Abstrak
Latar Belakang: Pada penderita Congestive Heart Failure sering kali mengalami
hipersomnia pada siang hari, namun kurang tidur atau sering terbangun disaat
tidur pada malam hari akibat sesak napas. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi pengaruh posisi semi fowler 45° terhadap kualitas tidur pada
pasien gagal jantung congestive.
Metode: Jenis penelitian ini kualitatif dengan desain “pre-post test without
control group”. Besarnya sampel menggunakan teknik purposive sampling
shingga didapatkan sampel 14 responden yang dipilih sesuai kriteria inklusi.
Pengumpulan data menggunakan kuisioner The Pittsburgh Sleep Quality Index.
Dilakukan analisa bivariat dengan uji Paired T-Test dengan nilai p < 0,05
Hasil Penelitian: Karakteristik responden rata-rata berusia 54-66 tahun (57,1%)
dan berjenis kelamin laki-laki (64,3%). Tingkat kualitas tidur pada kelompok
intervensi didapatkan p = 0,001.
Kesimpulan: Terdapat perubahan kualitas tidur pada pasien gagal jantung
congestive setelah diberikan posisi semi fowler 45° pada kelompok intervensi.
Sehingga posisi semi fowler 45° ini dapat dipertimbangan untuk menjadi
intervensi mandiri perawat dalam menangani masalah tidur pada pasien gagal
jantung congestive.
Abstract
rerata kualitas tidur yang bermakna antara kecil dari pada laki-laki karena pembuluh
darah pada perempuan dilindungi oleh
pre dan post perlakuan Posisi Tidur Semi
hormone estrogen. Hormon estrogen ini
Fowler 45°.
meningkatkan rasio High Density
Lipoprotein (HDL) yang menjadi factor
PEMBAHASAN
pelindung dalam mencegahnya terjadi
Analisa univariat
proses atherosclerosis (Soeharto, 2006).
a Jenis Kelamin Hasil penelitian ini juga didukung oleh
Hasil penelitian yang dilakukan pada pernyataan Bushnell (2009) bahwa laki-
14 responden pasien Congestive Heart laki memiliki hormon testoteron yang bias
Failure di RSUD A.W Sjahranie meningkatkan kadar LDL dalam darah,
Samarinda. Yang diberikan perlakuan apabila LDL tinggi maka akan
Posisi Semi Fowler 45° sebagian besar meningkatkan kadar kolesterol dalam
pada kelompok adalah laki-laki dengan darah. Jika kolesterol dalam darah
presentase 64,3% sedangkan pada meningkat akan meningkatkan resiko
perempuan presentase nya hanya 35,7%. penyakit degenaratif karena kolesterol
Dapat dilihat disini bahwa angka resiko darah tinggi merupakan salah satu faktor
laki-laki terkena penyakit jantung lebih resiko penyebab gagal jantung.
besar dibandingkan dengan perempuan Menurut asusmsi peneliti laki-laki
sebab laki-laki hanya memiliki kadar rawan terkena gagal jantung karena hanya
horman estrogen sedikit. Hormon memiliki hormon estrogen yang sedikit
estrogen berguna untuk menurunkan dibanding wanita, salah satu peran
jumlah kolesterol jahat (LDL) dan hormone estrogen dalam aliran darah
meningkatkan kolesterol baik (HDL) adalah meningkatkan jumlah HDL dimana
sehingga hal ini dapat mencegah HDL itu dapat melindungi dari
terjadinya pengendapan atau atherosclerosis yang dapat menyebabkan
aterosklerosis pada pembuluh darah yang gagal jantung. Dan laki-laki juga memiliki
dapat merujuk pada penurunan curah jumlah hormone testosterone tinggi dapat
aliran darah pada jantung (Smetlzer, S.C. memicunya rasio LDL yang menyebabkan
& Bare B.G., 2010). banyaknya jumlah kolesterol dalam darah
Sesuai dengan pernyataan Pugsley sehingga pada akhirnya bisa
(2006) didapatkan presentase laki-laki menyebabkan pengendapan darah.
memiliki resiko 2x lebih besar daripada
b Usia
perempuan yang pada usia 55-64 tahun
Distribusi responden berdasarkan usia
Dikarenakan sebelum perempuan
didapatkan pada kelompok berusia antara
40-66 tahun dan mayoritas jenis kelamin
adalah laki-laki. Umur merupakan faktor Analisa Bivariat
terbanyak terhadap penyakit yang a. Perbedaan hasil rata-rata kualitas
menyerang pembuluh darah. Usia yang
tidur pre-test dan post-test pada
semakin lanjut akan mempengaruhi
kelompok intervensi.
penuaan pembuluh darah sehingga
elastisitas yang dimiliki akan berkurang.
Hasil penelitian yang diperoleh
Insiden penyakit jantung koroner (PJK)
melalui uji statistic paired sampel t-
yaitu salah satunya adalah gagal jantung
meningkat pada usia pra-lansia >45 tahun test pada kelompok intervensi didapat
(Yuliani, Oenzil dan Iryani, 2014). nilai P value kualitas tidur p = 0,001 <
Pada usia lansia merupakan ɑ = 0,05 yang berarti ada pengaruh
masa penyesuaian terhadap yang bermakna dalam pemberian
menurunnya kekuatan dan kesehatan, posisi semi fowler 45° terhadap
serta masa pensiun dan berkurangnya kualitas tidur pre-test dengan post-test
penghasilan (Santrock, 2003). Dengan (Ho=ditolak).
bertambahnya usia, terjadi proses Pada analisa data bivariat
penuaan secara degeneratif yang akan didapatkan bahwa pada kelompok
berdampak pada perubahan pada diri intervensi terdapat perubahan nilai
manusia. Proses yang disebut sebagai pada pre-test dan post-test, pada
arterosklerosis atau pengapuran kelompok intervensi terdapat selisih
dinding pembuluh darah dapat terjadi mean dan standard deviasi untuk
dimana-mana dan akan berlanjut kualitas tidur yaitu 6,93+2,336 dan
menjadi proses yang menghambat 4,43+0,852, hal ini menunjukan
aliran darah yang pada suatu saat terdapat pengaruh terhadap kualitas
dapat menutup pembuluh darah. Pada tidur pada pre-test dan post-test,
tahap awal gangguan dari dinding sehingga terdapat pengaruh Posisi
berlanjut menjadi proses yang Semi Fowler 45° terhadap kualitas
menghambat aliran darah yang pada tidur.
suatu saat dapat menutup pembuluh Penelitian ini sejalan dengan
darah. Dan yang pada akhir nya akan penelitian yang dilakukan oleh
menyebabkan gagal jantung. (Sukainah, Suhaimi & Ichsan, 2016)
tentang Pengaruh Posisi Tidur Semi -
Fowler terhadap Kualitas Tidur
Pasien Gagal Jantung di Ruang ICCU
RSUD dr. Soedarso Pontianak mengalami gejala sesak napas,
menunjukan bahwa terdapat pengaruh gangguan pernapasan inilah yang
posisi semi fowler terhadap kualitas seringkali membuat pasien kurang
tidur pada pasien gagal jantung, pada saat tidur. Pemberian Posisi Semi
dengan nilai kelompok intervensi p = Fowler akan mempengaruhi
0,000 (ɑ 0,05). berkurangnya sesak napas sehingga
Posisi Semi Fowler adalah kebutuhan tidur pasien terpenuhi.
tindakan keperawatan yang dimana Terpenuhi kebutuhan tidur pasien akan
perawat memberikan pasien posisi membantu proses perbaikan pasien
tubuh sesuai dengan hambatan yang lebih cepat (Supadi, 2018).
diderita dengan tujuan memanajemen Perubahan kualitas tidur yang
keselarasan dan kenyamanan dialami oleh pasien Congestive Heart
fisiologis. Menurut Melanie (2012) Failure setelah diberikan intervensi
menyatakan pada posisi semi fowler posisi semi fowler 45° penelitian ini
45° dapat menghasilkan kualitas tidur sejalan dengan penelitian yang
lebih baik bagi pasien dibandingkan dilakukan oleh Boki dkk (2013)
dengan sudut 30° . Semi fowler Metode yang sederhana dan cukup
membantu dalam mengurangi aliran efektif untuk mengurangi resiko
balik vena pada pasien dengan gagal penurunan pengembangan pada
jantung yang akan mengurangi dinding dada yaitu dengan pemberian
peningkatan dan distensi vena posisi saat istirahat. Dan posisi yang
jugularis pada pasien. paling efektif bagi klien dengan
Pemberian Posisi Semi Fowler 45° penyakit kardiopulmonari adalah
pada pasien Congestieve Heart diberikan posisi semi fowler dengan
Failure ini dapat mengembangkan kemiringan 30-45 derajat.
ekspansi paru meningkat, lalu Menurut asumsi peneliti bahwa
mempengaruhi perubahan curah responden yang diberikan posisi tidur
jantung pada pasien, dan ini akan Semi Fowler 45° memiliki tidur yang
meningkatan pertukaran gas sehingga lebih berkualitas. Karena semakin
asupan oksigen pun meningkat dan tinggi derajat posisi tidur akan
akan mengoptimalkan kualitas tidur mengembangkan ekspansi dinding
pasien (Brunner & Suddarth, 2002). paru sehingga meningkatkan kapasitas
Kebanyakan pada pasien oksigen dalam paru yang dimana pada
Congestive Hear Failure banyak
pasien Congestive Heart Failure yang Boki dkk. (2013). Pengaruh pemberian posisi
semi fowler terhadap kestabilan pola
mengalami gangguan pernapasan napas pada pasien TB paru di irina C5
RSUP
WHO, (2016).