1. Konservasi energi
Konservasi energi dapat di definisikan sebagai kegiatan pemanfaatan energi
secara efisien dan rasional tanpa mengurangi penggunaan energi yang
memang benar-benar diperlukan untuk menunjang pembangunan nasional.
penggunaan energi yang optimal sesuai kebutuhan sehingga akan menurunkan
biaya energi yang dikeluarkan ( hemat energi hemat biaya )
2. Tujuan Konservasi Energi
memelihara kelestarian sumber daya alam yang berupa sumber energi melalui
kebijakan pemilihan teknologi dan pemanfaatan energi secara efisien,
rasional, untuk mewujudkan kemampuan penyediaan energi
3. Teknologi Konservasi Energi
Untuk menjalankan konservasi nergi tersebut dilakukan teknologi konservasi
energi. Yang dimana teknologi konservassi energi merupakan.
pengembangkan melalui pemanfaatan energi secara efisien dan rasional, serta
memanfaatkan sumber daya alam yang berupa sumber energi alternatif
4. Contoh Pemanfaatan Energi Alternatif
a. Energi Air ( mikrohidro )
b. Energi Angin
c. Energi Surya
d. Biodisel
Mikrohidro adalah istilah yang digunakan untuk instalasi pembangkit listrik yang
mengunakan energi air. Kondisi air yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber daya
(resources) penghasil listrik adalah memiliki kapasitas aliran dan ketiggian tertentu
dad instalasi. Semakin besar kapasitas aliran maupun ketinggiannya dari istalasi maka
semakin besar energi yang bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik.
Biasanya Mikrohidro dibangun berdasarkan kenyataan bahwa adanya air yang
mengalir di suatu daerah dengan kapasitas dan ketinggian yang memadai. Istilah
kapasitas mengacu kepada jumlah volume aliran air persatuan waktu (flow capacity)
sedangan beda ketingglan daerah aliran sampai ke instalasi dikenal dengan istilah
head. Mikrohidro juga dikenal sebagai white resources dengan teluemahan bebas bisa
dikatakan "energi putih". Dikatakan demikian karena instalasi pembangkit listrik
seperti ini mengunakan sumber daya yang telah disediakan oleh alam dan ramah
lingkungan. Suatu kenyataan bahwa alam memiliki air terjun atau jenis lainnya yang
menjadi tempat air mengalir. Dengan teknologi sekarang maka energi aliran air
beserta energi perbedaan ketinggiannya dengan daerah tertentu (tempat instalasi akan
dibangun) dapat diubah menjadi energi listrik,
Seperti dikatakan di atas, Mikrohidro hanyalah sebuah istilah. Mikro artinya kecil
sedangkan hidro artinya air. Dalam, prakteknya istilah ini tidak merupakan sesuatu
yang baku namun bisa dibayangkan bahwa Mikrohidro, pasti mengunakan air sebagai
sumber energinya. Yang membedakan antara istilah Mikrohidro dengan Miniihidro
adalah output daya yang dihasilkan. Mikrohidro menghasilkan daya lebih rendah dad
100 W, sedangkan untuk minihidro daya keluarannya berkisar antara 100 sampai
5000 W. Secara teknis, Mikrohidro memiliki tiga komponen utama yaitu air (sumber
energi), turbin dan generator. Air yang mengalir dengan kapasitas tertentu disalurkan
clan ketinggian tertentu menuju rumah instalasi (rumah turbin). DI rumah instalasi air
tersebut akan menumbuk turbin dimana turbm' sendin, dipastikan akan mencrima
energi air tersebut dan mengubahnya menjadi energi mckanik berupa berputamya
poros turbin. Poros yang berputar tersebut kemudian ditransmisikan ke generator
dengan mengunakan kopling. Darl generator akan dthaslikan energi listrik yang ak-an
masuk ke sistem kontrol arus listrik sebelum dialirkan ke rumah-rumah atau
keperluan lainnya (beban). Begitulah secara ringlcas proses Mikrohidro merubah
energi aliran dan ketinggian air menjadt energi listrik.
C. Energi Surya
Sebagai negara tropis, Indonesia mempunyai potensi energi surya yang cukup besar.
Berdasarkan data penyinaran matahari yang dihimpun dari 18 lokasi di Indonesia, radiasi
surya di Indonesia dapat diklasifikasikan berturut-turut sebagai berikut: untuk kawasan
barat dan timur Indonesia dengan distribusi penyinaran di Kawasan Barat Indonesia
(KBI) sekitar 4,5 kWh/m 2 /hari dengan variasi bulanan sekitar 10%; dan di Kawasan
Timur Indonesia (KTI) sekitar 5,1 kWh/m 2 /hari dengan variasi bulanan sekitar 9%.
Dengan demikian, potesi angin rata-rata Indonesia sekitar 4,8 kWh/m 2 /hari dengan
variasi bulanan sekitar 9%.
Untuk memanfaatkan potensi energi surya tersebut, ada 2 (dua) macam teknologi yang
sudah diterapkan, yaitu teknologi energi surya termal dan energi surya fotovoltaik. Energi
surya termal pada umumnya digunakan untuk memasak (kompor surya), mengeringkan
hasil pertanian (perkebunan, perikanan, kehutanan, tanaman pangan) dan memanaskan
air. Energi surya fotovoltaik digunakan untuk memenuhi kebutuhan listrik, pompa air,
televisi, telekomunikasi, dan lemari pendingin di Puskesmas dengan kapasitas total ± 6
MW.
Ada dua macam teknologi energi surya yang dikembangkan, yaitu:
Pemanfaatan energi surya khususnya dalam bentuk SHS (s olar home systems ) sudah
mencapai tahap semi komersial.
• Sel fotovoltaik yang mengubah penyinaran matahari menjadi listrik, masih impor,
namun untuk laminating menjadi modul surya sudah dkuasai;
• Balance of system (BOS) yang meliputi controller, inverter , kerangka modul,
peralatan listrik, seperti kabel, stop kontak, dan lain-lain, teknologinya sudah
dapat dikuasai;
• Unit penyimpan energi (baterai) sudah dapat dibuat di dalam negeri;
• Peralatan penunjang lain seperti: inverter untuk pompa, sistem terpusat, sistem
hibrid, dan lain-lain masih diimpor.
Kandungan lokal modul fotovoltaik termasuk pengerjaan enkapsulasi dan framing sekitar
25%, sedangkan sel fotovoltaik masih harus diimpor. Balance of System (BOS) masih
bervariasi tergantung sistem desainnya. Kandungan lokal dari BOS diperkirakan telah
mencapai diatas 75%.
Kondisi geografis Indonesia yang terdiri atas pulau-pulau yang kecil dan banyak yang
terpencil menyebabkan sulit untuk dijangkau oleh jaringan listrik yang bersifat terpusat.
Untuk memenuhi kebutuhan energi di daerah-daerah semacam ini, salah satu jenis energi
yang potensial untuk dikembangkan adalah energi surya. Dengan demikian, energi surya
dapat dimanfaatkan untuk p enyedian listrik dalam rangka mempercepat rasio
elektrifikasi desa.
Selain dapat digunakan untuk program listrik perdesaan, peluang pemanfaatan energi
surya lainnnya adalah:
Selama ini, pemanfaatan energi surya termal di Indonesia masih dilakukan secara
tradisional. Para petani dan nelayan di Indonesia memanfaatkan energi surya untuk
mengeringkan hasil pertanian dan perikanan secara langsung.
Berbagai teknologi pemanfaatan energi surya termal untuk aplikasi skala rendah
(temperatur kerja lebih kecil atau hingga 60 o C) dan skala menengah (temperatur kerja
antara 60 hingga 120 o C) telah dikuasai dari rancang-bangun, konstruksi hingga
manufakturnya secara nasional. Secara umum, teknologi surya termal yang kini dapat
dimanfaatkan termasuk dalam teknologi sederhana hingga madya. Beberapa teknologi
untuk aplikasi skala rendah dapat dibuat oleh bengkel pertukangan kayu/besi biasa.
Untuk aplikasi skala menengah dapat dilakukan oleh industri manufaktur nasional.
Beberapa peralatan yang telah dikuasai perancangan dan produksinya seperti sistem atau
unit berikut:
Untuk skala kecil dan teknologi yang sederhana, kandungan lokal mencapai 100 %,
sedangkan untuk sistem dengan skala industri (menengah) dan menggunakan teknologi
tinggi (seperti pemakaian Kolektor Tabung Hampa atau Heat Pipe ), kandungan lokal
minimal mencapai 50%.
Melakukan diseminasi dan alih teknologi dari pihak pengembang kepada pemakai (agro-
industri, gedung komersial, dan lain-lain) dan produsen nasional (manufaktur, bengkel
mekanik, dan lain-lain) melalui forum komunikasi, pendidikan dan pelatihan dan proyek-
proyek percontohan.
Prospek teknologi energi surya termal cukup besar, terutama untuk mendukung
peningkatan kualitas pasca-panen komoditi pertanian, untuk bangunan komersial atau
perumahan di perkotaan.
• Teknologi energi surya termal untuk memasak dan mengeringkan hasil pertanian
masih sangat terbatas. Akan tetapi, sebagai pemanas air, energi surya termal
sudah mencapai tahap komersial. Teknologi surya termal masih belum
berkembang karena sosialisasi ke masyarakat luas masih sangat rendah;
• Daya beli masyarakat rendah, walaupun harganya relatif murah;
• Sumber daya manusia (SDM) di bidang surya termal masih sangat terbatas. Saat
ini, SDM hanya tersedia di Pulau Jawa dan terbatas lingkungan perguruan
D. Biodisel
Biodiesel adalah bahan bakar motor diesel yang berupa ester alkil/alkil asam-asam lemak
(biasanya ester metil) yang dibuat dari minyak nabati melalui proses trans atau
esterifikasi. stilah biodiesel identik dengan bahan bakar murni. Campuran biodiesel
(BXX) adalah biodiesel sebanyak XX`% yang telah dicampur dengan solar sejumlah 1-
XX %
Bahan bakar mesin diesel yang berupa ester metil/etil asam-asam lemak. Dibuat dari
minyak-lemak nabati dengan proses metanolisis/etanolisis. Produk-ikutan: gliserin. Atau
dari asam lemak (bebas) dengan proses esterifi-kasi dgn metanol/etanol. Produk-ikutan :
air Kompatibel dengan solar, berdaya lumas lebih baik. Berkadar belerang hampir
nihil,umumnya < 15 ppm. BXX = camp. XX %-vol biodiesel dengan (100 – XX) %-vol
solar. Contoh: B5, B20, B100. Sudah efektif memperbaiki kualitas emisi kendaraan
diesel pada level B2 !.