DISUSUN SEBAGAI
TUGAS MATA KULIAH SEJARAH DESAIN 1
DISUSUN OLEH :
BUNGA RINJANI PRAMESWARI
2012364023
S1 DESAIN INTERIOR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah memberikan
kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Arsitektur
Gaya Indis : The Phoenix Hotel Yogyakarta” dengan tepat waktu. Makalah ini
disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Desain Satu di Prodi Desain
Interior Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia. Selain itu, penulis juga
berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang
Arsitektur Gaya Indis.
PENDAHULUAN
C. Tujuan Masalah
Tujuan dari makalah ini sebagai berikut :
PEMBAHASAN
ARSITEKTUR INDIS
Sebutan Indis berasal dari istilah Nederlandsch Indie atau Hindia Belanda
dalam bahasa Indonesia. Itulah nama suatu daerah jajahan Pemerintah Belanda
di Timur Jauh, dan karena itu sering disebut juga Nederlandsch Oost Indie. Orang
Belanda pertama kali datang ke Indonesia pada tahun 1619. Mereka semula
berdagang tetapi kemudian memonopoli lewat VOC dan akhirnya menjadi
penguasa sampai datangnya Jepang pada tahun 1942. Kehadiran orang-orang
Belanda selama tiga abad di Indonesia tentu memberi pengaruh pada segala
macam aspek kehidupan. Perubahan antara lain juga melanda seni bangunan
atau arsitektur. Bentuk bangunan tidak lagi murni bergaya Eropa, tetapi sudah
bercampur dengan rumah adat Indonesia.
Arsitektur Indis sebagai manifestasi dari nilai-nilai budaya yang berlaku
pada zaman itu ditampilkan lewat kualitas bahan, dimensi ruang yang besar,
gemerlapnya cahaya, pemilihan perabot, dan seni ukir kualitas tinggi sebagai
penghias gedung.mewah.
Pengaruh budaya Barat terlihat pada pilar-pilar besar, mengingatkan kita
pada gaya bangunan Parthenon dari zaman Yunani dan Romawi. Lampu-lampu
gantung dari Italia dipasang pada serambi depan membuat bangunan tampak
Bangunan asli dari The Phoenix Hotel Yogyakarta dibangun oleh seorang
saudagar kaya bernama Kwik Djoen Eng pada tahun 1918 sebagai kediaman
pribadi. Bangunan asli tersebut bisa kita lihat mulai dari halaman, lobby, sampai
Saat Belanda mulai terdesak oleh Jepang pada tahun 1942, hotel tersebut
dikuasai Jepang dan diganti namanya menjadi Yamato Hotel sampai tahun 1945.
Setelah Jepang angkat kaki dari Yogyakarta, hotel tersebut diserahkan kembali
kepada Liem Djoen Hwat sebagai pemiliknya. Setelah kemerdekaan Indonesia,
hotel ini digunakan sebagai kediaman resmi Konsulat China sampai tahun 1949.
3. Balkon Kamar
Pada Balkon ini kesan indis sangat terasa saat melihat pagar balkon
tersebut yang dipenuhi ornamen estetik besi yang dibuat lekukan
lekukan simetri khas Art eco.
5. Terrace Bar
Terdapat kursi dan meja yang memiliki bentuk yang dipadukan dari
bentuk kursi eropaart neuveau dengan anyaman pada sandaran nya.
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Arsitektur hotel ini banyak dipengaruhi oleh gaya Eropa, Cinda dan
Indonesia atau gaya lokal. Dapat dilihat beberapa ornamen estetika nya tidak
sepenuhnya adalah bangunan-bangunan di eropa namun juga melakukan
penyeesuaian terhadap kehidupaan dan kondisi di Indonesia. Atau bisa juga
pencampuraan gay aini terjadi factor sejarah yang mengatakan bahwa pemilik
sebelumnya adalah seorang saudagar kaya dari cina sehingga terdapat
sentuhan cina pada hotel ini.