Modul Pengelolaan Kearsipan
Modul Pengelolaan Kearsipan
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .......................................................................................................... 2
A. Pengertian................................................................................................. 7
1. Penetapan Kebijakan Kearsipan ........................................................... 9
2. Pembinaan Kearsipan ........................................................................... 10
3. Pengelolaan Kearsipan ......................................................................... 11
B. Dasar Pengelolaan Kearsipan ................................................................... 13
1. Pengertian ........................................................................................... 13
2. Fungsi Arsip ......................................................................................... 15
3. Organisasi Pengelolaan Arsip Dinamis ................................................ 17
A. Penciptaan Arsip..................................................................................... 19
B. Penggunaan Arsip................................................................................... 21
C. Pemeliharaan Arsip................................................................................. 23
D. Penyusutan Arsip .................................................................................... 27
E. Pemindahan Arsip Inaktif ........................................................................ 29
F. Pemusnahan Arsip .................................................................................. 32
A. Autentikasi .............................................................................................. 36
B. Prosedur Penyerahan ............................................................................. 36
C. Tingkatan Penyerahan ........................................................................... 37
1. Lembaga Negara ............................................................................ 38
2. Pemerintah Provinsi ....................................................................... 38
3. Pemerintah Kabupaten/K ............................................................... 39
4. Perguruan Tinggi Negeri ................................................................. 39
5. BUMN/BUMD .................................................................................. 39
6. Perusahaan Swasta ........................................................................ 40
7. Organisasi Politik/Kemasyarakatan................................................ 40
8. Perseorangan ................................................................................. 40
Modul Pengelolaan
Pengelolaan Kearsipan
Kearsipan
4
Modul Pelatihan Teknis Administrasi Dasar
BAB I
PENDAHULUAN
Sebuah organisasi didirikan pasti mempunyai tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan oleh semua anggota yang terlibat dalam organisasi tersebut. Guna mencapai
tujuan dan sasaran tersebut, sebuah organisasi harus berkomunikasi, berkegiatan dan
melakukan berbagai transaksi dengan organisasi lainnya.
A. Tujuan Umum
Maksud dari pembuatan modul ini adalah untuk memberikan pengetahuan dan
wawasan tentang dasar-dasar, konsep, dan prinsip kearsipan sebagai suatu disiplin
ilmu terapan. Setelah mengikuti dan menyelesaikan mata ajaran ini, peserta diklat
diharapkan dapat memahami dan memiliki pengetahuan serta wawasan tentang
dasar-dasar, konsep dan prinsi-prinsip kearsipan.
B. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti dan menyelesaikan mata ajaran ini, peserta diklat dapat
memahami dan menjelaskan tentang konsep dasar pengertian arsip sesuai dengan
peraturan dan perundang-undangan bidang kearsipan yang berlaku.
BAB II
KONSEP PENYELENGGARAAN KEARSIPAN
A. Pengertian
Organisasi dan perorangan menciptakan dan menggunakan arsip dalam rangka
pelaksanaan kegiatan bisnis serta untuk berhubungan satu dengan lainnya. Arsip
tersebut berfungsi sebagai penghubung antara struktur sosial dan interaksi manusia,
karena arsip menyediakan informasi mengenai bahan bukti kegiatan dan hubungan
sosial tersebut. Arsip memiliki nilai informasional mengenai kelompok orang,
organisasi, kejadian, dan tempat.
Definisi atau pengertian istilah arsip dapat ditemukan dari berbagai referensi
termasuk dalam peraturan perundang-undangan Republik Indonesia. Dalam Undang-
undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan, arsip
didefinisikan sebagai:
“Rekaman kegiatan atau peristiwa dalam berbagai bentuk dan media sesuai
dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang dibuat dan diterima
oleh lembaga negara, pemerintah daerah, lembaga pendidikan, perusahaan,
organisasi politik, organisasi kemasyarakatan, dan perseorangan dalam pelaksanaan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara”.
Berdasarkan pada pengertian arsip di atas, dapat disimpulkan bahwa arsip tidak
hanya terekam dalam media kertas, tetapi dapat juga terekam dalam berbagai media
lainnya, seperti audio-visual, bentuk mikro, peta, blue-print, foto, film dan video. Dalam
perkembangan teknologi penyimpanan data, pada saat ini bahkan arsip terekam juga
dalam media komputer yaitu dalam bentuk CD, DVD, memory card, hard disc.
2. Pembinaan Kearsipan.
Pembinaan kearsipan dalam rangka penyelenggaraan kearsipan
dilaksanakan secara berjenjang sesuai dengan lingkup dan wilayah
kewenangannya. Pola pembinaan kearsipan dilakukan, dengan tujuan supaya
pengelolaan kearsipan di semua lini diselenggarakan sesuai dengan kaidah baku
kearsipan, mengacu pada perundang-undangan dan peraturan kearsipan. Pola
pembinaan kearsipan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Pembinaan kearsipan nasional dilaksanakan oleh lembaga kearsipan nasional
(ANRI) terhadap lembaga pencipta di tingkat pusat dan daerah, lembaga
kearsipan provinsi, lembaga kearsipan kebupaten/kota, dan lembaga
kearsipan perguruan tinggi.
b. Pembinaan kearsipan provinsi dilaksanakan oleh lembaga kearsipan provinsi
terhadap lembaga pencipta arsip di lingkungan provinsi dan lembaga kearsipan
kabupaten/kota.
c. Pembinaan kearsipan kabupaten/kota dilaksanakan oleh lembaga kearsipan
kabupaten/kota terhadap lembaga pencipta arsip di lingkungan
kabupaten/kota.
d. Pembinaan kearsipan perguruan tinggi dilaksanakan oleh lembaga kearsipan
perguruan tinggi terhadap satuan kerja dan civitas akademika di lingkungan
perguruan tinggi.
Pembinaan kearsipan bertujuan untuk membina penyelenggaraan sistem kearsipan
nasional pada setiap lembaga pencipta arsip dan lembaga kearsipan sesuai dengan
arah dan sasaran pembangunan nasional di bidang kearsipan. Pembinaaan
kearsipan di tingkat nasional meliputi:
a. Koordinasi penyelenggaraan kearsipan nasional.
b. Pemberian pedoman dan standard kearsipan.
3. Pengelolaan Kearsipan.
Pengelolaan arsip adalah unsur ketiga dalam penyelenggaraan kearsipan.
Pengelolaan arsip adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengaturng arsip agar
arsip yang dikelola dapat berdaya guna dan berhasil guna bagi pemiliknya.
Pengelolaan arsip dilakukan terhadap arsip dinamis dan arsip statis.
Pengelolaan arsip harus dilakukan dengan benar, artinya adalah bahwa
pengelolaan arsip dilaksanakan berdasarkan sistem yang mampu menampung
dan merespons keperluan perkembangan zaman. Sistem pengelolaan arsip benar
Arsip dinamis dikategorikan menjadi arsip dinamis aktif dan arsip dinamis in aktif.
Arsip aktif adalah arsip yang frekuensi penggunaannya tinggi dan/atau terus
menerus, sedangkan arsip in aktif adalah arsip yang frekuensi penggunaannya
telah menurun.
a. Akses arsip adalah ketersediaan arsip sebagai hasil dari kewenangan hukum
dan otorisasi legal serta keberadaan sarana bantu untuk mempermudah
penemuan dan pemanfaatan arsip.
b. Arsip aktif adalah arsip yang frekuensi penggunaannya tinggi dan/atau terus
menerus.
c. Arsip daerah kabupaten/kota adalah lembaga kearsipan berbentuk satuan
kerja perangkat daerah yang melaksanakan tugas pemerintahan di bidang
kearsipan pemerintah daerah kabupaten/kota yang berkedudukan di ibukota
kabupaten/kota.
d. Arsip daerah provinsi adalah lembaga kearsipan berbentuk satuan kerja
perangkat daerah yang melaksanakan tugas pemerintahan di bidang
kearsipan pemerintah daerah provinsi yang berkedudukan di ibukota provinsi.
e. Arsip dinamis adalah arsip yang digunakan secara langsung dalam kegiatan
lembaga pencipta arsip disimpan selama jangka waktu tertentu.
f. Arsip inaktif adalah arsip yang frekuensi penggunaannya telah menurun.
g. Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) adalah lembaga kearsipan
berbentuk lembaga pemerintah non kementerian yang melaksanakan tugas
negara di bidang kearsipan yang berkedudukan di ibukota negara.
h. Arsip perguruan tinggi adalah lembaga kearsipan berbentuk satuan organisasi
perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta yang melaksanakan fungsi dan
tugas penyelenggaraan kearsipan di lingkungan perguruan tinggi.
i. Arsip vital adalah arsip yang keberadaannya merupakan syarat dasar bagi
kelangsungan operasional lembaga pencipta arsip, tidak dapat diperbarui, dan
tidak tergantikan apabila rusak atau hilang.
j. Arsiparis adalah seseorang yang memiliki kompetensi di bidang kearsipan
yang diperoleh melalui pendidikan formal dan/atau pendidikan dan pelatihan
kearsipan serta mempunyai tugas, fungsi, dan tanggung jawab melaksanakan
kegiatan kearsipan.
k. Jadwal retensi arsip (JRA) adalah daftar yang berisi sekurang-kurangnya
jangka waktu penyimpanan atau retensi, jenis arsip, dan keterangan yang
berisi rekomendasi tentang penetapan suatu jenis arsip dimusnahkan, dinilai
kembali, atau dipermanenkan yang dipergunakan sebagai pedoman
penyusutan dan penyelamatan arsip.
l. Lembaga kearsipan adalah lembaga yang memiliki fungsi, tugas, dan
tanggung jawab di bidang pengelolaan arsip statis dan pembinaan kearsipan.
m. Lembaga negara adalah lembaga yang menjalankan cabang-cabang
kekuasaan negara meliputi eksekutif, legislatif, yudikatif, dan lembag lain yang
fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undanngan.
n. Pencipta arsip adalah pihak yang mempunyai kemandirian dan otoritas dalam
pelaksanaan fungsi, tugas, dan tanggung jawab di bidang pengelolaan arsip
dinamis.
o. Pengelolaan arsip dinamis adalah proses pengendalian arsip dinamis secara
efisien, efektif, dan sistematis meliputi penciptaan, penggunaan, dan
pemeliharaan, serta penyusutan arsip.
p. Penyusutan arsip adalah kegiatan pengurangan jumlah arsip dengan cara
pemindahan arsip inaktif dari unit pengolah ke unit kearsipan, pemusnahan
arsip yang tidak memiliki nilai guna, dan penyerahan arsip statis kepada
lembaga kearsipan.
q. Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang melakukan kegiatan dengan
tujuan memperoleh keuntungan atau laba yang berbentuk badan hukum yang
didirikan dan/atau berkedudukan dalam wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
r. Unit kearsipan adalah satuan kerja pada pencipta arsip yang mempunyai tugas
dan tanggung jawab dalam penyelenggaraan kearsipan.
s. Unit kearsipan adalah satuan kerja pada pencipta arsip yang mempunyai tugas
dan tanggung jawab dalam penyelenggaraan kearsipan.
t. Unit pengolah adalah satuan kerja pada pencipta arsip yang mempunyai tugas
dan tanggung jawab mengolah semua arsip yang berkaitan dengan kegiatan
penciptaan arsip di lingkungannya.
2. Fungsi Arsip
Dilihat dari segi fungsinya arsip sebagai informasi terekam mempunyai
pengertian peranan yang dapat dibedakan atas dua, yaitu arsip dinamis dan arsip
statis. Arsip dinamis berdasarkan pada kepentingan penggunaannya dapat
dibedakan menjadi dua yaitu arsip dinamis aktif dan inaktif.
Arsip dinamis aktif merupakan arsip yang secara langsung dan terus
menerus dibutuhkan dan dipergunakan di dalam penyelenggaraan administrasi.
Sedangkan arsip dinamis inaktif merupakan arsip-arsip yang frekuensi
penggunaannya untuk penyelenggaraan administrasi sudah semakin berkurang.
Secara umum setiap organisasi baik itu pemerintahan maupun bisnis
memiliki arsip dinamis aktif dan inaktif. Prosentase kuantitas arsip dinamis yang
disimpan atau dimusnahkan secara umum terdiri dari:
a. 25% arsip dinamis disimpan dalam bentuk arsip aktif.
b. 30% arsip disimpan dalam berkas arsip inaktif.
c. 35% arsip dinamis dapat dimusnahkan.
d. Hanya 10% arsip dinamis yang memiliki nilai permanen dan dapat disimpan di
lembaga kearsipan sebagai arsip statis.
Kehadiran arsip pada dasarnya karena adanya kegiatan organisasi, suatu
kelompok atau individu. Arsip dinamis merupakan informasi keseluruhan proses
dalam organisasi di dalam mencapai tujuan dan sasaran organisasi. Arsip dinamis
memiliki beberapa fungsi, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai sumber informasi
bagi organisasi.
Pengelolaan arsip dilaksanakan untuk menjamin ketersediaan arsip dalam
penyelenggaraan kegiatan sebagai bahan akuntabilitas kinerja dan alat bukti yang
sah berdasarkan suatu sistem yang memenuhi persyaratan:
pencipta arsip dan dijadikan sebagai alat utama dalam pengelolaan arsip dinamis.
Pejabat atau orang yang bertanggung jawab dalam pengelolaan arsip dinamis wajib
menjaga keautentikan, keutuhan, keamanan, dan keselamatan arsip yang
dikelolanya.
Modul
Modul Pengelolaan
Pengelolaan Kearsipan
Kearsipan
18
Modul Pelatihan Teknis Administrasi Dasar
BAB III
PENGELOLAAN ARSIP DINAMIS
A. Penciptaan Arsip.
Proses pertama dalam pengelolaan arsip dinamis adalah kegiatan penciptaan arsip,
yaitu diantaranya melalui korespondensi, surat menyurat antara satu atau beberapa
organisasi denan satu atau beberapa organisasi lainnya. Oleh karena itu penciptaan
arsip dapat terjadi karena:
a. Pembuatan arsip; dan
b. Penerimaan arsip.
Penciptaan arsip harus dilaksanakan dengan baik dan benar untuk menjamin
rekaman kegiatan dan peristiwa yang terjadi dalam organisasi sebagaimana
adanya, sehingga akan menghasilkan arsip yang autentik, utuh, dan terpercaya
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Arsip yang autentik, utuh, dan terpercaya tersebut harus memenuhi beberapa
komponen arsip, yaitu:
1. Struktur, adalah bentuk (format fisik) dan susunan (format intelektual) arsip
yang diciptakan dalam media, sehingga memungkinkan isi arsip dapat
dikomunikasikan.
2. Isi, adalah data, fakta, atau informasi yang direkam dalam rangka pelaksanaan
kegiatan organisasi ataupun perseorangan dan konteks arsip.
3. Konteks, adalah lingkungan administrasi dan sistem yang digunakan dalam
penciptaan arsip.
Konsistensi pemenuhan komponen arsip pada saat penciptaan arsip
merupakan salah satu kebutuhan organisasi, karena menyangkut
keterpercayaan arsip yang tercipta. Oleh karena itu, penciptaan arsip baik
pada saat pembuatan arsip maupun penerimaan arsip harus dilaksanakan
dengan berdasarkan kepada:
1. Tata naskah dinas, yang memuat antara lain pengaturan jenis, format,
penyiapan, pengamanan, pengabsahan, distribusi, dan media yang
digunakan dalam komunikasi kedinasan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penciptaan arsip antara lain:
B. Penggunaan Arsip
Tahap kedua pengelolaan arsip dinamis adalah penggunaan arsip. Arsip
dinamis yang dikelola oleh pencipta arsip digunakan bagi kepentingan organisasi,
pemerintahan dan masyarakat. Penggunaan arsip bagi kepentingan organisasi
sebagai sumber informasi bagi manajemen dalam merencanakan, melaksanakan
atau bahkan mengevaluasi dan memonitor kegiatan. Dalam tahap ini arsip dinamis
yang tercipta, menjadi hal yang penting dan utama dalam manajemen organisasi
untuk berbagai hal yang bermanfaat.
C. Pemeliharaan Arsip
Pemeliharaan arsip adalah tahap kegiatan dalam rangka pengelolaan arsip
dinamis. Pada tahap ini kegiatan pemeliharaan arsip dinamis dilakukan untuk
menjaga keautentikan, keutuhan, keamanan, dan keselamatan arsip. Pemeliharaan
arsip dinamis meliputi pemeliharaan arsip vital, arsip aktif dan arsip inaktif baik yang
termasuk dalam kategori arsip terjaga maupun arsip umum.
Pemeliharaan arsip aktif menjadi tanggung jawab pimpinan unit pengolah/unit kerja
yang mengelola arsip dinamis tersebut. Pemeliharaan arsip dinamis dilakukan
melalui kegiatan:
a. Pemberkasan arsip aktif;
b. Penataan arsip inaktif;
c. Penyimpanan arsip; dan
d. Alih media arsip.
Pemberkasan arsip aktif dilakukan terhadap arsip yang dibuat dan diterima,
dilaksanakan berdasarkan klasifikasi arsip. Kegiatan pemberkasam arsip aktif ini
menghasilkan tertatanya fisik dan informasi arsip serta tersusunnya daftar arsip
aktif. Daftar arsip aktif terdiri dari daftar berkas dan daftar isi berkas. Daftar
berkas sekurang-kurangnya memuat:
a. Nama unit pengolah;
b. Nomor bekas;
c. Kode klasifiksi;
d. Uraian informasi berkas;
e. Kurun waktu;
f. Jumlah; dan
g. Keterangan.
Adapun daftar isi berkas sekurang-kurangnya memuat:
a. Nomor berkas;
b. Nomor item arsip;
c. Kode klasifikasi ;
d. Uraian informasi arsip;
e. Tanggak;
f. Jumlah; dan
g. Keterangan.
Unit pengolah/unit kerja menyampaikan daftar arsip aktif kepada unit kearsipan
paling lambat 6 (enam) bulan setelah pelaksanaan kegiatan.
Pemeliharaan arsip inaktif menjadi tanggung jawab kepala unit kearsipan.
Pemeliharaan arsip inaktif dilakukan melalui kegiatan penataan dan penyimpanan.
Penataan arsip inaktif dilakukan asas asal-usul dan asas aturan-asli. Penataan
arsip inaktif pada unit kearsipan dilaksanakan melalui kegiatan:
D. Penyusutan Arsip.
Penyusutan arsip merupakan indikasi pengeloloaan arsip yang baik sebagai
proses pengendalian informasi arsip bernilaiguna primer dan sekunder setara
berkesinambungan dan terus menerus. Nilai guna primer adalah nilai guna arsip bagi
kepentingan instansi pencipta arsip ketika arsipnya masih dinamis. Adapun nilai
guna sekunder adalah nilai guna arsip bagi kepentingan organisasi lain atau
masyarakat luas dan ketika arsipnya telah dinyatakan sebagai arsip statis.
Penyusutan arsip perlu dilakukan karena tidak setiap yang tercipta dalam
organisasi memiliki informasi yang sama pentingnya, dan oleh karena itu berarti juga
memiliki masa simpan yang berbeda. Ketika setiap hari arsip tercipta dan semakin
banyak sehingga membuat ruangan kerja penuh sesak, maka pada saat itu perlu
dilakukan upaya pengurangan jumlah arsip di rungan kerja dengan cara penyusutan
arsip.
Upaya penyusutan arsip dilakukan disamping untuk efisiensi pengelolan arsip,
juga untuk pelestarian arsip yang bernilai guna kesejarahan. Undang-undang Nomor
43 Tahun 2009 tentang Kearsipan, mengisyaratkan bahwa penyelamatan arsip
menjadi tanggung jawab bersama, pemerintah dan masyarakat. Arsip sebagai
cerminan perjalanan kehidupan berbangsa dan bernegara, memerlukan kualitas
pengelolaan yang baik dan benar, sehingga arsip sebagai hasil rekaman
pembangunan tetap dapat dimanfaatkan untuk keperluan sumber informasi dan
penelitian.
Penyusutan arsip adalah kegiatan pengurangan jumlah arsip dengan cara
pemindahan arsip inaktif dari unit pengolah ke unit kearsipan, pemusnahan arsip
yang tidak memiliki nilai guna, dan penyerahan arsip statis kepada lembaga
kearsipan, sebagai suatu bagian dari pengelolaan arsip dinamis.
Penyusutan arsip sebagaimana diuraikan di atas merupakan suatu pekerjaan
untuk mencapai efisiensi dalam pengelolaan arsip. Efisiensi yang dimaksud adalah
meliputi ruang/tempat penyimpanan, tenaga, biaya dan waktu. Karena itu
penyusutan memerlukan suatu prosedur sesuai dengan volume dan jenis
pekerjaannya. Penyusutan arsip yang dilakukan oleh instansi pemerintah/swasya
sebagai pencipta arsip dilakukan berdasarkan Jadwal Retensi Arsip (JRA) dan
dilakukan sebagai bagian dari pengelolaan arsip dinamis, JRA merupakan daftar
berisi tentang jenis-jenis arsip dan jangka waktu penyimpanannya.
Dengan demikian, penggunaan JRA dapat diketahui masa simpan arsip aktif, arsip
inaktif, retensi dimusnahkan atau retensi simpan permanen. Kewajiban
institusi/lembaga/organisasi dalam penyusunan dan penggunaan JRA diatur
sebagai berikut:
1. Lembaga negara, pemerintah daerah, perguruan tinggi negeri, BUMN dan BUMD
wajib memiliki JRA.
2. JRA di lingkungan lembaga negara, pemerintah daerah, perguruan tinggi negeri,
BUMN dan BUMD ditetapkan oleh pimpinan lembaga negara, pimpinan
pemerintah daerah pimpinan BUMN dan BUMD, setelah mendapat persetujuan
Kepala ANRI.
3. Dalam rangka melaksanakan penyusutan dan penyelamatan arsip dalam
pelaksanaan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, perguruan
tinggi swasta, perusahaan swasta, organisasi politik, dan organisasi
kemasyarakatan harus memiliki JRA.
4. JRA di lingkungan perguruan tinggi swasta, perusahaan swasta, organisasi
politik, dan organisasi kemasyarakatan ditetapkan oleh pimpinan perguruan
swasta, pimpinan perusahaan swasta, pimpinan organisasi politik, dan pimpinan
organisasi kemasyarakatan setelah mendapat pertimbangan Kepala ANRI.
5. Retensi arsip dalam JRA ditentukan berdasarkan pedoman retensi arsip.
6. Pedoman retensi arsip disusun oleh Kepala ANRI bersama dengan lembaga
teknis terkait.
Kegiatan penyusutan arsip harus diatur prosedurnya secara rinci dan tegas
menurut kebutuhan dan kondisi instansi masing-masing. Prosedur dapat
diartikan sebagai rangkaian tata cara melakukan pekerjaan untuk mencapai hasil
tertentu. Penyusutan arsip berdasarkan JRA meliputi beberapa prosedur sebagai
berikut:
a. Prosedur pemindahan arsip inaktif;
b. Prosedur pemusnahan arsip yang tidak memiliki nilai guna;
c. Prosedur penyerahan arsip statis ke lembaga kearsipan.
3. Penataan arsip inaktif ini dilaksanakan untuk menjaga agar penataan arsipnya
dilakukan sebagaimana penataan arsip aslinya (Original Order). Misalnya: arsip
yang ketika masih aktif disimpan berdasarkan sistem pemberkasan numerik,
maka harus tetap dipertahankan. Penataan arsip ini menyangkut penataan tiap
lembar arsip dalam setiap folder/map penataan antara folder yang satu dengan
folder yang lain dalam boks dan penataan antara boks yang satu dengan boks
yang lain.
Penataan lembaran arsip dalam setiap folder dilaksanakan secara kronologis
ataupun alfabetis tergantung dari indeksnya. Bila indeks yang tertuang di dalam
forder menyebut nama orang, organisasi atau tempat, maka dapat diatur secara
alfabetis. Bila indeks yang tertuang didalam forder menyebut suatu urutan
kegiatan, maka dapat diatur secara kronologis. Sedangkan penataan boks yang
satu dengan lainnya dilaksanakan sesuai urutan nomor boks dan nomor yang
terdapat didalam daftar.
4. Pembuatan Berita Acara Pemindahan Arsip.
Mengingat bahwa pemindahan arsip ini menyangkut pula pengalihan wewenang
dan tanggung jawab dari satu unit ke unit organisasi yang lain, atau pengalihan
wewenang dan tanggung jawab dari unit pengolah/unit kerja ke unit
kearsipan/Pusat Arsip/Records Center, maka pada umumnya orang membuat
suatu bukti pemindahan arsip yang biasanya dalam Bentuk Berita Acara
Pemindahan Arsip. Pada waktu pemindahan arsip, maka Berita Acara ini
ditandatangani oleh pimpinan unit pengolah dan pimpinan unit kearsipan dengan
dilampirkan daftar arsip yang dipindahkan.
5. Pelaksanaan Pemindahan.
Setelah arsip tertata dalam boks yang telah diberi nomor sesuai nomor dalam
daftar arsip yang akan dipindahkan dan disiapkan berita acaranya, maka
dilaksanakan pemindahan arsip inaktif. Pelaksanaan pemindahan arsip inaktif
dapat dilaksanakan sesuai dengan kondidi organisasi. Bila suatu organisasi
memiliki gedung untuk unit kearsipan/record center terpisah cukup jauh dengan
lokasi kantor, misalnya di pinggir kota, maka diperlukan sarana transportasi yang
harus dipersiapkan dengan baik, sehingga proses pengangkutan arsip tidak
menimbulkan kerusakan arsip yang dipindah. Waktu pemindahan dapat dilakukan
secara periodik sesuai degan kondisi dan kebutuhan.
F. Pemusnahan Arsip.
Pemusnahan arsip adalah kegiatan menghancurkan fisik dan informasi arsip
melalui cara-cara tertentu, sehingga fisik dan informasinya tidak dapat dikenali lagi.
Pemusnahan arsip ini memiliki resiko hukum yang sangat tinggi, karena arsip yang
sudah terlanjur dimusnahkan tidak dapat diciptakan atau tercipta lagi. Kegiatan ini
menuntut kesungguhan dan ketelitian tinggi, sehingga tidak akan terjadi kesalahan
sekecil apapun. Pemusnahan arsip dilakukan dengan pertimbangan arsip tersebut
tidak memiliki nilai guna, telah habis retensinya dan berketerangan musnah
berdasarkan JRA, tidak ada peraturan perundang-undangan yang melarang, tidak
berkaitan dengan penyelesaian proses suatu perkara. Jika ketentuan tersebut masih
belum terpenuhi, maka retensi dari arsip, ditentukan oleh pimpinan pencipta arsip.
Pada hakikatnya, pemusnahannya arsip dilaksanakan untuk memelihara kontinuitas
pengelolaan arsip dan memelihara keseimbangan hidup arsip, sejak diciptakan
kemudian dikelola dan pada akhirnya dimusnahkan. Terkait dengan resiko yang
sangat tinggi, maka kegiatan pemusnahan arsip harus berdasarkan prosedur yang
tepat, yaitu:
a. Pembentukan Panitia Penilai Arsip
Pembentukan panitia penilai arsip ditetapkan oleh pimpinan pencipta arsip. Panitia
ini sebaiknya terdiri dari pimpinan unit kearsipan sebagai ketua merangkap
anggota, pimpinan unit pengolah yang arsipnya akan dimusnahkan sebagai
anggota, dan arsiparis sebagai anggota pula.
b. Penyeleksian Arsip.
Penyeleksian arsip pada dasarnya dilakukan setiap kali arsip akan dimusnahkan.
Penyeleksian dilaksanakan untuk apakah arsip-arsip tersebut benar-benar telah
memasuki masa inaktif atau memang telah habis masa simpannya. Penyeleksian
ini dilaksanakan berpedoman kepada Jadwal Retensi Arsip, arsip-arsip yang telah
dinyatakan habis masa retensinya, maka arsip tersebut perlu diperiksa tentang
kebenaran isinya, kelengkapan informasinya, kemungkinan ketertakaitan dengan
arsip lain.
Modul
Modul Pengelolaan
Pengelolaan Kearsipan
Kearsipan 35
Modul Pelatihan Teknis Administrasi Dasar
BAB IV
PENYERAHAN ARSIP STATIS
Penyerahan arsip statis ke lembaga kearsipan dilakukan bila arsip tersebut memang
benar-benar memiliki nilai guna kesejarahan, telah habis retensinya dan berketerangan
dipermanenkan sesuai JRA pencipta arsip. Penyerahan arsip wajib dilaksanakan oleh
lembaga negara, pemerintah daerah, perguruan tinggi negeri, BUMN, BUMD, dan
perusahaan swasta. Selanjutnya penyerahan arsip statis tersebut menjadi tanggung jawab
pimpinan pencipta arsip. Bagi perguruan tinggi swasta yang kegiatannya dibiayai dengan
anggaran negara, APBD, atau bantuan luar negeri dan ternyata belum mempunyai lembaga
kearsipan perguruan tinggi, wajib menyerahkan arsip statis kepada lembaga kearsipan
daerah. Adapun dalam pelaksanaan penyerahan arsip statis tersebut harus melalui
beberapa langkah yang meliputi:
A. Autentikasi.
Arsip statis yang diserahkan oleh pencipta arsip kepada lembaga kearsipan harus
merupakan arsip yang autentik, terpercaya, utuh, dan dapat digunakan. Apabila arsip
statis yang diserahkan tidak autentik maka pencipta arsiplah yang melakukan
autentikasi, jika pencipta arsip tidak melakukan autentikasi maka lembaga kearsipan
berhak untuk menolak penyerahan arsip statis. Sedangkan untuk arsip statis yang tidak
diketahui penciptanya, maka autentikasinya dilakukan oleh lembaga kearsipan. Dengan
pelaksanaan proses autentikasi ini maka pada masa yang akan datang, nilai informasi
yang ada didalam arsip tersebut dapat dipertanggungjawabkan kepada generasi
penerus.
B. Prosedur Penyerahan.
Penyerahan dapat dilakukan karena adanya rencana kegiatan pemusnahan arsip di
suatu instansi, yaitu ketika menyampaikan daftar arsip yang akan dimusnahkan ke ANRI
dan ternyata terdapat arsip statis, atau memang penyerahan arsip yang dilakukan
karena telah direncanakan oleh instansi yang bersangkutan. Disamping itu penyerahan
arsip juga dapat dilakukan setelah adanya pendekatan ANRI kepada instansi pencipta
arsip. Prosedur penyerahan arsip statis adalah sebagai berikut:
1. Penyeleksian dan pembuatan daftar arsip usul serah oleh arsiparis di unit
kearsipan.
2. Penilaian oleh panitia penilai arsip terhadap arsip usul serah.
3. Pemberitahuan akan menyerahkan arsip statis oleh pimpinan pencipta arsip kepada
kepala lembaga kearsipan sesuai wilayah kewenangannya disertai dengan
pernyataan dari pimpinan pencipta arsip bahwa arsip yang diserahkan autentik,
terpercaya, utuh, dan dapat digunakan.
4. Verifikasi dan persetujuan dari kepala lembaga kearsipan sesuai wilayah
kewenangannya.
5. Penetapan arsip yang akan diserahkan oleh pimpinan pencipta arsip.
6. Pelaksanaan serah terima arsip statis oleh pimpinan pencipta arsip kepada kepala
lembaga kearsipan disertai berita acara dan daftar arsip yang akan diserahkan.
Penyerahan arsip dilaksanakan dengan memperhatikan format dan media arsip yang
diserahkan. Seluruh arsip yang diserahkan dalam proses ini, wajib disimpan oleh
pencipta arsip dan lembaga kearsipan serta diperlakukan sebagai arsip vital, meliputi:
1. Keputusan pembentukan panitia penilai arsip;
2. Notulen rapat panitia penilai arsip;
3. Surat pertimbangan dari panitia penilai arsip kepada pimpinan pencipta arsip yang
menyatakan bahwa arsip yang diusulkan untuk diserahkan dan telah memenuhi
syarat untuk diserahkan;
4. Surat persetujuan dari kepala lembaga kearsipan;
5. Surat pernyataan dari pimpinan pencipta arsip bahwa arsip yang diserahkan
autentik, terpercaya, utuh dan dapat digunakan;
6. Keputusan pimpinan pencipta arsip tentang penetapan pelaksanaan penyerahan
arsip statis;
7. Berita acara penyerahan arsip statis;
8. Daftar arsip statis yang diserahkan.
C. Tingkatan Penyerahan.
Penyerahan arsip statis dari pencipta arsip statis ke lembaga kearsipan perlu
memperhatikan penjenjangan organisasi berserta kewenangannya. Penjenjangan yang
ada terbagi atas lembaga negara, pemerintah daerah, perguruan tinggi, BUMN/BUMD,
perusahaan swasta, dan organisasi politik/kemasyarakatan. Sedangkan bila dari
retensinya, maka terdapat dua jenis arsip statis yaitu arsip statis dengan retensi
minimal 10 tahun, dan arsip statis dengan retensi di bawah 10 tahun.
1. Lembaga negara.
Penyerahan arsip statis yang dilakukan oleh lembaga negara tingkat pusat memiliki
ketentuan sebagai berikut:
a. Arsip statis lembaga negara tingkat pusat wajib diserahkan kepada ANRI serta
ditetapkan oleh pimpinan lembaga negara. Pelaksanaan penyerahan arsip
statis tersebut menjadi tanggung jawab unit kearsipan di lingkungan lembaga
negara tingkat pusat.
b. Arsip statis lembaga negara tingkat pusat yang berada di daerah wajib
diserahkan kepada ANRI sepanjang instansi induknya tidak menentukan lain
dan dilaksanakan oleh pimpinan lembaga negara tingkat pusat di daerah
kepada kepala unit depot penyimpanan arsip ANRI di daerah. Dengan
pertimbangan sebagai berikut:
1. Nilai informasi arsip;
2. Keamanan dan keselamatan arsip statis;
3. Aksesibilitas arsip statis; dan
4. Kearifan lokal.
Apabila belum ada unit/depot penyimpanan arsip ANRI di daerah, lembaga negara
tingkat pusat di daerah dapat menyerahkan arsip statis kepada lembaga kearsipan
daerah provinsi sepanjang instansi induknya tidak menentukan lain.
2. Pemerintah Provinsi.
Penyerahan arsip statis oleh pemerintah provinsi diatur sebagai berikut:
a. Arsip statis pemrintah provinsi wajib diserahkan kepada lembaga kearsipan
daerah provinsi.
b. Penetapan arsip statis yang akan diserahkan oleh pimpinan penciptaan arsip
pada pemerintah provinsi dilakukan oleh Gubernur.
c. Pelaksanaan penyerahan arsip statis yang memiliki retensi di bawah 10 tahun
menjadi tanggung jawab unit kearsipan di lingkungan pemerintah provinsi.
d. Pelaksanaan penyerahan arsip statis yang memiliki retensi minimal 10 tahun
menjadi tanggung jawab lembaga kearsipan provinsi.
3. Pemerintah Kabupaten/Kota.
Penyerahan arsip statisnya dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Arsip statis pemerintah kabupaten/kota wajib diserahkan kepada lembaga
kearsipan kabupaten/kota.
b. Penetapan arsip statis yang akan diserahkan oleh pimpinan pencipta arsip pada
pemerintah kabupaten/kota ditetapkan oleh bupati/walikota.
c. Pelaksanaan penyerahan arsip statis yang memiliki retensi di bawah 10 tahun
menjadi tanggung jawab unit kearsipan di lingkungan pemerintah
kabupaten/kota.
d. Pelaksanaan penyerahan arsip statis yang memiliki retensi minimal 10 tahun
menjadi tanggung jawab lembaga kearsipan kabupaten/kota.
4. Perguruan Tinggi Negeri.
Penyerahan arsip statis oleh perguruan tinggi negeri diatur sebagai berikut:
a. Arsip statis perguruan tinggi negeri wajib diserahkan kepala lembaga kearsipan
perguruan tinggi negeri.
b. Penetapan arsip statis yang akan diserahkan oleh pimpinan pencipta arsip pada
perguruan tinggi negeri dilakukan oleh rector atau sebutan lain yang sejenis.
c. Pelaksanaan penyerahan arsip statis yang memiliki retensi di bawah 10 tahun
menjadi tanggung jawab unit kearsipan di lingkungan satuan kerja rektorat,
fakultas, atau satuan kerja dengan sebutan lain yang sejenis.
d. Pelaksanaan penyerahan arsip statis yang memiliki retensi minimal 10 tahun
menjadi tanggung jawab lembaga kearsipan perguruan tinggi negeri.
5. Penyerahan arsip statis oleh BUMN/BUMD.
Penyerahan arsip statis oleh BUMN/BUMD diatur sebagai berikut:
a. Arsip statis BUMN/BUMD wajib diserahkan kepada lembaga kearsipan.
Penetapan arsip statis yang akan diserahkan oleh pimpinan pencipta arsip pada
BUMN/BUMD dilakukan oleh pimpinan BUMN/BUMD.
b. Arsip statis yang telah ditetapkan kemudian diserahkan oleh:
1. Pimpinan BUMN kepada Kepala ANRI.
2. Pimpinan BUMD provinsi kepada lembaga kearsipan provinsi.
3. Pimpinan BUMD kabupaten/kota kepada lembaga kearsipan
kabupaten/kota.
DAFTAR PUSTAKA
A. Perundang-undangan dan Peraturan.
1. Undang-undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5071).
2. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 78 tahun 2012 tentang Tata Kearsipan di
Lingkungan Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintahan Daerah.
3. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 29 Tahun 2012 tentang Tata Naskah
Dinas di Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-
undang Nomor 43 Tahun 2009 Tentang Kearsipan ((Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5286).
5. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 1 Tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan Kearsipan di Provinsi Jawa Tengah.
B. Buku Referensi.
1. Yayan Daryan, 2015. Pengantar Pengelolaan Arsip Dinamis. Modul – Seri Bahan
Pengajaran Diklat Arsiparis Tingkat Terampil. Pusdiklat Arsip Nasional RI, Jakarta.
2. LAN RI, 1994. Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia – Jilid II. CV Haji
Masagung, Jakarta.
C. Jurnal dan Buletin.
ANRI – Pusjibang Sistem Kearsipan, 2008. Jurnal Kearsipan. Vol. 3, No.1, Jakarta.
D. Referensi Lainnya.
1. W.J.S. Poerwadarminta, 1987. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Balai Pustaka,
Jakarta.
2. Drs. Nur Arifin Chaniago dkk., 2000. Kamus Sinonim Antonim Bahasa Indonesia.
CV Pustaka Setia, Bandung.
2. Printer
3. Scanner
6. White Board
B. Daftar Bahan
2. Kertas HVS A4
3. Ballpoint
4. Kertas chart (flip chart)
5. Pensil
44