DIABETES MELITUS
EPIDEMIOLOGI DIABETES MELITUS terhadap efek buruk pengaruh barat, antara lain bangsa
Melanesia dan Eskimo. Di samudera Pasifik, diabetes
Pola penyakit saat ini dapat dipahami dalann rangka transisi melitus sangat jarang terdapat pada orang Polinesia yang
epidemiologis, suatu konsep mengenai perubahan pola masih melakukan gaya hidup tradisional, beda dengan
kesehatan dan penyakit. Konsep tersebut hendak mencoba daerah urban seperti Mikronesia, G u a m , Nauru dan
menghubungkan hal-hal tersebut dengan morbiditas negara-negara Polinesia seperti Tonga, Hawai, Tahiti, di
dan mortalitas pada beberapa golongan penduduk dan mana jumlah pasien diabetes sangat tinggi. Begitu pula
menghubungkannya dengan faktor sosioekonomi serta banyak penelitian yang menunjukkan adanya kenaikan
demografi masyarakat masing-masing. prevalensi diabetes pada penduduk emigran seperti pada
Dikenal 3 periode dalam transisi epidemiologis. Hal orang Yahudi yang berasal dari Yaman dan pindah ke Israel,
tersebut terjadi tidak saja di Indonesia tetapi j u g a di masyarakat India di Afrika Selatan, orang Indian di Amerika
negara-negara lain yang sedang berkembang. Serikat dan penduduk asli di Australia yang ber"migrasi"
P e r i o d e I. Era p e s t i l e n c e d a n k e l a p a r a n . D e n g a n ke daerah perkotaan.
kedatangan orang-orang barat ke Asia pada akhir abad Sebagai dampak positif pembangunan yang
ke-15, datang pula penyakit-penyakit menular seperti pes, dilaksanakan oleh pemerintah dalam kurun waktu 60
kolera, influenza, tuberkulosis dan penyakit kelamin, yang tahun merdeka, pola penyakit di Indonesia mengalami
meningkatkan angka kematian. Harapan hidup bayi-bayi pergeseren yang cukup meyakinkan. Penyakit infeksi
rendah dan pertambahan penduduk juga sangat rendah dan kekurangan gizi berangsur turun, meskipun diakui
pada waktu itu. bahwa angka penyakit infeksi ini masih dipertanyakan
dengan timbulnya penyakit baru seperti Hepatitis B dan
Periode II. Pandemi berkurang pada akhir abad ke-19.
AIDS, j u g a angka kesakitan TBC yang tampaknya masih
Dengan perbaikan gizi, higiene serta sanitasi, penyakit
tinggi.dan akhir-akhir ini flu burung, demam berdarah
menular berkurang dan mortalitas menurun. Rata-rata
dengue (DBD), antraks dan polio melanda negara kita
harapan hidup pada waktu lahir meningkat dan jumlah yang kita cintai ini. Di lain pihak penyakit menahun
penduduk seperti di pulau Jawa nampak bertambah. yang disebabkan oleh penyakit degeneratif, di antaranya
P e r i o d e I I I . P e r i o d e ini m e r u p a k a n e r a p e n y a k i t diabetes m e n i n g k a t d e n g a n t a j a m . Perubahan pola
degeneratif dan pencemaran. Karena komunikasi yang penyakit itu diduga ada hubungannya dengan cara hidup
lebih baik dengan masyarakat barat serta adopsi cara yang berubah. Pola makan di kota-kota telah bergeser
kehidupan barat, penyakit-penyakit degeneratif seperti dari pola makan tradisional yang mengandung banyak
hipertensi, penyakit kardiovaskular dan diabetes melitus karbohidrat dan serat dari sayuran, ke pola makan ke
meningkat. Tetapi apabila kontak dengan barat kurang barat-baratan, dengan komposisi makanan yang terlalu
dan masih terdapat kehidupan tradisional, seperti di banyak mengandung protein, lemak, gula, garam dan
daerah pedesaan penyakit-penyakit tersebut umumnya mengandung sedikit serat. Komposisi makanan seperti
jarang ditemukan. ini terutama terdapat pada makanan siap santap yang
Dari penelitian Zimmet (1978) dapat dilihat bahwa akhir-akhir ini sangat digemari terutama oleh anak-anak
beberapa golongan etnik mempunyai semacam proteksi muda.
2316 DIABETES MILITUS
Di samping itu cara hidup yang sangat sibuk dengan pengambil kebijakan harus mempertimbangkan untuk
pekerjaan dari pagi sampai sore bahkan kadang-kadang mengalokasikan dana kesehatan yang lebih menekankan
sampai malam hari duduk di belakang meja menyebabkan kepada segi preventif daripada kuratif Rupanya inilah
tidak adanya kesempatan untuk berekreasi atau berolah keunggulan negara-negara maju di luar AS yang tadi
raga, apalagi bagi para eksekutif hampir tiap hari harus disebut.
lunch atau dinner dengan para relasinya dengan menu
m a k a n a n barat y a n g ' a d u h a i ' . Pola h i d u p b e r i s i k o
seperti inilah yang menyebabkan tingginya kekerapan D I A B E T E S M E L I T U S DI M A S A D A T A N G
penyakit j a n t u n g koroner (PJK), hipertensi, diabetes,
hiperlipidemia. Di antara penyakit degeneratif, diabetes adalah salah satu
Menarik sekali apa yang dimuat dalam majalah Fortune di antara penyakit tidak menular yang akan meningkat
edisi bulan Juni 1991 yang menganalisis perkembangan jumlahnya di masa datang. Diabetes sudah merupakan
e k o n o m i di A s i a . D i k a t a k a n b a h w a perkembangan salah sau ancaman utama bagi kesehatan umat manusia
ekonomi di kawasan ini sangat menggembirakan. Yang pada a b a d 2 1 . P e r s e r i k a t a n B a n g s a - B a n g s a ( W H O )
aneh tetapi nyata adalah di antara parameter untuk membuat perkiraan bahwa pada tahun 2000 j u m l a h
mengukur kemajuan ekonomi itu adalah jumlah restoran pengidap diabetes di atas umur 20 tahun berjumlah 150
McDonald. Di Thailand ada 6 buah, di Malaysia 23 buah, juta orang dan dalam kurun waktu 25 tahun kemudian,
di Singapura 37 buah, di Filippina 34 buah dan di Jepang pada tahun 2025, jumlah itu akan membengkak menjadi
809 buah dan dua negara yang mempunyai hanya 1 300juta orang.
buah restoran McDonald yaitu Indonesia dan Cina. Pada Masalah diabetes m e l i t u s di negara-negara
tahun 1996 hanya dalam waktu 5 tahun saja di Indonesia berkembang tidak pernah mendapat perhatian para ahli
sudah ada 40 gerai. 33 di antaranya berada di Jakarta. diabetes di negara-negara barat sampai dengan Kongres
Data terakhir tahun 2006 jumlah restoran McDonald di International Diabetes Federation (IDF) ke IX tahun 1973
Indonesia sudah mencapai 120 gerai. Akibat lain dari cara di Brussel. Baru pada tahun 1976, ketika kongres IDF di
hidup berisiko ini adalah biaya kesehatan menjadi sangat New Delhi India, diadakan acara khusus yang membahas
mahal. Sebagai contoh, dapat dikemukakan angka-angka diabetes melitus di daerah tropis. Setelah itu banyak sekali
di bawah ini. Di Massachussetts AS, seorang laki-laki penelitian yang dilakukan di negara berkembang dan
berumur 80 tahun dirawat karena sakit jantung. Biaya data terakhir dari WHO menunjukkan justru peningkatan
perawatannya mencapai 800.000 dollar Masyarakat AS tertinggi jumlah pasien diabetes malah di negara Asia
memang mulai gelisah menghadapi biaya kesehatan Tenggara termasuk Indonesia (Gambar 1).
yang makin membengkak ini. Anggaran biaya kesehatan Meningkatnya prevalensi diabetes melitus di beberapa
tahun 1991 di negara ini mencapai 671 miliar dollar (12 negara berkembang, akibat peningkatan kemakmuran
% GNP AS). Anehnya adalah, meskipun sudah sedemikian di negara bersangkutan, akhir-akhir ini banyak disoroti.
besarnya biaya yang dikeluarkan, taraf kesehatan mereka Peningkatan pendapatan per kapita dan perubahan
tetap tidak lebih baik daripada negara maju lain, seperti gaya hidup terutama di kota-kota besar, menyebabkan
Kanada, Inggris, Jerman, Swedia dan Jepang. Keadaan peningkatan prevalensi penyakit degeneratif, seperti
ini dapat dilihat pada angka kematian bayi (tiap 1000 penyakit jantung koroner (PJK), hipertensi, hiperlipidemia,
kelahiran) misalnya di AS 10,4, jauh lebih tinggi daripada di diabetes dan Iain-Iain. Data epidemiologis di negara
Kanada 7,3, Inggris 7,3, Jerman 5,6, Swedia 5,9 dan Jepang berkembang memang masih belum banyak. Oleh karena
4,5. Begitu juga dengan usia harapan hidup di AS baru itu angka prevalensi yang dapat ditelusuri terutama berasal
mencapai 75,6 tahun, sedangkan di Kanada 79,2 tahun, dari negara maju.
Inggris 76,3 tahun, Jerman 77,2 tahun, Swedia 77,7 tahun
dan Jepang 79,3 tahun. Ironisnya adalah bahwa biaya
kesehatan di negara-negara itu jauh lebih murah.
DIABETES MELITUS TIPE 2
Diakui bahwa perkembangan ilmu dan teknologi
kedokteran telah banyak menyelamatkan nyawa manusia. Prevalensi DM Tipe 2 pada bangsa kulit putih berkisar
Penyakit-penyakit yang selama ini tidak terdiagnosis antara 3-6% dari orang dewasanya. Angka ini merupakan
dan terobati s e k a r a n g sudah banyak y a n g t e r a t a s i . baku emas untuk membandingkan kekerapan diabetes
Tetapi untuk memperbaiki taraf kesehatan secara global antar berbagai kelompok etnik di seluruh dunia, hingga
tidak dapat mengandalkan hanya pada tindakan kuratif dengan demikian kita dapat membandingkan prevalensi di
karena penyakit-penyakit yang memerlukan biaya mahal suatu negara atau suatu kelompok etnik tertentu dengan
itu sebagian besar dapat dicegah dengan pola hidup kelompok etnik kulit putih pada u m u m n y a . Misalnya
sehat dan menjauhi pola hidup berisiko. Artinya para di negara-negara berkembang yang laju pertumbuhan
DIABETES MELITUS DI INDONESIA
2317
e k o n o m i n y a sangat m e n o n j o l , seperti di Singapura, Eropa dan India) prevalensi DM j a u h lebih tinggi dari
kekerapan diabetes sangat meningkat dibanding dengan 10 baku emas, padahal di negara asalnya prevalensi DM
tahun yang lalu. Demikian pula pada beberapa kelompok sangat rendah. Perlu diketahui bahwa keadaan ekonomi
etnik di beberapa negara yang mengalami perubahan di Mauritius untuk golongan etnik tadi jauh lebih baik
gaya hidup yang sangat berbeda dengan cara hidup dibanding dengan di negara asalnya. Dari data ini semua
s e b e l u m n y a karena m e m a n g mereka lebih makmur, dapatlah disimpulkan bahwa faktor lingkungan terutama
kekerapan diabetes bisa mencapai 3 5 % seperti misalnya p e n i n g k a t a n k e m a k m u r a n suatu bangsa m e r u p a k a n
di beberapa bangsa Mikronesia dan Polinesia di Pasifik, faktor kuat yang akan meningkatkan kekerapan diabetes.
Indian Pima di AS, orang Meksiko yang ada di AS, bangsa Keadaan ini tentu saja harus diantisipasi oleh pembuat
Creole di Mauritius dan Suriname, penduduk asli Australia k e b i j a k s a n a a n di t i a p n e g a r a b e r k e m b a n g s u p a y a
dan imigran India di Asia. Prevalensi tinggi juga ditemukan dalam menentukan rencana jangka panjang kebijakan.
di Malta, Arab Saudi, Indian Canada dan Cina di Mauritius, pelayanan kesehatan di negaranya, masalah ini harus
Singapura dan Taiwan. dipertimbangkan.
Tentang baku emas yang tadi dibicarakan, sebenarnya
j u g a ada kekecualiannya, misalnya suatu penelitian di
Wadena AS2, mendapatkan bahwa prevalensi pada orang D M T I P E 2 DI I N D O N E S I A
kulit putih sangat tinggi dibandingkan dengan baku emas
tadi (Eropa) yaitu sebesar 23,2% untuk semua gangguan Menurut penelitian epidemiologi yang sampai saat ini
t o l e r a n s i , terdiri dari 1 5 , 1 % TGT (Toleransi G l u k o s a dilaksanakan di Indonesia, kekerapan diabetes di Indonesia
Terganggu) dan 8 , 1 % DM Tipe 2. Dengan kenyataan berkisar antara 1,4 dengan 1,6%, kecuali di dua tempat
ini dapat diambil kesimpulan bahwa faktor lingkungan yaitu di Pekajangan, suatu desa dekat Semarang, 2,3%
sangat berperan. Hal ini dapat dilihat pada studi Wadena dan di Manado 6% (Gambar 2).
tadi bahwa secara genetik mereka sama-sama kulit putih, Di Pekajangan prevalensi ini agak tinggi disebabkan di
tetapi di Eropa prevalensinya lebih rendah. Di sini jelas daerah itu banyak perkawinan antara kerabat. Sedangkan
karena orang-orang di Wadena lebih gemuk dan hidupnya di Manado, Waspadji menyimpulkan mungkin angka
lebih santai. Hal ini akan berlaku bagi bangsa-bangsa lain, itu tinggi karena pada studi itu populasinya terdiri dari
terutama di negara yang tergolong sangat berkembang orang-orang yang datang dengan sukarela, jadi agak
seperti Singapura, Korea dan barangkali Indonesia. lebih selektif. Tetapi kalau dilihat dari segi geografi dan
Contoh lain yang baik bahwa faktor lingkungan budayanya yang dekat dengan Filipina, ada kemungkinan
sangat berpengaruh adalah di Mauritius, suatu negara bahwa prevalensi di Manado memang tinggi, karena
kepulauan, yang p e n d u d u k n y a terdiri dari berbagai prevalensi diabetes di Filipina j u g a tinggi yaitu sekitar
kelompok etnik. Pada suatu penelitian epidemiologi yang 8,4% sampai 12% di daerah urban dan 3,85 sampai 9,7%
dilakukan di sana dengan jumlah responden sebanyak di daerah rural.
5080 orang, didapatkan prevalensi TGT dan DMTTI. Pada Suatu penelitian yang dilakukan di Jakarta tahun
bangsa-bangsa India, Cina dan Creole (campuran Afrika, 1993, kekerapan DM di daerah urban yaitu di kelurahan
2318 DIABETES MILITUS
Kayuputih adalah 5,69%, sedangkan di daerah rural yang dengan demikian dapat dimengerti bila suatu saat atau
dilakukan oleh Augusta Arifin6 di suatu daerah di Jawa lebih tepat lagi dalam kurun waktu 1 atau 2 dekade yang
Barat tahun 1995, angka itu hanya 1,1%. Di sini jelas ada akan datang kekerapan DM di Indonesia akan meningkat
perbedaan antara prevalensi di daerah urban dengan dengan drastis.
daerah rural. Hal ini menunjukkan bahwa gaya hidup Ini sesuai dengan perkiraan yang dikemukakan oleh
mempengaruhi kejadian diabetes. Tetapi di Jawa Timur WHO seperti tampak pada tabel 1, Indonesia akan menem-
angka itu tidak berbeda yaitu 1,43% di daerah urban pati peringkat nomor 5 sedunia dengan jumlah pengidap
dan 1,47% di daerah rural. Hal ini mungkin disebabkan
tingginya prevalensi Diabetes Melitus Terkait Malnutrisi
Tabel 1. Urutan 10 Negara dengan Jumlah Pengidap
(DMTM) atau yang sekarang disebut diabetes tipe lain
Diabetes Terbanyak pada Penduduk Dewasa di Seluruh
di daerah rural di Jawa Timur, yaitu sebesar 21,2% dari
Dunia 1995 Dan 2025
seluruh diabetes di daerah itu.
1995 2025
Penelitian antara tahun 2001 dan 2005 di daerah Urutan Negara Urutan Negara
(Juta) (Juta)
Depok didapatkan pevalensi DM Tipe 2 sebesar 14.7%,
1 India 19.4 1 India 57.2
suatu angka yang sangat mengejutkan. Demikian juga
2 Cina 16.0 2 Cina 37.6
di Makasar prevalensi diabetes terakhir tahun 2005
yang mencapai 12.5%. Pada tahun 2006, Departemen 3 Amerika 13.9 3 Amerika 21.9
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Serikat
Indonesia bekerja sama dengan Bidang Penelitian dan 4 Federasi 8.9 4 Pakistan 14.5
Pengembangan Departemen Kesehatan melakukan Russia
Surveilans Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular di Jakarta 5 Jepang 6.3 5 Indonesia 12.4
yang melibatkan 1591 subyek, terdiri dari 640 laki-laki 6 Brazil 4.9 6 Federasi 12.2
dan 951 wanita. Survei tersebut melaporkan prevalensi Russia
DM (unadjusted) di lima wilayah DKI Jakarta sebesar 7 Indonesia 4.5 7 Meksiko 11.7
1 2 , 1 % dengan DM yang terdeteksi sebesar 3,8% dan DM 8 Pakistan 4.3 8 Brazil 11.6
yang tidak terdeteksi sebesar 11,2%. Berdasarkan data ini
9 Meksiko 3.8 9 Mesir 8.8
diketahui bahwa kejadian DM yang belum terdiagnosis
10 Ukraina 3.6 10 Jepang 8.5
masih cukup tinggi, hamper 3x lipat dari Jumlah kasus DM
Semua 49.7 103.6
yang sudah terdeteksi.
negara
Melihat tendensi kenaikan kekerapan diabetes secara lain
global yang tadi dibicarakan terutama disebabkan oleh
Jumlah 135.3 300
karena peningkatan kemakmuran suatu populasi, maka
DIABETES MELITUS DI INDONESIA
2319
diabetes sebanyak 12,4 juta orang pada tahun 2025, naik DM TIPE LAIN
2 tingkat dibanding tahun 1995.
Untuk dapat meramal keadaan diabetes di masa Salah satu jenis ini adalah Diabetes Melitus Tipe Lain.
datang ada baiknya kita menyimak sedikit apa yang Jenis ini sering ditemukan di daerah tropis dan negara
dilakukan oleh ahli-ahli demografi di Indonesia. berkembang. Bentuk ini biasanya disebabkan oleh adanya
Ananta menyatakan bahwa revolusi demografi di malnutirisi disertai kekurangan protein yang nyata. Diduga
Indonesia adalah salah satu contoh di mana perubahan zat sianida yang terdapat pada cassava atau singkong yang
demografik tidak perlu menunggu perubahan sosio- menjadi sumber karbohidrat di beberapa kawasan di Asia
ekonomi. Intervensi pemerintah secara langsung dalam dan Afrika berperan dalam patogenesisnya. Di Jawa Timur
memperbaiki angka fertilitas dan mortalitas jelas sudah dilakukan survei dan didapatkan bahwa prevalensi
mempercepat proses transisi demografi. Angka kematian diabetes di pedesaan adalah 1,47% sama dengan di
bayi menurun dan usia harapan hidup orang Indonesia perkotaan (1,43%). Sebesar 21,2% dari kasus diabetes di
makin panjang. Piramida penduduk akan mengalami pedesaan adalah jenis ini. Diabetes jenis ini di masa datang
perubahan dari yang berbentuk kerucut (ekspansif) masih akan banyak, mengingat jumlah penduduk yang
menjadi lebih berbentuk panjang, mendekati stasionerdi masih berada di bawah kemiskinan yang masih tinggi. Dulu
mana penduduk usia dewasa dan lanjut usia lebih banyak jenis ini disebut Diabetes Terkait Malnutrisi (MRDM), teapi
dari pada keadaan tahun 1990. Dari segi diabetes hal ini oleh karena patogenesis jenis ini tidakjelas maka jenis ini
sangat menarik karena seperti tadi sudah dikatakan bahwa pada klasifikasi terakhir (1999) tidak lagi disebut sebagai
umumnya DM Tipe 2 timbul setelah dekade 4. Ini berarti MRDM tetapi disebut diabetes tipe lain.
bila nanti pada tahun 2020 menjadi kenyataan jumlah
pengidap diabetes akan mengalami ledakan yang luar Diabetes Gestasional
biasa besarnya. Diabetes gestasional adalah diabetes yang timbul selama
Kenaikan ini sungguh sangat besar dibandingkan kehamilan. Ini meliputi 2-5% dari seluruh diabetes. Jenis
kenaikan seluruh penduduk dari 180,383,697 orang ini sangat penting diketahui karena dampaknya pada janin
menjadi 253,667,565 orang atau kenaikan hanya sebesar kurang baik bila tidak ditangani dengan benar. Adam
40,6%. Selain itu penduduk perkotaan yang pada tahun mendapatkan prevalensi diabetes gestasi sebesar 2-2,6%
1990 berjumlah 51,932,467 orang atau 2 8 , 7 9 % dari dari wanita hamil. Karena pentingnya. masalah ini akan
penduduk, pada tahun 2020 akan meningkat menjadi dibicarakan lebih lanjut dalam bab tersendiri.
132,465,221 orang atau 52,2% dari semua penduduk.
Hal lain y a n g m e n a r i k a d a l a h j u m l a h usia l a n j u t . Langkah-langkah yang Dapat Dikerjakan
Penduduk 65 tahun akan bertambah dari 7,1 j u t a pada Mengingat jumlah pasien yang akan membengkak dan
tahun 1990 menjadi 18,5 j u t a pada tahun 2020. Jadi besarnya biaya perawatan pasien diabetes yang terutama
selama 30 tahun itu j u m l a h penduduk d e n g a n usia disebabkan oleh karena komplikasinya, maka upaya yang
lanjut akan bertambah sebanyak 11,4juta yang menurut paling baik adalah pencegahan.
A n a n t a j u m l a h itu s a m a d e n g a n j u m l a h penduduk Menurut WHO tahun 1994, upaya pencegahan pada
Jakarta ditambah penduduk Yogya saat ini. Kekerapan diabetes ada tiga jenis atau tahap yaitu:
diabetes pada usia lanjut j a u h lebih tinggi lagi bisa 4
Pencegalian primer. Semua aktivitas yang ditujukan
kali lipat dari rata-rata.
untuk pencegah timbulnya hiperglikemia pada individu
Dari angka-angka tadi dapat diambil kesimpulan
yang berisiko untuk jadi diabetes atau pada populasi
bahwa dalam jangka waktu 30 tahun penduduk Indonesia
umum.
akan naik sebesar40% dengan peningkatan jumlah pasien
diabetes yang j a u h lebih besar yaitu 86-138%, yang Pencegahan sekunder. Menemukan pengidap DM sedini
disebabkan oleh karena: mungkin, misalnya dengan tes penyaringan terutama pada
faktor demografi: 1). Jumlah penduduk meningkat; 2). populasi risiko tinggi, Dengan demikian pasien diabetes
Penduduk usia lanjut bertambah banyak; 3). Urbanisasi yang sebelumnya tidak terdiagnosis dapat terjaring,
makin tak terkendali hingga dengan demikian dapat dilakukan upaya untuk
gaya hidup yang ke barat-baratan: 1).Penghasilan per mencegah komplikasi atau kalaupun sudah ada komplikasi
capita tinggi; 2). Restoran siap santap; 3). Teknologi masih reversibel,
canggih menimbulkan sedentary life, kurang gerak Pencegahan tersier. Semua upaya untuk mencegah
badan komplikasi atau kecacatan akibat komplikasi itu. Usaha
• berkurangnya penyakit infeksi dan kurang gizi ini meliputi:
meningkatnya pelayanan kesehatan hingga umur mencegah timbulnya komplikasi
pasien diabetes menjadi lebih panjang. mencegah progresi dari pada komplikasi itu supaya
2320 DIABETES MILITUS
pencegahan komplikasi diabetes, yang pada konsensus yang jumlah dan waktunya terbatas.
dimasukkan sebagai pencegahan sekunder Dalam pelaksanaannya para penyuluh diabetes itu
mencegah berlanjutnya (progresi) komplikasi untuk sebaiknya memberikan pelayanan secara terpadu dalam
tidak menjurus kepada penyakit organ suatu instansi misalnya dalam bentuk sentral informasi
• mencegah terjadinya kecacatan disebabkan oleh yang bekerja 24 j a m sehari dan akan melayani pasien atau
karena kegagalan organ atau jaringan siapapun yang ingin menanyakan seluk-beluk tentang
diabetes terutama sekali tentang penatalaksanaannya
Dalam upaya ini diperlukan kerja sama yang baik
termasuk diet dan komplikasnya.
sekali baik antara pasien dengan dokter maupun antara
dokter ahli diabetes dengan dokter-dokter yang terkait
dengan komplikasinya. Dalam hal peran penyuluhan KESIMPULAN
sangat dibutuhkan untuk meningkatkan motivasi pasien
untuk mengendalikan diabetesnya. Peran ini tentu saja J u m l a h pasien d i a b e t e s d a l a m kurun w a k t u 2 5 - 3 0
akan merepotkan dokter yang jumlahnya terbatas. Oleh tahun yang akan datang akan sangat meningkat akibat
karena itu dia harus dibantu oleh orang yang sudah dididik peningkatan kemakmuran, perubahan pola demografi dan
untuk keperluan itu yaitu penyuluh diabetes (diabetes urbanisasi. Di samping itu juga karena pola hidup yang
edukator). akan berubah menjadi pola hidup berisiko. Pencegahan
baik primer, sekunder maupun tersier merupakan upaya
yang paling tepat dalam mengantisipasi ledakan jumlah
PENYULUH DIABETES ini, dengan melibatkan berbagai pihak y a n g terkait
seperti pemerintah, LSM, guru-guru dan Iain-Iain. Dari
Dalam rangka mengantisipasi ledakan j u m l a h pasien segi t e k n i s , karena c a k u p a n n y a sangat luas d a l a m
diabetes dan meningkatnya komplikasi terutama PJK, p e l a k s a n a a n n y a perlu d i b a n t u oleh para p e n y u l u h
tadi sudah diuraikan upaya pencegahan, baik primer, diabetes yang trampil
sekunder maupun tersier adalah yang paling baik. Karena
2322 DIABETES MILITUS
REFERENSI
PENDAHULUAN d e n g a n b e b e r a p a faktor g e n e t i k y a n g b e r h u b u n g a n d e n g a n
t e r j a d i n y a D M t i p e 2.
Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok S e l a i n itu k a r e n a d i a b e t e s s u d a h m e r u p a k a n suatu
penyakit metabolik d e n g a n karakteristik hiperglikemia penyakit global dan malahan menurut P Z i m m e t sudah
y a n g terjadi k a r e n a k e l a i n a n s e k r e s i i n s u l i n , kerja i n s u l i n merupakan suatu epidemi, banyak penelitian dilakukan
atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes u n t u k m e n c o b a m e n g a t a s i n y a . S a a t ini t e r d a p a t b e r b a g a i
berhubungan dengan kerusakan j a n g k a panjang, disfungsi penelitian yang bertujuan untuk memperbaiki kehidupan
atau kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata, orang dengan diabetes, ada yang berusaha untuk mencari
g i n j a l , saraf, j a n t u n g d a n p e m b u l u h d a r a h . World Health obat untuk menyembuhkannya dan ada pula yang
Organization ( W H O ) sebelumnya telah m e r u m u s k a n bahwa mempelajari dampak diabetes pada beberapa populasi
DM merupakan sesuatu yang tidak dapat dituangkan di d u n i a .
dalam satu j a w a b a n yang jelas dan singkat tetapi secara
u m u m dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan problema
a n a t o m i k d a n k i m i a w i a k i b a t d a r i s e j u m l a h f a k t o r di m a n a PENAPISAN DAN DIAGNOSIS
d i d a p a t d e f i s i e n s i insulin a b s o l u t a t a u relatif d a n g a n g g u a n
fungsi insulin. Diagnosis DM harus didasarkan atas pemeriksaan
Perubahan dalam diagnosis dan klasifikasi DM konsentrasi glukosa darah. Dalam menentukan diagnosis
t e r u s m e n e r u s terjadi baik o l e h W H O m a u p u n American D M harus diperhatikan asal bahan darah y a n g diambil
Diabetes Association ( A D A ) . P a r a p a k a r di I n d o n e s i a p u n dan cara pemeriksaan yang dipakai. Untuk diagnosis,
bersepakat melalui PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi pemeriksaan yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa
Indonesia) pada tahun 1993 untuk m e m b i c a r a k a n standar dengan cara enzimatik dengan bahan darah plasma vena.
pengelolaan diabetes melitus, yang kemudian juga Untuk memastikan diagnosis D M , pemeriksaan glukosa
m e l a k u k a n revisi k o n s e n s u s t e r s e b u t p a d a t a h u n 1 9 9 8 d a n d a r a h s e y o g y a n y a d i l a k u k a n di l a b o r a t o r i u m klinik y a n g
2002 yang menyesuaikan dengan perkembangan baru. terpercaya (yang melakukan program pemantauan
Secara epidemiologik diabetes seringkali tidak kendali mutu secara teratur). W a l a u p u n demikian sesuai
terdeteksi dan dikatakan onset atau mulai terjadinya dengan kondisi setempat dapat juga dipakai bahan
diabetes adalah 7 tahun sebelum diagnosis ditegakkan, darah utuh (whole blood), vena ataupun kapiler dengan
sehingga morbiditas dan mortalitas dini terjadi pada m e m p e r h a t i k a n a n g k a - a n g k a kriteria diagnostik yang
k a s u s y a n g t i d a k t e r d e t e k s i i n i . P e n e l i t a n lain m e n y a t a k a n berbeda sesuai p e m b a k u a n oleh W H O . Untuk p e m a n t a u a n
bahwa d e n g a n a d a n y a urbanisasi, populasi diabetes tipe h a s i l p e n g o b a t a n d a p a t d i p e r i k s a g l u k o s a d a r a h kapiler.
2 a k a n m e n i n g k a t 5-10 kali lipat k a r e n a terjadi p e r u b a h a n Ada perbedaan antara uji d i a g n o s t i k DM dan
perilaku r u r a l - t r a d i s i o n a l m e n j a d i u r b a n . Faktor risiko p e m e r i k s a a n p e n y a r i n g . Uji d i a g n o s t i k D M d i l a k u k a n p a d a
yang berubah secara epidemiologi diperkirakan adalah: mereka yang menunjukkan gejala/tanda D M , sedangkan
b e r t a m b a h n y a usia, lebih banyak dan lebih lamanya pemeriksaan penyaring bertujuan untuk mengidentifikasi
obesitas, distribusi lemak tubuh, kurangnya aktivitas m e r e k a y a n g t i d a k b e r g e j a l a , y a n g m e m p u n y a i risiko D M .
j a s m a n i d a n h i p e r i n s u l i n e m i a . S e m u a f a k t o r ini b e r i n t e r a k s i ( S e r a n g k a i a n uji d i a g n o s t i k a k a n d i l a k u k a n k e m u d i a n p a d a
2324 DIABETES MILITUS
140-199
1
< 140
dapat ditegakkan melalui cara pada tabel 1.
r r
DM TGT Normal
Tabel 1 . Kriteria Diagnosis D M
Pemeriksaan penyaring berguna untuk menjaring Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan melalui
p a s i e n D M , t o l e r a n s i g l u k o s a t e r g a n g g u (TGT) d a n g l u k o s a pemeriksaan konsentrasi glukosa darah sewaktu atau
' 'arah p u a s a t e r g a n g g u ( G D P T ) , s e h i n g g a d a p a t d i t e n t u k a n konsentrasi g l u k o s a darah puasa, k e m u d i a n d a p a t diikuti
langkah yang tepat untuk mereka. Pasien dengan TGT d e n g a n t e s t o l e r a s i g l u k o s a oral ( T T G O ) s t a n d a r .
dan GDPT merupakan tahapan sementara menuju DM.
Tabel 2. Konsentrasi G l u k o s a D a r a h S e w a k t u d a n Puasa
S e t e l a h 5-10 t a h u n k e m u d i a n 1/3 k e l o m p o k T G T a k a n
S e b a g a i Patokan Penyaring d a n Diagnosis D M (mg/dL)
b e r k e m b a n g m e n j a d i D M , 1/3 t e t a p T G T d a n 1/3 l a i n n y a
Belum
kembali normal. Adanya TGT sering berkaitan dengan Bukan
pasti DM
r e s i s t e n s i i n s u l i n . P a d a k e l o m p o k T G T ini risiko t e r j a d i n y a DM
DM
aterosklerosis lebih tinggi d i b a n d i n g k a n kelompok n o r m a l .
Konsentrasi Plasma v e n a <100 100-199 >200
TGT sering berkaitan dengan penyakit kardiovaskular,
glukosa
hipertensi dan dislipidemia. Peran aktif para pengelola
Darah sewaktu Darah kapiler <9 90-199 >200
kesehatan sangat diperlukan agar deteksi DM dapat
(mg/dL)
ditegakkan sedini mungkin dan pencegahan primer dan
Konsentrasi Plasma vena <100 100-125 >126
sekunder dapat segera diterapkan.
glukosa darah Darah kapiler <90 90-99 >100
p u a s a (mg/dL)
K e l u h a n Klinis Diabetes
I
K e l u h a n khas(+) K e l u h a n khas(-)
I
GDP
atau
GDS
>126
>200
<126
<200
GDP
atau
GDS
>126
>200
110-125
110-199
• <110
Ulang G D S atau G S P
—=1=—
GDP >126 <126
TTGO
atau
GDS >200 <200 GD 2 Jam
- E v a l u a s i Status Gizi
T
Nasihat U m u m
- E v a l u a s i Penyullt DM Perencanaan makan
- Evaluasi dan Perencanaan Makan latihan j a s m a n i
sesuai Kebutuhan B e r a t Idaman
belum Perlu Obat P e n u r u n G l u k o s a
Gambar 2. L a n g k a h - l a n g k a h d i a g n o s t i k D M d a n t o l e r a n s i g l u k o s a t e r g a n g g u
2326 DIABETES MILITUS
1. Konsentrasi glukosa darah sewaktu (plasma vena) banyak perbedaan dalam masing-masing bidang walaupun
Untuk diagnosis d a n klasifikasi ada indeks t a m b a h a n k r o m o s o m 13, insulin promoter factor (IPF
yang dapat dibagi atas 2 bagian : dahulu MODY 4)
• k r o m o s o m 17, H N F - l p (dahulu M O D Y 5)
I n d e k s p e n e n t u a n d e r a j a t k e r u s a k a n s e l b e t a . H a l ini
k r o m o s o m 2 , N e u r o D I (dahulu M O D Y 6)
dapat dinilai d e n g a n p e m e r i k s a a n konsentrasi insulin,
DNA Mitokondria
pro-insulin, dan sekresi peptida p e n g h u b u n g (C-peptide).
lainnya
Nilai-nilai "Glycosilated h e m o g l o b i n " ( W H O memakai
istilah " G l y c l a t e d h e m o g l o b i n " ) , nilai d e r a j a t g l i k o s i l a s i d a r i b. Defek g e n e t i k kerja insulin: resistensi insulin tipe
p r o t e i n lain d a n t i n g k a t g a n g g u a n t o l e r a n s i g l u k o s a j u g a A, l e p r e c h a u n i s m , s i n d r o m R a b s o n M e n d e n h a l l
diabetes lipoatrofik, lainnya
b e r m a n f a a t untuk penilaian k e r u s a k a n ini.
c. Penyakit Eksokrin Pankreas: pankreatitis, t r a u m a /
Indeks proses diabetogenik. Untuk penilaian proses p a n k r e a t e k t o m i , n e o p l a s m a , fibrosis kistik h e m o -
diabetogenik pada s a a t ini t e l a h d a p a t dilakukan kromatosis, pankreatopati fibro kalkulus, lainnya
p e n e n t u a n tipe d a n sub-tipe H L A ; a d a n y a tipe dan titer d. Endokrinopati: a k r o m e g a l i , s i n d r o m cushing, feok-
antibodi d a l a m sirkulasi y a n g ditujukan pada pulau-pulau romositoma, hipertiroidisme somatostatinoma,
L a n g e r h a n s (islet cell a n t i b o d i e s ) , Anti G A D (Glutamic a l d o s t e r o n o m a , lainnya
A c i d D e c a r b o x y l a s e ) d a n sel e n d o k r i n lainnya adanya e. Karena O b a t / Z a t k i m i a : vacor, p e n t a m i d i n , a s a m
cell-mediated immunity terhadap pankreas; ditemukannya nikotinat, g l u k o k o r t i k o i d , h o r m o n tiroid, d i a z o x i d ,
susunan DNA spesifik pada genoma manusia dan a l d o s t e r o n o m a , lainnya
d i t e m u k a n n y a p e n y a k i t lain p a d a p a n k r e a s d a n p e n y a k i t i Infeksi: rubella c o n g e n i t a l , CMV, lainnya
endokrin lainnya. g. I m u n o l o g i ( j a r a n g ) : s i n d r o m "Stiffman", antibodi
anti reseptor insulin, lainnya
Perkembangan Klasifikasi Diabetes Melitus h. S i n d r o m a g e n e t i k lain: s i n d r o m D o w n , s i n d r o m
D a l a m b e b e r a p a d e k a d e a k h i r ini h a s i l p e n e l i t i a n b a i k Klinefelter, s i n d r o m Turner, s i n d r o m W o l f r a m ' s ,
klinik m a u p u n l a b o r a t o r i k m e n u n j u k k a n b a h w a d i a b e t e s ataksia Friedreich's, c h o r e a H u n t i n g t o n , s i n d r o m
m e l i t u s m e r u p a k a n s u a t u k e a d a a n y a n g h e t e r o g e n baik Laurence M o o n Biedl distrofi m i o t o n i k , porfiria,
s i n d r o m Prader Willi, lainnya
s e b a b m a u p u n m a c a m n y a . S e l a m a b e r t a h u n - t a h u n hal ini
telah d i g u m u l i oleh banyak ahli t e r n a m a d e n g a n t u j u a n IV. Diabetes Kehamilan
DIAGNOSIS DAN KLASIFIKASI DIABETES MELITUS 2327
REFERENSI
2328
FARMAKOTERAPI PADA PENGENDALIAN GLIKEMIA DIABETES MELITUS TIPE 2 2329
ketosis, ketoasidosis) atau pada kehamilan y a n g kendali metformin. Metformin terdapat dalam konsentrasi yang
glikemiknya tidak terkontrol dengan perencanaan m a k a n , tinggi didalam usus d a n hati, tidak d i m e t a b o l i s m e tetapi
maka pengelolaan farmakologis umumnya memerlukan secara cepat dikeluarkan melalui ginjal. Proses tersebut
C a u s e of h y p e r g l y c e m i a in N I D D M
S e l perifer
D e f e k reseptor (otot)
dan post reseptor
¥ GlukosaT-
(Produksi Glukosa
meningkat)
Pankreas
s e k r e s i insulin berkurang
Masukan Makanan
< Diet
Insulin m a l a m hari
i A l f a g l u k o s i d a s e inhibitor
Produksi
Pool glukosa
Glukosa
ekstraselular
Hatit
Defisiensi Sulfonylureas
Insulin
Resistensi
Insulin . Metformin
Troglitazone
Pemakaian glukosa sel
berjalan dengan cepat sehingga metformin bisanya Efektivitas metformin m e n u r u n k a n glukosa darah
d i b e r i k a n d u a s a m p a i t i g a kali s e h a r i k e c u a l i d a l a m b e n t u k pada orang gemuk sebanding dengan kekuatan SU.
extended release. Setelah diberikan secara oral, metformin Mengingat keunggulan metformin dalam mengurangi
akan mencapai kadar tertinggi dalam darah setelah 2 j a m resistensi insulin, m e n c e g a h p e n a m b a h a n berat badan
d a n diekskresi lewat urin d a l a m keadaan utuh dengan d a n m e m p e r b a i k i profil lipid m a k a m e t f o r m i n sebagai
waktu paruh 2 5 j a m . monoterapi pilihan u t a m a pada awal pengelolaan diabetes
pada orang gemuk dengan dislipidemia dan resistensi
M e k a n i s m e Kerja
i n s u l i n b e r a t . Bila d e n g a n m o n o t e r a p i t i d a k b e r h a s i l m a k a
M e t f o r m i n m e n u r u n k a n g l u k o s a d a r a h melalui p e n g a r u h n y a
dapat dilakukan kombinasi d e n g a n SU atau obat anti
t e r h a d a p kerja i n s u l i n p a d a t i n g k a t selular, d i s t a l r e s e p t o r
diabetik lain.
insulin dan m e n u r u n k a n produksi glukosa hati. M e t f o r m i n
K o m b i n a s i s u l f o n i l u r e a d e n g a n m e t f o r m i n s a a t ini
m e n i n g k a t k a n p e m a k a i a n g l u k o s a oleh sel usus s e h i n g g a
m e r u p a k a n kombinasi yang rasional karena m e m p u n y a i
menurunkan glukosa darah dan juga diduga menghambat
cara kerja sinergis sehingga kombinasi ini dapat
a b s o r p s i g l u k o s a di u s u s s e s u d a h a s u p a n m a k a n .
menurunkan glukosa darah lebih banyak daripada
Penelitian terakhir m e l a p o r k a n bahwa efek metformin
p e n g o b a t a n t u n g g a l m a s i n g - m a s i n g , baik pada dosis
di a t a s d i d u g a terjadi m e l a l u i p e n i n g k a t a n penggunaan
maksimal keduanya m a u p u n pada kombinasi dosis rendah.
glukosa oleh jaringan perifer yang dipengaruhi AMP
Kombinasi dengan dosis maksimal dapat menurunkan
acticated protein kinase (AMPK), y a n g m e r u p a k a n regulator
glukosa darah y a n g lebih banyak.
s e l u l a r u t a m a bagi m e t a b o l i s m e lipid d a n g l u k o s a . A k t i v a s i
Pemakaian kombinasi dengan SU sudah dapat
A M P K pada hepatosit akan m e n g u r a n g i aktivitas Acetyl
d i a n j u r k a n sejak a w a l p e n g e l o l a a n d i a b e t e s , b e r d a s a r k a n
Co-A karboksilase (ACC) dengan induksi oksidasi asam
hasil penelitian U n i t e d K i n g d o m Prospective Diabetes
lemak dan m e n e k a n ekspresi enzim lipogenik.
Study (UKPDS) dan hanya 5 0 % pasien D M tipe 2 yang
Metformin j u g a dapat menstimulasi produksi Glucagon
kemudian dapat dikendalikan dengan pengobatan tunggal
like Peptide-^ (GLP-1) dari gastrointestinal y a n g dapat
metformin atau SU sampai dosis maksimal.
m e n e k a n f u n g s i sel a l f a p a n k r e a s s e h i n g g a m e n u r u n k a n
Kombinasi metformin dan insulin juga dapat
glukagon serum dan mengurangi hiperglikemia saat
dipertimbangkan pada pasien gemuk dengan glikemia
puasa.
yang sukar dikendalikan. Kombinasi insulin d e n g a n SU
Di s a m p i n g berpengaruh pada glukosa darah,
l e b i h baik d a r i p a d a k o m b i n a s i i n s u l i n d e n g a n m e t f o r m i n .
metformin juga berpengaruh pada komponen lain
Peneliti lain a d a y a n g m e n d a p a t k a n k o m b i n a s i m e t f o r m i n
resistensi insulin yaitu pada lipid, t e k a n a n darah d a n j u g a
d a n insulin lebih baik d i b a n d i n g d e n g a n insulin saja.
pada plasminogen activator inhibitor (PAI-1).
Efek S a m p i n g dan Kontraindikasi
P e n g g u n a a n D a l a m Klinik d a n Efek H i p o g l i k e m i a Efek s a m p i n g gastrointestinal tidak j a r a n g (-50%)
M e t f o r m i n t i d a k m e m e i l i k i e f e k s t i m u l a s i p a d a sel b e t a d i d a p a t k a n p a d a p e m a k a i a n a w a l m e t f o r m i n d a n ini d a p a t
pankreas sehingga tidak mengakibatkan hipoglikemia dan dikurangi dengan memberikan obat dimulai dengan dosis
p e n a m b a h a n berat badan. Pemberian metformin dapat rendah dan diberikan bersamaan dengan makanan.
m e n u r u n k a n berat badan ringan hingga sedang akibat Efek s a m p i n g lain y a n g d a p a t terjadi a d a l a h a s i d o s i s
penekanan nafsu makan dan menurunkan hiperinsulinemia laktat, meski k e j a d i a n n y a c u k u p j a r a n g (0,03 per 1000
akibat resistensi insulin, s e h i n g g a tidak d i a n g g a p sebagai pasien) n a m u n d a p a t berakibat fatal pada 3 0 - 5 0 % kasus.
obat hipoglikemik, tetapi obat antihiperglikemik. Pada g a n g g u a n fungsi ginjal y a n g berat, m e t f o r m i n dosis
Metformin dapat digunakan sebagai monoterapi t i n g g i a k a n b e r a k u m u l a s i di m i t o k o n d r i a d a n m e n g h a m b a t
dan sebagai terapi kombinasi dengan sulfonylurea (SU), proses fosforilasi oksidatif sehingga mengakibatkan
repaglinid, nateglinid, p e n g h a m b a t alfa glikosidase d a n asidosis laktat (yang dapat diperberat d e n g a n alkohol).
glitazone. Pada pemakaian tunggal metformin dapat Untuk m e n g h i n d a r i n y a sebaiknya tidak diberikan pada
menurunkan glukosa darah sampai 2 0 % dan konsentrasi pasien d e n g a n g a n g g u a n fungsi ginjal (kreatinin >1,3
insulin plasma pada keadaan basal j u g a t u r u n . Penelitian m g / d L pada p e r e m p u a n dan >1,5 m g / d L pada laki-laki).
klinik m e m b e r i k a n hasil m o n o t e r a p i y a n g b e r m a k n a d a l a m Metformin j u g a dikontraindikasikan pada gangguan fungsi
penurunan glukosa darah puasa (60-70 mg/dL) dan H b A l c hati, infeksi berat, p e n g g u n a a n alkohol berlebihan serta
(1-2%) dibandingkan dengan plasebo pada pasien yang penyandang gagal jantung yang memerlukan terapi.
t i d a k d a p a t t e r k e n d a l i h a n y a d e n g a n diet. P a d a p e m a k a i a n P e m b e r i a n m e t f o r m i n perlu p e m a n t a u a n ketat p a d a usia
k o m b i n a s i d e n g a n S U , h i p o g l i k e m i a d a p a t terjadi a k i b a t l a n j u t (> 8 0 t a h u n ) d i m a n a m a s a a o t o t b e b a s l e m a k n y a
pengaruh SUnya. Pengobatan terapi kombinasi dengan sudah berkurang. Pada pasien yang akan m e n g g u n a k a n
o b a t a n t i d i a b e t e s y a n g lain d a p a t m e n u r u n k a n HbAlc radiokontras disarankan untuk menghentikan metformin
3-4%. 24 j a m sebelum dan 48 j a m sesudah tindakan.
FARMAKOTERAPI PADA PENGENDALIAN GLIKEMIA DIABETES MELITUS TIPE 2 2331
Metformin j u g a dapat menganggu absorbsi vitamin Glitazon dapat sedikit m e n u r u n k a n tekanan darah,
B12 dan dapat m e n u r u n k a n konsentrasi vitamin 812 meningkatkan fibrinolisis dan memperbaiki fungsi
serum dengan mekanisme yang belum diketahui endotel.
s e p e n u h n y a . P a d a s u a t u uji k l i n i k d i d a p a t k a n anemia
P e n g g u n a a n D a l a m Klinik d a n Eefek Hipoglikemia
p a d a 7 % p e n g g u n a m e t f o r m i n d a n k o n d i s i ini m e m b a i k
R o s i g l i t a z o n d a n p i o g l i t a z o n s a a t ini d a p a t digunakan
d e n g a n c e p a t d e n g a n p e n g h e n t i a n o b a t . O l e h k a r e n a itu
sebagai monoterapi dan j u g a sebagai kombinasi dengan
disarankan untuk melakukan monitor hematologi.
metformin dan sekretagok insulin. Kemasan rosiglitazon
t e r d i r i d a r i 4 d a n 8 m g s e d a n g k a n p i o g l i t a z o n 15 d a n 3 0
Glitazone m g . Pemakaian bersama d e n g a n insulin tidak disarankan
Farmakokinetik dan Farmakodinamik karena dapat mengakibatkan peningkatan berat badan
Glitazone diabsorbsi dengan cepat dan mencapai y a n g b e r l e b i h d a n r e t e n s i c a i r a n . S e c a r a klinik r o s i g l i t a z o n
k o n s e n t r a s i t e r t i n g g i t e r j a d i s e t e l a h 1-2 j a m . Makanan dengan dosis 4 dan 8 mg/hari (dosis tunggal atau
t i d a k m e m p e n g a r u h i f a r m a k o k i n e t i k o b a t ini. W a k t u p a r u h d o s i s t e r b a g i 2 kali s e h a r i ) m e m p e r b a i k i konsentrasi
b e r k i s a r a n t a r a 3-4 j a m b a g i r o s i g l i t a z o n e d a n 3-7 j a m g l u k o s a p u a s a s a m p a i 55 m g / d L d a n H b A l c sampai
bagi pioglitazon. 1,5% d i b a n d i n g k a n d e n g a n p l a s e b o . S e d a n g pioglitazon
juga mempunyai kemampuan menurunkan glukosa
IMekanisme Kerja
d a r a h bila d i g u n a k a n s e b a g a i m o n o t e r a p i a t a u s e b a g a i
Glitazon (Thiazolidinediones), merupakan agonist
terapi kombinasi dengan dosis maksimal 45 mg/dL dosis
p e r o x i s o m e p r o l i f e r a t o r - a c t i v a t e d r e c e p t o r g a m m a (PPARy)
tunggal. Monoterapi dengan glitazon dapat memperbaiki
y a n g s a n g a t s e l e k t i f d a n p o t e n . R e s e p t o r PPARy t e r d a p a t di
konsentrasi glukosa darah puasa hingga 59-80 mg/dL dan
j a r i n g a n t a r g e t kerja i n s u l i n s e p e r t i j a r i n g a n a d i p o s a , o t o t
H b A l c 1,4-2,6% d i b a n d i n g k a n d e n g a n plasebo (ekuivalen
skelet d a n hati. G l i t a z o n m e r u p a k a n r e g u l a t o r h o m e o s t a s i s
dengan metformin dan SU).
l i p i d , d i f e r e n s i a s i a d i p o s i t , d a n kerja i n s u l i n . S a m a s e p e r t i
m e t f o m i n , g l i t a z o n tidak m e n s t i m u l a s i p r o d u k s i insulin o l e h Efek S a m p i n g dan Kontraindikasi
sel b e t a p a n k r e a s b a h k a n m e n u r u n k a n k o n s e n t r a s i i n s u l i n Glitazon dapat menyebabkan penambahan berat
lebih besar daripada m e t f o r m i n . M e n g i n g a t efeknya b a d a n y a n g b e r m a k n a s a m a atau b a h k a n lebih dari S U
d a l a m m e t a b o l i s m e glukosa dan lipid, glitazon dapat serta e d e m a . Keluhan infeksi saluran nafas atas (16%),
m e n i n g k a t k a n efisiensi d a n r e s p o n s sel beta pankreas sakit kepala (7,1%) dan a n e m i a dilusional (penurunan
d e n g a n m e n u r u n k a n glukotoksisitas dan lipotoksisitas. hemoglobin (Hb) sekitar 1 gr/dL) j u g a dilaporkan. Insiden
Glitazon dapat merangsang ekspresi beberapa fraktur ekstremitas distal pada wanita pasca m e n o p a u s e
protein yang dapat memperbaiki sensitivitas insulin dilaporkan meningkat.
dan memperbaiki glikemia, seperti glucose transporter- P e m a k a i a n g l i t a z o n d i h e n t i k a n bila t e r d a p a t k e n a i k a n
l ( G L U T - l ) , G L U T 4, p85aPI-3K dan uncoupling protein-2 e n z i m hati ( A L T d a n A S T ) l e b i h d a r i t i g a kali b a t a s a t a s
( U C P - 2 ) . S e l a i n itu j u g a d a p a t m e m p e n g a r u h i ekspresi normal. Pemakaiannya harus hati-hati pada pasien d e n g a n
dan pelepasan mediator resistensi insulin, seperti T N F - a r i w a y a t p e n y a k i t hati s e b e l u m n y a , g a g a l j a n t u n g k e l a s 3
dan leptin. d a n 4 (klasifikasi N e w york Heart Association, N Y H A ) d a n
Glitazon dapat meningkatkan berat badan dan e d e m a p a d a e d e m a . M e s k i p a d a hasil m e t a a n a l i s i s d i l a p o r k a n
pada 3-5% pasien akibat beberapa m e k a n i s m e antara risiko kematian akibat kardiovaskular m e n i n g k a t 4 3 %
lain: d a n infark m i o k a r d 4 3 % , b e l u m a d a s i m p u l a n y a n g j e l a s
penumpukan l e m a k s u b k u t a n di p e r i f e r dengan m e n g e n a i hal tersebut.
p e n g u r a n g a n lemak viseral
m e n i n g k a t n y a v o l u m e p l a s m a akibat aktivasi reseptor Golongan Sekretagok Insulin
P P A R y di g i n j a l Sekretagok insulin m e m p u n y a i efek hipoglikemik d e n g a n
e d e m a dapat disebabkan penurunan ekskresi natrium cara stimulasi sekresi insulin o l e h sel beta pankreas.
di g i n j a l s e h i n g g a t e r j a d i p e n i n g k a t a n n a t r i u m d a n G o l o n g a n ini m e l i p u t i S U d a n n o n S U ( g l i n i d ) .
retensi cairan.
Sulfonilurea
R o s i g l i t a z o n d a n p i o g l i t a z o n m e m i l i k i e f e k p a d a profil Sulfonilurea telah digunakan untuk pengobatan D M tipe
lipid p a s i e n . R o s i g l i t a z o n m e n i n g k a t k a n k o l e s t e r o l L D L d a n 2 s e j a k t a h u n 1 9 5 0 - a n . O b a t ini d i g u n a k a n s e b a g a i t e r a p i
HDL n a m u n tidak pada trigliserida. S e d a n g k a n pioglitazon farmakologis pada awal pengobatan diabetes dimulai,
memiliki efek netral pada kolesterol LDL, menurunkan t e r u t a m a bila k o n s e n t r a s i g l u k o s a tinggi d a n sudah
t r i g l i s e r i d a d a n m e n i n g k a t k a n H D L . B a i k rosi maupun terjadi g a n g g u a n pada sekresi insulin. Sulfonilurea sering
pioglitazon dapat m e n u r u n k a n small dense LDL. d i g u n a k a n s e b a g a i terapi k o m b i n a s i k a r e n a k e m a m p u a n n y a
2332 DIABETES MILITUS
M e t f o r m i n XR Glucophage-XR 500-750 1
Glumin-XR 500 500-2000 24 1
Diamicron-MR 30 30-120
Sasaran pengelolaan diabetes melitus bukan hanya Peters A L , Davidson MB. Sulfonylurea in the treatment of type
II Diabetes. Current Opinion in Endocrinology and Diabetes
g l u k o s a d a r a h s a j a , t e t a p i j u g a t e r m a s u k f a k t o r - f a k t o r lain
1995;2:325-32.
y a i t u b e r a t b a d a n , t e k a n a n d a r a h , d a n profil l i p i d , s e p e r t i Saltiel A , Horikoshi H . Thiazolidinediones are novel insulin
tampak pada sasaran pengendalian diabetes melitus yang sensitizing agents. Current Opinion in Endocrinolgy and
dianjurkan dalam Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes 1995;2:341-7.
Soegondo S. Prinsip pengobatan diabetes, obat hipoglikemik oral
D M Tipe 2 di I n d o n e s i a t a h u n 2 0 0 6 (Perkumpulan
dan insulin. Dalam. Soegondo S, Soewondo P, Subekti I Eds.
Endokrinologi Indonesia). Diabetes Melitus: Penatalaksanaan Terpadu. Balai Penerbit
Dengan berbagai macam usaha tersebut, diharapkan F K U I 2005,111-29.
U K Prospective Diabetes Study (UKPDS) Group, Intensive blood-
sasaran pengendalian glikemia pada diabetes melitus
glucose control with sulphonylureas or insulin compared with
seperti y a n g dianjurkan oleh pakar diabetes di Indonesia conventional treatment and risk of complications in patients
dapat dicapai, s e h i n g g a pada gilirannya nanti komplikasi with type 2 diabetes (UKPDS 33).Lancet 1998: 352:837.
kronik diabetes melitus iuga dapat dicegah d a n pasien Widen E, Groop L. Biguanide: metabolic effects and potensial use
in the treatment of insulin resistance syndrome. The Diabetes
diabetes melitus dapat hidup berbahagia bersama
Annual 8. Eds. Marshall S M and Home PD. Amsterdam,
diabetes yang disandangnya. Elsevier Publication 994; 227 -241
2 j a m post
80-144 145-179 >180
prandial
A l e (%) <6.5 6.5-8 >8
Kol.total (mg/dL) <200 200-239 >240
Kol LDL (mg/dL) <100 100-129 >130
Kol.HDL (mg/dL) > 45
Trigliserida ( m g /
<150 150-199 >200
dL)
REFERENSI
2336
TERAPI NONFARMAKOLOGIK DIABETES MELITUS 2337
3. N u t r i s i d i b e r i k a n s e c a r a i n d i v i d u a l d e n g a n mennper- A s k a n d a r T j o k r o p r a w i r o d a n d i e t - B ini m e r u p a k a n i n d u k
h i t u n g k a n k e b u t u h a n nutrisi dan nnemperhatikan dari diet y a n g lain, k e m u d i a n d i k e m b a n g k a n menjadi 21
k e b i a s a a n nnakan diabetisi.^ ^ m a c a m d i e t D M . D i e t D M - B m e m p u n y a i sifat-sifat s e b a g a i
berikut:
Berbagai organisasi profesional diantaranya adalah
M e m p u n y a i s u s u n a n k a l o r i : 6 8 % kal k a r b o h i d r a t , 1 2 %
A D A {American Diabetes Association), EASD {European
kal p r o t e i n d a n 2 0 % kal l e m a k
Association Study of Diabetes), CD A {Canadian Diabetes
Karbohidrat kompiek tidak m e n g a n d u n g gula
Association), PERKENI (Persatuan Endokrinologi Indonesia)
Dapat menurunkan kolesterol dalam waktu satu
d a n A s k a n d a r T j o k r o p r a w i r o , t e l a h m e n y u s u n t e r a p i nutrisi
minggu
nnedis b a g i d i a b e t i s i .
M e m p u n y a i kandungan kolesterol < 300 mg/hari,
Semua organisasi sepakat bahwa susunan TNM
r a s i o P:S > 1.0 ( S A F A 5%, P U F A 5%, M U F A 1 0 % )
berdasar atas distribusi makronutrien protein, total lemak,
Proein banyak m e n g a n d u n g a s a m a m i n o esensial
S F A {saturated fatty acid), M U F A {mono unsaturated fatty
Kaya akan s e r a t : 2 5 - 3 5 g/hari
acid), P U F A {poly unsaturated fatty acid), dan karbohidrat.
D i b e r i k a n 6 kali s e h a r i , i n t e r v a l 3 j a m t e r d i r i d a r i 3 kali
Batasi SFA, kolesterol dan lebih d i s a r a n k a n m e n g g u n a k a n
m a k a n a n u t a m a d a n 3 kali m a k a n a n a n t a r a .
lemak MUFA.
Makanan utama pagi sebesar 20% kalori,
Terapi nutrisi medis untuk diabetisi (diet DM)
makanan utama siang dan malam masing-masing
di I n d o n e s i a pertama diperkenalkan oleh Askandar
2 5 % kalori d a n m a k a n a n antara m a s i n g - m a s i n g 1 0 %
Tjokroprawiro,^ pada tahun 1978 sebagai Disertasi
kalori.
P r o g r a m Doktor, yaitu diet-B sebagai diet induk. Dalam
p e r k e m b a n g a n n y a s a m p a i s a a t ini t e r d a p a t 2 1 macam M e s k i p u n d i e t - B ini t i n g g i k a r b o h i d r a t , t e t a p i t i d a k
diet D M yaitu Diet-B, Diet-B Puasa, D i e t - B I , D i e t - B I Puasa, menunjukkan efek s a m p i n g hipertrigliseridemia karena
Diet-B2, Diet- B3, Diet-Be, D i e t - M , Diet-M P u a s a , Det-G, p e m b e r i a n n y a t e r b a g i m e n j a d i 3 kali m a k a n a n u t a m a d a n
Diet-KV, Diet-GL, Diet-H, Diet K V - T 1 , Diet K V - T 2 , Diet 3 kali m a k a n a n a n t a r a ( s n a c k )
KV-T3, Diet KV-L, Diet B 1 - T 1 , Diet B1-T2, Diet B1-T3, Diet ( S A F A = Saturated Fatty Acid; P U F A = Poly Unsaturated
B 1 - L ( G a m b a r 1).^'^'5 Fatty Acid; M U F A = Mono Unsaturated Fatty Acid).
*) Det-B : 68% CHO 12% Protein 20% FATs Prospective-Cross Over Design (1978)
Choi. <300 mg/day | Fiber 25-35 g/day
S A F A 5 % | PUFA 5% | PS = 1.01 MUFA 10%
Kurang tahan lapar d e n g a n dietnya (masih merasa DIET DM-B1 PUASA (1980)
l a p a r d e n g a n d i e t y a n g diberil<an k e p a d a n y a )
Diabetisi yang disertai dengan dislipidemia (TGT, Diperuntukan pada bulan R a m a d h a n .
kolesterol totalT, LDL kolesterolt dan kolesterol HDL
i)
Mempunyai penyulit makroangiopati : D I E T D M - B 2 (1982, 2006)
T I A : Transient Ischemic Attack
R I N D : Reversible Ischemic Neurological Defisit Diindikasikan pada diabetisi d e n g a n komplikasi nefropati
Stroke (trombosis serebri) d i a b e t i k s t a d i u m 1,2,3 a t a u d i a b e t i s i y a n g b e l u m m e n j a l a n i
PJK: P e n y a k i t J a n t u n g K o r o n e r h e m o d i a l i s i s ( p r a H D ) . A d a p u n sifat d i e t D M - B 2 s e b a g a i
Mempunyai penyulit mikroangiopati berikut:
Retinopati diabetik R e n d a h p r o t e i n d e n g a n k a n d u n g a n p r o t e i n 0.6 g /
Telah menderita D M >10 t a h u n kgBB/hari
• Komposisi diet DM-B2 (74% KH, 2 0 % lemak, 6%
protein), tinggi asam a m i n o esensiel
Komposisi sama dengan diet DM-B hanya jam DIET DM-B3 (1983, 2006)
pemberiannya disesuaikan dengan j a m makan bulan
Ramadhan. Diindikasikan pada penderita nefropati diabetik stadium
U n t u k b u l a n R a m a d h a n h a n y a b i s a d i b e r i k a n 3 kali 4 a , d e n g a n p r o t e i n u r i a >3 g / h a r i a t a u a l b u m i n u r i a b e r a t
m a k a n a n utama yaitu pada saat buka puasa sebagai (postif 4) n a m u n belum menjalani hemodialisis (pra HD),
m a k a n a n u t a m a 1 ( 3 0 % kalori), setelah sholat tarawih a d a p u n s i f a t - s i f a t diit D M - B 3 s e b a g a i b e r i k u t :
sebagai m a k a n a n u t a m a 2 ( 2 5 % kalori) d a n pada w a k t u R e n d a h p r o t e i n d e n g a n k a n d u n g a n p r o t e i n 0.8 g /
sahur sebagai m a k a n a n utama 3 ( 2 5 % kalori). S e d a n g k a n kgBB/hari
m a k a n a n a n t a r a ( s n a c k ) d i b e r i k a n 2 kali y a i t u sebelum • Komposisi diet D M - B 3 ( 7 2 % KH, 2 0 % lemak, 8%
tidur malam, dan sesaat sebelum imsyak masing-masing protein), tinggi asam a m i n o esensiel
1 0 % kalori. D i p i l i h l e m a k y a n g t i d a k j e n u h {poly unsaturated
fatty acid)
Diberikan kepada diabetisi y a n g m e m e r l u k a n diet tinggi diabetik stadium 4b dan 5 (pada diabetisi yang sudah
• M a m p u atau mempunyai kebiasaan makan tinggi Meskipun boleh gula dan manis,namun aturan diet
protein, tetapi harus memiliki kadar lemakyang tetap mengikuti pedoman 3 J (jadwal dan jumlah tetap
normal. d i i k u t i h a n y a s a j a j e n i s b o l e h m a n i s ) , t e r d i r i d a r i 3 kali
FASE HEMODA
I USA: Diet-Be
FASE PRA-HEMODIALISA: Diet-B2, 83)
C3^EPRA^HDJ>
rr|PRA-HDUMUM|Diet-B2| CJFASEHDT^
DIABETISI FASE HD :I Pet-Be j
Kandungan Protein: 0.6g/l(gBB/hari Kandungan Protein :1.0-1.2g/kgBB/hari
Diindikasikan pada diabetisi D M T M y a n g menjalani ibadah Singkatan dari diet gula diindikasikan pada diabetisi
dibulan Ramadhan. d e n g a n k o m p l i k a s i n e f r o p a t i d i a b e t i k s t a d i u m 3-4 y a n g
misalnya mengalami penyulit SRMD. Pada kondisi dimana
diabetisi tidak bisa m e n d a p a t k a n a s u p a n nutrisi oral,
DIET DM-G (TJOKROPRAWIRO E T A L , 1999; HARI n a m u n dibatasi j u g a asupan cairannya karena adanya
BBR = Berat B a d a n Relatif = _BB. X 100% Bila m e n y u s u i atau laktasi ( L ) : {(TB-100) x 30} + 4 0 0 kkal
TB-100 (TB : tinggi badan; BB : berat badan)
K e t e r a n g a n : b e r a t b a d a n ( B B ) dalann k g , t i n g g i b a d a n ( T B )
dalam cm
NUTRISI ENTERAL PADA DIABETES MELITUS
Gizi buruk <90%
Normal 90-110%
Karbohidrat apabila diberikan dalam bentuk cair
Gizi lebih 110- 1 2 0 %
aborpsinya berbeda dibanding apabila diberikan dalam
G e m u k (obesitas) >120%
bentuk padat. Pengosongan lambung makanan cair
K e b u t u h a n kalori/hari untuk m e n u j u ke berat b a d a n n o r m a l : lebih cepat dibanding d e n g a n p e n g o s o n g a n lambung
1. Berat badan kurang (BBR <90%), kebutuhan kalori m a k a n a n p a d a t . O l e h k a r e n a itu p e m b e r i a n makanan
sehari: 4 0 - 6 0 kal/kg BB cair pada penderita DM dengan komposisi tinggi
2. B e r a t b a d a n n o r m a l ( B B R 9 0 - 1 0 0 % ) , k e b u t u h a n kalori karbohidrat (formula standard) akan menyebabkan gula
sehari: 30 kal/kg BB d a r a h naik d e n g a n c e p a t s e h i n g g a m e n i m b u l k a n p r o b l e m
3. Berat badan lebih (BBR >110%), kebutuhan kalori hiperglikemi postprandial untuk mengatasi problem
sehari: 20 kal/kg BB hiperglikemi postprandial maka dikembangkan formula
4. G e m u k atau obesitas (BBR > 1 2 0 % ) , k e b u t u h a n kalori baru, yaitu sebagai s u m b e r kalori yang berasal dari
sehari: 10-15 kal/kg BB karbohidrat j u m l a h n y a diturunkan diganti dengan lemak
M U F A (mono unsaturated fatty acid), karena lemak MUFA
Untuk m e m u d a h k a n d a l a m teknik pelaksanaanya diet
absorpsinya lebih lambat d a n tidak b e r p e n g a r u h t e r h a d a p
diabetes dibagi sesuai dengan j u m l a h kalorinya dengan
k a d a r g u l a d a r a h m a u p u n profil l e m a k darah.^^^^
perincian sebagai berikut:
A D A 2004,2008 merokomendasikan bahwa komposisi
D i e t D M I ( 1 1 0 0 kal)
nutrisi enteral untuk penderita D M a d a l a h 5 0 % a s u p a n
D i e t D M II ( 1 3 0 0 kal)
k a l o r i b e r a s a l d a r i k a r b o h i d r a t a t a u l e b i h r e n d a h lagi y a i t u
D i e t D M III ( 1 5 0 0 kal)
3 3 - 4 0 % (sebagai sumber energi sebagian karbohidrat
D i e t D M IV ( 1 7 0 0 kal)
diganti dengan MUFA), lemak sebesar 3 0 % dan kebutuhan
D i e t D M V ( 1 9 0 0 kal)
protein antara 1-1.5 g/kgBB bila tidak didapatkan
D i e t D M V I ( 2 1 0 0 kal)
g a n g g u a n fungsi ginjal. Sedangkan kebutuhan asupan
D i e t D M VII ( 2 3 0 0 kal)
kalori penderita D M y a n g dirawat d i r u m a h sakit adalah
D i e t D M VIII ( 2 5 0 0 kal)
a n t a r a 2 5 - 3 5 kcal/kgBB.^^
D i e t D M IX ( 2 7 0 0 kal)
D i e t D M X ( 2 9 0 0 kal) K e b u t u h a n c a i r a n r a t a - r a t a s e k i t a r 30 m l / k g B B , k e c u a l i
memang sudah terdiagnosis D M , diberikan diet D M - Ada beberapa keuntungan dengan cara pemberian
B1 b a g i d i a b e t i s i y a n g t e r d i a g n o s i s d m s a a t h a m i l ( D M s e p e r t i ini:
g e s t a s i o n a l ) . S e c a r a e m p i r i k p e n e n t u a n j u m l a h kalori u n t u k Karena pemberian mulai j a m 08.00 maka masih
d i a b e t i s i h a m i l d a n m e n y u s u i d a p a t d i g u n a k a n r u m u s di ada kesempatan untuk mengambil darah guna
b a w a h ini.^^^ pemeriksaan
Penghitungan jumlah kalori diabetisi yang B a g i a n gizi m e m p u n y a i c u k u p w a k t u u n t u k m e n y i a p k a n
hamilmaupun yang menyusui El
• Trimester 1 ( T 1 ) : {(TB-100) x 30} + 100 kkal P e m b e r i a n i n s u l i n {short a t a u rapid acting) lebih
• Trimester 2 ( T 2 ) : {(TB-100) x 30} + 200 kkal m u d a h yaitu d i b e r i k a n s e b e l u m E l , E3, E5 d e n g a n
• Trimester 3 ( T 3 ) : {(TB-100) x 30} + 300 kkal jarak pemberian setiap 6 j a m (13,15,16,17).
2342 DIABETES MILITUS
m .- Eti . m a s . m
J2^PharnvForm| j **) Mixer Pharrrv Foirn g^p,. {•) Pharm^ Form | [ M U F A or p j j
INSULIN
I INSULIN I INSULIN I
J E X A M P L E : P H A R M A C Y F O R M U L A OR H O S P I T A L F O R M U L A |
Keterangan:*) Phar. Form: Pharmacy Formula (El, E3, E5), **) Mixer: Hospital Formula (E2, E4),
E5 atau E6 ( m e n g a n d u n g a s a m a m i n o esensial), *) Nutrition atau Mixer, **) Mixer, tanpa atau
rendah gula, rendah lemak
I PUSAT DIABETES DAN N U T R I S I - R S U Dr. SOETOMO. FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSrTAS AIRLANGGA, S U R A B A Y A "
I
3JI L| (LEMAK) : Batasi TEK-KUK-CS7| [8][s](STRESS): Usahakan Tidur Nyenyak 6-7 Jam Sehari
• J l f o l (OBESITAS): Target LP
LP= Linglar Pinggang ?<8Scm [IIBALKOHOL) : Stop Alkohol
5][H] (HIPERTENSI): Untuk Pasien Hipertensi [1 0 | R | | ( R E G U L A R CHECK U P ) :unLk umur >40th: tiap3,6,12 B Jan
Batasi Ekstra Garam, Ikan A s i n , Kacang A s r , dll KonIrd Teratur, Konsultasi Ahli, dan Terapi.
J A S - B U K K E T : J e r o h a n , Alkohol, S a r d e n - B u r u n g D a r a , U n g g a s , K a l d u , K a c a n g - 2 a n , E m p i n g , T a p e | B N I I
[MB
" M A B U K " ( K a y a C h r o m i u m ) : jWrica, A p e l , Brokoli, U d a n g , K a c a n g - k a c a n g a n
Chromium Memperbaiki Kerja Insulin. Ini berarti baik untuk P a s i e n D i a b e t e s
Makanan Suplemen yang Dianjurkan : Buncis, Bawang Putih, Teh Hijau, Merica, TKW-PJKA-BK
T K W - P J K A - B K : Banyak Mengandung Antioksidan WORKSHOP NUTRISI PADA DIABETES UNTUK AHU GIZI DAN PERAWAT.
Tomat Kacang-tecangan.Woftel -Pepaya. Jeruk, Kurma, Apel • B e toll, Kobis ApUkasl21MacamDiet-a^elesdan Diet-Enteral Metode E1 -E6. 2010 ( 06-836-K)
menurunkan A1C secara bermakna dibanding dengan LATIHAN FISIK PADA KENDALI GLUKOSA DARAH
k e l o m p o k kontrol (7.6 vs 8 . 3 1 % ; p <0.001), sebaliknya YANG TIDAK O P T I M A L
setelah intervensi latihan fisik,penurunan berat badan
tidak berbeda antara dua kelompok. Dari penelitian Hiperglikemi
ini d a p a t d i s i m p u l k a n bahv\/a m a n f a a t latihan fisik Pada D M t i p e l y a n g tidak m e n d a p a t k a n insulin d a l a m
terhadap penurunan A1C adalah bebas (independent), w a k t u 1 2 - 4 8 j a m d a n a d a n y a k e t o s i s , l a t i h a n fisik j u s t r u
t i d a k d i p e n g a r u h i o l e h d a m p a k latihan fisik terhadap akan memperburuk hiperglikemi dan ketosis. ADA
penurunan berat badan. {American Diabetes Association) exercise position satement,
Askandar Tjokroprawiro (1978) menyarankan semua l a t i h a n fisik h a r u s d i h i n d a r i bila k a d a r g l u k o s a d a r a h p u a s a
diabetisi untuk melakukan latihanfisik ringan teratur > 2 5 0 m g / d l d a n d i s e r t a i d e n g a n a d a n y a k e t o s i s , bila k a d a r
s e t i a p h a r i p a d a s a a t 1 a t a u 1.5 j a m s e s u d a h makan, glukosa darah >300mg/dl walaupun tidak didapatkan
t e r m a s u k diabetisi yang dirawat dirumah sakit [bed k e t o s i s m a k a l a t i h a n fisik h a r u s d i l a k u k a n d e n g a n h a t i - h a t i
exercise). Misalnya m a k a n pagi j a m 07.00, m a k a n siang bahkan ada yang m e n y a r a n k a n tetap tidak melakukan
j a m 13.00 dan m a k a n m a l a m j a m 19.00, maka latihan l a t i h a n f i s i k . P a d a p a s i e n D M t i p e 2 bila t i d a k a d a d e f i s i e n s i
fisik ringan d i l a k u k a n berturut-turut j a m 08.00,jam i n s u l i n y a n g s a n g a t b e r a t , l a t i h a n fisik d e n g a n i n t e n s i t a s
1 4 . 0 0 d a n j a m 2 0 . 0 0 . L a t i h a n f i s i k ini d i s e b u t latihan r i n g a n a t a u s e d a n g a k a n m e n u r u n k a n g l u k o s a d a r a h , bila
fisik primer. diabetisi d a l a m kondisi baik, a s u p a n cairan c u k u p , keton
S e d a n g k a n l a t i h a n fisik s e k u n d e r d e n g a n melakukan urin m a u p u n d a r a h negatif.
l a t i h a n fisik d e n g a n i n t e n s i t a s a g a k b e r a t terutama
ditujukan pada diabetisi d e n g a n obesitas d a n sehat bisa Hipoglikemi
d i l a k s a n a k a n p a g i h a r i a t a u s o r e hari.^ Pada diabetisi y a n g m e n d a p a t k a n terapi insulin m a u p u n
Di d a l a m k o n s e n s u s p e n g e l o l a a n d a n pencegahan insulin s e k r e t a g o g u s , latihan fisik a k a n menyebabkan
d i a b e t e s m e l i t u s t i p e 2 di I n d o n e s i a P E R K E N I , 2011 h i p o g l i k e m i a bila a s u p a n k a r b o h i d r a t m a u p u n dosis
menyarankan bahwa setiap diabetisi melakukan kegiatan o b a t tidak d i r u b a h . Hipoglikemi akan terjadi bila kadar
fisik s e h a r i - h a r i d a n latihan fisik s e c a r a t e r a t u r 3-4 i n s u l i n e k s o g e n m e n c a p a i k a d a r p u n c a k d a n l a t i h a n fisik
kali s e m i n g g u s e l a m a 30 m e n i t . K e g i a t a n sehari-hari d i p e r p a n j a n g . H i p o g l i k e m i j a r a n g terjadi p a d a d i a b e t i s i
seperti berjalan kaki kepasar, m e n g g u n a k a n tangga yang tidak mendapatkan terapi insulin dan insulin
berkebun h a r u s t e t a p d i l a k u k a n . L a t i h a n fisik yang sekretagogus.
d i a n j u r k a n a d a l a h b e r u p a l a t i h a n fisik y a n g bersifat Menurut ADAguideline diberikan t a m b a h a n karbohidrat
aerobik seperti jalan kaki, bersepeda santai, j o g g i n g dan bila k a d a r g l u k o s a d a r a h s e b e l u m l a t i h a n f i s i k < 1 0 0 m g /
b e r e n a n g . Untuk m e r e k a y a n g relatif sehat intensitas di, n a m u n t a m b a h a n k a r b o h i d r a t tidak d i p e r l u k a n bagi
latihan fisik bisa d i t i n g k a t k a n , s e m e n t a r a y a n g sudah diabetisi y a n g hanya m e n d a p a t terapi diet saja,metformin,
mendapatkan komplikasi DM dapat dikurangi. Hindarkan alfa glukosidase inhibitor d a n atau thiazolidinedion t a n p a
kebiasaan hidup kurang gerak atau bermalas-malasan. i n s u l i n a t a u i n s u l i n sekretagogus.^^
Hindari aktivitas sedenter misalnya m e n o n t o n televisi,
m e n g g u n a k a n internet, main g a m e komputer. Persering
aktivitas dengan mengikuti olah raga rekreasi dan LATIHAN FISIK DENGAN KOMPLIKASI KRONIS
b e r a k t i v i t a s fisik t i n g g i p a d a w a k t u liburan,misalnya
j a l a n c e p a t , golf, o l a h o t o t , b e r s e p e d a . B i a s a k a n b e r g a y a Retinopati
h i d u p sehat d e n g a n berjalan kaki kepasar (tidak m e m a k a i
Pada retionopati proliferatif atau retinopati nonproliferatif
mobil), menggunakan tangga (tidak menggunakan
y a n g b e r a t , l a t i h a n fisik a e r o b i k y a n g b e r a t merupakan
lift), m e n e m u i r e k a n k e r j a ( t i d a k h a n y a m e l a l u i t e l e p o n
k o n t r a i n d i k a s i k a r e n a a k a n m e n i n g k a t k a n risiko t e r j a d i n y a
i n t e r n a l ) , j a l a n d a r i t e m p a t parkir.^
perdarahan vitreus atau ablasio retina.
S e b e l u m m e l a k u k a n program latihan fisikyang lebih
intensif dari j a l a n cepat, bagi diabetisi sebaiknya dilakukan Neuropati Perifer
e v a l u a s i k e m u n g k i n a n risiko k a r d i o v a s k u l a r d a n k o n d i s i Pada neuropati perifer terutama neuropati sensori, latihan
lain y a n g bisa m e n y e b a b k a n cidera s e b a g a i dampak fisik a k a n m e n i n g k a t k a n risiko t e r j a d i n y a l u k a d a n i n f e k s i
l a t i h a n fisik s e p e r t i n e u r o p a t i a u t o n o m i k y a n g berat, oleh k a r e n a sensasi nyeri pada kaki m e n u r u n . O l e h karena
neuropati perifer y a n g berat, retinopati pre-proliferatif itu p a d a d i a b e t i s i d e n g a n k o m p l i k a s i n e u r o p a t i perifer
a t a u p r o l i f e r a t i f U m u r d a n a k t i v i t a s fisik s e b e l u m n y a j u g a y a n g b e r a t d i s a r a n k a n l a t i h a n fisik y a n g t e r b a i k a d a l a h
harus menjadi pertimbangan untuk menentukanjenis dan l a t i h a n fisik non-weight-bearing seperti renang, sepeda
i n t e n s i t a s l a t i h a n fisik."^^ atau latihan tangan.
TERAPI NONFARMAKOLOGIK DIABETES MELITUS 2345
2347-
2348 DIABETES MILITUS
DIAGNOSIS PENATALAKSANAAN
KOMPLIKASI
1. Hipoglikemia
2. Metastase (pada Ca. pp Langerhans)
REFERENSI
PROSES PEMBENTUKAN DAN SEKRESI INSULIN glukosa.Tahap pertama adalah proses melewati m e m b r a n
sel.Untuk d a p a t m e l e w a t i m e m b r a n sel beta d i b u t u h k a n
Insulin m e r u p a k a n h o r m o n y a n g terdiri dari rangkaian b a n t u a n s e n y a w a l a i n . Glucose transporter {GLUT) adalah
a s a m a m i n o , d i h a s i l k a n o l e h sel b e t a k e l e n j a r p a n k r e a s . s e n y a w a a s a m a m i n o y a n g t e r d a p a t di d a l a m b e r b a g a i
D a l a m k e a d a a n n o r m a l , bila a d a r a n g s a n g a n p a d a sel b e t a , sel y a n g b e r p e r a n d a l a m p r o s e s m e t a b o l i s m e g l u k o s a .
i n s u l i n d i s i n t e s i s d a n k e m u d i a n d i s e k r e s i k a n ke d a l a m Fungsinya sebagai "kendaraan" pengangkut glukosa
darah sesuai kebutuhan tubuh untuk keperluan regulasi m a s u k dari luar ke d a l a m sel j a r i n g a n t u b u h . Glucose
glukosa darah. transporter 2 ('GLUT 2) y a n g t e r d a p a t d a l a m s e l beta
Sintesis insulin dimulai d a l a m bentuk preproinsulin misalnya, diperlukan dalam proses masuknya glukosa
{precursor h o r m o n insulin ) pada retikulum e n d o p l a s m a d a r i d a l a m d a r a h , m e l e w a t i m e m b r a n , ke d a l a m s e l .
sel beta. D e n g a n b a n t u a n e n z i m p e p t i d a s e , preproinsulin P r o s e s ini p e n t i n g bagi tahapan selanjutnya yakni
mengalami pemecahan sehingga terbentuk proinsulin, molekul glukosa akan m e n g a l a m i proses glikolisis dan
yang kemudian dihimpun dalam gelembung-gelembung f o s f o r i l a s i d i d a l a m sel d a n k e m u d i a n membebaskan
{ecretory vesicles ) d a l a m sel t e r s e b u t . Di s i n i , s e k a l i lagi molekul ATP Molekul ATP yang terbentuk, dibutuhkan
dengan bantuan enzim peptidase, proinsulin diurai untuk tahap yakni proses mengaktifkan penutupan K
m e n j a d i i n s u l i n d a n p e p t i d a - C {C-peptide) yang keduanya channel p a d a m e m b r a n s e l . P e n u t u p a n ini berakibat
sudah siap untuk disekresikan secara b e r s a m a a n melalui t e r h a m b a t n y a p e n g e l u a r a n ion K dari d a l a m sel y a n g
m e m b r a n sel.^ menyebabkan terjadinya tahap depolarisasi membran
memang sangat dibutuhkan dalam proses utilisasi ion Ca s e h i n g g a m e n i n g k a t k a n kadar ion Ca intrasel.
glukosa yang ada dalam darah. Kadar glukosa darah yang Suasana ini d i b u t u h k a n bagi proses sekresi insulin
meningkat, merupakan komponen utama yang memberi melalui mekanisme yang cukup rumit dan belum
r a n g s a n g a n t e r h a d a p sel b e t a d a l a m memproduksi s e u t u h n y a d a p a t d i j e l a s k a n . ^ ( G a m b a r 1)
2350
INSULIN: MEKANISME SEKRESI DAN ASPEK METABOLISME
2351
V^® A Sekretori
Glukosa
K+" eksositosis
i Transpor granula
Glukosa 6 Fosfat
i Depolarisasi
membran
C peptide + insulin
Enzim
GlucosA
e Ts P
ignaling
'pemecah
Proinsulin
Sel B
t
Preproinsulin
Sintesis insulin
adalah sekresi insulin y a n g terjadi segera setelah a d a dinamika sekresi insulin pada keadaan normal, toleransi
sebagai kendaraan pengangkut glukosa melewati Gangguan metabolisme glukosa yang terjadi,
m e m b r a n a sel ke d a l a m s e l . D a l a m hal inilah j a r i n g a n h e p a r diawali oleh kelainan pada dinamika sekresi insulin
ikut b e r p e r a n d a l a m m e n g a t u r h o m e o s t a s i s g l u k o s a t u b u h . berupa g a n g g u a n pada fase 1 sekresi insulin y a n g tidak
Peninggian kadar glukosa darah puasa, lebih ditentukan sesuai kebutuhan (inadekuat). Defisiensi insulin ini
oleh peningkatan produksi glukosa secara endogen yang secara langsung menimbulkan dampak buruk terhadap
berasal dari proses g l u k o n e o g e n e s i s d a n glikogenolisis h o m e o s t a s i s g l u k o s a d a r a h . Y a n g p e r t a m a terjadi a d a l a h
di j a r i n g a n hepar. K e d u a p r o s e s ini b e r l a n g s u n g s e c a r a hiperglikemia akut postprandial (HAP) yakni peningkatan
normal pada orang sehat karena dikontrol oleh h o r m o n kadar glukosa darah segera (10 - 30 menit) setelah beban
insulin. Manakala jaringan (hepar) resistensi terhadap glukosa(makan atau minum)
INSULIN: MEKANISME SEKRESI DAN ASPEK METABOLISME 2353
GLUKOSA
INSULIN INSULIN
RESEPTOR
3 O a RESEPTOR
o I ^
• + X GLUT-4
GLUKOSA
^ ^ ^ H ^ M ICROSOMAL
MIC V^Hp M
MIC
ICROSOMAL
^ ^ ^ ^ ^ \V/ E
CSCICLES ^^^^^^ V ESICLES
wc<
REFERENSI
A s h c r o f t F M , G r i b b l e F M , 1 9 9 9 . A T P - s e n s i t i v e K ' channels
and insulin secretion : Their role in health and disease.
Diabetologia 42: 903-919.
Ashcroft F M , G r i b b l e F M , 1999. Differential sensitivity of beta-cell
and extrapancreatic K ^,channels to gliclazide. Diabetologia
42:845-848. S u r y o h u d o y o P, 2000. llmu kedokteran molekuler.
Ed 1, Jakarta: Perpustakaan Nasional, him 48-58.
C e r a s i E, 2001 .The islet in type 2 diabetes: Back to center stage.
Diabetes 50: S I - S 3 . '
C e r i e l l o A , 2002. The possible role of postprandial hyperglycemia
in the pathogenesis of diabetic complications. Diabetologia
42:117-122
F e r r a w i i t i i E, 1998. Insulin resistance versus insulin deficiency
in non insulin dependent diabetes mellitus: Problems and
prospects. Endocrine Reviev^s 19: 477-490
G e r i c h JE, 1998. The genetic basis of type 2 diabetes mellitus:
impaired insulin secretion versus impaired insulin sensitivity.
Endocrine Reviews 19: 491 - 503.'
N i e l s e n M F , N y h o h n B, C a u m o A , Chaitdramouli V, S c h u m a n n W C ,
Cobelli C, e t a l , 2000. Prandial glucose effectiveness and fasting
gluconeogenesis in insulin-resistant first-degree relatives of
patients with type 2 diabetes. Diabetes 49: 2135-2141.
Prato S D , 2002. Loss of early insulin secretion leads to postprandial
hyperglycaemia. Diabetologia 29 : 47-53.
S u z u k i H , F u k u s h i m a M , Usami M , Ikeda M , T a n i g u c h i A , Nnkni Y,
et rt/,2003.Factors responsible for development from normal
glocose tolerance to isolated postchallenge hyperglycemia.
Diabetes Care 26: 1211-1215.
Tjokroprawiro A , 1 9 9 9 . Diabetes mellitus and syndrome 32 (A
step forward to era of globalisation - 2003). JSPS- D N C
symposium, Surabaya : 1 - 6.
W e y e r C, B o g a r d u s C, M a r t D M , T n t a r a n n i P A , Pratley R E , 2000.
Insulin resistance and insulin secretory dysfunction are
independent predictors of worsening of glucose tolerance
during each stage of type 2 diabetes development. Diabetes
Care 24: 89-94.
Weigeiisberg, C r u z M L , Goran M I , 2003. Association between insulin
sensitivity and post-glucose challenge plasma insulin value in
overweight Latino youth. Diabetes Care 26: 2094-2099.
306
H I P O G L I K E M I : PENDEKATAN KLINIS
DAN PENATALAKSANAAN
Asman Manaf
PENDAHULUAN EPIDEMIOLOGI
Hipoglikemi secara definisi didasarkan r e n d a h n y a kadar Diantara hipoglikemi y a n g d i s e b a b k a n oleh faktor luar
glukosa darah (GD) pada seseorang. Ironisnya, kejadian (eksogen), obat-obatan merupakan penyebab tersering,
hipoglikemi justru sering berkaitan dengan diabetes dan diantara obat-obatan tersebut, obat diabetes yang
m e l i t u s , baik d i a b e t e s t i p e 1 ( D M T I ) m a u p u n t i p e 2 ( D M T 2 ) , berperan dalam meningkatkan kadar insulin serum
o l e h k a r e n a m a s a l a h ini b e r h u b u n g a n d e n g a n p e n a n g a n a n merupakan penyebab utama. Berdasarkan penelitian,
penyakit tersebut. S e m a k i n intensif pengendalian kadar terjadi p e n i n g k a t a n i n s i d e n s i h i p o g l i k e m i p a d a p e n d e r i t a
g l u k o s a d a r a h , risiko h i p o g l i k e m i s e m a k i n meningkat. yang diobati dengan obat-obatan diabetes, sejalan
F e n o m e n a ini pula y a n g m e n y e b a b k a n k e n a p a p e r s e n t a s e dengan kebijakan pengendalian kadar glukosa darah
p e n g e n d a l i a n kadar g l u k o s a d a r a h y a n g benar-benar optimal s e c a r a i n t e n s i f {Diabetes Control and Complication Trial
h a n y a sedikit saja. S e b a g i a n b e s a r p a r a praktisi k e s e h a t a n dan United Kingdom Prospective Diabetes Study). Sebagai
merasa lebih a m a n apabila kadar glukosa darah telah c o n t o h , terjadi peningkatan angka kejadian/episode
"sedikit di atas n o r m a l " . K e k h a w a t i r a n a k a n terjadinya h i p o - hipoglikemia berat dari 20 e p i s o d e per 100 p e n d e r i t a /
glikemi karena m e m a n g batas a m a n tersebut sangat sempit. tahun (dengan pengobatan "konvensional" menjadi
Namun demikian, sebagian kecil dari kejadian 60 episode per penderita/tahun) d e n g a n pengobatan
hipoglikemi disebabkan oleh penyebab lainnya. Termasuk "intensif" pada diabetes tipe 1 y a n g diobati d e n g a n insulin.
dan bahkan dapat m e m b a w a kematian. Oleh karena itu, akut, dan aritmia ventrikular.
baik p a r a p e l a y a n k e s e h a t a n m a u p u n m e r e k a y a n g b e r i s i k o
t i n g g i t e r h a d a p k e j a d i a n ini h a r u s m e m a h a m i n y a .
PATOFISIOLOGI HIPOGLIKEMI
hormone, disekresikan oleh hipofise anterior yang Kadar glukosa dalam plasma yang rendah pada saat
j u g a berdampak pada peningkatan produksi glukosa yang bersaman, berdasarkan pemeriksan penunjang/
di h e p a r . P a t u t d i c a t a t b a h w a k h u s u s u n t u k h o r m o n l a b o r a t o r i u m , d a n 3. K e a d a a n k l i n i s s e g e r a membaik
kortisol dan growth hormone, dapat memberikan segera setelah kadar glukosa plasma menjadi normal
efek sebaliknya yakni m e n u r u n k a n k a n kadar glukosa setelah diberi pengobatan d e n g a n pemberian glukosa.
m e l a l u i m e k a n i s m e d e p o s i t g l u k o s a di j a r i n g a n
perifer. N a m u n e f e k ini b a r u t i m b u l s e t e l a h b e b e r a p a
j a m setelah pemberian sehingga pada prolonged
GEJALA KLINIS
h i p o g l i k e m i a , f e n o m e n a ini h a r u s d i p i k i r k a n .
P a d a d a s a r n y a , k e l u h a n m a u p u n g e j a l a klinis h i p o g l i k e m i ,
Regulasi G D yang normal diperlukan tubuh untuk terjadi oleh karena dua penyebab u t a m a y a k n i : 1.
m e m e n u h i k e b u t u h a n e n e r g i di j a r i n g a n . P a d a k e a d a a n Terpacunya aktivitas sistem saraf otonom, terutama
n o r m a l , terjadi k e s e i m b a n g a n antara proses absorbsi s i m p a t i s , d a n 2. T i d a k a d e k u a t n y a s u p l a i g l u k o s a ke
g l u k o s a di s a l u r a n c e r n a , u p t a k e g l u k o s a o l e h j a r i n g a n , jaringan serebral (neuroglikopenia). Cukup banyak
glikogenesis, glikogenolisis, glukoneogenesis, yang kejadian hipoglikemi luput dari p e n g a m a t a n pasien d a n
dipengaruhi oleh seperangkat hormon. Hipoglikemi dokter disebabkan spektrum gambaran klinisyang cukup
terjadi k e t i k a t u b u h g a g a l m e m p e r t a h a n k a n k a d a r n o r m a l lebar serta kurangnya p e m a h a m a n pasien terhadap
glukosa d a r a h (GD) oleh p e n y e b a b dari luar a t a u p u n hipoglikemi tersebut. Pada tahap awal hipoglikemia,
d a l a m t u b u h . K e a d a a n ini d i s e b a b k a n o l e h ketidak- respon p e r t a m a dari t u b u h adalah peningkatan h o r m o n
m a m p u a n t u b u h dalam m e n g a t u r regulasi glukosa melalui adrenalin/epinefrin, sehingga menimbulkan gejala
r a n g k a i a n b e b e r a p a p r o s e s y a n g terjadi s e c a r a s e i m b a n g . neurogenik seperti.
Keseimbangan tersebut dipengaruhi oleh beberapa Gemetaran
hormon yang penting, diantaranya insulin, glukagon, Kuli l e m b a b d a n p u c a t
e p i n e f r i n ( a d r e n a l i n ) , k o r t i s o l , d a n growth hormone. Rasa cemas
HIPOGLIKEMI: PENDEKATAN KLINIS DAN PENATALAKSANAAN 2357
Keringat berlebihan
Tabel 1. R e n t a n g Kadar G l u k o s a S e r u m y a n g N o r m a l
Rasa lapar
Mudah rangsang R e n t a n g batas kadar g l u k o s a darah (GD) n o r m a l
PENCEGAHAN
REFERENSI
2359
2360 DIABETES MILITUS
J a r i n g a n k a r d i o v a s k u l a r , d e m i k i a n j u g a j a r i n g a n lain
MEKANISMETERJADINYA KOMPLIKASI KRONIK y a n g r e n t a n t e r h a d a p t e r j a d i n y a k o m p l i k a s i kronik d i a b e t e s
DIABETES MELITUS ( j a r i n g a n s y a r a f sel e n d o t e l p e m b u l u h d a r a h d a n sel r e t i n a
serta lensa) m e m p u n y a i k e m a m p u a n untuk m e m a s u k k a n
Jika dibiarkan tidak dikelola d e n g a n baik, diabetes melitus g l u k o s a d a r i l i n g k u n g a n s e k i t a r ke d a l a m sel t a n p a h a r u s
a k a n m e n y e b a b k a n terjadinya berbagai komplikasi kronik, m e m e r l u k a n insulin (insulin i n d e p e n d e n t ) , agar d e n g a n
baik mikroangiopati m a u p u n m a k r o a n g i o p a t i . Adanya demikian jaringan yang sangat penting tersebut akan
p e r t u m b u h a n sel d a n j u g a k e m a t i a n sel y a n g tidak diyakinkan mendapat cukup pasokan glukosa sebelum
normal merupakan dasar terjadinya komplikasi kronik g l u k o s a t e r s e b u t d i p a k a i u n t u k e n e r g i di o t o t maupun
diabetes melitus. Kelainan dasar tersebut sudah dibuktikan untuk k e m u d i a n disimpan sebagai c a d a n g a n lemak. Tetapi
terjadi p a d a para p e n y a n d a n g diabetes melitus m a u p u n p a d a k e a d a a n h i p e r g l i k e m i a k r o n i k , t i d a k c u k u p terjadi
juga pada berbagai binatang percobaan. Perubahan d o w n regulation dari sistem transportasi glukosa y a n g
dasar/disfungsi t e r s e b u t t e r u t a m a terjadi p a d a e n d o t e l n o n - i n s u l i n d e p e n d e n ini, s e h i n g g a sel a k a n k e b a n j i r a n
p e m b u l u h d a r a h , sel o t o t p o l o s p e m b u l u h d a r a h m a u p u n masuknya glukosa; suatu keadaan yang disebut sebagai
p a d a sel m e s a n g i a l ginjal, s e m u a n y a menyebabkan hiperglisolia.
perubahan pada p e r t u m b u h a n dan kesintasan sel, yang Hiperglisolia kronik akan m e n g u b a h homeostasis
kemudian pada gilirannya akan m e n y e b a b k a n terjadinya b i o k i m i a w i sel t e r s e b u t y a n g k e m u d i a n b e r p o t e n s i u n t u k
komplikasi vaskular diabetes. Pada retinopati diabetik terjadinya perubahan dasar terbentuknya komplikasi kronik
p r o l i f e r a t i f d i d a p a t k a n h i l a n g n y a sel p e r i s i t d a n t e r j a d i diabetes, y a n g meliputi beberapa jalur biokimiawi seperti
p e m b e n t u k a n m i k r o a n e u r i s m a . Di s a m p i n g itu j u g a terjadi j a l u r r e d u k t a s e a l d o s a , j a l u r stres o k s i d a t i f s i t o p l a s m i k , j a l u r
h a m b a t a n pada aliran p e m b u l u h darah dan kemudian pleiotropik protein kinase C dan terbentuknya spesies
terjadi p e n y u m b a t a n kapiler. S e m u a k e l a i n a n t e r s e b u t a k a n glikosilasi lanjut intraselular.
m e y e b a b k a n kelainan mikrovaskular berupa lokus iskemik
d a n h i p o k s i a lokal. Sel retina k e m u d i a n m e r e s p o n s d e n g a n
Jalur Reduktase Aldosa
meningkatnya ekspresi faktor pertumbuhan endotel
Pada j a l u r r e d u k t a s e aldosa ini, oleh e n z i m reduktase
v a s k u l a r {Vascular Endothelial Growth Factor=\/£Gf) dan
aldosa, dengan adanya coenzim NADPH, glukosa
selanjutnya m e m a c u terjadinya neovaskularisasi p e m b u l u h
akan diubah menjadi sorbitol. Kemudian oleh sorbitol
d a r a h . Pada nefropati diabetik, terjadi peningkatan
dehidrogenase dengan memanfaatkan nikotiamid adenin
tekanan glomerular, dan disertai meningkatnya matriks
d i n u k l e o t i d a t e r o k s i d a s i ( N A D + ), s o r b i t o l a k a n d i o k s i d a s i
ekstraselular akan menyebabkan terjadinya penebalan
menjadi fruktosa. Sorbitol dan fruktosa keduanya tidak
membran basal, ekspansi mesangial dan hipertrofi
terfosforilisasi, tetapi bersifat s a n g a t hidrofilik, s e h i n g g a
g l o m e r u l a r . S e m u a itu a k a n m e n y e b a b k a n b e r k u r a n g n y a
lamban penetrasinya melalui membran lipid bilayer.
a r e a filtrasi d a n k e m u d i a n terjadi p e r u b a h a n s e l a n j u t n y a
A k i b a t n y a terjadi a k u m u l a s i poliol intraselular, d a n sel
y a n g m e n g a r a h ke t e r j a d i n y a g l o m e r u l o s k l e r o s i s .
a k a n k e m b a n g , b e n g k a k a k i b a t m a s u k n y a air ke d a l a m
T e r j a d i n y a plak a t e r o s k l e r o s i s p a d a d a e r a h s u b i n t i m a l sel k a r e n a p r o s e s o s m o t i k . S e b a g a i a k i b a t lain k e a d a a n
p e m b u l u h d a r a h y a n g k e m u d i a n berlanjut p a d a t e r b e n t u k n y a tersebut, a k a n terjadi pula i m b a l a n s ionik d a n i m b a l a n s
penyumbatan pembuluh darah dan kemudian sindrom metabolit yang secara keseluruhan akan mengakibatkan
koroner akut s e m u a n y a s u d a h dibicarakan d e n g a n lebih t e r j a d i n y a k e r u s a k a n sel t e r k a i t .
KOMPLIKASI KRONIK DIABETES: MEKANISME TERJADINYA, DIAGNOSIS DAN STRATEGI PENGELOLAAN
2361
Jalur Pembentukan Produk Akhir Glikasi Lanjut d e n g a n terjadinya peroksidasi m e m b r a n lipid, aktivasi
Proses glikasi protein n o n - e n z i m a t i k terjadi baik intra faktor transkripsi ( N F - K B ) , peningkatan oksidasi LDL dan
Inflamasi
Jalur Protein Kinase Dari pembicaraan di a t a s t a m p a k bahwa berbagai
H i p e r g l i k e m i a intraselular (hiperglisolia) a k a n m e n y e b a b k a n mekanisme dasar mungkin berperan dalam terbentuknya
meningkatnya diasilgliserol (DAG) intraselular, dan komplikasi kronik D M y a i t u a n t a r a lain aktivasi j a l u r
k e m u d i a n s e l a n j u t n y a p e n i n g k a t a n p r o t e i n K i n a s e C, reduktase aldosa, stres oksidatif t e r b e n t u k n y a produk
terutama PKC Beta. Perubahan tersebut kemudian akan akhir glikasi lanjut atau p r e k u r s o r n y a serta aktivasi PKC,
b e r p e n g a r u h p a d a sel e n d o t e l , m e n y e b a b k a n terjadinya y a n g s e m u a n y a itu a k a n m e n y e b a b k a n t e r j a d i n y a d i s f u n g s i
perubahan vasoreaktivitas melalui keadaan meningkatnya e n d o t e l , m e n g g a n g g u dan m e n g u b a h sifat berbagai
endotelin 1 dan menurunnya e-NOS. Peningkatan PKC protein penting dan kemudian akan m e m a c u terbentuknya
a k a n m e n y e b a b k a n p r o l i f e r a s i sel o t o t p o l o s d a n j u g a sitokin proinflamasi serta faktor p e r t u m b u h a n seperti
m e n y e b a b k a n terbentuknya sitokin serta berbagai faktor TGF-B dan V E G F . Berbagai macam sitokin seperti
p e r t u m b u h a n seperti TGF Beta dan VEGF. Protein kinase C molekul adhesi (ICAM, V I C A M , E-selectin, P-selectin
2362 DIABETES MILITUS
dsb.) d e n g a n jelas sudah terbukti meningkat junnlahnya polos, endotel dan monosit. Ligand terhadap PPAR alpha
pada penyandang D M . Prototipe petanda adanya proses terbukti m e m p u n y a i efek inflamasi. Pada tikus p e r c o b a a n
inflamasi yaitu CRP dan N F - K B pada penyandang D M j u g a yang tidak m e m p u n y a i PPAR alpha didapatkan respons
jelas meningkat seiring d e n g a n meningkatnya konsentrasi inflamasi yang m e m a n j a n g jika tikus tersebut distimulasi
A l c. J e l a s b a h w a p r o s e s i n f l a m a s i p e n t i n g p a d a t e r j a d i n y a d e n g a n b e r b a g a i s t i m u l u s . P a d a sel o t o t p o l o s p e m b u l u h
komplikasi kronik D M . darah, a s a m fibrat, (suatu ligand PPAR) terbukti dapat
m e n g h a m b a t signal proinflamatori akibat rangsangan
Berbagai peptida berpengaruh pada pengaturan tersebut, dapat disimpulkan b a h w a PPAR terkait j u g a
pembuluh darah, dan disangka mungkin berperan pada d e n g a n terjadinya komplikasi kronik D M .
terjadinya komplikasi kronik D M . Insulin merupakan Setelah melihat berbagai kemungkinan jalur
peptida pengatur yang terutama mengatur konsentrasi mekanisme terjadinya komplikasi kronik DM serta
glukosa darah. selanjutnya keterlibatan berbagai proses patobiologik
Insulin j u g a m e m p u n y a i peran pengatur mitogenik. lain, t a m p a k b a h w a y a n g terpenting pada p e m b e n t u k a n
Pada konsentrasi y a n g biasa didapatkan pada p e n y a n d a n g dan k e m u d i a n lebih lanjut progresi komplikasi vaskular
D M dan hipertensi, insulin dapat memfasilitasi terjadinya diabetes adalah hiperglikemia, resistensi insulin, sitokin
p r o l i f e r a s i sel s e p e r t i s e l o t o t p o l o s p e m b u l u h d a r a h . dan substrat vasoaktif Tampak pula b a h w a apa pun jalur
I n s u l i n j u g a m e m p u n y a i p e n g a r u h lain y a i t u s e b a g a i m e k a n i s m e y a n g terjadi d a n p r o s e s lain y a n g terlibat
hormon vasoaktif. Insulin secara fisiologis melalui yang terpenting adalah a d a n y a hiperglikemia kronik dan
NO dari e n d o t e l , m e m p u n y a i pengaruh terhadap selanjutnya p e n i n g k a t a n glukosa sitosolik (hiperglisolia).
terjadinya vasodilatasi pembuluh darah. Pengaruh ini Apakah dengan menurunkan dan memperbaiki keadaan
b e r g a n t u n g pada b a n y a k n y a insulin d a l a m darah (dose h i p e r g l i k e m i a ini k e m u d i a n d a p a t t e r b u k t i a k a n m e n u r u n k a n
dependent). Pada keadaan resistensi insulin dengan komplikasi kronik D M ?
a d a n y a h i p e r i n s u l i n e m i a p e n g a r u h insulin u n t u k t e r j a d i n y a Beberapa penelitian epidemiologis dalam skala besar
vasodilatasi akan menurun. dan j a n g k a lama seperti U K P D S telah dapat membuktikan
P e p t i d a v a s o a k t i f y a n g lain a d a l a h a n g i o t e n s i n II, y a n g dengan sangat baik bahwa dengan memperbaiki
dikenal b e r p e r a n p a d a p a t o g e n e s i s terjadinya p e r t u m b u h a n hiperglikemia melalui berbagai cara dapat secara
abnormal pada jaringan kardiovaskular dan jaringan b e r m a k n a m e n u r u n k a n komplikasi kronik D M , terutama
g i n j a l . P e n g a r u h a n g i o t e n s i n II d a p a t t e r j a d i m e l a l u i 2 komplikasi mikrovaskular, yang merupakan komplikasi
m a c a m reseptor yaitu reseptor ATI dan reseptor AT2. kronik khas D M akibat hiperglikemia. S e d a n g k a n untuk
Sebagian besar respons fisiologis terhadap angiotensin komplikasi makrovaskular walaupun jelas didapatkan
berjalan melalui reseptor A T I . P e n g h a m b a t a n terhadap p e n u r u n a n tetapi penurunan tersebut tidak b e r m a k n a .
kerja a n g i o t e n s i n II m e m a k a i Ace inhibitor terbukti Kemungkinan besar karena untuk terjadinya komplikasi
dapat mengurangi kemungkinan terjadinya penyakit m a k r o v a k u l a r b a n y a k sekali f a k t o r lain s e l a i n h i p e r g l i k e m i a
kardiovaskular. yang j u g a berpengaruh, seperti faktor tekanan darah dan
j u g a faktor lipid. Pada U K P D S j e l a s d i d a p a t k a n bahwa
meningkatnya keadaan prokoagulasi yang kemudian p a d a komplikasi kronik D M , t e r m a s u k m e r o k o k tentu saja harus
gilirannya akan menyebabkan kemungkinan penyumbatan diperhatikan dalam usaha m e n u r u n k a n tingkat kejadian
pembuluh darah. Pada penyandang D M dengan adanya berbagai komplikasi kronik D M . Pada p e m b i c a r a a n berikut
hiperglikemia melalui berbagai mekanisme akan akan d i k e m u k a k a n hal-hal yang perlu dikerjakan untuk
m e n y e b a b k a n terjadinya g a n g g u a n terhadap pengaturan berbagai faktor terkait komplikasi D M tersebut, yaitu untuk
itu mengenai berbagai faktor risiko terjadinya komplikasi untuk terjadinya komplikasi kronik DM seperti tekanan
vaskular kronik DM dan kemudian usaha menegakkan darah, lipid dan kegemukan serta merokok. Penyandang
diagnosis dini menjadi sangat penting maknanya. DM d e n g a n m i k r o a l b u m i n u r i a s e y o g y a n y a dikelola
oleh dokter yang berpengalaman dan mumpuni dalam
Retinopati memodifikasi berbagai faktor risiko terkait terjadinya
Berbagai kelainan akibat DM dapat terjadi pada retina, komplikasi kronik DM. Penyandang DM dengan laju
mulai dari retinopati diabetik non-proliferatif sampai filtrasi glomerulus atau bersihan kreatinin <30 mL/menit
perdarahan retina, kemudian juga ablasio retina dan lebih seyogyanya sudah dirujuk ke ahli penyakit ginjal untuk
lanjut lagi dapat mengakibatkan kebutaan. Diagnosis menjajagi kemungkinan dan untuk persiapan terapi
dini retinopati dapat diketahui melalui pemeriksaan pengganti bagi kelainan ginjalnya, baik nantinya berupa
retina secara rutin. Pada praktik pengeloaan DM sehari- dialisis maupun transplantasi ginjal.
hari, dianjurkan untuk memeriksa retina mata pada
kesempatan pertama pertemuan dengan penyandang Penyakit Jantung Koroner
DM dan kemudian setiap tahun atau lebih cepat lagi kalau Kewaspadaan untuk kemungkinan terjadinya penyakit
diperlukan sesuai dengan keadaan kelainan retinanya. pembuluh darah koroner harus ditingkatkan terutama
Ada beberapa cara untuk memeriksa retina: untuk mereka yang mempunyai risiko tinggi terjadinya
• Cara Langsung dengan memanfaatkan oftalmoskop kelainan aterosklerosis seperti mereka yang mempunyai
standard riwayat keluarga penyakit pembuluh darah koroner atau
Oftalmoskopi Indirek dengan slit lamp pun riwayat keluarga DM yang kuat. Jika ada kecurigaan
biomicroscope seperti misalnya ketidak-nyamanan pada daerah dada,
Fotografi Retina (cara p e n j a r i n g a n y a n g paling harus segera dilanjutkan dengan pemeriksaan penjaring
dianjurkan) yang teliti untuk mencari dan menangkap kemungkinan
Kelainan yang ada pada retina sangat bervariasi. adanya penyakit pembuluh darah koroner, paling sedikit
Beberapa keadaaan memerlukan rujukan pada ahli d e n g a n p e m e r i k s a a n EKG saat i s t i r a h a t , k e m u d i a n
penyakit mata. dilanjutkan dengan pemeriksaan EKG dengan beban, serta
Rujukan harus sesegera mungkin: retinopati proliveratif, sarana konfirmasi diagnosis lain untuk deteksi dini CAD.
rubeosis iridis/glaukoma neovaskular, perdarahan Pada penyandang DM, rasa nyeri mungkin tidak nyata
vitreous, retinopati lanjut akibat adanya neruopati yang sering sekali terjadi pada
Rujukan sedini m u n g k i n : P e r u b a h a n - p e r u b a h a n penyandang DM.
pre-proliveratif, M a k u l o p a t i , M e n u r u n n y a tajam
penglihatan lebih dari 2 baris pada kartu Snellen Penyalcit Pembuluh Darah Perifer
Rujukan R u t i n : katarak, retinopati diabetik non Mengenali dan mengelola berbagai faktor risiko terkait
proliferatif yang tidak mengancam makula/fovea terjadinya kaki diabetes dan ulkus diabetes merupakan hal
yang paling penting dalam usaha pencegahan terjadinya
Nefropati masalah kaki diabetes. Adanya perubahan bentuk kaki
Kelainan y a n g terjadi pada ginjal p e n y a n d a n g DM (callus, kapalan, dll.), neurupati dan adanya penurunan
dimulai dengan adanya mikroalbuminuria, dan kemudian suplai darah ke kaki merupakan hal yang harus selalu dicari
berkembang menjadi proteinuria secara klinis, berlanjut dan diperhatikan pada praktik pengelolaan DM sehari-
dengan penurunan fungsi laju filtrasi glomerular dan hari. Penyuluhan pada para penyandang DM mengenai
berakhir dengan keadaan gagal ginjal yang memerlukan diabetes melitus pada umumnya serta perawatan kaki
pengelolaan dengan pengobatan substitusi. Pemeriksaan pada k h u s u s n y a harus d i g a l a k k a n . M e m b e r d a y a k a n
untuk mencari m i k r o a l b u m i n u r i a s e y o g y a n y a selalu penyandang diabetes agar dapat mandiri mencegah dan
dilakukan pada saat diagnosis DM ditegakkan dan setelah mengelola berbagai hal sederhana terkait terbentuknya
itu diulang setiap t a h u n . Penilaian terhadap adanya ulkus kaki diabetes maupun berbagai komplikasi kronik DM
mikroalbuminuria harus dilakukan dengan cermat dan lain merupakan hal yang sangat penting untuk dilewatkan
perlu diulang beberapa kali untuk memberikan keyakinan begitu saja. Penggunaan monofilamen SemmesWeinstein
yang lebih besar. Beberapa keadaan dapat memberikan yang sangat mudah dan sangat sederhana perlu digalakkan
hasil positif palsu, seperti misalnya latihan j a s m a n i , untuk mendeteksi insensitivitas pada kaki yang potensial
infeksi saluran kemih, hematuria, minum berlebihan, cara rentan untuk m e n y e b a b k a n terjadinya masalah kaki
penampungan yang tidak tepat dan juga semen. diabetes dan ulkus diabetes. Demikian juga pengukuran
Ditemukannya mikroalbuminuria mendorong dan rutin indeks ankle-brachial merupakan hal yang harus
mengharuskan agar dilakukan pengelolaan DM yang lebih dilakukan pada setiap pengunjung poliklinik DM.
intensif termasuk pengelolaan berbagai faktor risiko lain Pendekatan multidisipliner dengan mengaktifkan tim
2364 DIABETES MILITUS
Sebagai pencegahan primer terjadinya komplikasi gorong-gorong (stent) merupakan cara yang banyak
kronik D M , A s p i r i n s e b a n y a k 7 5 - 1 6 2 mg t e r b u k t i dimanfaatkan untuk memperbaiki fungsi pembuluh darah
bermanfaat dan dianjurkan pada semua penyandang DM koroner jantung. Beberapa kasus lain memerlukan tindakan
di atas umur 40 tahun yang mempunyai risiko tambahan operatif bedah pintas koroner untuk memperbaiki fungsi
untuk terjadinya komplikasi seperti riwayat keluarga jantungnya.
yang kuat, adanya hipertensi, dislipemia, merokok dan
mikroalbuniuria. Penyakit Pembuluh Darah Perifer
Alfa tokoferol, asam alfa lipoik, dan asam askorbat Usaha mencegah terjadinya ulkus dan gangren kaki
merupakan zat yang dikatakan dapat mengurangi efek diabetik sering gagal dan penyandang DM j a t u h ke
negatif stres oksidatif dan inflamasi pada penyandang keadaan terjadinya ulkus bahkan kemudian disertai
DM. gangren yang dapat merenggut nyawa. Usaha untuk
m e n y e l a m a t k a n kaki d e n g a n mengoptimalisasikan
p e n g e l o l a a n kaki menjadi sangat penting untuk
CARAKHUSUSPENCEGAHAN DAN PENGELOLAAN d i k e r j a k a n . Pada p e n g e l o l a a n u l k u s / g a n g r e n kaki
BERBAGAI KOMPLIKASI KRONIK DM diabetik harus selalu d i p e r h a t i k a n bahwa berbagai
aspek pengelolaan harus dicermati dengan baik: kendali
Di samping usaha pencegahan primer komplikasi kronik metabolik, kendali infeksi, kendali vaskular, keharusan
DM secara umum seperti yang sudah dikemukakan di atas, untuk m e n g i s t i r a h a t k a n kaki untuk tidak m e n d a p a t
berbagai usaha khusus dapat dikerjakan untuk masing- beban, penyuluhan agar penyandang DM dengan ulkus
masing komplikasi kronik DM, baik berupa pencegahan dan gangren DM dapat bekerja sama mencapai tujuan
primer komplikasi kronik maupun usaha memperlambat untuk m e n y e l a m a t k a n kaki, s e m u a harus dikerjakan
progresi komplikasi kronik yang sudah terjadi. secara menyeluruh.
Pendekatan pengelolaan dengan memanfaatkan kerja
Retinopati sama tim akan sangat membantu tercapainya keberhasilan
Pengobatan koagulasi dengan sinar laser terbukti dapat usaha penyelamatan kaki diabetes ini.
bermanfaat mencegah perburukan retina lebih lanjut
yang kemudian mungkin akan mengancam mata. Foto Neuropati
koagulasi dapat dikerjakan secara pan-retinal. Tindakan Adanya keluhan dan kemudian ditegakkannya diagnosis
lain yang mungkin dilakukan adalah vitrektomi dengan neuropati diabetik mengharuskan kita untuk berusaha
berbagai macam cara. Demikian pula tindakan operatif lain mengendalikan konsentrasi glukosa darah sebaik
seperti perbaikan ablasio retinanya dapat dilakukan untuk mungkin.
menolong mencegah perburukan fungsi mata. Pengelolaan keluhan neuropati umumnya bersifat
simtomatik, dan sering pula hasilnya kurang memuaskan.
Nefropati Pada keadaan neuropati perifer yang disertai rasa sakit,
Setelah berbagai cara pencegahan konservatif tidak berbagai usaha untuk pencegahan dan pengelolaan DM
berhasil menghambat laju perburukan filtrasi glomerular, serta berbagai faktor risikonya harus j u g a dikerjakan.
dan k e m u d i a n sudah mencapai t a h a p gagal ginjal- Berbagai obat simtomatik untuk nyerinya dapat pula
penyakit ginjal tahap terminal, dapat dilakukan diberikan, namun umumnya tidak banyak menjanjikan
pengelolaan pengganti untuk membantu fungsi ginjal, hasil yang baik. Saat ini didapatkan berbagai sarana
baik berupa hemodialisis maupun dialisis peritoneal. Di yang dapat diberikan untuk mengatasi keluhan rasa
samping kedua modalitas tersebut di atas, transplantasi nyeri y a n g hebat pada p e n y a n d a n g neuropati DM
ginjal merupakan pilihan lain terapi pengganti fungsi dengan nyeri ini. Berbagai obat untuk mengurangi rasa
ginjal y a n g dapat d i l a k u k a n pada p e n y a n d a n g DM nyeri dapat diberikan, Demikian pula obat berupa obat
dengan gagal ginjal. gosok seperti krim Capsaicin (Capzacin) dapat dipakai
pada penyandang DM d e n g a n neuropati yang
Penyakit Pembuluh Darah Koroner menyakitkan.
Pengelolaan konservatif untuk penyakit pembuluh darah D e n g a n a d a n y a p e n g e t a h u a n baru mengenai
koroner dapat diberikan kepada penyandang DM. Berbagai terjadinya komplikasi kronik DM, dan berbagai cara baru
obat tersedia untuk keperluan ini. Saat ini banyak cara baik untuk mendeteksi dan kemudian mengelola komplikasi
semi-invasif maupun invasif yang dapat dipakai untuk kronik DM dapat d i m u n g k i n k a n keberhasilan usaha
menolong penyandang DM dengan penyakit pembuluh untuk m e n c e g a h , m e m p e r b a i k i , atau paling sedikit
darah koroner. Tindakan melebarkan pembuluh darah mengurangi berbagai akibat komplikasi kronik DM ini.
koroner secara peniupan dengan balon dan pemasangan Nasib penyandang DM diharapkan akan lebih cerah.
2366 DIABETES MILITUS
REFERENSI
D e v a r a j S, V e g a - L o p e z S, Jialal I . A n t i o x i d a n t s , o x i d a t i v e stress
a n d i n f l a m m a t i o n i n diabetes. I n : M a r s o SP, S t e m D M , Eds.
Diabetes a n d Cardiovascular Disease: I n t e g r a t i n g Science
and Clinical Medicine. Philadelphia: Lipincot Williams &
W i l k i n s ; 2004.p. 19-29.
Fisher M , S h a w K M . Diabetes and the heart. I n : S h a w K M and
C u m m i n g s M H , Eds. Diabetes Chronic complications. Second
Edition. John W i l e y & Sons L t d ; 2005.p. 121-41.
G r a n t PJ, L u c i n d a K , S u m m e r s M . D i a b e t e s , i m p a i r e d f i b r i n o l y s i s
and thrombosis. I n : M a r s o SP, S t e m D M , Eds. Diabetes and
Cardiovascular Disease: Integrating Science and Clinical
Medicine. Philadelphia: Lipincot W i l l i a m s & W i l k i n s ; 2004.p.
269-85.
G r u n d y S M , et al. C i r c u l a t i o n 2004;110:227-39.
H e Zhiheng, M a R C W , K i n g GL. Role of Protein Kinase C Isoforms
in Diabetic Vascular Dysfunction. I n : M a r s o SP, S t e m D M ,
Eds. Diabetes a n d C a r d i o v a s c u l a r Disease: I n t e g r a t i n g Science
and Clinical Medicine. Philadelphia: Lipincot W i l l i a m s &
W i l k i n s ; 2004.p. 37-48.
K e l l y R, S t e i n h u b l SR. Platelet D y s f u n c t i o n . I n : M a r s o SP, S t e m
D M , Eds. Diabetes a n d Cardiovascular Disease: I n t e g r a t i n g
Science and Clinical Medicine. Philadelphia: Lipincot
W i l l i a m s & W i l k i n s ; 2004.p. 251-61.
L a R o s a JC et al. N E n g l J M e d 2005;352:e-pages.
Maclsaac RJ,W a t t s GF. Diabetes and the Kidney. I n : S h a w K M
and C u m m i n g s M H , Eds. Diabetes Chronic Complications.
Second Edition. John W i l e y & Sons L t d . 2005.p. 21-41.
308
KAKI DIABETES
Sarwono Waspadji
2367-
2368 DIABETES MILITUS
Juga belum ada pendidikan khusus untuk mengelola kaki Texas yang lebih kompleks tetapi j u g a lebih mengacu
diabetes (podiatrist, chiropodist belum ada). Di samping kepada pengelolaan kaki diabetes. Suatu klasifikasi
itu, ketidak-tahuan masyarakat mengenai kaki diabetes mutakhir dianjurkan oleh International
masih sangat mencolok, lagi pula adanya permasalahan Working Group on Diabetic Foot (Klasifikasi PEDIS
biaya pengelolaan yang besar yang tidak terjangkau oleh 2003-lihat lampiran). Adanya klasifikasi kaki diabetes
masyarakat pada umumnya, semua menambah peliknya yang dapat diterima semua pihak akan mempermudah
masalah kaki diabetes. para peneliti dalam membandingkan hasil penelitian
Di negara maju kaki diabetes memang juga masih dari berbagai tempat di muka bumi. Dengan klasifikasi
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang besar, PEDIS akan dapat ditentukan kelainan apa yang lebih
tetapi dengan kemajuan cara pengelolaan, dan adanya dominan, vaskular, infeksi atau neuropatik, sehingga arah
klinik kaki diabetes yang aktif mengelola sejak pencegahan pengelolaan pun dapat tertuju dengan lebih baik. Misalnya
primer, nasib penyandang kaki diabetes menjadi lebih suatu ulkus gangren dengan critical limb ischemia (P3)
c e r a h . A n g k a k e m a t i a n dan a n g k a a m p u t a s i dapat tentu lebih memerlukan tindakan untuk mengevaluasi
ditekan sampai sangat rendah, menurun sebanyak 49- dan memperbaiki keadaan vaskularnya dahulu. Sebaliknya
8 5 % dari sebelumnya. Tahun 2005 International Diabetes kalau faktor infeksi menonjol (14), tentu p e m b e r i a n
F e d e r a t i o n m e n g a m b i l t e m a Tahun Kaki D i a b e t e s antibiotik harus adekuat. Demikian j u g a kalau faktor
mengingat pentingnya pengelolaan kaki diabetes untuk mekanik yang dominan (insensitive foot, S2), tentu koreksi
dikembangkan. untuk mengurangi tekanan plantar harus diutamakan.
Di RSUPN dr CiptoMangunkusumo, masalah kaki Suatu klasifikasi lain yang juga sangat praktis dan
diabetes masih merupakan masalah besar. Sebagian sangat erat dengan dengan pengelolaan adalah klasifikasi
besar perawatan penyandang DM selalu menyangkut yang berdasar pada perjalanan alamiah kaki diabetes
kaki diabetes. Angka kematian dan angka amputasi (Edmonds 2004-2005):
masih tinggi, masing-masing sebesar 16% dan 2 5 % (data Stage 7 .• Normal Foot
RSUPNCM tahun 2003). Nasib para penyandang DM pasca • Stage 2 : High Risk Foot
amputasi pun masih sangat buruk. Sebanyak 14,3 % akan Stage 3 : Ulcerated Foot
meninggal dalam setahun pasca amputasi,dan sebanyak Stage 4 : Infected Foot
3 7 % akan meninggal 3 tahun pasca amputasi. Stage 5: Necrotic Foot
Stage 6: Unsolvable Foot
2 tentu saja faktor wound control dan infection control Pengelolaan kaki diabetes terutama ditujukan untuk
belum diperlukan, sedangkan untuk untuk stadium 3 dan pencegahan terjadinya tukak, disesuaikan dengan
selanjutnya tentu semua faktor tersebut harus dikendalikan, keadaan risiko kaki. Berbagai usaha pencegahan dilakukan
disertai keharusan adanya kerjasama multidisipliner yang sesuai dengan tingkat besarnya risiko tersebut. Peran
baik. Sebaliknya, untuk stadium 1 dan 2, peran usaha ahli rehabilitasi medis terutama dari segi ortotik sangat
pencegahan untuk tidak terjadi ulkus sangat mencolok. besar pada usaha pencegahan terjadinya ulkus. Dengan
Peran rehabilitasi medis dalam usaha mencegah terjadinya memberikan alas kaki yang baik, berbagai hal terkait
ulkus dengan usaha mendistribusikan tekanan plantar kaki terjadinya ulkus karena faktor mekanik akan dapat
memakai alas kaki khusus, serta berbagai usaha untuk dicegah.
non-weight bearing lain merupakan contoh usaha yang Penyuluhan diperlukan untuk semua kategori risiko
yang sangat bermanfaat untuk mengurangi kecacatan t e r s e b u t : Untuk kaki y a n g kurang merasa/insensitif
akibat deformitas yang terjadi pada kaki diabetes. (kategori 3 dan 5), alas kaki perlu diperhatikan benar, untuk
melindungi kaki yang insensitif tersebut.
Kalau sudah ada deformitas (kategori risiko 2 dan
PENGELOLAAN KAKI DIABETES 5), perlu perhatian khusus mengenai sepatu/alas kaki
yang dipakai, untuk meratakan penyebaran tekanan pada
P e n g e l o l a a n kaki d i a b e t e s dapat dibagi menjadi 2 kaki.
kelompok besar, yaitu pencegahan terjadinya kaki diabetes Untuk kasus dengan kategori risiko 4 (permasalahan
dan terjadinya ulkus (pencegahan primer sebelum terjadi vaskular), latihan kaki perlu diperhatikan benar untuk
perlukaan pada kulit) dan pencegahan agar tidak terjadi memperbaiki vaskularisasi kaki.
kecacatan yang lebih parah (pencegahan sekunder dan Untuk ulkus yang complicated, tentu saja semua
pengelolaan ulkus/gangren diabetik yang sudah terjadi). usaha dan dana seyogyanya perlu dikerahkan untuk
mencoba menyelamatkan kaki dan usaha ini masuk ke
usaha pencegahan sekunder yang akan dibahas lebih
PENCEGAHAN PRIMER lanjut di bawah ini.
glukosa darah. Status nutrisi harus diperhatikan dan mendapatkan gambaran pembuluh darah yang lebih jelas,
diperbaiki. Nutrisi yang baikjelas mennbantu kesembuhan sehingga dokter ahli bedah vaskular dapat lebih mudah
luka. Berbagai hal lain harus j u g a diperhatikan dan melakukan rencana tindakan dan mengerjakannya.
diperbaiki, seperti konsentrasi albumin serum, konsentrasi Untuk oklusi yang panjang dianjurkan operasi bedah
Hb dan derajat oksigenisasi j a r i n g a n . Demikian j u g a pintas terbuka. Untuk oklusi yang pendek dapat dipikirkan
fungsi g i n j a l n y a . S e m u a faktor t e r s e b u t tentu akan untuk p r o s e d u r e n d o v a s c u l a r - P T C A . Pada k e a d a a n
dapat menghambat kesembuhan luka sekiranya tidak sumbatan akut dapat pula dilakukan trombo-arterektomi.
diperhatikan dan tidak diperbaiki. Dengan berbagai teknik bedah tersebut, vaskularisasi
daerah distal dapat diperbaiki, sehingga hasil pengelolaan
Kontrol vaskular. Keadaan vaskular yang buruk tentu
ulkus diharapkan lebih baik. Paling tidak faktor vaskular
akan menghambat kesembuhan luka. Berbagai langkah
sudah lebih memadai, sehingga kesembuhan luka tinggal
diagnostik dan terapi dapat dikerjakan sesuai keadaan
bergantung pada berbagai faktor lain yang juga masih
pasien dan juga sesuai kondisi pasien. Umumnya kelainan
banyak jumlahnya.
pembuluh darah perifer dapat dikenali melalui berbagai
cara sederhana seperti: warna dan suhu kulit, perabaan Terapi hiperbarik dilaporkan juga bermanfaat untuk
arteri Dorsalis Pedis dan arteri Tibialis Posterior serta memperbaiki vaskularisasi dan oksigenisasi j a r i n g a n
ditambah pengukuran tekanan darah. Di samping itu luka pada kaki diabetes sebagai terapi ajuvan. Walaupun
saat ini juga tersedia berbagai fasilitas mutakhir untuk demikian masih banyak kendala untuk menerapkan terapi
mengevaluasi keadaan pembuluh darah dengan cara hiperbarik secara rutin pada pengelolaan umum kaki
non-invasif maupun yang invasif dan semiinvasif, seperti diabetes.
pemeriksaan ankle brachial index, ankle pressure, toe
Wound control. Perawatan luka sejak pertama kali pasien
pressure, T c P 0 2 , dan p e m e r i k s a a n e k h o d o p l e r dan
datang merupakan hal yang harus dikerjakan dengan
kemudian pemeriksaan arteriografi.
baik dan teliti. Evaluasi luka harus dikerjakan secermat
Setelah dilakukan diagnosis keadaan vaskularnya, m u n g k i n . Klasifikasi ulkus PEDIS d i l a k u k a n setelah
dapat dilakukan pengelolaan untuk kelainan pembuluh debridemen yang adekuat. Saat ini terdapat banyak sekali
darah perifer dari sudut vakular, yaitu berupa: macam dressing (pembalut) yang masing-masing tentu
dapat dimanfaatkan sesuai dengan keadaan luka, dan
ModlflkasI Faktor Risiko j u g a letak luka tersebut. Dressing yang mengandung
Stop merokok komponen zat penyerap seperti carbonated dressing,
Memperbaiki berbagai faktor risiko terkait alginate dressing akan bermanfaat pada keadaan luka yang
aterosklerosis masih produktif. Demikian pula hydrophilic fiber dressing
Hiperglikemia atau silver impregnated dressing akan dapat bermanfaat
Hipertensi untuk luka produktif dan terinfeksi. Tetapi jangan lupa
Dislipidemia bahwa tindakan debridemen yang adekuat merupakan
Walking Program-Latihan kaki merupakan domain syarat mutlak yang harus dikerjakan dahulu sebelum
usaha yang dapat diisi oleh jajaran rehabilitasi medik. menilai dan mengklasikasikan luka. Debridement yang baik
dan adekuat tentu akan sangat membantu mengurangi
jaringan nekrotik yang harus dikeluarkan tubuh, dengan
Terapi Farmakologis
demikian tentu akan sangat mengurangi produksi pus/
Kalau mengacu pada berbagai penelitian yang sudah
cairan dari ulkus/gangren.
dikerjakan pada kelainan akibat aterosklerosis di tempat
lain (jantung, otak), mungkin obat seperti aspirin dan Berbagai terapi topikal dapat dimanfaatkan untuk
lain sebagainya yang jelas dikatakan bermanfaat, akan mengurangi mikroba pada luka, seperti cairan salin
bermanfaat pula untuk pembuluh darah kaki penyandang sebagai pembersih luka, atau yodine encer, senyawa silver
DM. Tetapi sampai saat ini belum ada bukti yang cukup sebagai bagian dari dressing, dll. Demikian pula berbagai
kuat untuk menganjurkan pemakaian obat secara rutin cara debridemen non surgikal dapat dimanfaatkan untuk
guna memperbaiki patensi pada penyakit pembuluh darah mempercepat pembersihan jaringan nekrotik luka, seperti
kaki penyandang DM. preparat enzim.
Jika luka s u d a h lebih baik dan tidak t e r i n f e k s i
Revaskularisasi lagi, dressing seperti hydrocolloid dressing yang dapat
Jika k e m u n g k i n a n k e s e m b u h a n luka rendah atau dipertahankan beberapa hari dapat digunakan. Tentu
jikalau ada klaudikasio intermiten yang hebat, tindakan saja untuk kesembuhan luka kronik seperti pada luka
revaskularisasi dapat d i a n j u r k a n . S e b e l u m t i n d a k a n kaki diabetes, suasana sekitar luka yang kondusif untuk
revaskularisasi diperlukan pemeriksaan arteriografi untuk penyembuhan harus dipertahankan. Yakinkan bahwa luka
KAKI DIABETES 2371
LAMPIRAN
^ Tanpa tukak atau pasca tukak, Luka superfisial, tidak sampai Luka sampai tendon Luka sampai
kulit intak/utuh tulang tendon atau kapsul sendi atau kapsul sendi tulang/ sendi
Dengan Infeksi....
Dengan Iskemia..
Diabetes Melitus
Hiperlipidemla
Merokok
Pain sensation menurun Masalah Limited joint Keringat menurun Altered blood flow
Proprioseptive menurun Ortopedi Movement
i
Infeksi
Lampiran 1. Patofisiologi terjadinya ulkus pada kaki diabetik (Sumber: Boulton AJM. Diabetic Med. 1996;3:(suppl.1))
2374 DIABETES MILITUS
PENDAHULUAN EPIDEMIOLOGI
Ketoasidosis diabetik (KAD) adalah salah satu komplikasi Kekerapan KAD berkisar 4-8 kasus pada setiap 1000
akut diabetes yang sangat berhubungan dengan kualitas pengidap diabetes dan masih menjadi problem yang
edukasi yang diberikan kepada seorang pengidap merepotkan di rumah sakit terutama rumah sakit dengan
diabetes melitus (DM) tipe 2, s e m e n t a r a pada DM fasilitas minimal. Angka kematian berkisar 0,5-7%
tipe 1, seringkali ketoasidosis merupakan pintu awal tergantung dari kualitas pusat pelayanan yang mengelola
diagnosis. Sekitar 8 0 % dari pasien KAD telah mengetahui KAD tersebut. Di negara Barat yang banyak pengidap
bahwa mereka pengidap diabetes sehingga pencegahan d i a b e t e s tipe 1, k e m a t i a n banyak d i a k i b a t k a n oleh
sangatlah penting dan berhubungan dengan beratnya edema serebri, sedangkan di negara yang sebagian besar
keadaan saat datang ke rumah sakit. Pada dekade 10 pengidap adalah diabetes tipe 2, penyakit penyerta dan
tahun terakhir tidak terlalu banyak perubahan pada pencetus KAD sering menjadi penyebab kematian.
konsep teori maupun pengelolaan KAD, masih berbasis
pada pemberian cairan yang rasional, insulin intravena,
koreksi elektrolit, penanganan komorbid, dan koreksi PATOGENESIS
asam basa jika diperlukan. Walaupun demikian, terdapat
hal-hal baru dalam pengelolaan seperti rekomendasi Kombinasi dari defisiensi insulin absolut atau relatif dan
untuk penggunaan ketonometer bedside, tidak harus peningkatan kadar hormon kontra regulator (glukagon,
memberikan insulin priming, kalau tidak perlu cukup katekolamin, kortisol, hormon pertumbuhan, dan
memeriksa pH vena, dan meneruskan insulin long acting somatostatin) akan mengakibatkan akselerasi kondisi
jika sebelumnya sudah memakainya. Hanya saja belum katabolik dan inflamasi berat dengan akibat peningkatan
semua kalangan memakai rekomendasi baru tersebut di produksi glukosa oleh hati dan ginjal (via glikogenolisis
tempat praktek masing-masing. dan glukoneogenesis) dan gangguan utilisasi glukosa di
perifer yang berakibat hiperglikemia dan hiperosmolaritas.
Defisiensi i n s u l i n dan p e n i n g k a t a n h o r m o n kontra
DEFINISI regulator terutama epinefrin juga mengaktivasi hormon
lipase sensitif pada jaringan lemak yang mengakibatkan
KAD adalah f e n o m e n a unik pada seorang pengidap peningkatan lipolisis. Peningkatan lipolisis dan ketogenesis
diabetes akibat defisiensi insulin absolut atau relatif dan akan memicu ketonemia dan asidosis metabolik. Populasi
peningkatan hormon kontra regulator, yang mengakibatkan benda keton utama terdiri dari 3-beta hidroksibutirat,
lipolisis berlebihan dengan akibat terbentuknya benda- asetoasetat, dan aseton. Sekitar 7 5 - 8 5 % benda keton
benda keton dengan segala konsekuensinya. KAD perlu terutama adalah 3-beta hidroksibutirat, sementara aseton
dikenali dan dikelola segera karena jika terlambat maka sendiri sebenarnya tidak terlalu penting. Walaupun sudah
akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas dengan dibentuk banyak benda keton untuk sumber energi, sel-sel
perawatan yang mahal. tubuh tetap masih lapar dan terus membentuk glukosa.
2376 DIABETES MILITUS
Asam Lemak
i
-•Substrat Glukoneogenikt
Bebas di Hatit
Berkurang
Kehilangan cairan asupan cairan
Triasilgliserol Hiperosmoler
dan elektrolit
i
Hiperlipidemla •Penurunan Fungsi Ginjal
SHH
SHH
dengan anamnesis yang detail, pemeriksaan fisik yang seperti itu jika angka H C 0 3 kurang dari 18 mEq/l ditambah
teliti, dan dibantu dengan pemeriksaan penunjang yang dengan keadaan klinis lain yang sesuai, maka sudah cukup
d i p e r l u k a n . Dari a n a m n e s i s bisa d i t e m u k a n riwayat untuk menegakkan KAD.
seorang pengidap diabetes atau bukan dengan keluhan Pada saat masuk rumah sakit seringkali terdapat
poliuria, polidipsi, rasa lelah, kram otot, mual muntah, dan lekositosis pada pasien KAD karena stres metabolik dan
nyeri perut. Pada keadaan yang berat dapat ditemukan dehidrasi, sehingga j a n g a n terburu-buru memberikan
keadaan penurunan kesadaran sampai koma. antibiotik jika jumlah lekosit antara 10.000-15.000 m^
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda-tanda
dehidrasi, nafas Kussmaul jika asidosis berat, takikardi,
hipotensi atau syok, flushing, penurunan berat badan, DIAGNOSIS BANDING
dan tentunya adalah tanda dari masing-masing penyakit
penyerta. Ketoasidosis harus dibedakan dengan status hiperglikemi
Trias biokimiawi pada KAD adalah hiperglikemia, hiperosmolar (SHH), walaupun pengelolaannya hampir
ketonemia dan atau ketonuria, serta asidosis metabolik sama tetapi prognosisnya sangat berbeda. Pada SHH
d e n g a n b e r a g a m derajat. Pada awal evaluasi tentu hiperglikemia biasanya lebih berat, dehidrasi j u g a berat,
kebutuhan pemeriksaan penunjang disesuaikan dengan selalu disertai gangguan kesadaran tanpa ketoasidosis
keadaan klinis, umumnya dibutuhkan pemeriksaan dasar yang berat.
gula darah, elektrolit, analisis gas darah, keton darah dan Beberapa keadaan ketoasidosis karena sebab lainjuga
urin, osmolalitas serum, darah perifer lengkap dengan harus dipikirkan saat berhadapan dengan pasien yang
hitung jenis, anion gap, EKG, dan foto polos dada. dicurigai KAD. Ketosidosis alkoholik dan ketosis starvasi
Kunci diagnosis pada KAD adalah adanya peningkatan dapat disingkirkan dengan anamnesis yang baik dan hasil
total benda keton di s i r k u l a s i . M e t o d e lama untuk gula darah yang rendah sampai meningkat ringan saja.
mendeteksi a d a n y a benda keton di darah dan urin Biasanya hasil H C 0 3 jarang di bawah 18 mEq/l. Asidosis
adalah dengan menggunakan reaksi nitropruside yang metabolik anion gap tinggi karena sebab lain harus
meng-estimasi kadar asetoasetat dan aseton secara disingkirkan seperti karena obat-obatan (salisilat, ethylene
semikuantitatif. Walaupun sensitif tetapi metode glycol, dan paraldehyde), asidosis laktat, dan juga asidosis
tersebut tidak dapat mengukur keberadaan beta metabolik pada gagal ginjal akut atau kronik.
hidroksibutirat, benda keton utama sebagai produk
ketogenesis. Peningkatan benda-benda keton tersebut
akan mengakibatkan peningkatan anion gap. PENATALAKSANAAN
Gula darah lebih dari 250 mg/dl dianggap sebagai
kriteria diagnosis utama KAD, walaupun ada istilah KAD Kesuksesan pengelolaan KAD m e m b u t u h k a n koreksi
euglikemik, dengan demikian setiap pengidap diabetes terhadap dehidrasi, hiperglikemia, gangguan elektrolit,
yang gula darahnya lebih dari 250 mg/dl harus dipikirkan komorbiditas, dan monitoring selama perawatan. Karena
kemungkinan ketosis atau KAD j i k a disertai dengan spektrum klinis sangat beragam maka tidak semua kasus
keadaan klinis yang sesuai. Derajat keasaman darah (pH) KAD harus dirawat di ICU, hanya saja karena kasus yang
yang kurang dari 7,35 dianggap sebagai ambang adanya ringan sekalipun membutuhkan monitor yang intensif,
asidosis, hanya saja pada keadaan yang terkompensasi maka sebaiknya minimal perawatan adalah di ruangan
seringkali pH menunjukkan angka normal. Pada keadaan yang bisa dilakukan monitor intensif {high care unit).
2378 DIABETES MILITUS
Secara umum pemberian cairan adalah langkah awal jika pH darah kurang dari 6,9. Hanya saja pada keadaan
penatalaksanaan KAD setelah resusitasi kardiorespirasi. dengan gangguan fungsi ginjal yang signifikan, seringkali
Terapi cairan ditujukan untuk ekspansi cairan intraselular, sulit membedakan apakah asidosisnya karena KAD atau
intravaskular, interstisial, dan restorasi perfusi ginjal. Jika karena gagal ginjalnya. Efek buruk dari koreksi bikarbonat
tidak ada masalah kardiak atau penyakit ginjal kronik yang tidak pada tempatnya adalah meningkatnya risiko
berat, cairan salin isotonik (NaCI 0,9%) diberikan dengan hipokalemia, menurunnya asupan oksigen jaringan, edema
dosis 15-20 cc/kg BB/jam pertama atau satu sampai satu serebri, dan asidosis susunan saraf pusat paradoksal.
setengah liter pada j a m pertama. Tindak lanjut cairan
pada j a m - j a m berikutnya t e r g a n t u n g pada keadaan
hemodinamik, status hidrasi, elektrolit, dan produksi FOSFAT
urin. Penggantian cairan dapat dilakukan sampai dengan
24 j a m , dan penggantian cairan sangat mempengaruhi Meskipun terjadi hipopasfatemia pada KAD, serum fosfat
pencapaian target gula darah, hilangnya benda keton, sering ditemukan dalam keadaan normal atau meningkat
dan perbaikan asidosis. saat awal. Kadar fosfat akan turun dengan pemberian
insulin. Dari beberapa studi tidak ditemukan manfaat yang
nyata pemberian fosfat pada KAD, bahkan pemberian
INSULIN fosfat yang berlebihan akan mencetuskan hipokalsemia
berat. Pada keadaan konsentrasi serum fosfat kurang dari
Insulin merupakan farmakoterapi kausatif utama KAD. 1 mg/dl dan disertai dengan disfungsi kardiak, anemia,
P e m b e r i a n insulin i n t r a v e n a kontinyu lebih disukai atau depresi nafas akibat kelemahan otot, maka koreksi
karena waktu paruhnya pendek dan mudah dititrasi. Dari fosfat menjadi pertimbangan penting.
beberapa studi prospektif dengan randomisasi didapatkan
bahwa pemberian insulin regular dosis rendah intravena
merupakan cara yang efektif dan terpilih. Jika dosis insulin TRANSISI KE INSULIN SUBKUTAN
intravena yang diberikan sekitar 0,1-1,15 unit/jam, maka
sebenarnya tidak diperlukan insulin bolus (priming dose) Setelah krisis hiperglikemia teratasi dengan pemberian
di awal. Dengan pemberian insulin intravena dosis rendah insulin intravena dosis rendah, maka langkah selanjutnya
diharapkan terjadi penurunan glukosa plasma dengan adalah memastikan bahwa KAD sudah memasuki fase
kecepatan 50-100 mg/dl setiapjam sampai glukosa turun resolusi dengan kriteria gula darah kurang dari 200 mg/
ke sekitar 200 mg/dl, lalu kecepatan insulin diturunkan dl dan dua dari keadaan berikut: serum bikarbonat lebih
menjadi 0,02-0,05 unit/kgBB/jam. Jika glukosa sudah atau sama dengan 15 mEq/l, pH vena >7,3, dan anion gap
berada di sekitar 150-200 mg/dl maka pemberian infus hitung kurang atau sama dengan 12 mEq/l.
dekstrose dianjurkan untuk mencegah hipoglikemia. Agar tidak terjadi hiperglikemia atau KAD berulang
maka sebaiknya penghentian insulin intravena dilakukan
2 j a m setelah suntikan subkutan pertama. Asupan
KALIUM nutrisi merupakan pertimbangan penting saat transisi
ke subkutan, jika pasien masih puasa karena sesuatu hal
Sejatinya pasien KAD akan mengalami hiperkalemia melalui atau asupan masih sangat kurang maka lebih baik insulin
mekanisme asidemia, defisiensi insulin, dan hipertonisitas. intravena diteruskan.
Jika saat masuk kalium pasien normal atau rendah, maka Jika pasien sudah terkontrol regimen insulin tertentu
sesungguhnya terdapat defisiensi kalium yang berat di sebelum mengalami KAD, maka pemberian insulin dapat
tubuh pasien sehingga butuh pemberian kalium yang diberikan ke regimen awal dengan tetap mempertimbang-
adekuat karena terapi insulin akan menurunkan kalium kan kebutuhan insulin pada keadaan terakhir. Pada pasien
lebih lanjut. Monitorjantung perlu dilakukan pada keadaan yang belum pernah mendapat insulin maka pemberian
tersebut agar jangan terjadi aritmia. Untuk mencegah injeksi subkutan terbagi lebih dianjurkan. Jika kebutuhan
hipokalemia maka pemberian kalium sudah dimulai insulin masih tinggi maka regimen basal bolus akan lebih
manakala kadar kalium di sekitar batas atas nilai normal. menyerupai insulin fisiologis dengan risiko hipoglikemia
yang lebih rendah.
BIKARBONAT
KOMPLIKASI
Jika asidosis memang murni karena KAD, maka koreksi
bikarbonat tidak direkomendasikan diberikan rutin, kecuali Komplikasi tersering adalah hipoglikemia, hipokalemia.
Cairan IV Bikarbonat Insulin Kalium
r " 1 1 r
pH S 6.9 pH< 6.9 Rute IV Rute IV
Periksa elektrolit, pH darah, kreatinin dan glukosa tiap 2-4 jam sampai stabil
Serum glukosa mencapai Setelah resolusi KAD atau SHH dan pasien dapat makan,
200 mg/dL (KAD) atau berikan multidosis SC insulin regimen.
Berikan 20-30 mEq K'
300 mg/dL (SHH) ganti Untuk transfer dari IV ke SC, lanjutkan infus insulin IV
tiap liter cairan IV untuk menjaga
menjadi 5% dextrose selama 1-2 jam setelah insulin SC mencapai
K' serum antara 4-5 mEq/L
dengan 0.45% NaCI level insulin plasma yang adekuat
150-250 ml/jam Pada pasien insulin naiv, mulai dari
0.5 U/kg-0.8 U/kgbb/hari dan sesuaikan kebutuhan insulin.
Ketoasidosis diabetik (KAD) dan koma hiperosmolar dibagi menjadi enam kategori: infeksi, p e n g o b a t a n ,
hiperglikemik non ketotik (HHNK) merupakan komplikasi noncompliance, DM tidak terdiagnosis, penyalahgunaan
akut/emergensi Diebetes Melitus (DM). Sindrom HHNK obat, dan penyakit penyerta (Tabel 2). Infeksi merupakan
ditandai oleh hiperglikemia, hiperosmolar tanpa disertai penyebab tersering (57.1%). Compliance yang buruk
adanya ketosis. Gejala klinis utama adalah dehidrasi berat, terhadap pengobatan DM j u g a sering menyebabkan
hiperglikemia berat dan seringkali disertai gangguan HHNK (21%).
neurologis dengan atau tanpa adanya ketosis.
Perjalanan klinis HHNK biasanya berlangsung dalam
jangka waktu tertentu (beberapa hari sampai beberapa PATOFISIOLOGI
minggu), dengan gejala khas meningkatnya rasa haus
disertai poliuri, polidipsi dan penurunan berat badan. Faktor yang memulai timbulnya HHNK adalah diuresis
Koma hanya ditemukan kurang dari 10% kasus. glukosuria. Glukosuria mengakibatkan kegagalan pada
Ditinjau dari sudut patofisiologi, HHNK dan KAD kemampuan ginjal dalam mengkonsentrasikan urin, yang
merupakan suatu spektrum dekompensasi metabolik akan semakin memperberat derajat kehilangan air. Pada
pada pasien diabetes; yang berbeda adalah awitan (onset), keadaan normal, ginjal berfungsi mengeliminasi glukosa di
derajat dehidrasi, dan beratnya ketosis. (Tabel 1) atas ambang batas tertentu. Namun demikian, penurunan
volume intravaskular atau penyakit ginjal yang telah ada
sebelumnya akan menurunkan laju filtrasi glomerular,
EPIDEMIOLOGI menyebabkan konsentrasi glukosa meningkat. Hilangnya
air yang lebih banyak dibanding natrium menyebabkan
Data di Amerika menunjukkan bahwa insidens HHNK keadaan hiperosmolar. Insulin yang ada tidak cukup untuk
sebesar 17,5 per 100.000 penduduk. Insiden ini sedikit lebih menurunkan konsentrasi glukosa darah, terutama jika
tinggi dibanding insiden KAD. HHNK lebih sering ditemukan terdapat resistensi insulin.
pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki. HHNK Tidak seperti pasein dengan KAD, pasien HHNK tidak
lebih sering ditemukan pada orang lanjut usia, dengan mengalami ketoasidosis, namun tidak diketahui dengan
rata-rata usia onset pada dekade ketujuh. Angka mortalitas jelas alasannya. Faktor yang diduga ikut berpengaruh
pada kasus HHNK cukup tinggi, sekitar 10-20%. adalah keterbatasan ketogenesis karena keadaan
hiperosmolar, konsentrasi asam lemak bebas yang rendah
untuk ketogenesis, ketersediaan insulin yang cukup untuk
FAKTOR PENCETUS m e n g h a m b a t ketogenesis namun tidak cukup untuk
mencegah hiperglikemia, dan resistensi hati terhadap
HHNK biasanya terjadi pada orang tua dengan DM, yang glukagon.
m e m p u n y a i penyakit penyerta yang mengakibatkan Tidak tercukupinya kebutuhan insulin menyebabkan
menurunnya asupan makanan.^ Faktor pencetus dapat timbulnya hiperglikemia. Penurunan pemakaian glukosa
2381
2382 DIABETES MILITUS
Dikutip dari Stoner, Hyperglycemic hyperosmolar state, American Academy of Family Physician, http://www.aafp.
org/afp/20050501 /1723.html
oleh jaringan perifer termasuk oleh sel otot dan sel lemak, konsentrasi protein plasma yang mengikuti hilangnya
ketidakmampuan menyimpan glukosa sebagai glikogen cairan intravaskular menyebabkan keadaan hiperosmolar
pada otot dan hati, dan stimulasi glukagon pada sel hati Keadaan hiperosmolar ini memicu sekresi hormone anti
untuk glukoneogenesis mengakibatkan semakin naiknya diuretik. Keadaan hiperosmolar ini j u g a akan memicu
konsentrasi glukosa darah. Pada keadaan dimana insulin timbulnya rasa haus.
tidak mencukupi, maka besarnya kenaikan konsentrasi Adanya keadaan hiperglikemia dan hiperosmolar
glukosa darah juga tergantung dari status hidrasi dan ini jika kehilangan cairan tidak dikompensasi dengan
masukan karbohidrat oral. masukan cairan oral maka akan timbul dehidrasi dan
Hiperglikemia mengakibatkan timbulnya diuresis kemudian hipovolemia. Hipovolemia akan mengakibatkan
osmotik, dan mengakibatkan menurunnya cairan tubuh hipotensi dan nantinya akan menyebabkan gangguan
total. Dalam ruang vaskular, dimana glukoneogenesis dan pada perfusi jaringan. Keadaan koma merupakan suatu
masukan makanan terus menambah glukosa, kehilangan stadium terakhir dari proses hiperglikemik ini, dimana
cairan akan semakin mengakibatkan hiperglikemia dan telah timbul gangguan elektrolit berat dalam kaitannya
hilangnya volume sirkulasi. Hiperglikemia dan peningkatan dengan hipotensi.
KOMA HIPEROSMOLAR HIPERGLIKEMIK NONKETOTIK 2383
(2x150) + 1.100 = 300 + 61 = 361 mOsm/kg akan terlihat ketika diberikan insulin, karena ini akan
18 m e n g a k i b a t k a n kalium s e r u m masuk ke d a l a m sel.
Konsentrasi elektrolit harus dipantau terus-menerus dan
irama jantung pasien juga harus dimonitor.
PENATALAKSANAAN Jika konsentrasi kalium awal <3.3 mEq per L (3.3
mmol per L), pemberian insulin ditunda dan diberikan
Penatalaksanaannya serupa dengan KAD, hanya cairan kalium (2/3 kalium klorida dan 1/3 kalium fosfat sampai
y a n g d i b e r i k a n a d a l a h cairan hipotonis ( 1 / 2 N , 2 A ) . tercapai konsentrasi kalium setidaknya 3.3 mEq per L).
Pemantauan konsentrasi glukosa darah harus lebih ketat, Jika konsentrasi kalium lebih besar dari 5.0 mEq per L (5.0
dan pemberian insulin harus lebih cermat dan hati-hati. mmol per L), konsentrasi kalium harus diturunkan sampai
Respons penurunan konsentrasi glukosa darah lebih baik. di bawah 5.0 mEq per L, namun sebaiknya konsentrasi
Walaupun demikian, angka kematian lebih tinggi, karena kalium ini perlu dimonitor tiap dua j a m . Jika konsentrasi
lebih banyak terjadi pada usia lanjut, yang tentu saja lebih awal kalium antara 3.3-5.0 mEq per L, maka 20-30mEq
banyak disertai kelainan organ-organ lainnya. kalium harus diberikan dalam tiap liter cairan intravena
Penatalaksanaan HHNK memerlukan monitoring ketat yang diberikan (2/3 kalium klorida dan 1/3 kalium fosfat)
terhadap kondisi pasien dan responsnya terhadap terapi untuk mempertahankan konsentrasi kalium antara 4.0 mEq
yang diberikan. Pasien-pasien tersebut harus dirawat, dan per L (4.0 mmol per L) dan 5.0 mEq per L.
sebagian besar dari pasien-pasien tersebut sebaiknya
dirawat di ruang rawat intensif atau intermediate. Insulin
Penatalaksanaan HHNK meliputi lima pendekatan: 1). Hal yang penting dalam pemberian insulin adalah perlunya
Rehidrasi intravena agresif; 2). Penggantian elektrolit; 3). pemberian cairan yang adekuat terlebih dahulu. Jika
Pemberian insulin intravena; 4). Diagnosis dan manajemen insulin diberikan sebelum pemberian cairan, maka cairan
faktor pencetus dan penyakit penyerta; 5). Pencegahan. akan berpindah ke intrasel dan berpotensi menyebabkan
perburukan hipotensi, kolaps vaskular, atau kematian.
Cairan Insulin sebaiknya diberikan dengan bolus awal 0,15U/
Langkah pertama dan terpenting dalam penatalaksaan kgBB secara intravena, dan diikuti dengan drip 0,1 U/kgBB
HHNK adalah penggantian cairan yang agresif, dimana per jam sampai konsentrasi glukosa darah turun antara 250
sebaiknya dimulai dengan mempertimbangkan perkiraan mg per dL (13.9 mmol per L) sampai300 mg per dL. Jika
defisit cairan (biasanya 100 sampai 200 mL per kg, atau konsentrasi glukosa dalam darah tidak turun 50-70 mg/dL
total rata-rata 9 L). Penggunaan cairan isotonik akan per j a m , dosis yang diberikan dapat ditingkatkan. Ketika
dapat menyebabkan overload cairan dan cairan hipotonik konsentrasi glukosa darah sudah mencapai di bawah 300
mungkin dapat mengkoreksi defisit cairan terlalu cepat mg/dL, sebaiknya diberikan dekstrosa secara intravena dan
dan potensial menyebabkan kematian dan lisis mielin dosis insulin dititrasi secara sliding scale sampai pulihnya
difus. Sehingga pada awalnya sebaiknya diberikan I L kesadaran dan keadaan hiperosmolar.
normal saline per j a m . Jika pasiennya mengalami syok
hipovolemik, mungkin dibutuhkan plasma expanders. Jika
pasien dalam keadaan syok kardiogenik, maka diperlukan IDENTIFIKASI DAN MENGATASI FAKTOR
monitor hemodinamik. PENYEBAB
Pada orang dewasa, risiko edema serebri rendah
sedangkan konsekuensi dari terapi yang tidak memadai Walaupun tidak direkomendasikan untuk memberikan
meliputi oklusi vaskular dan peningkatan mortalitas. antibiotik kepada semua pasien yang dicurigai mengalami
Pada awal terapi, konsentrasi glukosa darah akan infeksi, namun terapi antibiotik dianjurkan sambil
menurun, bahkan sebelum insulin diberikan, dan hal ini m e n u n g g u hasil kultur pada pasien usia lanjut dan
dapat menjadi indikator yang baik akan cukupnya terapi pada pasien dengan hipotensi. Berdasarkan penelitian
cairan yang diberikan. Jika konsentrasi glukosa darah tidak terkini, peningkatan konsentrasi C-reactive protein dan
bisa diturunkan sebesar 75-100 mg per dL per j a m , hal ini interleukin-6 merupakan indikator awal sepsis pada pasien
biasanya menunjukkan penggantian cairan yang kurang dengan HHNK.
atau gangguan ginjal.
PROGNOSIS
REFERENSI
Boedisantoso A s m a n . K o m a Hiperosmolar H i p e r g l i k e m i k N o n
Ketohk. Dalam : Sjaifullah Noer M h eta l B u k u Ajar I l m u
P e n y a k i t D a l a m Jilid I . Edisi Ketiga. Jakarta. Balai Penerbit
F K U I , 1996. 627-30.
Delaney M F , Z i s m a n A a n d Kettyle W M . Diabetic ketoacidosis
and hyperglycemic hyperosmolar nonketotic syndrome.
E n d o c r i n o l a n d M e t a b ' c l i n N o r t h A m 2000 ; 29 : 683-705.
K i t a b c h i A E , U m p i e r r e z G E , M u r p h y M B , B a r r e t t EJ, K r e i s b e r g R A ,
M a l o n e Jl, et a l . H y p e r g l y c e m i c crises i n diabetes. Diabetes
C a r e 2 0 0 4 ; 2 7 ( s u p p l 1):S95.
Sagarin M . Hyperosmolar Hyperglycemic nonketotic coma.
Accessed f r o m : w w w . e m e d i c i n e . c o m . Accessed a t : N o v e m b e r
20, 2005. Last updated : January 13, 2005.
311
NEFROPATI DIABETIK
Hendromartono
2386
NEFROPATI DIABETIK 2387
Cipto Mangunkusumo tahun 2000-2001 mendapatkan degradasi protein." Pembentukan dan degradasi matriks
bahwa pasien yang baru pertama kali menjalani cuci juga diatur sebagian oleh interaksi sel dengan matriks.^'''^^
darah mempunyai angka kejadian nefropati diabetik Penelitian terbaru membuktikan bahwa patologi ginjal
sebesar 1 5 % . ' yang mengakibatkan perubahan strukturdan fungsi pada
Apabila tidak diobati, 8 0 % dari penderita DM tipe 1 nefropati karena DM tipe 2 sama dengan yang terjadi
dan mikroalbuminuria akan berkembang menjadi overt pada DM tipe 1.^^
nephropathy (proteinuria yang ditandai dengan ekskresi Patologi pada nefropati diabetik ini disebabkan oleh
albumin > 300 mg/hari), sedangkan hanya 20-40% pasien perubahan-perubahan metabolik, hemodinamik, dan
yang menderita DM tipe 2 selama lebih dari 15 tahun intraselular yang kompleks. Pada aspek metabolik, terdapat
akan berkembang menjadi overt nephropathy. Nielsen et pembentukan AGEs sebagai konsekuensi hiper-glikemia
al menjelaskan lebih dari sepuluh tahun yang lalu bahwa dan peningkatan j a l u r reduktase aldosa. Perubahan-
petanda dini dan jelas dari adanya perkembangan penyakit perubahan metabolik ini mengaktifkan berbagai sinyal
adalah meningkatnya tekanan darah sistolik, meskipun intraselular yang rumit, salah satunya menyebabkan
d a l a m kisaran p r e h i p e r t e n s i . D i a n t a r a pasien y a n g penimbunan protein MES di mesangium. Aspek hemo-
menderita DM tipe 1 dengan nefropati dan hipertensi, dinamik diwakili oleh peran vasokonstriktor seperti
50% akan berkembang menjadi penyakit ginjal tahap angiotensin II (ATI!) dari SRA, endotelin (ET) dan nitric oxide
akhir dalam waktu 10 tahun. Mortalitas diantara pasien (NO) yang berperan dalam perkembangan dan perburukan
dialisis dengan DM sekitar 2 2 % lebih tinggi dalam tahun komplikasi mikrovaskular. Namun, SRAjuga memiliki efek
pertama diikuti oleh mulainya terapi dialisis dan 15% lokal non-hemodinamik yang bekerja secara autokrin
lebih tinggi pada 5 tahun pertama dibandingkan dengan dan parakrin di sel-sel ginjal sebagai pemicu proliferasi
pasien tanpa DM.^ sel dan berbagai sitokin lainnya. Pada tahap yang lanjut
akan terlihat adanya fibrosis tubulus interstisialis. Setelah
terjadi ekspansi selama bertahun-tahun, fibrosis mulai
PATOGENESIS berkembang karena pengaruh TGF-p yang merangsang
Manifestasi patologis nefropati diabetik adalah pembuatan kolagen dan fibronektin.
glomerulosklerosis dengan penebalan membran basalis
di glomerulus dan ekspansi mesangial serta peningkatan
penimbunan MES. Perubahan dini yang terjadi pada ginjal GEJALA DAN TANDA
diabetik adalah hiperfiltrasi di glomerulus, hipertrofi
glomerulus, peningkatan ekskresi albumin urin (EAU), Nefropati DM dikategorikan menjadi mikroalbuminuria
peningkatan ketebalan membran basal, ekspansi mesangial dan makroalbuminuria berdasarkan jumlah eksresi albumin
dengan penimbunan protein-protein MES seperti kolagen, urin. Nilai normal yang digunakan berdasarkan/A/r?encon
fibronektin, dan laminin. Nefropati diabetik lanjut ditandai Diabetes Association (waktu tertentu, 24 j a m , dan urin
dengan proteinuria, penurunan fungsi ginjal, penurunan sewaktu) untuk diagnosis mikro dan makro-albuminuria
bersihan kreatinin, g l o m e r u l o s k l e r o s i s , dan fibrosis serta gejala klinis utama untuk tiap-tiap tahap, dijelaskan
interstisial. pada tabel 1.
Penebalan membran basalis dan ekspansi mesangial *Sampel urin s e w a k t u . + Pengukuran proteinuria
dengan peningkatan p e n i m b u n a n MES pertama kali total (>500 mg/24 j a m atau >430 mg/l pada sampel urin
diamati pada penyandang DM tipe 1 {insulin-dependent sewaktu) dapat digunakan untuk mendefinisikan tahap
diabetes mellitus) yang menyebabkan gambaran ini.
g l o m e r u l o s k l e r o s i s . D e r a j a t e k p a n s i m e s a n g i a l ini Terdapat beberapa bukti yang menunjukkan bahwa
berhubungan langsung dengan tingkat keparahan risiko munculnya nefropati DM dan penyakit kardiovaskular
proteinuria, hipertensi dan kerusakan ginjal.^° Ekspansi terjadi saat nilai ekskresi albumin urin masih berada dalam
m e s a n g i a l pada g l o m e r u l o s k l e r o s i s d i a b e t i k d a p a t kisaran normoalbuminuria. Progresifitas menjadi mikro
d i a n g g a p sebagai akibat k e t i d a k s e i m b a n g a n antara atau makroalbuminuria lebih sering terjadi pada pasien
produksi protein matriks mesangial dan degradasinya penderita DM tipe 2 dengan dasar ekskresi albumin urin
sehingga terjadi penimbunan protein matriks. Produksi di atas rata-rata (2.5 mg/24 jam).^
protein matriks yang berlebihan dapat disebabkan oleh
hipertensi glomerular, p e m b e n t u k a n sitokin-sitokin
prosklerotik seperti TGF-p, angiotensin II, dan faktor ETIOLOGI
pertumbuhan l a i n n y a . P e n i n g k a t a n konsentrasi glukosa
juga dapat menghambat degradasi protein matriks melalui Penyebab pasti nefropati DM masih belum diketahui,
proses glikosilasi non-enzimatik dan penghambatan jalur namun beberapa teori yang telah dikemukakan
2388 DIABETES MILITUS
Tabel 1.
Tahap Albuminuria cut-off values Clinical characteristics
Mikroalbuminuria 20-199 pg/menit Penurunan dan peningkatan BP nokturnal yang abnormal
30-299 mg/24 jam Peningkatan trigliserida, kolesterol total dan HDL serta asam
lemak jenuh
30-299 mg/g* Peningkatan frekuensi komponen sindrom metabolik
Disfungsi endotelial
Hubungan dengan retinopati DM, amputasi, dan penyakit
kardiovaskular
Peningkatan mortalitas kardiovaskular
GFR stabil
Makroalbuminuria >L200 ^jg/menit Hipertensi
>L300 mg/24 jam Peningkatan trigliserida, kolesterol total, dan LDL
>300 mg/g* Iskemia miokardial asimptomatik
Penurunan GFR progresif
*Sannpel urin sewaktu. + Pengukuran proteinuria total (>:500 mg/24 Jam atau >.430 mg/l pada sampel urin sewaktu) dapat digunakan
untuk mendefinisikan tahap ini.
menyebutkan hiperglikemia (menyebabkan hiperfiltrasi glikasi protein, dan aktivasi enzim protein kinase C (PKC).
dan lesi ginjal), produk glikosilasi lanjutan, dan aktivasi Hipertensi sistemik dan intraglomerular merupakan
sitokin. Terjadinya interaksi faktor-faktor metabolik dan b a g i a n dari a s p e k h e m o d i n a m i k y a n g a n t a r a lain
h e m o d i n a m i k disebabkan oleh penyakit D M . Dalam disebabkan oleh hormon vasoaktif seperti AT II. Interaksi
faktor-faktor metabolik terdapat metabolisme glukosa antara kedua aspek tersebut mengarah pada aktivasi
yang tidak normal yaitu peningkatan jalur poliol, proses sitokin-sitokin intraselular, yang terpenting di antaranya
METABOLIK HEMODINAMIK
GlikosaT
TekananT
Sitokon Permeabilitas
(TGF-p, VEGF) vaskulart
Proteinuria
Gambar 1. Skema interaksi antara faktor metabolik dan hemodinamik pada patogenesis nefropati
diabetik.^«
NEFROPATI DIABETIK 2389
adalah TGF-p, dan berakhir pada peninnbunan MES serta glukosa dengan merangsang ekspresi GLUT-1. Kemudian,
peningkatan permeabilitas vaskular yang menyebabkan aktivasi j a l u r p e n s i n y a l a n ini m e r a n g s a n g e k s p r e s i
proteinuria (Gambar 1).^^ protein MES dan menyebabkan ekspansi mesangium
Perubahan-perubahan fungsional di glomerulus dan glomerular.
sel-sel mesangial terjadi akibat kelainan metabolik pada Keadaan hiperglikemia dapat membangkitkan
DM, terutama pada jalur sinyal yang dipicu oleh adanya reactive oxygen species (ROS) yang dapat mengaktivasi
glukosa. Pertama-tama, glukosa diangkut ke dalam sel berbagai kaskade peristiwa (Gambar 2).^° Salah satu
melalui reseptor GLUT-1 dan terutama dimetabolisme kaskade adalah aktivasi TGF-p dari bentuk latennya
melalui j a l u r glikolitik. N a m u n , j i k a terdapat dalam melalui pembentukan AGEs ekstraselular dan interaksi
j u m l a h berlebihan, glukosa j u g a akan dimetabolisme TGF-p aktif dengan reseptornya. ROS yang dihasilkan
oleh berbagai jalur pensinyalan lain, yaitu jalur poliol, intraselular dari metabolisme glukosa dan ikatan AGE
diasilgliserol (DAG) dan heksoamin yang terdapat di dengan reseptornya (RAGE) memicu aktivasi PKC dan
sel-sel mesangial. jalur MAPK. Kombinasi tersebut memicu faktor-faktor
Peningkatan pembentukan DAG denovo menyebabkan transkripsi seperti N F - K B , fos dan jun (AP-1), dan lainnya.
peningkatan aktivasi PKC dan mitogen-activated protein Faktor-faktor transkripsi ini bersama-sama dengan famili
kinase (MAPK). Selain itu, glukosa juga diubah menjadi protein Smad (yang diaktifkan oleh TGF-p dan reseptor
sorbitol oleh reduktase a l d o s a (AR) dan k e m u d i a n TGF-P) mengatur transkripsi berbagai gen, termasuk
menjadi fruktosa oleh sorbitol dehidrogenase (SDH). Jalur angiotensinogen. Kemudian angiotensinogen merangsang
biosintetik heksosamin muncul dari glikolisis fruktosa-6- terbentuknya ROS dan ekspresi TGF-p. Induksi protein-
fosfat (F-6-P) dengan bantuan enzim glutamin-fructos-6- protein MES membutuhkan aktivasi TGF-p dan sitokin
phosphate-aminotransferase (GFAT). Aktivasi PKC-MAPK prosklerotik lain yaitu connective tissue growth factor
dapat merangsang gen-gen tertentu seperti gen TGF-p. (CTGF). Pembentukan CTGF di sel-sel ginjal juga dipicu
Aktivasi TGF-p selanjutnya akan merangsang ambilan oleh keadaan hiperglikemia, AGEs, dan ROS melalui
Gambar 2. Model mekanisme hiperglikemia memicu akumulasi protein matriks ekstraselular oleh sel-sel mesangial.'
2390 DIABETES MILITUS
aktivasi TGF-p. CTGF m e r u p a k a n salah satu produk Episode singkat hiperglikemia, infeksi saluran kemih,
TGF-p pada sel-sel mesangial.^^ Induksi CTGF oleh TGF-p hipertensi, gagal jantung, dan demam febril akut, dapat
tampaknya tergantung oleh PKC dan MAPK.^^ Bersama- m e n y e b a b k a n p e n i n g k a t a n t r a n s i e n pada e k s k r e s i
sama dengan TGF-p, CTGF merupakan mediator penting albumin urin. Jika tes mikroalbuminuria tidak tersedia,
dalam merangsang ekspresi protein MES. maka skrining dengan reagen tablet atau dipstick dapat
dilakukan, karena memiliki sensitivitas 9 5 % dan spesifisitas
9 3 % apabila dikerjakan oleh petugas yang terlatih. Karena
SKRINING DAN DIAGNOSIS strip reagen hanya menunjukkan konsentrasi dan tidak
mengkoreksi kreatinin seperti halnya albumin urin sewaktu
Pengenalan awal terhadap adanya perubahan pada ginjal terhadap rasio albumin-kreatinin, strip ini sangat rentan
meningkatkan kesempatan untuk mencegah terjadinya terhadap adanya kesalahan akibat perubahan konsentrasi
progresi dari nefropati insipien menjadi overt. Suatu urin. Seluruh hasil tes yang positif berdasarkan strip atau
tes untuk mengetahui adanya mikroalbuminuria harus tablet reagen harus dikonfirmasi menggunakan metode
dilakukan pada saat diagnosis pasien DM tipe 2. Mikro- yang lebih spesifik. Selain itu, terdapat variasi ekskresi
albuminuria jarang terjadi dalam waktu singkat pada pasien albumin per hari yang signifikan, sehingga pengumpulan
DM tipe 1; oleh karena itu, skrining pada penderita DM sampel sebanyak dua dari tiga kali dalam periode 3-6
tipe 1 harus dimulai setelah 5 tahun diagnosis. Beberapa bulan harusnya dapat menunjukkan peningkatan kadar
penelitian m e n g a t a k a n bahwa d i a b e t e s pada masa albumin sebelum mendiagnosis mikroalbuminuria pada
prepubertas mungkin berperan penting pada munculnya pasien. Algoritma skrining mikroalbuminuria dapat dilihat
komplikasi mikrovaskular; oleh karena itu, penilaian klinis pada gambar 3.
berperan penting dalam menegakkan diagnosis. Akibat Pemeriksaan mikroalbuminuria per tahun tidak begitu
adanya kesulitan dalam menentukan kapan onset DM jelas setelah ditegakkannya diagnosis mikroalbuminuria
tipe 2, skrining harus dimulai saat tegaknya diagnosis. dan pemberian terapi ACE/ARB serta kontrol tekanan darah.
Setelah skrining awal dan tidak adanya tanda-tanda Banyak ahli menyarankan pemantauan berkelanjutan untuk
mikroalbuminuria s e b e l u m n y a , tes mikroalbuminuria menilai baik respons terhadap terapi dan perkembangan
harus dilakukan setiap tahun. Skrining mikroalbuminuria penyakit. Sebagai tambahan terhadap penilaian ekskresi
dapat dilakukan melalui 3 metode, yaitu pengukuran rasio albumin urin, penilaian fungsi glomerulus juga penting
albumin-kreatinin pada sampel urin sewaktu, sampel urin untuk pasien dengan nefropati DM.^^
24 j a m dengan kreatinin (pengukuran secara bersamaan
dengan klirens kreatinin), dan sampel berdasarkan waktu
(4 j a m atau overr)ight). PENATALAKSANAAN
Metode pertama merupakan metode yang paling
mudah dilakukan dan bersifat informatif sehingga lebih S e t e l a h d i t e g a k k a n d i a g n o s i s mikro a t a u m a k r o -
sering diterapkan; sampel urin pagi hah sangat baik karena albuminuria, pasien harus menjalani evaluasi lengkap
adanya variasi diurnal ekskresi albumin, tapi jika waktu t e r m a s u k p e m e r i k s a a n untuk faktor p e n y e b a b lain,
ini tidak bisa digunakan, kesamaan waktu pengumpulan penilaian fungsi ginjal, dan ada/tidaknya h u b u n g a n
sampel yang berbeda pada individu yang sama harus dengan faktor komorbid lainnya.
diterapkan. Uji spesifik harus dilakukan untuk mendeteksi Diagnosis banding biasanya muncul berdasarkan
adanya mikroalbuminuria karena standar uji laboratorium r i w a y a t p e n y a k i t , p e m e r i k s a a n fisik, hasil lab, dan
rumah sakit untuk protein urin tidak cukup sensitif untuk gambaran ginjal. Diagnosis nefropati DM sangat mudah
mengukur level tersebut. Mikroalbuminuria dianggap ditegakkan pada pasien DM tipe 1 dengan durasi sakit
positif bila ditemukan ekskresi albumin urin senilai >.30 yang sudah lama (> 10 tahun), terutama apabila ditemukan
mg/24 j a m (sama dengan 20 ng/menit pada sampel pula adanya retinopati. Nefropati DM juga muncul pada
berdasarkan waktu atau 30 mg/g kreatinin pada sampel pasien DM tipe 2 dengan proteinuria dan retinopati.
sewaktu) (Tabel 2 ) . " Namun, terkadang sulit untuk mendiagnosis nefropati
Tes Mikroalbuminuria
Albumin (+)
Ya
Ya
Ya
Ya
Mikroalbuminuria,
mulai terapi
DM pada pasien DM tipe 2 karena onset diabetes tidak nefropati D M . Adanya risiko penyakit kardiovaskular
diketahui pasti dan tidak ditemukan retinopati pada sekitar yang tinggi pada pasien nefropati DM mengharuskan
28% pasien DM tipe 2. dilakukannya pemeriksaan rutin untuk memeriksa ada/
GFR merupakan parameter terbaik dalam menilai tidaknya penyakit jantung koroner, tanpa adanya gejala
fungsi ginjal dan harus diukur atau diperkirakan pada jantung. Komplikasi aterosklerotik lainnya seperti penyakit
pasien diabetes dengan mikro dan makroalbuminuria. Pada karotis, penyakit arteri perifer, dan stenosis arteri ginjal
pasien mikroalbuminuria, GFR tetap pada keadaan stabil, harus dinilai.
namun beberapa pasien menunjukkan adanya penurunan Tujuan dari terapi adalah untuk mencegah
kadar GFR yang cepat. Pada pasien DM tipe 1 dengan perkembangan dari mikro menjadi makroalbuminuria,
mikroalbuminuria yang tidak diterapi, GFR menurun sekitar mencegah penurunan fungsi ginjal pada pasien dengan
1.2 ml/menit/bulan. Pada pasien DM tipe 2, penurunan makroalbuminuria, dan munculnya kejadian kardiovaskular
GFR lebih bervariasi. Suatu penelitian melaporkan bahwa Strategi dan target terapi dijelaskan dalam tabel 3.^
rata-rata penurunan GFR sebesar ~ 0.5 ml/menit/bulan,
meskipun pada beberapa pasien GFR tetap stabil untuk
jangka waktu lama. Pasien dengan penurunan GFR yang KONTROL GULA DARAH KETAT
cepat biasanya mengalami glomerulopati lanjut dan
kontrol metabolik yang buruk. Efek dari kontrol gula darah ketat pada perkembangan
Retinopati sangat penting untuk diperiksa karena mikro menjadi makroalbuminuria dan penurunan fungsi
sering muncul pada nefropati DM dan merupakan salah ginjal pada pasien makroalbuminuria masih kontroversial.
satu petunjuk untuk diagnosis nefropati D M . Suatu Pada studi DCCT, kontrol gula darah ketat tidak menurun-
penelitian terhadap pasien DM tipe 2 menunjukkan bahwa kan angka progresivitas menjadi makroalbuminuria pada
retinopati DM merupakan petanda adanya perkembangan pasien DM tipe 1 yang sudah mengalami mikroalbuminuria
2392 DIABETES MILITUS
pada awal studi. Pada pasien DM tipe 2, sangat sedikit menurunkan makroalbuminuria menjadi mikroalbuminuria
p e n e l i t i a n y a n g m e n g a n a l i s a p e r a n a n kontrol gula pada pasien DM tipe 2.
darah pada progresivitas nefropati DM. Pada studi yang Meskipun belum ada penelitian yang membandingkan
dilakukan oleh K u m a m o t o , penurunan progresivitas antara efek ACE-inhibitor dan ARB pada progresivitas
tersebut dinilai melalui suatu terapi intensif. Meskipun efek mikroalbuminuria menjadi overt nefropati, kedua jenis obat-
dari kontrol gula darah ketat pada progresivitas nefropati obatan tersebut terbukti dapat mengurangi albuminuria.
DM masih belum jelas, namun tetap harus dilakukan pada Oleh karena itu, penggunaan ACE-inhibitor atau ARB
seluruh pasien. direkomendasikan sebagai terapi lini pertama untuk pasien
Beberapa obat-obatan antihiperglikemik sangat DM tipe 1 dan tipe 2 dengan mikroalbuminuria meskipun
berguna. Rosiglitazone, jika dibandingkan dengan mereka normotensif.
glyburide, memiliki k e m a m p u a n untuk m e n u r u n k a n
ekskresi albumin urin pada pasien DM tipe 2. Beberapa
obat-obatan sebaiknya tidak digunakan pada pasien INTERVENSI DIET'
dengan penurunan fungsi ginjal. Oleh karena itu,
kebanyakan pasien DM tipe 2 dengan nefropati harus Pada suatu penelitian diperoleh bahwa mengganti daging
diterapi menggunakan insulin. dengan ayam dapat mengurangi ekskresi albumin urin
hingga 4 6 % dan menurunkan kolesterol total, kolesterol
LDL, dan apolipoprotein B pada pasien DM tipe 2 dengan
TERAPI INTENSIF TEKANAN DARAH DAN mikroalbuminuria. Hal ini mungkin berkaitan dengan
BLOKADE RAS rendahnya jumlah lemak jenuh dan tingginya asam lemak
t a k j e n u h pada daging ayam jika dibandingkan dengan
Banyak penelitian telah membuktikan bahwa penanganan daging sapi. Efek m e n g u n t u n g k a n dari asam lemak
hipertensi pada pasien DM tipe 1 dan tipe 2 dengan t a k j e n u h pada fungsi endotel juga dapat menurunkan
mikroalbuminuria m e m b a w a efek baik. Blokade RAS ekskresi albumin urin. Diet protein dengan ayam sebagai
dengan obat-obatan ACE- inhibitor atau ARB memberi satu-satunya sumber daging dapat dijadikan strategi
keuntungan pada fungsi ginjal. Efek renoprotektif tersebut t a m b a h a n u n t u k t e r a p i p a s i e n DM t i p e 2 d e n g a n
tidak berhubungan dengan penurunan tekanan darah mikroalbuminuria. Suatu metaanalisis dari 5 penelitian
dan mungkin berkaitan d e n g a n penurunan t e k a n a n yang melibatkan total 108 pasien, diet dengan restriksi
intraglomerular dan lewatnya protein melalui tubulus protein dapat memperlambat progresivitas nefropati
proksimal. Obat-obatan ini menurunkan ekskresi albumin DM pada pasien DM tipe 1. Penelitian terbaru pada 82
urin dan laju progresivitas mikroalbuminuria menjadi tahap pasien DM tipe 1 dengan nefropati DM yang progresif
nefropati DM yang lebih lanjut. Suatu metaanalisis dari menunjukkan bahwa diet rendah protein (0.9 g/kgBB/
12 penelitian yang melibatkan 698 orang pasien DM tipe hari) menurunkan risiko gagal ginjal tahap akhir atau
1 nonhipertensif dengan mikroalbuminuria menunjuk- kematian hingga 76%, meskipun tidak berpengaruh pada
kan bahwa terapi dengan ACE-inhibitor menurunkan penurunan GFR. Mekanisme penurunan progresivitas
risiko progresivitas menjadi makroalbuminuria sebesar nefropati DM melalui diet rendah protein masih belum
6 0 % dan meningkatkan kemungkinan regresi menjadi diketahui, namun mungkin berkaitan dengan membaiknya
normoalbuminuria. Obat-obatan ARB juga efektif dalam profil lipid dan/atau hemodinamik glomerulus.
NEFROPATI DIABETIK 2393
Tiga studi epidemiologi besar, Diabetes Control and dll. Pemahaman terhadap mekanisme nyeri penting agar
Complications TriaV^ (DCCT), Kumamoto S t u d y " dan dapat memberi terapi yang lebih rasional, meskipun
United Kingdom Prospective Diabetes Study^* (UKPDS) terapi nyeri neuropati diabetik pada dasarnya bersifat
membuktikan baliwa dengan mengendalikan glukosa simtomatis.
darah, komplikasi kronik diabetes termasuk neuropati- Pedoman pengelolaan ND dengan nyeri, yang dian-
dapat dikurangi. Pada DCCT, kelompok pasien dengan jurkan iaIah:
terapi intensif yang berhasil menurunkan H b A l c dari 9 ke NSAID (ibuprofen 600mg 4x/hari, sulindac 200mg
7%, telah menurunkan risiko timbul dan berkembangnya 2x/hari)
komplikasi mikrovaskular, termasuk menurunkan risiko Antidepresan trisiklik (amitriptilin 50-150mg malam
timbulnya neuropati sebesar 60% dalam 5 tahun. Pada hari, imipramin lOOng/hari, nortriptilin 50-150mg
studi Kumamoto, suatu penelitian mirip DCCT tetapi malam hari, paroxetine 40mg/hari)
pada DM tipe 2, juga membuktikan bahwa dengan terapi Antikonvulsan (gabapentin 900mg 3x/hari,
intensif mampu menurunkan risiko komplikasi, termasuk karbamazepin 200mg 4x/hari)
perbaikan kecepatan konduksi saraf dan ambang rangsang Antiaritmia (mexilletin 150-450mg/hari)
vibrasi. Demikian juga dengan UKPDS yang memberikan Topikal: capsaicin 0,075% 4x/hari, fluphenazine I m g
hasil serupa dengan 2 studi sebelumnya. 3x/hari, transcutaneous electrical nerve stimulation.
REFERENSI
PENDAHULUAN EPIDEMIOLOGI
Retinopati diabetik merupakan penyebab kebutaan yang Prevalensi retinopati diabetik pada pasien diabetes tipe 1
paling sering ditemukan pada usia dewasa antara 20- setelah 10-15 tahun sejak diagnosis ditegakkan berkisar
74 t a h u n J Pasien diabetes melitus (diabetes) memiliki antara 25-50%. Sesudah 15 tahun prevalensi meningkat
risiko 25 kali lebih mudah untuk mengalami retinopati menjadi 75-95% dan setelah 30 tahun mencapai 100%.''
dibanding nondiabetes. Risiko mengalami retinopati Pasien diabetes tipe 2 ketika diagnosis diabetes ditegakkan
pada pasien diabetes meningkat sejalan dengan sekitar 2 0 % di antaranya sudah ditemukan retinopati
lamanya menderita diabetes. Penyebab retinopati diabetik. Setelah 15 tahun kemudian prevalensi meningkat
diabetik belum diketahui pasti, namun hiperglikemia menjadi lebih dari 60-85%.^ Di Amerika Utara dilaporkan
yang berlangsung lama diduga merupakan faktor risiko sekitar 12.000-24.000 pasien diabetes mengalami
utama.^^ Oleh sebab itu kontrol glukosa darah sejak dini kebutaan setiap tahun.^ Di Inggris dan Wales tercatat
penting dalam mencegah timbulnya retinopati diabetik. sekitar 1000 pasien diabetes setiap tahun mengalami
Metode pengobatan retinopati diabetik dewasa ini j u g a kebutaan sebagian sampai kebutaan total.^ Di Indonesia
mengalami kemajuan pesat sehingga risiko kebutaan belum ada data mengenai prevalensi retinopati diabetik
banyak berkurang."*^ Terapi fotokoagulasi dengan sinar secara nasional. Namun apabila dilihat dari jumlah pasien
laser, vitrektomi, vitreolisis, penggunaan obat-obatan diabetes yang meningkat dari tahun ke tahun, maka
seperti sorbinil, anti protein kinase C (PKC), anti vascular dapat diperkirakan bahwa prevalensi retinopati diabetik
endothelial growth factor (VEGF), somatostatin dan anti di Indonesia juga cukup tinggi.
inflamasi merupakan modalitas terapi yang dewasa ini
d i g u n a k a n untuk p e n g o b a t a n m a u p u n p e n c e g a h a n
retinopati diabetik. Namun demikian retinopati diabetik PATOFISIOLOGI
tetap masih menjadi masalah global mengingat angka
kejadian diabetes di seluruh dunia cenderung makin Retina merupakan suatu struktur berlapis ganda dari
meningkat. f o t o r e s e p t o r dan sel saraf. Kesehatan dan aktivitas
metabolisme retina sangat tergantung pada jaringan
kapiler retina. Kapiler retina membentuk jejaring yang
DEFINISI menyebar ke seluruh permukaan retina kecuali suatu daerah
yang disebut fovea.6 Kelainan dasar dari berbagai bentuk
Retinopati diabetik iaIah suatu kelainan mata pada retinopati diabetik terletak pada kapiler retina tersebut.
pasien diabetes y a n g d i s e b a b k a n karena kerusakan Dinding kapiler retina terdiri dari tiga lapisan berturut-
kapiler retina d a l a m b e r b a g a i t i n g k a t a n , s e h i n g g a turut dari luar ke dalam yaitu sel perisit, membrana basalis
menimbulkan gangguan penglihatan mulai dari yang dan sel endotel. Sel perisit dan sel endotel dihubungkan
ringan sampai berat bahkan sampai terjadi kebutaan oleh pori yang terdapat pada membrana sel yang terletak
total dan permanen.^ di antara keduanya. Dalam keadaan normal, perbandingan
2400
RETINOPATI DIABETIK 2401
jumlah sel perisit dan sel endotel kapiler retina adalah 1:1 timbulnya retinopati diabetik yaitu aktivasi jalur poliol,
sedangkan pada kapiler perifer yang lain perbandingan glikasi nonenzimatik dan p e n i n g k a t a n diasilgliserol
tersebut mencapai 2 0 : 1 . Fungsi sel perisit antara lain yang menyebabkan aktivasi PKC.^^ Selain itu, hormon
iaIah untuk mempertahankan struktur kapiler, mengatur pertumbuhan dan beberapa faktor pertumbuhan lain
kontraktilitas, membantu mempertahankan fungsi barrier seperti VEGF diduga juga berperan dalam progresifitas
dan transportasi kapiler serta mengendalikan proliferasi retinopati diabetik.''^
sel endotel. Membrana basalis kapiler berfungsi sebagai
barrier untuk mempertahankan permeabilitas agar tidak Aktivasi Jalur Poliol
terjadi kebocoran. Sel endotel saling berikatan erat satu Hiperglikemia yang berlangsung lama menyebabkan
sama lain dan bersama-sama dengan matriks ekstra sel dari peningkatan aktivitas enzim aldose reduktase sehingga
membrana basalis membentuk pertahanan yang bersifat produksi poliol yaitu suatu senyawa gula dan alkohol
selektif terhadap beberapa jenis protein dan molekul meningkat dalam jaringan termasuk di lensa, pembuluh
kecil, termasuk bahan kontras fluoresein yang digunakan darah dan saraf optik. Salah satu sifat dari senyawa poliol
untuk d i a g n o s i s penyakit kapiler retina. Perubahan iaIah tidak dapat melewati membrana basalis sehingga
histopatologis kapiler retina pada retinopati diabetik akan tertimbun dalam jumlah yang banyak di dalam sel.^^°
dimulai dari penebalan m e m b r a n a basalis kemudian Penimbunan senyawa poliol dalam sel tersebut akan
disusul dengan hilangnya sel perisit dan meningkatnya menyebabkan peningkatan tekanan osmotik sehingga
proliferasi sel endotel. Pada keadaan lanjut, sel perisit menimbulkan gangguan morfologi dan fungsional sel.
tidak mampu lagi mengendalikan proliferasi sel endotel Percobaan pada hewan yang diberi inhibitor enzim aldose
sehingga perbandingan antara sel endotel dan sel perisit reduktase (aminoguanidin) ternyata dapat mengurangi atau
kapiler retina meningkat sampai mencapai 10:1.7 memperlambat terjadinya retinopati diabetik." Namun uji
Patofisiologi retinopati diabetik melibatkan lima klinik pada pasien diabetes tipe 1 yang diberi aminoguanidin
proses yang terjadi di tingkat kapiler yaitu: 1) pembentukan kemudian diamati selama 3-4 tahun ternyata tidak memberi
m i k r o a n e u r i s m a , 2) p e n i n g k a t a n p e r m e a b i l i t a s , 3) pengaruh terhadap timbulnya maupun perlambatan
p e n y u m b a t a n , 4) proliferasi p e m b u l u h d a r a h baru progresifitas retinopati diabetik. Sampai saat ini masih terus
(neovascular) dan pembentukan jaringan fibrosis, dilakukan penelitian dengan menggunakan inhibitor enzim
5) k o n t r a k s i j a r i n g a n fibrosis k a p i l e r dan vitreus.^ aldose reduktase yang lebih kuat.^^
Penyumbatan dan h a m b a t a n perfusi (nonperfusion)
m e n y e b a b k a n iskemia retina s e d a n g k a n k e b o c o r a n Glikasi Nonenzimatik
dapat terjadi pada semua komponen darah.^^ Kebutaan Glikasi nonenzimatik terhadap protein dan asam
akibat retinopati diabetik dapat terjadi melalui beberapa deoksiribonukleat (DNA) yang terjadi selama hiperglikemia
mekanisme yaitu: 1) edema makula atau nonperfusi kapiler, akan menghambat aktivitas enzim dan keutuhan
2) pembentukan pembuluh darah baru dan kontraksi DNA. Protein yang terglikosilasi membentuk radikal
jaringan fibrosis sehingga terjadi ablasio retina (retinal bebas dan akan menimbulkan perubahan fungsi sel.^^
detachment), 3) pembuluh darah baru yang terbentuk Penggunaan aminoguanidin, yaitu suatu bahan yang juga
menimbulkan perdarahan preretina dan vitreus, 4) terjadi bekerja menghambat pembentukan advanced glycation
glaukoma yang juga merupakan akibat dari pembentukan end p r o d u c t (AGE) pada tikus d i a b e t e s d i l a p u r k a n
pembuluh darah b a r u . " Perdarahan adalah bagian dari dapat mengurangi pengaruh diabetes terhadap aliran
stadium retinopati diabetik proliferatif dan merupakan darah di retina, permeabilitas kapiler dan parameter
penyebab utama kebutaan permanen.^ Selain itu, mikrovaskuler yang lain. Aminoguanidin terbukti j u g a
kontraksi dari jaringan fibrovaskular sehingga terjadi dapat menghambat produksi senyawa oksida nitrat yang
ablasio retina (terlepasnya lapisan retina)juga merupakan merupakan vasokonstriktor kuat.^
penyebab kebutaan yang terjadi pada retinopati diabetik
proliferatif^ Diasilgliserol dan Aktivasi Protein Kinase C
Protein kinase C diketahui memiliki pengaruh terhadap
permeabilitas vaskular, kontraktilitas, sintesis membrana
ETIO-PATOGENESIS basalis dan proliferasi sel vaskular. Dalam kondisi hiper-
glikemia, aktivitas PKC di retina dan sel endotel meningkat
Meskipun penyebab retinopati diabetik sampai saat ini akibat peningkatan sintesis de novo diasilgliserol, yaitu
belum diketahui secara pasti, namun keadaan hiper- suatu regulator PKC dari gukosa.3 Diasilgliserol terbukti
glikemia y a n g b e r l a n g s u n g lama d i a n g g a p sebagai diproduksi dalam jumlah yang banyak di retina anjing
faktor risiko utama."^^ Beberapa proses biokimiawi yang dengan galaktosemia yang disertai retinopati. Dewasa
terjadi pada hiperglikemia dan diduga berkaitan dengan ini para ahli sedang melakukan uji klinik penggunaan
2402 DIABETES MILITUS
ruboxistaurin yaitu suatu penghambat PKC p-isoform pada Retinopati Diabetik Nonproliferatif
pasien retinopati diabetil<J^ Retinopati diabetik nonproliferatif merupakan bentuk
Beberapa hipotesis mengenai mel<anisme patogenesis retinopati yang paling ringan dan sering tidak
retinopati diabetik yang kemungkinan dapat dikembangkan memperlihatkan gejala. Stadium ini sulit dideteksi hanya
menjadi target intervensi farmakologis dapat dilihat pada dengan pemeriksaan oftalmoskopi langsung maupun
tabel 1. tidak langsung. Cara pemeriksaan yang paling baik iaIah
dengan menggunakan foto warna fundus atau dengan
FFA. Mikroaneurisma yang terjadi pada kapiler retina
DIAGNOSIS DAN KLASIFIKASI merupakan tanda awal yang dapat ditemukan pada
RDNP Dengan oftalmoskopi atau foto warna fundus,
D i a g n o s i s retinopati diabetik d i d a s a r k a n atas hasil mikroaneurisma tampak berupa bintik merah dan sering
pemeriksaan funduskopi. Pemeriksaan dengan fundal kelihatan pada bagian posterior.^ Penyebab timbulnya
fluorescein angiography (FFA) m e r u p a k a n metode mikroaneurisma masih belum jelas. Diduga ada hubungan
pemeriksaan yang paling dipercaya. Namun dalam klinik dengan faktor vasoproliferatif yang dihasilkan endotel,
pemeriksaan dengan oftalmoskopi masih dapat digunakan kelemahan dinding kapiler akibat berkurangnya sel perisit,
untuk p e m e r i k s a a n p e n y a r i n g J Klasifikasi retinopati serta meningkatnya tekanan intra lumen kapiler^ Kelainan
diabetik umumnya didasarkan atas beratnya perubahan morfologi yang lain iaIah penebalan membrana basalis,
yang terjadi pada mikrovaskular retina dan ada atau perdarahan ringan, eksudat keras yang tampak sebagai
tidakadanya pembentukan pembuluh darah baru. Early bercak warna kuning dan eksudat lunak yang tampak
Treatment Diabetic Retinopathy Research Study Group sebagai bercak halus {cotton wool spot). Perdarahan
(ETDRS)^ membagi retinopati diabetik atas dua stadium terjadi akibat kebocoran eritrosit, eksudat terjadi akibat
yaitu nonproliferatif dan proliferatif Retinopati diabetik kebocoran dan deposisi lipoprotein plasma, sedangkan
nonproliferatif (RDNP) hanya ditemukan perubahan ringan e d e m a terjadi akibat kebocoran plasma.'' Retinopati
pada mikrovaskular retina. Kelainan fundus pada RDNP diabetik nonproliferatif berat sering juga disebut sebagai
dapat berupa mikroaneurisma atau kelainan intraretina retinopati diabetik iskemik, retinopati obstruktif atau
yang disebut intra-retinal microvascular abnormalities retinopati preproliferatif Gambaran yang dapat ditemukan
(IRMA).*'^ Penyumbatan kapiler retina akan menimbulkan yaitu bentuk kapiler yang berkelok tidak teratur akibat
hambatan perfusi yang secara klinik ditandai dengan dilatasi yang tidak beraturan dan cotton wool spot, yaitu
perdarahan, kelainan vena dan IRMA. Iskemia retina yang suatu daerah retina dengan gambaran bercak warna putih
terjadi akibat hambatan perfusi akan merangsang proliferasi pucat dimana kapiler mengalami sumbatan.-^ Dalam waktu
pembuluh darah baru (neovaskular).^^ Pembentukan 1-3 tahun RDNP berat (retinopati reproliferatif) sering
p e m b u l u h d a r a h baru m e r u p a k a n t a n d a khas dari berkembang menjadi retinopati diabetik proliferatif, baik
retinopati diabetik proliferatif (RDP).^^ disertai maupun tidak disertai dengan edema makula.
Pasien diabetes dengan keadaan tersebut merupakan baru yang meliputi satu per empat daerah diskus, adanya
calon untuk mendapat terapi fotokoagulasi. perdarahan preretina, pembuluh darah baru yang terjadi
di mana saja {neovascularization elsewhere) yang disertai
R e t i n o p a t i D i a b e t i k Proliferatif perdarahan, atau terdapat perdarahan di lebih dari separuh
Retinopati diabetik proliferatif ditandai dengan pada daerah diskus atau vitreus.^^®
pembentukan pembuluh darah baru. Dinding pembuluh
darah baru tersebut hanya terdiri dari satu lapis sel endotel Makulopati Diabetik
saja tanpa sel perisit dan membrana basalis sehingga Makulopati diabetik merupakan penyebab kebutaan
sangat rapuh dan m u d a h m e n g a l a m i perdarahan.6 paling sering pada pasien diabetes. Makulopati diabetik
Pembentukan pembuluh darah baru tersebut sangat cenderung berhubungan dengan diabetes tipe 2 usia
berbahaya karena dapat tumbuh secara abnormal keluar lanjut, sedangkan retinopati diabetik proliferatif cenderung
dari retina meluas sampai ke vitreus, m e n y e b a b k a n ditemukan pada usia muda.^ Tergantung perubahan
perdarahan di sana dan dapat menimbulkan kebutaan.6 utama y a n g terjadi pada kapiler retina, makulopati
Perdarahan dalam vitreus akan menghalangi transmisi diabetik dapat dibedakan dalam beberapa bentuk yaitu
cahaya ke dalam mata dan pada lapangan penglihatan makulopati iskemik, makulopati eksudatif dan edema
memberi p e n a m p a k a n berupa bercak warna m e r a h , makula.^ Makulopati iskemik terjadi akibat penyumbatan
abu-abu atau hitam. Apabila perdarahan terus berulang, yang luas dari kapiler di daerah sentral retina. Makulopati
dapat terbentuk j a r i n g a n fibrosis atau sikatriks pada eksudatif terjadi karena kebocoran setempat sehingga
retina. Oleh karena retina hanya berupa lapisan tipis terbentuk eksudat keras seperti yang ditemukan pada
yang terdiri dari beberapa lapis sel saja, maka sikatriks RDNP Makulopati eksudatif perlu segera dilakukan terapi
dan jaringan fibrosis yang terbentuk dapat menarik retina fotokoagulasi untuk mencegah hilangnya visus secara
sampai terlepas sehingga terjadi ablasio retina (retinal permanen. Edema makula terjadi akibat kebocoran yang
detachment). Pembuluh darah baru dapat juga terbentuk difus. Apabila keadaan tersebut menetap, maka akan
dalam stroma dari iris dan bersama-sama dengan jaringan terbentuk kista berisi cairan yang dikenal sebagai edema
fibrosis dapat meluas sampai ke chamber anterior. Keadaan makula kistoid. Bila keadaan ini terjadi maka gangguan
tersebut dapat menghambat aliran keluar dari aqueous visus akan menetap dan sukar diperbaiki. Dibanding
humor sehingga menimbulkan glaukoma neovaskular dengan metode diagnostik yang lain, optical coherence
yang ditandai dengan meningkatnya tekanan intraokular. tomography (OCT) merupakan metode yang paling baik
Kebutaan dapat terjadi apabila ditemukan pembuluh darah untuk mendiagnosis makulopati diabetik.^
Beberapa penelitian skala besar membuktikan bahwa mencegah progresifitas retinopati. Saat ini tekanan darah
kontrol glukosa darah yang baik dapat mencegah timbulnya pasien diabetes dianjurkan kurang dari 130/85 mmHg.^^
2408
KARDIOMIOPATI DIABETIK 2409
DM disertai dengan peningkatan angka kejadian payah perkembangan kardiomiopati diabetik telah lama
jantung. The Strong Heart Study (SHS) nnenunjukkan adanya diketahui. Densitas reseptor Angiotensin II dan ekspresi
hubungan yang kuat antara DM dan nnassa ventrikel kiri, mRNA mengalami peningkatan pada j a n t u n g pasien
penebalan dinding ventrikel, peningkatan kekakuan arteri DM. Aktivasi sistem renin angiotensin pada DM disertai
dan disfungsi diastolik, dibandingkan dengan kelonnpok dengan peningkatan kerusakan oksidatif, apoptosis dan
kontrol. Infornnasi terbaru dari studi MESA {Multi-Ethnic nekrosis kardiomiosit serta sel endotel. Hambatan terhadap
Study of Atherosclerosis) melaporkan adanya perbedaan sistem renin angiotensin dapat mengurangi produksi ROS
inter-rasial dari massa ventrikel kiri, volume ventrikel kiri (reactive oxygen species) pada hewan percobaan, dimana
dan fungsi ventrikel kiri diantara pasien DM. efeknya menyerupai efek terapi anti oksidan. Juga pada
Studi U K P D S (UK Prospective Diabetes Study) hewan percobaan menunjukkan bahwa terapi dengan ACE-
mendapatkan peningkatan prevalensi payahjantung pada inhibitor kaptopril memberikan efek kardioprotektif
pasien DM tipe 2, yang berkorelasi dengan tingginya kadar
H b A l c . Setiap kenaikan 1 % dari kadar H b A l c , risiko untuk P e n i n g k a t a n Stres O k s i d a t i f
mengalami payahjantung meningkat sebesar 8%. Peningkatan produksi ROS pada j a n t u n g pasien DM
merupakan faktor pendukung terjadinya dan progresivitas
kardiomiopati diabetik. Kerusakan dan disfungsi sel
PATOGENESIS akibat pengaruh superoksida akan terjadi bila terjadi
k e t i d a k s e i m b a n g a n a n t a r a p e m b e n t u k a n ROS dan
Patogenesis kardiomiopati diabetik bersifat multifaktorial. kemampuan degradasi ROS. Meningkatnya pembentukan
Beberapa hipotesis telah dikemukakan, antara lain akibat ROS dan menurunnya mekanisme pertahanan antioksidan
disfungsi otonom, gangguan metabolisme, abnormalitas akan meningkatkan stress oksidatif pada jantung pasien
homeostasis ion, perubahan struktur protein dan fibrosis D M . D a l a m kondisi f i s i o l o g i s , s e b a g i a n besar ROS
interstisium. Hiperglikemi yang berkepanjangan akan dihasilkan oleh mitokondria. Peningkatan produksi ROS
meningkatkan glikosilasi protein-protein interstisium didalam mitokondria dapat terjadi diberbagai jaringan
seperti kolagen yang mengakibatkan kekakuan miokardium seperti di dalam sel endotel sebagai akibat pajanan yang
dan g a n g g u a n k o n t r a k s i m i o k a r d i u m . Mekanisme lama dari hiperglikemi.
terjadinya gangguan kontraksi miokardium antara lain Bukti-bukti dari beberapa penelitian menunjukkan
disebabkan karena beberapa keadaan, antara lain: 1). adanya peningkatan produksi ROS dari sumber-sumber
Gangguan homeostasis kalsium; 2). Aktivasi sistem renin- diluar mitokhondria seperti NADPH oxidase atau
angiotensin; 3). Peningkatan stres oksidatif; 4). Perubahan menurunnya aktivitas neuronal nitric oxide synthase
substrat metabolisme; 5). Disfungsi mitokondria. (NOS 1) disertai dengan meningkatnya aktivasi xanthine
o x i d o r e d u c t a s e . Peningkatan produksi ROS disertai
Gangguan Homeostasis Kalsium dengan peningkatan apoptosis, kerusakan DNA dan
Kalsium intraseluler merupakan regulator utama kontraksi penurunan aktivitas jalur DNA repair
jantung. Di dalam kardiomiosit, masuknya kalsium memicu Disamping menimbulkan kerusakan ditingkat selular,
aktivasi depolarisasi membran sel. Kalsium kemudian akan peningkatan produksi ROS j u g a dapat menyebabkan
berdiffusi melalui ruang sitosol untuk mencapai protein g a n g g u a n f u n g s i j a n t u n g melalui m e k a n i s m e lain,
kontraksi, berikatan dengan troponin C. Selanjutnya akan seperti peningkatan aktivasi Protein Kinase C, Advanced
memicu terjadinya pergeseran filamen tipis dan tebal, Glycosylation End Products dan Jalur Aldose Reductase.
yang menyebabkan kontraksi jantung pada fase sistolik.
Kalsium kemudian kembali ke kadar diastolik melalui Perubahan Substrat Metabolisme
aktivasi Sarcoplasmic Reticulum Ca + + 2 pump (SERCA2a), Diabetes melitus ditandai dengan penurunan metabolisme
sarcolemmal Na+-Ca+2 exchanger dan sarcolemmal Ca2 + glukosa dan laktat s e r t a p e n i n g k a t a n metabolisme
ATPase. Gangguan homeostasis kalsium yang merubah asam lemak. Pada tikus percobaan diabetes, didapatkan
fungsi jantung pada DM terjadi akibat penurunan: peningkatan ambilan asam lemak yang melebihi kecepatan
aktivitas enzim ATP ase oksidasinya didalam j a n t u n g , sehingga menyebabkan
kemampuan ambilan kalsium oleh retikulum akumulasi lemak didalam miokardium yang akan
sarkoplasma menimbulkan lipotoksisitas. Hasil-hasil sampingan
aktivitas sarcolemmal Na+-Ca+2 exchanger dan enzim metabolisme lemak seperti ceramide akan menyebabkan
sarcolemmal Ca2+ ATP ase. apoptosis kardiomiosit.
DIABETES
f EkspratI GLUT /
Ambilan GlukOM /
^ n^f'^^
^C^-"
^•fPRARci
' Signaling
Akumulaai lipid di
Jantung
Gangguan
Sinyal
Insulin
>t PKC
>t AGE
>^limRf r OktidMl
ilukosaj " " ' V ^ H .
fiiMkotomrtiita»i, Fibroait j f M I t Q C h o n d r i a l u n c o u p U n g / ^ r C E
Disfungsi Jantung
KARDIOMIOPATI DIABETIK
FFA=Free Fatty Acid; PDK4=Pyruvate dehydrogenase kinase 4; PPARa=Peroxisome Proliferator Activated Receptor-a\ W\CD=Malonyl-
coenzyme A decarboxylase; JG = Triglyceride; MCoA=Malonyi-coenzyme A; GLUT=G/ucose Transporter, ACoA=Acetyi-coenzyme
A; ACC=Acetyl coenzyme A carboxylase; CPT^=Carnitine-palmitoyl-transferase 1; PDH = Pyruvate dehydrogenase; C£=Cardiac
efficiency, PKC=Protein kinase C; AGE=Advanced glycation end products; ROS=Reactive Oxygen Species
struktur mitokondria. Gangguan fungsi mitokondria pada indeks massa ventrikel kiri (menggunakan cardiac MRI).
DM merupakan refleksi dari gangguan transkripsi gen Temuan ini juga didukung oleh penelitian dengan jumlah
yang terlibat dalam proses fosforilasi oksidatif, namun sampel yang lebih besar di Swedia yang menunjukkan
bukan gen yang terlibat dalam oksidasi asam lemak. adanya hubungan antara sindrom metabolik, resistensi
Produksi h i d r o g e n peroksida m e n i n g k a t s e d a n g k a n insulin dan peningkatan massa dan ketebalan dinding
kadar glutathione menurun pada j a n t u n g DM, hal ini ventrikel kiri.
menunjukkan terjadinya peningkatan produksi ROS yang
berasal dari mitokondria. Disfungsi Diastolik
Disfungsi diastolik ditandai dengan gangguan relaksasi
dan pengisian pasif dari ventrikel kiri, sedangkan dikatakan
GEJALA DAN TANDA payah jantung diastolik bila disfungsi diastolik disertai
dengan peningkatan tekanan akhir diastolik ventrikel
Gejala-gejala dan t a n d a - t a n d a klinis k a r d i o m i o p a t i kiri, gambaran klinis payah jantung dengan fraksi ejeksi
diabetik d a p a t b e r u p a p e r u b a h a n s t r u k t u r j a n t u n g ventrikel kiri yang normal.
yang berhubungan erat dengan perubahan fungsinya. Disfungsi diastolik merupakan temuan umum
Perubahan-perubahan tersebut antara lain: baik pada orang normal maupun pada pasien-pasien
kardiomiopati diabetik yang asimtomatik. Oleh karena
H i p e r t r o f i V e n t r i k e l Kiri ( H V K ) itu, disfungsi diastolik merupakan pertanda gangguan
Beberapa penelitian membuktikan adanya hubungan fungsi dini pada kardiomiopati diabetik. Dalam suatu
antara DM dan HVK. The Strong Heart Study (SHS) studi terhadap pasien DM tipe 2 dengan kendali glukosa
melaporkan terjadi peningkatan massa ventrikel kiri dan darah yang baik, 4 7 % ditemukan mengalami disfungsi
ketebalan dinding ventrikel kiri baik pada wanita maupun diastolik.
pria dengan DM. Temuan yang sama juga dilaporkan pada
the Cardiovascular Health Study (CHS) dan the Multi- Disfungsi Sistolik
Ethnic Study of Atherosclerosis (MESA). Studi terbaru Disfungsi sistolik adalah suatu keadaan dimana jantung
pada pasien DM tipe 2 di Jepang, melaporkan adanya tidak mampu memompa darah pada fase sistolik. Payah
hubungan antara resistensi insulin, kekakuan arteri dan jantung sistolik adalah keadaan dimana terjadi tanda-
KARDIOMIOPATI DIABETIK 2411
tanda dan gejala-gejala payah jantung sebagai akibat sensitif dan spesifik untuk payahjantung kongestif, namun
dari disfungsi sistolik. Gambaran khas dari disfungsi tidak dapat membedakan antara payah jantung sistolik
sistolik adalah menurunnya fraksi ejeksi ventrikel kiri. dan diastolik, sehingga membatasi kegunaannya dalam
Pada kardiomiopati diabetik, disfungsi sistolik terjadi mendiagnosis kardiomiopati diabetik.
belakangan, setelah sebelumnya pasien telah mengalami
disfungsi diastolik yang berat. Jadi apabila telah ditemukan
disfungsi sistolik pada pasien dengan kardiomiopati PENATALAKSANAAN
diabetik, menandakan prognosis yang buruk, dimana
dalam suatu penelitian menunjukkan angka kematian Kendali Glikemik
sebesar 15-20% pertahun.
Kendali glikemik yang buruk pada pasien D M , akan
meningkatkan risiko kematian kardiovaskular, dimana
setiap kenaikan 1 % kadar H b A l c terjadi peningkatan
DIAGNOSIS kematian kardiovaskular sebesar 1 1 % . Perbaikan kendali
glikemik akan memberikan efek menguntungkan terhadap
W a l a u p u n t i d a k a d a uji d i a g n o s t i k k h u s u s untuk penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskular.
menegakkan diagnosis kardiomiopati diabetik, namun UKPDS (United Kingdom Prospective Diabetes Study)
dengan berbagai modalitas pencitraan yang berbeda gagal membuktikan manfaat kendali glukosa darah intensif
diharapkan dapat mendeteksi gambaran kelainan jantung. dalam menurunkan angka kejadian penyakit kardiovaskular
Saat ini pendekatan diagnostik yang umum digunakan pada pasien DM tipe 2 m e n g g u n a k a n sulfonilurea
dalam praktik klinis meliputi: 1). Ekokardiografi; 2). atau insulin. Sangat penting dicatat bahwa terdapat
Cardiac MRI; 3). Cardiac biomarker seperti NT-BNP keterbatasan metodologi dalam penelitian UKPDS dalam
[(N-Terminal pro-BNP (brain natriuretic peptide)] hal interpretasi hasil penelitian.
P a d a p e n e l i t i a n D C C T (Diabetes Control and
Ekokardiografi Complication Trial), sebanyak 1441 pasien DM tipe 1
Ekokardiografi merupakan pemeriksaan penunjang non secara acak diberikan terapi konvensional atau intensif
invasif dan praktis dalam menentukan struktur dan fungsi selama rata-rata 6,5 tahun. Jumlah pasien yang mengalami
jantung. Penilaian kuantitatif dan kualitatif jantung dapat komplikasi makrovaskular major sebanyak 40 orang pada
dibuat melalui pemeriksaan geometri ventrikel kiri, wall kelompok yang mendapat terapi konvensional, sedangkan
motion, fungsi sistolik dan diastolik serta anatomi dan fungsi pada kelompok yang mendapat terapi intensif ditemukan
katup-katup jantung. Two dimensional echocardiography sebanyak 23 orang. Secara statistik tidak bermakna,
merupakan cara terpilih dalam mendeteksi dan menilai walaupun terjadi perbaikan profil lipid pada kelompok
hipertrofi ventrikel kiri. W a l a u p u n m e r u p a k a n baku terapi intensif.
emas untuk menilai fungsi diastolik ventrikel kiri, namun
kateterisasi jantung jarang digunakan untuk mendiagnosis Beta-blocker
disfungsi diastolik karena bersifat invasif. Pulse-wave Stimulasi kronik dari sistem syaraf simfatis akan
Doppler echocardiography merupakan metoda yang paling meningkatkan denyut jantung dan perubahan ekspresi
praktis dan sering digunakan untuk menilai fungsi diastolik gen yang akan menyebabkan remodelling jantung baik
sedangkan Tissue Doppler Imaging (TDI) echocardiography pada pasien dengan payah jantung maupun diabetes
merupakan metoda yang lebih sensitif dalam mendeteksi melitus. Secara tradisionil, terdapat keberatan penggunaan
kelainan fungsi Ventrikel Kiri yang ringan. beta bloker pada pasien DM karena kekawatiran terhadap
efek samping resistensi insulin dan meningkatkan risiko
Cardiac Magnetic Resonance Imaging (MRI) terjadinya hypoglycemia unawereness.
Cardiac MRI mempunyai akurasi yang lebih baik daripada Namun dengan kemajuan p e m a h a m a n terhadap
e k o k a r d i o g r a f i , dan m e r u p a k a n b a k u e m a s d a l a m payahjantung dan kenyataan betapa pentingnya peranan
mengukur massa ventrikel kiri (left ventricular mass). sistem saraf simfatis dalam pelepasan zat-zat vasoaktif,
Namun penggunaannya terbatas hanya untuk tujuan riset maka beta bloker menjadi penting peranannya dalam
dikarenakan biayanya mahal, memakan waktu lama dan pengobatan payah j a n t u n g . Jadi beta bloker berperan
memerlukan keahlian khusus. penting dalam mencegah bahkan memperbaiki remodelling
jantung, sehingga dapat memperbaiki fungsi ventrikel kiri
Cardiac Biomarkers dan menurunkan mortalitas. Pada studi CIBIS II (Cardiac
Brain Natriuretic Peptide (BNP) m e r u p a k a n h o r m o n Insufficiency BisoprololStudy II) dan MERIT-HF (Metoprolol
j a n t u n g y a n g d i h a s i l k a n sebagai respons t e r h a d a p Controlled-release Randomised Intervention Trial in Heart
kelebihan tekanan dan volume ventrikel. Walaupun BNP Failure) y a n g meneliti p a s i e n - p a s i e n d e n g a n payah
2412 DIABETES MILITUS
jantung ringan sampai sedang menunjukkan penurunan Statin (HMG-CoA Reductase Inhibitors)
angka kematian 32 dan 34%. Kemampuan statin dalam menurunkan kadar kolesterol
Carvedilol, suatu beta bloker generasi ketiga yang serum dan mengurangi risiko Penyakit Jantung Koroner
dapat m e n g h a m b a t reseptor alfa dan beta, bahkan telah dijadikan bagian dari lipid hypothesis.
menunjukkan efek yang sangat baik dalam menurunkan Disamping efek langsung terhadap metabolisme
morbiditas dan mortalitas (penurunan sampai 6 7 % ) . kolesterol, statin juga memiliki manfaat tambahan, yaitu
Pada studi yang lebih baru, the COVERNICUS {Carvedilol menghambat isoprenoid intermediates, memodifikasi
Prospective Randomized Cumulative Survival) study group ikatan protein GTP seperti Rho, meningkatkan aliran darah
menunjukkan penurunan mortalitas yang bermakna pada kolateral, meningkatkan aktivitas enzim NO synthase yang
pasien-pasien dengan payahjantung yang diobati dengan diproduksi oleh sel endotel, mencegah aktivasi nuclear
carvedilol. factor kappa B dan mencegah up-regulasi mRNA VEGF.
Scandinavian Simvastatin Survival Study membuktikan
ACE-inhibitor terjadi penurunan kejadian Penyakit Jantung Koroner
Studi m u l t i s e n t e r t e r h a d a p k a p t o p r i l menunjukkan setelah pemberian Simvastatin.
perbaikan yang bermakna dalam kemampuan latihan fisik
dan gejala-gejala klinis payah jantung, tanpa pengaruh Thiazolelidlndione (TZD)
t e r h a d a p m o r t a l i t a s . The C O N S E N S U S study group TZD adalah golongan obat baru dalam pengobatan DM
merupakan kelompok studi pertama yang menunjukkan tipe 2, yang bekerja meningkatkan sensitivitas insulin pada
penurunan mortalitas dengan enalapril pada pasien-pasien otot rangka dan jaringan lemak melalui ikatan dan aktivasi
payah j a n t u n g berat. Peneliti-peneliti dari the SOLVD PPAR-gamma, suatu reseptor inti yang mempunyai peran
(Studies of Left Ventricular Dysfunction) memperkuat regulasi proses differensiasi sel.
temuan ini dan juga mendapatkan bahwa enalapril dapat Disamping itu TZD juga bekerja pada PPAR-alfa dan
mencegah onset terjadinya payahjantung baru. meningkatkan kadar HDL cholesterol dan menurunkan
Beberapa penelitian post infark miokardium j u g a kadar t r i g l i s e r i d a . T Z D j u g a m e n i n g k a t k a n ekspresi
menunjukkan penurunan mortalitas dan morbiditas den- dan fungsi GLUT 4 didalam otot j a n t u n g , s e h i n g g a
gan ACE inhibitor dibanding plasebo. Manfaat yang jelas memperbaiki metabolisme glukosa dan menurunkan
terhadap penurunan morbiditas dan mortalitas kardio- utilisasi NEFA oleh miokardium. Oleh karena itu TZD
vaskular ditemukan pada HOPE {Heart Outcomes Preven- dapat melindungi jantung dari jejas miokardium yang
tion Outcome) studyyang menggunakan ramipril terhadap menyertai iskemi dan memperbaiki fungsi jantung setelah
9297 pasien dengan risiko tinggi, dimana manfaat hasil terjadi iskemi. Namun pemberian TZD harus hati2 pada
studi lebih jelas pada pasien-pasien DM. Selanjutnya dari pasien dengan payahjantung, karena sifatnya yang dapat
HOPE study didapatkan penurunan sebanyak 3 3 % dari menimbulkan retensi cairan.
timbulnya payahjantung baru dan penurunan sebanyak
4 4 % dari risiko terjadinya DM tipe 2. PARP Inhibitors
PARP-1 {PolyAdenosine Diphosphate Ribose Polymerase^)
Angiotensin II Receptor Antagonists yang termasuk dalam golongan enzim PARP merupakan
Angiotensin II merupakan pemain utama dalam terjadinya protein inti yang berfungsi sebagai suatu DNA-nick-sensor
disfungsi jantung. The ELITE (Evaluation of Losartan in enzyme. Didalam sel endotel, dapat terjadi overproduksi
the Elderly) studyyang membandingkan losartan dengan superoksida akibat hiperglikemi, yang akan menyebabkan
kaptopril pada pasien usia lanjut dengan payahjantung, terbelahnya rantai DNA. Keadaan ini akan menyebabkan
mendapatkan bahwa losartan sama amannya dengan aktivasi PARP yang menghambat GAPDH (Glyceraldehyde-
kaptopril dalam secondary end pointnya. 3-phosphate dehydrogenase). Akibatnya akan terjadi
aktivasi sejumlah transduser utama dari kerusakan akibat
Ca++ Channel Antagonists hiperglikemi (polyol pathway, pembentukan AGEs dan
Studi pada hewan p e r c o b a a n m e n u n j u k k a n a d a n y a aktivasi Protein Kinase C).
perbaikan dari kardiomiopati diabetik dengan verapamil. Selain memiliki efek langsung terhadap kerusakan
Walaupun demikian studi dgn verapamil, diltiazem dan DNA, PARP j u g a m e m o d u l a s i proses inflamasi dan
nifedipine menunjukkan efek merugikan terhadap payah kerusakan sel sistem kardiovaskular melalui aktivasi
jantung. Amiodipin dan felodipin yang diteliti dalam studi terhadap NF-kB dan overekspresi endothelin-1 (ET-1) dan
PRAISE (Prospective Randomized Amiodipine Survival reseptor ET. Blokade aktivitas PARP dengan competitive
Evaluation) dan Val-HeFT III (Valsartan Heart Failure Trial PARP inhibitor, merupakan pendekatan rasional dalam
III), tidak menunjukkan manfaat lebih d i b a n d i n g k a n mencegah kerusakan jaringan akibat aktivasi berbagai jalur
dengan pengobatan konvensional. yang disebabkan karena hiperglikemi kronik. Obat-obat
KARDIOMIOPATI DIABETIK 2413
REFERENSI
2414
KOMPLIKASI KRONIK DIABETES MELITUS: PENYAKIT JANTUNG KORONER 2415
hiperglikemia meningkatkan aktivasi PKC intraselular konsentrasi insulin fisiologis mendapatkan bahwa hormon
sehingga akan menyebabkan gangguan NADPH pool ini dapat meningkatkan konsentrasi dan aktivitas mRNA
yang akan menghambat produksi NO. dari eNOS sebesar 2 kali lipat setelah 2-8 j a m inkubasi sel
over ekspresi growth factors meningkatkan proliferasi endotel. Peneliti ini menyimpulkan bahwa insulin tidak
sel endotel dan otot polos pembuluh darah sehingga hanya memiliki efek vasodilatasi akut melainkan j u g a
akan terjadi neovaskularisasi. memodulasi tonus pembuluh darah. Toksisitas insulin
hiperglikemi akan meningkatkan sintesis diacylglyerol (hiperinsulinemi/hiperproinsulinemi) dapat menyertai
(DAG) melalui jalur glikolitik. Peningkatan konsentrasi keadaan resistensi insulin/sindrom metabolik dan stadium
DAG akan meningkatkan aktivitas PKC. Baik DAG awal dari DM tipe 2. Insulin meningkatkan jumlah reseptor
maupun PKC berperan dalam memodulasi terjadinya AT-1 dan mengaktifkan Renin Angiotensin Aldosterone
vasokonstriksi. System {RfKAS). Akhir-akhir ini telah dapat diidentifikasi
sel endotel sangat peka terhadap pengaruh stres adanya reseptor AT-1 di dalam sel-sel beta pankreas dan
oksidatif. Keadaan hiperglikemia akan meningkatkan didalam sel-sel endotel kapiler pulau-pulau Langerhans
tendensi untuk terjadinya stres oksidatif dan pankreas. Jadi, hiperinsulinemi mempunyai hubungan
peningkatan oxidized lipoprotein, terutama small dengan Ang-ll dengan akibat akan terjadi peningkatan
dense LDL-cholesterol [oxidized LDL) y a n g lebih stres oksidatif didalam pulau-pulau Langerhans pankreas
bersifat a t e r o g e n i k . D i s a m p i n g itu p e n i n g k a t a n akibat peningkatan konsentrasi insulin, proinsulin dan
konsentrasi asam lemak bebas dan keadaan hiper- amilin.
glikemia dapat meningkatkan oksidasi fosfolipid
dan protein. Hiperamilinemi
hiperglikemia akan disertai dengan tendensi Amilin atau disebut juga Islet Amyloid Polypeptide (1APP)
protrombotik dan agregasi platelet. Keadaan ini m e r u p a k a n polipeptida y a n g m e m p u n y a i 37 gugus
berhubungan dengan beberapa faktor antara lain asam amino, disintesis dan disekresi oleh sel-sel beta
penurunan produksi NO dan penurunan aktivitas pankreas bersama-sama dengan insulin. Jadi keadaan
fibrinolitik akibat peningkatan konsentrasi PAI-1. hiperinsulinemi akan disertai dengan hiperamilinemi dan
Di samping itu pada DM tipe 2 terjadi peningkatan sebaliknya bila terjadi penurunan konsentrasi insulin akan
aktivitas koagulasi akibat pengaruh berbagai faktor disertai pula dengan hipoamilinemi. Hiperinsulinemi dan
seperti pembentukan advanced glycosylation end hiperamilinemi dapat menyertai keadaan resistensi insulin/
products (AGEs) dan penurunan sintesis heparan sindrom metabolik dan DM tipe 2. Terjadinya amiloidosis
sulfat. ( p e n u m p u k a n endapan amilin) didalam islet diduga
w a l a u p u n tidak ada h u b u n g a n langsung antara berhubungan dengan lama dan beratnya resistensi insulin
aktivasi koagulasi dengan disfungsi endotel, namun dan DM tipe 2. Sebaliknya , penumpukan endapan amilin
aktivasi koagulasi yang berulang dapat menyebabkan didalam sel-sel beta pankreas akan menurunkan fungsinya
stimulasi yang berlebihan dari sel-sel endotel sehingga dalam mensekresi insulin. Sakuraba dan kawan-kawan
akan terjadi disfungsi endotel. dalam penelitiannya mendapatkan bahwa pada pasien DM
tipe 2, peningkatan stres oksidatif berhubungan dengan
R e s i s t e n s i Insulin d a n H i p e r i n s u l i n e m i a peningkatan pembentukan lAPP di dalam sel-sel beta
Jialal dan kawan-kawan menemukan adanya reseptor pankreas. Dalam keadaan ini terjadi penurunan ekspresi
t e r h a d a p insulin yaitu IGF-I dan IGF-II pada sel-sel enzim Super Oxide Dismutase (SOD) yang menyertai
pembuluh darah besar dan kecil dengan karakteristik ikatan pembentukan lAPP dan penurunan massa sel beta. Temuan
yang sama dengan yang ada pada sel-sel lain. Peneliti ini ini menunjukkan adanya hubungan antara terjadinya stres
menyatakan bahwa reseptor IGF-I dan IGF-II pada sel oksidatif dan pembentukan lAPP serta penurunan massa
endotel terbukti berperan secara fisiologik dalam proses dan densitas sel-sel beta pankreas. Amilin j u g a dapat
terjadinya komplikasi vaskular pada pasien DM. Defisiensi merangsang lipolisis dan merupakan salah satu mediator
insulin dan hiperglikemi kronik dapat meningkatkan terjadinya resistensi insulin. Baru-baru ini ditemukan
konsentrasi total protein kinase C (PKC) dan diacylglycerol pula amylin binding site didalam korteks ginjal, dimana
(DAG). Insulin juga mempunyai efek langsung terhadap amilin dapat mengaktivasi RAAS dengan akibat terjadinya
j a r i n g a n p e m b u l u h darah. Pada penelitian terhadap peningkatan konsentrasi renin dan aldosteron.
jaringan pembuluh darah dari odeseZwc/rerraf didapatkan J a n s o n dan k a w a n - k a w a n m e n d a p a t k a n a d a n y a
adanya resistensi terhadap sinyal PI3-kinase. Temuan ini partikel-partikel amiloid (intermediate sized toxic amyloid
membuktikan bahwa resistensi insulin akan menimbulkan particles=ISTAPs) yang bersifat sitotoksik terhadap sel-sel
gangguan langsung pada fungsi pembuluh darah. King beta pankreas, dapat mengakibatkan apoptosis dengan
dan kawan-kawan dalam penelitiannya menggunakan cara merusak membran sel beta pankreas.
2416 DIABETES MILITUS
metabolik dan DM tipe 2. Keadaan ini terjadi akibat terjadi gangguan fungsi ginjal. Peningkatan konsentrasi
gangguan nnetabolisnne lipoprotein yang sering disebut homosistein biasanya menyertai penurunan laju filtrasi
sebagai lipid triad, meliputi: 1. peningkatan konsentrasi glomerulus. Hiperhomosisteinemi dapat menyebabkan
VLDLatau trigliserida, 2. penurunan konsentrasi kolesterol inaktivasi nitrat oksida melalui hambatannya terhadap
HDL, 3. terbentuknya small dense LDL yang lebih bersifat ekspresi glutathione peroxidase (GPx).
aterogenik.
Peningkatan konsentrasi VLDL, trigliserida dan small
dense LDL kolesterol serta penurunan konsentrasi HDL MANIFESTASI KLINIS
kolesterol yang bersifat anti-aterogenik, anti oksidan dan
anti inflamasi akan mengurangi cadangan anti oksidan Pada individu non DM, Penyakit Jantung Koroner dapat
alamiah. memberikan manifestasi klinis berupa :
Lipoprotein mempunyai fungsi mengangkut lipid
Angina pektoris. Rasa nyeri dada dan sesak napas yang
keseluruh tubuh, dimana LDL terutama berperan dalam
disebabkan karena gangguan suplai oksigen yang tidak
transport apolipoprotein (Apo) B 100; VLDL berperan dalam
mencukupi kebutuhan otot jantung. Keadaan ini terutama
transpor trigliserida yang mengandung Apo E, sedangkan
terjadi pada saat latihan fisik atau adanya stres.
HDL berperan dalam mengangkut kembali kolesterol
y a n g m e n g a n d u n g anti inflamasi dan anti o k s i d a n Angina pektroris tidak stabil. Dikatakan angina pektoris
alamiah yaitu Apo A. Molekul protein dari lipoprotein tidak stabil bila nyeri timbul untuk pertama kali, atau bila
ini akan mengalami modifikasi karena proses oksidasi, Angina Pektoris sudah ada sebelumnya namun menjadi
glikosilasi dan glikoksidasi dengan hasil akhir akan terjadi lebih berat. Dan biasanya dicetuskan oleh faktor yang
peningkatan stres oksidatif dan terbentuknya spesies lebih ringan dibanding sebelumnya. Keadaan ini harus
oksigen radikal. Di samping itu modified lipoprotein akan diwaspadai karena kelainan bisa berlanjut menjadi berat,
mengalami retensi di dalam tunica intima yang memicu bahkan menjadi infark miokard.
terjadinya aterogenesis.
Infark miokard. 1). Kerusakan otot jantung akibat blokade
arteri koroner yang terjadi secara total dan mendadak.
Hipertensi Biasanya terjadi akibat ruptur plak aterosklerosis didalam
Hipertensi merupakan salah satu faktor dalam resistensi arteri koroner. 2). Secara klinis infark miokard ditandai
insulin/sindrom metabolik dan sering menyertai DM tipe dengan nyeri dada seperti pada Angina Pektoris, namun
2. Sedangkan pada pasien DM tipe 1, hipertensi dapat lebih berat dan berlangsung lebih lama sampai beberapa
terjadi bila sudah ditemukan tanda-tanda gangguan fungsi j a m . Tidak seperti pada AP yang dicetuskan oleh latihan
ginjal yang ditandai dengan mikroalbuminuri. Adanya dan dapat hilang d e n g a n p e m a k a i a n obat nitrat di
hipertensi akan memperberat disfungsi endotel dan bawah lidah, pada infark miokard biasanya terjadi tanpa
meningkatkan risiko Penyakit Jantung Koroner Hipertensi dicetuskan oleh latihan dan tidak hilang dengan pemakaian
disertai dengan peningkatan stres oksidatif dan aktivitas nitrat. 3). Kadang-kadang gejala bisa berupa sesak napas,
spesies oksigen radikal, yang selanjutnya akan memediasi atau sinkop (kehilangan kesadaran). 4). Biasanya disertai
terjadinya kerusakan pembuluh darah akibat aktivasi komplikasi seperti; gangguan irama j a n t u n g , renjatan
Ang II dan penurunan aktivitas enzim SOD. Sebaliknya jantung {shock cardiogenic), gagal jantung kiri, bahkan
glukotoksisitas akan menyebabkan peningkatan aktivitas kematian mendadak {sudden death).
RAAS sehingga akan meningkatkan risiko terjadinya
h i p e r t e n s i . Penelitian t e r b a r u m e n d a p a t k a n a d a n y a Sindrom koroner akut: Spektrum klinis yang terjadi
peningkatan konsentrasi amilin (hiperamilinemia) pada mulai dari angina pektoris tidak stabil sampai terjadi infark
individu yang mempunyai riwayat keluarga hipertensi dan miokard akut.
dengan resistensi insulin.
Pada pasien DM, terjadinya iskemi atau infark miokard
kadang-kadang tidak disertai dengan nyeri dada yang
Hiperhomosisteinemia khas (angina pektoris). Keadaan ini dikenal dengan Silent
Pada pasien DM baik DM tipe 1 maupun DM tipe 2 ditemukan Myocardial Ischaemia atau Silent Myocardial Infarction
polimorfisme gen dari enzim methylene tetrahydrofolate (SMI). Terjadinya SMI pada pasien DM diduga disebabkan
reductase yang dapat menyebabkan hiperhomosisteinemi. karena:
Polimorfisme gen ini terutama terjadi pada pasien yang Gangguan sensitivitas sentral terhadap rasa nyeri
kekurangan asam folat di dalam dietnya. Hiperhomo- Penurunan konsentrasi p endorphin
sisteinemi dapat diperbaiki dengan suplementasi asam Neuropati perifer y a n g m e n y e b a b k a n denervasi
folat. Homosistein terutama mengalami peningkatan bila sensorik.
2418 DIABETES MIUTUS
DIAGNOSIS PENATALAKSANAAN
Diagnosis Penyakit Jantung Koroner pada pasien Diabetes Berdasarkan rekomendasi ADA, penatalaksanaan
Melitus ditegakkan berdasarkan: terhadap semua pasien DM terutama ditujukan terhadap
Anannnesis dan Pemeriksaan Fisis penurunan risiko kardiovaskular secara komprehensif,
Pada pasien DM tipe 1, yang umumnya datang tanpa yaitu meliputi:
disertai faktor-faktor risiko t r a d i s i o n a l , l a m a n y a Pengobatan hiperglikemia dengan diet, obat-obat
menderita DM dapat dijadikan sebagai prediktor hipoglikemiak oral atau insulin
penting terhadap timbulnya Penyakit Jantung Koroner Pengobatan terhadap dislipidemia
Karena DM tipe 1 sering terjadi pada usia muda, Pemberian aspirin
Penyakit Jantung Koroner dapat terjadi pada usia Pengobatan terhadap hipertensi untuk mencapai
antara 30 sampai 40 tahun. Sebaliknya pada pasien DM tekanan darah < 130/80 mmHg dengan ACE inhibitor,
tipe 2, sering disertai dengan berbagai faktor risiko, angiotensin receptor blockers (ARB) atau penyekat b
dan PJK biasanya terjadi pada usia 50 tahun keatas. dan diuretik
Seringkali, DM baru terdiagnosis pada saat pasien Menasihati pasien untuk berhenti merokok.
datang dengan keluhan angina, infark miokard atau Rekomendasi ADA tentang target yang harus dicapai
payahjantung. Sedangkan pada pasien DM dengan dalam penatalaksanaan Diabetes Melitus dalam upaya
SMI, gejala yang timbul biasanya tidak khas seperti menurunkan risiko kardiovaskular:
mudah capek, dyspnoe d'effort atau dispepsia.
Pemeriksaan Laboratorium. Terdiri atas : 1. darah
Target yang harus di-
rutin, 2. konsentrasi gula darah puasa, 3. profil lipid: No Parameter capai
kolesterol total, kolesterol HDL, kolesterol LDL,
1. Kontrol glikemik:
Trigliserida 4. Enzim-enzim j a n t u n g , 5. C-reactive
. A1C <7%
protein (CRP), 6. Mikroalbuminuri atau proteinuri 90-130 mg/dl
• Kadar glukosa darah
Elektrokardiografi preprandial (5.0-7.2 mmol/l)
Uji latih {treadmill test) • Kadar glukosa darah <180 mg/dl
Pemeriksaan foto dada postprandial (<10.0 mmol/l)
Ekokardiografi 2. Tekanan darah < 130/80 mmHg
Pemeriksaan baku emas adalah angiografi koroner 3. Lipid:
(kateterisasi) LDL <100 mg/dl (<2.6 mmol/l)
Trigliserida <150 mg/dl (<1.7 mmol/l)
The American Diabetes Association (ADA) merekomendasi- HDL >40 mg/dl (>1.1 mmol/l)
kan pemeriksaan-pemeriksaan sebagai berikut:
Elektrokardiografi (EKG) sebagai pemeriksaan awal
terhadap setiap pasien DM
Uji latih {Treadmill test) dilakukan terhadap pasien REFERENSI
DM dengan:
Gejala-gejala angina pektoris American Diabetes Association. Standards of Medical Care for
Patients with Diabetes Mellitus (Position Statement). Diabetes
Dyspnoe d'effort
Care 2003; 26 (SI): 33-50.
Gejala gastrointestinal Aronow WS. Silent M I . Prevalence and prognosis in older
EKG istirahat menunjukkan tanda-tanda iskemi patients diagnosed by routine electrocardiograms. Geriatrics
atau infark miokard 2003;58:24-40.
Calles-Escandon J, Mirza SA, Garcia-Rubi E, Mortensen A. Type 2
Disertai penyakit arteri perifer atau oklusi arteri
D M : one disease, multiple cardiovascular risk factors. Coron
karotis Artery Dis 1999; 10:23-30.
Disertai adanya 2 atau lebih faktor-faktor risiko Giugliano D, Ceriello A, Paolisso G. Oxidative stress and diabetic
vascular complications. D M Care 1996; 19:257-67.
kardiovaskular sebagai berikut: kolesterol total
Haffner SM, Lehto S, Ronnemaa T, Pyorala K, Laakso M. Mortality
>240 mg/dl, kolesterol LDL > 160 mg/dl, kolesterol from coronary heart disease in subjects with Type 2 diabetes
HDL <35 mg/dl, tekanan darah > 140/90 mmHg, and in nondiabetic subjects with and without prior myocardial
m e r o k o k , r i w a y a t k e l u a r g a m e n d e r i t a PJK, infarction. N Engl J Med 1998;339:229-34.
Hayden MR, Tyagi SC. " A " is for amvlin and amyloid in type 2
mikroalbuminuria atau proteinuria
' D M mellitus. JOP. J Pancreas (Online) 2001 ;2:'l24-39.
KOMPLIKASI KRONIK DIABETES MELITUS: PENYAKIT JANTUNG KORONER 2419
2420
DIABETES MELITUS PADA USIA LANJUT 2421
suatu titik kehidupan maksimal sebagai seorang manusia Setlow, 4. Teori pemendekan telomer Hastie dkk, 5. Teori
pada puncak kehidupan produktif. Proses menua yang mutasi DNA mitokondria (mtDNA), mengatakan bahwa
berlangsung sesudah umur 30 tahun akan mengakibatkan telah lama diduga kalau metabolisme energi dan nutrisi
perubahan-perubahan anatomis, fisiologis dan biokimiawi yang berlangsung dalam mitokondria berperan penting
j u g a , tetapi menuju j a l a n p e n u r u n a n kualitas hidup dalam proses menua.
sebesar 1 % tiap tahun. Selanjutnya Miller mengatakan Manusia dapat d i p a n d a n g sebagai suatu mesin
bahwa proses menua ini mengubah seorang dewasa sehat dengan kehebatan susunan dan ketahanannya. Namun
menjadi seorang tua yang rapuh {frail), yang mengalami suatu mesin yang tanpa henti-hentinya menunaikan
penurunan dari hampir seluruh sistem fisiologis tubuh. tugas yang menjadi bebannya, cepat atau lambat akhirnya
Penurunan ini akan meningkatkan kerentanan tubuh akan mengalami penyusutan, dan akhirnya cacat. Tingkat
t e r h a d a p p e n y a k i t , dan a k h i r n y a m e n i n g g a l d u n i a . kecacatan atau kerusakan yang terjadi pada suatu mesin
Pada usia 60 tahun, proses menua berjalan lebih cepat, tergantung kompleksitas komposisi mesin tersebut.
sehingga memperlihatkan penurunan fisik yang tampak Derajat paling rendah adalah kerusakan yang tidak dapat
progresif Menua, karakteristis ditandai oleh kegagalan dielakkan karena umur suatu bahan dasar dari salah satu
tubuh dalam mempertahankan homeostasis terhadap komponen, sedangkan tingkat tertinggi adalah kerusakan
suatu stres walaupun stres tersebut masih dalam batas- dari beberapa komponen mesin yang mengampu satu
batas fisiologis. Kegagalan mempertahankan homeostasis fungsi. Demikian pula yang terjadi pada proses menua, ada
akan menurunkan ketahanan tubuh untuk hidup dan tiga tingkatan sampai terjadinya kecacatan atau kerusakan.
mengakibatkan meningkatnya kemudahan kerusakan Kerusakan yang pertama pada tingkat sel, kedua pada
pada diri individu tersebut. Tiga fakta yang penting dalam tingkat jaringan, dan akhirnya pada tingkat organ. Tingkat
biologi menua yaitu: pertama sifatnya yang universal kerusakan tertinggi pada apabila terjadi pada berbagai
(semua yang hidup dimanapun juga akan mengalaminya), organ yang mengampu satu fungsi. Salah satu contoh
kedua deteriorative (makin lama akan makin memburuk), yang dapat diibaratkan fungsi pada suatu mesin adalah
dan yang ketiga walaupun memburuk tidak menyebabkan fungsi homeostasis glukosa.
berhentinya fungsi suatu sistem secara total. Toleransi tubuh terhadap glukosa merupakan
Tua adalah suatu keadaan yang dapat dipandang dari manifestasi dari tanggung j a w a b beberapa komponen
tiga sisi, yaitu sisi kronologis, biologis, dan psikologis. tubuh yang mengampu satu fungsi, yaitu fungsi ambilan
Sesuatu dianggap atau dipandang tua apabila dinyatakan glukosa. Komponen yang dimaksud di atas adalah sel-
telah berumur lama. Hal tersebut pertama kali dilontarkan sel beta pankreas yang menghasilkan hormon insulin,
oleh Weismann pada tahun 1882, kemudian dipelajari sel-sel j a r i n g a n target y a n g m e n g g u n a k a n g l u k o s a ,
oleh Pearl tahun 1928 dan Wartin tahun 1929, dan sistem lain seperti sistem saraf dan peran h o r m o n -
muncul kemudian theories related to wear and tear WHO hormon lain yang diproduksi oleh berbagai organ seperti
memberikan definisi bahwa seseorang disebut tua atau glukagon, kortikosteroid, epinefrin dan lain sebagainya.
usia lanjut apabila orang tersebut secara kronologis telah Walaupun demikian kompleksnya fungsi homeostasis
berumur 65 tahun atau lebih. Seseorang yang belum glukosa tersebut, tetapi tubuh selalu berusaha untuk
berumur 65 tahun, tetapi secara fisik sudah tampak setua mempertahankannya. Namun demikian, seperti halnya
usia 65 tahun karena suatu stres emosional, maka orang mesin, akhirnya terjadi kecacatan yang dapat kita amati
tersebut masuk dalam definisi tua psikologis; lain halnya dengan timbulnya apa yang disebut gangguan toleransi
apabila seseorang tampak tua karena menderita suatu glukosa (GTG). Dikatakan bahwa 5 0 - 9 2 % usia lanjut
penyakit kronik, maka orang tersebut termasuk tua fisik. menderita GTG. Gangguan toleransi glukosa yang timbul
Cox mengatakan bahwa tua kronologis disebut menua pada usia lanjut tersebut, ada yang masuk kriteria toleransi
primer dan yang lainnya disebut menua sekunder. Seperti glukosa terganggu, ada yang masuk kriteria diabetes
telah disebutkan sebelumnya. Miller mengatakan bahwa melitus. Hal tersebut menggambarkan adanya penurunan
proses menua adalah suatu proses yang m e n g u b a h kemampuan ambilan glukosa oleh sel-sel jaringan sasaran,
seorang dewasa sehat menjadi seorang tua yang bersifat khususnya otot rangka. Seperti disebutkan dalam teori-
rapuh. Apa yang terjadi dan apa yang bisa menyebabkan teori proses menua sebelumnya, kemampuan ambilan
keadaan seperti itu, sampai saat ini belum ada satu teori glukosa ini tidak lepas dari peran mitokondria, yang
ataupun pembuktian yang dapat menerangkan dengan merupakan pusat metabolisme energi. Dampak yang
jelas. Lebih dari 200 teori menua yang pernah diajukan, ditimbulkan oleh penurunan kemampuan ambilan glukosa
namun sekarang tinggal beberapa saja yang masih banyak tersebut adalah terjadinya kelambatan pembentukan
pendukungnya, antara lain adalah: 1. Teori radikal bebas molekul ATP (adenosintrifosfat) sebagai energi siap pakai.
Harmon, 2. Teori glikosilasi Monnier, 3. Teori laju reparasi Hal ini akan mengakibatkan kelambatan aktivitas dalam
DNA Hart dan Setlow, merupakan hasil penelitian Hart dan sel, j a r i n g a n dan akhirnya organ dan manifestasinya
2422 DIABETES MELITUS
dapat terlihat dari penampilan seorang usia lanjut, karena masa tubuh dan naiknya lemak tubuh mengakibatkan
penurunan fungsi sistem muskuloskeletal, neuro-muskuler, kecenderungan timbulnya penurunan aksi insulin pada
dan berbagai penurunan fungsi sistem lain, seperti sistem jaringan sasaran. Timbulnya gangguan toleransi glukosa
kardiovaskular dan respirasi. pada usia lanjut semula oleh sementara ahli diduga karena
Proses menua yang berjalan setelah seseorang berusia menurunnya sekresi insulin oleh sel beta pankreas. Hal ini
30 tahun, secara fisik memberikan akibat terhadap susunan didasarkan atas adanya perubahan gambaran histologis
komposisi tubuh. Pada saat umur di bawah 30 tahun, tubuh pankreas yang diketemukan pada otopsi dari mereka
terdiri atas 6 1 % air, 19% sel solid, 14% lemak, 6% tulang yang meninggal dunia pada usia lanjut. Sedangkan ahli-
dan mineral. Pada usia lebih dari 65 tahun, komposisi ahli lain menemukan konsentrasi insulin plasma yang
tubuh tersebut berubah menjadi air 53%, sel solid 12%, cukup tinggi pada 2 j a m setelah pembebanan glukosa
lemak 30%, sedangkan tulang dan mineral menurun 1 % 75 gram dengan konsentrasi glukosa yang tinggi pula,
sehingga tinggal 5%. Perubahan fisik karena perubahan oleh karena itu kenaikan konsentrasi glukosa darah 2
komposisi tubuh yang menyertai pertambahan umur j a m setelah makan atau setelah pembebanan glukosa
umumnya bersifat fisiologis, seperti kulit yang keriput, pada usia lanjut diduga disebabkan oleh karena adanya
turunnya tinggi badan, berat badan, kekuatan otot, daya resistensi insulin. Kedua pendapat di atas merupakan
lihat, daya dengar, kemampuan berbagai rasa {senses), pendapat yang bersifat kontroversial. Goldberg dan Coon
dan penurunan fungsi berbagai organ termasuk apa yang menyebutkan bahwa umur memang sangat erat kaitannya
terjadi terhadap fungsi homeostasis glukosa. dengan terjadinya kenaikan konsentrasi glukosa darah,
sehingga pada golongan umur yang makin tua prevalensi
gangguan toleransi glukosa akan meningkat dan demikian
TUA DAN PERUBAHAN HOMEOSTASIS GLUKOSA pula prevalensi diabetes melitus berdasarkan kriteria yang
telah disetujui.
Secara garis besar konsentrasi glukosa darah pada orang T i m b u l n y a resistensi insulin pada usia lanjut
dewasa normal merupakan manifestasi dari kemampuan disebabkan oleh 4 faktor yaitu pertama adanya perubahan
sekresi insulin oleh pankreas dan kemampuan ambilan komposisi tubuh sepeti telah diterangkan sebelumnya.
glukosa oleh sel-sel jaringan sasaran. Pada situasi tertentu Penurunan j u m l a h masa otot dari 19% menjadi 12%,
konsentrasi glukosa darah dipengaruhi oleh berbagai d i s a m p i n g p e n i n g k a t a n j u m l a h j a r i n g a n lemak dari
hal, seperti proses glukogenolisis pada saat puasa, 14% menjadi 30%, mengakibatkan menurunnya jumlah
g l u k o n e o g e n e s i s apabila diperlukan sumber t e n a g a serta sensitivitas reseptor insulin. Faktor yang kedua
tambahan karena sumber tenaga dari karbohidrat tidak adalah turunnya aktivitas fisik yang akan mengakibatkan
dapat memenuhi kebutuhan. penurunan jumlah reseptor insulin yang siap berikatan
G a n g g u a n toleransi glukosa (GTG) adalah suatu dengan insulin sehingga kecepatan translokasi GLUT-4
keadaan perubahan homeostasis glukosa sehingga j u g a menurun. Kedua hal tersebut akan menurunkan
didapatkan konsentrasi glukosa darah 2 j a m sesudah baik kecepatan maupun jumlah ambilan glukosa. Ketiga
makan lebih tinggi dari 140 mg/dl. Apabila konsentrasi perubahan pola makan pada usia lanjut yang disebabkan
tersebut lebih tinggi atau sama dengan 200 mg/dl keadaan oleh berkurangnya gigi geligi sehingga prosentase bahan
tersebut dimasukkan dalam kriteria diabetes melitus makanan karbohidrat akan meningkat. Faktor keempat
(DM). W H 0 2 menyebutkan bahwa tiap kenaikan satu adalah perubahan neuro-hormonal, khususnya insulin-like
dekade umur, konsentrasi glukosa darah puasa akan naik growth factor-1 (IGF-1) dan dehydroepandrosteron (DHEAS)
sekitar 1-2 mg/dl dan 5,6-13 mg/dl pada 2 j a m sesudah plasma. Konsentras IGF-1 serum turun sampai 50% pada
makan. Morrow dan Halter, mengatakan bahwa KGD 2 usia lanjut. Penurunan hormon ini akan mengakibatkan
j a m sesudah pembebanan glukosa sebanyak 75 gram penurunan ambilan glukosa karena menurunnya
akan naik 15mg/dl tiap penambahan 1 dekade umur sensitivitas reseptor insulin serta menurunnya aksi insulin.
apabila seseorang telah melampaui umur 30 tahun. Hal Hal ini didasarkan atas percobaan in vitro serta in vivo
ini didapatkan dari hasil penelitian terhadap 3 kelompok bahwa IGF-1 meningkatkan baik ambilan glukosa maupun
umur, yaitu kelompok umur dekade 4, 5 dan 6. Sampai kecepatan oksidasi. Demikian pula konsentrasi DHEAS
saat ini, belum ada laporan bagaimana KGD usia di atas 30 plasma menurun pada usia lanjut. Tampaknya penurunan
tahun pada 3 jam setelah makan atau setelah pembebanan DHEAS tersebut ada kaitannya dengan kenaikan lemak
glukosa. Namun demikian Morrow 8d Halter selanjutnya tubuh serta turunnya aktivitas fisik. Hal ini dibuktikan
mengatakan bahwa patofisiologi gangguan toleransi dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa penurunan
glukosa pada usia lanjut sampai saat ini belum jelas atau DHEAS mempunyai hubungan terbalik dengan tingginya
dapat dikatakan belum seluruhnya diketahui. Selain faktor konsentrasi insulin plasma puasa. Keempat faktor di atas
intrinsik, faktor ekstrinsik seperti menurunnya ukuran menunjukkan bahwa kenaikan konsentrasi glukosa darah
DIABETES MELITUS PADA USIA LANJUT 2423
pada usia lanjut karena resistensi insulin. tubuh terhadap glukosa. Hampir setiap studi epidemiologi
Barbieri et al nnenennukan adanya penurunan resistensi baik yang bersifat cross-sectional maupun longitudinal
insulin pada usia lanjut umur 90-100. Dari penemuan ini m e n u n j u k k a n bahwa prevalensi g a n g g u a n toleransi
Barbieri et al. mengajukan suatu hipotesis yang isinya glukosa dan diabetes meningkat bersama pertambahan
bahwa selama proses menua berjalan, terjadi metabolic umur. Umumnya diabetes orang dewasa hampir 9 0 %
age remodeling yang menumbuhkan age related metabolic masuk diabetes tipe 2. Dari jumlah tersebut dikatakan
a d a p t a t i o n s e h i n g g a pada usia lanjut terdapat age bahwa 50% adalah pasien berumur lebih dari 60 tahun.
related insulin action dan preserved insulin action despite Kita menyadari bahwa penyakit diabetes tidak hanya
age. Wasilah pada studi tes toleransi glukosa terhadap sekedar adanya kenaikan konsentrasi glukosa darah atau
usia lanjut sehat tanpa kelainan fungsi hati dan ginjal hiperglikemia. Selain terjadi g a n g g u a n metabolisme
dengan beban 75 gram yang diikuti sampai j a m ke 3, gula pada pasien diabetes mengalami j u g a gangguan
menemukan bahwa konsentrasi glukosa darah rerata metabolisme lipid, sering disertai kenaikan berat badan
usia lanjut sehat tersebut lebih rendah dari konsentrasi sampai terjadinya obesitas dan tidak sedikit pula timbul
glukosa darah puasanya, dengan konsentrasi insulin gejala hipertensi. Kalau keadaan tersebut didapatkan pada
plasma dalam batas normal puasa. Sedangkan pada saat seorang diabetes maka yang kita hadapi adalah seorang
2 j a m setelah pembebanan masih didapatkan konsentrasi pasien sindroma metabolik. Patofisiologi diabetes tipe 2
glukosa darah yang lebih tinggi dari 140mg% dengan secara garis besar disebabkan oleh kegagalan kelenjar
konsentrasi insulin rerata yang tinggi pula. Hasil tes klem pankreas dalam memproduksi insulin dan/atau terjadinya
euglikemik m e n u n j u k k a n bahwa kecepatan ambilan resistensi insulin baik pada hati maupun pada jaringan
glukosa oleh sel jaringan sasaran pada usia lanjut memang sasaran. Kedua hal tersebut mengakibatkan kegagalan hati
lebih rendah kecepatannya dibanding pada usia muda. dalam meregulasi pelepasan glukosa dan menyebabkan
Hasil studi tersebut memberikan kesan adanya suatu ketidakmampuan jaringan otot serta jaringan lemak dalam
inefisiensi insulin, bukan resistensi insulin, karena fungsi tugas ambilan glukosa. Sampai saat ini masih merupakan
homeostasis glukosa pada usia lanjut tersebut akhirnya pendapat yang bersifat kontroversi antara kemungkinan
selesai walaupun diselesaikan sampai 3 j a m . penyebab diabetes usia lanjut. Apakah suatu resistensi
insulin, inefisiensi insulin atau p e n u r u n a n produksi
Berdasarkan teori proses menua baik teori radikal
insulin? Penyebab tersebut memang akan memberikan
bebas yang menimbulkan stres oksidatif atau teori mutasi
penanganan yang agak berbeda modelnya, walaupun
DNA mitokhondria serta hasil penelitian di atas, dapat
dasar dan tujuannya sama. Perlu ditentukan dahulu apakah
dikatakan terjadinya perubahan toleransi tubuh terhadap
diabetes yang diderita usia lanjut memang dimulai sejak
glukosa pada usia lanjut cenderung karena proses pasca
waktu dewasa, atau baru diderita pada saat menjelang/
reseptor Penelitian dasar tentang mitokondria sehubungan
sudah tua (usia lanjut)?
dengan metabolisme karbohirdat pada usia lanjut sangat
diperlukan. Sedangkan di bidang klinis tampaknya perlu Untuk m e n e n t u k a n apakah diabetes usia lanjut
difikirkan apakah diagnosis diabetes pada usia lanjut baru timbul pada saat tua, pendekatan selalu dimulai
memerlukan hasil konsentrasi glukosa darah 3 j a m sesudah d e n g a n a n a m n e s i s , yaitu tidak adanya gejala klasik
makan atau akan tetap seperti konsensus, mengingat seperti poliuri polidipsi dan polivagi. Demikian pula
bahwa proses menua memang berperan dalam terjadinya gejala komplikasi seperti neuropati, retinopati dan lain
perubahan homeostasis glukosa. Hal ini sangat berkaitan s e b a g a i n y a , u m u m n y a bias d e n g a n perubahan fisik
dengan pengelolaan yang akan dilakukan, khususnya pada karena proses m e n u a , oleh karena itu m e m e r l u k a n
pemberian terapi medikamentosa yang sangat berisiko k o n f i r m a s i p e m e r i k s a a n fisik, k a l a u p e r l u d e n g a n
terjadinya hipoglikemia. Di bidang Geriatric Medicine dapat p e m e r i k s a a n p e n u n j a n g . Pada p e m e r i k s a a n f i s i s ,
diambil manfaat bahwa pada diabetes usia lanjut tidak pasien diabetes yang timbul pada usia lanjut dikatakan
harus diketemukan adanya resisitensi insulin, dan dari kebanyakan tidak diketemukan adanya kelainan-kelainan
fakta bahwa pada diabetes usia lanjut terjadi preserved yang sehubungan dengan diabetes seperti misalnya
insulin action despite age atau ineficienfy insulin despite kaki diabetes serta t u m b u h n y a j a m u r pada tempat-
age menggambarkan suatu model gaya hidup yang baik tempat tertentu. Konsentrasi glukosa darah, sampai saat
yang merupakan ciri successful metabolic aging. ini baik diabetes usia lanjut yang diderita sejak muda
atau timbul setelah tua, kriteria yang dipakai adalah
konsentrasi glukosa darah puasa >126 m g % menurut
TUA DAN DIABETES MELITUS American Diabetes Association. S e d a n g k a n menurut
W H O konsentrasi glukosa darah puasa >140 m g % dan/
Umur ternyata merupakan salah satu faktor yang bersifat atau 2 j a m sesudah makan >200 m g % . Oleh karena itu
mandiri dalam pengaruhnya terhadap perubahan toleransi pemeriksaan konsentrasi insulin plasma baik pada saat
2424 DIABETES MELITUS
puasa dan 2 jann sesudah makan sangat membantu waktu makan, sedangkan usia lanjut pola makan sering
untuk menentukan penyebab diagnosis tersebut, apakah m e n g a l a m i p e r u b a h a n , baik w a k t u , j u m l a h m a u p u n
produksi insulin yang menurun atau resistensi insulin. frekuensi. Mana yang makan pokok dan mana yang
Namun di Indonesia pemeriksaan insulin atau peptida-C m a k a n t a m b a h a n sulit d i b e d a k a n . O l e h karena itu
belum lazim dilakukan untuk p e n d u k u n g diagnosis. pemberian acarbose atau metformin masih memerlukan
Berdasarkan hasil penelitian Wasilah, bahwa konsentrasi p e r t i m b a n g a n pula. Untuk sulfonilurea perlu dipilih
glukosa darah rerata usia lanjut pada 3 j a m setelah yang mempunyai sifat menaikkan sensitivitas insulin di
pembebanan glukosa, tanpa perlakuan apapun menurun perifir, efek hipoglikemik yang rendah, meningkatkan
sendiri sampai setinggi sebelum pembebanan glukosa, glikogen sintase dan menurunkan pembentukan
w a l a u p u n pada 2 j a m sesudah p e m b e b a n a n masuk glukosa hepatik. Saat ini telah banyak sulfonilurea
kriteria gangguan toleransi glukosa. Hal ini memberikan generasi kedua yang dibuat sedemikian rupa sehingga
kesan bahwa pada usia lanjut terjadi inefisiensi insulin. dapat mengatur konsentrasi insulin yang alami. Obat-
O l e h k a r e n a itu a p a k a h p r o s e d u r p e m e r i k s a a n 3 obat tersebut diharapkan lebih aman bagi kedua jenis
j a m sesudah makan dapat dipertimbangkan guna diabetes pada usia lanjut. Khusus diabetes usia lanjut
menentukan apakah diabetes pada usia lanjut tersebut yang dimulai sejak umur lebih muda prinsipnya sama
disebabkan oleh resistensi insulin atau karena inefisiensi dengan diabetes tipe 2, obat yang telah dipakai dan
insulin. Hal ini akan lebih mendasar lagi apabila dilakukan cocok dapat dilanjutkan, hanya dosis mungkin perlu
pemeriksaan insulin basal guna mendukung penilaian d i t u r u n k a n m e n g i n g a t p r o t e i n b i n d i n g d r u g pada
adanya resistensi insulin. Semua itu sangat penting untuk usia lanjut sangat menurun, agar tidak sampai terjadi
mempertimbangkan pemberian terapi farmakologis, agar hipoglikemiaa. Dari pembicaraan di atas t a m p a k n y a
kemungkinan terjadinya hipoglikemiaa dapat dihindari. perlu dipertimbangkan suatu konsensus khusus dalam
Mengingat pola makan dan pola hidup usia lanjut menangani pasien diabetes usia lanjut.
sudah berbeda dengan usia muda, maka terapi diet dan
latihan tidak dapat diharapkan sebagaimana mestinya.
Namun demikian, bagaimanapun juga konsentrasi KESIMPULAN
glukosa darah kapan saja lebih dari 165 m g % baik akut
maupun kronis akan memudahkan timbulnya berbagai Diabetes melitus usia lanjut, prevalensinya s e m a k i n
g a n g g u a n , a n t a r a lain h e m o r e o l o g i , v a s k u l a r atau m e n i n g k a t . Hal ini d i s e b a b k a n oleh karena j u m l a h
neuropati. Oleh karena itu apabila konsentrasi glukosa usia lanjut yang makin meningkat pula. Jumlah pasien
darah seorang usia lanjut sewaktu atau 2 j a m pasca diabetes usia lanjut terdiri atas pasien diabetes yang
makan melampaui kriteria konsensus diagnosis diabetes, telah dimulai sejak muda, karena umur harapan hidup
tentu saja hal ini akan membawa konsekuensi pemberian y a n g makin tinggi sebagai d a m p a k k e m a j u a n ilmu
terapi. Menurut Orimo indikasi pengobatan diabetes pengetahuan dan teknologi dan pasien diabetes yang
usia lanjut apabila konsentrasi glukosa darah puasa sama timbul karena pertambahan usia. Patofisiologi diabetes
atau lebih dari 140 m g % , atau H b A I C sama atau lebih yang timbul pada usia lanjut belum dapat diterangkan
dari 7%, atau konsentrasi glukosa darah 2 j a m pasca s e l u r u h n y a , n a m u n d a p a t d i d a s a r k a n atas f a k t o r -
makan setinggi 250 m g % dan pasien memperlihatkan faktor yang muncul oleh perubahan proses menuanya
a d a n y a r e t i n o p a t i d i a b e t i k atau m i k r o a l b u m i n u r i a . sendiri. Faktor-faktor tersebut antara lain perubahan
Lain halnya dengan pendapat dari Edelman & Chau komposisi tubuh, menurunnya aktivitas fisik, perubahan
indikasi pengobatan diabetes pada usia lanjut memakai /(/e-sfy/e,faktor perubahan neuro-hormonal khususnya
dasar kriteria ADA {American Diabetes Association) penurunan konsentrasi DHES dan IGF-1 plasma, serta
Mengingat farmakokinetik dan farmakodinamik obat meningkatnya stres oksidatif. Pada usia lanjut diduga
pada usia lanjut mengalami perubahan, serta terjadinya terjadi age related metabolic adaptation, oleh karena
perubahan komposisi t u b u h , maka dianjurkan dosis itu munculnya diabetes pada usia lanjut kemungkinan
obat yang diberikan 'JImulai dengan dosis rendah dan karena age related insulin resistance atau age related
kenaikannya d'" .ukan secara lambat baik mengenai insulin inefficiency sebagai hasil dari preserved insulin
dosis m a u p u n w a k t u {start low go slow). Pemilihan action despite age. Berdasarkan hal tersebut maka pada
obat didasarkan atas kasus perkasus, bisa dengan guar diabetes usia lanjut tidak harus diketemukan adanya
gum (belum beredar di Indonesia), alpha glucosidase resistensi insulin, sehingga seorang usia lanjut sehat
inhibitor (acarbose), bisa dengan biguanide (metformin) merupakan contoh model gaya hidup dari successful
dan dapat j u g a d e n g a n s u l f o n i l u r e a . A c a r b o s e dan metabolic aging. Dasar diagnosis diabetes usia lanjut
metformin umumnya diberikan bersama dengan perlu dikembangkan, serta perlu modifikasi terapi dari
konsensus-konsensus yang telah ada.
DIABETES MELITUS PADA USIA LANJUT 2425
2426
1900 05 10 15 '20 75 30 35 '40 45 '50 55 '60 '65 '70 '75 '80 85 1900 '05 '10 '15 '20 '25 '30 '35 '40 '45 50 55 '60 65 70 '75 '80 '85 90 '95
Tahun Tahun
Gambar 1. Gambar A memperlihatkan penurunan kematian ibu yang tajam setelah era insulin, dan gambar B tampak penurunan
kematian perinatal yang lebih lambat setelah era insulin dibandingkan dengan kematian ibu
PATOFISIOLOGI Pada saat ini terdapat dua kriteria diagnosis yaitu yang
banyak dipakai diperkenalkan oleh American Diabetes
Pada kehamilan terjadi resistensi insulin fisiologis akibat Association dan umumnya digunakan di negara Amerika
peningkatan hormon-hormon kehamilan (human placental Utara, dan kriteria diagnosis dari WHO yang banyak
lactogen/HPi, progesterone, kortisol, prolaktin) yang digunakan di luar Amerika Utara.
mencapai puncaknya pada trimester ketiga kehamilan.
Tidak berbeda pada patofisiologi DM tipe 2, pada DMG Kriteria American Diabetes Association
juga terjadi gangguan sekresi sel beta pankreas. Kegagalan American Diabetes Association menggunakan skrining
sel beta ini dipikirkan karena beberapa hal diantaranya: 1) diabetes melitus gestasional melalui pemeriksaan glukosa
autoimun, 2) kelainan genetik dan 3) resistensi insulin darah dua tahap. Tahap pertama dikenal dengan nama
kronik. Studi oleh Xiang melaporkan bahwa pada wanita tes tantangan glukosa yang merupakan tes skrining.
dengan DMG mengalami gangguan kompensasi produksi Pada semua wanita hamil yang datang di klinik diberikan
insulin oleh sel beta sebesar 67% dibandingkan kehamilan minum glukosa sebanyak 50 gram kemudian diambil
normal. Ada sebagian kecil populasi wanita ini yang contoh darah satu j a m kemudian. Hasil glukosa darah
anti-body isclet cell (1,6-3,8%). Sedangkan sekitar 5% dari (umumnya contoh darah adalah plasma vena) > 140 mg/dl
populasi DMG diketahui memiliki gangguan sel beta akibat disebut tes tantangan positif dan harus dilanjutkan dengan
defek pada sel beta seperti mutasi pada glukokinase. tahap kedua yaitu tes toleransi glukosa oral. Untuk tes
Resistensi insulin s e l a m a k e h a m i l a n m e r u p a k a n toleransi glukosa oral harus dipersiapkan sama dengan
mekanisme adaptif tubuh untuk menjaga asupan nutrisi pada pemeriksaan bukan pada wanita hamil. Perlu diingat
ke janin. Resistensi insulin kronik sudah terjadi sebelum apabila pada pemeriksaan awal ditemukan konsentrasi
kehamilan pada ibu-ibu dengan obesitas. Kebanyakan glukosa plasma puasa >126 mg/dl atau glukosa plasma
wanita dengan DMG memiliki kedua jenis resistensi insulin sewaktu >200 mg/dl, maka mereka hanya dilakukan
ini yaitu kronik dan fisiologis sehingga resistensi insulinnya pengulangan tes darah, apabila hasilnya sama maka
biasanya lebih berat dibandingkan kehamilan normal. diagnosis diabetes melitus sudah dapat ditegakkan dan
Kondisi ini akan membaik segera setelah partus dan akan tidak diperlukan lagi pemeriksaan tes toleransi glukosa
kembali ke kondisi awal setelah selesai masa nifas, dimana oral.
konsentrasi HPL sudah kembali seperti awal. Untuk tes toleransi glukosa oral American Diabetes
Association mengusulkan dua jenis tes yaitu yang disebut
tes toleransi glukosa oral tiga j a m , dan tes toleransi
PENJARINGAN DAN DIAGNOSIS glukosa oral dua jam. Perbedaan utama iaIah jumlah beban
glukosa, yaitu pada yang tiga j a m menggunakan beban
Berbeda dengan diabetes melitus yang sudah mempunyai glukosa 100 gram sedang yang pada dua j a m hanya 75
keseragaman kriteria diagnosis, diabetes melitus gram (Gambar 2).
gestasional sampai saat ini belum ada kesepakatan Penilaian hasil tes toleransi glukosa oral untuk
mengenai kriteria diagnosis mana yang harus digunakan. menyatakan diabetes melitus gestasional, baik untuk tes
2427-
2428 DIABETES MILITUS
Dengan bertambahnya jumlah penduduk berusia lanjut Tindakan bedah mayor menimbulkan reaksi stres yang
di seluruh dunia, jumlah pengidap diabetes melitus tipe besar, mengakibatkan penghentian makan dan biasanya
2 yang terutama ditemukan pada usia dewasa tua juga berarti membuka rongga perut, dada dan tengkorak.
bertambah. Tindakan bedah minor biasanya menggunakan bius
Hal ini terungkap pada survei di Amerika Serikat yang setempat atau endoskopi dan biasanya kesempatan makan
menghasilkan kenaikan prevalensi DM tipe 2 dari 8,9% tidak terlalu lama mundurnya. Sekarang tindakan dengan
(1976-1980) ke 12,3% (1988-1990). rawat siang kurang dari 14 jam juga termasuk jenis minor
Walaupun menggunakan batas umur yang berbeda, Penggolongan tindakan seperti ini berakibat cara kerja
s u r v e i e p i d e m i o l o g i di J a k a r t a j u g a menemukan yang kurang ketat tentang penilaian pra bedah.
peningkatan dari 1,7% ke 5,7% dalam kurun waktu 10 Sebaiknya tindakan dianggap "berisiko tinggi" dan
tahun (1992-1993 dan 2001-2002). "rendah", bergantung pada tingkat pengendalian glukosa
Peran pengetahuan tentang patofisiologi yang makin darah, jenis komplikasi yang ada dan sifat tindakan.
lengkap serta penggunaan obat antidiabetes yang baru
seperti analog insulin (insulin lispro, insulin glargine)
dan repaglinid, troglitason di samping obat lama, telah PENILAIAN PRA BEDAH
berhasil memperpanjang umur pengidap diabetes. Di
antaranya mungkin bertambah jumlah pasien yang pada Jenis D i a b e t e s d a n T i n g k a t P e n g e n d a l i a n G l u k o s a
suatu saat perlu mengalami pembedahan. DM tipe 1 perlu insulin. Pada DM tipe 2 insulin kadang-
Tanpa maksud mengecilkan segi persiapan mental kadang dapat ditangguhkan sesudah tindakan singkat
pada seseorang yang akan mengalami pembedahan, selesai.
tulisan ini mendahulukan aspek klinis operasi. Periksalah catatan konsentrasi glukosa darah,
Tetap perlu diingatkan bahwa petunjuk yang konsentrasi glukosa sewaktu, fruktosamin (pengendalian
diterima oleh pasien yang akan menjalani tindakan di 2-3 minggu sebelumnya), HbAIC (pengendalian 2-3 bulan
klinik siang seperti endoskopi usus (tumor ganas?), sebelumnya). Catatan glukosa darah sebaiknya berupa
a n g i o g r a f i koroner, p e m a s a n g a n s t e n t , umumnya konsentrasi puasa, postprandial dan sebelum makan.
m e n y e b u t k a n supaya pasien datang dalam keadaan Bila pengendalian tidak baik, pembedahan mungkin
puasa, menghentikan semua obat (termasuk insulin!). perlu diundur untuk menetapkan dosis baru insulin atau
Dengan sendirinya timbul hiperglikemia sesudah dosis insulin sesudah beralih dari obat hipoglikemiaa oral
tindakan yang disebut tadi, suatu akibat yang tidak (OHO).
perlu. O H O kerja p a n j a n g s e p e r t i k l o r p r o p a m i d dan
Segi persiapan mental akan membahas perlunya glibenklamid harus diganti dengan OHO kerja pendek
menghubungi dokter primer yang biasa menangani pasien tanpa metabolit yang bersifat hipoglikemiaa seperti glipizid,
diabetes ini. gliklazid, atau OHO kerja sangat singkat seperti repaglinid.
2432
DIABTES MELITUS DALAM PEMBEDAHAN 2433
2 dengan diit dan OHO, glukosa darah puasa <180 141-180 1,5 15
mg/dl, HbAIC <10% lama pembedahan <2jam ruang 181-220 2,0 20
tubuh tidak dibuka boleh makan sesudah operasi 221-260 2,5 25
M e t f o r m i n harus d i h e n t i k a n 2-3 hari s e b e l u m 261-300 3,0 30
pembedahan untuk mencegah asidosis laktat dan 301-340 4,0 40
dapat diganti dengan sulfonilurea sementara.
>341 5,0 50
Pemantauan Glukosa GD <80 mg/dl: hentikan insulin, bolus glukosa 50% i.v. (25
Selama pembedahan konsentrasi glukosa harus ditetapkan: ml). Sesudah GD >80 mg, infus insulin mulai lagi. Mungkin
1). Sebelum induksi anestesia; 2). 30 menit sesudah perlu penyesuaian pedoman ini selanjutnya.
Kebutuhan insulin berkurang: pasien dengan diit saja,
induksi; 3). Setiap 45 menit selama tindakan; 4). Pada akhir
OHO atau insulin
tindakan; 5). 30 menit sesudah sadar; 6). Setiap j a m selama • 50 U sehari, penyakit endokrin lain.
6 j a m atau sampai boleh makan. Kebutuhan insulin naik: obesitas, sepsis, terapi steroid,
Pemeriksaan glukosa lebih sering (tiap 30 menit) bila cangkok ginjal, pintas koroner jantung.
glukosa >200 mg/dl dan tiap 15 menit jika <80 mg/dl
selama anestesia.
PEMBEDAHAN RAWAT JALAN
Infus G l u k o s a
Tujuannya iaIah pengendalian konsentrasi glukosa dan Cara ini dapat menguntungkan pasien, karena ia dapat
pencegahan hipoglikemiaa. Juga sebagai pemasok pulang sesudah tindakan bedah selesai. Walaupun tindakan
energi untuk menekan pembentukan gliserol dan asam termasuk bedah minor, ada kemungkinan diperlukan
lemak serta mengurangi katabolisme protein, yang dapat anestesia umum. Dalam hal ini insulin perlu digunakan dan
menghambat pemulihan. Laju infus 0,07-0,1 g glukosa/ cara infus insulin sebaiknya dipakai. Jika anestesia umum
kg/jam ternyata memadai. tidak diperlukan, pasien sebaiknya mendapat giliran sepagi
2434 DIABETES MILITUS
mungkin, jadi sebelum atau sesudah makan pagi. Kalau ia PERSIAPAN PASIEN SECARA PSIKOLOGIS
harus menunggu lama, penggunaan insulin lalu memakai
cara infus insulin. Pedoman untuk tindakan bedah minor Keadaan sakit merupakan sesuatu yang memberatkan
tertera di bawah ini. pasien apalagi jika ia perlu menjalani pembedahan.
Warga masyarakat yang sudah maju dengan mudah
m e n d a p a t p e n g e t a h u a n berbagai bidang dan akan
ASUHAN PASCA-BEDAH meminta penjelasan tentang perlunya p e m b e d a h a n .
P e n g e t a h u a n a k a n m e n a m b a h k e k u a t a n ke a r a h
Infus glukosa dan insulin dilanjutkan sampai pasien dapat positif, kata Maslow, seorang psikolog dan mengurangi
makan lagi dan kemudian kembali ke cara pengobatan kemungkinan perjalanan pascabedah yang buruk.
sebelumnya. Informed Consent (izin berdasarkan pemahaman) dari
Bila infus insulin akan dihentikan, insulin subkutan pasien membuka 3 jalan:
harus segera disuntikkan, karena insulin i.v. tidak berperan pembahasan risiko dan manfaat tindakan bedah
lagi sejak 30 menit penghentian infus. Bagaimana kita menolong pasien mempersiapkan dirinya secara
mulai dengan terapi insulin pasca bedah? emosional menghadapi "serangan" terhadap
tubuhnya.
Gavin memakai cara berikut:
pengetahuan tentang kejadian pasca bedah yang
Hitung jumlah insulin selama 24 j a m ( = dosis lama)
dapat diperkirakan, menambah rasa mampu kendali
Dosis baru iaIah 80-100%jumlah ini, diberikan sebagai
pasien.
insulin reguler sebelum makan pagi (25%), sebelum
penjelasan t e n t a n g tugas dokter dan k a r y a w a n
makan siang (25%) sebelum makan malam (25%),
rumah sakit selama masa pasca bedah dapat
sebelum tidur (25%) sebagai NPH.
memberikan gambaran tentang pertolongan yang
• Tujuan: GD 120-220 mg/dl.
dapat diharapkan.
Diteruskan untuk mendapat dosis insulin tepat, atau
dosis sebelum pembedahan.
KESIMPULAN
REFERENSI