Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH DOKUMENTASI KEBIDANAN

‘’Model Dokumentasi Computer Based Patient Recod ’’

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4 :

1. Adela Dwi lestari (P00340220001)


2. Agnes Destri nara (P00340220003)
3. Fhanny maininda utami (P00340220018)
4. Fina maise nandia fitri (P00340220019)
5.Guswinarti (P00340220021)
6. Jenny sulistia (P00340220023)
7. Jesa fransisca (P00340220024)
8.Kharlia Julianti (P00340220027)
9.Stifanni Alvarensi (P00340220046)

Dosen Pembimbing : Wenny Indah Purnama Eka Sari, SST, M.Keb

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU

PRODI D III KEBIDANAN CURUP

T.A 2021/20
Daftar Isi

Kata Pengantar.............................................................................................Error! Bookmark not defined.


Daftar Isi....................................................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................................4
C. Tujuan............................................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................6
A. Pengertian Model Komputer Based Patient Record (CPR).....................................................................6
B. Fungsi Pendokumentasian.......................................................................................................................7
C. Syarat Dan Prinsip Pendokumentasian....................................................................................................8
D. Pengenalan Computer Pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan..................................................................10
E. Model Computer Based Pantiet Record (Cpr) Dalam Dokumentasi Kebidanan....................................10
F. Penggunaan catatan pasien berbasis komputer (CPR)...........................................................................12
G. Pengenalan Komputer Pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan..................................................................13
H. Hambatan Pengenalan Sistem Komputerisasi.......................................................................................15
I. Keuntungan dan Kerugian Dokumentasi Terkomputerisasi...................................................................16
J. Implementasi Sistem Komputerisasi......................................................................................................17
K. Contoh..................................................................................................................................................18

BAB III PENUTUPAN............................................................................................................................19

DAFTAR PUSAKA.................................................................................................................................20

2
Kata Pengantar
Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atassegala limpahan
rahmat dan karunia-Nya kepada tim penulis sehingga dapatmenyelesaikan makalah ini
yang berjudul: ’Model Dokumentasi Computer Based Patient Recod ’’ Penulis menyadari
bahwa didalam pembuatan makalah ini banyak terdapat kesalahan, berkat bantuan dan tuntunan
Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepasdari bantuan berbagai pihak maka terselesailah
makalah ini.
Untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan rasa hormat dan terima kasih
kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.Tim penulis menyadari
bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun
cara penulisannya.
Namun, tim penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang
dimilikisehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, tim penulis denganrendah
hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan,saran dan usul guna penyempurnaan makalah
ini.Akhirnya tim penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagiseluruh pembaca.

Curup,03 februari 2021

Penulis

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teknik pendokumentasian dengan komputerisasi adalah system computer yang


berperan dalam menyimpulkan, menyimpan proses, memberikan informasi yang diperlukan
dalam kegiatan pelayanan kebidanan, penelitian dan pendidikan. Secara umum dokumentasi
dengan system komputerisasi mempunyai beberapa keuntungan, antara lain: meningkatkan
pelayanan pada pasien, meningkatkan pengembangan protocol, meningkatkan
penatalaksanaan data dan komunikasi dan meningkatkan proses edukasi dan konseling pada
pasien.

Keuntungan dokumentasi dengan system komputerisasi secara spesifik, antara lain:


akurasi lebih tinggi, menghemat biaya, menambah kesempatan untuk belajar, meneliti dan
jaminan kualitas, meningkatkan moral kinerja petugas. Beberapa kelemahan dokumentasi
dengan system komputerisasi, adalah: malfunction, impersonal effect, privacy, informasi
tidak akurat.

Aplikasi system komputerisasi dalam system informasi dirumah sakit, meliputi


seluruh kegiatan untuk mendokumentasikan keberadaan pasien sejak pasien masuk rumah
sakit sampai pulang.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Model Komputer Based Patient Record (CPR).
2. Apa fungsi dari dokumentasi kebidanan ?
3. Bagaimana syarat dan prinsip pendokumentassian?
4. Bagaiman cara penggunaan Model Komputer Based Patient Record (CPR).
5. Bagaimana Pengenalan Komputer Pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
6. Apa Hambatan Pengenalan Sistem Komputerisasi.
7. Apa Keuntungan dan Kerugian Dokumentasi Terkomputerisasi.
8. Implementasi Sistem Komputerisasi.
9. Bagaimana contoh dari pendokumentasian CPR

4
C. Tujuan.
1. Untuk mengetahui pengertian dokumentasi CPR..
2. Untuk mengetahui fungsi dari dokumentasi kebidanan.
3. Untuk mengetahui syarat dan prinsip pendokumentasian.
4. Untuk mengetahui model CPR dalam pendokumentasian.
5. Untuk mengetahui model CPR dalam pendokumentasian.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Model Komputer Based Patient Record (CPR)

Model ini menggunakan sistem komputer dalam memlakukan dokumentasi


kebidanan, model ini berupa gelaja bentuk catatan atau dokumentasi terprogram secara
jelas sehingga memudahkan dalam proses penegakkan diagnosis dan mengurangi
kegiatan pencatatan secara tradisional.

Tekenik pendokumentasian dengan komputerisasi adalah sistem komputer yang


berperan dalam menyimpulkan, menyimpan proses, memberi informasi yang
diperlukan dalam kegiatan pelayanan kebidanan, penelitian dan pendidikan. Secara
umum dokumentasi dengan sistem komputerisasi mempunyai beberapa keuntungan,
antaralain: meningkatkan pelayanan pada pasien, meningkatkan pengembangan
protokol, meningkatkan penatalaksanaan data dan komunikasi, meningkatkan proses
edukasi dan konseling pada pasien.

Keuntungan dokumentasi dengan sistem komputerisasi secara spesifik anatara


lain: akurasi lebih tinggi, menghemat biaya, meningkatkan kepuasan pasien,
memperbaiki komunikasi antara bagian/anggota tim kesehatan, menambah kesempatan
untuk belajar, meneliti dan jamina kualitas, meningkatkan moral kinerja petugas.
Beberapa kelemahan dokumentasi dengan sistem komputerisasi
adalah malfunction, impersonal effect, privacy, informasi tidak akurat, kosakat
terbatas, penyimpanan bahan cetakan dan biaya yang harus disediakan cukup besar
untuk pengadaan beberapa unit komputer.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penyediaan sistem komputerisasi ini,


antara lain: Perencanaan perlunya sistem koputer, pemilihan produk, pelatihan petugas
pengguna, pemakaian sistem komputer, keamanan data, legalitas data (perlunya tanda
tangan dokter), kebutuhan perangkat dan evaluasi keuntungan sistem komputer bagi
pengguna , klien dan adminstrasi.

6
Pencatatan denga sistem komputerisasi merupakan salah satu tren yang paling
diminati dalam pndokumentasian asuhan keperawatan termasuk asuhan kebidanan.
Banyak institusi membuat atau membeli sistem informasi komputerisasi yang
menunjang praktik keperawatan/kebidanan.

B. Fungsi Pendokumentasian
Dokumentasi mempunyai beberapa fungsi di antaranya yaitu :
1.      Aspek administrasi, terdapatnya dokumentasi kebidanan yang berisi tentang tindakan
bidan,berdasarkan wewenang dan tanggung jawab sebagai tenaga medis dan paramedis
dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan.
2.      Aspek medis, dokumentasi yang berisi catatan yang dipergunakan sebagai dasar untuk
merencanakan pengobatan atau perawatan yang harus diberikan kepada pasien.
3.      Aspek medis, melalui dokumentasi maka terdapat jaminan kepastian hukum atas dasar
keadilan, sama halnya dalam rangka usaha menegakkan hukum dan penyediaan bahan
tanda bukti untuk menegakkan keadilan, karena semua catatan tentang pasien merupakan
dokumentasi resmi dan bernilai hukum.
4.      Aspek keuangan, dengan adanya dokumentasi atau informasi tentang tindakan serta
perawatan pada pasien, dokumentasi dapat dipergunakan sebagai perincian biaya atau
keuangan.
5.      Aspek penelitian,dokumentasi kebidanan berisi data atau informasi pasien.
6.      Aspek pendidikan,dokumentasi kebidanan berisi data informasi tentang
perkembangan kronologis dan kegiatan pelayanan medik yang diberikan kepada pasien.
7.      Aspek dokumentasi,berisi sumber informasi yang harus didokumentasikan dan
dipakai sebagai bahan pertanggung jawaban dalam proses dan laporan pelayanan
kesehatan.
8.      Aspek jaminan mutu ,pengorganisasian data pasien yang lengkap dan akurat melalui
dokumentasi kebidanan akan memberikan kemudahan bagi bidan dalam membantu
menyelesaikan masalah pasien.
9.      Aspek akreditasi,melalui dokumentasi akan tercermin  banyaknya permasalahan
pasien yang diatasi atau tidak.

7
10.  Aspek statistik,informasi statistik dari dokumentasi dapat membantu suatu institusi
untuk mengantisipasi suatu kebutuhan tenaga dan menyusun rencana sesuai dengan
kebutuhan.
11.  Aspek komunikasi,komunikasi digunakan sebagai koordinasi asuhan kebidanan yang
diberikan oleh beberapa orna guntuk mencegah pemberian informasi yang berulan-ulang
kepada pasien oleh anggota tim kesehatan, mengurangi kesalahan dan meningkatkan
ketelitian
Dalam asuhan kebidanan, membantu tenaga bidan untuk menggunakan waktu dengan
sebaik-baiknya, serta mencegah kegiatan yang tumpang tindih.

C. Syarat Dan Prinsip Pendokumentasian


Pertama kesederhanaan. Penggunaan kata-kata yang sederhana serta mudah dibaca,
mudah dimengerti, menghindari istilah yang sulit dipahami.
Kedua, Keakuratan. Data yang diperoleh harus benar-benar akurat berdasarkan informasi
yang telah dikumpulkan.
Ketiga, kesabaran, gunakan kesabaran dalam membuat dokumentasi kebidanan dengan
meluangkan waktu untuk memeriksa kebenaran terhadap data pasien yang telah atau
sedang diperiksa.
Keempat, Ketepatan. Ketepatan dalam pendokumentasian merupakan syarat mutlak.
Kelima, kelengkapan. Pencatatan terhadap semua pelayanan yang diberikan, tanggapan
bidan terhadap pasien,alasan pasien dirawat,kujungan dokterdan tenaga kesehatan lainnya
beserta advisenya yang terdiri 5 atau 7 tahap asuhan kebidanan.
Keenam, Kejelasan dan Keobjektifan. Dokumentasi kebidanan memerlukan kejelasan
dan keobjektifan dari data-data yang ada, bukan merupakan data fiktif dan samar yang
dapat menimbulkan kerancuan.

Setelah mengetahui persyaratannya,perlu diketahui pula beberapa prinsip dalam aplikasi


dokumentasi kebidanan,diantaranya sebagai berikut:

 Dokumentasikan secara lengkap tentang suatu masalah penting yang bersifat klinis.
 Lakukan pendataan dalam setiap pencatatan data
 Tulislah dengan jelas dan rapi

8
 Gunakan ejaan dan kata baku sertatata bahasa medis yang tepat secara umum
 Gunaka alat tulis yang terlihat jelas, seperti tinta untuk menghindari terhapusnya
catatan
 Gunakan singkatan resmi dalam pendokumentasian
 Gunakan pencatatan dalam grafikuntuk mencatat tanda vital
 Catat nama pasien setiap halaman
 Berhati-hati ketika ketika mencatat status pasien dengan HIV/AIDS
 Hindari penerimaan intruksi verbal dari doktermelalui telepon, kecuali dalam kondisi
darurat
 Tanyakan apabila ditemukan instruksi yang tidak tepat
 Dokumentasi terhadap tindakanatau obat yang akan digunakan
 Catat keadaanalergi obat atau makanan
 Catat daerah atau tempat pemberian injeksi
 Catat hasil laboratorium yang abnnormal

Sedikitnya terdapat 5 kunciutama prasyarat CPR, termasuk hal-hal berikut ini yang
diperlukan untuk menunjang CPR (Adrew, Dick, 1995a cit. Iyer and Champ, 2005):
1.      Kamus data klinis. Diperlukan kamus data klinis yang substansial dan fleksibel, yang
akan mendefinisikan semua unsure data untuk informasi klinis yang akan disimpan
2.      Tempat penyimpanan data klinis. Harus terdapat tempat penyimpanan data klinis yang
arsitekyurnya dirancang dengan baik, guna memenuhi kebutuhan semua anggota tim
pemberi perawatan kesehatan. Permintaan informasi media mengenai pesien tertentu harus
dipenuhi dalam beberapa detik.
3.      Kemampuan input yang fleksibel. Harus tersedia perlengkapan yang tepat (seperti
mouse, keyboard, pengenal suara, touch screen, pen light).
4.        Presentasi data yang ergonomis. Presentasi data harus sesuai dengan kebutuhan
individu.
5.       Dukungan system otomatis. System harus mengantisipasi dan mendukung proses
klinis serta berfikir melalui system pendukung. Hal ini harus mencakup akses ke system

9
ahli, data dasar pengetahuan, literature medis, umpan balik hasil, dan masukkan
kualitas/biaya  semua yang akan digunakan dalam pembuatan keputusan klinis.
D. Pengenalan Computer Pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Jika CPR atau rekaman elektronik menampakan visi masa depan pelayanan kesehatan,
maka pencacatan elektronik adalah realita sekarang yang sudah ada difasilitas pelayanan
kesehatan. Untuk mengetahui evolusi rekaman elektronik, seorang harus melihat dulu proses
pengenalan system komputerisasi di sebuah fasilitas pelayanan kesehatan.
Pada umumnya, penggunaan computer pertama kali oleh fasilitas pelayanan kesehatan
adalah untuk melacak penerimaan, pemulangan dan pemindahan pasien. Jenis aplikasi ini
member informasi demografi pasien secara sederhana terkait juga dengan keadaan financial
pasien. Pertengahan tahun 1980an produsen software mulai membuat software yang dapat
digunakan untuk pendokumentasian asuhan keperawatan/kebidanan. Dua puluh tahun
terakhir, semakin banyak produk dikeluarkan oleh produsen untuk memenuhi kebutuhan
industry pelayanan kesehatan.
Pembuatan system komputerisasi disebuah fasilitas pelayanan kesehatan murupakan
sebuah tantangan karena harus bisa diterapkan bersama-sama oleh masing-masing unit
pelayanan. Jika software dan hardware yang dibeli suatu unit berbeda dengan unit yang lain di
sebuah fasilitas pelayanan kesehatan, hal ini hanya akan menimbulkan frustasi dan
keterbatasan pemakaian system. Untuk mengatasi permasalahan ini, umumnya perusahaan
pembuat software akan menggunakan bahasa computer yang sama.
Awal pemakaian fungsi klinis system komputerisasi dirumah sakit, sekedar mengirimkan
hasil pemeriksaan laboraturium atau hasil pemeriksaan lainnya ke unit perawatan pasien.
Beberapa system kompeter memiliki kemampuan aktivasi sinyal, seperti tanda kedipan pesan
masuk pada layar monitor di unit perawatan. Jika hasil pemeriksaan menunjukkan hasil tidak
normal maka bisa segera diatasi.

E. Model Computer Based Pantiet Record (Cpr) Dalam Dokumentasi Kebidanan


Model ini menggunakan sistem komputer dalam melakukan dokumentasi kebidanan.
Model ini berupa segala bentuk catatan dokumentsi terprogram secara jelas sehingga
memudahkan dalam proses penegakan diagnosis dan mengurangi kegiatan pencatatan secara
tradisional. Beberpa pertimbangan dalam penggunaan CPR ini adalah karena jumlah data

10
yang dikumpulkan tentang kesehata seseorang sangatlah banyak dan metode ini merupakan
penghantaran informasi yang lebih efisien dan efektif.
Dalam aplikasinya, terdapat beberapa keuntungan dan kerugian penggunaan CPR.
Keuntungannya antara lain:
1. Catatan dapat dibaca
2. Catatan selalu siap sedia
3. Produktifitas bidan membaik
4. Mengurangi kerusakan catatan.
5. Menunjang proses asuhan kebidanan.
6. Mengurangi dokumentasi yang berlebihan.
7. Catatan kebidanan terkategorisasi.
8. laporan tercetak secara otomatis
9. Dokumentasi sesuai dengan standar asuhan kebidanan
10. Ketersediaan data
11. Pencegahan kesalahan pemberian obat
12. Mempermudah penetapan biaya.
Keperawatan dan kebidanan sering menjadi unit terakhir yang membeli dan
menggunakan software. Beberapa hambatan untuk mengembangkan dan menggunakan
system komputerisasi. Dalam pelayanan kebidanan/keperawatan antara lain:
1. Bagian administrasi merasa tidak yakin bahwa komputerisasi informasi
kebidanan/keperawatan akan memberikan hasil nyata.
2. Bidan/perawat kurang memiliki kemampuan mengoperasikan system
komputerisasi.
3. Unit pelayanan informasi computer kadang merasa terancam untuk berbagi
informasi dengan unit lain dan khawatir kekuatannya akan hilang bila melibatkan
orang lain dalam proses pengambilan keputusan.
4. Dahulu program software hanya sedikit tersedia. Beberapa diantaranya dirancang
untuk perawat atau bidan ahli computer yang tidak memiliki pengalaman
keperawatan.
5. Banyak software yang dirancang untuk fungsi tunggal seperti ketenagaan dan
penjadwalan, rencana perawatan/klasifikasi pasien.

11
6. Kurangnya keseragaman bahasa keperawatan/kebidanan menghambat
perkembangan dan penggunaan system informasi computer
7. Rasa takut termasuk anggapan bahwa komputerisasi terlalu sulit, bahwa teknologi
tersebut akan menggantikan bidan/perawat,bahwa computer akan langsung
mengarahkan dan mendikte asuhan dan bahwa kerahasiaan pasien akan dilanggar.
8. Komputerisasi sangat mahal.hardware,software,pendidikan staf dan computer
tambahan menunjang kontribusi staf untuk mengembangkan system komputerisasi.

Meskipun keuntungan menggunakan lebih banyak daripada kerugiannya,


dibeberapa tempat terdapat masalah berkaitan dengan pemakaian computer untuk
dokumentasi. Beberapa permasalahan dari dokumentasi terkomputerisasi adalah sbb:
1. Keuntungan pencatatan dengan kertas. Pencatatan kertas sudah dikenal, mudah
dibawa dan dapat dibawa ke ruang perawatan pasien, tidak terjadi downtime,
fleksibilitas dalam pencatatan data, memudahkan pencatatan data subjektif dan naratif,
dapat dicari dan diperiksa dengan cepat.
2. Masalah keamanan dan kerahasiaan informasi pasien. Perlunya menjaga privasi,
kerahasiaan dan keamanan catatan medis pasien yang terkomputerisasi.

F. Penggunaan catatan pasien berbasis komputer (CPR).

Pengunaan CPR didorong oleh beberapa faktor berikut ini:

1. Jumlah data mengenai kondisi kesehatan pasien sangat banyak, harus dikumpulkan,
disimpan dan diorganisasikan dengan sisitem yang lebih efesien daripada sistem berbasis
kertas. Mencari data dalam catatan pasien merupakan hal yang sangat menghabiskan
waktu. Semakin banyak catatan tersebut, semakin sulit untuk mecari informaasi intinya.
2. Pencatatan informasi secara elektronik dibuat sedemikian rupa dan tidak dilakukan oleh
sistem pencatatan berbasis kertas. Semua catatan yang berhubungan dengan aspek khusus
dalam perawatan dapat disusun dan dicetak, sistem pencatatan berbasi kertas tidak dapat
diorganisasi ulang dengan cara tersebut dan juga tidak dapat digabungkan dengan catatan
atau fasilitas atau institusi lain.

12
3. Penggunaan CPR dapat berkembang menjadi metode penyampaian informasi yang lebih
efesien dari suatu pemberi asuhan kesehatan kepemberi asuhan kesehatan yang lain.
Dalam metode pendokumentasian manual, pemerikasaan pasien dan pengumpulan data
yang berulang-ulang dapat terjadi jika pasien pindah dari suatu fasilitas ke fasilitas lain.
4. Penghematan biaya dan reformasi pelayanan kesehatan mengharuskan dilakukan
efesiensi manajemen data dan asuhan kesehatan termasuk asuhan kebidanan.

G. Pengenalan Komputer Pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Jika CPR atau rekaman elektronik menampakkan visi masa depan pelayanan
kesehatan, maka pencatatan elektronik adalah realitas sekarang yang sudah ada di
fasilitas kesehatan. Untuk mengetahui evolusi rekaman elektronik, seseorang harus
melihat dulu proses pengenalan sistem komputerisasi disebuah pelayanan kesehatan.

Pada umumnya, penggunaan komputer pertama kali oleh fasilitas pelayanan


kesehatan adalah untuk melacak penerimaan, pemulangan, dan pemindahan pasien.
Jenis aplikasi ini memberi informasi demografi pasien secara sederhana terkait juga
dengan keadaan finansial pasien. Pertengahan tahun 1980an, produsen software mulai
mebuat software yang dapat dipergunakan untuk pendokumentasian asuhan
keperawatan / kebidanan. Dua puluh tahun terakhir, semakin banyak produk
dikeluarkan oleh produsen untuk memenuhi kebutuhan industri pelayanan kesehatan.

Pembuatan sistem komputerisasi disebuah fasilitas pelayanan kesehatan


merupakan sebuah tantangan karena harus bisa diterapkan bersama-sama oleh masing-
masing unit pelayanan. Jika software dan hardware yang dibeli suatu unit berbeda
dengan unit lain disebuah fasilitas kesehatan, hal ini hanya akan menimbulkan frustasi
da keterbatasan pemakaian sistem. Untuk mengatasi permasalahan ini, umumnya
perusahaan membuat software akan menggunakan bahasa komputer yang sama.

Awal pemakaian fungsi klinis sistem komputerisasi dirumah sakit, sekedar


mengirimkan hasil pemeriksaan laboratorium atau hasil pemeriksaan lainnya ke unit
perawatan pasien, beberapa sistem komputer mengerti kemapuan aktifasi sinyal,

13
seperti tanda kedipan pesan, masuk pada layar monitor diunit keperawatan jika hasil
pemeriksaan menunjukan hasil yang tidak normal maka segera bisa diatasi.

Memasukkan catatan biaya perawatan pasien kedalam sistem komputerisasi


sekarang juga sudah mulai diterapkan di rumah sakit. Pemakaian sistem komputerisasi
yang lain adalah memasukan instruksi pemeriksaan laboratorium atau radiologi, diit
dan terapi fisik untuk pasien diruang perawatan. Banyak dokter menolak adanya
kebijakan memasukkan instruksi melalui sistem komputerisasi, karena merasakan
tidak nyamandan memakan waktu yang lebih lama dibanding memberikan instruksi
langsung melalui dokumentasi manual pada catatan medis pasien. Rasa takut
menghadapi perubahan, kelalaian, menyangkal, dan kurang keterlibatan dalam
memilih dan menentukan program software membuat dokter tidak tertarik pada sistem
tersebut.

Banyak ahli meyakini bahwa metode memasukkan datan yang paling banyak
diminati adalah meminta dokter untuk memasukkan instruksi langsung kedalam sistem
komputer yang akan mengurangi kesalahan penyusunan kata atau kalimat. Hampir
semua sistem dirancang sedemikian rupa untuk menghindari pengetikkan yang
berlebihan karena akan menghabiskan waktu dan tidak semua professional kesehatan
bisa menggunakan komputer. Perlunya bidan/ perawat untuk mengecek akurasi
instruksi yang dimasukan oleh juru ketik adalah umum dan sering dilakukan juga oleh
pendokumentasian pada sistem manual. Pengalaman menunjukan bahwa meminta
orang lain untuk memeriksa instruksi tanpa memikirkan siapa yang menuliskan
merupakan tindakan pengamanan terhadap kesalahan pemberian instruksi yang dapat
menimbulkan cidera pada pasien.

Fasilitias pelayanan kesehatan juga menggunakan sistem komputerisasi dalam


pelayanan penyediaan obat atau farmasi. Sistem ini akan menurunkan resiko
pemberian instruksi yang tidak jelas dan meningkatkan akurasi dan kejelasan akurasi.
Sistem akurasi yang lebih canggih dalam pelayanan farmasi akakn membuat
pengobatan harian pasien yang dilakukan oleh petugas kesehatan. Sistem komputer

14
akan mecari instruksi obat untuk interaks obat yang berbahaya, membandingkan alergi
yang dilaporkan pasien dengan instruksi dari dokter, memberi tahu dokter tentang
dosisi obat yang tidak tepat dan mengawasi penghentian obat secara otomatis. Sistem
ini akan memantau instruksi dokter untuk segera menghentikan pemebrian obat dan
meminta anti dotum untuk mengatasi efek obat tersebut. Sistem komputer memberi
kemudahan untuk melihat kembali informasi tentang profil pengobatan, daftar obat
sebelumnya dan pengobatan terbaru.

H. Hambatan Pengenalan Sistem Komputerisasi

Keperawatan dan kebidanan sering menjadi unit terakhir yeng membeli dan
menggunak software. Beberapa hambatan untuk mengembangkan dan menggunakan
sistem komputerisasi dalam pelayanan kebudanan/ keperawatan antara lain:

1. Bagian administrasi merasa tidak yakin bahwa komputerisasi informasi kebidanan /


keperawatan akan memberikan hasil nyata.
2. Bidan/perawat kurang memliki kemampuan mengoperasikan sistem komputerisasi.
Semua anggota tim kesehatan harus dilibatkan dalam memlilih, mengintegrasikan dan
menggunakan teknologi manajemen informasi.
3. Unit pelayanan informasi komputer kadang merasa terancam untuk bebrbagai informasi
dengan unit lain dan khawatri kekuatannya akan hilang bila melibatkan orang lain dalam
proses pengambilan keputusan. Perlunya menjalin hubungan kerjasama antara
bidan/perawat dengan unit pelayanan informasi komputer.
4. Dahulu program software hanya sedikit tersedia. Beberapa diantaranya dirancang untuk
perawat/bidan ahli komputer yang tidak memiliki pengalaman keperawatan.
5. Banyak software yang dirancang untu fungsi tunggal seperti ketenagaan dan
penjadwalan, rencana perawatan atau klasifikasi pasien. Sistem informasi
keperawataa/kebidanan bisa saja tidak berhubungan dengan sistem informasi rumah sakit
atau program lain diluar fasilitas, akibatnya akan menghalangi terjadinya pertukaran data
didalam dan diluar organisasi data.

15
6. Kurangnya keseragaman bahasa keperawatan/kebidanan menghambat perkembangan dan
penggunaan sistem informasi komputer. Variasi dalam menyebutkan diagnosis, intervensi
dan hasil dapat menimbulkan kebingungan.
7. Rasa takut termasuk anggapan bahwa komputerisasi terlalu sulit, nahwa teknologi
tersebut akan menggantikan bidan/perawat, bahwa komputer akan langsung mengarahkan
dan medikte asuhan bahwa kerahasiaan pasien akan dilanggar (Bowles, 1997 cit. lyer and
Champ, 2005).
8. Komputer tambahan menunjang kontrbusi staf untuk mengembangkan sistem
komputerisasi.

I. Keuntungan dan Kerugian Dokumentasi Terkomputerisasi

Beberapa keuntungan dari dokumentasi terkomputerisasi secara umum adalah sebaga


berikut:

1. Catatan dapat dibaca. Hasil cetakan komputer dapat dibaca dengan mudah, sehingga
menghilangkan resiko menebak arti tulisan tangan. Bidan tidak perlu lagi menanyakan,
“Bisakan Anda membaca instruksi itu?”.
2. Catatan yang siap tersedia. Catatan medis pasien haus selalu siap untuk digunakan dan
waktu yang digunakan untuk mencarinya harus sesingkat mungkin. Catatan elektronik
dapat digunakan atau ditinjau kembali oleh sejumlah orang sesuai dengan jumlah
komputer yang tersedia.
3. Produktivitas bidan/perawat membaik. Penelitian menunjuka bahwa perawat
menghabiskan waktunya sampai 50%untuk mendokumentasikan dan mengomunikasikan
informasi pasien (Bowles, 1997 cit. lyer and Champ, 2005). Dengan sistem
komputerisasi, tenaga kesehatan termasuk bidan akan mengurangi jumlah waktunya
untuk mengerjakan pekerjaan tertulis, sehingga lebih bayak waktu untuk merawat pasien.
Penelitian lain menyebutkan bahwa setelah menggunakan sistem komputerisasi perawat
menggunakan 40% waktunya untuk berkomunikasi dengan pasien dan 43% untuk
membantu hygiene pasien. Sistem informasi komputer dapat menyimpan entri data secara

16
lebih cepat menggunakan keystroke, menu atau barcode scanner dibandign pencatatan
manual.
4. Mengurangi kerusakan catatan. Kerusakan catatan medik lebih sulit terjadi jika
menggunakan sistem komputerisasi. Program software harus berisi cara untuk
memperbaiki entri data yang salah. Proses ini sering diselesaikan dengan cara yang sama
seperti pada pencatatan manual dengan memberikan tanda kurung paa datang yang salah
menambah informasi yang benar dan memmberikan alasan terhadap perubahan data,
seperti “catatan salah”. Catatan waktu pada program software menunjukkan waktu yang
tepat saat waktu dimasukkan, sehingga tidak mungkin untuk menggantinya. Lebih jauh
lagi, program software umumnya mempunyai waktu yang terjadwal untuk menyimpan
data, sehingga tidak memungkinkan seseorang untuk menghilangkan data yang masuk
setelah data tersebut disimpan.
5. Menunjang penggunaan proses asuhan kebidanan/keperawatan. Sistem komputerisasi
memnudahkan pengkajian data pasien. Software telah dirancang untuk mengenali
karakteristik hasil tertentu, kemudaian menyarankan diagnosis kepada bidan/perawat.
Beberapa program akan membantu bidan/perawat memilih hasil dan intervensi. Pada
saaat pemulangan pasien, banyak program yang dapat menghasilakan rencana kumulatif
terdiri atas semua diagnosis, hasil dan intervensi selama pasien dirawat.

J. Implementasi Sistem Komputerisasi

Sabo (1997, cit. lyer and champ, 2005) menyatakan bahwa perlunya bimbingan
untuk mengimplementasikan sistem kepada seluruh anggota tim multidispliner
meliputi perwakilan dari semua unit disiplin ilmu. Diperlukan dukungan managerial
untuk menunjang keberhasilan implemetasi sistem. Saat ini pengendalian dan
kependidikan komputer telah dimulai sejak masa kanak-kanak sehingga bidan/perawat
masa depan akan mempunyai pengetahuan dalam mengoperasikan komputer dengan
lebih baik.

Langkah paling awal dalam mengimplementasikan komputer adalah memastikan


tingkat kenyamanan dan pengetahuan komputer sudah dimiliki oleh orang yang
beranggungjawab mengajarkan dan menyelesaikan masalah sistem komputerisasi

17
dalam unit. Banyak produsen software memberian program pendidikan untuk
membantu institusi menggunakan software, pelatihan tambahan diperlukan bila
software akan diperbarui.

K. Contoh
Tanggal Masalah klien Diidentifikasi oleh keterangan
11/09/2008 KET Dokter

Kehamilan tak Bidan

diinginkan
Perawat

Cemas

18
BAB III
PENUTUPAN

A. KESIMPULAN

Secara umum, dokumentasi merupakan suatu catatan otentik atau dokumenasliyang dapat
dijadikan bukti dalm persoalan hokum. Sedangkan dokumentasi kebidanan merupakan bukti
pencatatan dan pelaporan berdasarkan komunikasi tertulis yang akurat dan lengkap yang
dimiliki oleh bidan dalam melakukan asuhan kebidanan dan berguna untuk kepentingan klien,tim
kesehatan,sertakalangan bidan sendiri.

Dokumentasi kebidanan sangat penting bagi bidan dalam memberikan asuhan kebidanan.
Hal ini karena asuhan kebidanan yang diberikan kepada klien membutuhkan pencatatan dan
pelaporan yang dapt digunakan sebagai acuan untuk menuntut tanggung jawab dan tanggung
gugat dari berbagai permasalahan yang mungkin dialami oleh oleh klien berkaitan dengan
pelayanan yang diberikan.

Selain sebagai sebagai sisitem pencatatan dan pelaporan,dokumentasi kebidanan juga


digunakan sebagai informasi tentang status kesehatan pasien pada semua kegiatan asuhan
kebidanan yang dilakukan oleh bidan. Disamping itu, dokumentasi berperan sebagai
pengumpul,penyimpan dan desiminasi informasi guna mempertahankan sejumlah fakta yang
penting secara terus menerus pada suatu waktu terhadap sejumlah kejadian. Dengan kata lain,
sebagai suatu keterangan, baik tertulis maupun terekam, mengenai identitas, anamnesis,
penentuan fisik laboratorium,segala diagnosis pelayanan dan tindakan medis yang diberikan
kepada pasien, sertapengobatan rawat inap dan rawat jalan maupun pelayanan gawat darurat.

B. SARAN

Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan
makalah dalam penulisan makalah berikutnya.

19
DAFTAR PUSAKA

http://kuliahbidan.host22.com/ Wildan dan alimul,azis.2008.Dokumentasi


kebidanan.jakarta:Salemba medika

Jones & Bartlett. (2005) Introduction to Computers for Healthcare Professionals dalam
http://books.google.co.id.

Kuwahara, Noma, Tetsutani, Kogure, Hagita and Iseki. (2003). Wearable Auto-
Event-Recording of Medical Nursing dalam
http://google.books.co.idhttp://www.ise.bgu.ac.il/courses/mdss_bm/CH09-FINAL.pdf

http://www.computer.org/portal/pages,

20

Anda mungkin juga menyukai