Anda di halaman 1dari 2

Tiga mantan Direktur Bank Mandiri yang menjadi tersangka kasus korupsi, Senin

(10/10/2005) pagi, mulai disidangkan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Ketiganya adalah
mantan Direktur Utama Bank Mandiri Eduard Cornelis William Neloe, mantan Wakil Dirut I
Wayan Pugeg serta mantan Direktur Corporate Banking M. Sholeh Tasripan

Dalam persidangan yang dipimpin Ketua Majelis Hakim Soedarto, ketiganya dituduh telah
merugikan keuangan negara miliaran rupiah. Tindak pidana yang mereka lakukan terkait
dalam prosedur pengucuran kredit kepada sejumlah perusahaan, yang belakangan diketahui
pengembaliannya macet.

Dalam dakwaannya, Jaksa Penuntut Umum Baringin Sianturi menyebutkan, ketiganya telah
melanggar prinsip kehati-hatian pemberian kredit pada PT Cipta Graha Nusantara (CGN).
Pasalnya, kredit senilai Rp 160 miliar tersebut langsung disetujui dalam waktu satu hari.
Padahal, menurut aturan di Bank Mandiri, pemberian kredit harus melalui nota penilaian
kredit, yang umumnya memakan waktu satu pekan hingga satu bulan.

Atas dakwaan itu, ketiganya diancam hukuman seumur hidup berdasarkan Undang-Undang
No. 31/1999 tentang Tindak Pidana Korupsi. Selain kasus pengucuran kredit pada PT CGN,
Kejaksaan Agung juga masih menyidik pemberian kredit terhadap empat perusahaan lainnya.
Perusahaan itu antara lain PT Siak Jamrud Pusaka, PT Lativi Media Karya dan PT Kiani
Kertas.

Baik Neloe, Pugeg dan Tasripan, ditetapkan sebagai tersangka hanya beberapa hari
menjelang Rapat Umum Pemegang Saham dan masuk tahanan satu hari sebelum digelarnya
RUPS.

Etika Yang Dilanggar


1. Objektivitas

Ketiga direktur tersebut melakukan tindakan hanya untuk memperkaya diri sendiri
sehingga merugikan Bank Mandiri, karena piutang yang diberikan tersebut bisa jadi
tidak bisa dilunasi.

2. Tanggung jawab profesi


Ketiga direktur tersebut tidak bertanggung jawab atas profesinya, dimana seharusnya
ada unsur kehati-hatian dalam pemberian kredit, tetapi dalam kasus ini permohonan
kredit langsung disetujui dalam sehari.
3. Integritas
Pelaku profesi harus bersikap jujur dan berintegritas tinggi, namun sikap tersebut
tidak ada pada ketiga direktur tersebut sehingga tidak ada lagi kepercayaan publik
terhadap profesionalitasnya
4. Kompetensi & kehati-hatian profesional
Ketiga direktur tersebut menyalahgunakan kompetensi yang dimilikinya hanya untuk
kepentingan pribadi dan klien, serta mengabaikan prinsip kehati-hatian dalam
profesinya.
5. Perilaku profesional
Dalam melakukan jasa profesionalnya, Ketiga direktur tersebut tidak konsisten
dengan reputasinya sehingga tindakan yang dilakukan dapat mendiskreditkan
profesinya.

Saran

•  Pemerintah harus tegas dalam  menghukum pelaku korupsi dan dalam memberantas
korupsi yang tidak hanya berfokus pada intansi atau jabatan tinggi, tetapi juga harus fokus
memberantas korupsi yang mungkin dapat dilakukan oleh pegawai biasa.

• Pemerintah harus benar-benar memilih orang yang tepat untuk ditetapkan sebagai direktur
pada perusahaan BUMN

• Perusahaan BUMN harus selalu dalam pengawasan khusus terutama pada BUMN yang
memang telah memiliki riwayat sakit baik dalam laporan keuangannya ataupun masalah
GCG nya.

• Hendaknya setiap orang mempunyai keimanan dalam dirinya, sehingga dapat menghindari
prilaku yang menyimpang.

Anda mungkin juga menyukai