Anda di halaman 1dari 22

I.

IDENTITAS PASIEN

No. Rekam Medis : 010446/18


Nama Pasien : Elvan William
Umur : 14-07-1992/ 25 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Suku / Bangsa : medan / Indonesia
Alamat : Jalan Sisingamangaraja no 15/2 Medan
Pekerjaan : Mahasiswa
No. Telp : 082370689818

II. ANAMNESIS

Pasien Perempuan berusia 27 tahun datang ke Klinik Prostodonsia RSGM UNPRI, dengan keluhan ingin dibuatkan gigi tiruan yang tidak bisa dilepas-lepas,
oleh karena pasien merasa tidak nyaman dan sulit saat mengunyah makanan pada sisi sebelah kanan. Pasien kehilangan gigi posteriornya sekitar 6 bulan yang
lalu dan belum pernah dibuatkan gigi tiruan.

1
III. DIAGNOSA DAN RENCANA PERAWATAN

No PROSEDUR PENATALAKSANAAN LANDASAN TEORI


. PROSTODONTIK RAHANG ATAS RAHANG BAWAH
A PROSEDUR DIAGNOSA b. RIWAYAT KESEHATAN UMUM Klasifikasi pasien :
 Penyakit sistemik / penyakit infeksi : (-) 1. Philosophical patient
1. Initial Appointment Pasien tipe ini tenang dan dapat menyesuaikan
c. RIWAYAT KESEHATAN GIGI dengan situasi. Sikap mental yang paling baik
 Kebiasaan jelek : Bertopang dagu ; Pasien mengunyah di untuk menerima gigi tiruan.
kedua sisi rahang (kanan dan kiri) 2. Exacting patient
3. Indifferent patient
d. PSIKOLOGI 4. Hysterical patient
 Sikap mental pasien : Filosofis
Bentuk dan profil wajah pasien :
e. PEMERIKSAAN EKSTRA ORAL
 Bentuk wajah : Lonjong / oval
 Profil wajah : Lurus / Straight
 Bibir : Normal, tidak tegang / kendor
 Pupil : Bergerak Gambar. Bentuk wajah Pasien.
 Sendi rahang : Normal, Menggeletuk (-), sakit (-) (a) Square; (b) Tapering; (c) Ovoid

Gambar. Profil wajah Pasien. (a)Convex;


(b) Concav; (c) Straight

2
Klasifikasi hubungan rahang :
Gambar Wajah depan Gambar Wajah samping 1. Klas I : Normal
2. Klas II : Retrognathic
f. PEMERIKSAAN INTRA ORAL 3. Klas III : Prognathic

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

8 7 X 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

 Gigi yang hilang RA : -, RB : 36

1) Mukosa Dan Jaringan Sekitar Rongga Mulut


2) Status Periodontal
 Oral hygiene : Sedang Klasifikasi tinggi linggir sisa
 Kedalaman sulkus : 2 mm 1. Linggir yg memadai untuk memberikan
dukungan
2. Linggir mengalami resorpsi tapi masih cukup
3) Pemeriksaan Radiografi resistensi.
3. Linggir hampir semua resorpsi, resistensi
sedikit.

Klasifikasi ukuran lidah:


1. Klas I : ukuran, perkembangan dan fungsi
normal.
2. Klas II : ukuran sedang
3. Klas III : ukuran sangat besar

Klasifikasi ketebalan mukosa


 Klas I : ketebalan jaringan mukosa yang
Foto periapikal gigi penyangga normal, kuat, ketebalan mukoperiosteum ± 1
mm. Peling ideal untuk mendukung gigi
Elemen 37 35 tiruan.
 Posisi : normal

3
 Karies : tidak ada  Klas II, ada 2 jenis :
 Tambalan : tidak ada a. Ketebalan mukosa tipis dan mudah
 Fraktur mahkota : tidak ada mengalami iritasi apabila mengalami
 Resesi gingiva : tidak ada tekanan.
 Elongasi : tidak ada b. Ketebalan mukosa 2X lebih tebal dari
 Crown to root ration : normal (flabby)
Gigi 37 : gigi 35  Klas III : Ketebalan mukosa sangat
9 : 18 = 9 : 13 berlebihan (sangat flabby) dan memerlukan
1:2=1:1 pembedahan.

PENCETAKAN ANATOMIS
a. Bahan : Alginate (irreversible hydrocolloids impressions Kegunaan rontgen foto, untuk melihat:
material)  Ukuran, bentuk dan posisi akar
b. Pemilihan sendok cetak :  Kelainan apikal
RA : Sendok cetak buatan pabrik # L modifikasi  Keadaan tulang alveolar
RB : Sendok cetak buatan pabrik # L modifikasi  Tebalnya dinding pulpa
 Kedalaman karies
c. Teknik mencetak
Alasan pemilihan gigi penyangga :
 Bahan cetak alginate dicampur dengan air sesuai petunjuk
 Gigi vital, rasio mahkota akar cukup,
pabrik, kemudian diaduk hingga merata
memiliki bulk (ketebalan dinding pulpa
 Bahan cetak diletakkan di dalam sendok cetak dan
cukup), berdiri tegak di prosessus alveolaris,
disebarkan secara merata
akar cukup panjang dan dukungan oleh tulang
 Sejumlah kecil alginate diletakkan pada daerah yang kasar alveolar, jaringan periodontal sehat.
pada palatum keras untuk membantu menahan udara yang  Gigi penyangga dipilih berdasarkan Hukum
terpenrangkap pada bagian ini Ante: jumlah luas membran periodontal dan
 Sendok cetak diletakkan ke dalam mulut dan ditekan gigi-gigi penyangga harus sama atau lebih
hingga seluruh daerah yang akan dicetak tercakup besar dari jumlah luas membran periodontal
 Setelah cetakan mengeras, cetakan dapat dilepas dari dalam gigi yang diganti. Luas membran periodontal
mulut dalam satu gerakan diperkirakan dengan melihat rontgen foto.
d. Evaluasi hasil cetak :
 Bahan cetak (alginate) harus tercampur dengan baik, licin Pemilihan Sendok Cetak Buatan Pabrik
dan creamy (Stock Tray)
4
2. Diagnostic  sendok cetak berada di tengah, di atas linggir.  terdapat ruang 5-7 mm antara sendok cetak
impressions  Tidak terdapat kontak signifikan antara sendok cetak dengan dan jaringan untuk menyediakan “baik” untuk
jaringan lunak atau gigi kekuatan dan akurasi bahan cetak.
 Tepi cetakan harus membulat dan sendok cetak tidak tampak
 Hasil cetakan tidak poreus dan permukaan cetakan terisi Modifikasi sendok cetak
penuh Sendok cetak buatan pabrik kadang-kadang
 Struktur anatomi pendukung harus tercakup (hamular diperlukan penambahan/ pengurangan pada
notches, retromolar pads, dll). daerah tertentu.
Tujuannya :
1. Untuk mendapatkan cetakan yang baik
2. Untuk mendapatkan peripheal seal yang baik
3. Mengirit bahan cetak
4. Pembagian tekanan yang merata

5
Gambar. Hasil cetakan Gambar. Hasil cetakan
anatomis RA anatomis RB

PEMBUATAN MODEL ANATOMI


a. bahan : Gips tipe III (Dental stone)
b. hasil cetakan diisi sebanyak dua kali dengan dental stone
untuk mendapatkan :
 Model diagnostik  untuk merencanakan perawatan
gigi tiruan yang akan dibuat
 Model kerja  untuk pembuatan sendok cetak
fisiologis

Kegunaan model diagnostik :


 Penentuan arah pasang
 Penentuan desain jembatan
3. Preliminary Cast  Melihat hubungan gigi geligi RA dengan RB

 Lebar mesio distal gigi 46 : 11 mm

RA :
RB :

6
4. Diagnosa

B RENCANA RAHANG ATAS LANDASAN TEORI


PERAWATAN
I a.Alternatif - Gigi tiruan sebagian lepasan akrilik Tujuan rencana perawatan
Rencana - GT implan 1. Menghentikan kerusakan gigi lebih lanjut
perawatan 2. Untuk menghemat waktu dan biaya perawatan sehingga
hasil perawatan dengan GTC tepat dan memuaskan.
3. Memberi motivasi kepada pasien untuk memelihara
dan merawat sendiri GTCnya dan gigi yang masih ada
secara optimal.
4. Membangun kembali oklusi yang sehat

b.Pilihan Untuk menggantikan kehilangan gigi pada regio 46,


Perawatan dibuatkan :
Adhesive Bridge pada regio 47, 46, 45

7
c.Alasan Adhesive bridge regio 47,46,45:
 Preparasi gigi penyangga minimal  mempertahankan
struktur jaringan sehat
 Indikasi menggantikan kehilangan gigi anterior short span

d.Desain perawatan Modified ridge lap pontik :

e.Desain gigi tiruan

f. Prognosis PROGNOSIS
 Baik
 Watak pasien : Philospical  bersifat rasional, tenang
dan seimbang
 Kesehatan umum pasien : baik, tidak ada penyakit
sistemik
 Kondisi lokal :
 Kondisi jaringan periodontal gigi penyangga masih baik
II PERAWATAN Perawatan Pendahuluan / Persiapan
PENDAHULUAN Periodonsia : Scalling RA dan RB

III PEMILIHAN Persiapan sebelum pemilihan warna: Penentuan warna gigi


WARNA 1. Sebaiknya dilakukan sebelum prosedur preparasi gigi   Visual
terjadi dehidrasi setelah preparasi : warna terlihat lebih Membandingkan dengan shade tab
putih  Istrumental
2. Pastikan gigi sudah discalling dan gigi tidak boleh Penentuan warna secara digital
dikeringkan
3. Posisi pasien tegak, hampir sama dengan posisi operator Penggunaan shade guide, tahap yang dilakukan :
4. Hindari suasana warna-warna cerah seperti : lipstik,  Value : sinar yang keluar pada benda hidup (Lightness)
kacamata warna, beju berwarna cerah  Chroma : kepekatan dalam suatu warna (intensitas warna)
5. Sebaiknya dilakukan pada awal kerja supaya operator tidak  Hue : jenis warna (warna dasar)
capek dan pemilihan dilakukan dengan cepat

8
6. Menetralisir dengan warna biru
7. Penerangan yang dipakai : lampu neon, sinar matahari atau
lampu halogen

Pemilihan warna :
 Menggunakan shade guide Vita 3 Dmaster
 Kemudian gigi dibagi menjadi 3 bagian (servikal, tengah
dan insisal), dari bagian tersebut dibagi atas 3 bagian
(mesial, distal dan tengah)  untuk memudahkan
komunikasi warna gigi dengan pihak laboratorium Gambar Tooth Colour Space

Cara Terbaik Untuk Menentukan Warna


1. Waktu : pengambilan warna dilakukan sebelum preparasi
karena setelah preparasi gigi akan mengalami dehidrasi dan
tampak lebih putih
2. Penyinaran : di bawah kondisi penyinaran standard
iluminasi 1000-2000 1x, temperatur warna ideal 5000 +
1000/750K. Akhir-akhirini dianjurkan memakai fluorescent
dengan warna internasional xx-950, misal Osram Lumilux
Deluxe daylight 12-950
Gambar shade guide Vita 3 D Master 3. Kaca mata. Bila memungkinkan menentukan warna tanpa
kaca mata karena warna kacamata dapat membuat
interpertasi yang salah dari warna
4. Lingkungan. Lingkungan senetral mungkin dan gigi harus
lebih terang dari lingkungan
5. Tingkat value lebih baik ditentukan dengan meredupkan
lampu supaya lebih mudah membedakan terang dan gelap
6. Fatigue. Mata lebih lihat daerah netral kemudian tentukan
lagi warna.
7. Patil. Lihat permukaan biru karena akan mengadaptasi
warna kearah oranye-kuning dr spectrum. Melihat gigi 5
detik menyebabkan adaptasi ke kuning dan sensitive biru.
Melihat permukaan biru adaptasi biru sensitive kuning
8. Desinfeksi setiap memakai tab ini
9
9. Ragu-ragu menentukan warna selalu ambil value yang
lebih tinggi dan chroma yang rendah  lebih mudah
menurunkan value dan meningkatkan chroma
IV PREPARASI GIGI Teknik Preparasi : Preparasi gigi penyangga
PENYANGGA Preparasi gigi penyangga merupakan suatu tindakan
 Preparasi email terdiri dari pembebasan daerah oklusal, pengasahan atau penggerindaan yang dilakukan pada gigi
penempatan rest oklusal atau singulum, menurunkan tinggi penyangga.
kontur lingual dan proksimal, dan menciptakan perluasan
rangka ke proksimal. Kerangka harus ditempatkan arah Tujuan preparasi gigi penyangga :
oklusogingival dan tidak boleh ada pergeseran fasiolingual.  Untuk menyediakan tempat bagi bahan mahkota atau
 Disain terdiri dari rest singulum pada gigi 12 dan 21 untuk retainer jembatan
mencegah berpindahnya GTJ adesif ke arah gingiva pada  Menghilangkan daerah gerong (undercut area)
waktu berfungsi, peliputan proksimal, akhiran preparasi  Mendapatkan arah pasang yang baik
berbentuk chamfer supragingival dan bagian insisal  Membangun bentuk retensi
kerangka logam minimal 2 mm di bawah garis insisal untuk  Membuang jaringan yang rusak apabila ada
mencegah bayangan abu-abu pada gigi sandaran.  Menyesuaikan sumbu mahkota dengan arah masuk
 Untuk pengerjaan gigitiruan diinstruksikan kerangka jembatan (path of insertion)
logam/sayap retainer di bagian dalam permukaan berbentuk
anyaman ( mest) pada gigi penyangga 12, 21 untuk anterior Biological width  dimensi jaringan lunak yang melekat dari
rahang atas. coronal sampai ke crest alveolar. Normal 2,04 mm.
 Sebelum prosedur penyemenan gigi penyangga 12, 21
dietsa dibersihkan dengan pumis dan pasta profilaksis lalu
dipoles, kemudian dikeringkan, lalu diisolasi.
 Aplikasi bahan bonding primer pada permukaan dalam
sayap retainer, dan pada gigi penyangga aplikasi bonding
agent lalu disinari. Aduk semen adhesif, aplikasikan pada
permukaan dalam sayap retainer dan permukaan gigi
penyangga.
 Setelah itu jembatan adhesif dipasangkan pada gigi
penyangga sesuai arah pemasangan dan difiksasi pada
tempatnya dengan menggunakan jari tangan. Kelebihan
semen dibuang lalu dilakukan penyinaran dari tepi restorasi
dan pada gigi penyangga, periksa kembali oklusi dan
Persyaratan preparasi :
10
stabilisasinya. 1. Kemiringan dinding-dinding aksial
 Kemiringan dibuat sedikit konus ke arah oklusal. Craig,
1. Batas akhiran servikal preparasi : mengatakan kemiringan dinding aksial preparasi antara
Gigi 12, 21 : Chamfer supragingiva 100-150 . allan dan Foreman mengatakan tidak lebih dari
50. Kegagalan pembuatan jembatan sering terjadi bila
2. Pemilihan bur untuk pengasahan kemiringan melebihi 300. Preparasi gigi yang terlalu
 Gunakan bur yang tajam dan baru konus dapat menggangu vitalitas pulpa
 Pilih bentuk bur yang sesuai (diamond bur fissur)  Kebanyakan literatur mengatakan kemiringan dinding
 Buat beberapa pengasahan awal sebagai penuntun (deep aksial preparasi yang ideak berkisar antara 50-70.
guide)
 Lakukan pengasahan dengan posisi yang ergonomis dan 2. Ketebalan preparasi
penerangan yang cukup Ketebalan pengambilan jaringan gigi berkisar antara 1,5-2
 Cegah adanya peningkatan panas selama proses mm. Pengambilan jaringan gigi yang berlebihan dapat
pengasahan mengganggu vitalitas pulpa, pengambilan jaringan gigi
 Sesuaikan tepi akhiran preparasi dengan bur khusus, yang terlalu sedikit dapat mengurangi retensi.
terlebih dahulu lakukan retraksi gingiva untuk membuka  Dokter gigi harus dapat mencegah kerusakan pada
daerah akhiran preparasi pulpa dengan memberikan deep guide lebih dulu dan
kemudian melakukan penggerindaan.

3. Kesejajaran preparasi
Preparasi gigi penyangga harus membentuk arah
pemasangan dan pelepasan yang sama antara satu gigi
penyangga dengan gigi penyangga yang lain.

11
Gambar mata bur untuk preparasi gigi penyangga

3. Mata bur yang digunakan untuk preparasi


 Occlusal Reduction – Wide Chamfer, Barrel or Football,
Medium or Coarse
 Axial Wall Reduction – Narrow Chamfer, Medium or
Coarse
 Interproximal – Long Round End Taper, Medium or
Coarse
 Rounding Corners – Long Round End Taper, Fine
 Margin Finish – End Cut, Fine
4. Preparasi mengikuti anatomi gigi
4. Urutan pengasahan Preparasi harus mengikuti bentuk anatomi gigi asli. Prepasi
pada permukaan insisal harus disesuaikan dengan
morfologi insisal gigi. Apabila tidak mengikuti morfologi
insisal dapat mengurangi retensi yang dihasilkan oleh
preparasi.

12
a) Pengasahan permukaan proksimal :
 Preparasi dengan menggunakan bur fissure taper yang
kecil.
 Preparasi konus ke arah oklusal 10-150 sehingga tidak
membentuk undercut. 5. Pembulatan sudut-sudut preparasi
 Ketebalan preparasi 1-1,5 mm. Preparasi akan menciptakan sudut-sudut yang merupakan
pertemuan dua bidang preparasi. Sudut ini harus
dibulatkan, karena sudut yang tajam akan menimbulkan
tegangan pada restorasi dan sulit dalam pemasangan
jembatan.

b) Penumpulan sudut-sudut dan pembentukan akhiran


servikal
 Sudut pertemuan antara dua bidang preparasi
ditumpulkan/ dibulatkan dengan bur kerucut.  Jika gigi penyangga tilting, bagian mesial dipreparasi
 Batas akhir preparasi pada bagian bukal shoulder lebih banyak agar arah pemasangan sejajar dengan axis

13
sedangkan bagian lingual chamfer panjang gigi.
 Akhiran servikal berada setinggi puncak gingiva.

Hal- hal yang diperhatikan pada hasil preparasi yaitu :


 Membentuk konus ke arah insisal/oklusal
 Mengikuti bentuk anatomis
 Tidak ada undercut
 Halus dan licin
 Sudut-sudut tumpul
 Akhiran servikal dihaluskan
 Ketebalan preparasi secukupnya, sejajar satu sama lain.

Faktor yang menentukan bentuk retensi suatu preparasi :


 Besar pencakupan luarnya
 Kekonusan bidang-bidang aksial
Menurut Craig (1978), kekonusan yang optimal berada
antara 100-150. Dalam literatur, kekonusan tersebut
besarnya antara 40-250.
 Tinggi preparasi
Sifat konus preparasi berhubungan erat dengan tinggi
preparasi. Semakin panjang preparasi gigi, maka semakin
besar retensi mahkota. Semakin pendek mahkota klinis,
maka preparasi dibuat sejajar.
 Tempat akhiran servikal
Umumnya akhiran servikal ditempatkan pada tempat yang
dapat terlihat jelas dan dapat dicapai sehingga tata kerja
klinik dapat dilaksanakan, terkontrol dan pemeliharaannya
dapat lebih baik dilakukan. Akhiran servikal tidak dapat
ditempatkan didaerah yang jumlah plak paling banyak. Bila
mungkin, penempatan akhiran lebih baik di atas gingiva.

Penempatan akhiran servikal tergantung pada faktor-


14
faktor :
 Estetis (garis senyum)
 Retensi (pinggiran mahkota klinis)
 Hygiene mulut
 Kepekaan terhadap karies
 Kepekaan dan kedudukan gingival
Harus ditentukan untuk setiap pasien, setiap gigi dengan
setiap bidang apakah akhiran servikal restorasi harus
ditempatkan di atas atau di bawah gingiva.

Bentuk akhiran servikal :


1. Flat Shoulder (90o)
 Indikasi : pada bagian labial gigi anterior RA dan RB
serta gigi posterior RA.
 Keuntungan dari segi estetis dan biologis tidak
diragukan lagi karena estetis dan kekuatan pada
sepertiga sevikal sangat baik.
 Flat shoulder membutuhkan pengambilan jaringan
yang cukup banyak, sehingga penggunaan bentuk ini
kontraindikasi pada gigi kecil dan pada pasien muda.
 Diindikasikan untuk mahkota penuh porcelain/ akrilik
atau mahkota berlapis porcelain/akrilik.

2. Shoulder beveled
 Bentuk akhiran servikal yang dianjurkan, karena
disertai dengan prinsip-prinsip geometris untuk
memperkecil ketidakakuratan akhiran servikal.
 Keuntungannya adalah berkurangnya perubahan
bentuk yang terjadi selama pembakaran keramik yang
mempengaruhi ketepatan adaptasi akhiran servikal.
 Bevel juga menghasilkan perlindungan terhadap
enamel margin dan menambah retensi mahkota.
 Hasilnya segaris logam pada akhiran servikal atau
kerah logam selalu akan nampak sehingga
15
menimbulkan masalah estetis dan rasa tidak nyaman
pada pasien.
 Diindikasikan pada gigi posterior RB atau untuk
permukaan gigi yang tidak mementingkan estetis.
Diindikasikan untuk mahkota berlapis porcelain.

3. Sloped shoulder (chamfer)


 Merupakan akhiran servikal ekstrakoronal gingival,
gingival yang memiliki angulasi yang lebih besar
daripada knife edge dan memiliki kedalaman yang
lebih rendah dari bentuk flat shoulder.
 Diindikasikan untuk permukaan gigi bagian lingual
atau palatal mahkota logam keramik dan paling baik
untuk mahkota logam.
 Chamfer menghasilkan preparasi yang lebih tipis pada
akhiran servikal.
 Bentuk chamfer memudahkan bertumpuknya semen,
logam keramik dan keramik opak pada akhiran
servikal mahkota yang memudahkan bertumpuknya
plak sehingga merugikan kesehatan jaringan
periodonsium.

4. Chisel edge
 Merupakan suatu modifikasi flat shoulder dengan
membuat bentuk antara bahu dengan dinding tegak
sebesar 135o.
 Bentuk ini lebih mudah dikerjakan langsung di dalam
mulut dibandingkan flat shoulder.
 Menghasilkan ketebalan yang lebih tipis pada servikal
untuk menjaga terkenanya pulpa pada waktu preparasi.
 Kekurangan bentuk ini keramik dan logam menjadi
lebih tipis pada daerah servikal sehingga menghasilkan
mahkota yang kurang estetis.
 Diindikasikan untuk preparasi permukaan proksimal
16
atau lingual.

5. Shouldderless (knife edge)


 Bentuk ini menghasilkan pengurangan jaringan yang
sedikit, karena itu bentuk ini lebih sering diindikasikan
pada gigi yang kecil.
 Knife edge juga digunakan pada bagian proksimal gigi
yang miring untuk menghindari terkenanya pulpa di
proksimal.
 Diindikasikan untuk mahkota pelapis sebagian dan
mahkota penuh dari logam pada gigi posterior.

Gambar bentuk akhiran servikal


(a) Knife edge; (b) bevel; (c) chamfer; (d) shoulder;
(e) bevelled shoulder

V CETAKAN Prosedur pencetakan one stage modifikasi: Bahan cetak fisiologis:


FISIOLOGIS 1. Siapkan sendok cetak fisiologis  Elastomer
2. Aduk putty 1. Polysulfida: heavy body dan light body.
3. Cetak putty ke dalam mulut pasien, sebelum 2. Silicone: tipe putty, heavy body, regular, light dan
mengeras dikeluarkan. wash.
4. Aduk wash 3. Poly eter
5. Semprotkan wash ke daerah gigi yang sudah
dilakukan preparasi (gigi penyangga)  Reversible
6. Cetakkan kembali putty yang belum mengeras

17
bersama dengan wash. No Type bahan cetak Rentang nilai viscositas
7. Cetakan dilepas dari dalam mulut pasien. 1 Putty 400.000 - 700.000
2 Heavy body 200.000 - 300.000
3 Regular / Medium 40.000 - 150.000
4 Light body dan 10.000 - 70.000
wash

Keuntungan one stage modifikasi:


 Wash mendapat dukungan tidak mengalir kemana-mana
karena setting time berbeda
 Lebih cepat daripada prosedur two step
 Tidak perlu membuang-buang undercut karena kesulitan
mengembalikan putty yang sudah mengeras.
VI JEMBATAN  Restorasi sementara dibuat dari bahan resin akrilik Restorasi sementara di gunakan selama menunggu GTC
SEMENTARA defenitif selesai di buat .Sebaiknya restorasi defenitif siap
swapolimerisasi dengan warna yang sama dengan gigi asli.
 Akhiran servikal restorasi sementara pada marginal untuk dipasangkan dalam waktu 2 minggu. Restorasi
sementara harus dapat menjaga kesehatan rongga mulut
gingival untuk memelihara kesehatan jaringan periodontal.
 Cara pembuatan restorasi sementara dengan Teknik tidak pasien. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam
langsung , yaitu : pembuatan restorasi sementara adalah :
- Keuntungan: lebih aman terhadap 1. Pertimbangan Biologis :
gigi karena
menghindari adanya rasa ngilu dan panas sewaktu akrilik - Melindungi pulpa
mengeras terhadap gigi yang telah dipreparasi. - Kesehatan jaringan periodontal  dapat memfasilitasi
- Prosedur dengan bahan self curing akrilik: kebersihan plak, Marginal Fit yang baik, kontur yang
1. Model anatomis gigi sebelum dibuka restorasi baik, permukaan yang halus.
defenit yang lama dicetak menggunakan alginate - Posisi gigi  mempertahankan posisi terhadap gigi
untuk emdapatkan model A. tetangga dan gigi yang berlawanan
2. Gigi yang telah dipreparasi dicetak dengan alginate - Mencegah fraktur enamel
untuk mendapatkan model B.
3. Aduk akrilik sampai homogen dan tuangkan ke dalam 2. Pertimbangan mekanis :
cetakan alginate model A. - Fungsi  diusahan agar tidak berkontak pada saat
4. Aplikasikan akrilik self curing pada cetakkan makan karena kekuatannya hanya 1/20 dr kekuatan GTC
model A kemudian cetakkan pada model B metal keramik
dimana gigi yang dipreparasi telah diberi - Bila Terlepas maka disemenkan kembali
vaseline.. - Pada saat membukanya jangan sampai rusak
18
5. Tekan cetakan dengan tekanan yang cukup.
6. Tunggu sampai akrilik mengeras sebagian. 3. Pertimbangan estetik :
7. Lepaskan cetakan. - Penting untuk gigi anterior
8. Tunggu sampai akrilik mengeras sempurna.
9. Lakukan pemolisan.

VII TAHAP Prosedur laboratorium :


LABORATORIUM 1. pembuatan removable die, untuk memodelir malam
terutama akhiran servikal dan bagian proximal.
2. Wax up coping
3. Pemasangan spru (spruing)
4. Penanaman model dalam mofel (investing)
5. Pembakaran (burn out)
6. Pengecoran logam (casting)
7. Pembongkaran hasil casting dan sandblasting
8. Finishing coping

VIII PASANG Passen coping


PERCOBAAN 1. Sesudah coping dibuat, coping dipasenkan pada gigi
KOPING penyangga untuk melihat:
 Apakah posisinya sudah benar?
 Apakah sesuai dengan path of insertion (arah
pasang)
 Batas akhiran servikal preparasi
 Jarak oklusal dan ketebalan bagian bukal dan palatal
untuk menilai tempat porselen
2. Tandai bagian coping yg bermasalah pada model kerja
dengan pensil
3. Coping yang bermasalah grinding, kemudian dipasenkan
pada pasien
4. Coping dikirim kembali ke laboratorium untuk pembuatan
jembatan porselen.
19
IX TAHAP Setelah dipassen ke pasien:
LABORATORIUM 1. Build up porselen opaque
2. Build up porselen dentin
3. Build up porselen enamel
4. Poles porselen (glazing)

X PEMESANGAN  Pasang sementara/ penyemenan sementara Tujuan pasang sementara


SEMENTARA - Menggunakan semen Zinc Oxide Eugenol Untuk menilai secara biologis reaksi penderita terhadap
karena kekuatannya yang lebih lemah dibandingkan benda asing yang akan dipasang secara
semen yang lain tetap di dalam rongga mulut. Jenis
- Lama penyemenan sementara adalah 5-7 hari. semen sementara:
- Hal-hal yang harus diperhatikan adalah : 1. Zinc oxide eugenol semen
 Pemeriksaan kontak dengan gigi tetangga dan 2. Fletcher
antagonis 3. Polikarboksilat semen
 Pemeriksaan kontur dan anatomis
 Pemeriksaan adanya traumatik oklusi Pemilihan semen bergantung pada konvensional casting
atau adhesive bonding restorasi.
XI PASANG  Pasang tetap/ penyemenan Adhesive Bridge Semen yang dapat digunakan yaitu :
PERMANEN 1. Zinc Phospate Semen : tebalnya 25 µm, kelebihan
 Satu minggu setelah pemasangan sementara bahan dapat di buang dengan mudah. Kerugiannya
GTC dilakukan kontrol/ evaluasi secara klinis dan adalah mengandung phosphoric acid oleh karena itu
subjektif untuk melihat: bisa digunakan bila preparai tidak dekat ke
- apakah ada keluhan rasa sakit? pulpa.Waktu kerja (5 menit)
- apakah ada inflamasi? 2. Zinc Polikarboksilat Semen : Biokompatibel karena
- apakah ada traumatik oklusi? tidak penetrasi ke tubulus dentin. Untuk
- Keadaan gigi penyangga setelah diperkusi dan penggunaan klinis, polikarboksilat lebih baik dari pada
dipalpasi zinc phospat. Waktu kerja juga lebih singkat (2,5
menit)
Kalau tidak ada keluhan pasien, maka jembatan 3. Glass Ionomer Semen : Baik melekat ke dentin dan
tersebut dapat dipasang tetap dengan memakai glass enamel, biokompatibel. GIC mengandung fluoride
ionomer cement karena kekuatannya lebih baik dan dan anti karsinogenik. Semen ini translusen
translusen sehingga lebih estetis. sehingga baik digunakan untuk porselen labial

20
margin teknik. Kekuatan mekanis baik dibandingkan
Cara pengadukan semen: dengan polikarboksilat dan zinc phospat.
1. Bubuk dan cairan ditempatkan pada glass slab 4. Zinc oxide cement : Biokompatibel, dan
2. Bubuk dicampurkan dengan mengambil cairan sedikit menghasilkan sela yg baik. ZOE hanya digunakan
demi sedikit hingga rata pada restorasi dengan bentuk retensi yang baik, karena
3. Adonan semen diisi ke dalam retainer GTC diratakan kekuatannya lebih rendah dibandingkan semen yang
hingga tipis lain.
4. GTC ditempatkan ke gigi penyangga ditekan dengan kuat
dan merata
5. Pasien menggigit gulungan kapas pada GTC
6. Setelah mengeras  dibersihkan dan dirapikan
7. Periksa oklusi.

Pasien diinstruksikan untuk:


- Jangan makan pada 1 jam pertama
- Makan makanan yang berserat dan tidak terlalu keras
- Cara menyikat gigi yang benar dan pembersihan GTC
dengan dental floss
- Kontrol secara periodik

XII KONTROL 1. Dilakukan satu minggu setelah pemasangan tetap


2. Hal-hal yang harus diperhatikan pada saat kontrol :
a) Pemeriksaan Subjektif
Tidak ayang dikeluhkan oleh pasien.
b) Pemeriksaan Objektif

21
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
pemeriksaan objektif :
- Oral Hygiene
Buruk, dimana terdapat penumpukan sisa makan
didaerah interdental dan sevikal gigi tiruan. Oleh
karena itu, operator membersihkan gigi tiruan dan
diajarkan cara menyikat gigi tiruan yang benar
- Oklusi
Baik, oklusi pasien sebelum memakai gigi tiruan sama
dengan setelah pemasangan gigi tiruan
- Inflamasi
Tidak ada terjadi inflamasi
- Perkusi dan Palpasi
Perkusi dan Palpasi : Negatif
Yang menyatakan bahwa tidak adanya lesi periapikal

DAFTAR PUSTAKA
1. Principles, concepts, and practices-1994. J.Prosthet Dent 1995; 73(1): 73-94.
2. Tarigan S. Ilmu gigitiruan cekat. Buku ajar. Departemen prostodonsia FKG USU. Medan. 2006.
3. Rossentiel F S, Land F M, Fujimoto. Contemporary fixed prosthodontics-fourth edition. Mosby Elsevier 2006.
4. Clinician technique guide. The dental advisor. Number 3. july 2009.
5. Syafrinani. Pengaruh desain preparasi gigi terhadap kekuatan lekat jembatan adhesif. Tesis. Bandung: Bagian Ilmu Gigitiruan FKG UNPAD, 2003:
14-6, 39.
6. Prajitno HR. Ilmu geligi tiruan jembatan pengetahuan dasar dan rancangan pembuatan. Jakarta, EGC 1994.
7. Allan DN. Petunjuk bergambar Mahkota dan jembatan . Hipokrates, edisi 1, jakarta 1994.
8. Ibeston R. Clinical Considerations for Adhesive Bridgework. Dent Update 2004; 31: 254–265.
9. Thompson V. Resin retained fixedpartial dentures. Section 3, Laboratory procedures. Chapter twenty six. Hal 673-696.
10. DR. matthew CA et al. the sieved resin bonded prosthesis.JIADS vol 1, issue 2 april – june 2010.
11. Richard ibbetson. Clinical consideration for adhesive bridgework. Dent update 2004: 31 : 254-265.

22

Anda mungkin juga menyukai