Anda di halaman 1dari 22

PENGANTAR KEPENDUDUKAN

KODE KELAS EKI301 A2EP

SEJARAH PERKEMBANGAN PENDUDUK DUNIA DAN TRANSISI DEMOGRAFI

Oleh :

Kadek Aglena Parisesa (1907611076)

Yolanda Maretania (1907511202)

Aldo Lovenka Putra (1907511207)

Ni Putu Dela Febrinasari (1907511212)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa, Kami panjatkan puja dan puji syukur
atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada Kami,
sehingga Kami dapat menyelesaikan tugas mengenai Sejarah Perkembangan Kependudukan
Dunia dan Transisi Demografi.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka Kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar Kami dapat memperbaiki
tugas ini.

Akhir kata Kami berharap semoga tugas Pengantar Kependudukan dan Transisi
Demografi memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Denpasar, 26 September 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................4
1.3 Tujuan..........................................................................................................................4
BAB II.......................................................................................................................................5
PEMBAHASAN....................................................................................................................5
2.1 SEJARAH PERKEMBANGAN PENDUDUK DUNIA.....................................5
2.2 TRANSISI DEMOGRAFI....................................................................................8
2.3 PROSES TRANSISI VITAL..............................................................................13
2.4 TRANSISI DEMOGRAFI DI INDONESIA.....................................................14
BAB III....................................................................................................................................21
PENUTUP...........................................................................................................................21
3.1 Kesimpulan................................................................................................................21
3.2 Saran..........................................................................................................................21

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan penduduk merupakan salah satu faktor yang menjadi masalah sosial
ekonomi pada umumnya karena dengan bertambahnya penduduk maka otomatis harus
bertambah pula persediaan sandang pangan, kesempatan kerja, serta fasilitas
umum, selain itu pertambahan penduduk akan menimbulkan berbagai masalah seerti
bertmbahnya tingkat penganguran,kemiskinan, anak putus sekolah yang dapat pula
menimbulkan berbagai kejahatan (kriminalitas). Perkembangan jumlah penduduk dunia
sangat erat kaitannya dengan perkembangan peradaban manusia dalam berinteraksi dengan
alam sekitarnya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana perkembangan sejarah dunia hingga saat ini?

2. apakah yang dimaksud dari transisi demografi?


3. Bagaimana cara menghitung tingkat kelahiran dan kematian pada transisi demografi?

4. bagaimana cara menstabilkan angka kelahiran dan kematian yang tinggi?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui sejarah perkembangan dunia.

2. Mengetahui pengertian dari sejarah perkembangan dunia.

3. Mengetahui perkembangan dunia lebih lanjut hingga saat ini.

4. Mengetahui definisi dari transisi demografi.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 SEJARAH PERKEMBANGAN PENDUDUK DUNIA

Perkembangan jumlah penduduk dunia sangat erat kaitannya dengan perkembangan


peradaban manusia dalam berinteraksi dengan alam sekitarnya. Ada 3 tahap perkembangan
peradaban manusia hingga kini: 1) Jaman ketika manusia mulai mempergunakan alat-alat
untuk menanggulangi kehidupannya; 2) Jaman ketika manusia mulai mengembangkan usaha
pertanian menetap yang berlangsung sekitar 10.000 tahun yang lalu, yang mengubah
kehidupan nomaden menjadi kehidupan menetap di daerah pertanian; 3) Jaman ketika
dimulai industri alisasi, yaitu sekitar pertengahan abad 17 sesudah masehi, yang ditandai oleh
bertumbuhnya pusat-pusat industri dan tumbuhnya kota-kota sebagai tempat permukiman
manusia. Berdasarkan beberapa tahapan perkembangan peradaban manusia tersebut, para ahli
memperkirakan jumlah perkembangan penduduk dunia. Angka pertama yang di kemukakan
mengenai jumlah penduduk dunia adalah 120.000 orang yang hidup kira -kira satu juta tahun
yang lalu.

1. Perkembangan Penduduk Dunia

Perkembangan jumlah penduduk dunia sangat erat kaitannya dengan perkembangan


peradaban manusia dalam berinteraksi dengan alam sekitar. Ada tiga tahap
perkembangan peradaban manusia hingga kini yaitu:

a. Jaman ketika manusia mulai mempergunakan alat-alat untuk


menanggulangi kehidupannya. Jaman ini berlangsung beberapa juta
tahun lalu yang terbagi atas jaman peralatan batu tua, batu muda, dan
perunggu.
b. Jaman ketika manusia mulai mengembangkan usaha pertanian
menetap yang mengubah kehidupannya yang semula dengan berburu
dan nomaden menjadi bertani dan menetap disekitar pertanian
tersebut.
c. Jaman mulainya era industrialisasi sekitar abad ke-17 sesudah Masehi
yang ditandai dengan tumbuhnya pusat-pusat industry dan
berkembangnya kota-kota permukiman manusia (Tomlison, 1965)
Pertumbuhan penduduk terlihat meningkat kira-kira pada 6000-9000 tahun lalu ketika
teknik bertani sudah mulai dikenal dan menyebar dibeberapa bagian dunia yang
memungkinkan produksi pangan meningkat sehingga manusia semakin makmur. Selain
itu berkembangnya ilmu pengetahuan dan perkembangan teknologi dalam mengolah sumber
daya alam yang ada juga membuat kehidupan manusia semakin baik. Revolusi petanian
yang memungkinkan bertambahnya manusia melebihi jumlah 20 juta. Pada 6000 tahun yang
lalu, yaitu kira-kira saat munculnya Kerajaan Mesir, penduduk manusia diperkirakan
sudah mencapai 90 juta jiwa. Itu berarti sekitar 4000 tahun penduduk telah bertambah
kira-kira 10-16 kali lipat. Di sekitar jaman kristus ditaksir penduduk sudah mencapai
antara 200-300 juta jiwa dan pada tahun 1650 permulaan jaman modern jumlah itu
menjadi sekitar setengah milyar jiwa. Pada permulaan jaman Revolusi Industri (1750)
penduduk diperkirakan telah menjadi 728 juta jiwa. Berkaitan dengan tahap
perkembangan teknologi maupun peristiwa-peristiwa sosial ekonomi penting yang
dialami penduduk dunia, maka sejak tahun 1650 Thomson dan lewis (1978)
membagi periode perkembangan penduduk dunia ke dalam lima periode, yaitu:
 Periode 1650-1800
Ditandai dengan perkembangan teknik-teknik pertanian baru, pendirian pabrik-
pabrik dalam tahap awal serta pengembangan sarana transportasi dan perhubungan,
disertai dengan kestabilan politik yang relatif terjadi dibanyak negara di dunia.
Penduduk dunia pada akhir periode ini diperkirakan sebanyak 900 juta jiwa
dengan tingkat pertumbuhan penduduk 0,4 persen per tahun.
 Periode 1800-1850
Pertumbuhan penduduk dunia sudah menunjukkan variasi antara negara satu
dengan yang lain maupun antara satu kawasan benua dengan kawasan benua
yang lain. Di Eropa dalam waktu 50 tahun penduduknya bertambah sekitar 33,3
persen. Peningkatan penataan kehidupan politik dan ekonomi bangsa-bangsa pada masa
ini
mendorong stabilnya penyediaan pangan yang cukup bagi penduduk, di
samping kesadaran kesehatan lingkungan.
 Periode 1850-1900
Ditandai dengan sudah banyaknya negara di dunia yang sudah melaksanakan sensus
penduduk secara lengkap, sehingga data kependudukan dunia sudah semakin
banyak dan reliabilitasnya semakin tinggi. Kemajuan teknologi pada masa
ini semakin mendorong peningkatan produktivitas manusia. Pengorganisasian
kehidupan sosial, ekonomi, dan politik penduduk negara-negara barat semakin
nampak terutama daerah urban. Dalam periode ini juga telah mulai menurunnya
tingkat fertilitas di beberapa negara, sudah timbul kesadaran dan keyakinan bahwa
pertumbuhan penduduk sepenuhnya dapat dikendalikan dari tingkat kelahiran dan
kematian.
 Periode 1900-1930
Peristiwa dunia yang membawa pengaruh demografis yang besar ialah Perang Dunia
1. Dalam peristiwa ini banyak penduduk yang meninggal di medan perang,
ataupun meninggal karena buruknya keadaan ekonomi. Banyak negara yang
dilanda penyakit yang menyebabkan kematian terutama infeksi.
 Periode 1930 sampai sekarang
Merupakan periode peledakan penduduk dunia yang cukup besar terutama setelah
Perang Dunia II. Peningkatan pelayanan kesehatan semakin meningkat terutama
dengan penemuan berbagai jenis obat anti biotika. Penemuan teknologi-
teknologi modern semakin mendorong peningkatan kualitas hidup. Disatu
pihak keadaan ini justru semakin mensukseskan usaha pengendalian penduduk
negaranegara maju, namun sebaliknya di negara-negara yang belum maju
terutama pada awal periode justru mendorong pertambahan penduduk yang cukup
besar. Dalam periode inilah angka 4 Milyar dari jumlah penduduk dunia dicapai.
Dalam periode ini pula, kesadaran akan penurunan tingkat kelahiran sebagai usaha
menekan laju pertumbuhan penduduk, menjadi progam internasional yang
mencakup hampir semua negara di dunia.
Jika penduduk dunia terus bertambah dengan kecepatan 2% setahun maka dalam sekitar
tujuh abad lagi maka hanya akan ada tempat untuk duduk di dunia ini. Penduduk
dunia tidaklah bertambah secara merata menurut tempat. Sebagian daerah bertambah
secara cepat dari yang lainnya, jadi disamping jumlah, distribusi penduduk menurut
geografi juga perlu diperhatikan.
Terjadinya ledakan penduduk dimulai dari Eropa karena Revolusi Industri dimulai
disana. Bangsa Eropa kemudian menyebar ke Amerika (utara sampai selatan),
Australia, Afrika Selatan, dan Selandia Baru. Kemudian menjajah hampir seluruh dunia.
Perkembangan penduduk dunia mula-mula berjalan lambat hingga zaman modern
dan kemudian berjalan dengan semakin cepat sepanjang sejarah manusia hingga tahun
2000. Sehingga pertumbuhan penduduk sulit dikendalikan dan akan berakibat pada
ledakan penduduk

2.2 TRANSISI DEMOGRAFI

Transisi demografi merupakan suatu kondisi yang menggambarkan perubahan


parameter demografi yaitu fertilitas, mortalitas dan migrasi. Zelinsky (1971),
menyatakan bahwa transisi fertilitas dan mortalitas sebagai transisi vital, sedangkan
transisi demografi terdiri dari transisi vital dan transisi mobilitas. Berbeda dengan
Zelinski, Notenstein (1945) menegaskan bahwa transisi demografi hanya
memperhatikan perubahan fertilitas dan mortalitas atau dengan kata lain disebut
sebagai perubahan secara alamiah. PBB (1989) membagi transisi demografi ke
dalam 4 tahap, yaitu:
1. Pada tahap pertama angka fertilitas (kelahiran) masih sangat tinggi,
ditandai dengan indikator Total Fertility Rate (TFR) di atas 6, dan angka mortalitas
(kematian) juga tinggi. Sedangkan usia harapan hidup waktu lahir rendah yaitu
kurang dari 45 tahun. Pada tahap ini laju pertumbuhan penduduk sangat rendah.
Jumlah kelahiran dan kematian cenderung sangat tinggi dan tidak terkendali setiap
tahunnya. Berbagai faktor penyebab kematian ikut mempengaruhi di antaranya
adanya peperangan, gagal panen dan kelaparan sebagai akibat tingginya harga-harga
pangan serta meluasnya wabah penyakit menular.
2. Tahap kedua ditandai dengan mulai menurunnya angka mortalitas dengan
cepat karena penemuan obat-obatan antibiotik, revolusi industri dan kemajuan teknologi.
Angka kelahiran sudah menunjukkan penurunan tetapi sangat lambat. TFR pada tahap ini
berkisar antara 4,5- 6, sedangkan usia harapan hidup waktu lahir berkisar antara 45-55
tahun.
3. Tahap ketiga, ditandai dengan kematian yang terus menurun tetapi
penurunannya mulai melambat. Angka harapan hidup berkisar antara 55- 65 tahun,
sedangkan TFR mengalami penurunan dengan cepat sebagai akibat adanya program
keluarga berencana dan tersedianya alat kontrasepsi secara luas. Pada tahap ini tingkat
pendidikan mulai meningkat.
4. Tahap keempat ditandai dengan angka kelahiran dan kematian yang sudah
rendah dan tingkat pertumbuhan penduduk yang juga rendah. Pada tahap ini usia atau angka
harapan hidup mencapai lebih dari 65 tahun dan TFR di bawah

Proses transisi demografi dianggap berakhir ketika fertilitas mencapai NRR (net
reproduction rate) = 1. Tahap ini biasanya dialami oleh negara yang sudah maju.
Gambar 1.3 Tahapan Transisi Demografi

Transisi vital menurut Chesnais (1992) ada 3 Tipe yaitu tipe I terdapat pada kelompok
negara maju di Eropa. Tipe ini memiliki dua ciri khas yaitu:
(1) angka pertumbuhan alami tidak pernah lebih dari 2 persen per tahun; (2) tahap
transisi berlangsung amat lama antara 75 sampai 200 tahun. Angka pertumbuhan penduduk
alami dihitung hanya berdasarkan selisih antara kelahiran dan kematian. Angka
pertumbuhan alami pada awalnya meningkat perlahan, kemudian mencapai
puncak dan selanjutnya menurun dengan perlahan pula. Tipe I ini terdiri dari 3 model
yaitu pertama model Nordik, yaitu negara-negara yang mempunyai masa transisi vital yang
sangat lama

yang mencapai hampir satu setengah abad. Swedia termasuk dalam tipe ini.
Kedua, model Barat dengan pertumbuhan alami tertinggi dicapai pada sekitar tahun
1900 dan transisi ditempuh dalam waktu 1 abad, Jerman menjadi salah satu negara
yang masuk dalam kelompok ini. Ketiga, model Selatan, dengan masa transisi
selama 70 sampai dengan 90 tahun. Italia termasuk ke dalam model ini dengan
angka pertumbuhan alami mencapai 1,25 yang dicapai pada sekitar tahun 1900.

Tabel 1.2 Tahapan Transisi Demografi

Periode
Bentuk Ta Tw Periode Ta Pertumbuhan Alami Pertumbuhan
transisi vital - Tw maksimum alami (%)
A Negara Maju
1. Model 1815 1965 150 1855-1865 1,6
Nordik
2. Model Barat 1875 1965 90 1896-1905 1,5
3. Model 1875 1965 90 1911-1913 dan 1,2
Selatan 1921-1930
B Negara- 1895 1959 6,4 tt 1,1
negara yang
terbentuk
karena
Migrasi
(Amerika
Serikat)
C Negara
berkembang
1. Pertumbuhan
sedang, 2,5% 1961-1971 (2,2)
per tahun
1920 2010 90
India
2025 120
Hipotesis
Minimum
Hipotesis
Maksimum
2.
Pertumbuhan 1958-1967 (2,6)
tinggi, 2,5-
1946 2010 65
3% per tahun
2025 80
Mesir
Hioptesis
Minimum
Hipotesis
maksimum
3. Pertumbuhan
sangat tinggi, 1954-1974 (3,4)
2,5-3% per
tahun
1920 2000 80
Mesir
2020 100
Hioptesis
Minimum
Hipotesis
maksimum
Sumber: Chesnais (1992) dalam Suriastini (1995)

Tipe II meliputi negara-negara Amerika, Kanada dan Australia. Negara- negara ini
mempunyai angka pertumbuhan alami tertinggi mencapai 1,5%. Kondisi ini dipengaruhi
oleh penduduk muda dan penduduk tua. Meskipun struktur penduduknya muda tetapi
hampir tidak ada perubahan dalam pertumbuhan alami dan justru menunjukkan adanya tren
penurunan pertumbuhan penduduk.
Tipe III hampir mirip dengan tipe II tetapi proses transisi vital yang terjadi belum
selesai. Negara berkembang termasuk ke dalam tipe ini, yaitu negara yang mempunyai
angka pertumbuhan masih sangat tinggi (lebih dari 3 persen per tahun), negara yang
mempunyai pertumbuhan alami tinggi yaitu antara 2,5 persen sampai dengan 3 persen dan
negara dengan pertumbuhan alami sedang yaitu antara 2 persen sampai dengan 2,5 persen.
David Lucas (1982) menyebutkan bahwa transisi demografi terjadi dalam 5 tahapan yaitu:
Tahap 1, disebut sebagai tahapan stasioner tinggi, di mana tingkat kematian dan tingkat
kelahiran sangat tinggi, sehingga pertumbuhan alamiah sangat rendah atau mendekati nol.
Jaman ini pernah dialami oleh negara-negara di Eropa pada abad ke 14.
Tahap2, disebut dengan awal perkembangan di mana angka kematian menurun sangat
lambat seperti yang dialami India pada masa perang dunia kedua.
Tahap 3, atau tahap akhir perkembangan yang menunjukkan masa di mana angka
kematian sudah menurun sangat cepat dan lebih cepat dibandingkan penurunan angka
kelahiran, sehingga pertumbuhan alami meningkat dengan cepat. Kondisi ini pernah dialami
oleh Eropa selatan dan Timur sebelum Perang Dunia ke II dan India setelah PD ke II.
Tahap 4, adalah tahapan stasioner rendah di mana angka kelahiran dan angka
kematian sama-sama rendah, sehingga pertumbuhan alami juga rendah. Kondisi ini pernah
dialami oleh Australia, Selandia Baru, Amerika Serikat pada akhir tahun 1939-an.
Tahap 5, tahap menurun di mana angka kelahiran telah rendah tetapi angka kematian
lebih tinggi daripada angka kelahiran, sehingga pertumbuhan alami negatif. Hal ini pernah
dialami oleh negara- negara Prancis sebelum PD II, Jerman Timur dan Barat pada tahun
1975.
Selanjutnya dikatakan bahwa teori transisi ini mengandung beberapa
kelemahan, karena pada masa tersebut di Eropa Barat terdapat berbagai variasi
fertilitas maupun mortalitas, yang disebabkan oleh pola perkawinan yang berbeda
dan beberapa negara telah dapat mengatur fertilitasnya. Proses penurunan tingkat
kematian dan kelahiran tidak sesederhana seperti dalam transisi vital, terutama jika
dilihat dari faktor-faktor penyebabnya. Di Eropa penurunan tingkat mortalitas
disebabkan oleh peningkatan kondisi sosial ekonomi, sedangkan di negara-negara
berkembang, proses transisi demografi lebih disebabkan oleh intervensi pemerintah
dan penyediaan obat dan alat kesehatan untuk mengatur jumlah keakhiran.
2.3 PROSES TRANSISI VITAL

Proses transisi vital dimulai dengan adanya modernisasi dan industrialisasi


serta transformasi dalam berbagai segi kehidupan secara simultan. Jika pada awal
transisi ditandai dengan angka mortalitas yang tinggi, di mana disebabkan oleh: a)
penyakit dan iklim, b) teknik kedokteran belum maju, c) pangan kurang mencukupi;
dan d) pendidikan dan standar hidup rendah. Angka fertilitas pada masa ini juga
tinggi yang disebabkan oleh: a) angka kematian bayi tinggi sehingga menyebabkan
orang ingin mempunyai anak lebih banyak, b) nilai anak merupakan alat produksi
dalam bidang pertanian, c) kepercayaan dan tradisi yang bersifat pronatalis, d) anak
menjadi investasi untuk mengurus orang tua di masa depan.
Ketika modernisasi dan industrialisasi berlangsung, terjadi penurunan angka
mortalitas karena ditemukannya vaksin dan obat-obatan antibiotika, serta penurunan
angka fertilitas karena pertumbuhan kesejahteraan dan ekonomi.

A. Transisi Mortalitas
Transisi mortalitas tidak terlepas dari transisi morbiditas di mana terjadi
perubahan pola penyakit penyebab kematian dari penyakit infeksi seperti diare,
influenza, malaria, dan TB digantikan oleh penyakit degeneratif yang berkaitan
dengan sistem sirkulasi darah (jantung, darah tinggi, stroke dan diabetes) serta
penyakit kanker. Transisi morbiditas terdiri dari 3 tahap yaitu tahap penyakit sampar
(pes) dan kelaparan, masa penurunan pandemic dan munculnya penyakit degeneratif.

Pada tahap penyakit sampar dan kelaparan, angka mortalitas berada pada tingkat yang
tinggi. Kemudian pada tahap penurunan pandemik menyebabkan penurunan angka
mortalitas dengan cepat, sampai pada suatu masa di mana angka mortalitas stabil pada
angka yang rendah yaitu pada pasca transisi, dan pada masa ini penyakit degeneratif mulai
bermunculan karena perubahan gaya hidup.

B. Transisi Fertilitas
Suriastini (1995) menuliskan bahwa transisi fertilitas di negara-negara maju terjadi
dalam 4 tahap yaitu diawali oleh Finlandia pada tahun 1750 yang mengalami penurunan
fertilitas, disusul oleh Prancis pada tahun 1760, Cekoslowakia tahun 1785 dan Amerika
pada tahun 1800. Hampir 1 abad kemudian penurunan fertilitas juga terjadi di Skandinavia,
Eropa utara, Eropa Tengah, Australia dan Selandia Baru. Kemudian tahun 1920 terjadi
penurunan di negara Eropa Tenggara yaitu Bulgaria, Yunani, Rumania dan Yugoslavia.
Di negara berkembang juga terjadi dalam 4 tahap yaitu penurunan fertilitas di
Argentina pada abad ke 19 dan awal abad ke 20 (sejak tahun 1885), Uruguay (1895) dan
Chili (1915 hingga 1920). Pada pertengahan 1950an, penurunan fertilitas terjadi di Siprus,
Afrika Barat, Taiwan, Singapura dan Srilangka. Sedangkan di akhir tahun 1950-an giliran
Cina (terutama di Hongkong), Korea Selatan, dan beberapa negara Amerika Latin yang
mengalami penurunan fertilitas. Pada periode 1960-1970 terjadi penurunan fertilitas di
negara dengan penduduk banyak dan merupakan negara daratan, yaitu Amerika Latin (Costa
Rica, Panama, Dominika, Brasil, Colombia dan Venezuela), Asia (India, Thailand, Filipina
dan Korea Utara), kemudian pada tahun 1970an terjadi di Indonesia dan Meksiko.

2.4 TRANSISI DEMOGRAFI DI INDONESIA

Ananta (1996) mengatakan bahwa revolusi mortalitas di Indonesia yang merupakan


revolusi demografi pertama di Indonesia terjadi sekitar tahun 1950-an. Dimulai dari adanya
penurunan angka kematian akibat berbagai penemuan obat-obatan antibiotika dan intervensi
kesehatan di negara maju. Indonesia tidak perlu lagi menciptakan obat-obatan modern,
tetapi langsung mengadopsi teknologi kedokteran modern seperti imunisasi dan antibiotika,
tanpa menunggu kemajuan perekonomian. Namun demikian, kondisi tersebut belum diikuti
oleh penurunan fertilitas, sehingga terjadi ledakan bayi di Indonesia pada sekitar tahun
1950-1970-an.
Transisi demografi di Indonesia ditandai dengan penurunan angka kematian
bayi dari 140 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 1971 menjadi 35 pada tahun
2000. Sedangkan angka fertilitas menurun dari 5,6 pada tahun 1961 menjadi hanya
2,6 pada tahun 2007. Artinya, jumlah anak yang dimiliki oleh setiap perempuan
Indonesia hingga akhir usia reproduksinya turun dari sekitar 5 hingga 6 anak,
menjadi hanya 2 hingga 3 anak. Sebagaimana telah disebutkan di atas, transisi
demografi di Indonesia terjadi karena adanya program nasional keluarga berencana
dengan penanaman paradigma dua anak cukup untuk mencapai keluarga kecil
bahagia dan sejahtera.
Pada masa itu penyediaan kontrasepsi murah diperluas, pelayanan kontrasepsi
mencapai hingga ke pelosok perdesaan. Suriastini (1995) mengatakan bahwa
terdapat 72,8 persen bayi tercegah kelahirannya dalam periode 1981-1987 sebagai
dampak dari pengaturan kelahiran dan penundaan usia perkawinan. Untuk Daerah
Jawa dan Bali sumbangan pengaturan kelahiran meningkat dari 54,6 persen pada
tahun 1972- 1976 menjadi 75,25 persen pada tahun 1982-1987.
Di sektor kesehatan, program kesehatan makin ditingkatkan dengan
pembangunan fasilitas Puskesmas untuk mendekatkan masyarakat pada fasilitas
kesehatan murah, program perbaikan gizi untuk ibu, bayi dan balita serta imunisasi
bagi bayi dan ibunya dalam upaya menurunkan angka kematian bayi.
Berbeda dengan negara-negara maju, transisi demografi yang terjadi di
Indonesia, tidak diawali dengan pembangunan ekonomi, industrialisasi dan
modernisasi. Indonesia berhasil mengalami transisi lebih cepat karena intervensi di
bidang kesehatan dan pengaturan jumlah anggota keluarga melalui program keluarga
berencana yang berjalan paralel dengan pembangunan di bidang ekonomi.
Suriastini (1995) memperkirakan bahwa akhir masa transisi demografi akan
terjadi pada tahun 2005. Pada tahun tersebut diperkirakan, angka harapan hidup
mencapai lebih dari 65 tahun, angka kelahiran (TFR) mendekati 2 dan NRR (Net
Reproduction Rate) sebesar 1. Periode 1990- 1995, Indonesia berada pada tahap
transisi yang tergolong labil, tepatnya pada tahap perkembangan akhir (late
expanding stage). Dengan usia angka harapan hidup 62,7 tahun dan TFR 3,91,
Indonesia telah berada di tahap ketiga transisi demografi (Mantra, 2000).

Gambar 1.4 memperlihatkan rata-rata pertumbuhan alami di Indonesia mengalami


peningkatan sejak tahun 1945-1950 hingga mencapai puncak pada periode 1971-1980,
kemudian menurun terus sampai tahun 2000. Angka pertumbuhan alami ini diperkirakan
akan menurun terus meskipun penurunannya tidak secepat pada periode 1980-2000.
Sumber: Widjojo Nitisastro (1970)
Mc Nicoll dan Singarimbun (1961-19800SDKI (1981-1989) BPS (Proyeksi
Penduduk 2000-2025).
Gambar 1.4
Kecenderungan Angka Kelahiran Kasar, Angka Kematian Kasar dan
Laju pertumbuhan Penduduk, 1990-2025

Jika diperhatikan antar provinsi, transisi demografi berbeda-beda antara satu dengan
yang lain. Hal ini terjadi karena pencapaian penurunan angka fertilitas dan mortalitas
masing-masing provinsi berbeda, sesuai dengan perbedaan waktu diberlakukannya program
fertilitas di Indonesia. Pada umumnya provinsi-provinsi di Jawa Bali mengalami transisi
demografi yang lebih cepat dibandingkan dengan wilayah Jawa Bali I dan Wilayah Jawa
Bali II.
Data SDKI tahun 1991 – 1994 menunjukkan variasi pencapaian angka fertilitas di
tiap- tiap provinsi di Indonesia. Pada tahun 2007, TFR tertinggi terjadi di Nusa Tenggara
Timur dan terrendah di DI.Yogyakarta.Rata-rata TFR di provinsi-provinsi turun dari tahun
1991 sampai dengan tahun 2002, namun dari tahun 2002 ke 2007 beberapa provinsi
memperlihatkan adanya peningkatan angka fertilitas totalnya, seperti misalnya Sumatera
Utara,Sumatera Barat,, Jambi, Sumatera Selatan, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat,
Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tengah.
Tabel 1.3

TFR Menurut Provinsi di Indonesia 1991 – 2007

Provi 1991 1994 199 2002 200


nsi 7 7
Nanggroe Aceh 3.8 3.3 3.1
Darussalam
Sumatera Utara 4.2 3.9 3.0 3.8
Sumatera Barat 3.6 3.2 3.2 3.4
Riau n.a 3.1 3.2 2.7
Jambi n.a 3.0 2.7 2.8
Sumatera Selatan 3.4 2.9 2.3 2.7
Bengkulu n.a 3.5 3.0 2.4
Lampung 3.2 3.5 2.7 2.5
Kepulauan Riau n.a n.a n.a n.a 3.1
Kep. Bangka Belitung n.a n.a n.a 2.4 2.5
DKI Jakarta 2.1 1.9 2.2 2.1
Jawa Barat 3.0 3.2 2.8 2.6
Jawa Tengah 2.9 2.8 2.1 2.3
DI Yogyakarta 2.0 1.8 1.9 2.1
Jawa Timur 2.0 2.2 2.1 2.1
Banten n.a n.a n.a 2.6 2.6
Bali 2.0 2.1 2.1 2.1
Nusa Tenggara Barat 3.8 3.6 2.4 2.8
Nusa Tenggara Timur n.a 3.9 4.1 4.2
Kalimantan Barat 3.9 3.3 2.9 2.8
Kalimantan Tengah n.a 2.3 3.2 3.0
Kalimantan Selatan 2.7 2.3 3.0 2.6
Kalimantan Timur n.a 3.2 2.8 2.7
Sulawesi Utara 2.3 2.6 2.6 2.8
Sulawesi Tengah n.a 3.1 3.2 3.3
Sulawesi Selatan 3.0 2.9 2.6 2.8
Sulawesi Tenggara n.a 3.5 3.6 3.3
Sulawesi Barat n.a n.a n.a n.a 3.5
Gorontalo n.a n.a n.a 2.8 2.6
Maluku n.a 3.7 n.a 3.9
Maluku Utara n.a n.a n.a 3.2
Papua n.a 3.2 n.a 3.4
Papua Barat n.a n.a n.a 2.9
INDONESIA 3.0 2.9 2.6 2.6
Sumber: SDKI berbagai tahun (BPS)

Tabel 1.4

Angka Kematian Bayi Menurut Provinsi 1994-2007

SDKI SDKI SDKI SDKI


1994 1997 2002 2007
Nanggroe Aceh na na na 25
Darussalam
Sumatera Utara 61 45 42 46
Sumatera Barat 68 66 48 47
Riau 72 60 43 37
Jambi 60 68 41 39
Sumatera Selatan 60 53 30 42
Bengkulu 74 72 53 46
Lampung 38 48 55 43
Kep. Bangka Belitung - - 43 39
Kep. Riau - - 43
DKI Jakarta 30 26 35 28
Jawa Barat 89 61 44 39
Jawa Tengah 51 45 36 26
DI Yogyakarta 30 23 20 19
Jawa Timur 62 36 43 35
Banten - - 38 46
Bali 58 40 14 34
Nusa Tenggara Barat 110 111 74 72
Nusa Tenggara Timur 71 60 59 57
Kalimantan Barat 97 70 47 46
Kalimantan Tengah 16 55 40 30
Kalimantan Selatan 83 71 45 58
Kalimantan Timur 61 51 42 26
Sulawesi Utara 66 48 25 35
Sulawesi Tengah 81 95 52 60
Sulawesi Selatan 64 63 47 41
Sulawesi Tenggara 79 78 67 41
Gorontalo - - 77 52
Sulawesi Barat - - - 74
Maluku - - - 59
Maluku Utara - - - 51
Papua - - - 36
Papua Barat - - - 41
INDONESIA 66 52 43 39
Sumber: SDKI 1994 sampai 2007 (BPS)

Sedangkan angka kematian bayi telah menunjukkan penurunan sejak tahun 1970
sampai tahun 2007. Jika diperhatikan angka kematian bayi antar provinsi menunjukkan
variasi yang cukup besar, tertinggi berada di provinsi Sulawesi Barat dan terendah di
provinsi DI. Yogyakarta (2007). Meskipun cenderung menurun beberapa provinsi
menunjukkan peningkatan pada periode 2002-2007 yaitu Provinsi Sumatera Utara,
Sumatera Selatan, Banten, Bali, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah.
Suriastini dengan menggunakan kriteria United Nation (1989) menyusun tahapan transisi
demografi yang dicapai pada tahun 1990. Pada tahun tersebut Indonesia baru mencapai masa
transisi demografi tahap ketiga dari proses masa transisi, dan diperkirakan Indonesia mencapai
akhir masa transisi pada tahun 2005 di mana NRR telah mencapai 1. Pada tingkat provinsi,
terdapat enam belas provinsi yang berada pada tahap ketiga seperti tercakup pada Tabel 4.
Sedangkan DKI Jakarta, DI. Yogyakarta dan Bali telah mulai memasuki tahap keempat atau
tahap terakhir dalam proses transisi demografi dan diperkirakan akan mencapai replacement
level ( NRR=1) pada periode 1990-1995.
Transisi demografi yang terjadi di Indonesia sudah berdasarkan tahapan teori transisi
demografi. Hanya saja ada tahap tertentu yang mengalami perbedaan dalam proses
pertumbuhan penduduk, sehingga dapat dikatakan jika Indonesia termasuk negara yang
mengalami proses transisi demografi yang berbeda. Perbedaan tersebut dilihat dari proses
penurunan angka kelahiran sebelum akhirnya memasuki negara industrialisasi. Ada beberapa
faktor yang menghalangi Indonesia untuk dapat menyelesaikan transisi demografinya antara
lain:

- Pembangunan tidak merata. Masih ada beberapa daerah tertinggal dan jauh dari
kemajuan -teknologi seperti yang ada di kota – kota besar.
- Pendidikan di Indonesia yang masih perlu ditingkatkan.
- Indonesia adalah negara agraris. Masih cukup sulit Indonesia berubah menjadi
negara industri sebab beberapa daerah masih ditemukan masyarakat bermata
pencaharian sebagai petani.

20

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tingkat pertumbuhan penduduk erat kaitanya dengan perkembangan peradaban
manusia dalam berinteraksi dengan alam sekitarnya. Bahwa ketersediaan alat dan penyediaan
bahan pangan pada jaman dulu berbeda dengan jaman saat ini, serta minimnya ilmu
pengetahuan dan teknologi di jaman dulu sehingga membuat adanya perubahan yang sangat
jauh pada masa dulu dan sekarang.

3.2 Saran
Melihat jumlah penduduk yang kian meningkat, maka pemerintah serta pihak-pihak
yang menangani masalah perkembangan kependudukan perlu menanganinya baik secara
regional maupun internasional agar pertumbuhan pada perubahan penduduk dunia dapat
dikendalikan.

21
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. Proyeksi Penduduk Indonesia dan Provinsi 2000- 2025.

Badan Pusat Statistik. Hasil Sementara Sensus Penduduk 2010.

Ida Bagoes Mantra, Prof. Demografi Umum.

Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Dasar-Dasar Demografi.

Prihastuti dan Djutaharta. Dipublikasikan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan


KB & KR BKKBN. Jakarta 2004. Kecenderungan Preferensi fertilitas, Unmetneed,
dan Kehamilan Yang Tidak Diharapkan: Analisis Lanjut SDKI 2002-2003.

Said Rusli. Pengantar Ilmu Kependudukan.

https://arioprasetio.wordpress.com/2014/12/04/sejarah-perkembangan-penduduk-dunia-dan-
indonesia/
http://baktisugiono.blogspot.com/2010/11/pertumbuhan-penduduk-di-dunia.html
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/d8f160e422e5c4a8c51e259b70b572d
a.pdf
http://repository.ut.ac.id/4374/2/SATS4313-M1.pdf

22

Anda mungkin juga menyukai