Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH POSISI SEMI FOWLER 45° TERHADAP KUALITAS TIDUR

PADA PASIEN CONGESTIVE HEART FAILURE DI RUANGAN


INTENSIVE CORONARY CARE UNIT (ICCU)
RUMAH SAKIT ABDUL WAHAB SJAHRANIE

Annisa Dwi Ananda1), Badar2), Nilam Norma2)


1)
Mahasiswa Prodi Sarjana Terapan Keperawatan, Poltekkes Kaltim
2)
Dosen Jurusan Keperawatan, Poltekkes Kaltim

Abstrak

Latar Belakang: Pada penderita Congestive Heart Failure sering kali mengalami
hipersomnia pada siang hari, namun kurang tidur atau sering terbangun disaat
tidur pada malam hari akibat sesak napas. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi pengaruh posisi semi fowler 45° terhadap kualitas tidur pada
pasien gagal jantung congestive.
Metode: Jenis penelitian ini kualitatif dengan desain “pre-post test without
control group”. Besarnya sampel menggunakan teknik purposive sampling
shingga didapatkan sampel 14 responden yang dipilih sesuai kriteria inklusi.
Pengumpulan data menggunakan kuisioner The Pittsburgh Sleep Quality Index.
Dilakukan analisa bivariat dengan uji Paired T-Test dengan nilai p < 0,05
Hasil Penelitian: Karakteristik responden rata-rata berusia 54-66 tahun (57,1%)
dan berjenis kelamin laki-laki (64,3%). Tingkat kualitas tidur pada kelompok
intervensi didapatkan p = 0,001.
Kesimpulan: Terdapat perubahan kualitas tidur pada pasien gagal jantung
congestive setelah diberikan posisi semi fowler 45° pada kelompok intervensi.
Sehingga posisi semi fowler 45° ini dapat dipertimbangan untuk menjadi
intervensi mandiri perawat dalam menangani masalah tidur pada pasien gagal
jantung congestive.

Kata Kunci : Semi Fowler, Kualitas Tidur


THE EFFECT OF THE POSITION OF SEMI FOWLER 45 ° ON SLEEP QUALITY
IN CONGESTIVE HEART FAILURE PATIENTS AT INSTALATION CORONARY
CARE UNITE ABDUL WAHAB SJAHRANIE HOSPITAL
SAMARINDA

Annisa Dwi Ananda1), Badar2), Nilam Norma2)


1)
Mahasiswa Prodi Sarjana Terapan Keperawatan, Poltekkes Kaltim
2)
Dosen Jurusan Keperawatan, Poltekkes Kaltim

Abstract

Background: Patients with Congestive Heart Failure often experience


hypersomnia during the day, but lack of sleep or often wake up while sleeping at night
due to shortness of breath. This study aims to identify the effect of 45 ° semi fowler
position on sleep quality in patients with congestive heart failure.
Method: This type of research is qualitative with the design of "pre-post test
without control group". The sample size uses purposive sampling technique so that a
sample of 14 respondents was selected according to the inclusion criteria. Data
collection using The Pittsburgh Sleep Quality Index questionnaire. Bivariate analysis was
performed with Paired T-Test with a value of p <0.05
Research Results: Characteristics of respondents on average 54-66 years
(57.1%) and male sex (64.3%). The level of sleep quality in the intervention group
obtained p = 0.001.
Conclusion: There was a change in sleep quality in patients with congestive
heart failure after being given a 45 ° semi fowler position in the intervention group. So
that the 45 ° semi fowler position can be considered to be a nurse's independent
intervention in dealing with sleep problems in patients with congestive heart failure.

Keywords : Keywords: Semi Fowler, Sleep Quality


PENDAHULUAN Berdasarkan diagnosis dokter
Congestive Heart Failure (CHF) prevalensi penyakit gagal jantung di
adalah keadaan dimana jantung mengalami Indonesia tahun 2013 sebesar 0,13%
kelainan fungsi, yang menyebabkan atau diperkirakan sekitaran 229.696
jantung tidak dapat memompakan orang, sedangkan berdasarkan
darahnya keseluruh tubuh untuk memenuhi diagnosis dokter/gejala sebesar 0,3%
kebutuhan oksigen dan nutrisi ke jaringan atau diperkirakan sekitaran 530.068
seluruh tubuh. (McPhee & Ganong. orang.
Smeltzer & Bare, 2010). Di Kalimantan Timur,
Congestive Heart Failure berdasarkan diagnosis dokter, estimasi
merupakan salah satu dari Penyakit Tidak jumlah penderita gagal jantung ada
menular (PTM). Dengan gaya hidup yang sekitar 0,08% atau diperkirakan ada
terus mengalami perubahan, penyakit tidak 2.203 orang (RISKESDAS, 2013).
menular kini menjadi beban utama. Dan di RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Congestive Heart Failure pun ikut serta Samarinda pada tahun 2016 penderita
dalam peningkatan angka kematian utama kardiovaskuler sebanyak 5313 kasus.
didunia, yang mewakili 63% dari semua Jumlah kejadian penderita gagal
kematian. jantung di RSUD Abdul wahab
Menurut World Health Organization Sjahranie Samarinda sebanyak 239
(2016) terdapat 17,5 juta jiwa (31 %) dari (Arsip Rekam Medis, 2016).
58 juta angka kematian yang disebabkan Pada penderita Congestive Heart
oleh penyakit jantung dan 80% kematian Failure sering kali mengalami
kardiovaskuler disebabkan oleh serangan hipersomnia pada siang hari, namun
jantung dan stroke. Sedangkan di Asia kurang tidur atau sering terbangun
Tenggara itu sendiri, menunjukan disaat tidur pada malam hari akibat
Indonesia termasuk kelompok dengan sesak napas. Gangguan tidur ini dapat
jumlah kejadian tertinggi yaitu 371 per 100 berupa SDB (sleep disordered
ribu orang. breathing), DMS (difficulties
Penyakit jantung di Indonesia sendiri maintaining sleep) dan EDS (excessive
menduduki posisi pertama yang daytime sleepiness).
menyebabkan kematian, sekitar 25 % dari Pada penderita jantung identik
keseluruhan kematian disebabkan oleh dengan pernapasan yang cepat dan
penyakit jantung (Kemenkes RI, 2013). dangkal, serta kesulitan dalam oksigen
yang cukup. Pasien seringkali
terbangun pada tengah malam desain penelitian pre-test and post-test
dikarenakan mengalami sesak napas without control group design.
yang hebat sebabkan perpindahakan Populasi dan Sampel
cairan dari jaringan ke dalam Populasi dalam penelitian ini adalah
kompartemen intravascular akibat seluruh pasien Congestive Heart Failure di
posisi terlentang ketika berbaring, Rumah Sakit A. Wahab Sjahranie
sehingga sering kai muncul keluhan Samarinda. Dengan sampel sebanyak 14
keluhan sulit tidur (Sukainah, orang menggunakan teknik simple non -
Suhaimi, ichsan, 2016). random sampling.
Positioning adalah tindakan Metode Pengambilan Data
yang dilakukan perawat untuk Metode pengumpulan data dilakukan
memberikan posisi tubuh dalam dengan menjadikan responden yang sesuai
meningkatkan kesejahteraan atau criteria inklusi yaitu kelompok Intervensi.
kenyamanan secara fisik maupun Kelompok. kelompok intervensi di uji pre-
psikologis. Metode yang sederhana test terlebih dahulu sebelum dilakukan
dan cukup efektif untuk mengurangi intervensi, kemudian dilakukan post-test
resiko penurunan pengembangan pada kembali setelah dilakukan intervensi (post-
dinding dada yaitu dengan pemberian test).
posisi saat istirahat. Dan posisi yang
paling efektif bagi klien dengan Analisis Data
penyakit kardiopulmonari adalah Data yang telah dikumpulkan
diberikan posisi semi fowler dengan dianalisis secara univariat, dan bivariat
kemiringan 30-45 derajat (Boki dkk, menggunakan uji paired T-Test untuk
2013). mengetahui adanya pengaruh Posisi Semi
Fowler 45 º Terhadap Kualitas Tidur Pada
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Pasien Congestive Heart Failure.
Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di RSUD Abdul HASIL PENELITIAN
Wahab Sjahranie di ruangan Intensive Analisa Univariat
Coronary Care Unit (ICCU) dari tanggal Karakteristik Responden
22 April 2019. a. Usia dan Jenis Kelamin
Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan
adalah penelitian eksperimental dengan
Tabel 1. frekuensi kualitas tidur 0-5 (baik)
Karakteristik Responden berdasarkan Usia dan
Jenis Kelamin pada Kelompok Intervensi di sebanyak 6 orang (42,9%) dan kualitas 6-
Ruangan ICCU di RSUD A.W. Sjahranie 10 (buruk) sebanyak 8 orang (57,1%).
Tahun 2019
Sedangkan, setelah dilakukan intervensi,
Kelompok
No. Karakteristik Intervensi frekuensi tidur 0-5 (baik) sebanyak 12
N %
orang (85,7%) dan kualitas 6-10 (buruk)
1. Jenis Kelamin
Laki-laki 9 64,3 sebanyak 2 orang (14,3%).
Perempuan 5 35,7
2. Usia (Tahun)
40-53 6 42,9
54-66 8 57,1 Analisa Bivariat
a. Uji Normalitas Kualitas Tidur
Berdasarkan tabel 1 di atas, Kelompok Intervensi di ruangan
ICCU A.W Sjahranie Samarinda
diketahui karakteristik jenis kelamin 2019
responden laki-laki yaitu sebanyak 9 Tabel 3
Uji Normalitas
(64,3%), dan perempuan 5 orang (35,7
%) . Batasan karakteristik usia responden Kualitas Tidur Saphiro Wilk Test (P)
Pre-Test 0, 194
dengan presentase, kelompok umur 54-66
tahun sebanyak 8 orang (57,1%). Dan Post-Test 0,65

kelompok umur 40-53 tahun sebanyak 6


Tabel 3 menunjukan bahwa nilai
orang (42,9%).
signifikan kualitas tidur pre dan post yaitu >
0,05 dengan uji normalitas menggunakan
b. Frekuensi Kualitas Tidur Sebelum dan
Saphiro Wilk Test sehingga dapat disimpulkan
Sesudah Intervensi
bahwa semua data terdistribusi normal.
Tabel 2
Frekuensi Kualitas Tidur Sebelum dan a. Uji T Berpasangan
Sesudah pada kelompok intervensi di Ruangan
Tabel 4
ICCU RSUD A.W Sjahranie Samarinda Tahun
2019 Uji Beda Rerata Pre dan Post Pada Kelompok
Intervensi di ruangan ICCU RSUD A.W
Kualitas Pre-Test % Post-Test % Sjahranie Samarinda 2019
0-5
(Baik)
6 42,9 12 85,7
Pre-
n Nilai Post-Test P
6-10 Test
(Buruk) 8 57,1 2 14,3
Kualitas
Tidur Mean 6,93 4,43
14 + + + 0,001
Tabel 2 menunjukan perbedaan SD 2,336 0,852
frekuensi kualitas tidur pada saat pre dan
post perlakuan pada kelompok intervensi.
Tabel 4 menunjukan hasil bahwa pada
Pada saat sebelum dilakukan intervensi
kelompok intervensi didapatkan nilai p-value
0,001 < 0,005. Berdasarkan nilai tersebut mengalami menopause, peluang
dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan prempuan terkenal gagal jantung lebih

rerata kualitas tidur yang bermakna antara kecil dari pada laki-laki karena pembuluh
darah pada perempuan dilindungi oleh
pre dan post perlakuan Posisi Tidur Semi
hormone estrogen. Hormon estrogen ini
Fowler 45°.
meningkatkan rasio High Density
Lipoprotein (HDL) yang menjadi factor
PEMBAHASAN
pelindung dalam mencegahnya terjadi
Analisa univariat
proses atherosclerosis (Soeharto, 2006).
a Jenis Kelamin Hasil penelitian ini juga didukung oleh
Hasil penelitian yang dilakukan pada pernyataan Bushnell (2009) bahwa laki-
14 responden pasien Congestive Heart laki memiliki hormon testoteron yang bias
Failure di RSUD A.W Sjahranie meningkatkan kadar LDL dalam darah,
Samarinda. Yang diberikan perlakuan apabila LDL tinggi maka akan
Posisi Semi Fowler 45° sebagian besar meningkatkan kadar kolesterol dalam
pada kelompok adalah laki-laki dengan darah. Jika kolesterol dalam darah
presentase 64,3% sedangkan pada meningkat akan meningkatkan resiko
perempuan presentase nya hanya 35,7%. penyakit degenaratif karena kolesterol
Dapat dilihat disini bahwa angka resiko darah tinggi merupakan salah satu faktor
laki-laki terkena penyakit jantung lebih resiko penyebab gagal jantung.
besar dibandingkan dengan perempuan Menurut asusmsi peneliti laki-laki
sebab laki-laki hanya memiliki kadar rawan terkena gagal jantung karena hanya
horman estrogen sedikit. Hormon memiliki hormon estrogen yang sedikit
estrogen berguna untuk menurunkan dibanding wanita, salah satu peran
jumlah kolesterol jahat (LDL) dan hormone estrogen dalam aliran darah
meningkatkan kolesterol baik (HDL) adalah meningkatkan jumlah HDL dimana
sehingga hal ini dapat mencegah HDL itu dapat melindungi dari
terjadinya pengendapan atau atherosclerosis yang dapat menyebabkan
aterosklerosis pada pembuluh darah yang gagal jantung. Dan laki-laki juga memiliki
dapat merujuk pada penurunan curah jumlah hormone testosterone tinggi dapat
aliran darah pada jantung (Smetlzer, S.C. memicunya rasio LDL yang menyebabkan
& Bare B.G., 2010). banyaknya jumlah kolesterol dalam darah
Sesuai dengan pernyataan Pugsley sehingga pada akhirnya bisa
(2006) didapatkan presentase laki-laki menyebabkan pengendapan darah.
memiliki resiko 2x lebih besar daripada
b Usia
perempuan yang pada usia 55-64 tahun
Distribusi responden berdasarkan usia
Dikarenakan sebelum perempuan
didapatkan pada kelompok berusia antara
40-66 tahun dan mayoritas jenis kelamin
adalah laki-laki. Umur merupakan faktor Analisa Bivariat
terbanyak terhadap penyakit yang a. Perbedaan hasil rata-rata kualitas
menyerang pembuluh darah. Usia yang
tidur pre-test dan post-test pada
semakin lanjut akan mempengaruhi
kelompok intervensi.
penuaan pembuluh darah sehingga
elastisitas yang dimiliki akan berkurang.
Hasil penelitian yang diperoleh
Insiden penyakit jantung koroner (PJK)
melalui uji statistic paired sampel t-
yaitu salah satunya adalah gagal jantung
meningkat pada usia pra-lansia >45 tahun test pada kelompok intervensi didapat
(Yuliani, Oenzil dan Iryani, 2014). nilai P value kualitas tidur p = 0,001 <
Pada usia lansia merupakan ɑ = 0,05 yang berarti ada pengaruh
masa penyesuaian terhadap yang bermakna dalam pemberian
menurunnya kekuatan dan kesehatan, posisi semi fowler 45° terhadap
serta masa pensiun dan berkurangnya kualitas tidur pre-test dengan post-test
penghasilan (Santrock, 2003). Dengan (Ho=ditolak).
bertambahnya usia, terjadi proses Pada analisa data bivariat
penuaan secara degeneratif yang akan didapatkan bahwa pada kelompok
berdampak pada perubahan pada diri intervensi terdapat perubahan nilai
manusia. Proses yang disebut sebagai pada pre-test dan post-test, pada
arterosklerosis atau pengapuran kelompok intervensi terdapat selisih
dinding pembuluh darah dapat terjadi mean dan standard deviasi untuk
dimana-mana dan akan berlanjut kualitas tidur yaitu 6,93+2,336 dan
menjadi proses yang menghambat 4,43+0,852, hal ini menunjukan
aliran darah yang pada suatu saat terdapat pengaruh terhadap kualitas
dapat menutup pembuluh darah. Pada tidur pada pre-test dan post-test,
tahap awal gangguan dari dinding sehingga terdapat pengaruh Posisi
berlanjut menjadi proses yang Semi Fowler 45° terhadap kualitas
menghambat aliran darah yang pada tidur.
suatu saat dapat menutup pembuluh Penelitian ini sejalan dengan
darah. Dan yang pada akhir nya akan penelitian yang dilakukan oleh
menyebabkan gagal jantung. (Sukainah, Suhaimi & Ichsan, 2016)
tentang Pengaruh Posisi Tidur Semi -
Fowler terhadap Kualitas Tidur
Pasien Gagal Jantung di Ruang ICCU
RSUD dr. Soedarso Pontianak mengalami gejala sesak napas,
menunjukan bahwa terdapat pengaruh gangguan pernapasan inilah yang
posisi semi fowler terhadap kualitas seringkali membuat pasien kurang
tidur pada pasien gagal jantung, pada saat tidur. Pemberian Posisi Semi
dengan nilai kelompok intervensi p = Fowler akan mempengaruhi
0,000 (ɑ 0,05). berkurangnya sesak napas sehingga
Posisi Semi Fowler adalah kebutuhan tidur pasien terpenuhi.
tindakan keperawatan yang dimana Terpenuhi kebutuhan tidur pasien akan
perawat memberikan pasien posisi membantu proses perbaikan pasien
tubuh sesuai dengan hambatan yang lebih cepat (Supadi, 2018).
diderita dengan tujuan memanajemen Perubahan kualitas tidur yang
keselarasan dan kenyamanan dialami oleh pasien Congestive Heart
fisiologis. Menurut Melanie (2012) Failure setelah diberikan intervensi
menyatakan pada posisi semi fowler posisi semi fowler 45° penelitian ini
45° dapat menghasilkan kualitas tidur sejalan dengan penelitian yang
lebih baik bagi pasien dibandingkan dilakukan oleh Boki dkk (2013)
dengan sudut 30° . Semi fowler Metode yang sederhana dan cukup
membantu dalam mengurangi aliran efektif untuk mengurangi resiko
balik vena pada pasien dengan gagal penurunan pengembangan pada
jantung yang akan mengurangi dinding dada yaitu dengan pemberian
peningkatan dan distensi vena posisi saat istirahat. Dan posisi yang
jugularis pada pasien. paling efektif bagi klien dengan
Pemberian Posisi Semi Fowler 45° penyakit kardiopulmonari adalah
pada pasien Congestieve Heart diberikan posisi semi fowler dengan
Failure ini dapat mengembangkan kemiringan 30-45 derajat.
ekspansi paru meningkat, lalu Menurut asumsi peneliti bahwa
mempengaruhi perubahan curah responden yang diberikan posisi tidur
jantung pada pasien, dan ini akan Semi Fowler 45° memiliki tidur yang
meningkatan pertukaran gas sehingga lebih berkualitas. Karena semakin
asupan oksigen pun meningkat dan tinggi derajat posisi tidur akan
akan mengoptimalkan kualitas tidur mengembangkan ekspansi dinding
pasien (Brunner & Suddarth, 2002). paru sehingga meningkatkan kapasitas
Kebanyakan pada pasien oksigen dalam paru yang dimana pada
Congestive Hear Failure banyak
pasien Congestive Heart Failure yang Boki dkk. (2013). Pengaruh pemberian posisi
semi fowler terhadap kestabilan pola
mengalami gangguan pernapasan napas pada pasien TB paru di irina C5
RSUP

KESIMPULAN DAN SARAN Brown, C. T., (2006). Penyakit Aterosklerotik


Koroner, dalam Price, S.A. dan Wilson,
Batasan karakteristik
L.M., Patofisiologi Konsep-konsep Proses
responden berdasarkan jenis kelamin Penyakit, diterjemahkan oleh Pendit,
B.U., Hartanto, H., Wulansari, P., Susi, N.
pada kelompok intervensi sebagian
dan Mahanani, D.A., Volume 2, Edisi 6,
besar berjenis kelamin laki-laki. 579-585, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
Batasan karakteristik dengan usia
sebagian besar berusia lanjut (54-66) Brunner, L dan suddarth, D. (2002). Buku Ajar
tahun. Keperawatan Medical Bedah (H. kuncara,
A. Hartono, M. Ester, Y. Asih,
Berdasarkan hasil uji beda terjemahan). (Ed. 8) Vol 1. Jakarta: EGC.
rerata, terdapat berbedaan bermakna
Carskadon, M.A., & Dement, W.C. 2011.
pre dan post intervensi, sehingga dapat Monitoring and staging human sleep.
disimpulkan terdapat pengaruh dari Journal of Principles and practice of
sleep medicine. St Louis: Elsevier
intervensi Posisi Semi Fowler 45° Saunders. Vol. 5. No. 1.
terhadap kualitas tidur pada pasien
Dahlan, M. S. (2009). Besar Sampel dan
Congestive Heart Failure di RSUD
Cara Pengambilan Sampel dalam
A.W Sjahranie Samarinda. Penelitian Kedokteran dan Kesehatan.
Bagi penelitian selanjutnya Jakarta: Salemba Medika.
diharapkan dapat melakukan penelitian Dahlan, S. M. (2010). Statistik Untuk
dengan jumlah perlakuan yang banyak Kedokteran dan Kesehatan (6th ed.).
Jakarta: Salemba Medika.
dan mencari keefektifan antara semua
derajat pada posisi semi fowler. Dharma, K. K. (2011a). Metodologi Penelitian
Keperawatan. (H. Pramono, Ed.). CV.
Trans Info Media.
DAFTAR PUSTAKA
Dharma, K. K. (2011b). Metodologi Penelitian
Keperawatan: Panduan Melaksanakan
American Heart Association, (2005). Heart dan Menerapkan Hasil Penelitian. Jakarta:
Disease and Stroke Statistics. Update: Trans Info Media.
Dallas, TX: American Heart Association,
Dallas. Guyton AC, Hall JE (2009). Buku Ajar
Medikal Fisiologi Kedokteran. Edisi 11.
Atmadja W., B (2010). Fisiologi tidur. Jurnal Penerjemah: Irawati, ramadani D,
kedokteran maranatha. Indriyani F. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 2009.
Bare & Smeltzer (2002). Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddart (Alih bahasa Agung Waluyo) Hair, joseph F. Jr. et al. (2010), Multivariate
Edisi 8 vol.3. Jakarta :EGC Data Analysus 7th Edition. Pearson
Education Limited. Harlow. England.
Harsono, (2007), Epilepsi Edisi ke dua, 4-25, Potter, P.A, Perry, .(2005).A.G.Buku Ajar
Fundamental Keperawatan : Konsep,
UGM Press Yogyakarta Proses, dan Praktik.Edisi 4.Volume
2.Alih Bahasa : Renata
Hikma, N. (2015) Aspek Psikologis Tokoh Komalasari,dkk.Jakarta:EGC.
Utama Dalam Novel Sepatu Dahlan
Karya Khrisna Pabichara (Kajian Rama, A.N., Cho, S.C., Kushida, C.A., (2009).
Psikologi Humanistic Abraham Maslow) Normal Human Sleep. In : Lee Chiong,
T.L., 2009. Sleep Medicine Esentials.
Hudak & Gallo.( 2005). Keperawatan Kritis Division of Sleep Medicine,Department of
Medicine, National Jewish Health,
edisi 8 . Jakarta: EGC University of Colorado Denver School of
Medicine: Denver, Colorado.
Inggriane P., D(2017) Kualitas Tidur Pasien
RISKESDAS (2013). Riset Kesehatan Dasar;
Gagal Jantung Dan Penanganannya RISKESDAS. Jakarta: Balitbang
kemenkes RI
Israel, S.A., Duhamel, E.R.,Stepnowsky, C.,
Engler, R., Zion, M.C., & Marler, Sethi, K.J., (2012). A COMPARISON OF THE
M.(2008). The Relatioship Between PITTSBURGH SLEEP QUALITY INDEX,
Congetive Heart Failure, Sleep Apnea, A NEW SLEEP QUESTIONNAIRE, AND
And Mortalty In Older Men SLEEP DIARIES. Thesis, Texas ; Master
of Science, University of North Texas.
Jasneek Chawla. (2014). Sleep In Down
Syndrome In Journal Of Alzheimers
Disease And Parkinsonism. Setiadi. (2007). Konsep & Penulisan Riset

Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu


Kemenkes RI,(2013). Pusat Data Dan
Informasi Kementerian Kesehatan RI:
Smith, M. & Segal. 2010. How Much Sleep Do
Situasi Kesehatan Jantung. Jakarta:
You Need? Sleep Cycles & Stages, Lack
Kemenkes RI
of Sleep, and Getting The Hours You
Need.
Lina , I. (2011). Hubungan Posisi Tidur
Dengan Kualitas Tidur Pasien Congestive
Heart Failure di RSUD kota bekasi Sugiyono. (2014). Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi
Mcphee, S. J., & Ganong, W.F (2010). (Mixed Methods). Bandung : Alfabeta.
Patofisiologi Penyakit:Pengantar menuju
kedokteran klinis. Jakarta: EGC Sukainah, S., Suhaimi, F. & Ichsan,. (2016).
B. Pengaruh Posisi Tidur Semi Fowler
45° Terhadap Kualitas Tidur Pasien
Nursalam, (2008). Konsep Dan Penerapan Gagal Jantung Di Ruang ICCU RSUD dr.
Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Seodarso Pontianak
: Jakarta: Salemba Medika
Supadi, E. Nurachmah, & Mamnuah. (2008).
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Efektivitas Penggunaan Posisi Semi
Penelitian Kesehatan. Fowler Dengan Kualitas Tidur Pada
Klien Gagal Jantung Di RSUD Banyumas
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Jawa Tengah. Jurnal Kebidanan dan
Indonesia (PERKI). (2015). Pedoman Keperawatan Volume IV No.2-Hal.97-
Tatalaksana Gagal Jantung (edisi 108.
pertama). Jakarta:PERKI
Talwar, A., Liman, B., Greenberg, H.,
Feinsilver, S., H., and Vijayan, H.(2008).
Sleep in the Intensive Care Unit. India :
University of Delhi.

Triyanta (2013) Hubungan Antara Kualitas


Tidur Dengan Denyut Jantung Dilihat
Dari Gambaran EKG Pada Pasien Infark
Miokard di ruang ICVCU RSUD Dr.
Moewardi Surakarta tahun 2011.
Politeknik Kesehatan Surakarta: Jurnal
KesMaDaSka.

WHO, (2016).

Willkinson. Judith M. (2007). Diagnosa


Keperawatan.Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran Kozier. Fundamental of
Nursing

Anda mungkin juga menyukai