Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

DI DESA WARINGIN (RT 04-08)


MAJALENGKA
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok S1 Keperawatan
(Stase Keperawatan Komuniats)

Disusun oleh :
Kelompok I :

1. Adah Siti Sa’adah 7. Nunung Nur Ftriyani


2. Algin Liza mutaqwa 8. Novia Sagita Oktaviani
3. Amelia 9. Rima Amelia
4. Anggi Sri Aryani 10. Rina Iryanti
5. De Piping Herdiana 11. Yudhi Rhamanda
6. Dina Amelia

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YPIB MAJALENGKA


PROGRAM PROFESI S1 KEPERAWATAN
MAJALENGKA
2020/2021
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT, Shalawat dan salam selalu tercurah limpahkan kepada
Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu menyelesaikan tugas
laporan ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas. Laporan ini
disusun agar pembaca dapat mengetahui tentang “Laporan Keperawatan Komunitas di Desa
Waringin RT 04 - 08”. Yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber
informasi, dan referensi lainnya. Laporan ini disusun oleh penyusun dengan berbagai rintangan.
Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh
kesabaran dan terutama pertolongan dari Alloh akhirnya laporan ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan
pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa/mahasiswi STIKes YPIB Majalengka.

Majalengka, 09 Februari 2021

Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ..........................................................................................................i

DAFTAR TABEL................................................................................................. ii

DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................ iv

KATA PENGANTAR ...........................................................................................v

LAMPIRAN PERSETUJUAN ...........................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Tujuan ...................................................................................................1
1.Tujuan Umum……………………………………………………….1
2.Tujuan Khusus……………………………………………………….1
C. Metode Penulisan ..................................................................................2
1. Tempat Praktik………………………………………………………2
2. Waktu Praktik……………………………………………………….2
3.Teknik Pengumpilan Data……………………………………………2
4. Data yang Digunakan ………………………………………………2
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Teori Komunitas.......................................................... 3
1. Definisi Komunitas dan Kesehatan Masyarakat…………………….3
2. Definisi Keperawatan Komunitas………………………………….4
3.Prinsip Perawatan Kesehatan Masyarakat………………………….4
4. Tujuan Perawatan Kesehatan Komunitas………………………….5
5. Strategi Perawatan Keperawatan Komunitas………………………6
6.Sasaran Praktik Perawatan Komunitas……………………………...7
7. Asumsi dan Kepercayaan Terhadap Perawatan Kesehatan Menutut ANA
(American Nurse Association………………………………………..8
8. Paradigma dan Falsafah Keperawatan Komunitas………………..9
9. Peran Perawat Komunitas (Provider of Nursing Care )…………..10
10. Ruang Lingkup Perawatan Komunitas……………………….11
11. Konsep Masalah Kesehatan Komunitas Menurut SDGs…………….12

B. Konsep Dasar Agregat Remaja……………………………………………30

1. Definisi Konsep Remaja …………………………………………………31

2. Klasifikasi Remaja…………………………………………………………31

3. Perubahan Pada Remaja………………………………………………….31

4. Karakteristik Perkembangan Pada Remaja……………………………….32

5. Perspektif Remaja dalam teori perkembangan ………………………..32

6. Perbandingan Agregat Remaja Rural dan Urban…………………………..33

7. Remaja Perdesaan dan perkotaan……………………………………………34

8. Faktor Resiko dan masalah pada agregat remaja………………………….35

9. Pencegahan terhadap factor resiko pada agregat remaja……………………..36

C.Konsep Dasar Asuhan Keperawatan........................................................... 24

1. Pengkajian………………………………………………………………..24

2.Diagnosa keperawatan……………………………………………………25

3.Intervensi Keperawatan ……………………………………………………26

4. Implementasi atau Pelaksanaan …………………………………………..27

5. Evaluasi…………………………………………………………………….28

BAB III LAPORAN KASUS KOMUNITAS DESA WARINGIN


A. PENGKAJIAN.................................................................................... 96
B. ANALISA DATA............................................................................. 104
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN KOMUNITAS DESA WARING107
D. PRIORITAS MASALAH DESAWARINGIN................................. 108
E. PERENCANAAN............................................................................. 110
F. RENCANA KERJA (PLAN OF ACTION/POA)............................ 126
G. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI.............................................. 129
H. ANALISIS SWOT............................................................................ 131
I. EVALUASI PROGRAM.................................................................. 133
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................... 134
B. Saran................................................................................................. 134

DAFTAR PUSTAKA
Lampiran

DAFTAR TABEL

TABEL Analisa Data ............................................................................................26

TABEL Prioritas Masalah .....................................................................................32

TABEL Diagnosa Keperawatan Komunitas .........................................................34

TABEL Definisi Outcome ....................................................................................36

TABEL Definisi Outcome ....................................................................................37

TABEL Klasifikasi Intervensi ...............................................................................40

TABEL Kemungkinan Masalah Yang Mungkin Muncul Didesa Waringin ....41

TABEL RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS (ICNP) .......42

TABEL Dampak ...................................................................................................95

TABEL 3.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin .............................98

TABEL 3.2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Nilai dan Keyakinan ...................98

TABEL 3.3 Distribusi Penduduk Berdasarkan Pendidikan ................................100


TABEL 3.4 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan .........................101

TABEL 3.5 Distribisi Penduduk Berdasarkan Penghasilan ................................102

TABEL 3.6 Masalah Kesehatan Di Desa Waringin.............................................102

TABEL ANALISA DATA .................................................................................104

TABEL DIAGNOSA KEPERAWATAN KOMUNITAS DESA WARINGIN. 107

TABEL PRIORITAS MASALAH DESA WARINGIN.....................................108

TABEL PERENCANAAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS .......110

TABEL RENCANA KERJA (PLAN OF ACTION/POA) .................................126

TABEL Rencana Program MMD (Musyawarah Masyarakat Desa Waringin ....128

TABEL IMPLEMENTASI DAN EVALUASI ..................................................129

TABEL ANALISIS SWOT ................................................................................130

TABEL Pendidikan Program Tentang hubungan tingkat pengetahuan dan sikap remaja putri

Tentang dismenore dan Tindakan dalam penanganan dismenore di desa waringin132

TABEL Pendidikan Kesehatan Tentang DISMENORE ....................................132


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 adalah keadaan sehat, baik
secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup
produktif secara sosial dan ekonomis. Kesehatan yang optimal bagi setiap individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat merupakan tujuan dari keperawatan, khususnya keperawatan
komunitas (Ferry Efendi dan Makhfudli, 2009).
Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang mempunyai persamaan
nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan kelompok khusus dengan batas-batas
geografi yang jelas, dengan norma dan nilai yang telah melembaga (Sumijatun dkk, 2006).
Keperawatan komunitas ditujukan untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan
serta memberikan bantuan melalui intervensi keperawatan sebagai dasar keahliannya dalam
membantu individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam mengatasi berbagai masalah
keperawatan yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari (Ferry Efendi dan Makhfudli,
2009).
Keperawatan komunitas lebih menekankan kepada upaya peningkatan kesehatan dan
pencegahan terhadap berbagai gangguan kesehatan dengan tidak melupakan upaya-upaya
pengobatan, perawatan, serta pemulihan bagi yang sedang menderita penyakit maupun dalam
kondisi pemulihan terhadap penyakit (Wahit Iqbal dkk, 2011). Berdasarkan latar belakang
tersebut maka kelompok tertarik untuk membahas mengenai konsep dasar keperawatan
komunitas.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengetahui konsep dasar keperawatan komunitas.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa diharapkan mampu :
a. Mengetahui definisi kepewatan komunitas
b. Mengetahui tujuan dan fungsi keperawatan komunitas
c. Mengetahui prinsip keperawatan komunitas
d. Mengetahui sasaran keperawatan komunitas
e. Mengetahui falsafah keperawatan komunitas
f. Mengetahui tingkat pencegahan keperawatan komunitas
g. Mengetahui strategi intervensi keperawatan komunitas.

C. Metode Penulisan
1. Tempat Praktik
Lokasi praktik belajar lapang ini bertempat di RT 04-08 Desa Waringin Kecamatan
Palasah Kabupaten Majalengka
2. Waktu Praktik
Waktu praktik ini dilaksanakan pada tanggal 10– 11 Februari 2021
3. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan data Primer.
4. Data yang digunakan
Data yang kami dapatkan berdasarkan metode teknik pengumpulan data yang kami
lakukan berupada data sekunder atau merupakan data yang kami dapat dari Responden.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Teori


1. Definisi Komunitas dan Kesehatan Masyarakat
Menurut Kontjaraningrat, komunitas adalah sekumpulan manusia yang saling
bergaul, atau dengan istilah lain saling berinteraksi (Mubarak, 2007). Komunitas adalah
kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat, saling berinteraksi satu sama lain, saling
mengenal serta mempunyai minat dan interest yang sama. Komunitas adalah kelompok
dari masyarakat yang tinggal di suatu lokasi yang sama dengan di bawah pemerintahan
yang sama, area atau lokasi yang sama di mana mereka tinggal, kelompok sosial yang
mempunyai interest yang sama (Riyadi, 2007).
Keperawatan komunitas adalah bidang khusus dari keperawatan yang merupakan
gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu sosial yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang di berikan kepada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat baik yang sehat atau yang sakit secara komprehensif
melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif serta resosialitatif dengan
melibatkan peran serta aktif dari masyarakat. Peran serta aktif masyarakat bersama tim
kesahatan diharapkan dapat mengenal masalah kesehatan yang dihadapi serta memecahkan
masalah tersebut  (Elisabeth, 2007).
Sasaran pelayanan kesehatan masyarakat adalah individu, keluarga/ kelompok dan
masyarakat dengan fokus upaya kesehatan primer, sekunder dan tersier. Oleh karenanya
pendidikan masyarakat tentang kesehatan dan perkembangan sosial akan membantu
masyarakat dalam mendorong semangat untuk merawat diri sendiri, hidup mandiri dan
menentukan nasibnya sendiri dalam menciptakan derajat kesehatan yang optimal
(Elisabeth, 2007).
Peran serta masyarakat diperlukan dalam hal perorangan. Komunitas sebagai subyek
dan obyek diharapkan masyarakat mampu mengenal, mengambil keputusan dalam
menjaga kesehatannya. Sebagian akhir tujuan pelayanan kesehatan utama diharapkan
masyarakat mampu secara mandiri menjaga dan meningkatkan status kesehatan
masyarakat (Mubarak, 2005).
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Teori


2. Definisi Komunitas dan Kesehatan Masyarakat
Menurut Kontjaraningrat, komunitas adalah sekumpulan manusia yang saling
bergaul, atau dengan istilah lain saling berinteraksi (Mubarak, 2007). Komunitas adalah
kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat, saling berinteraksi satu sama lain, saling
mengenal serta mempunyai minat dan interest yang sama. Komunitas adalah kelompok
dari masyarakat yang tinggal di suatu lokasi yang sama dengan di bawah pemerintahan
yang sama, area atau lokasi yang sama di mana mereka tinggal, kelompok sosial yang
mempunyai interest yang sama (Riyadi, 2007).
Keperawatan komunitas adalah bidang khusus dari keperawatan yang merupakan
gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu sosial yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang di berikan kepada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat baik yang sehat atau yang sakit secara komprehensif
melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif serta resosialitatif dengan
melibatkan peran serta aktif dari masyarakat. Peran serta aktif masyarakat bersama tim
kesahatan diharapkan dapat mengenal masalah kesehatan yang dihadapi serta memecahkan
masalah tersebut  (Elisabeth, 2007).
Sasaran pelayanan kesehatan masyarakat adalah individu, keluarga/ kelompok dan
masyarakat dengan fokus upaya kesehatan primer, sekunder dan tersier. Oleh karenanya
pendidikan masyarakat tentang kesehatan dan perkembangan sosial akan membantu
masyarakat dalam mendorong semangat untuk merawat diri sendiri, hidup mandiri dan
menentukan nasibnya sendiri dalam menciptakan derajat kesehatan yang optimal
(Elisabeth, 2007).
Peran serta masyarakat diperlukan dalam hal perorangan. Komunitas sebagai subyek
dan obyek diharapkan masyarakat mampu mengenal, mengambil keputusan dalam
menjaga kesehatannya. Sebagian akhir tujuan pelayanan kesehatan utama diharapkan
masyarakat mampu secara mandiri menjaga dan meningkatkan status kesehatan
masyarakat (Mubarak, 2005).
3. Definisi Keperawatan Komunitas
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional sebagai bagian integral
pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan biologi, psikologi, social dan spiritual secara
komprehensif, ditujukan kepada individu keluarga dan masyarakat baik sehat maupun sakit
mencakup siklus hidup manusia (Riyadi, 2007).
Keperawatan Kesehatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan  profesional yang
ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi, dalam upaya
pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan peningkatan
kesehatan, dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, dan
melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan pelaksanaan dan evaluasi pelayanan
keperawatan.
Keperawatan komunitas ditujukan untuk mempertahankan dan meningkatkan
kesehatan serta memberikan bantuan melalui intervensi keperawatan sebagai dasar
keahliannya dalam membantu individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam
mengatasi barbagai masalah keperawatan yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari
(Efendi, 2009). Keperawatan sebagai bentuk komprehensif melakukan penekanan tujuan
untuk menekan stressor atau meningkatkan kemampuan komunitas mengatasi stressor
melalui pencegahan primer, sekunder, tersier. Peningkatan kesehatan berupa pencegahan
penyakit ini bisa melalui pelayanan keperawatan langsung dan perhatian langsung terhadap
seluruh masyarakat dan mempertimbangkan bagaimana masalah kesehatan masyarakat
mempengaruhi kesehatan individu, keluarga, dan kelompok. Peningkatan peran serta
masyarakat dalam bidang kesehatan merupakan suatu proses dimana individu, keluarga
dan lembaga masyarakat termasuk swasta mengambil tanggung jawab terhadap masyarakat
atas kesehatan diri keluarga dan masyarakat, mengembangkan kemampuan untuk
menyehatkan diri, keluarga dan masyarakat serta menjadi pelaku atau perintis kesehatan
dan peminpin yang menggerakan kegiatan masyarakat dibidang kesehatan berdasarkan
azas kemandirian dan kebersamaan. Dari hal tersebut masyarakat dapat berperan serta
dengan menyumbangkan tenaga, pikiran atau pengetahuan, sarana, dana yang dimilikinya
untuk upaya kesehatan.
Asuhan keperawatan diberikan karena adanya kelemahan fisik maupun mental,
keterbatasan pengetahuan serta kurang kemauan menuju kepada kemampuan
melaksanakan kegiatan sehari-hari secara mandiri. Kegiatan ini dilakukan dalam upaya
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan, pemulihan serta pemeliharaan
kesehatan dengan penekanan pada upaya pelayanan kesehatan utama (Primary Health
care) untuk memungkinkan setiap orang mencapai kemampuan hidup sehat dan produktif.
Kegiatan ini dilakukan sesuai dengan wewenang, tanggung jawab serta etika profesi
keperawatan (Riyadi, 2007).
Dalam rapat kerja keperawatan kesehatan masyarakat dijelaskan bahwa keperawatan
komunitas merupakan suatu bidang keperawatan yang merupakan perpaduan antara
keperawatan (Nursing) dan kesehatan masyarakat (Public health) dengan dukungan peran
serta masyarakat secara aktif dan mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara
berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara
menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui proses keperawatan (Nursing process) untuk
meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal sehingga mampu mandiri dalam
upaya kesehatan (Mubarak, 2005).
Perawatan komunitas adalah perawatan yang diberian dari luar suatu institusi yang
berfokus pada masyarakat atau individu dan keluarga (Elisabeth, 2007).

4. Prinsip perawatan kesehatan masyarakat


Pada perawatan kesehatan masyarakat harus mempertimbangkan beberapa prinsip,
yaitu:
a. Kemanfaatan
Semua tindakan dalam asuhan keperawatan harus memberikan manfaat yang
besar bagi komunitas. Intervensi atau pelaksanaan yang dilakukan harus memberikan
manfaat sebesar-besarnya bagi komunitas, artinya ada keseimbangan antara manfaat dan
kerugian (Mubarak, 2005).
b. Kerjasama
Kerjasama dengan klien dalam waktu yang panjang dan bersifat berkelanjutan
serta melakukan kerja sama lintas program dan lintas sektoral (Riyadi, 2007).
c. Secara langsung
Asuhan keperawatan diberikan secara langsung mengkaji dan intervensi, klien dan
lingkunganya termasuk lingkungan sosial, ekonomi serta fisik mempunyai tujuan utama
peningkatan kesehatan (Riyadi, 2007).
d. Keadilan
Tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan atau kapasitas dari
komunitas itu sendiri. Dalam pengertian melakukan upaya atau tindakan sesuai dengan
kemampuan atau kapasitas komunitas (Mubarak, 2005).
e. Otonomi
Klien atau komunitas diberi kebebasan dalam memilih atau melaksanakan
beberapa alternatif terbaik dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang ada (Mubarak,
2005).
5. Tujuan keperawatan kesehatan komunitas
Keperawatan komunitas merupakan suatu bentuk pelayanan kesehatan yang
dilakukan sebagai upaya dalam pencegahan dan peningkatan derajat kesehatan masyarakat
melalui pelayanan keperawatan langsung (direction) terhadap individu, keluarga dan
kelompok didalam konteks komunitas serta perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh
masyarakat dan mempertimbangkan masalah atau isu kesehatan masyarakat yang dapat
mempengaruhi individu, keluarga serta masyarakat.
a. Tujuan Umum
Meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan masyarakat secara meyeluruh
dalam memelihara kesehatannya untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal secara
mandiri.
b. Tujuan khusus
1) Dipahaminya pengertian sehat dan sakit oleh masyarakat.
2) Meningkatnya kemampuan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat untuk
melaksanakan upaya perawatan dasar dalam rangka mengatasi masalah keperawatan.
3) Tertanganinya kelompok keluarga rawan yang memerlukan pembinaan dan asuhan
keperawatan.
4) Tertanganinya kelompok masyarakat khusus/rawan yang memerlukan pembinaan
dan asuhan keperawatan di rumah, di panti dan di masyarakat.
5) Tertanganinya kasus-kasus yang memerlukan penanganan tindaklanjut dan asuhan
keperawatan di rumah.
6) Terlayaninya kasus-kasus tertentu yang termasuk kelompok resiko tinggi yang
memerlukan penanganan dan asuhan keperawatan di rumah dan di Puskesmas.
7) Teratasi dan terkendalinya keadaan lingkungan fisik dan sosial untuk menuju
keadaan sehat optimal.

6. Strategi Pelaksanaan Keperawatan Komunitas


Strategi pelaksanaan keperawatan komunitas yang dapat digunakan dalam
keperawatan kesehatan masyarakat, yaitu:
a. Pendidikan kesehatan (Health Promotion)
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara
menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar,
tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada
hubungannya dengan kesehatan (Elisabeth, 2007).
Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang
berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana individu,
keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, pendidikan
kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan di dalam bidang kesehatan
(Mubarak, 2005).
b. Proses kelompok (Group Process)
Bidang tugas perawat komunitas tidak bisa terlepas dari kelompok masyarakat
sebagai klien termasuk sub-sub sistem yang terdapat di dalamnya, yaitu: individu,
keluarga, dan kelompok khusus, perawat spesialis komunitas dalam melakukan upaya
peningkatan, perlindungan dan pemulihan status kesehatan masyarakat dapat
menggunakan alternatif model pengorganisasian masyarakat, yaitu: perencanaan sosial,
aksi sosial atau pengembangan masyarakat (Elisabeth, 2007).
c. Kerjasama atau kemitraan (Partnership)
Kemitraan adalah hubungan atau kerja sama antara dua pihak atau lebih,
berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan atau memberikan
manfaat. Partisipasi klien/ masyarakat dikonseptualisasikan sebagai peningkatan
inisiatif diri terhadap segala kegiatan yang memiliki kontribusi pada peningkatan
kesehatan dan kesejahteraan (Elisabeth, 2007).
Kemitraan antara perawat komunitas dan pihak-pihak terkait dengan masyarakat
digambarkan dalam bentuk garis hubung antara komponen-komponen yang ada. Hal ini
memberikan pengertian perlunya upaya kolaborasi dalam mengkombinasikan keahlian
masing-masing yang dibutuhkan untuk mengembangkan strategi peningkatan kesehatan
masyarakat (Elisabeth, 2007).
d. Pemberdayaan (Empowerment)
Konsep pemberdayaan dapat dimaknai secara sederhana sebagai proses pemberian
kekuatan atau dorongan sehingga membentuk interaksi transformatif kepada
masyarakat, antara lain: adanya dukungan, pemberdayaan, kekuatan ide baru, dan
kekuatan mandiri untuk membentuk pengetahuan baru (Elisabeth, 2007).
Perawat komunitas perlu memberikan dorongan atau pemberdayaan kepada
masyarakat agar muncul partisipasi aktif masyarakat. Membangun kesehatan
masyarakat tidak terlepas dari upaya-upaya untuk meningkatkan kapasitas,
kepemimpinan dan partisipasi masyarakat  (Elisabeth, 2007).

7. Sasaran Praktik Keperawatan Komunitas


Sasaran dari perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga, kelompok
khusus, komunitas baik yang sehat maupun sakit yang mempunyai masalah kesehatan atau
perawatan (Effendy, 1998), sasaran ini terdiri dari:
a. Individu
Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari aspek
biologi, psikologi, social dan spiritual. Peran perawat pada individu sebagai klien, pada
dasarnya memenuhi kebutuhan dasarnya mencakup kebutuhan biologi, social, psikologi
dan spiritual karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan,
kurang kemauan menuju kemandirian pasien/klien.
b. Keluarga
Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara terus
menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan maupun secara
bersama-sama, di dalam lingkungannya sendiri atau masyarakat secara keseluruhan.
Keluarga dalam fungsinya mempengaruhi dan lingkup kebutuhan dasar manusia dapat
dilihat pada Hirarki Kebutuhan Dasar Maslow yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman dan
nyaman, dicintai dan mencintai, harga diri dan aktualisasi diri.
c. Kelompok khusus
Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan jenis
kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat rawan terhadap
masalah kesehatan. Yang termasuk kelompok khusus adalah:
1) Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat perkembangan dan
pertumbuhannya, seperti:
a) Ibu hamil
b) Bayi baru lahir
c) Balita
d) Anak usia sekolah
e) Lansia
2) Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan dan bimbingan
serta asuhan keperawatan, diantaranya adalah:
a) Penderita penyakit menular, seperti TBC, lepra, AIDS, penyakit kelamin lainnya.
b) Penderita dengan penyakit tak menular, seperti: penyakit diabetes mellitus,
jantung koroner, cacat fisik, gangguan mental dan lain sebagainya.
3) Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit, yaitu:
a) Wanita tunasusila
b) Kelompok penyalahgunaan obat dan narkoba
c) Kelompok pekerja-pekerja tertentu, dan lain-lain
4) Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, diantaranya adalah:
a) Panti werdha
b) Panti asuhan
c) Pusat-pusat rehabilitasi
d) Penitipan balita

d. Masyarakat
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup dan bekerjasama cukup lama
sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai satu
kesatuan sosial dengan batas-batas yang telah ditetapkan dengan jelas. Masyarakat
merupakan kelompok individu yang saling berinteraksi, saling tergantung dan
bekerjasama untuk mencapai tujuan. Dalam berinteraksi sesama anggota masyarakat
akan muncul banyak permasalahan, baik permasalahan sosial, kebudayaan,
perekonomian, politik maupun kesehatan khususnya.
Manusia sebagai sasaran pelayanan atau asuhan keperawatan dalam praktek
keperawatan.Sebagai sasaran praktek keperawatan klien dapat dibedakan menjadi
individu, keluarga dan masyarakat (Riyadi, 2007).
1) Individu sebagai klien
Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari aspek
biologi, psikologi, sosial dan spiritual. Peran perawat pada individu sebagai klien,
pada dasarnya memenuhi kebutuhan dasarnya mencakup kebutuhan biologi, sosial,
psikologi dan spiritual karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan
pengetahuan, kurang kemauan menuju kemandirian klien (Riyadi, 2007).
2) Keluarga sebagai klien
Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara terus
menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan maupun secara
bersama-sama, di dalam lingkungannya sendiri atau masyarakat secara keseluruhan.
Keluarga dalam fungsinya mempengaruhi dalam lingkup kebutuhan dasar manusia
dapat dilihat pada Hirarki Kebutuhan Dasar Maslow yaitu kebutuhan fisiologis, rasa
aman dan nyaman, dicintai dan mencintai, harga diri dan aktualisasi diri (Riyadi,
2007).
3) Masyarakat sebagai klien
Kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat
tertentu yang bersifat terus menerus dan terikat oleh suatu indentitas bersama
(Riyadi, 2007).

8. Asumsi dan Kepercayaan Terhadap Perawatan Kesehatan Komunitas Menurut ANA


(American Nurses Associationi)
a. Asumsi
1) Sistem pemeliharaan yang kompleks.
2) Komponen sistem pemeliharaan kesehatan primer, sekunder dan tersier.
3) Perawatan subsistem pemeliharaan kesehatan dan produk pendidikan dasar praktek
penelitian.
4) Pemeliharaan kesehatan primer lebih menonjol dari sekunder dan tersier.
5) Perawatan kesehatan menyangkut setting pemeliharaan kesehatan primer.
b. Kepercayaan
1) Pemeliharaan kesehatan harus memadai dan diterima semua orang.
2) Orang yang menerima asuhan harus dilibatkan.
3) Perawat sebagai pemberi dan klien sebagai konsumen pelayanan kesehatan.
4) Lingkungan berdampak terhadap kesehatan populasi dan individu.
5) Pencegahan penyakit bagian esensial dari peningkatan kesehatan.
6) Kesehatan sebagai proses menyangkut kehidupan dalam jangka waktu yang lama.
7) Klien hanya anggota tetap dari tim pemeliharaan kesehatan.
8) Individu dalam sistem kesehatan masyarakat bertanggung jawab secara mandiri dan
aktif berpartisipasi dalam pemeliharaan kesehatan.

9. Paradigma dan Falsafah Keperawatan Komunitas


Paradigma keperawatan komunitas terdiri dari empat komponen pokok, yaitu
manusia, keperawatan, kesehatan dan lingkungan (Logan & Dawkins, 1987). Kesehatan
dalam keperawatan kesehatan komunitas didefenisikan sebagai kemampuan melaksanakan
peran dan fungsi dengan efektif. Kesehatan adalah proses yang berlangsung mengarah
kepada kreatifitas, konstruktif dan produktif. Menurut Hendrik L.,ada empat faktor yang
mempengaruhi kesehatan, yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan.
Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik yaitu
lingkungan yang berkaitan dengan fisik seperti air, udara, sampah, tanah, iklim, dan
perumahan. Contoh, di suatu daerah mengalami wabah diare dan penyakit kulit akibat
kesulitan air bersih.
Keturunan merupakan faktor yang telah ada pada diri manusia yang dibawanya sejak
lahir, misalnya penyakit asma. Keempat faktor tersebut saling berkaitan dan saling
menunjang satu dengan yang lainnya dalam menentukan derajat kesehatan individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat.
Keperawatan dalam keperawatan kesehatan komunitas dipandang sebagai bentuk
pelayanan esensial yang diberikan oleh perawat kepada individu, keluarga, dan kelompok
dan masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan meliputi promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitatif dengan menggunakan proses keperawatan untuk mencapai tingkat
kesehatan yang optimal. Lingkungan dalam paradigma keperawatan berfokus pada
lingkungan masyarakat, dimana lingkungan dapat mempengaruhi status kesehatan
manusia. Lingkungan disini meliputi lingkungan fisik, psikologis, sosial dan budaya dan
lingkungan spiritual.
Berdasarkan pada asumsi dasar dan keyakinan yang mendasar tersebut, maka dapat
dikembangkan falsafah keperawatan komunitas sebagai landasan praktik keperawatan
komunitas. Dalam falsafah keperawatan komunitas, keperawatan komunitas merupakan
pelayanan yang memberikan perhatian terhadap pengaruh lingkungan (bio-psiko-sosio-
kultural-spiritual) terhadap kesehatan komunitas dan memberikan prioritas pada strategi
pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan. Falsafah yang melandasi keperawatan
komunitas mengacu kepada paradigma keperawatan yang terdiri dari 4 hal penting, yaitu:
manusia, kesehatan, lingkungan dan pelayanan keperawatan sehingga dapat dirumuskan
sebagai berikut:
a. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat adalah pekerjaan yang luhur dan
manusiawi yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
b. Perawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya berdasarkan kemanusiaan untuk
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bagi terwujudnya manusia yang sehat
khususnya dan masyarakat yang sehat pada umumnya.
c. Pelayanan perawatan kesehatan masyarakat harus terjangkau dan dapat diterima oleh
semua orang dan merupakan bagian integral dari upaya kesehatan.
d. Upaya preventif dan promotif merupakan upaya pokok tanpa mengabaikan upaya
kuratif dan rehabilitatif.
e. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat yang diberikan berlangsung secara
berkesinambungan.

f. Perawatan kesehatan masyarakat sebagai provider dan klien sebagai consumer


pelayanan keperawatan dan kesehatan, menjamin suatu hubungan yang saling
mendukung dan mempengaruhi perubahan dalam kebijaksanaan dan pelayanan
kesehatan ke arah peningkatan status kesehatan masyarakat.
g. Pengembangan tenaga keperawatan kesehatan masyarakat direncanakan secara
berkesinambungan dan terus-menerus.Individu dalam suatu masyarakat ikut
bertanggung jawab atas kesehatannya, ia harus ikut dalam upaya mendorong, mendidik
dan berpartisipasi aktif dalam pelayanan kesehatan mereka sendiri.

10. Peran Perawat Komunitas (Provider of Nursing Care)


Banyak peranan yang dapat dilakukan oleh perawat kesehatan masyarakat
diantaranya adalah:
a. Penyedia Pelayanan (Care provider)
Memberikan asuhan keperawatan melalui mengkaji masalah keperawatan yang
ada, merencanakan tindakan keperawatan, melaksanakan tindakan keperawatan dan
mengevaluasi pelayanan yang telah diberikan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat.
b. Pendidik dan Konsultan (Educator and Counselor)
Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat baik di rumah, puskesmas, dan di masyarakat secara terorganisir dalam
rangka menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi perubahan perilaku seperti yang
diharapkan dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan mengatasi tatanan
psikologis atau masalah sosial untuk membangun hubungan interpersonal yang baik dan
untuk meningkatkan perkembangan seseorang. Di dalamnya diberikan dukungan
emosional dan intelektual.
Proses pengajaran mempunyai 4 komponen yaitu : pengkajian, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi. Hal ini sejalan dengan proses keperawatan dalam fase
pengkajian seorang perawat mengkaji kebutuhan pembelajaran bagi pasien dan kesiapan
untuk belajar. Selama perencanaan perawat membuat tujuan khusus dan strategi
pengajaran. Selama pelaksanaan perawat menerapkan strategi pengajaran dan selama
evaluasi perawat menilai hasil yang telah didapat (Mubarak, 2005).
c. Role Model
Perawat kesehatan masyarakat harus dapat memberikan contoh yang baik dalam
bidang kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat tentang
bagaimana tata cara hidup sehat yang dapat ditiru dan dicontoh oleh masyarakat.

d. Advokasi (Advocate)
Pembelaan dapat diberikan kepada individu, kelompok atau tingkat komunitas.
Pada tingkat keluarga, perawat dapat menjalankan fungsinya melalui pelayanan sosial
yang ada dalam masyarakat. Seorang pembela klien adalah pembela dari hak-hak klien.
Pembelaan termasuk di dalamnya peningkatan apa yang terbaik untuk klien,
memastikan kebutuhan klien terpenuhi dan melindungi hak-hak klien (Mubarak, 2005).
Tugas perawat sebagai pembela klien adalah bertanggung jawab membantu klien
dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan
dalam memberikan informasi hal lain yang diperlukan untuk mengambil persetujuan
(Informed Concent) atas tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya. Tugas yang
lain adalah mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus dilakukan karena
klien yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan banyak petugas
kesehatan (Mubarak, 2005).
e. Manajer Kasus (Case Manager)
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengelola berbagai kegiatan
pelayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat sesuai dengan beban tugas dan
tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.
f. Kolaborator
Peran perawat sebagai kolaborator dapat dilaksanakan dengan cara bekerjasama
dengan tim kesehatan lain, baik dengan dokter, ahli gizi, ahli radiologi, dan lain-lain
dalam kaitannya membantu mempercepat proses penyembuhan klien. Tindakan
kolaborasi atau kerjasama merupakan proses pengambilan keputusan dengan orang lain
pada tahap proses keperawatan. Tindakan ini berperan sangat penting untuk
merencanakan tindakan yang akan dilaksanakan (Mubarak, 2005).
g. Perencana Tindak Lanjut (Discharge Planner)
Perencanaan pulang dapat diberikan kepada klien yang telah menjalani perawatan
di suatu instansi kesehatan atau rumah sakit.  Perencanaan ini dapat diberikan kepada
klien yang sudah mengalami perbaikan kondisi kesehatan.
h. Penemu Masalah Kesehatan (Case Finder)
Melaksanakan monitoring  terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang menyangkut masalah-masalah
kesehatan dan keperawatan yang timbul serta berdampak terhadap status kesehatan
melalui kunjungan rumah, pertemuan-pertemuan, observasi dan pengumpulan data.
i. Koordinator Pelayanan Kesehatan (Coordinator of Services)
Peran perawat sebagai koordinator antara lain mengarahkan, merencanakan dan
mengorganisasikan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada klien. Pelayanan dari
semua anggota tim kesehatan, karena klien menerima pelayanan dari banyak profesional
(Mubarak, 2005).
j. Pembawa Perubahan atau Pembaharu dan Pemimpin (Change Agent and Leader)
Pembawa perubahan adalah seseorang atau kelompok yang berinisiatif merubah
atau yang membantu orang lain membuat perubahan pada dirinya atau pada sistem.
Marriner torney mendeskripsikan pembawa peubahan adalah yang mengidentifikasikan
masalah, mengkaji motivasi dan kemampuan klien untuk berubah, menunjukkan
alternative, menggali kemungkinan hasil dari alternatif, mengkaji sumber daya,
menunjukkan peran membantu, membina dan mempertahankan hubungan membantu,
membantu selama fase dari proses perubahan dan membimbing klien melalui fase-fase
ini (Mubarak, 2005).
Peningkatan dan perubahan adalah komponen essensial dari perawatan. Dengan
menggunakan proses keperawatan, perawat membantu klien untuk merencanakan,
melaksanakan dan menjaga perubahan seperti : pengetahuan, keterampilan, perasaan
dan perilaku yang dapat meningkatkan kesehatan (Mubarak, 2005).
k. Pengidentifikasi dan Pemberi Pelayanan Komunitas (Community Care Provider and
Researcher)
Peran ini termasuk dalam proses pelayanan asuhan keperawatan kepada
masyarakat yang meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi masalah
kesehatan dan pemecahan masalah yang diberikan. Tindakan pencarian atau
pengidentifikasian masalah kesehatan yang lain juga merupakan bagian dari peran
perawat komunitas.
11. Ruang Lingkup Perawatan Komunitas
Ruang lingkup praktik keperawatan komunitas meliputi: upaya-upaya peningkatan
kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), pemeliharaan kesehatan dan pengobatan
(curatif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif) dan mengembalikan serta memfungsikan
kembali baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat ke lingkungan sosial dan
masyarakatnya (resosialisasi). Dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas,
kegiatan yang ditekankan adalah upaya preventif dan promotif dengan tidak mengabaikan
upaya kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif.
a. Upaya Promotif
Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat dengan jalan memberikan:
1) Penyuluhan kesehatan masyarakat
2) Peningkatan gizi
3) Pemeliharaan kesehatan perorangan
4) Pemeliharaan kesehatan lingkungan
5) Olahraga secara teratur
6) Rekreasi
7) Pendidikan seks
b. Upaya Preventif
Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan
terhadap kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat melalui kegiatan:
1) Imunisasi massal terhadap bayi, balita serta ibu hamil
2) Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu, puskesmas maupun
kunjungan rumah
3) Pemberian vitamin A dan yodium melalui posyandu, puskesmas ataupun di rumah
4) Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui

c. Upaya Kuratif
Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati anggota-anggota
keluarga, kelompok dan masyarakat yang menderita penyakit atau masalah
kesehatan, melalui kegiatan:
1) Perawatan orang sakit di rumah (home nursing)
2) Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari puskesmas dan rumah
sakit
3) Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah, ibu bersalin dan nifas
4) Perawatan payudara
5) Perawatan tali pusat bayi baru lahir
d. Upaya Rehabilitatif
Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderita-
penderita yang dirawat di rumah, maupun terhadap kelompok-kelompok tertentu
yang menderita penyakit yang sama, misalnya kusta, TBC, cacat fisik dan lainnya.,
dilakukan melalui kegiatan:
1) Latihan fisik, baik yang mengalami gangguan fisik seperti penderita kusta, patah
tulang maupun kelainan bawaan
2) Latihan-latihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit tertentu, misalnya
TBC, latihan nafas dan batuk, penderita stroke: fisioterapi manual yang mungkin
dilakukan oleh perawat
e. Upaya Resosialitatif
Upaya resosialitatif adalah upaya mengembalikan individu, keluarga dan
kelompok khusus ke dalam pergaulan masyarakat, diantaranya adalah kelompok-
kelompok yang diasingkan oleh masyarakat karena menderita suatu penyakit,
misalnya kusta, AIDS, atau kelompok-kelompok masyarakat khusus seperti Wanita
Tuna Susila (WTS), tuna wisma dan lain-lain. Di samping itu, upaya resosialisasi
meyakinkan masyarakat untuk dapat menerima kembali kelompok yang mempunyai
masalah kesehatan tersebut dan menjelaskan secara benar masalah kesehatan yang
mereka derita. Hal ini tentunya membutuhkan penjelasan dengan pengertian atau
batasan-batasan yang jelas dan dapat dimengerti.

12. Konsep Masalah Kesehatan Komunitas Menurut SDGs


Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan suatu rencana aksi global
yang disepakati oleh para pemimpin dunia, termasuk Indonesia yang bertujuan untuk
mengakhiri kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi
lingkungan. SDGs berisi 17 Tujuan dan 169 Target yang diharapkan dapat dicapai pada
tahun 2030.

a. Menghapus Kemiskinan
Salah satu tujuan yang dicanangkan oleh pemerintah dalam agenda SDGs di
Indonesia yaitu pemerintah Indonesia memiliki komitmen untuk menghapus segala
bentuk kemiskinan selama 15 tahun ke depan. Target yang ingin dicapai pada tahun
2030 ini mensyaratkan bahwa setiap warga negara Indonesia memiliki akses terhadap
pelayanan dasar dan memiliki hak untuk menikmati suatu standar kehidupan yang
layak serta pemerintah harus dapat menjamin masyarakat yang sangat miskin dengan
suatu program jaminan sosial.
b. Mengakhiri Kelaparan
Mengupayakan penyelesaian berkelanjutan untuk mengakhiri segala jenis
kelaparan pada tahun 2030 dan mengupayakan ketahanan pangan. Tujuannya untuk
menjamin setiap orang di manapun ia berada, memiliki ketahanan pangan yang baik
untuk menuju kehidupan sehatnya.
c. Kesehatan yang Baik dan Kesejahteraan
Berupaya untuk memastikan kesehatan dan kesejahteraan bagi semua penduduk
pada setiap tahap kehidupan. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesehatan
reproduksi serta kesehatan ibu dan anak, mengakhiri epidemi HIV/AIDS, malaria,
TBC dan penyakit tropis, mengurangi penyakit tidak menular dan environmental,
mencapai cakupan kesehatan universal, dan menjamin akses universal untuk aman,
terjangkau serta obat-obatan dan vaksin yang efektif.
d. Pendidikan Bermutu
Menjamin dan memastikan bahwa semua orang memiliki akses terhadap
pendidikan yang berkualitas dan memiliki kesempatan belajar yang merata selama
hidupnya.
e. Kesetaraan Gender
Memiliki maksud untuk meningkatkan pemberdayaan kaum perempuan untuk
mengembangkan bakat dan potensinya sehingga mereka memiliki kesempatan yang
sama dengan kaum laki-laki. Hal ini berarti, segala bentuk diskriminasi dan kekerasan
kaum perempuan harus dihilangkan, termasuk kekerasan seksual, kekerasan oleh
pasangan, perkawinan anak, sunat perempuan, dan yang lainnya. Dengan begitu, kaum
perempuan memiliki kesempatan untuk mendapatkan kesehatan seksual dan hak
bereproduksi.
f. Akses Air Bersih dan Sanitasi
Air minum layak dan bersih adalah air minum yang terlindung meliputi air
ledeng (keran), keran umum, hydrant umum, terminal air, penampungan air hujan
(PAH) atau mata air dan sumur terlindung, sumur bor atau sumur pompa, yang
jaraknya minimal 10 meter dari pembuangan kotoran, penampungan limbah dan
pembuangan sampah. Tidak termasuk air kemasan, air dari penjual keliling, air yang
dijual melalui tanki, air sumur dan mata air tidak terlindung. Indikator ini mengukur
persentase penduduk perkotaan dan perdesaan yang mengakses pelayanan dasar untuk
air minum yang aman.
g. Energi Bersih dan Terjangkau
Perencanaan energi perlu dilakukan supaya dapat menjamin ketersediaan energi
dengan harga yang terjangkau untuk jangka panjang karena kebutuhan energi
masyarakat akan terus tumbuh seiring pertumbuhan penduduk, pertambahan sarana
transportasi seperti kereta api dan angkutan masal Mass Rapid Transit/MRT (BPPT,
2014).
h. Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif merupakan prasyarat
untuk pembangunan berkelanjutan, yang dapat berkontribusi untuk meningkatkan
mata pencaharian bagi orang-orang di seluruh wilayah.
i. Inprastruktur Industri dan Inovasi
Pembangunan berkelanjutan memiliki 9 tujuan mengandung tiga aspek penting
dari pembangunan berkelanjutan yaitu: infrastruktur, industrialisasi dan inovasi.
Infrastruktur menyediakan fasilitas fisik dasar yang penting untuk bisnis dan
masyarakat; industrialisasi mendorong pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan
kerja sehingga mengurangi ketimpangan pendapatan, dan inovasi memperluas
kemampuan teknologi sektor industri dan mengarah pada pengembangan keterampilan
baru.
j. Mengurangi Ketimpangan
Mengurangi kesenjangan pendapatan, berdasarkan jenis kelamin, usia, cacat, ras,
kelas, etnis, agama dan kesempatan-baik di dalam dan antar negara. Para pemimpin
dunia mengakui kontribusi positif dari migrasi internasional untuk pertumbuhan yang
inklusif dan pembangunan berkelanjutan, serta mengakui bahwa hal tersebut menuntut
respon yang koheren dan komprehensif.
k. Kota dan Pemukiman yang Berkelanjutan
Saat ini, lebih dari setengah populasi dunia tinggal di kota. Pada tahun 2030,
diproyeksikan bahwa 6 dari 10 orang merupakan penduduk kota. Meskipun banyak
tantangan perencanaan, kota menawarkan ekonomi yang lebih efisien dari skala pada
berbagai tingkatan, termasuk penyediaan barang, jasa dan transportasi. Dengan suara,
perencanaan dan manajemen risiko-informasi, kota bisa menjadi inkubator untuk
inovasi, pertumbuhan, dan driver dari pembangunan berkelanjutan.

l. Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab


Melaksanakan The 10-Year Framework of Programmes on Sustainable
Consumption and Production Patterns, dengan semua negara mengambil tindakan,
dipimpin negara maju, dengan mempertimbangkan pembangunan dan kapasitas negara
berkembang.
m. Penanganan Perubahan Iklim
Memperkuat kapasitas ketahanan dan adaptasi terhadap bahaya terkait iklim dan
bencana alam di semua negara.
n. Menjaga Ekosistem Laut
Pada tahun 2025, mencegah dan secara signifikan mengurangi semua jenis
pencemaran laut, khususnya dari kegiatan berbasis lahan, termasuk sampah laut dan
polusi nutrisi.
o. Menjaga Ekosistem Darat
Pada tahun 2020, menjamin pelestarian, restorasi dan pemanfaatan berkelanjutan
dari ekosistem daratan dan perairan darat serta jasa lingkungannya, khususnya
ekosistem hutan, lahan basah, pegunungan dan lahan kering, sejalan dengan kewajiban
berdasarkan perjanjian internasional.
p. Perdamayan Keadilan dan Kesejahteraan yang Kuat
Pembangunan yang berkelanjutan agenda 2030 bertujuan untuk melahirkan
masyarakat yang inklusif dan damai didasarkan dengan penghormatan terhadap Hak
Asasi Manusia, peraturan hukum, tata pemerintahan yang baik di semua tingkat, serta
lembaga yang transparan, efektif, dan akuntabel.
q. Kemitraan untuk Mencapai Tujuan
Memenuhi target tersebut dilakukan dengan meningkatkan dukungan untuk
mengembangkan negara-negara, khususnya negara-negara terbelakang, negara-negara
berkembang daratan dan negara-negara berkembang pulau kecil yang merupakan dasar
untuk kemajuan adil bagi semua.
B. Konsep Dasar Agregat Remaja
1. Definisi agregat remaja
Bentuk komplek perpindahan yang mencakup perubahan dalam proses biologis,
kognitf, dan sosio emosianal (Santrock,2007 dalam potter and ferry 2009)
Remaja adalah masa remaja merupaakan masa trnsisi dari anak anak menuju dewasa
Remaja perkotaan adalah proses peyesuaian berbeda, kondisi perkotaan baik fisik
atau psikososial dan akses informasi menimbulkan masalah Kesehatan. Contoh :
penyalah gunaan zat , seks pra nikah/ bebas.
2. Klasifikasi remaja (poter ferry 2009, allender, 2010)
a. Remaja awal (11 – 14 tahun)
b. Remaja pertengahan (15 – 17 tahun )
c. Remaja akhir ( 18 – 20 tahun )
3. Perubahan pada remaja

FISIK KOGNITIF PSIKOSOSIAL

tulang rangka intelektual identitas seksual


,otot,organ tertinggi identitas
dalam ,distribusi keterasmpilan kelompok
otot dan lemak. berbahasa dan identitas
sistem refroduksi komunikasi keluarga
dan seks identitas moral
sekunder identitas
kesehatan

 Periode Individu Matur Fisik , Maupun Fisikologis , identitas diri.


 Tahapan perkembanga (Hockenberry M.j,Wilson D.,2008 dalam potter P.A.,perry
A.G., 2009):
1. Pertumbuhan : mencapai puncak dan matang pisik
2. Kognisi: kemampuan berfikir abstrak
3. Psikososial : idealistic , penegakan citra diri dan peran
4. Hubungan dengan orang tua : kemandirian , titik terendah hubungan ,
orang tua anak
5. Hubungan dengan kelompok :prsahabatan , mulai berpikir tentang
hubungan , dengan lawan jenis
6. Seksualitas: ekslorasi dan evaluasi diri, komitmen hubungan dengan
lawan jenis
7. Psikologis : mood fluktuatif, sampai dengan emosi yanga lebih konstan

4. Karkateristik perkembangan remaja


1. Fisik
Pase pubertas ditandai terjadi kematangan seksual yang mengaktifasi
dorongan seksual terhadap lawan jenis (McMurry,2003)
2. Psikologis
Prilaku : suka mencoba atau eksperimen , suka mengeksplorasi sesuat,
keiingin tahuan yang besar , menyukai petualangan , tantangan dan cnderung
berani menanggung resiko ats perbuatannya tnapa di dahului pertimbangan
yang matang , (standhope & landcaster, 2004)
3. Sosial
Remaja dalam pencarian identitas,mudah terpengaruh oleh teman sebayanya
mengakibatkan remaja kehilangan identitas ( Friedman,Browden&jones,2003)

5.Perspektif Remaja dalam Teori Perkembangan


1. FREUD
 PSIKOSEKSUAL
 GENITAL
2.ERIKSON
 PSIKOSOSIAL
 Identitas
3.PIAGET
 Kognitif
 Oprasional formal berfikir anstrak
4.KOHLBERG
 Pertimbangan moral
 Pasca konpensional orientasi kontrak social
 Freud : individu mengalami ketertarikan seksual dengan individu diluar
lingkunagan keluarga
 Erikson : kebutuhan akan identitas yang sangat penting dalam membuat
keputusan seperti memilih pekerjaan atau pasangan hidup. Keberhasilan pada tahp
ini akan menghasilkan kepatuhan atau kesetiaan terhadap orang lain dan terhadap
cita-citanya sendiri.
 Piaget : padda tahap ini polapikir individu bersifat abstrak dan teoritis. Remaja
dapat Menyusun ide- ide yang terdapat terdalam pikiran nya.
 Kholberg : individu menemukan keseimbangan antara hak dan kewajiban .

Masalah Kesehatan pada agregat ini terjadi apabila tidak berhasil menyelesaikan
tugas perkembangan nya yang akan berpengaruh pula pada masa selanjutnya.

6.FAKTOR RESIKO DAN MASALAH PADA AGREGAT PERTAMA


1. Masalah
 Penggunaan zat
 Seks bebas
 Kenakalan remaja
 Jenis pubertas dini
2.resiko
 Masalah emosional dan bunuh diri
 Jerawat
 Gizirendah dan gangguan pola makan
7.Penyalah gunaan zat
1. 85 % remja telah mencoba alcohol ,65%merokok dan 49%telah mencoba ganja dengan
berbagai alas an (Hockenberry dan Wilson ,2007 ;dalam potter & perry, 2009)
2.kenakalan remaja
Hasil survey menunjukan sekitar 15-40% remaja usia 17 tahun pernah terlibat dalam
kekerasan seperti perkelahian (surgeon general of the united states ,2002 dalam allender,rector &
warner,2010)
Perubahan pada asfek fisik yang di sertai penyimpangan maka remaja tersebut akan
memliki kesulitan membentuk identitas seksualnya ,penyimpangan tersebut seperti seks bebas
(potter& perry,20090

Di kota depok remaja SMK melakukan tindak pencurian dengan kekerasan atau
pembegalan yang merupakan bentuk kenakalan remaja di lakukan 5 kali di tempat yang berbeda.
(metrotemo,2015)

Masalah emosi karena ingin:


 Menunjukan jati dirinya
 Merasa sudah dewasa
 Mampu bertanggung jawab
 Pengaruh teman
 Tp belum ada pertimbangan yang matang (Allender,2010)

Secara umum Ketika remaja akan melakukan percobaan bunuh diri akan terlihat satu
bulan sebelumnya dengan tanda-tanda penurunan prestasi di sekolah,menarik diri,kehilangan
semangat,merasa kesepian ,dan menangis,serta gangguaan selera makan dan tidur (Potter &
Perry,2009).
8.Pencegahan Terhadap Resiko Pada Agregat Remaja
A.Deteksi dini factor resiko dilakukan pada : anak, remaja, keluarga
Pencegahan terhadap factor resiko dapat dilakukan (Depkes),2001):
1.Lingkungan keluarga
a.pola asuh :hindari sikap orang tua yang otoriter,permisif,membanding-bandingkan
anak,sikap ambisi dan terlalu menuntut anak,jadilah orang tua yang demokrasi
b. kondisi keluarga :ciptakan hubungan yang harmonis,ciptakan komunikasi yang baik
dalam keluarga
c. Pendidikan moral dalam keluarga : tanamkan nilai-nilai dan ahlak atau budi pekerti
pada anak yang mengandung nilai keagamaan,kesusilaan,kepribadian (pengembangan
diri)
2. Lingkungan sekolah :ciptakan lingkungan yang kondusif, disiplin, tertib, tingkatkan sarana
Pendidikan
3.Bimbingan guru: guru sebagai konselor,mendengarkan,memperhatikan,memiliki kepekaan
terhadap kondisi siswa, menanamkan nilai-nilai budi pekerti.
4. Lingkungan Sebaya
Merupakan pengaruh terbesar pada pase remaja,pilihlah kingkungan sebaya yang cenderung
berprilaku positif,yang tidak melanggar nilai dan norma yang ada di masyarakat.
5.Lingkungan Masyarakat
Social budaya:mempertahankan niali,budaya dan spiritual menjadi pegangan remaja.
6.Media masa: promosi larangan merokok ,prilaku seks bebas,larangan penggunaan narkoba.
C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Komunitas
Asuhan keperawatan komunitas merupakan suatu metode atau proses yang bersifat
alamiah, sistematis, dinamis, kontinu dan berkesinambungan dalam rangka memecahkan
masalah kesehatan dari klien, keluarga serta kelompok atau masyarakat melalui langkah-
langkah : pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan. Dalam penerapan
proses keperawatan (nursing process), terjadi proses alih peran dari tenaga keperawatan
kepada klien (sasaran) secara bertahap dan berkelanjutan untuk mencapai kemandirian sasaran
dalam menyelesaikan masalah kesehatannya (Herawati & Neny FS, 2012).

1. Pengkajian

 
Model pengkajian community as partner (CAP) terdapat dua komponen utama yaitu
roda pengkajian komunitas dan proses keperawatan. Roda pengkajian komunitas terdiri
dari inti komunitas (the community core), subsistem komunitas (the community
subsystems), persepsi (perception). Model ini lebih berfokus pada perawatan kesehatan
masyarakat yang merupakan praktek, keilmuan, dan metodenya melibatkan masyarakat
untuk berpartisipasi penuh dalam meningkatkan kesehatannya dan community as partner
(CAP) digunakan untuk mengkaji berbagai jenis komunitas dengan luas wilayah, lokasi
dan sumber-sumber yang dimiliki atau karakteristik populasi tertentu, terdiri dari 3 bagian
yaitu :
a. Inti Komunitas (The Community Core)
1) Sejarah (history)
a) Melakukan wawancara dengan Tokoh Masyarakat
b) Perubahan yang terjadi
c) Peristiwa atau kejadian yang berkaitan
2) Data Demografi (Demographic)
a) Komposisi penduduk
b) Kelompok umur
c) Jenis kelamin
3) Suku dan Budaya (Ethnicyty)
a) Pengamatan terhadap gaya hidup
b) Perilaku yang membudaya (positif atau negatif)
c) Bahasa yang digunakan
d) Perkumpulan yang ada
e) Penyelesaian masalah apakah antar etnis atau golongan khusus
4) Nilai dan keyakinan (Value dan Beliefs)
a) Melakukan wawancara dan observasi bagaimana bentuk interaksi di masyarakat
b) Adakah perilaku yang mempengaruhi kesehatan individu, keluarga, kelompok,
atau masyarakat (misal narkoba)
5) Persepsi ( Perception)
Terdiri dari persepsi masyarakat terhadap kondisi lingkungan (merasa aman,
nyaman, fasilitas lengkap atau kurang); penilaian mayarakat terhadap kekuatan dan
kelemahan wilayah tempat tinggal mereka; penilaian terhadap kondisi kesehatan
masyarakat secara umum; dan apa masalah yang mungkin muncul.
b. Subsistem Komunitas (The Community subsystems)
1) Lingkungan Fisik
Observasi ada fasilitas umum yang dipergunakan (lapangan
olahraga,warnet/wartl,bioskop,fasilitas ibadah)
2) Pendidikan
a) Kumpulan data tentang tingkat pendidikan masyarakat
b) Keberadaan fasilitas pendidikan lengkap
3) Keamanan dan Transportasi
a) Lakukan pengamatan dan observasi tentang alat transfortasi
b) Keamanan pemakai alat transportasi
c) Kecepatan kendaraan yang digunakan
d) Keberadaan rambu- rambu lalu lintas
e) Kondisi jalan dan fasilitas
f) Apakah ada pos polisi atau satpam atau sistem keamanan lingkungan
g) Adakah gangguan keamanan
4) Politik dan Pemerintahan
a) Bagaimana kegegiatan politik di wilayah tersebut?
b) Adakah anggota masyarakat terlibat dalam kegiatan politik?
c) Bagaimana menyikapi perbedaan pendapat ataun golongan politik?
5) Pelayanan Sosial dan Pelayanan Kesehatan
a) Lakukan wawancara dan observasi pelayan sosial yang ada misalnya dengan LSM
b) Ketersediaan fasilitas kesehatan
6) Komunikasi
a) Amati cara komunikasi di wilayah tersebut terhadap
keluarga,lingkungan/masyarakat sekitar,aparaat pemerintah.
b) Adakah masalah antar kelompok?
c) Bagaimana cara menyampaikan aspirasi?
7) Ekonomi
a) Pendapatan rata – rata penduduk
b) Apakah keluarga memiliki tabungan
c) Mempunyai usaha tambahan
d) Apakah keluarga mempunyai kemampuan membeli alat transportasi misal : motor
atau mobil
e) Adakah lokasi transaksi jual beli misal pasar dll.
8) Rekreasi
a) Apakah ada tempat rekreasi
b) Apakah tempat rekreasi dimanfaatkan oleh masyarakat
c. Persepsi
1) Bagaimana persepsi masyarakat terhadap komunikasi lingkungan
2) Penilaian masyarakat terhadap penilaiannya
Adapun status kesehatan komunitas dapat dilihat dari biostatistik dan vital
statistik, antara lain angka mortalitas, angka morbiditas, IMR, MMR, serta cakupan
imunisasi. Adapun proses pengkajian yang dilakukan yaitu:
1) Pengumpulan Data
Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai
masalah kesehatan pada masyarakat sehingga dapat ditentukan tindakan yang harus
diambil untuk mengatasi masalah tersebut yang menyangkut aspek fisik, psikologis,
sosial ekonomi dan spiritual serta faktor lingkungan yang mempengaruhi (Mubarak,
2005).
Pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a) Wawancara atau Anamnesa
Wawancara adalah kegiatan komunikasi timbal balik yang berbentuk tanya
jawab antara perawat dengan pasien atau keluarga pasien, masyarakat tentang hal
yang berkaitan dengan masalah kesehatan pasien. Wawancara harus dilakukan
dengan ramah, terbuka, menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah
dipahami oleh pasien atau keluarga pasien, dan selanjutnya hasil wawancara atau
anamnesa dicatat dalam format proses keperawatan (Mubarak, 2005).
b) Pengamatan
Pengamatan dalam keperawatan komunitas dilakukan meliputi aspek fisik,
psikologis, perilaku dan sikap dalam rangka menegakkan diagnosa keperawatan.
Pengamatan dilakukan dengan menggunakan panca indera dan hasilnya dicatat
dalam format proses keperawatan (Mubarak, 2005).
c) Pemeriksaan Fisik
Dalam keperawatan komunitas dimana salah satunya asuhan keperawatan
yang diberikan adalah asuhan keperawatan keluarga, maka pemeriksaan fisik yang
dilakukan dalam upaya membantu menegakkan diagnosa keperawatan dengan
cara Inspeksi, Perkusi, Auskultasi dan Palpasi (Mubarak, 2005).
2) Pengolahan Data
Setelah data diperoleh, kegiatan selanjutnya adalah pengolahan data dengan
cara sebagai berikut :
a) Klasifikasi data atau kategori data
b) Penghitungan persentase cakupan
c) Tabulasi data
d) Interpretasi data
3) Analisis Data
Analisis data adalah kemampuan untuk mengkaitkan data dan menghubungkan
data dengan kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat diketahui tentang
kesenjangan atau masalah yang dihadapi oleh masyarakat apakah itu masalah
kesehatan atau masalah keperawatan (Mubarak, 2005).
Kelompok Data
Kesimpulan / Diagnosis
No ( Kategori Data &
Saran Keperawatan
Ringkasan Laporan )

4) Penentuan Masalah atau Perumusan Masalah Kesehatan


Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan dan keperawatan
yang dihadapi oleh masyarakat, sekaligus dapat dirumuskan yang selanjutnya
dilakukan intervensi. Namun demikian masalah yang telah dirumuskan tidak
mungkin diatasi sekaligus. Oleh karena itu diperlukan prioritas masalah  (Mubarak,
2005).
5) Prioritas masalah
Dalam menentukan prioritas masalah kesehatan masyarakat dan keperawatan
perlu mempertimbangkan berbagai faktor sebagai kriteria diantaranya adalah 
(Mubarak, 2005):
a) Perhatian masyarakat
b) Prevalensi kejadian
c) Berat ringannya masalah
d) Kemungkinan masalah untuk diatasi
e) Tersedianya sumberdaya masyarakat
f) Aspek politis
Penetapan prioritas diagnosis keperawatan komunitas perlu melibatkan
masyarakat atau komunitas dalam suatu pertemuan musyawarah masyarakat.
Masyarakat atau komunitas akan memprioritaskan masalah yang ada dengan
bimbingan atau arahan perawat kesehatan komunitas. Masyarakat atau komunitas
dalam musyawarah tersebut dapat memprioritaskan masalah tersebut dengan
menggunakan skoring. Adapun aspek yang diberi nilai meliputi hal-hal sebagai
berikut (KEMENKES, 2003).
a) Risiko terjadinya masalah tersebut di komunitas.
b) Risiko parah dari masalah tersebut.
c) Potensial untuk dilakukan pendidikan.
d) Minat dari masyarakat untuk mengatasi masalah tersebut.
e) Kemungkinan masalah tersebut diatasi.
f) Kesesuaian dengan program pemerintah.
g) Tersedianya tempat untuk mengatasi.
h) Tersedianya waktu untuk mengatasi masalah.
i) Tersedianya dana untuk mengatasi masalah.
j) Tersedianya fasilitas untuk mengatasi masalah.
k) Tersedianya sumber daya manusia untuk mengatasi masalah.
Untuk setiap masalah kesehatan diberikan bobot nilai untuk setiap aspek
tersebut dengan range 1 – 5 yaitu sangat rendah = 1, rendah = 2 , cukup = 3, tinggi =
4, sangat tinggi = 5.
N D A B C D E F G H I J K Total priorita
O X Resiko Resik Pendke Mina Kemungki Program Tempat Waktu Dana Fasilitas Petug s
Terjad o s t nan Pemerint as
i Parah Masalah ah
Teratasi

(Sumber : KEMENKES, 2003)


Keterangan Pembobotan
Sangat rendah = 1, Rendah = 2 , Cukup = 3, Tinggi = 4, Sangat tinggi = 5
Aspek yang dinilai :
A : Risiko terjadi G : Tempat
B : Risiko parah H : Waktu
C : Potensial untuk Penkes I : Dana
D : Minat masyarakat J : Fasilitas
E : Mungkin diatasi K : Sumber daya
F : Sesuai program pemerintah
2. Diagnosa Keperawatan
a. Diagnosa keperawatan adalah respon individu pada masalah kesehatan baik yang aktual
maupun potensial. Masalah aktual adalah masalah yang diperoleh pada saat pengkajian,
sedangkan masalah potensial adalah masalah yang mungkin timbul kemudian. Jadi
diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas, padat dan pasti tentang status
dan masalah kesehatan yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan. Dengan
demikian diagnosis keperawatan ditetapkan berdasarkan masalah yang ditemukan.
Diagnosa keperawatan akan memberi gambaran masalah dan status kesehatan
masyarakat baik yang nyata (aktual), dan yang mungkin terjadi  (Mubarak, 2009).
Diagnosa keperawatan ditegakkan berdasarkan tingkat reaksi terhadap stressor yang
ada. Selanjutnya dirumuskan dalam 3 komponen : Problem, Etiologi, Simptom
(Herawati & Neny FS, 2012).
Contoh : Risiko terjadinya peningkatan ISPA pada warga di desa X sehubungan dengan
kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap peningkatan status
kesehatan ditandai dengan tingginya angka kejadian ISPA pada 6 bulan terakhir yaitu
25% berdasarkan data Puskesmas. Masalah kesehatan yang ditemukan di masyarakat
dapat disampaikan dalam pelaksanaan lokakarya mini atau istilah lainnya Musyawarah
Masyarakat Desa/RW(MMRW).
b. NANDA International,Inc. menyediakan terminalogi standar diagnosis keperwatan, dan
menyajikan semua diagnosis dalam skema klasifikasi, lebih khusus disebut sebagai
sebuah taksonomi. Suatu terminalogi adalah suatu sistem istilah yang dikhususkan,
ketika taksonomi adalah sains atau teknik yang digunakan untuk menciptakan suatu
sistem untuk mengklasifikasikan istilah - istilah tersebut. Dalam kaitanya dengan
keperawatan, terminalogi diagnosis keperawatan NANDA-I mencakup istilah-istilah
(label) yang terdefinisi dan digunakan untuk menggambarkan penilaian klinis yang
dibuat oleh perawat profesional. Taksonomi adalah sebuah cara mengelompokan atau
menyusun hal-hal dalam kategori. Di sisi lain, terminalogi adalah bahasa yang
digunakan untuk menggambarkan hal tertentu.
1) Diagnosis berfokus masalah, sebuah penelitian klinis tentang respons manusia yang
tidak diinginkan terhadap gangguan kesehatan/yang ada dalam proses kehidupan
individu, keluarga, kelompok, ata komunitas
2) Diagnosis risiko, sebuah penilaian klinis mengenai kerentanan individu, keluarga,
kelompok atau masyarakat untuk mengembangkan respons manusia yang tidak
diinginkan terhadap gangguan kesehatan/proses kehidupan
3) Diagnosis promosi kesehatan, suatu penilaian klinis tentang motivasi dan keinginan
untuk meningkatkan kesejahteraan dan mengaktualisasikan potensi kesehatan
manusia. Respons ini diungkapkan dengan kesiapan meingkatkan perilaku kesehatan
tertentu, dan dapat digunakan dalam kondisi sehat. Respons promosi kesehatan
mungkin ada dalam individu, keluarga,kelompok, atau komunitas. Formulasi
diagnosis keperawatan menggunakan ketentuan diagnosis keperawatan NANDA
(2018-2020) dan ICNP (international classifications for nursing practice). Formulasi
diagnosis tersebut digunakan tanpa menuliskan etiologi atau diagnosis tunggal
(Single Diagnosis) atau diagnosis problem.
Tabel Diagnosa Keperawatan Komunitas

Rumusan Dx
No Sasaran Domain Kelas Kode
Keperawatan
1
2 Komunitas
3

3. Intervensi Keperawatan
a. Definisi Intervensi Keperawatan
Intervensi atau perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesui dengan diagnosis
keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan klien
(Mubarak, 2009). Tahap berikutnya dari proses keperawatan merupakan tindakan
menetapkan apa yang harus dilakukan untuk membantu sasaran dalam upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Langkah pertama dalam tahap perencanaan adalah
menetapkan tujuan dan sasaran kegiatan untuk mengatasi masalah yang telah ditetapkan
sesuai dengan diagnosis keperawatan. Dalam menentukan tahap berikutnya yaitu
rencana pelaksanaan kegiatan maka ada dua faktor yang mempengaruhi dan
dipertimbangkan dalam menyusun rencana tersebut yaitu sifat masalah dan
sumber/potensi masyarakat seperti dana, sarana, tenaga yang tersedia.
b. Tahapan Intervensi
Dalam pelaksanaan pengembangan masyarakat dilakukan melalui tahapan sebagai
berikut :
1) Tahap Persiapan
Dengan dilakukan pemilihan daerah yang menjadi prioritas menentukan cara
untuk berhubungan dengan masyarakat, mempelajari dan bekerjasama dengan
masyarakat.
2) Tahap Pengorganisasian
Dengan persiapan pembentukan kelompok kerja kesehatan untuk
menumbuhkan kepedulian terhadap kesehatan dalam masyarakat. Kelompok kerja
kesehatan (Pokjakes) adalah suatu wadah kegiatan yang dibentuk oleh masyarakat
secara bergotong royong untuk menolong diri mereka sendiri dalam mengenal dan
memecahkan masalah atau kebutuhan kesehatan dan kesejahteraan, meningkatkan
kemampuan masyarakat berperanserta dalam pembangunan kesehatan di wilayahnya.
3) Tahap Pendidikan dan Latihan
a) Kegiatan pertemuan teratur dengan kelompok masyarakat
b) Melakukan pengkajian
c) Membuat program berdasarkan masalah atau diagnose keperawatan
d) Melatih kader
e) Keperawatan langsung terhadap individu, keluarga dan masyarakat
4) Tahap Formasi Kepemimpinan
5) Tahap Koordinasi Intersektoral
6) Tahap Akhir
Dengan melakukan supervisi atau kunjungan bertahap untuk mengevaluasi
serta memberikan umpan balik untuk perbaikan kegiatan kelompok kerja kesehatan
lebih lanjut.
c. Definisi Outcomes
Dalam intervensi atau perencanaan asuhan keperawatan komunitas terdapat
outcomes atau biasa disebut dengan A nursing-sensitive patient outcome yang memiliki
arti bahwa kondisi individu, keluarga, masyarakat, perilaku, atau persepsi yang diukur
sepanjang rentang dalam berespon terhadap intervensi keperawatan. Outcomes adalah
konsep variabel yang dapat diukur sepanjang kontinum menggunakan skala
pengukuran. Outcomes dinyatakan sebagai konsep yang mencerminkan seorang pasien,
pengasuh/caregiver, keluarga, atau kondisi masyarakat, perilaku, atau persepsi daripada
hanya sekedar sebagai tujuan yang diharapkan.
Level 1 (7) DomainVII-Kesehatan Komunitas
Domain Outcomes yang menggambarkan kesehatan,
kesejahteraan, dan fungsi dari komunitas atau
populasi.
Level 2 BB-Kesejahteraan Komunitas
Kelas Outcomes yang menggambarkan keseluruhan status
kesehatan kompetensi komunitas atau populasi.
CC-Perlindungan Kesehatan Komunitas

Level 3 2700-Kompetensi Komunitas


Outcomes 2703-Respon Berduka Komunitas
2701-Status Kesehatan Komunitas
2800-Status Imun Komunitas
2704-Ketahanan Komunitas
2702-Tingkat Kekerasan di Komunitas
2804-Kesiapan Komunitas terhadap bencana
2806-Respon Komunitas terhadap bencana
2807-Keefektifan Skrining Kesehatan Komunitas
2808-Keefektifan program komunitas
2801-Kontrol risiko komunitas : penyakit kronik
2802-Kontrol Risiko komunitas : penyakit menular
2803-kontrol risiko komunitas: terpapar timbal
2809- kontrol risiko komunitas: obesitas
2810-kontrol risiko komunitas : tradisi budaya yang
tidak sehat
2805-kontrol risiko komunitas : kekerasan

d. Intervensi Keperawatan NIC


Intervensi Keperawatan merupakan suatu perawtan yang dilakukan perawat
berdasarkan penilaian klinis dan pengetahuan perawat untuk meningkatkan outcome
pasien/klein. Intervensi keperawatan mencakup baik perawatan langsung dan tidak
langsung; yang ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat; serta orang-orang
yang dirujuk oleh perawat, dirujuk oleh dokter maupun pemberi layanan kesehatan
lainnya.
Sebuah intevensi perawatan langsung adalah perawatan yang dilakukan melalui
interaksi dengan pasien. Intervensi perawatan langsung mencakup tindakan-tindakan
keperawatan baik secara fisiologis maupun psikologis; dimana kedua hal ini bias
dilakukan dengan tindakan yang “menggunakan tangan” maupun tindakan yang lebih
mendukung dan konseling.
Sebuah intervensi perawatan tidak langsung adalah perawatan yang dilakukan
tidak langsung kepada pasien maupun sekelompok pasien tapi dengan seijin pasien.
Intervensi perawatan tidak langsung mencakup tindakan-tindakan keperawatan yang
mengatur lingkungan perawatan pasien serta kolaborasi dengan disiplin ilmu lainnya.
Tindakan-tindakan ini mendukung efektifitas intervensi keperawatan yang bersifat
langsung.
Intervensi komunitas (kesehatan masyarakat) ditujukan untuk meningkatkan serta
mempertahankan kesehatan populasi. Intervensi komunitas menekankan pada promosi
kesehatan, mempertahankan kesehatan serta pencegahan penyakit pada populasi. Hal ini
juga mencakup strategi-strategi mengatasi masalah social dan iklim politik dimana
populasi berada.
Perawatan yang diinisiasi perawat merupakan perawatan yang diinisiasi oleh
perawat dalam upaya merespon diagnose keperawatan. Hal ini adalah tindakan yang
bersifat otonomi sesuai dengan rasionalitas keilmiahan yang dilakukan dalam rangka
memberikan manfaat untuk klien dan bias dipediksi sehubungan dengan diganosa
keperawatan dan outcome yang diperkirakan. Tindakan-tindakan ini meliputi perawatan
yang diinisiasi oleh perawat tingkat lanjut.
Perawatan yang diinisiasi dokter merupakan perawatan yang diinisiasi oleh dokter
dalam upaya merespon diagnose medis namun dilakukan oleh perawat yang berespon
terhadap order dari dokter. Perawat juga bias melkukan perawatan yang diinisiasi oleh
tenaga kesehatan lain seperti farmasi, terapis pernafasan maupun asisten dokter.
1) Kegiatan Keperawatan
Perilaku maupun tindakan-tindakan yang dilakukan perawat dalam
mengimplementasikan intervensi dan membantu pasien/klien untuk mencapai
outcome yang diinginkan. Kegiatan-kegiatan keperawatan berada pada level tindakan
yang konkrit. Beberapa rangkaian kegiatan diperlukan dalam meng-implementasikan
intervensi.
2) Klasifikasi Intervensi Keperawatan
Kegiatan-kegiatan keperawatan yang diurutkan atau diatur dalam grup atau
suatu set yang didasarkan pada hubungan [antara satu aktivitas dengan aktivitas yang
lain] dan penepatan/pemilihan label intervensi pada kelompok aktivitas ini.
3) Taksonomi Intervensi Keperawatan
Penempatan intervensi-intervensi didasarkan pada adanya kesamaan yang
ditempatkan ke dalam sesuatu yang dipertimbangkan sebagai suatu system
organisasi. Struktur taksonomi NIC mempunyai 3 tingkatan, yakni domain, kelas,
dan intervensi.
4) Istilah Lainnya
a) Pasien
Pasien adalah setiap individu, kelompok, keluarga atau komunitas yang
menjadi focus intervensi keperawatan. Istilah pasien, individu dan seseorang
dipergunakan dalam buku ini, namun dalam setting tertentu, penggunaan kata
klien mungkin saja menjadi istilah yang lebih disukai. Pengguna harus merasa
bebas untuk menggunakan istilah yang paling sesuai dengan setting perawatan
mereka.
b) Keluarga

Dua orang atau lebih yang mempunyai hubungan darah atau yang melalui
pemilihan yang berbagi tanggung jawab untuk mendukung perkembangan satu
sama lain, kesehatan dan pemeliharaan hubungan.
c) Komunitas
Sekelompok orang dan hubungan di antara mereka yang berkembang karena
mereka berbagi lingkungan fisik yang sama dan beberapa agensi dan institusi
(misalnya, sekolah, departemen, pemdam kebakaran, tempat pemilihan umum).

Anda mungkin juga menyukai