Anda di halaman 1dari 5

SURAT EDARAN

NOMOR SE-44/MK.1/2020

TENTANG

PELAKSANAAN KONSELING PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEUANGAN

Yth. 1. Para Pimpinan Unit Organisasi Eselon I/Unit Organisasi Non-Eselon yang Bertanggung Jawab
Langsung kepada Menteri Keuangan;
2. Para Pengelola Kepegawaian; dan
3. Para Pegawai
di Lingkungan Kementerian Keuangan

A. Umum
Bahwa sehubungan pentingnya kesehatan mental pegawai dalam kaitannya dengan kinerja
pegawai dan organisasi, serta memperhatikan telah ditetapkannya PP Nomor 30 Tahun 2019 tentang
Penilaian Kinerja Pegawai Negeri Sipil yang mengatur antara lain mengenai pembinaan kinerja
Pegawai Negeri Sipil (PNS) melalui bimbingan kinerja dan konseling kinerja, maka untuk mendukung
dan menegaskan kembali pelaksanaan pembinaan kinerja dimaksud, perlu diterbitkan Surat Edaran
tentang Pelaksanaan Konseling Pegawai di Lingkungan Kementerian Keuangan.

B. Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan dari Surat Edaran ini adalah untuk memberikan dukungan terkait kesehatan
mental pegawai, mengoptimalkan pencapaian target kinerja yang telah ditetapkan, dan memberikan
pedoman terkait pelaksanaan konseling pegawai di lingkungan Kementerian Keuangan.

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Surat Edaran ini memuat pelaksanaan konseling yang ditujukan kepada seluruh
pengelola kepegawaian dan PNS di lingkungan Kementerian Keuangan yang memiliki target kinerja,
yang selanjutnya disebut Pegawai.

D. Dasar Hukum
1. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2019 tentang Penilaian Kinerja Pegawai Negeri Sipil.
2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 217/PMK.01/2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Keuangan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 229/PMK.01/2019 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 217/PMK.01/2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan.
-2-
3. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 467/KMK.01/2014 tentang Pengelolaan Kinerja di
Lingkungan Kementerian Keuangan.
4. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 539/KMK.01/2018 tentang Pelimpahan Kewenangan
Menteri Keuangan dalam Bentuk Mandat kepada Pejabat di Lingkungan Sekretariat Jenderal.

E. Ketentuan
1. Konseling dilakukan dalam rangka memberikan dukungan kesehatan mental serta membantu
menyelesaikan masalah perilaku kinerja dan/atau memberikan dukungan psikologis bagi
Pegawai yang membutuhkan di lingkungan Kemenkeu.
2. Konseling dilaksanakan dengan menjunjung prinsip kerahasiaan, tanggung jawab, konstruktif,
dan partisipasi aktif kedua belah pihak (Konselor dan Konseli) yang dapat dilakukan secara
individual maupun kelompok berdasarkan pertimbangan Konselor.
3. Layanan konseling dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Pembina pengelola konseling yaitu Sekretariat Jenderal c.q. Biro Sumber Daya Manusia
yang bertugas melakukan pembinaan bagi pengelolaan konseling yang dilaksanakan di
lingkungan Kementerian Keuangan.
b. Pegawai yang menerima layanan konseling, yang selanjutnya disebut Konseli, terdiri atas:
1) Konseli sukarela (voluntary), yaitu Pegawai yang memiliki inisiatif sendiri untuk
mendapatkan layanan konseling; dan
2) Konseli nonsukarela (nonvoluntary), yaitu Pegawai yang akan mendapatkan layanan
konseling berdasarkan inisiatif dan usulan dari atasan langsung dan/atau unit organisasi.
c. Pemberi layanan konseling, yang selanjutnya disebut Konselor, terdiri atas:
1) atasan langsung, yaitu pejabat penilai kinerja dari masing-masing Pegawai.
2) pejabat yang diberikan tugas untuk memberikan konseling, dengan ketentuan:
a) berasal dari unit pengelola kepegawaian, unit yang membidangi kepatuhan internal
(UKI), dan/atau unit asal Konseli;
b) pejabat yang ditugaskan dari unit sebagaimana dimaksud pada huruf b harus
memiliki jenjang jabatan paling rendah setara dengan Konseli, baik di kantor pusat,
kantor vertikal, maupun dari unit instansi pembina; dan
c) diutamakan memiliki latar belakang pendidikan paling rendah S1 Psikologi dan/atau
telah memiliki sertifikasi untuk melakukan konseling.
3) Konselor independen, yaitu pemberi konseling selain sebagaimana dimaksud pada
angka 1) dan angka 2) yang berasal dari luar Kementerian Keuangan, dan ditetapkan
oleh pengelola konseling pada masing-masing unit organisasi Eselon I/Non-Eselon yang
bertanggung jawab langsung kepada Menteri Keuangan (Non-Eselon) dengan diketahui
oleh pembina pengelola konseling, termasuk psikolog atau psikiater yang berada di balai
kesehatan/klinik di unit/satker yang sudah tersedia saat ini;
-3-
d. Layanan konseling dikelola oleh pengelola konseling, yaitu unit atau pejabat/pegawai yang
ditunjuk untuk mengelola layanan konseling di suatu unit kerja dan dalam pelaksanaan
tugasnya dikoordinasikan oleh sekretaris unit organisasi Eselon I/Non-Eselon untuk
unit/kantor yang berada di pusat dan pejabat Eselon II/pimpinan satker untuk unit/kantor
yang berada di vertikal.
e. Layanan konseling yang dapat diberikan Konselor berupa:
1) layanan konseling untuk masalah kepegawaian, pribadi, keluarga, dan dukungan
psikososial, termasuk dalam keadaan kahar (force majeur), oleh seluruh jenis Konselor
sebagaimana dimaksud pada huruf c;
2) layanan konseling untuk masalah yang terkait dengan penyelesaian pekerjaan/tugas
seperti kondisi lingkungan kerja/kantor yang kurang kondusif, kesulitan/hambatan konseli
dalam menyesuaikan diri dengan perubahan, atau hambatan dalam
hubungan/komunikasi dengan atasan dan rekan kerja; dan
3) dukungan psikologis lanjutan atau penanganan kasus yang bersifat klinis, khusus oleh
Konselor independen sebagaimana dimaksud pada huruf c angka 3) yang sesuai
kompetensi dan keahlian profesi berdasarkan kode etik profesi.
f. Penyelenggaraan Layanan Konseling
1) Layanan yang diberikan oleh Konselor independen sebagaimana dimaksud pada huruf c
angka 3), sebagai berikut:
a) dapat dilakukan di masing-masing unit organisasi Eselon I/Non-Eselon, baik di kantor
pusat maupun kantor vertikal (sampai dengan satker setingkat Eselon III);
b) layanan yang diberikan kepada salah satu unit kerja dapat dimanfaatkan oleh unit
kerja lainnya dalam wilayah kerja yang sama setelah berkoordinasi antar-unit
dimaksud; dan
c) layanan yang diberikan oleh kantor pusat atau kantor wilayah pada suatu unit
organisasi Eselon I/Non-Eselon, dapat dimanfaatkan oleh unit kerja di bawahnya dan
dikoordinasikan oleh pengelola kepegawaian pada kantor pusat atau kantor wilayah
berkenaan.
2) Layanan konseling yang diberikan oleh Konselor sebagaimana dimaksud pada angka 1)
dapat memanfaatkan ruang kerja Konselor atau ruangan lain dengan memperhatikan
kenyamanan dan mengutamakan kerahasiaan layanan konseling.
3) Layanan sebagaimana dimaksud pada angka 1) dan angka 2) dapat diselenggarakan
secara tatap muka maupun daring yang disesuaikan dengan situasi, kondisi, dan
kebutuhan Pegawai, dengan tetap mengutamakan etika/prinsip konseling dan penerapan
protokol kesehatan.
g. Pengelola konseling, baik di kantor pusat maupun kantor vertikal, bertanggung jawab atas:
1) pengelolaan pelaksanaan layanan konseling yang diberikan oleh Konselor dan
pengelolaan Konselor sebagaimana dimaksud pada huruf c angka 2) dan angka 3); dan
-4-
2) pengelolaan sebagaimana dimaksud pada angka 1) paling kurang meliputi pembiayaan,
penjadwalan, pelaksanaan, dan pelaporan.
4. Ketentuan dan Alur Dalam Peningkatan Penanganan dan Alih Tangan Kasus
a. Dalam hal konseling telah dilakukan oleh Konselor sebagaimana dimaksud pada angka 3
huruf c angka 1) dan membutuhkan penanganan lebih lanjut maka Konseli dapat dirujuk
kepada Konselor sebagaimana dimaksud pada angka 3 huruf c angka 2) dan/atau angka 3).
b. Dalam hal Konselor sebagaimana dimaksud pada angka 3 huruf c angka 2) tidak mampu
menyelenggarakan pelayanan konseling dengan tepat dan tuntas maka dapat dirujuk kepada
Konselor sebagaimana dimaksud pada angka 3 huruf c angka 3).
c. Konseli dirujuk kepada Konselor sebagaimana dimaksud pada angka 3 huruf c angka 3),
dalam hal terdapat permasalahan terkait isu kesehatan mental yang bersifat klinis dan dapat
mempengaruhi kinerja Pegawai berdasarkan rekomendasi dari Konselor sebagaimana
dimaksud pada angka 3 huruf c angka 2).
d. Pengelola konseling menginformasikan proses perujukan sebagaimana dimaksud pada huruf
c kepada atasan langsung Konseli atau atasan dari atasan langsung Konseli dengan tetap
menjaga kerahasiaan permasalahan Konseli.
e. Alih tangan kasus/rujukan dilakukan dengan memberikan laporan dan data pendukung yang
diperlukan untuk penanganan lebih lanjut.
f. Dalam hal permasalahan Konseli bersifat sensitif sehingga tidak dapat disampaikan kepada
atasan langsungnya, seperti permasalahan yang berhubungan langsung dengan atasan
langsungnya, permasalahan terkait kekerasan seksual, dan permasalahan lainnya, Konseli
dapat dirujuk langsung oleh pengelola konseling kepada Konselor sebagaimana dimaksud
pada angka 3 huruf c angka 2).
5. Pengelola konseling secara kumulatif dan berjenjang melaporkan pelaksanaan konseling yang
dilakukan oleh Konselor sebagaimana dimaksud pada angka 3 huruf c di unitnya kepada
sekretariat Unit Organisasi Eselon I/Non-Eselon, untuk selanjutnya dilaporkan kepada pembina
pengelola konseling paling kurang 1 (satu) kali dalam kurun waktu 1 (satu) tahun.
6. Pemantauan pelaksanaan dan hasil konseling dilakukan oleh:
a. Konselor, terhadap penerapan rekomendasi hasil konseling; dan
b. pengelola konseling, terhadap pelaksanaan konseling.
7. Pemantauan dan evaluasi terhadap penyelenggaraan konseling dilakukan oleh Biro SDM
Sekretariat Jenderal berkoordinasi dengan Konselor, atasan langsung, unit pengelola
kepegawaian, dan pejabat administrator/Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama dari masing-masing
unit asal Konseli.
8. Pegawai yang menduduki jabatan pimpinan tinggi, jabatan administrator, jabatan pengawas, dan
jabatan fungsional yang karakteristik kegiatannya membutuhkan aspek kepemimpinan dan
Pegawai lain yang ditunjuk untuk memberikan layanan konseling, harus melakukan
pengembangan kompetensi konseling, yang dikoordinasikan oleh sekretaris Unit Organisasi
Eselon I/Non-Eselon dan diselenggarakan oleh Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan
dan/atau pihak lain berdasarkan pertimbangan pembina pengelola konseling.
-5-
9. Segala biaya yang timbul akibat layanan konseling ini dibebankan pada anggaran kegiatan
masing-masing Unit Organisasi Eselon I/Non Eselon.

F. Penutup
1. Seluruh pimpinan Unit Organisasi Eselon I/ Non-Eselon yang Bertanggung Jawab Langsung
kepada Menteri Keuangan dan pengelola kepegawaian agar mensosialisasikan, melaksanakan,
dan melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan ketentuan dalam Surat Edaran ini serta
menyediakan infrastruktur yang dibutuhkan dalam pelaksanaan Surat Edaran ini.
2. Penyediaan infrastruktur sebagaimana dimaksud pada angka 1 dilaksanakan dengan tetap
memperhatikan ketersediaan anggaran dan ketentuan mengenai pelaksanaan anggaran yang
berlaku.
3. Surat Edaran ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Demikian kami sampaikan, untuk diketahui dan dilaksanakan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di
pada tanggal 28 Desember 2020
a.n. MENTERI KEUANGAN
SEKRETARIS JENDERAL

Ditandatangani secara elektronik


HADIYANTO

Tembusan:
1. Menteri Keuangan
2. Wakil Menteri Keuangan

Anda mungkin juga menyukai