Anda di halaman 1dari 3

Boeing dituntut dan setuju untuk membayar lebih dari $ 2,5 miliar

kasus Fraud Conspiracy 737 Max


Perusahaan Boeing telah menandatangani perjanjian dengan Departemen Kehakiman
untuk menyelesaikan tuntutan pidana terkait dengan konspirasi untuk menipu Kelompok
Evaluasi Pesawat Administrasi Penerbangan Federal (FAA AEG) sehubungan dengan
evaluasi FAA AEG terhadap pesawat Boeing 737 MAX . Informasi kriminal menuntut
perusahaan dengan satu tuduhan konspirasi untuk menipu Amerika Serikat. Berdasarkan
ketentuan DPA, Boeing akan membayar total jumlah moneter kriminal lebih dari $ 2,5 miliar
atas insiden kecelakaan 346 penumpang yang meninggal dalam kecelakaan Boeing 737 MAX
dari Lion Air Penerbangan 610 dan Ethiopian Airlines Penerbangan 302.
"Kecelakaan tragis Lion Air Penerbangan 610 dan Ethiopian Airlines Penerbangan
302 mengungkap perilaku curang dan menipu oleh karyawan salah satu produsen pesawat
komersial terkemuka dunia," kata Penjabat Asisten Jaksa Agung David P. Burns dari Divisi
Kriminal Departemen Kehakiman. “Karyawan Boeing memilih jalur keuntungan daripada
keterusterangan dengan menyembunyikan informasi material dari FAA mengenai
pengoperasian pesawat 737 Max dan terlibat dalam upaya untuk menutupi penipuan mereka”.
Seperti yang diakui Boeing dalam dokumen pengadilan, Boeing — melalui dua dari 737
MAX Flight Technical Pilot-nya — menipu FAA AEG tentang bagian penting pesawat yang
disebut Maneuvering Characteristics Augmentation System (MCAS) yang memengaruhi
sistem kontrol penerbangan Boeing 737 MAX. Karena penipuan mereka, dokumen utama
yang diterbitkan oleh FAA AEG terdapat kekurangan informasi tentang MCAS.
Sebagai bagian dari DPA, Boeing telah setuju, antara lain, untuk terus bekerja sama
dengan Fraud Section dalam penyelidikan dan penuntutan yang sedang atau akan datang.
Sebagai bagian dari kerjasamanya, Boeing diwajibkan untuk melaporkan bukti atau dugaan
pelanggaran undang-undang penipuan AS yang dilakukan oleh karyawan atau agen Boeing
kepada badan pemerintah domestik atau asing (termasuk FAA), regulator, atau pelanggan
maskapai Boeing mana pun. Untuk meringankan kasus ini, Boeing terlibat dalam langkah-
langkah perbaikan setelah tindakan pelanggaran, termasuk: (i) membentuk komite
keselamatan dirgantara permanen Dewan Direksi untuk mengawasi kebijakan dan prosedur
Boeing, (ii) membuat organisasi Keselamatan Produk dan Layanan untuk memperkuat dan
memusatkan fungsi terkait keselamatan yang sebelumnya ada di seluruh Boeing; (iii)
mengatur ulang fungsi teknik Boeing agar semua insinyur Boeing dan (iv) membuat
perubahan struktural pada Tim Teknis Penerbangan Boeing untuk meningkatkan
pengawasan, efektivitas, dan profesionalisme. (justice.gov/opa/pr/boeing-charged-737-max-
fraud-conspiracy, 2021).
Etika Bisnis (K. Bertens, 2000, 2013)
Bisnis dan Etika dalam dunia modern merupakan hasil elaboratif K. Bertens akan dua
hal yang berbeda. Dua hal yang berbeda itu merupakan dua tema besar yang kemudian
melahirkan dua disiplin ilmu yang berbeda pula. Hal yang mau dikatakan K. Bertens dalam
berbisnis tidak hanya memikirkan apa yang diperoleh dari aktivitas ekonomi itu sendiri,
tetapi juga nilai moralitas atau etika dalam bisnis juga harus diperhatikan. Bertens
menampilkan tiga aspek pokok dari bisnis. Ketiga aspek itu adalah aspek ekonomi, aspek
hukum, dan aspek moral. Uraian singkat dari ketiga aspek itu adalah demikian:
A. Aspek Ekonomi
Pengertian bisnis dari perspektif ekonomi adalah sebuah aktivitas ekonomi. Dikatakan
aktivitas ekonomi karena dalam bisnis menampilkan beberapa hal yang berkaitan dengan
tukar-menukar, jual-beli, memproduksi dan memasarkan untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Tujuan dari kegiatan ekonomi adalah keuntungan atau laba. Jadi, yang dikejar
dalam aktivitas ekonomi adalah tujuan itu sendiri. Tujuan itu diperoleh karena adanya sebuah
interaksi. Interaksi itu dibentuk oleh penjual dan pembeli. Oleh karena itu, bisnis lahir dari
konsensus kedua bela pihak ini. Dalam teori ekonomis, bisnis yang baik (good business)
adalah bisnis yang membawa banyak keuntungan. Tolok ukur sudut pandang ini adalah laba
dalam bisnis itu sendiri.
B. Aspek Hukum
Seperti moral, hukum juga merupakan sudut pandang normative sebab menetapkan
apa yang harus dilakukan atau apa yang tidak seharusnya dilakukan. Dari sudut norma,
hukum jauh lebih pasti dan jelas dari pada etika itu sendiri sebab peraturan hukum dituliskan
di atas kertas dan memiliki sanksi yang jelas apabila dilanggar. Walaupun demikian tetapi
hukum dan moral memiliki hubungan yang erat. Keeratan hubungan itu dapat dijelaskan
demikian. Etika selalu harus menjiwai hukum dalam banyak hal. Salah satunya ada dalam
dunia bisnis itu sendiri. Meskipun adanya hubungan erat, namun dua macam norma ini
tidaklah sama.
C. Aspek Moral
Kehadiran aspek moral dalam bisnis merupakan tindak lanjut dari hasil refleksi atas
teori ekonomis dalam bisnis itu sendiri. Kehadiran teori moral menjawab cela yang
diperdebatkan dalam teori ekonomis. Dalam berbisnis kita patut memperhatikan etika
berbisnis itu sendiri agar menjaga posisi finansial dan kepercayaan masyarakat luas akan apa
yang kita jual dalam bisnis itu sendiri. Poin penting yang mau disampaikan dalam teori ini
adalah menjaga kepercayaan. Artinya, bisnis dibangun dan dilaksanakan berdasarkan etika
atau nilai moral yang diakui sebagai benar dan baik secara universal. (K. Bertens, 2000. Etika
Bisnis)

Anda mungkin juga menyukai