PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan keperawatan/kebidanan merupakan pelayanan profesional dari
pelayanan kesehatan yang tersedia selama 24 jam secara berkelanjutan selama
masa perawatan pasien. Dengan demikian, pelayanan keperawatan dan kebidanan
memegang peranan penting dalam upaya menjaga dan meningkatkan kualitas
pelayanan di rumah sakit dan puskesmas.
Dokumentasi keperawatan dan kebidanan tidak hanya merupakan
dokumen sah tapi juga instrumen untuk melindungi para pasien, perawat dan
bidan secara sah; oleh karena itu, perawat/bidan diharapkan dapat bekerja sesuai
dengan standar profesional.
Ada berbagai macam model dalam pendokumentasian asuhan yang dapat
dibuat oleh perawat maupun bidan, baik itu dengan naratif secara tradisional
sampai dengan menggunakan alat modern yaitu komputer.
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana cara penggunanan model kardeks dalam dokumentasi
kebidanan?
b. Bagaimana cara penggunanan model base contron based patient
record?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui model kardeks dalam dokumentasi kebidanan
b. Untuk mengetahui model base contron based patient record
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. MODEL KARDEKS
Biasa juga disebut sebagai sistem kartu. Suatu sistem dokumentasi dengan
menggunakan serangkaian kartu dan membuat data penting tentang klien,
ringkasan problem klien dan terapinya. Contohnya : kartu ibu, kartu anak, kartu
KB dan lain sebagainya.
Komponen
2
Informasi Yang Terdapat Dalam Kardeks
1. Data pasien
2. Diagnosa kebidanan
3. Pengobatan sekarang/yang sedang dilakukan
Karena sering ditulis dengan pensil kecuali jika kardeks digunakan sebagai
bagian permanen dari catatan klien. Potter dan Perry (1989) menekankan beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan rencana asuhan pada kardeks, yaitu:
Keuntungan
3
kebidanan tentang kebutuhan unik klien terkait, diit, cara melakukan tindakan
penanggulangan, cara meningkatkan peran serta klien atau waktu yang tepat untuk
melakukan kegiatan keperwatan tertentu.
Kekurangan
4
kinerja petugas. Beberapa kelemahan dokumentasi dengan sistem komputerisasi
adalah malfunction, impersonal effect, privacy, informasi tidak akurat, kosakat
terbatas, penyimpanan bahan cetakan dan biaya yang harus disediakan cukup
besar untuk pengadaan beberapa unit komputer.
5
asuhan kesehatan yang lain. Dalam metode pendokumentasian manual,
pemerikasaan pasien dan pengumpulan data yang berulang-ulang dapat terjadi jika
pasien pindah dari suatu fasilitas ke fasilitas lain.
Kamus data klinis. Diperlukan kamus data klinis yang substansial dan
fleksibel, yang akan mendefinisikan semua unsur data untuk informasi klinis yang
akan disimpan.
6
dan masukan kualitas/biaya semua yang akan digunakan dalam pembuatan
keputusan klinik.
7
Memasukkan catatan biaya perawatan pasien kedalam sistem
komputerisasi sekarang juga sudah mulai diterapkan di rumah sakit. Pemakaian
sistem komputerisasi yang lain adalah memasukan instruksi pemeriksaan
laboratorium atau radiologi, diit dan terapi fisik untuk pasien diruang perawatan.
Banyak dokter menolak adanya kebijakan memasukkan instruksi melalui sistem
komputerisasi, karena merasakan tidak nyamandan memakan waktu yang lebih
lama dibanding memberikan instruksi langsung melalui dokumentasi manual pada
catatan medis pasien. Rasa takut menghadapi perubahan, kelalaian, menyangkal,
dan kurang keterlibatan dalam memilih dan menentukan program software
membuat dokter tidak tertarik pada sistem tersebut.
8
penghentian obat secara otomatis. Sistem ini akan memantau instruksi dokter
untuk segera menghentikan pemebrian obat dan meminta anti dotum untuk
mengatasi efek obat tersebut. Sistem komputer memberi kemudahan untuk
melihat kembali informasi tentang profil pengobatan, daftar obat sebelumnya dan
pengobatan terbaru.
9
Kurangnya keseragaman bahasa keperawatan/kebidanan menghambat
perkembangan dan penggunaan sistem informasi komputer. Variasi dalam
menyebutkan diagnosis, intervensi dan hasil dapat menimbulkan kebingungan.
1. Catatan dapat dibaca. Hasil cetakan komputer dapat dibaca dengan mudah,
sehingga menghilangkan resiko menebak arti tulisan tangan. Bidan tidak
perlu lagi menanyakan, “Bisakan Anda membaca instruksi itu?”.
2. Catatan yang siap tersedia. Catatan medis pasien haus selalu siap untuk
digunakan dan waktu yang digunakan untuk mencarinya harus sesingkat
mungkin. Catatan elektronik dapat digunakan atau ditinjau kembali oleh
sejumlah orang sesuai dengan jumlah komputer yang tersedia.
10
menyimpan entri data secara lebih cepat menggunakan keystroke, menu
atau barcode scanner dibandign pencatatan manual.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keperawatan dan Kebidanan di Indonesia sebagai suatu profesi yang
sedang dalam proses memperjuangkan penerimaan profesi yang mandiri oleh
masyarakat membutuhkan upaya aktualisasi diri dalam memberikan pelayanan
profesional. Semua ini dapat dicapai apabila perawat/bidan mampu menunjukan
kemampuannya baik dalam bidang pengetahuan, sikap, dan ketrampilan yang
didasari oleh ilmu yang jelas, serta mendokumentasikan semua hasil kerja yang
telah dilaksanakan secara baik dan benar. Akhirnya dokumentasi dapat
meningkatkan kesinambungan perawatan pasien, dan menguatkan akuntabilitas,
dan tanggungjawab perawat/bidan dalam mengimpelemen-tasikan, dan
mengevaluasi pelayanan yang diberikan serta membantu institusi untuk memenuhi
syarat akreditasi dan hukum.
B. Saran
Dengan penulisan makalah ini, penulis berharap agar dapat menambah
ilmu pengetahuan kepada pembaca. Oleh karena itu, harapan penulis kepada
pembaca semua agar bersedia memberikan kritik dan saran yang bersifat
membangun.
12
DAFTAR PUSTAKA
13