Bacalah dan cermati beberapa teks anekdot dan humor di bawah ini!
Pada siang hari di sebuah pemukiman warga, dua orang pemuda sedang mengobrol.
“Empat kali tujuh adalah dua puluh delapan”. Kata orang yang satunya.
“ Empat kali tujuh adalah dua puluh tujuh”. Kata seorang yang satunya lagi.
Dua orang itu pada akhirnya bertengkar hebat. Warga yang menyaksikan menjadi jengkel. Keduanya akhirnya
dibawa menemui hakim setempat.
Hakim memerintahkan agar orang pertama dipenjara. Orang itu berteriak memprotes,
“Lho kok saya? Di mana salah saya? Omongan saya, kan, benar, Pak Hakim. Empat kali tujuh itu dua puluh
delapan. Iya kan?”
“Kamu itu justru sangat bodoh,”. Kata hakim itu dengan tenangnya.
“Mau-maunya kamu bertengkar dengan orang tolol, yang mengatakan bahwa empat kali tujuh adalah dua puluh
tujuh. Bukankah kamu yang seharusnya dihukum?”
Orang itu pada akhirnya mengangguk setuju dan mengakui bahwa hakim benar.
Anekdot berupa cerita, kisah ataupun percakapan singkat. Di dalamnya terkandung tokoh, latar, dan rangkaian peristiwa.
Adapun rangkaian peristiwanya dibentuk oleh bagian-bagian seperti abstraksi, orientasi, krisis, reaksi, dan koda. Untuk
memahami bagian-bagian tersebut. Silakan simak materi berikut.
2. Contoh Analisis
EMPAT KALI TUJUH
Abstraksi Pada siang hari sebuah pemukiman warga, dua orang pemuda sedang mengobrol.
Orientasi “Empat kali tujuh adalah dua puluh delapan”. Kata orang yang satunya.
“ Empat kali tujuh adalah dua puluh tujuh”. Kata seorang yang satunya lagi.
Dua orang itu pada akhirnya bertengkar hebat. Warga yang menyaksikan menjadi
jengkel. Keduanya akhirnya dibawa menemui hakim setempat.
Krisis atau Hakim memerintahkan agar orang pertama dipenjara. Orang itu berteriak
Komplikasi memprotes,
“Lho kok saya? Di mana salah saya? Omongan saya, kan, benar, Pak Hakim.
Empat kali tujuh itu dua puluh delapan. Iya kan?”
Reaksi “Kamu itu justru sangat bodoh,”. Kata hakim itu dengan tenangnya.
Koda Orang itu akhirnya mengangguk setuju dan mengakui bahwa hakim benar.
1) Menggunakan kata waktu, seperti sekarang, besok, tadi, jam, hari, bulan, dsb.
2) Menggunakan kata depan seperti sebelum, setelah, ketika, dsb.
3) Untuk menjawab pertanyaan yang memakai kata “Kapan” atas suatu peristiwa yang terjadi.
4. Kata kerja material.
Kata kerja material adalah kata yang menunjukan suatu aktivitas. Hal ini terkait dengan tindakan para
tokohnya dan alur yang membentuk rangkaian peristiwa atau kegiatan. Contoh kata kerja materian seperti;
memberikan, menguburkan, mendatangi, memprotes, menemui, dsb.
5. Konjungsi kronologis
Konjungsi kronologis adalah kata hubung yang bermakna hubungan waktu atau temporal, yakni dengan
hadirmya kata-kata akhirnya, kemudian, lalu.
6. Konjungsi penerang
Dalam teks anekdot banyak juga menggunakan konjugsi penerang atau penjelas, seperti kata bahwa. Hal ini
terkait dengan dialog tokohnya yang diubah dari bentuk langsung ke kalimat tak langsung.
4. Contoh Analisis
EMPAT KALI TUJUH
Kalimat 1. “Empat kali tujuh adalah dua puluh delapan”. Kata orang yang satunya.
langsung/tak 2. “ Empat kali tujuh adalah dua puluh tujuh”. Kata seorang yang satunya
langsung lagi.
3. “Lho kok saya? Di mana salah saya? Omongan saya, kan, benar, Pak
Hakim. Empat kali tujuh itu dua puluh delapan. Iya kan?”
4. “Kamu itu justru sangat bodoh,”. Kata hakim itu dengan tenangnya.
5. “Mau-maunya kamu bertengkar dengan orang tolol, yang mengatakan
bahwa empat kali tujuh adalah dua puluh tujuh. Bukankah kamu yang
seharusnya dihukum?”
Tokoh orang Orang yang satu
ketiga tunggal
Seorang yang satunya lagi
Pak Hakim
Keterangan Pada siang hari sebuah pemukiman warga, dua orang pemuda sedang mengobrol.
waktu
Kata kerja Di sebuah pemukiman warga, dua orang pemuda sedang mengobrol.
material
“Empat kali tujuh adalah dua puluh delapan”. Kata orang yang satunya.
“ Empat kali tujuh adalah dua puluh tujuh”. Kata seorang yang satunya lagi.
Dua orang itu pada akhirnya bertengkar hebat. Warga yang menyaksikan menjadi
jengkel. Keduanya akhirnya dibawa menemui hakim setempat.
“Lho kok saya? Di mana salah saya? Omongan saya, kan, benar, Pak Hakim.
Empat kali tujuh itu dua puluh delapan. Iya kan?”
“Kamu itu justru sangat bodoh,”. Kata hakim itu dengan tenangnya.
Orang itu akhirnya mengangguk setuju dan mengakui bahwa hakim benar
Konjungsi Dua orang itu pada akhirnya bertengkar hebat. Warga yang menyaksikan menjadi jengkel.
kronologis Keduanya akhirnya dibawa menemui hakim setempat.
Orang itu pada akhirnya mengangguk setuju dan mengakui bahwa hakim benar.
Sebuah bis penuh dengan para politikus keluar dari marka jalan. Akhirnya bis tersebut menabrak sebuah pohon
besar di ladang seorang petani tua. Hampir semua penumpang menjadi korban dalam kecelakaan tersebut.
Petani tua segera memberikan bantuan. Namun, apalah daya, ia tidak bisa berbuat apapun karena memang para
penumpang bis itu dianggap sudah tidak bisa tertolong lagi. Petani tua kemudian menguburkan politikus-politikus itu
di kebunnya.
Beberapa hari kemudian, petugas dari kepolisian mendatanginya dan menanyakan peristiwa kecelakaan itu,
“Apakah benar mereka meninggal, Pak?”
Petani tua itu menjawab, “Mereka tampak sudah meninggal, Pak. Memang beberapa di antara mereka ada yang
masih bergerak-gerak. Bahkan, beberapa di antara mereka ada yang berkata bahwa mereka belum meninggal. Tapi
Anda kan tahu, betapa seringnya politikus itu berbohong. Saya tidak memercayai perkataan mereka. Oleh karena itu,
saya harus menguburnya!
Setelah kalian membaca teks tersebut, silakan tentukan struktur dan kebahasaan anekdot tersebut ke dalam
format tabel di bawah ini!
Abstraksi
Orientasi
Krisis atau
Komplikasi
Reaksi
Koda
Kalimat
langsung/tak
langsung
Tokoh
orang ketiga
tunggal
Keterangan
waktu
Kata kerja
material
Konjungsi
kronologis
Konjungsi
penerang