Anda di halaman 1dari 2

Ceramah yang baik biasanya disenangi audience.

Menurut saya ceramah yang baik adalah ceramah


yang: Sistematis, Memperhatikan Etika, Efektif, Menyenangkan, Mencerdaskan dan Mencerahkan.
Inilah kurang lebih gambaran saya tentang ceramah yang baik.
B. Ceramah yang Sistematis
Salah satu ceramah yang baik adalah ceramah yang sistematis, yaitu: ceramah yang tersistem yang
mengalir teratur, Memiliki kerangka yang jelas; Ada judul (Udesa), Ada isi dan contoh (Nidesa) serta ada
kesimpulan (Patinidesa). Diantara judul, isi dan kesimpulan juga saling berkaitan.
Ada baiknya juga di dalam kita menguraikan isi ceramah, kita tolong dengan menggunakan pertanyaan
pembantu, Misalnya pertanyaan:
Apa
Mengapa
Bagaimana
Kapan
Dimana
Contohnya apa
Manfaatnya apa dll
C. Etika Ceramah
Demikian pula agar seorang penceramah bisa melakukan ceramahnya secara baik, maka sebaiknya ia
memperhatikan Etika ceramah atau yang disebut Dhammakathina atau sifat seorang penceramah.
Adapun isi dhammakathina itu adalah sbb:
Menerangkan Dhamma setahap demi setahap, tidak meloncat, atau menyingkat bagian tertentu
sehingga menjadi mengurangi arti sebenarnya.
Di dalam ceramah hendaknya memberikan alasan, argument, atau contoh-contoh, sehingga
pendengarnya jadi mudah mengerti.
Seorang penceramah Dhamma harus memiliki metta di dalam hatinya, dan menyampaikan ceramahnya
dengan penuh kasih, dengan harapan semoga pendengar dapat memetik faedah dari kotbah yang
disampaikan.
Seorang penceramah Dhamma tidak mengajar Dhamma dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan
pribadi. (baik secara politis maupun ekonomis). *Lihat juga Vin Pit I.21.
Seorang penceramah Dhamma tidak mengajar Dhamma untuk menyerang orang lain atau memuji diri
sendiri tapi merendahkan orang lain.
(Anguttara Nikaya III. 184.)
D. Ceramah yang Efektif
Ciri lain dari suatu ceramah yang disebut ceramah yang baik adalah ceramah yang efektif, yaitu:
Ceramah yang mudah dipahami
Topik sesuai kebutuhan
Mampu memberikan perubahan
Agar ceramah mudah dipahami, maka gunakanlah bahasa yang akrab bagi pendengar dan pakai bahasa
yang sederhana. Gunakan vokal yang jelas, juga dengan volume yang keras.
Perhatikan juga agar topik ceramah benar-benar sesuai kebutuhan. Usahakan juga agar penceramah
peka terhadap situasi psikologi pendengar, sehingga ceramah yang disampaikan mengena seperti yang
diharapkan pendengar. Misalnya, anda tahu bahwa pendengar sedang resah dan penasaran denga
tsunami, maka sebaiknya ceramahlah denga topik yang relevan dengan itu.
Diharapkan juga agar penceramah mampu memberikan perubahan, artinya: dengan kemampuan yang
anda miliki, anda mampu membuat pendengar menjadi respek terhadap anda dan mau merubah sikap,
mau menjadi maju dan berani meninggalkan kebiasaan yang tidak baik.
E. Ceramah yang Menyenangkan
Ceramah yang diharapkan pendengar adalah ceramah yang menyenangkan atau ceramah yang tidak
membosankan dan tidak monoton.
Maka berusahalah agar menjadi penceramah yang menyenangkan. Umumnya pendengar senang denga
penceramah yang:
Percaya diri
Sepenuh hati
Kaya akan cerita
Punya selera humor
Dan bisa membangkitkan motivasi
E.1. Ceramah yang disampaikan dengan rasa percaya diri akan menyenangkan pendengar. Maka
biasakanlah agar anda menyampaikan ceramah dengan rasa percaya diri, caranya adalah: kuasai materi
yang akan disampaikan atau setidaknya pilihlah materi yang paling mudah yang anda kuasai. Lalu kuasai
keadaan dengan cara mencoba bersikap akrab dengan pendengar, hal ini bisa membantu memecahkan
kekakuan. Milikilah pikiran positif terhadap diri sendiri dan berusahalah melakukan yang terbaik dalam
keseharian.
E.2. Ceramah yang disampaikan dengan sepenuh hati juga menyenangkan. Maka berikanlah ceramah
dengan sepenuh hati, dengan rasa senang dan cinta, tanpa ada perasaan berat atau enggan. Ceramah
sepenuh hati akan bisa dilakukan bila penceramah memiliki pandangan benar tentang manfaat ceramah.
Ceramah sepenuh hati juga hanya bisa dilakukan bila didasari oleh hati yang tulus dan niat ingin
menolong. Memberikan ceramah Dhamma adalah perbuatan mulia yang bisa menghantarkan orang
menjadi baik dan bijaksana.
E.3. Ceramah yang menyenangkan adalah juga ceramah yang kaya akan cerita, dari anak kecil sampai
dengan orang dewasa, akan sangat senang bila mendengarkan cerita, apalagi disampaikan dengan
penghayatan yang baik. Oleh karenanya seorang penceramah harus memiliki banyak cerita, agar
ceramahnya tidak datar dan tidak membosankan.�Ceritera� sebenarnya juga bisa berfungsi
sebagai selingan dan juga sebagai sarana untuk memperjelas dan melengkapi isi ceramah. Isi cerita bisa
diambil dari peristiwa aktual yang baru terjadi, atau dari dongeng ataupun dari cerita Jataka, atau juga
dari riwayat hidup Buddha.
E.4. Ceramah yang terlalu serius juga bisa membosankan, maka cobalah dengan sekali-sekali
melemparkan cerita humor, agar ada tawa dan keceriaan pada wajah pendengar. Namun tetaplah ingat,
hanya berikan humor-humor yang sehat, bukan humor yang jorok dan porno. Demikian pula, tetaplah
jaga agar jangan terlalu banyak humor, sehingga ceramahnya tidak kehilangan makna. Kita harus tahu
bahwa humor sifatnya hanya sebagi selingan pemecah kebosanan.
E.5. Ceramah hendaknya juga harus bisa membangkitkan motivasi, sehingga pendengar menjadi
tergugah, menjadi semangat, dan memiliki keberanian untuk berbuat baik dan mau merubah nasibnya.
Cerita-cerita orang sukses, baik sukses secara materi ataupun sukses secara spiritual, seringkali bisa
menjadi sumber inspirasi dan sumber motivasi bagi pendengar.
F. Ceramah yang Mencerdaskan
Ceramah yang mencerdaskan bukanlah ceramah yang dogmatis atau ceramah yang hanya menuntun
pendengarnya untuk menyakini atau mempercayai sesuatu secara membuta. Akan tetapi, ceramah yang
mencerdaskan adalah ceramah yang mengajak pendengarnya untuk mau berpikir, mau belajar, dan
terpanggil untuk mau melihat dan membuktikan sendiri suatu kebenaran yang diceramahkannya.
G. Ceramah yang Mencerahkan
Ceramah yang mencerahkan adalah ceramah yang menuntun orang jadi cerah, jadi mengerti kebenaran
(memahami sunyata). Ceramah yang mencerahkan adalah juga ceramah yang bisa membangkitkan
inspirasi, dan membangun kesadaran pendengarnya. Ceramah ini disampaikan dengan rasa
tanggungjawab, bebas dari profokatif negatif, bebas dari aura kebencian, dan bebas dari niat
membodohi ataupun menjerumuskan.

Anda mungkin juga menyukai