 2013. Pada dokumen-dokumen kurikulum dalam kurun
waktu 1984 sd. 2013, pembelajaran sosiologi di SMA sesungguhnya memiliki peran yang
strategis dalam membangun kompetensi dan karakter generasi bangsa. Melalui mata
pelajaran sosiologi diharapkan mampu meningkatkan kemampuan siswa SMA untuk
mengaktualisasikan potensi-potensi diri mereka dalam mengambil dan mengungkapkan
status serta peran masing-masing dalam kehidupan sosial dan budaya masyarakat dimana
mereka tinggal yang tentu saja terus mengalami perubahan dari masa ke masa. Melalui
pengalaman belajar (learning experience) yang didapatkan siswa dalam mata pelajaran
Sosiologi, diharapkan bisa membentuk siswa SMA yang mampu melakukan refleksi atas
semua peristiwa-peristiwa sosial yang dijumpainya dalam kehidupan sehari-hari di
masyarakat. Ini pula yang sesungguhnya menjadi nilai plus yang dimiliki mata pelajaran
sosiologi dimana hal-hal yang dipelajari merupakan hal-hal yang nyata ada di sekeliling
kehidupan siswa dimanapun ia berada. Oleh karena itu, harapan melalui mata pelajaran
sosiologi adalah proses pembelajaran sosiologi di SMA bisa menjadi jembatan bagi siswa
untuk mempertajam rasa keingintahuannya, analisis sosial, serta memperluas pandangan
siswa dalam menjalani dan terlibat pada kehidupan kesehariannya di masyarakat.
Namun demikian penulis berpandangan bahwa terdapat permasalahan mendasar
dalam proses pembelajaran mata pelajaran sosiologi di tingkat SMA saat ini. Permasalahan
tersebut adalah mayoritas pembelajaran sosiologi cenderung mengajarkan doktrin berupa
norma, moral bahkan etika yang sesungguhnya bukan ranah mata pelajaran sosiologi.
Bahkan yang lebih miris lagi adalah pembelajaran sosiologi didominasi penyampaian
materi pembelajaran secara teoritis dengan terlalu (saklek) mengacu pada buku teks atau
buku pelajaran (text book). Konsep-konsep sosiologi dipelajari sebagai sebuah hafalan
tentang pengertian, tujuan dan manfaat semata tanpa tahu apa makna yang terkandung
dalam konsep tersebut. Apalagi sampai jauh mempelajari tentang implikasi dari
mempelajari konsep tersebut bagi diri siswa ketika berada di tengah-tengah kehidupan
masyarakat. Proses pembelajaran dengan paradigma seperti itu membawa dampak yang
signifikan pada proses pembelajaran itu sendiri maupun pada substansi materi
pembelajaran. Proses pembelajaran yang cenderung pada hafalan teori dan konsep
mendorong pada terjadinya pembelajaran sosiologi yang pasif di kelas-kelas. Interaksi satu
arah dari guru ke siswa menjadi hal yang dominan. Guru menjadi satu-satunya sumber
belajar sementara siswanya dijejali dengan teori dan konsep yang harus dihafal tanpa tahu

1
maknanya. Maka tidak mengherankan jika mata pelajaran sosiologi menjadi salah satu
mata pelajaran yang kurang diminati karena cenderung disampaikan secara
membosankan. Pertanyaannya, bagaimanakah konsep pembelajaran sosiologi yang
bermakna? Bagaimana contoh rancangan pembelajaran sosiologi yang bermakna tersebut?
Pada kesempatan ini penulis berusaha mengemukakan pandangan untuk menjawab dua
pertanyaan tersebut.

Pembahasan

A. Pembelajaran Sosiologi

1. Tujuan Pembelajaran Sosiologi

Telah dikemukakan di awal tulisan ini bahwa pembelajaran sosiologi di SMA


sesungguhnya memiliki peran yang strategis, sebab mata pelajaran sosiologi diharapkan
mampu meningkatkan kemampuan siswa SMA untuk mengaktualisasikan potensi-potensi
diri mereka dalam mengambil dan mengungkapkan status serta peran masing-masing
dalam kehidupan sosial dan budaya masyarakat dimana mereka tinggal yang tentu saja
terus mengalami perubahan dari masa ke masa. Dokumen Kurikulum 2013 menegaskan
bahwa Mata pelajaran Sosiologi diajarkan untuk mencapai tujuan-tujuan khusus sebagai
berikut: 1) meningkatkan penguasaan pengetahuan Sosiologi di kalangan peserta didik
yang berorientasi pada pemecahan masalah dan pemberdayaan sosial; 2)
mengembangkan pengetahuan Sosiologi dalam praktek, atau praktek pengetahuan
Sosiologi untuk meningkatkan keterampilan sosial peserta didik dalam memecahkan
masalah-masalah sosial; 3) menumbuhkan sikap religius dan etika sosial yang tinggi di
kalangan peserta didik sehingga memiliki kepekaaan, kepedulian dan tanggungjawab
memecahkan masalah-masalah sosial. Untuk mencapai tujuan tersebut, materi-materi
pembelajaran yang diajarkan dengan berorientasi pada penumbuhan kesadaran individual
dan sosial (kelas X), kepekaan dan kepedulian terhadap masalah-masalah sosial dan
tanggungjawab pemecahan masalah sosial (kelas XI), dan kemampuan untuk melakukan
pemberdayaan sosial (kelas XII).
Robet (2014) menegaskan bahwa pembelajaran sosiologi hendaknya melatih siswa
SMA untuk memahami dan membedakan persoalan-persoalan subyektif dengan persoalan
public sehingga dapat mendorong keterlibatan sosial siswa dalam masyarakatnya. Selain
itu, pembelajaran sosiologi di SMA tidak hanya bertujuan meningkatkan pengetahuan,
namun mampu meningkatkan rasa ingin tahu, mempertajam analisis sosial, serta
memperluas pandangan siswa dalam menjalani dan terlibat dalam kehidupan
kesehariannya dalam bermasyarakat. Untuk itu tujuan belajar sosiologi adalah untuk
mendapatkan imajinasi sosiologi, sehingga seseorang yang belajar sosiologi bisa
memahami setiap gejala sosial yang ada dalam kehidupan masyarakat. Upaya memahami
setiap gejala sosial akan dapat tercapai jika seseorang tersebut melakukan pengamatan,
pengumpulan data dan informasi, analisis data, mengolah dan menyimpulkan dan
mengkomunikasikannya pada orang lain.

2
2. Hakekat Pembelajaran Sosiologi di SMA
Materi-materi yang di pelajari dalam pembelajaran sosiologi sangat kaya
informasi/konsep sebab fokusnya adalah masyarakat dengan budayanya. Selain itu
pengetahuan sosiologi memiliki karakteristik tersendiri, seperti yang dijelaskan oleh
Hanum (2011:15) bahwa: pengetahuan sosiologi memiliki karakteristik sebagai berikut: 1.
Mengembangkan ilmu pengetahuan tentang hubungan antara manusia dan produk
hubungan tersebut; 2. Mempelajari perilaku, interaksi perilaku, interaksi kelompok,
budaya dan menganalisis pengaruhnya; 3. Tema-tema esensial dalam sosiologi dipilih dan
bersumber dari kajian tentang masyarakat dan perilaku manusia dengan meneliti
kelompok/institusi yang dibangunnya, seperti keluarga, suku bangsa, komunitas,
organisasi sosial, agama, politik, bisnis, pemerintahan, dan lain-lain; 4. Materi sosiologi
dikembangkan sebagai pengetahuan ilmiah dengan mengembangkan teori yang
didasarkan pada observasi ilmiah dan penelitian ilmiah.
Untuk itu pembelajaran sosiologi diberikan di SMA dimaksudkan untuk
mengembangkan kemampuan para siswa SMA tentang pemahaman fenomena kehidupan
masyarakat dengan segala problematikanya yang ada dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Materi pelajaran sosiologi mencakup konsep-konsep dasar, pendekatan, metode, dan
teknik analisis dalam pengkajian berbagai fenomena dan permasalahan yang ditemui
dalam kehidupan nyata di masyarakat. Sehingga idealnya pembelajaran sosiologi di SMA
tidak hanya mengajarkan tentang konsep-konsep, namun sampai pada bagaimana
menggunakan konsep-konsep dasar sosiologi, pendekatan, metode dan teknik analisis
untuk mengkaji berbagai fenomena dan permasalahan yang dijumpai siswa dalam
kehidupan sehari-hari mereka di masayarakat. Ketika para siswa menjumpai
permasalahan di masyarakat dimana ia tinggal maka mereka mampu menganalisisnya dan
ia mampu menempatkan diri atau menyikapinya, bahkan diharapkan mampu tergerak
untuk menjadi bagian dari solusi sesuai dengan taraf kemampuan dan kedudukannya.
Santosa (2009) menegaskan bahwa pembelajaran sosiologi hendaknya tidak berhenti
pada domain mengajarkan tentang pengetahuan, pemahaman konsep semata, namun
hendaknya meliputi tiga domain: orthodoksi (pemahaman), orthopathi (sikap), dan
orthopraxi (pembiasaan hidup/habituasi). Pemahaman yang benar (orthodoksi) akan
menumbuhkan yang namanya sikap yang benar (orthopathi) dan kemudian akan
bertumbuh lagi ke arah tindakan yang benar (orthopraksis). Jadi, materi-materi yang di
berikan dalam pembelajaran sosiologi dipahami siswa bukan sebagai materi yang dihafal,
namun sarana refleksi kritis atas realitas sosial atau masalah sosial di sekitar mereka.
Berdasarkan hasil refleksi tersebut mereka diharapkan mampu tergerak melakukan
tindakan-tindakan berupa resolusi sosial (pemecahan masalah yang sifatnya idealis
pragmatis). Tentu saja resolusi sosial yang dilakukan sebatas kemampuan & kedudukan
mereka sebagai anggota masyarakat yang masih memiliki banyak keterbatasan.

3. Pendekatan Pembelajaran Sosiologi di SMA


Pembelajaran sosiologi berkaitan dengan proses mencari tahu segala hal tentang
masyarakat dan budayanya, sehingga sosiologi bukan hanya penguasaan kumpulan

3
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga
mempelajari tentang gejala, fenomena sosial. Hanum (2005, 2011) mengaskan hal yang
perlu diperhatikan dalam pembelajaran sosiologi adalah bahwa pembelajaran sosiologi
bukanlah hafalan tetapi lebih pada pemahaman dan analisis sehingga siswa harus lebih
banyak terlibat dalam menemukan kenyataan yang sebenarnya. Pembelajaran sosiologi
diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan
masyarakat sekitar juga bahkan gejala alam yang mempengaruhi masyarakat sekitar, serta
prospek pengembangan lebih lanjut dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran
sosiologi menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan
kompetensi agar menjelajahi dan memahami masyarakat sekitar secara ilmiah. Dengan
demikian pembelajaran sosiologi diarahkan untuk melakukan inkuiri dan melakukan
pengamatan kehidupan masyarakat, sehingga dapat membantu peserta didik untuk
memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang masyarakat dimana mereka
tinggal.
Telah diuraikan pada bagian awal tulisan ini bahwa salah satu harapan ideal yang
ingin dicapai dalam pembelajaran sosiologi di tingkat SMA adalah ketika para siswa SMA
menjumpai permasalahan sosial di masyarakat dimana ia tinggal, maka mereka mampu
menganalisisnya dan ia mampu menempatkan diri atau menyikapinya, bahkan diharapkan
mampu tergerak untuk menjadi bagian dari solusi sesuai dengan taraf kemampuan dan
kedudukannya. Untuk mencapai harapan ideal tersebut, selain diperlukan sosok guru
sosiologi yang mampu mengajar, mendidik, menginspirasi dan menggerakkan, maka
mutlak diperlukan pula sebuah pendekatan pembelajaran sosiologi yang mampu
memberikan pengalaman-pengalaman belajar (learning experiences) kepada siswa dan
pada akhirnya membentuk kompetensi-kompetensi sesuai dengan harapan ideal tersebut.
Berdasarkan pemikiran-pemikiran itu maka penulis berpendapat bahwa sudah tepat
kiranya jika pembelajaran sosiologi di SMA menggunakan pendekatan pembelajaran
ilmiah (scientific approach) pada proses pembelajarannya sesuai yang ditekankan oleh
Kurikulum 2013.
Pendekatan ilmiah termasuk pembelajaran inkuiri yang bernafaskan konstruktivisme.
Sasaran pembelajaran dengan pendekatan ilmiah mencakup pengembangan ranah sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Ketiga
ranah kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan (proses) psikologis yang berbeda.
Sikap diperoleh melalui aktivitas: menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan
mengamalkan. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas: mengingat, memahami,
menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Sementara itu, keterampilan
diperoleh melalui aktivitas: mengamati, menanya, menalar, menyaji, dan mencipta
(Permendikbud nomor 65 tahun 2013). Lebih lanjut McCollum (2009) menjelaskan
bahwa komponen-komponen penting dalam mengajar menggunakan pendekatan ilmiah
adalah guru harus menyajikan pembelajaran yang dapat: 1) meningkatkan rasa
keingintahuan (Foster a sense of wonder), 2) meningkatkan keterampilan mengamati
(Encourage observation), 3) melakukan analisis ( Push for analysis) dan 4) berkomunikasi
(Require communication). Melalui Permendikbud no 81A Tahun 2013 telah ditegaskan

4
bahwa proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah terdiri atas lima pengalaman
belajar pokok yaitu: 1) mengamati, 2) menanya, 3) mengumpulkan informasi, 4)
mengasosiasi dan 5) mengomunikasikan. Adapun model pembelajaran yang mendukung
penerapan pendekatan saintifik diantaranya adalah model pembelajaran Berbasis
Penemuan (Inquiry Learning), model pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based
Learning), dan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning). Praktik
pembelajaran dengan pendekatan ilmiah tersebut mengharuskan guru Sosiologi
melakukan pembelajaran yang benar-benar kontekstual dengan melakukan
kontekstualisasi pengetahuan yang dipelajari dalam masyarakat atau kehidupan sosial
sekitar dan menemukan relevansinya untuk menjawab masalah-masalah sosial secara riil
yang dihadapi masyarakat. Selain itu, juga perlu ditekankan pentingnya pembelajaran
bersifat induktif, dimulai dari mengamati kasus-kasus riil untuk kemudian dianalisis
hingga menemukan solusi alternative pemecahan masalah atas kasus riil yang diangkat.
Dengan pendekatan ilmiah yang menekankan pada pendekatan induktif dan pembelajara
kontekstual tersebut maka pembelajaran sosiologi sangat tidak tepat jika masih berfokus
pada penguasaan konsep-konsep pengetahuan sosiologi dan hanya mencari contoh atas
konsep-konsep yang parsial tersebut pada kehidupan nyata.

4. Pembelajaran Sosiologi Yang Bermakna


Berdasarkan uraian tentang tujuan pembelajaran, proses pembelajaran dan
pendekatan pembelajaran sosiologi di atas maka penulis berpandangan bahwa
pembelajaran sosiologi yang bermakna adalah pembelajaran sosiologi yang tidak
hanya sebatas transfer informasi dan ilmu pengetahuan saja, namun pembelajaran yang
mampu memfasilitasi pembelajar untuk menjadikan pengetahuan itu sebagai sarana
transformasi diri. Apalagi jika dikaitkan dengan konteks saat ini, bahwa setiap guru
sosiologi saat ini menghadapi siswa-siswi generasi digital (digital native). Generasi
tersebut bukan lagi generasi yang pasif dan terkekang dalam proses belajar. Bagi mereka
belajar tidak semata-mata untuk mengumpulkan dan menyimpan sebanyak mungkin
pengetahuan di memorinya demi menjadi generasi terdidik. Indikator manusia terdidik
pada era digital ini bukan lagi mampu atau tidaknya seseorang mencerna pengetahuan,
namun bagaimana ia memanfaatkan pengetahuan tersebut untuk mentransformasi dirinya.
Maka pembelajaran sosiologi yang bermakna hendaknya mampu memfasilitasi
siswanya untuk mengaktualisasikan potensi-potensi diri mereka dalam mengambil dan
mengungkapkan status serta peran masing-masing dalam kehidupan sosial dan budaya
masyarakat dimana mereka tinggal. Konkritnya kelas-kelas pembelajaran sosiologi
hendaknya secara komprehensif memfasilitasi siswanya untuk: 1) menguasai
pengetahuan Sosiologi, 2) mengembangkan praktek-praktek pengetahuan Sosiologi untuk
meningkatkan keterampilan sosial siswa dalam memecahkan masalah-masalah sosial, dan
3) menumbuhkan kepekaaan, kepedulian dan tanggungjawab memecahkan masalah-
masalah sosial. Bagi guru sosiologi, ada beberapa hal penting untuk mewujudkan
konsep ini, yaitu: 1) memahami setiap kompetensi dasar (KD) dengan benar, 2)
mengembangkan indikator pencapaian kompetensi (IPK) yang sesuai untuk mencapai KD;

5
3) mengembangkan aktivitas pembelajaran (pengalaman belajar) yang selaras dengan IPK;
4) mengembangkan bahan ajar, lembar kegiatan siswa, serta media yang sesuai dan
dibutuhkan untuk mencapai IPK, 5) mengembangkan instrumen penilaian untuk melihat
ketercapaian IPK; dan 6) mengembangkan RPP yang mengakomodasi aktivitas
pembelajaran (pengalaman belajar) beragam dan sesuai untuk mencapai IPK.

B. Merancang Pembelajaran Sosiologi Yang Bermakna


Seperti yang telah dikemukakan di atas, untuk mengimplementasikan konsep
pembelajaran bermakna, maka ada beberapa hal penting yang perlu dilakukan dalam
merancang pembelajaran sosiologi yang bermakna seperti yang digambarkan berikut ini.

1. Memahami KD
Kompetensi yang akan dicapai melalui pembelajaran sosiologi di SMA dijabarkan
dalam Kompetensi Dasar Pelajaran Sosiologi SMA di kelas X, XI, dan XII. Pengamatan
penulis, mayoritas guru membaca dan memaknai kalimat KD masih secara parsial, bukan
secara utuh sebagai satu kalimat KD yang memiliki makna dan tujuan. Misal Kompetensi
Dasar:
3.3 Mengenali dan mengidentifikasi realitas individu, kelompok, dan
hubungan sosioal di masyarakat.
4.2 Mengolah realitas individu, kelompok, dan hubungan sosial sehingga
mandiri dalam memposisikan diri dalam pergaulan sosial di masyarakat.
Berdasarkan pengalaman mendampingi guru dalam berbagai pelatihan, kebanyakan guru
mengartikan KD tersebut dengan mengacu pada bab dan sub bab pada buku-buku
pelajaran yang tersedia dan tidak membaca KD secara menyeluruh. Dalam contoh KD di
atas, guru masih memaknai secara parsial menjadi materi interaksi sosial, nilai, dan norma
sosial, sosialisasi dan pembentukan kepribadian. Sementara keterkaitan setelah siswa

6
mengenali dan mengidentifikasi realitas individu, kelompok, dan hubungan sosial dengan
sikap mandiri dalam memposisikan diri dalam pergaulan sosial di masyarakat siswa justru
terabaikan, sehingga ketercapaian KD tersebut masih perlu dipertanyakan. Hal ini terjadi
karena kecenderungan guru-guru sosiologi SMA masih berorientasi pada materi semata.
Kondisi seperti itu akan berimplikasi panjang, mulai dari penyusunan indikator
pencapaian kompetensi (IPK) yang kurang tepat, pemilihan aktivitas pembelajaran dan
pemilihan teknik penilaian yang tidak sesuai serta secara keseluruhan pembelajaran
menjadi tidak sesuai dengan tujuan yang diharapkan KD.

2. Mengembangkan IPK
Kompetensi dasar yang ada pada kurikulum harus dikembangkan menjadi indikator
pencapaian kompetensi (IPK). Ketika mengembangkan IPK tersebut, sangat mungkin
setiap guru sosiologi melakukan “break down” KD menjadi IPK yang berbeda-beda.
Masing-masing guru akan mempunyai strategi yang berbeda dalam mengembangkan IPK
sebagai tangga untuk mencapai tujuan pembelajaran atau mencapai ketercapaian atau
ketuntasan KD. Hal ini karena dalam mengembangkan IPK perlu menyesuaikan dengan
karakteristik siswa, situasi dan kondisi sekolah dan juga kemampuan guru itu sendiri.

Contoh:
KD IPK
3.4 Mendeskripsikan cara melakukan strategi 1. Menjelaskan konsep pemberdayaan
pemberdayaan komunitas dengan komunitas
mengedepankan nilai-nilai kearifan lokal di 2. Menjelaskan konsep kearifan lokal
tengah-tengah pengaruh globalisasi. 3. Menyusun proposal pemberdayaan
komunitas
4. Melaksanakan aksi pemberdayaan
4.4 merancang, melaksanakan, dan melaporkan
komunitas
aksi pemberdayaan komunitas dengan
5. Melaporkan aksi pemberdayaan
mengedepankan nilai-nilai kearifan lokal di
komunitas
tengah-tengah pengaruh globalisasi.

3. Mengembangkan Aktivitas
Setelah mengembangkan IPK maka fokus selanjutnya adalah merencanakan aktivitas
pembelajaran. Langkah ini sebenarnya menjawab pertanyaan “apa yang akan dilakukan
siswa untuk mencapai atau menuntaskan masing-masing IPK?”. Harus diperhatikan bahwa
seluruh IPK yang disusun telah terakomodir atau terwadahi pencapaiannya melalui
serangkaian aktivitas-aktivitas pembelajaran. Satu IPK bisa dicapai dengan 1 aktivitas
pembelajaran atau lebih, sangat mungkin juga beberapa IPK dapat dicapai melalui 1
aktivitas pembelajaran, misalkan IPK yang sifatnya pengetahuan beberapa konsepyang
terkait dapat digabung menjadi 1 aktivitas, dan sebaliknya 1 IPK dapat menjadi beberapa
aktivitas.

7
Contoh:
IPK Aktivitas Pembelajaran ( ... X TM)
1. Menjelaskan konsep 1. Menjelaskan konsep pemberdayaan komunitas melalui
pemberdayaan komunitas analisis contoh program pemberdayaan komunitas yang telah
2. Menjelaskan konsep diinformasikan/ publikasikan di internet. (1 x TM)
kearifan lokal 2. Menjelaskan konsep kearifan lokal melalui analisis contoh
3. Menyusun proposal eksistensi kearifan lokal di lingkungan sekitar. (2 x TM)
pemberdayaan komunitas 3. Menyusun rencana proyek aksi pemberdayaan komunitas. (2 x
4. Melaksanakan aksi TM)
pemberdayaan komunitas
4. Melaksanakan proyek aksi pemberdayaan komunitas. (2 x TM)
5. Melaporkan aksi
5. Menyusun laporan aksi pemberdayaan komunitas. (2 x TM)
pemberdayaan komunitas

4. Mengembangkan Bahan Ajar & Lembar Kerja Siswa


Setelah mengembangkan aktivitas maka langkah selanjutnya adalah melengkapi dengan
bahan ajar yang beragam dan lembar kerja yang akan menjadi pedoman siswa dalam
melakukan aktivitas pembelajaran. Bahan ajar di era digital saat ini sangat memungkinkan
seorang guru mencari atau memulung dari berbagai sumber, sehingga siswa belajar dari
beragam sumber belajar. Satu hal lagi yang penting adalah lembar kerja siswa, yakni wujud
nyata aktivitas pembelajaran yang sudah dituliskan dalam dalam rancangan aktivitas dan
RPP. Aktivitas pada lembar kerja siswa inilah yang akan menjadi panduan operasional bagi
guru dan siswa untuk mewujudkan pembelajaran yang telah direncanakan sebelumnya.
Bahkan LKS menjadi bagian penting untuk mengarahkan pada terjadinya pembelajaran
bermakna atau tidak, mendorong terjadinya pembelajarannya HOTS atau LOTS, atau
mendorong terjadi pembelajaran yang mengasah life skill siswa atau tidak. Untuk itu perlu
keselarasan antara IPK, aktivitas, bahan ajar dan LKS. Dapat dibayangkan jika KD dan IPK
menuntut pencapaian kompetensi yang tinggi pada siswa namun LKS yang digunakan
berisi aktivitas pembelajaran yang rendah, maka otomatis pencapaian kompetensi sulit
tercapai. Maka menyusun bahan ajar dan LKS menjadi langkah penting ketika seorang
guru sosiologi ketika ingin mewujudkan pembelajaran bermakna.

Contoh:
IPK Aktivitas Pembelajaran ( ... X TM)
1. Menjelaskan konsep 1. Menjelaskan konsep pemberdayaan komunitas melalui analisis
pemberdayaan contoh program pemberdayaan komunitas yang telah
komunitas diinformasikan/ publikasikan di internet. (1 x TM)
Bahan Ajar & LK
Modul/Buku Teks
Sumber belajar & informasi di Internet (berita, laporan, artikel, video dll.)
LKS 1

8
Berikut adalah contoh pengembangan Lembar Kerja Siswa.

LKS. 1 Identifikasi Contoh Aksi Pemberdayaan Komunitas


Tujuan:
Setelah mengerjakan Lembar Kerja ini diharapkan siswa mampu menjelaskan konsep pemberdayaan
berdasarkan analisis program pemberdayaan komunitas yang telah diinformasikan/publikasikan di
internet.
Langkah kerja:
1. Lakukan pencarian informasi tentang pelaksanaan program pemberdayaan di internet. Gunakan Google,
Google Cendekia atau Youtube. Informasi dapat berbentuk berita media masa online, laporan program,
artikel dalam jurnal ilmiah, atau video.
2. Download salah satu contoh program pemberdayaan masyarakat yang kalian temukan.
3. Buatlah sebuah analisis tentang program pemberdayaan masyarakat tersebut berdasarkan
komponennya.
4. Untuk membantu kalian dalam melakukan analisis, gunakan format berikut sebagai panduan.

No Komponen Uraian Hasil Analisis


1 Judul Program Deskripsikan judul pemberdayaan yang dianalisis
Pemberdayaan
2 Latar Belakang Uraikan permasalahan yang melatarbelakangi
Program dilaksanakannya program tersebut!
Pemberdayaan
Komunitas
3 Subyek Jelaskan pelaksana program tersebut!

4 Obyek Jelaskan sasaran program tersebut!

5 Bentuk Program Deskripsikan bentuk konkrit kegiatan dan tahapan


program tersebut!
6 Tujuan Program Deskripsikan tujuan program tersebut!
7 Dampak Program Uraikan dampak program terhadap permasalahan
yang dihadapi sasaran program!
8 Inspirasi Program Uraikan inspirasi pemberdayaan yang dapat
dicontoh dan dikembangkan kedepan dari
program tersebut!
9. Berdasarkan analisis yang telah diuraikan di atas, uraikan pendapat kalian tentang:
a. Pengertian pemberdayaan masyarakat
b. Tujuan pemberdayaan masyarakat

5. Buatlah laporan hasil analisis kalian. Laporan dapat kalian buat dalam bentuk laporan tertulis dengan
format table di atas, atau kalian dapat membuatnya dalam bentuk infografis, flayer atau video
presentasi.

9
5. Mengembangkan Instrumen Penilaian
Langkah berikutnya yang harus dipersiapkan secara cermat dalam mewujudkan
pembelajaran sosiologi yang bermakna adalah mengembangkan instrumen penilaian yang
selaras dengan KD, IPK dan aktivitas pembelajaran. Ketercapaian pemahaman atau
pengetahuan siswa atas materi yang diajarkan memang penting dalam sebuah
pembelajaran sosiologi, sehingga perlu dilihat tingkat ketercapaiannya melalui sebuah
proses penilaian kognitif. Namun perlu diingat dan kembali mencermati tujuan
pembelajaran sosiologi di SMA (Kurikulum 2013), bahwa pembelajaran sosiologi tidak
hanya bertujuan membekali penguasaan pengetahuan Sosiologi semata, namun juga
mengembangkan praktek-praktek pengetahuan Sosiologi untuk meningkatkan
keterampilan sosial siswa dalam memecahkan masalah-masalah sosial, dan
menumbuhkan kepekaaan, kepedulian dan tanggungjawab memecahkan masalah-masalah
sosial. Jika mencermati ini maka penilaian yang digunakan semaksimal mungkin mengarah
pada penilaian otentik dan penilaian yang basisnya pada aktivitas seperti aktivitas proyek
atau menghasilkan produk dan sebagainya. Dengan demikian konsep-konsep sosiologi
yang dipelajari siswa didorong untuk dipahami dan diinternalisasi siswa melalui aktivitas
nyata dan bukan dihafal untuk kepentingan menjawab soal ujian semata. Misalkan dalam
situasi dan kondisi yang hanya memungkinkan penilaian kognitif (umumnya pilihan ganda
dan esay), maka bentuk soal pun sudah tidak sepatutnya hanya mengarahkan siswa untuk
pandai menghafal materi sosiologi yang dipelajarinya. Jadi penilaian kognitif tidak untuk
menentukan siswa yang banyak hafal konsep-konsep sosiologi, namun hendaknya
menentukan siswa yang pandai mengidentifikasi, menganalisis terkait fenomena sosial
disekitarnya dengan memanfaatkan pengetahuan dan pemahamannya atas konsep-konsep
sosiologi yang dipelajarinya. Maka soal-soal yang berpola high order thinking dan
muatannya kontekstual sangat diperlukan.

Contoh:
IPK Aktivitas Pembelajaran ( ... X TM)
2. Menjelaskan konsep 2. Menjelaskan konsep pemberdayaan komunitas melalui analisis
pemberdayaan contoh program pemberdayaan komunitas yang telah
komunitas diinformasikan/ publikasikan di internet. (2 x TM)
Penilaian
Tehnik: Non Tes berupa Penilaian Produk
Instrumen: LKS dan Rubrik penilaian produk
Contoh Rubrik dapat dilihat pada Lampiran 2.

6. Mengembangkan RPP
Berdasarkan rancangan dan pengembangan yang dilakukan sebelumnya maka langkah
terakhir adalah merangkai itu semua menjadi sebuah skenario pembelajaran, atau dalam
dokumen formalnya mengembangkan sebuah rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP).
KD, IPK dan aktivitas pembelajaran menjadi acuan dalam menentukan model pembelajaran yang
akan diterapkan, sumber/bahan ajar dan media pembelajaran yang dibutuhkan, teknik penilaian

10
yang akan digunakan dan instrumen penilaian yang harus disiapkan. Sementara aktivitas
pembelajaran yang telah dirancang harus menjadi acuan guru untuk menyusun langkah-langkah
pembelajaran terutama pada bagian inti pembelajaran. Tentu saja dengan memperhatikan sintaks
atau langkah pembelajaran sesuai dengan model/metode pembelajaran yang sudah ditentukan.

Contoh:
IPK Aktivitas Pembelajaran ( ... X TM)
1. Menjelaskan konsep 1. Menjelaskan konsep pemberdayaan komunitas melalui analisis
pemberdayaan contoh program pemberdayaan komunitas yang telah
komunitas diinformasikan/ publikasikan di internet. (1 x TM)
Skenario /RPP (1 TM = 3 x 45’ )
DARING
Pertemuan 1
Guru share materi melalui WAG satu hari sebelum jadwal belajar dan meminta siswa
mempelajarinya
Melalui tatap maya di Google Meet: (15 menit)
 Guru mengkonfirmasi materi yang telah dibaca siswa.
 Guru menugaskan siswa dan menjelaskan teknis penyelesaian lembar kerja siswa
(LKS).
Siswa membaca modul dan melaksanakan aktivitas belajar sesuai petunjuk di LKS (90
menit).
Siswa mengunggah hasil kerjanya sesuai petunjuk LKS di Google Clasroom.
Melalui tatap maya di Google Meet: (30 menit)
 Guru meminta beberapa siswa untuk mempresentasikan hasil analisisnya.
 Guru mereview hasil presentasi siswa.
 Guru dan siswa melakukan refleksi bersama.
TATAP MUKA
Pertemuan 1
Guru menjelasan materi pengantar tentang pemberdayaan masyarakat (10 menit)
Guru menugaskan siswa untuk membaca modul dan menjelaskan teknis penyelesaian
lembar kerja siswa (LKS) (5 menit)
Siswa membaca modul dan melaksanakan aktivitas belajar sesuai petunjuk di LKS (75
menit)
Guru meminta beberapa siswa untuk mempresentasikan hasil kerjanya (30 menit)
Guru mereview hasil presentasi siswa (10 menit)
Guru dan siswa melakukan refleksi bersama (5 menit)
RPP utuh lihat lampiran 1.

C. Kreativitas Guru & Siswa dalam Pembelajaran Sosiologi Yang Bermakna


Ketika merancang pembelajaran sosiologi yang bermakna perlu ada satu hal yang
hendaknya terus menerus menyertainya, yaitu daya kerativitas dan inovasi guru dalam
mengajarkan materi-materi sosiologi. Tidak hanya semata-mata tujuannya untuk

11
meningkatkan hasil belajar, namun yang lebih utama adalah untuk memperbaiki dan
meningkatkan proses pembelajaran yang mampu memberikan pengalaman-pengalaman
belajar sesuai hakikat dan tujuan pembelajarn sosiologi. Penulis berpandangan bahwa
kreativitas dan inovasi yang tumbuh dalam mengajarkan sosiologi akan berdampak pada
minat dan motivasi siswa yang selama ini menjadi masalah. Sebagai ilustrasi adalah contoh
kreativitas dan inovasi seorang guru sosiologi di SMA di Kota Semarang. Dalam sebuah
artikel, Insriani (2011) dengan sangat gamblang menceritakan pengalaman-
pengalamannya selama mengajarkan materi-materi sosiologi di SMA. Apa yang dilakukan
Insriani sesungguhnya cerminan dari harapan dan tujuan pembelajaran sosiologi yang
diharapkan.
Kesadaran Insriani untuk melakukan perubahan dalam mengajarkan sosiologi di SMA
bermula dari rendahnya minat belajar sosiologi. Jika dianalisis, maka sumber
permasalahannya adalah hampir sama dengan permasalahan mendasar pembelajaran
sosiologi yang penulis uraikan di awal tulisan ini. Maka kreativitas dan inovasinya muncul
dengan menerapkan strategi yang kreatif dan inovatif dalam mengajarkan sosiologi di
kelasnya antara lain dengan membiasakan mengajukan pertanyaan kritis, eksplorasi
artikel dan gambar/foto, eksplorasi film, penelitian sederhana dan meyusun catatan
harian. Lebih lanjut Insriani (2011) menjelaskan bahwa melalui strategi ini, pembelajaran
yang bersifat konstruktivisme lebih mudah dioperasionalkan. Cara ini lebih memberikan
kesempatan kepada siswa untuk membangun pembelajaran secara mandiri dan
menjadikan siswa lebih dekat memahami kenyataan sosial sebagai bagian dari
kehidupannya sekaligus sebagai materi pembelajaran sosiologi. Inspirasi dari pengalaman
tersebut adalah bahwa kreativitas dan inovasi guru dalam melaksanakan pembelajaran
sosiologi sangat diperlukan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan dalam
mengajarkan sosiologi di tingkat SMA dan sangat dimungkinkan untuk dilaksanakan oleh
para guru SMA mata pelajaran sosiologi. Untuk menumbuhkan jiwa kreatif dan inovatif
membutuhkan pemahaman yang benar dan menyeluruh tentang pembelajaran sosiologi
yang dibarengi dengan kesadaran guru untuk melakukan refleksi serta perubahan dalam
melaksanakan pembelajaran sosiologi di SMA.
Selain itu, kreativitas dan inovasinya dalam menyampaikan materi sosiologi kemudian
mendorong inovasi dan kreativitas siswanya pula. Eksplorasi artikel, gambar/foto,
eksplorasi film, penelitian sederhana. meyusun catatan harian yang dicontohkan akan
menumbuhkan daya inovasi dan kreativitas siswa. Makna belajar sosiologi tidak lagi
dimaknai dengan nilai tinggi pada skor ulangan, ujian tengah semester dan ujian akhir
semester semata. Namun dimaknai sebagai mata pelajaran yang memfasilitasi setiap
siswanya dalam mengembangkan praktek-praktek pengetahuan Sosiologi untuk
meningkatkan keterampilan sosial dalam memecahkan masalah-masalah sosial,
menumbuhkan kepekaaan, kepedulian dan tanggungjawab memecahkan masalah-masalah
sosial, serta proses pembelajaran yang memfasilitasi pengembangan kreativitas siswa
melalui aktivitas berpikir kritis, mengemukakan ide/gagasan baik lisan maupun tulisan,
merencanakan dan melaksanakan proyek, mengembangkan produk dll.

12
Kesimpulan
Pembelajaran pada mata pelajaran sosiologi pada jenjang SMA sangat
diharapakan memberi kontribusi pada pengembangan kompetensi generasi bangsa, tidak
hanya kompetensi-kompetensi yang harus dicapai sesuai standar kurikulum, namun soft
skill yang diperlukan mereka untuk menghadapi tantangan kehidupan pada masanya.
Untuk itu pembelajaran sosiologi diharapkan memberikan sebuah aktivitas dan
pengalaman belajar yang bermakna bagi siswanya, yaitu pembelajaran sosiologi yang tidak
hanya sebatas transfer informasi dan ilmu pengetahuan semata, namun pembelajaran
yang mampu memfasilitasi pembelajar untuk menjadikan pengetahuan itu sebagai sarana
transformasi diri. Maka diperlukan kelas-kelas pembelajaran sosiologi yang secara
komprehensif memfasilitasi siswanya untuk: 1) menguasai pengetahuan Sosiologi, 2)
mengembangkan praktek-praktek pengetahuan Sosiologi untuk meningkatkan
keterampilan sosial siswa dalam memecahkan masalah-masalah sosial, dan 3)
menumbuhkan kepekaaan, kepedulian dan tanggungjawab memecahkan masalah-
masalah sosial. Pada era merdeka belajar saat ini sudah saatnya semua guru mata
pelajaran sosiologi bertransformasi diri untuk mewujudkan pembelajaran sosiologi yang
bermakna dengan segala inovasi dan kreativitasnya masing-masing. Dukungan kebijakan
merdeka belajar dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah turun, sudah
selayaknya disambut para guru dengan semangat inovasi dan kreativitas dalam merancang
dan melaksanakan pembelajaran sosiologi tanpa terbelenggu dengan UN.

Referensi

Hanum, Farida. (2011). Konsep, Materi Dan Pembelajaran Sosiologi. Makalah pada
Seminar Regional Pembelajaran dan Pendidikan Karakter Mapel Sosiologi di UNS
Hanum, Farida. (2005). Pengembangan Pembelajaran Pendidikan Sosiologi Berbasis
Kompetensi. Makalah Semiloka Dosen dan Guru-Guru Sosiologi di IKIP Singaraja
Bali
Insriani, Hezti. (2011). Pembelajaran Sosiologi Yang Menggugah Minat Siswa. Jurnal
Komunitas 3 (1) tahun 2011 halaman 92-102. Semarang: Universitas Negeri
Semarang
Robet, Robertus. (2014). Harmoni dan Struktur Yang Statis: Wajah Sosiologi dalam Buku
Pelajaran Sosiologi SMA. Makalah yang tidak dipublikasikan.
Robet, Robertus. (2015). Arah Perbaikan Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Sosiologi.
Makalah yang tidak dipublikasikan.
Santosa, Agus. (2009). Pembelajaran Sosiologi di SMA
https://agsasman3yk.wordpress.com/2009/07/13/sosiologi-sma/ diakses pada
28 Mei 2020
Tim Penyusun, (2015). Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 Tahun 2015
Mata Pelajaran Sosiologi. Jakarta: Kemdikbud

13
Lampiran 1. Contoh RPP

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)- Moda Daring


Mata Pelajaran : Sosiologi Kelas/Semester : XII/Genap
Sekolah : SMA Alokasi Waktu : 1 pertemuan (3x45 menit)
Materi Pokok : Pemberdayaan komunitas Pertemuan ke- :1

Tujuan Pembelajaran:
Melalui kegiatan membaca modul dan mengerjakan lembar kerja, siswa mampu
mendeskripsikan konsep pemberdayaan komunitas berdasarkan analisis contoh program
pemberdayaan komunitas.

Kegiatan Pembelajaran:
 Guru share materi melalui WAG satu hari sebelum jadwal belajar dan meminta siswa
mempelajarinya
 Melalui tatap maya di Google Meet: (15 menit)
o Guru menjelasan materi pengantar tentang pemberdayaan masyarakat
o Guru menugaskan siswa untuk membaca modul dan lembar kerjas siswa tentang
pemberdayaan masyarakat
o Guru menjelaskan teknis penyelesaian lembar kerja siswa (LKS)
 Siswa membaca modul dan melaksanakan aktivitas belajar sesuai petunjuk di LKS (75 menit)
 Siswa mengunggah hasil proyeknya sesuai petunjuk LKS di Google Clasroom
 Melalui tatap maya di Google Meet: (45 menit)
o Guru meminta beberapa siswa untuk mempresentasikan hasil analisisnya
o Guru mereview hasil presentasi siswa
o Guru dan siswa melakukan refleksi bersama

Model dan Sumber Pembelajaran:


Model Pembelajaran : Inquiry
Bahan/Sumber Belajar : Modul, LKS dan sumber belajar berbasis internet
Media Pembelajaran : Slide, Internet, GoogleMeet, Google Classroom

Penilaian:
Tehnik & Bentuk Penilaian : Non Tes berupa Penilaian Produk
Instrumen : LKS dan Rubrik penilaian produk

14
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)- Moda Tatap Muka
Mata Pelajaran : Sosiologi Kelas/Semester : XII/Genap
Sekolah : SMA Alokasi Waktu : 1 pertemuan (3x45 menit)
Materi Pokok : Pemberdayaan komunitas Pertemuan ke- :1

Tujuan Pembelajaran:
Melalui kegiatan membaca modul, diskusi dan mengerjakan lembar kerja, siswa mampu
mendeskripsikan konsep pemberdayaan komunitas berdasarkan contoh program pemberdayaan
komunitas.

Kegiatan Pembelajaran:
 Guru menjelaskan materi pengantar tentang pemberdayaan masyarakat (10 menit)
 Guru menugaskan siswa untuk membaca modul dan menjelaskan teknis penyelesaian lembar
kerja siswa (LKS) (5 menit)
 Siswa membaca modul dan melaksanakan aktivitas belajar sesuai petunjuk di LKS (75 menit)
 Guru meminta beberapa siswa untuk mempresentasikan hasil proyeknya (30 menit)
 Guru mereview hasil presentasi siswa (10 menit)
 Guru dan siswa melakukan refleksi Bersama (5 menit)

Model dan Sumber Pembelajaran:


Model Pembelajaran : Inquiry
Bahan/Sumber Belajar : Modul, LKS dan sumber belajar berbasis internet
Media Pembelajaran : Slide, Internet, GoogleMeet, Google Classroom

Penilaian:
Tehnik & Bentuk Penilaian : Non Tes berupa Penilaian Produk
Instrumen : LKS dan Rubrik penilaian produk

15
Lampiran 2. Contoh Rubrik

Rubrik Penilaian Produk Laporan Analisis Program Pemberdayaan Masyarakat


Komponen Skor Deskripsi
Uraian 8 komponen 40 Setiap menguraikan 1 komponen dengan jelas dan benar
sesuai petunjuk skornya 5
Ketepatan pemilihan 15 Jika contoh yang dipilih merupakan program
contoh program pemberdayaan yang sesuai dan jelas sumbernya
pemberdayaan 10 Jika contoh yang dipilih merupakan program
pemberdayaan yang sesuai namun tidak jelas
sumbernya
5 Jika contoh yang dipilih merupakan program
pemberdayaan yang kurang sesuai dan tidak jelas
sumbernya
Menjelaskan pengertian 15 Jika pengertian dijelaskan dengan tepat
pemberdayaan dengan 10 Jika pengertian dijelaskan dengan kurang tepat
kalimat sendiri 5 Jika pengertian dijelaskan dengan tidak tepat
Menjelaskan tujuan 15 Jika tujuan dijelaskan dengan tepat
pemberdayaan dengan 10 Jika tujuan dijelaskan dengan kurang tepat
kalimat sendiri 5 Jika tujuan dijelaskan dengan tidak tepat
Isi dan Bentuk Laporan 15 Jika laporan menggambarkan contoh yang dianalisis
Analisis dengan jelas, disusun dengan runtut dan disajikan
10 secara kreatif
Jika laporan menggambarkan contoh yang dianalisis
dengan jelas, disusun dengan runtut namun kurang
5 kreatif dalam menyajikan
Jika laporan kurang menggambarkan contoh yang
dianalisis, disusun secara tidak runtut dan kurang
kreatif dalam menyajikan
Skor Maksimal 100

16
Lampiran 3. Contoh lain LKS dan RPP dengan Model Self-Organized Learning
Environments (SOLE)

LKS 2. Eksistensi Kearifan Lokal


Tujuan:
Setelah mengerjakan Lembar Kerja ini diharapkan siswa mampu mengidentifikasi contoh
kearifan lokal yang ada di daerah sekitar tempat tinggalnya dan melakukan analisis eksistensi
kearifan lokal tersebut dalam menjawab tantangan permasalahan kehidupan bermasyarakat.

Langkah-langkah:
1. Buat grup berdasarkan daerah tempat tinggal/daerah asal (misal berdasar dusun/kampung,
desa atau kecamatan)
2. Temukan jawaban pertanyaan “Mungkinkah kearifan lokal di daerahmu mampu
bertahan pada saat ini dan masa depan?”
3. Langkah yang harus dilakukan untuk dapat menjawab pertanyaan ini:
a. Carilah informasi dan data tentang kearifan lokal di masyarakat tempat tinggal kalian
b. Sumber informasi bisa kalian dapatkan melalui internet atau melakukan wawancara
dengan orang tua atau tokoh masyarakat. Dapat pula menggunakan sumber informasi
dari buku, surat kabar, hasil penelitian yang telah dipublikasikan melalui baik cetak
maupun melalui internet.
c. Tentukan satu saja kearifan local yang kalian temukan tersebut.
d. Lakukan identifikasi terkait eksistensi kearifan lokal tersebut dalam menjawab
tantangan permasalahan masyarakat dimana kearifan lokal tersebut ada.
e. Untuk membantu kalian dalam melakukan identifikasi, gunakan format berikut sebagai
panduan.
NO Komponen Uraian Hasil Identifikasi
1 Deskripsi Deskripsikan tentang nama/sebutan dan bentuk kearifan local
yang ditemukan, serta gambaran singkat tujuan dan fungsi
kearifan local tersebut bagi masyarakat.
2 Sumber Jelaskan sumber informasi untuk mendapatkan informasi
Informasi tentang kearifan local yang diidentifikasi. Uraikan pula proses
mendapatkan informasi tersebut.
3 Eskistensi Jelaskan bagaimana eksistensi dari kearifan local tersebut saat
ini. Jika masih ada, uraikan bagaimana masyarakat
mempertahankannya. Jika sudah luntur bahkan punah, uraikan
sejak kapan dan apa penyebabnya.
4 Manfaat Uraikan manfaat kearifan local tersebut bagi masyarakat,
khususnya dalam menghadapi permasalahan kehiduan
bermasyarakat sehari hari saat ini. Jika sudah punah uraikan
manfaat bagi masyarakat saat kearifan local tersebut masih
ada.
5 Kesimpulan Berdasarkan identifikai kalian, simpulkan dengan menjawab

17
pertanyaan berikut “mungkinkah kearifan lokal di daerahmu
mampu bertahan pada saat ini dan masa depan?” berikan
alasannya secara singkat dan mudah dipahami.

4. Selama mengerjakan LKS ini, kalian boleh saling bertukar anggota antar grup dan saling
sharing sumber informasi untuk saling memperkuat data dan analisis dengan grup lain yang
berasal dari daerah yang berbeda.
5. Buatlah laporan hasil identifikasi kalian. Laporan dapat kalian buat dalam bentuk laporan
tertulis dengan format table di atas, atau kalian dapat membuatnya dalam bentuk
infografis, flayer atau video presentasi.

18
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)- Moda Daring
Mata Pelajaran : Sosiologi Kelas/Semester : XII/Genap
Sekolah : SMA Alokasi Waktu : 2 pertemuan (3x45 menit)
Materi Pokok : Pemberdayaan komunitas Pertemuan ke- : 2 dan 3

Tujuan Pembelajaran:
Melalui kegiatan membaca modul dan mengerjakan lembar kerja, peserta didik mampu:
1. mengidentifikasi contoh kearifan lokal yang ada di daerah sekitar tempat tinggalnya
2. melakukan analisis eksistensi kearifan lokal tersebut dalam menjawab tantangan
permasalahan kehidupan bermasyarakat.

Kegiatan Pembelajaran:
Pertemuan 2
 Melalui tatap maya di Google Meet: (30 menit)
o Guru menjelasan materi pengantar tentang kearifan lokal
o Guru menugaskan siswa untuk membaca modul dan lembar kerjas siswa tentang
kearifan lokal
o Guru menjelaskan teknis penyelesaian lembar kerja siswa (LKS)
 Siswa membaca modul dan melaksanakan aktivitas belajar sesuai petunjuk di LKS untuk
menjawab pertanyaan “mungkinkah kearifan lokal di daerahmu mampu bertahan pada
saat ini dan masa depan?” (105 menit)
 Siswa mengunggah hasil kerjanya sesuai petunjuk LKS di Google Clasroom

Pertemuan 3
 Melalui tatap maya di Google Meet: (10 menit)
o Guru mereview kembali materi tentang kearifan lokal
 Guru meminta Siswa menyiapkan presentasi hasil kerjanya yang telah diunggah di Google
Clasroom
 Melalui tatap maya di Google Meet: (125 menit)
o Guru meminta beberapa siswa untuk mempresentasikan hasil kerjanya
o Guru mereview hasil presentasi siswa
o Guru memberikan penguatan materi tentang kearifan lokal
o Guru dan siswa melakukan refleksi bersama

Model dan Sumber Pembelajaran:


Model Pembelajaran : Inquiry
Bahan/Sumber Belajar : Modul, LKS dan sumber belajar berbasis internet
Media Pembelajaran : Slide, Internet, GoogleMeet, Google Classroom

Penilaian:
Tehnik & Bentuk Penilaian : Non Tes berupa Penilaian Produk
Instrumen : LKS dan Rubrik penilaian produk

19
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)- Moda Tatap Muka
Mata Pelajaran : Sosiologi Kelas/Semester : XII/Genap
Sekolah : SMA Alokasi Waktu : 2 pertemuan (3x45 menit)
Materi Pokok : Pemberdayaan komunitas Pertemuan ke- : 2 dan 3

Tujuan Pembelajaran:
Melalui kegiatan membaca modul, diskusi dan mengerjakan lembar kerja, peserta didik
mampu:
1. mengidentifikasi contoh kearifan lokal yang ada di daerah sekitar tempat tinggalnya dan
2. menganalisis eksistensi kearifan lokal tersebut dalam menjawab tantangan permasalahan
kehidupan bermasyarakat.

Kegiatan Pembelajaran:
Pertemuan 2
 Guru menjelasan materi pengantar tentang kearifan local (15 menit)
 Guru menugaskan siswa untuk membaca modul dan lembar kerjas siswa tentang kearifan
lokal dan menjelaskan teknis penyelesaian lembar kerja siswa (LKS) untuk menjawab
pertanyaan “mungkinkah kearifan lokal di daerahmu mampu bertahan pada saat ini dan
masa depan?”(5 menit)
 Siswa membaca modul dan melaksanakan aktivitas belajar sesuai petunjuk di LKS (100
menit)
 Guru menjelaskan format penyusunan laporan penyelesaian tugas siswa sesuai LKS (15
menit)
 Siswa menyelesaikan laporan tugas di rumah

Pertemuan 3
 Guru mereview kembali materi tentang kearifan local (10 menit)
 Guru meminta Siswa menyiapkan presentasi hasil kerjanya (5 menit)
 Guru meminta beberapa siswa untuk mempresentasikan hasil kerjanya (75 menit)
 Guru mereview hasil presentasi siswa (15 menit)
 Guru memberikan penguatan materi tentang kearifan local (15 menit)
 Guru dan siswa melakukan refleksi Bersama (15 menit)

Model dan Sumber Pembelajaran:


Model Pembelajaran : Inquiry
Bahan/Sumber Belajar : Modul, LKS dan sumber belajar berbasis internet
Media Pembelajaran : Slide, Internet, GoogleMeet, Google Classroom

Penilaian:
Tehnik & Bentuk Penilaian : Non Tes berupa Penilaian Produk
Instrumen : LKS dan Rubrik penilaian produk

20
Rubrik Penilaian Produk:
Laporan Mengidentifikasi Contoh Kearifan Lokal Di Daerah Sekitar Tempat Tinggal
Komponen Skor Deskripsi
Uraian 4 40 Setiap menguraikan 1 komponen dengan jelas dan benar sesuai
komponen petunjuk skornya 10
Sumber 20 Laporan menjelaskan sumber informasi yang jelas dan
Informasi menggambarkan proses mendapatkan informasi yang jelas pula.
15 Laporan menjelaskan sumber informasi yang jelas namun kurang
jelas menggambarkan proses mendapatkan informasi. (atau
5 sebaliknya)
Laporan menjelaskan sumber informasi yang kurang jelas dan
kurang jelas pula dalam menggambarkan proses mendapatkan
informasi.
Isi dan Bentuk 20 Jika laporan menggambarkan 1 kearifan local dengan jelas,
Laporan disusun dengan runtut dan disajikan secara kreatif
15 Jika laporan menggambarkan 1 kearifan local dengan jelas,
disusun dengan runtut namun kurang kreatif dalam menyajikan
5 Jika laporan kurang menggambarkan 1 kearifan local, disusun
secara tidak runtut dan kurang kreatif dalam menyajikan
Kesimpulan 20 Jika kesimpulan secara tegas dan jelas menjawab pertanyaan
“mungkinkah kearifan lokal di daerahmu mampu bertahan
pada saat ini dan masa depan?” dan memberikan alasannya
secara singkat dan mudah dipahami.
15 Jika kesimpulan secara tegas dan jelas menjawab pertanyaan
“mungkinkah kearifan lokal di daerahmu mampu bertahan
pada saat ini dan masa depan?” namun tidak memberikan
alasannya secara singkat dan mudah dipahami.
5 Jika kesimpulan tidak tegas dan tidak jelas menjawab
pertanyaan “mungkinkah kearifan lokal di daerahmu mampu
bertahan pada saat ini dan masa depan?” dan tidak
memberikan alasannya secara singkat dan mudah dipahami.
Skor Maksimal 100

21

Anda mungkin juga menyukai