Anda di halaman 1dari 6

PERTEMUAN KEDUA

Nama Sekolah : SMA Negeri 10 Tasikmalaya Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia


Kelas : X – MIPA 3 & 4 Hari/Tanggal : Jumat / 13 November 2020

Bacalah dan cermati beberapa teks anekdot dan humor di bawah ini!

EMPAT KALI TUJUH

Pada siang hari di sebuah pemukiman warga, dua orang pemuda sedang mengobrol.

“Empat kali tujuh adalah dua puluh delapan”. Kata orang yang satunya.

“ Empat kali tujuh adalah dua puluh tujuh”. Kata seorang yang satunya lagi.

Dua orang itu pada akhirnya bertengkar hebat. Warga yang menyaksikan menjadi jengkel. Keduanya akhirnya
dibawa menemui hakim setempat.

Hakim memerintahkan agar orang pertama dipenjara. Orang itu berteriak memprotes,

“Lho kok saya? Di mana salah saya? Omongan saya, kan, benar, Pak Hakim. Empat kali tujuh itu dua puluh
delapan. Iya kan?”

“Kamu itu justru sangat bodoh,”. Kata hakim itu dengan tenangnya.

“Mau-maunya kamu bertengkar dengan orang tolol, yang mengatakan bahwa empat kali tujuh adalah dua puluh
tujuh. Bukankah kamu yang seharusnya dihukum?”

Orang itu pada akhirnya mengangguk setuju dan mengakui bahwa hakim benar.

Anekdot berupa cerita, kisah ataupun percakapan singkat. Di dalamnya terkandung tokoh, latar, dan rangkaian peristiwa.
Adapun rangkaian peristiwanya dibentuk oleh bagian-bagian seperti abstraksi, orientasi, krisis, reaksi, dan koda. Untuk
memahami bagian-bagian tersebut. Silakan simak materi berikut.

1. Struktur Teks Anekdot


1) Abtraksi
Abtraksi adalah pendahuluan yang menyatakan latar belakang atau gambaran umum tentang isi suatu teks..
2) Orientasi
Orientasi adalah bagian cerita yang mengarah pada terjadinya suatu krisis, konflik, atau peristiwa utama. Bagian inilah
yang menyebabkan timbulnya krisis.
3) Krisis/komplikasi
Krisis atau komplikasi adalah bagian dari inti peristiwa suatu anekdot. Pada bagian itulah adanya kekonyolan yang
menggelitikan dan mengundang tawa.
4) Reaksi
Reaksi adalah tanggapan atau respons atas krisis yang dinyatakan sebelumnya. Krisis yang dimaksud berupa sikap
mencela atau menertawakan.
5) Koda
Koda adalah penutup atau kesimpulan sebagai pertanda berakhirnya cerita. Di dalamnya dapat berupa persetujuan,
komentar, ataupun penjelasan atas maksud dari cerita yang dipaparkan sebelumnya. Bagian ini biasanya ditandai oleh
kata-kata “Akhirnya, demikianlah”. Keberadaan koda bersifat opsional, bisa ada ataupun tidak.

2. Contoh Analisis
EMPAT KALI TUJUH
Abstraksi Pada siang hari sebuah pemukiman warga, dua orang pemuda sedang mengobrol.

Orientasi “Empat kali tujuh adalah dua puluh delapan”. Kata orang yang satunya.

“ Empat kali tujuh adalah dua puluh tujuh”. Kata seorang yang satunya lagi.

Dua orang itu pada akhirnya bertengkar hebat. Warga yang menyaksikan menjadi
jengkel. Keduanya akhirnya dibawa menemui hakim setempat.

Krisis atau Hakim memerintahkan agar orang pertama dipenjara. Orang itu berteriak
Komplikasi memprotes,

“Lho kok saya? Di mana salah saya? Omongan saya, kan, benar, Pak Hakim.
Empat kali tujuh itu dua puluh delapan. Iya kan?”

Reaksi “Kamu itu justru sangat bodoh,”. Kata hakim itu dengan tenangnya.

“Mau-maunya kamu bertengkar dengan orang tolol, yang mengatakan bahwa


empat kali tujuh adalah dua puluh tujuh. Bukankah kamu yang seharusnya
dihukum?”

Koda Orang itu akhirnya mengangguk setuju dan mengakui bahwa hakim benar.

3. Kaidah Kebahasaan Teks Anekdot


Anekdot tergolong kedalam teks yang bergenre cerita. Berdasarkan hal tersebut, secara kebahasaan anekdot
memiliki karakteristik sebagai berikut.

1. Kalimat langsung atau tak langsung


Kalimat langsung adalah kalimat hasil kutipan dari seseorang persis seperti apa yang dia katakan, sedangkan
kalimat tidak langsung adalah kalimat yang mengutarakan kembali isi perkataan seseorang tampa mengurangi
perkataan yang diucapkan.

2. Bertokoh orang ketiga tunggal


Kata ganti orang ketiga adalah salah satu jenis kata ganti orang yang dipakai untuk menggantikan orang yang
dibicarakan. Kata ganti orang ketiga tunggal adalah “ia dan dia”. Kata ganti orang ketiga tunggal dalam teks
anekdot biasanya menggunakan nama tokoh, baik dengan menyebutkan langsung nama tokoh faktual atau
tokoh yang disamarkan.

3. Adanya keterangan waktu


Anekdot banyak menggunakan keterangan waktu. Hal ini karena terkait dengan bentuk anekdot yang berupa
cerita; disajikan secara kronologis atau mengikuti urutan waktu. Keterangan waktu adalah keterangan yang
menjelaskan kapan suatu peristiwa berlangsung. Ciri-ciri keterangan waktu, yaitu:

1) Menggunakan kata waktu, seperti sekarang, besok, tadi, jam, hari, bulan, dsb.
2) Menggunakan kata depan seperti sebelum, setelah, ketika, dsb.
3) Untuk menjawab pertanyaan yang memakai kata “Kapan” atas suatu peristiwa yang terjadi.
4. Kata kerja material.
Kata kerja material adalah kata yang menunjukan suatu aktivitas. Hal ini terkait dengan tindakan para
tokohnya dan alur yang membentuk rangkaian peristiwa atau kegiatan. Contoh kata kerja materian seperti;
memberikan, menguburkan, mendatangi, memprotes, menemui, dsb.

5. Konjungsi kronologis
Konjungsi kronologis adalah kata hubung yang bermakna hubungan waktu atau temporal, yakni dengan
hadirmya kata-kata akhirnya, kemudian, lalu.
6. Konjungsi penerang
Dalam teks anekdot banyak juga menggunakan konjugsi penerang atau penjelas, seperti kata bahwa. Hal ini
terkait dengan dialog tokohnya yang diubah dari bentuk langsung ke kalimat tak langsung.

4. Contoh Analisis
EMPAT KALI TUJUH

Kalimat 1. “Empat kali tujuh adalah dua puluh delapan”. Kata orang yang satunya.
langsung/tak 2. “ Empat kali tujuh adalah dua puluh tujuh”. Kata seorang yang satunya
langsung lagi.
3. “Lho kok saya? Di mana salah saya? Omongan saya, kan, benar, Pak
Hakim. Empat kali tujuh itu dua puluh delapan. Iya kan?”
4. “Kamu itu justru sangat bodoh,”. Kata hakim itu dengan tenangnya.
5. “Mau-maunya kamu bertengkar dengan orang tolol, yang mengatakan
bahwa empat kali tujuh adalah dua puluh tujuh. Bukankah kamu yang
seharusnya dihukum?”
Tokoh orang Orang yang satu
ketiga tunggal
Seorang yang satunya lagi

Pak Hakim

Keterangan Pada siang hari sebuah pemukiman warga, dua orang pemuda sedang mengobrol.
waktu

Kata kerja Di sebuah pemukiman warga, dua orang pemuda sedang mengobrol.
material
“Empat kali tujuh adalah dua puluh delapan”. Kata orang yang satunya.

“ Empat kali tujuh adalah dua puluh tujuh”. Kata seorang yang satunya lagi.

Dua orang itu pada akhirnya bertengkar hebat. Warga yang menyaksikan menjadi
jengkel. Keduanya akhirnya dibawa menemui hakim setempat.

Hakim memerintahkan agar orang pertama dipenjara. Orang itu berteriak


memprotes,

“Lho kok saya? Di mana salah saya? Omongan saya, kan, benar, Pak Hakim.
Empat kali tujuh itu dua puluh delapan. Iya kan?”

“Kamu itu justru sangat bodoh,”. Kata hakim itu dengan tenangnya.

“Mau-maunya kamu bertengkar dengan orang tolol, yang mengatakan bahwa


empat kali tujuh adalah dua puluh tujuh. Bukankah kamu yang seharusnya
dihukum?”

Orang itu akhirnya mengangguk setuju dan mengakui bahwa hakim benar

Konjungsi Dua orang itu pada akhirnya bertengkar hebat. Warga yang menyaksikan menjadi jengkel.
kronologis Keduanya akhirnya dibawa menemui hakim setempat.

Orang itu pada akhirnya mengangguk setuju dan mengakui bahwa hakim benar.

Konjungsi 1. “Mau-maunya kamu bertengkar dengan orang tolol, yang mengatakan


penerang bahwa empat kali tujuh adalah dua puluh tujuh. Bukankah kamu yang
seharusnya dihukum?”
2. Orang itu akhirnya mengangguk setuju dan mengakui bahwa hakim
benar
Latihan
Silakan baca teks anekdot berikut ini!

POLITIKUS SERING BERBOHONG

Sebuah bis penuh dengan para politikus keluar dari marka jalan. Akhirnya bis tersebut menabrak sebuah pohon
besar di ladang seorang petani tua. Hampir semua penumpang menjadi korban dalam kecelakaan tersebut.

Petani tua segera memberikan bantuan. Namun, apalah daya, ia tidak bisa berbuat apapun karena memang para
penumpang bis itu dianggap sudah tidak bisa tertolong lagi. Petani tua kemudian menguburkan politikus-politikus itu
di kebunnya.

Beberapa hari kemudian, petugas dari kepolisian mendatanginya dan menanyakan peristiwa kecelakaan itu,
“Apakah benar mereka meninggal, Pak?”

Petani tua itu menjawab, “Mereka tampak sudah meninggal, Pak. Memang beberapa di antara mereka ada yang
masih bergerak-gerak. Bahkan, beberapa di antara mereka ada yang berkata bahwa mereka belum meninggal. Tapi
Anda kan tahu, betapa seringnya politikus itu berbohong. Saya tidak memercayai perkataan mereka. Oleh karena itu,
saya harus menguburnya!

Setelah kalian membaca teks tersebut, silakan tentukan struktur dan kebahasaan anekdot tersebut ke dalam
format tabel di bawah ini!

Tabel Struktur Anekdot

POLITIKUS SERING BERBOHONG

Abstraksi

Orientasi

Krisis atau
Komplikasi
Reaksi

Koda

Tabel Kebahasaan Anekdot

EMPAT KALI TUJUH

Kalimat
langsung/tak
langsung

Tokoh
orang ketiga
tunggal

Keterangan
waktu
Kata kerja
material

Konjungsi
kronologis

Konjungsi
penerang

Anda mungkin juga menyukai