NYERI AKUT
B. Patofisiologi
Nyeri merupakan campuran reaksi fisik, emosi, perilaku. Cara yang paling
baik untuk memahami pengalaman nyeri, akan membantu untuk menjelaskan
tiga komponen fisiologis berikut yakni: resepsi, persepsi, dan reaksi.
Resepsi : Proses perjalanan nyeri.
Persepsi : Kesadaran seseorang terhadap nyeri. Adanya stimuli yang
mengenai tubuh ( mekanik, termal, kimia ) akan menyebabkan pelepasan
substansi kimia ( histamine, bradikinin, kalium ). Substansi tersebut
menyebabkan nosiseptor bereaksi, apabila nosiseptor mencapai ambang
nyeri maka akan timbul impuls saraf yang akan dibawa menghantarkan
sensasi berupa sentuhan, getaran, suhu hangat dan tekanan halus. Reseptor
terletak di struktur permukaan.
Reaksi : Respon fisiologis dan
perilaku setelah mempersepsikan nyeri.
Stimulus penghasil nyeri mengirim impuls melalui serabut saraf perifer.
Serabut nyeri memasuki medulla spinalis dan menjalani salah satu dari beberapa
rute saraf dan akhirnya sampai kedalam masa berwarna abu-abu di medulla
spinalis.
Terdapat pesan nyeri dan berinteraksi dengan sel-sel saraf inhibitor,
mencegah stimulus nyeri mencapai otak atau trasmisi tanpa hambatan ke korteks
serebral. Maka otak menginterpretasi kualitas nyeri dan memproses informasi
tentang pengalaman dan pengetahuan yang lalu serta asosiasi kebudayaan dalam
upaya mengekspresikan nyeri.
C. Manifestasi klinik
1. Gangguam tidur
2. Posisi menghindari nyeri
3. Gerakan menghindari nyeri
4. Raut wajah kesakitan (menangis,merintih)
5. Perubahan nafsu makan
6. Tekanan darah meningkat
7. Pernafasan meningkat
8. Depresi
D. Komplikasi
2. Edema Pulmonal
3. Kejang
4. Masalah Mobilisasi
5. Hipertensi
6. Hipertermi
7. Gangguan pola istirahat dan tidur
7.
E. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik sangat penting dilakukan agar dapat mengetahui
apakah ada perubahan bentuk atau fungsi dari bagian tubuh pasien yang dapat
menyebabkan timbulnya rasa nyeri seperti :
1. Melakukan pemeriksaan laboratorium dan radiologi
2. Menggunakan skala nyeri
1) Ringan = Skala nyeri 1-3 : Secara objektif pasien masih dapat
berkomunikasi dengan baik
2) Sedang = Skala nyeri 4-6 : Secara objektif pasien dapat menunjukkan lokasi
nyeri, masih merespon dan dapat mengikuti instruksi yang diberikan
3) Berat = Skala nyeri 7-9 : Secara objektif pasien masih bisa merespon,
namun terkadang klien tidak mengikuti instruksi yang diberikan.
4) Nyeri sangat berat = Skala 10 : Secara objektif pasien tidak mampu
berkomunikasi dan klien merespon dengan cara memukul.
F. Penatalaksanaan Medis
a. Penatalaksanaan Terapi
1. Mengajarkan teknik distraksi dan relaksasi
Contoh : membaca buku, menonton tv , mendengarkan musik dan bermain.
2. Stimulaisi kulit, beberapa teknik untuk stimulasi kulit antara lain - Kompres
dingin
- Counteriritan, seperti plester hangat.
b. Penatalaksanaan Operatif
1. Analgesik akan lebih efektif diberikan sebelum pasien merasakan nyeri yang
berat dibandingkan setelah mengeluh nyeri.
2. Plasebo
Plasebo merupakan obat yang tidak mengandung komponen obat analgesik
seperti gula, larutan garam/ normal saline, atau air. Terapi ini dapat
menurunkan rasa nyeri, hal ini karena faktor persepsi kepercayaan pasien.
B. Tinjauan Teori Askep Kebutuhan Dasar Gangguan Rasa Nyaman Nyeri a.
Pengkajian
Pengkajian nyeri yang faktual (terkini), lengkap dan akurat akan memudahkan
perawat di dalam menetapkan data dasar, menegakkan diagnose keperawatan yang
tepat, merencanakan terapi pengobatan yang cocok, dan memudahkan perawat dalam
mengevaluasi respon klien terhadap terapi yang di berikan.
Tindakan perawat yang perlu dilakukan dalam mengkaji pasien selama nyeri akut
adalah:
1. Mengkaji perasaan klien (respon psikologis yang muncul).
2. Menetapkan respon fisiologis klien terhadap nyeri dan lokasi nyeri.
3. Mengkaji tingkat keparahan dan kualitas nyeri.
Pengkajian selama episode nyeri akut sebaiknya tidak dilakukan saat klien dalam
keadaan waspada (perhatian penuh pada nyeri), sebaiknya perawat berusaha untuk
mengurangi kecemasan klien terlebih dahulu sebelum mencoba mengkaji kuantitas
persepsi klien terhadap nyeri. Sedangkan untuk pasien dengan nyeri kronis maka
pengkajian yang lebih baik adalah dengan memfokuskan pengkajian pada dimensi
perilaku, afektif, kognitif (NIH, 1986; McGuire, 1992).
1) Data Subjektif
Pasien mengatakan nyeri di bagian jalan lahir akibat luka pada perineum
Pasien mengatakan tidak nyaman saat bergerak karena nyerinya belum berkurang
2) Data Objektif
1. Tanda-tanda vital pasien dalam batas normal
2. Pasien terlihat belum mampu bergerak bebas
3. Pasien tampak lemas
b. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut (Carpenito, 2012)
1) Berhubungan dengan kontraksi uterus selama persalinan
2) Berhubungan dengan trauma pada perineum selama persalinan, dan kelahiran
3) Berhubungan dengan involusi dan pembengkakan payudara
b. Perencanaan
1. Prioritas Diagnosa Keperawatan Nyeri akut
2. Rencana Asuhan Keperawatan
a. Diagnose Keperawatan
1. Rencana Tujuan
Setelah diberikan tindakan keperawatan selama …x24 jam diharapkan
nyeri akut berkurang
2. Kriteria Hasil
1) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
2) Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab, mampu menggunakan
teknik nin farmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan.
3) Mampu mengenali nyeri (skala nyeri)
4) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen
nyeri.
3. Rencana Tindakan
1. Observasi keadaan umum pasien dan tanda-tanda vital pasien Rasional
: untuk mengetahui perkembangan umum pasien.
2. Kaji keluhan nyeri termasuk lokasi, lamanya dan intensitas (skala 1-
10) Rasional : nyeri merpakan pengalaman subjektif yang harus dijelaskan oleh pasien,
identifikasikan karakteristik nyeri dak factor yang berhubunganmerupakan hal penting untuk
memilih intervensi yang cocok.
3. Beri posisi yang nyaman
Rasional : untuk merelaksasikan pasien agar nyerinya berkurang.
4. Ajarkan tentang teknik distraksi dan relaksasi Rasional : untuk
mengurangi rasa nyeri.
5. Kolaborasi dalam pemberian vitamin A (2x1) setiap 12 jam Rasional :
agar kesehatan Ibu lebih cepat pulih setelah melahirkan.
c. Implementasi atau Pelaksanaan
Pelaksanaan keperawatan adalah langkah ke empat dalam tahap proses
keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan
keperawatan) yang telah direncanakan dalam tindakan keperawatan (Azis
Alimul,2009)
d. Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan 2 cara yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.
1. Evaluasi Formatif
Evaluasi yang dilakukan berdasarkan respon pasien terhadap tindakan yang
dilakukan.
2. Evaluasi Sumatif
Evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui secara keseluruhan apakah tujuan
tercapai atau tidak.
C. Daftar Pustaka
Nurafif H. Amin dan H. Kusuma. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC jilid 3. Yogyakarta : MediAction.
Cardenito, L.J. 2000. Buku Saku diagosa Keperawatan Edisi 8. Jakarta : EGC.
Doenges, M.E. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan Maternal Edisi 3. Jakarta : EGC.